PERAN PENDIDIKAN BUDAYA SUNDA DALAM MENINGKATAN KESADARAN SEJARAH DI KALANGAN SISWA SMA YAYASAN ATIKAN SUNDA.

(1)

PERAN PENDIDIKAN BUDAYA SUNDA DALAM

MENINGKATAN KESADARAN SEJARAH DI

KALANGAN SISWA SMA YAYASAN ATIKAN SUNDA

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Sejarah

Oleh : TEDY SUTARDI

1302370

PROGRAM PENDIDIKAN SEJARAH

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015


(2)

==================================================================

PERAN PENDIDIKAN BUDAYA SUNDA DALAM

MENINGKATAN KESADARAN SEJARAH DI

KALANGAN SISWA SMA YAYASAN ATIKAN SUNDA

Oleh Tedy Sutardi S.Pd UPI Bandung, 2004

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Pendidikan Sejarah

© Tedy Sutardi 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

LEMBAR PENGESAHAN TESIS

PERAN PENDIDIKAN BUDAYA SUNDA DALAM MENINGKATAN KESADARAN SEJARAH DI KALANGAN SISWA SMA YAYASAN ATIKAN SUNDA

TEDY SUTARDI (1302370)

Disetujui dan disahkan oleh: Pembimbing TESIS

H. Didin Saripudin, M.Si.,Ph.D NIP 19700506 199701 1 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah

Prof. Dr. H. Dadang Supardan, M.Pd NIP. 19570408 198403 1


(4)

Tedy Sutardi , 2015

PERAN PENDIDIKAN BUDAYA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KESADARAN SEJARAH DI KALANGAN SISWA SMA YAYASAN ATIKAN SUNDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

The title of this research is Sundanese Culture Education contribution in enhancing history consciousness in SMA Yayasan Atikan Sundas Students. The background of study is the worry about local culture even less to the school which is labeled as Sundanese base culture school. Furthermore, the descending of historical consciousness can be seen by how students see their past. Pessimistic feeling to the history can be seen from students learning style in the class or gazing which is on not meaningful complimentary subject. So, the matter which is studied is how sundanese culture education manifestation in SMA Yayasan Atikan Sunda (YAS), how is historical consciousness among student in SMA YAS, how to implement sundanese culture values in history subject learning in SMA YAS to enhance students historical consciousness and what are the obstacles that is faced by teacher in implementing sundanese values to the history learning in SMA YAS to enhance students Historical consciousness. The purpose of this research is to describe and analyze sundanese culture education contribution to the sundanese based culture school in order to enhance students in historical consciousness. This research is also using education ethnography method of research in SMA YAS. The subjects in this research teachers, and students as informants. They are chosen purposively using snowball technique. Data collection is using participation observation method, deep interview. The data analysis is done qualitatively. The result of this research show manifestation which is done by SMA YAS in developing Sundanese culture values through all subjects integration and more developed in extracurricular activities that is sundanese based especially art society and giving more appreciaton to show or learn about sundanes culture. Most students are not too care with their environment. Especially in preserving archaeological remains. Even though rest of them are caring of history by visiting museum and Aleut club. Learning process is not maximally done because the teacher had obstacles in choosing culture values given. Learning results are lack showing about the understanding of sundanese culture values, historical consciousness, as a sundanese society. Only few students who had have sundanese culture and their historical consciousness. Keyword: Culture Education , enhancing history consciousness , ethnography


(5)

Tedy Sutardi , 2015

PERAN PENDIDIKAN BUDAYA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KESADARAN SEJARAH DI KALANGAN SISWA SMA YAYASAN ATIKAN SUNDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Judul tesis ini Peran Pendidikan Budaya Sunda Dalam Meningkatkan Kesadaran Sejarah di Kalangan Siswa SMA Yayasan Atikan Sunda. Latar belakang penelitian ini karena adanya kecemasan terhadap mulai memudarnya rasa kepedulian siswa terhadap budaya lokalnya apalagi hal ini terjadi pada sekolah yang melabelkan dirinya sebagai sekolah berbasis budaya sunda. Belum lagi rendahnya kesadaran sejarah ini dapat dilihat dari cara bagaimana mereka memandang masa lalunya. Kepesimisan terhadap sejarah terlihat dari pola belajar siswa di kelas atau memandang terhadap sejarah yang hanya sebagai pelajaran pelengkap yang tidak bermakna. Untuk itulah maka masalah yang dikaji Bagaimana Manipestasi Pendidikan Budaya Sunda di Sekolah Menengah Atas Yayasan Atikan Sunda, Bagaimana kesadaran sejarah siswa di Sekolah Menengah Atas Yayasan Atikan Sunda, Bagaimana mengimplementasikan nilai-nilai Budaya Sunda dalam pembelajaran sejarah di Sekolah Menengah Atas Yayasan Atikan Sunda untuk meningkatkan kesadaran sejarah siswa dan Kendala apa yang dihadapi guru dalam mengimplementasikan nilai-nilai sunda pada pembelajaran sejarah di Sekolah Menengah Atas Yayasan Atikan Sunda untuk meningkatkan kesadaran sejarah siswa. Tujuannya untuk mendeskripsikan dan menganalisis tentang peran pendidikan budaya Sunda pada sekolah yang berbasis budaya dalam rangka meningkatkan kesadaran sejarah siswa. Penelitian ini menggunakan metode penelitian etnografi pendidikan pada kasus di SMA Yayasan Atikan Sunda. Subjek penelitian ini melibatkan informan kepala sekolah, beberapa orang guru dan siswa, yang dipilih secara purpossive dan dengan teknik snowball. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi partisipasi, wawancara mendalam. Analisis data dilakukan secara kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan Manifestasi yang dilakukan SMA YAS dalam mengembangkan nilai-nilai budaya Sunda melalui integrasi terhadap semua mata pelajaran serta lebih dikembangkan lagi dalam kegiatan ekstrakulikuler yang berbasis budaya khususnya lingkung seni dan memberikan apresiasi yang lebih bagi yang menampilkan atau belajar tentang budaya sunda. Kesadaran Sejarah banyak siswa yang kurang begitu peduli dengan lingkungannya apalagi terhadap pelestarian benda-benda peninggalan sejarah. Walau ada sebagian kecil siswa yang peduli terhadap sejarah dengan mengikuti kegiatan museum dan aleut klub. Pada proses pembelajaran tidak berjalan secara maksimal guru mengalami kendala dalam memilih nilai-nilai budaya yang harus disampaikan. Hasil-hasil Pembelajaran kurang menunjukan adanya pemahaman tentang nilai-nilai budaya Sunda, kesadaran sejarah, sebagai jati diri masyarakat Sunda. Hanya sebagian kecil saja siswa yang merasa memiliki budaya sunda dan kesadaran sejarahnya Kata kunc: Pendidikan Budaya, Kesadaran Sejarah, Etnografi.


(6)

Tedy Sutardi , 2015

PERAN PENDIDIKAN BUDAYA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KESADARAN SEJARAH DI KALANGAN SISWA SMA YAYASAN ATIKAN SUNDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ...iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR TABEL ...vi

DAFTAR LAMPIRAN ...vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Fokus Penelitian ...9

1.3Rumusan Masalah ...9

1.4Tujuan Penelitian ...10

1.5Manfaat Penelitian ...10

1.6Klarifikasi Konsep ...11

1.7Sistematika Penulisan ...12

BAB II LANDASAN TEORETIS ...14

2.1 Teori Kontak Budaya dan Pewarisan Nilai ...14

2.2 Pendidikan budaya ...26

2.2 Kearifan Lokal ...30

2.3 Pendidikan Sejarah sebagai Pewarisan Nilai ...32

2.4 Kesadaran Sejarah ...35

2.5 Pendidikan Budaya Sunda di SMA YAS ...39

2.6 Penelitian Terdahulu ...44


(7)

Tedy Sutardi , 2015

PERAN PENDIDIKAN BUDAYA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KESADARAN SEJARAH DI KALANGAN SISWA SMA YAYASAN ATIKAN SUNDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.1 Lokasi dan Subjek Penelitian ...52

3.2 Metode Penelitian ...53

3.3 Instrumen Penelitian ...56

3.4 Teknik Pengumpulan Data ...57

3.5 Teknik Analisis Data ...59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...61

4.1 Deskripsi Lokasi Sekolah ...61

4.2 Hasil Penelitian ...71

4.2.1 Manifestasi Pendidikan Budaya Sunda ...71

4.2.2 Kesadaran Sejarah Siswa ...86

4.2.3 Implementasi Nilai-nilai Budaya Sunda ...89

4.2.4 Kendala yang dihadapi guru ...100

4.3 Pembahasan 4.3.1 Manifestasi Pendidikan Budaya Sunda ...103

4.3.2 Kesadaran Sejarah Siswa ...111

4.3.3 Implementasi Nilai-nilai Budaya Sunda ...117

4.3.4 Kendala yang dihadapi guru ...137

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ...142

5.1 Kesimpulan ...142

5.2 Rekomendasi ...143

DAFTAR PUSTAKA ...146


(8)

Tedy Sutardi , 2015

PERAN PENDIDIKAN BUDAYA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KESADARAN SEJARAH DI KALANGAN SISWA SMA YAYASAN ATIKAN SUNDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sore itu latihan angklung yang dilakukan oleh sebagian siswa di SMA Yayasan Atikan Sunda yang merupakan bagian dari kegiatan sekolah nampak hambar sepertinya ada yang kurang, terasa antusiasnya tidak seperti biasa. Di antara percakapan singkat antar mereka dapat ditangkap kesan tersebut seperti muncul pertanyaan masihkah perlu hal tersebut dilakukan. Saat masuk kelas pun terlihat diantara percakapan mereka kadang diselingi umpatan atau panggilan temannya dengan nama binatang dengan ringannya keluar dari mulut mereka lalu diakhiri dengan tawa seolah-olah hal itu menjadi hal yang biasa. Kondisi itu menjadi biasa bila dilakukan diluar lingkungan lainnya namun akan menjadi lain bila hal itu dilakukan dalam lingkungan sekolah yang dengan terang-terang melabelkan diri sebagai sekolah berbasis budaya Sunda. Dari hal-hal kecil yang terjadi itu menimbulkan keresahan di mata penulis, jangan-jangan memang benar telah terjadi pergesaran dan lunturnya budaya lokal yang ada di kalangan peserta didik.

Ketakutan akan terjadi pergeseran nilai-nilai dan hilangnya norma-norma, bahkan peninggalan kebudayaan sudah seharusnya dipikirkan sejak lama jauh sebelum bangsa ini kemudian melihat secara satu persatu hilangnya budaya tersebut. Tidak lagi perlu dihindari bahkan ditakuti, melainkan perlu dilakukan suatu upaya lebih dan ekstra bagi kita untuk kemudian kembali mengenalkan budaya bangsa ini (Rosidi, 2004; Koentjaraningrat,1990). Budaya yang dikembangkan tidaklah sebatas budaya yang terdapat dalam kearifan lokal suatu wilayah, melainkan budaya Indonesia yang kemudian mampu diimplikasikan dalam kehidupan dan karakter pendidikan di seluruh pelosok negeri ini.


(9)

Tedy Sutardi , 2015

PERAN PENDIDIKAN BUDAYA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KESADARAN SEJARAH DI KALANGAN SISWA SMA YAYASAN ATIKAN SUNDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Maraknya semangat untuk mengembangkan kearifan lokal pada masyarakat yang tumbuh beberapa waktu terakhir ini menimbulkan pertanyaan apakah timbul secara alami atau dipaksakan? Pertanyaan itu tentunya muncul bukan begitu saja namun karena keingintahuan kita terhadap fenomena itu. secara fitrah memang manusia memiliki keinginan untuk belajar dan mengamati hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan disekelilingnya. Bila munculnya karena ada dorongan dalam dirinya maka hal itu patut kita syukuri sebagai hal yang positif berarti manusia ingin kembali keakar budayanya. Namun bila munculnya karena faktor paksaan maka pertanyaan makin banyak lagi, dari mulai siapa yang memaksa, kenapa, bagaimana dan mengapa. Tentunya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dibutuhkan kajian yang lebih mendalam tentang kemunculan semangat menghidupkan kearifan lokal. Manusia sebagai mahluk berakal dan berbudaya selalu berupaya untuk mengadakan perubahan-perubahan. Dengan sifatnya yang kreatif dan dinamis manusia terus berevolusi meningkatkan kualitas hidup yang semakin terus maju. Kebudayaan merupakan karya manusia yang mencakup diantaranya filsafat, kesenian, kesusastraan, agama, penafsiran dan penilaian mengenai lingkungan. Dalam pengertian yang sederhana dan umum makna pendidikan adalah sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.

Kesan budaya memang tidak akan pernah luntur dari Bangsa Indonesia. Bangsa yang begitu besar dan memiliki nilai-nilai luhur yang dapat memberikan contoh keteladanan yang baik dalam kehidupan baik sosial, agama, maupun dalam hal toleransi antar suku. Bukanlah menjadi hal yang mudah pada saat ini, kehidupan sosial masyarakat Indonesia mulai maju seiring dengan berkembangnya era perdagangan bebas, dan masuknya informasi yang begitu luas, baik dari media sosial maupun


(10)

Tedy Sutardi , 2015

PERAN PENDIDIKAN BUDAYA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KESADARAN SEJARAH DI KALANGAN SISWA SMA YAYASAN ATIKAN SUNDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

media maya seperti internet, dan sebagainya. Tidak bisa dipungkiri juga, perkembangan teknologi dan informasi yang begitu pesat membawa arah perkembangan negeri ini menjadi begitu dinamis, dan memiliki multikulturalisme yang begitu tinggi.

Pada umumnya orang mencoba mewariskan berbagai hal untuk generasi penerusnya. Menurut Eagleton, peranan budaya pun ikut berubah sejak kerajaan atau kesatuan politik menjadi negara-bangsa pada zaman modern (2000,hlm. 61-64). Oleh karena itu, budaya memainkan peranan penting untuk mempersatukan masyarakat dalam bahasa bersama (shared language), peninggalan budaya, sistem pendidikan atau nilai bersama (shared value). Dengan demikian juga, budaya memainkan peranan politik di dalam pembentukan negara-bangsa dan identitas budaya sekaligus ikut memainkan peranan penting selanjutnya pada setiap masyarakat. Namun segelintir masyarakat menilai bahwa kebudayaan Sunda di Jawa Barat khususnya Bandung semakin luntur.

Menyikapi kenyataan ini, Budayawan Hawe Setiawan (2001) menyatakan, bahwa saat ini dirinya melihat tiga kelompok kebudayaan yang ada di Jawa Barat, ketiga kelompok kebudayaan tersebut terdiri dari kebudayaan yang masih tersisa namun sudah ditinggalkan masyarakat, kemudian kebudayaan yang mampu mempengaruhi masyarakat dan juga budaya yang sedang tumbuh dan berkembang guna mempengaruhi masyarakat dikemudian hari. Dengan adanya tiga kelompok kebudayaan tersebut, Hawe mengatakan bahwa kekhawatiran yang saat ini dirasakan masyarakat sangat wajar terjadi. Sebab, budaya dan nilai-nilai kesundaan yang sudah ada kini telah hilang seiring perkembangan jaman.

Sunda merupakan kebudayaan masyarakat yang tinggal di wilayah barat pulau Jawa. Dengan berjalannya waktu telah tersebar ke berbagai penjuru dunia. Sejak dari awal hingga kini, budaya Sunda terbentuk sebagai satu budaya luhur di Indonesia. Namun, modernisasi dan


(11)

Tedy Sutardi , 2015

PERAN PENDIDIKAN BUDAYA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KESADARAN SEJARAH DI KALANGAN SISWA SMA YAYASAN ATIKAN SUNDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

masuknya budaya barat lambat laun mengikis keluhuran budaya Sunda, yang membentuk etos dan watak manusia Sunda. Makna kata Sunda sangat luhur, yakni cahaya, cemerlang, putih, atau bersih (Rosidi, 2010; Ekadjati,1995). Makna kata Sunda itu tidak hanya ditampilkan dalam penampilan, tapi juga didalami dalam hati. Karena itu, orang Sunda yang 'nyunda' perlu memiliki hati yang luhur pula. Itulah yang perlu dipahami bila mencintai, sekaligus bangga terhadap budaya Sunda yang dimilikinya. Setiap bangsa memiliki etos, kultur, dan budaya yang berbeda. Namun tidaklah heran jika ada bangsa yang berhasrat menanamkan etos budayanya kepada bangsa lain. Karena beranggapan, bahwa etos dan kultur budaya memiliki kelebihan. Kecenderungan ini terlihat pada etos dan kultur budaya bangsa kita, karena dalam beberapa dekade telah terimbas oleh budaya bangsa lain. Arus modernisasi menggempur budaya nasional yang menjadi jati diri bangsa. Budaya nasional kini terlihat sangat kuno, bahkan ada generasi muda yang malu mempelajarinya. Kemampuan menguasai kesenian tradisional dianggap tak bermanfaat. Rasa bangsa kian terkikis, karena budaya bangsa lain lebih terlihat menyilaukan. Kondisi memprihatinkan ini juga terjadi pada budaya Sunda, sehingga orang Sunda kehilangan jati dirinya (Ekadjati,1995,hlm.45).

Untuk menghadapi keterpurukan kebudayaan Sunda, ada baiknya kita mempelajari, dan mengumpulkan kepingan-kepingan budaya yang berserakan selama ini. Banyak petuah bijak dan khazanah ucapan nenek moyang jadi berkarat, akibat tidak pernah tersentuh pemiliknya. Hal ini disebabkan keengganan untuk mempelajari dengan seksama, bahkan mereka beranggapan ketinggalan zaman. Bila dipelajari, sebenarnya pancaran etika moral Sunda memiliki khazanah hikmah yang luar biasa. Hal itu terproyeksikan lewat tradisinya. Salahsatu cara untuk memproyeksikan nilai-nilai tersebut melalui lembaga sekolah, dalam hal Sekolah Menengah Atas Yayasan Atikan Sunda (YAS) yang berada di


(12)

Tedy Sutardi , 2015

PERAN PENDIDIKAN BUDAYA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KESADARAN SEJARAH DI KALANGAN SISWA SMA YAYASAN ATIKAN SUNDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bawah organisasi Daya Sunda mencoba membawanya dalam tahapan yang aplikatif.

Transfer nilai-nilai budaya paling efektif adalah melalui proses pendidikan. Dalam masyarakat modern proses pendidikan tersebut didasarkan pada program pendidikan secara formal. Oleh sebab itu dalam penyelenggarannya dibentuk kelembagaan pendidikan formal. Seperti dikemukakan Hasan Langgulung (1995) bahwa pendidikan mencakup dua kepentingan utama, yaitu pengembangan potensi individu dan pewarisan nilai-nilai budaya. Maka sudah jelas sekali bahwa kedua hal tersebut pendidikan dan kebudayaan berkaitan erat dengan pandangan hidup suatu masyarakat atau bangsa itu masing-masing. Kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan karena saling membutuhkan antara satu sama lainnya. Dikatakan dengan pendapat tersebut bahwa pendidikan dalam hubungan dengan individu dan masyarakat, akan tetapi dapat dilihat bagaimana garis hubung antara pendidikan dan sumber daya manusia. Dari sudut pandangan individu pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan potensi individu, sebaliknya dari sudut pandang kemasyarakatan pendidikan adalah sebagai pewarisan nilai-nilai budaya. Dalam pandangan ini, pendidikan mengemban dua tugas utama, yaitu peningkatan potensi individu dan pelestarian nilai-nilai budaya. Manusia sebagai mahluk berbudaya, pada hakikatnya adalah pencipta budaya itu sendiri. Budaya itu kemudian meningkat sejalan dengan peningkatan potensi manusia pencipta budaya itu. Karena memang perlu dilakukan pendidikan yang berbasis budaya lokal.

Pendidikan berbasis budaya lokal Sunda merupakan proses pendidikan yang penting dalam sistem persekolahan di Jawa Barat, karena bagaimana mungkin seseorang dapat menghargai perbedaan yang terjadi di masyarakat jika dia sendiri tidak mengenal budayanya, tidak mengenal adat istiadat yang berkembang di tengah masyarakat. Adalah suatu hal


(13)

Tedy Sutardi , 2015

PERAN PENDIDIKAN BUDAYA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KESADARAN SEJARAH DI KALANGAN SISWA SMA YAYASAN ATIKAN SUNDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang keliru jika anak-anak sekarang dijauhkan dari tatanan nilai budaya masyarakatnya karena untuk menjadi Indonesia atau untuk menjadi warga dunia seseorang tidak perlu meninggalkan nilai budaya aslinya. Berkaitan dengan pendidikan etnik dalam proses pendidikan di sekolah, Banks (1986) menguraikan bahwa pada tahapan awal anak didik perlu diperkenalkan terlebih dahulu dengan nilai budayanya sebelum nilai budaya di luar kelompok masyarakatnya. Pada tahapan berikutnya, anak baru diperkenalkan dengan tatanan nilai budaya global. Proses ini diperlukan agar generasi muda tidak kehilangan Identitas budayanya ketika melakukan kontak dengan orang di luar kelompok etniknya.

Di kota bandung khususnya untuk merealisasikan hal tersebut pemerintah kota mengeluarkan hari tematik salah satunya “Rebo Nyunda”. Kegiatan Rebo Nyunda adalah sebuah program dari pemerintah Kota Bandung sebagai bagian dari hari-hari tematik yang berlaku di kota tersebut. Program ini digagas oleh Walikota Bandung Ridwan Kamil. Program ini muncul karena adanya kekhawatiran dari segelintir masyarakat akan lunturnya kebudayaan Sunda di Jawa Barat, khususnya di Kota Bandung, padahal budaya Sunda adalah budaya lokal dari kota ini. Dengan demikian, program ini menjadi salah satu program untuk melestarikan budaya Sunda. Sebenarnya program ini merupakan salah satu usaha Pemerintah Kota Bandung untuk mengimplementasikan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 9 Tahun 2012 pasal 10 ayat 1b yang menyebutkan bahwa setiap hari Rabu ditetapkan sebagai hari berbahasa Sunda dalam semua kegiatan Pendidikan, Pemerintahan dan kemasyarakatan.

Dalam kegiatan ini, masyarakat Kota Bandung di himbau menggunakan pakaian Sunda yakni kebaya dan kain batik sebagai bawahan bagi perempuan serta iket kepala batik dan bila memungkinkan menggunakan pangsi bagi laki-laki. Selain iket kepala, para laki-laki juga bisa menambahkan hiasan kujang sebagai penghias iket tersebut.


(14)

Tedy Sutardi , 2015

PERAN PENDIDIKAN BUDAYA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KESADARAN SEJARAH DI KALANGAN SISWA SMA YAYASAN ATIKAN SUNDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bersamaan dengan menggunakan pakaian Sunda, setiap hari Rabu juga warga Bandung diharapkan menggunakan Bahasa Sunda untuk berkomunikasi dengan orang lain. Komunikasi dalam Bahasa Sunda ini digunakan baik di dalam instansi pemerintahan, sekolah-sekolah maupun dalam rapat-rapat resmi yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Bandung

Bila dihubungkan dengan pendidikan sejarah yang berfungsi sebagai pembentukan identitas bangsa (Kartodirdjo, 1989). Maka pendidikan sejarah memiliki posisi yang penting, sebab identitas itu berhubungan dengan karakteristik perwatakan yang tumbuh dan melembaga dalam proses pengalaman sepanjang kehidupan bangsa. Dengan demikian kepribadian dan identitasnya bertumpu pada pengalaman kolektif, yaitu pada sejarahnya. Dalam konteks pembentukan identitas bangsa, maka pendidikan sejarah mempunyai fungsi yang fundamental.

Menurut Collingwood (2001) pembentuk identitas nasional suatu bangsa tiada lain adalah sejarah. Bahkan dikatakan bahwa pengetahuan sejarah selain sangat fundamental dalam pembentukan identitas nasional juga sumber inspirasi yang sarat makna dalam pengembangan kesadaran sejarah para generasi muda. Soedjatmoko (1983) mengatakan bahwa kesadaran sejarah merupakan orentasi intelektual dan sikap jiwa yang perlu untuk memahami secara tepat faham kepribadian nasional. Lebih lanjut dikatakan bahwa kesadaran sejarah akan mampu membimbing manusia kepada pengertian mengenai diri sendiri sebagai bangsa. Memahami betapa pentingnya kesadaran sejarah, maka pengembangan pendidikan sejarah merupakan tuntutan untuk melahirkan generasi bijaksana yang mampu menyelesaikan permasalahan bangsa dengan bijaksana. Pendidikan sejarah harus mampu menanamkan kesadaran dan kebanggaan akan kegemilangan masa lalu bangsa melalui pewarisan nilai


(15)

Tedy Sutardi , 2015

PERAN PENDIDIKAN BUDAYA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KESADARAN SEJARAH DI KALANGAN SISWA SMA YAYASAN ATIKAN SUNDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(transmission of culture), tradisi esensialisme yang selalu menghendaki pengembangan intelektual tinggi (excellent) dan mampu memanfaatkannya dalam menjawab tantangan masa kini dan masa mendatang (Hasan, 2012 hlm 40).

Mempelajari sejarah tidak ada artinya bila tidak disertai pemahaman akan nilai yang terkandung, fungsi dan manfaatnya. Menurut Ismaun (2005) melalui berbagai kajian yang dalam terhadap berbagai pendapat dan pengalaman orang-orang bijak di masa lalu, sekalipun nilai-nilai dalam sejarah itu hanya berupa pengalaman-pengalaman manusia, tapi tidak bisa dibantah bahwasanya manusia itu pada umumnya gemar menggunakan pengalaman-pengalaman itu sebagai pedoman atau contoh untuk memperbaiki kehidupannya. Sedangkan fungsi sejarah pada hakekatnya adalah untuk meningkatkan pengertian atau pemahaman yang mendalam dan lebih baik tentang masa lampau dan juga masa sekarang dalam inter relasinya dengan masa datang.

Yayasan Atikan Sunda (YAS) mencoba mengembangkan sekolah yang berbasis budaya dengan berakar pada sejarah. Jika kita menelaah visi misi sekolah maka hal itu tercermin dengan jelas. Dengan mempelopori penggunaan bahasa sunda sebagai bahasa pengantar pada hari-hari tertentu dan penggunan atribut kesundaaan serta ekstrakurikuler yang berdasar pada kebudayaan, jauh sebelum pemerintah kota mewajibkan sekolah menyelengarakan program “Rebo Nyunda”. Sehingga terbentuklah opini di masyarakat bahwa SMA Yayasana Atikan Sunda adalah sekolah yang melestarikan budaya sunda. Sehingga tingkah polah, prilaku civitas akademika menjadi cerminan bagi masyarakat. Belum lagi para “inohong”nya merupakan tokoh yang berpengaruh dibidang kebudayaan diantaranya seperti R. Hidayat Suryalaga (alm), Adil A. Fadilakusumah, H. Danumihardja dan UU Rukmana.


(16)

Tedy Sutardi , 2015

PERAN PENDIDIKAN BUDAYA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KESADARAN SEJARAH DI KALANGAN SISWA SMA YAYASAN ATIKAN SUNDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hal ini cukup menarik untuk dikaji lebih jauh bagaimana peranan pendidikan budaya sunda terhadap kesadaran sejarah siswa yang berada dalam sebuah sekolah yang berlandaskan budaya. Dan bila dihubungkan dengan penjelasan Ismaun diatas dihubungkan dengan realitas yang ada maka kita bisa melihat Pandangan masyarakat secara umum pada kesadaran sejarah mulai melemah. Hal ini terlihat dari pola aktivitas masyarakat yang selalu mengulang kesalahan-kesalahan masa lalu yang dilakukan kembali. Rendahnya kesadaran sejarah ini dapat dilihat dari cara bagaimana mereka memandang masa lalunya. Kepesimisan terhadap sejarah terlihat dari pola belajar siswa di kelas, atau memandang terhadap sejarah yang hanya sebagai pelajaran pelengkap yang tidak bermakna. Sehingga nampaknya akan menarik di kaji bagaimana peranan pendidikan budaya sunda terhadap peningkataan kesadaran sejarah siswa di SMA Yayasan Atikan Sunda.

1.2 Fokus Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, kesadaran sejarah perlu terus dikembangkan di kalangan generasi muda. Hal tersebut dilakukan untuk membuat masyarakat lebih bijaksana dalam menjalani kehidupan dan masa yang belum pasti, paling tidak kesadaran sejarah akan mengantarkan kita untuk tidak mengulangi kesalahan-kesalahan masa lampau. Fokus pada penelitian ini adalah mengenai bagaimana peran pendidikan budaya Sunda dalam meningkatkan kesadaran sejarah di kalangan siswa SMA Yayasan Atikan Sunda

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan deskripsi latar belakang dan fokus penelitian di atas, permasalahan penelitian ini yaitu bagaimanakah peran pendidikan budaya Sunda dalam peningkatan kesadaran sejarah siswa di SMA Yayasan


(17)

Tedy Sutardi , 2015

PERAN PENDIDIKAN BUDAYA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KESADARAN SEJARAH DI KALANGAN SISWA SMA YAYASAN ATIKAN SUNDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Atikan Sunda? Atas dasar permasalahan tersebut dapat dirumuskan pertanyaan penelitian berikut ini.

1. Bagaimana Manifestasi Pendidikan Budaya Sunda di Sekolah Menengah Atas Yayasan Atikan Sunda?

2. Bagaimana kesadaran sejarah siswa di Sekolah Menengah Atas Yayasan Atikan Sunda?

3. Bagaimana mengimplementasikan nilai-nilai Budaya Sunda dalam pembelajaran sejarah di Sekolah Menengah Atas Yayasan Atikan Sunda untuk meningkatkan kesadaran sejarah siswa?

4. Kendala apa yang dihadapi guru dalam mengimplementasikan nilai-nilai sunda pada pembelajaran sejarah di Sekolah Menengah Atas Yayasan Atikan Sunda untuk meningkatkan kesadaran sejarah siswa?

1.4 Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini yaitu menemukan informasi tentang peran pendidikan budaya Sunda pada sekolah yang berbasis budaya dalam rangka meningkatkan kesadaran sejarah siswa. Secara lebih spesifik penelitian ini bertujuan, antara lain sebagai berikut.

1. Mengkaji dan menganalisis tentang pendidikan budaya Sunda di Sekolah Menengah Atas Yayasan Atikan Sunda

2. Mengkaji dan menganalisis kesadaran sejarah siswa di Sekolah Menengah Atas Yayasan Atikan Sunda

3. Mengetahui mengimplementasikan nilai-nilai budaya sunda pada pembelajaran sejarah di Sekolah Menengah Atas YAS dalam meningkatkan kesadaran sejarah siswa.


(18)

Tedy Sutardi , 2015

PERAN PENDIDIKAN BUDAYA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KESADARAN SEJARAH DI KALANGAN SISWA SMA YAYASAN ATIKAN SUNDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Memberikan gambaran kendala yang dihadapi guru dalam mengimplementasikan nilai-nilai sunda pada pembelajaran sejarah di Sekolah Menengah Atas Yayasan Atikan Sunda dalam meningkatkan kesadaran sejarah siswa.

1.5 Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, peneliti juga berharap penelitian ini dapat memberi manfaat, khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi pembaca. Adapun manfaat penelitian ini adalah

1. Manfaat secara Teoritik

Penelitian ini dilakukan untuk menambah khazanah penelitian pendidikan tentang budaya lokal dalam hubungannya dengan pembelajaran Sejarah. Diharapkan dengan mengkaji tentang pendidikan yang berlandaskan budaya lokal maka diharapkan berkontribusi terhadap proses meningkatnya kesadaran sejarah siswa.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi sekolah dengan melakukan penelitian ini maka lembaga sekolah dapat membuat kebijakan yang lebih meningkat implementasi dari nilai-nilai budaya lokal

b. Bagi pemerintah dengan melakukan penelitian ini maka dapat mengevaluasi dan meningkatkan kebijakan tentang penerapan nilai-nilai budaya lokal di lembaga pendidikan sebagai sarana pewarisan kebudayaan


(19)

Tedy Sutardi , 2015

PERAN PENDIDIKAN BUDAYA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KESADARAN SEJARAH DI KALANGAN SISWA SMA YAYASAN ATIKAN SUNDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1.6.1 Pendidikan Budaya Sunda

Pendidikan budaya Sunda yang dimaksud dalam penelitian ini adalah upaya pembelajaran yang mengembangkan sistem nilai budaya Sunda dan mampu mengimplementasikan dalam kehidupan sebagai individu dan anggota masyarakat. Hal dasar yang tertanam dalam konsepsi nilai-nilai budaya Sunda tersebut adalah adanya informasi yang (harus) diteruskan dari satu generasi ke generasi setelahnya.

1.6.2 Kesadaran Sejarah

Kesadaran sejarah adalah orientasi intelektual yang bersifat kreatif, mawas diri, dan introspeksi yang tiada hentinya. Dalam hal ini mencakup usaha menempatkan diri dan eksistensi hidupnya dalam konfigurasi sosio-kulturalnya, sehingga menimbulkan kesadaran akan lokasi dirinya dalam kehadiran kehidupan keseluruhannya. Kesadaran diri dapat dimaknai sadar akan keberadaan dirinya sebagai individu, sebagai makhluk sosial termasuk sadar sebagai bangsa dan sadar sebagai makhluk ciptaan Tuhan.

1.6.3 SMA Yayasan Atikan Sunda

Sekolah Menengah Atas Yayasan Atikan Sunda (YAS) yang dimaksud merupakan sekolah menengah atas yang berlokasi di jalan PHH Mustapa No. 115 Bandung yang berada di bawah Yayasan Atikan Sunda berada dalam organisasi sosial Daya Sunda.


(20)

Tedy Sutardi , 2015

PERAN PENDIDIKAN BUDAYA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KESADARAN SEJARAH DI KALANGAN SISWA SMA YAYASAN ATIKAN SUNDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Adapun sistematika dalam penulisan Tesis ini terdiri dari lima bab yaitu bab pertama pendahuluan berisi tentang latar belakang penelitian yang berisi tentang alasan-alasan mengapa penelitian ini layak untuk dilakukan kemudian fokus penelitian berisi tentang apa yang akan diteliti setelah itu ada rumusan masalah yang berisi tentang pertanyaan-pertanyaan penelitian. Tujuan dan manfaat penelitian merupakan bagian selanjutnya dari bab pendahuluan ini yang isinya tentang apa saja tujuan yang ingin dicapai dan manfaat dari penelitian yang akan dilakukan. Setelahnya ada bagian klarifikasi konsep yang berisi tentang penjelasan terhadap konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini. Pada bagian akhir bab pendahuluan berisi sistematika penulisan tesis ini.

Bab ke dua berisi tentang landasan teori yang digunakan penulis untuk mengkaji masalah yang akan diteliti. Dalam bab dua ini penulis menggunakan beberapa teori diantaranya tentang Pewarisan Nilai, teori Kontak Budaya kemudian tentang kearifan lokal dan Pendidikan Sejarah. Landasan teori ini seiring dengan perkembangan penelitian teori yang digunakan pun akan disesuaikan dengan keadaan lapangan. Mengingat ini adalah penelitian kualitatif maka landasan teori ini hanya lah acuan awal yang digunakan, dan bisa berubah sesuai dengan temuan yang didapatkan selama penelitian.

Bab ketiga dalam tesis ini berisi tentang metodologi penulisan yang digunakan dalam penelitian ini. Pendekatan yang penulis ambil dalam penelitian ini menggunakan kualitatif dengan metode Etnografi. Maka pada bagian ini berisi tentang subjek penelitian, tempat penelitian, teknik pengumpulan data dan tekni analisis data.

Bab keempat dari tesis ini akan berisi hasil kajian penelitian yang dilakukan di sekolah menengah atas Yayasan Atikan Sunda. Di jelaskan secara deskripstif naratif berdasarkan hasil temuan-temuan selama penelitian ini dilakukan. Dan yang terakhir Bab lima akan berisi


(21)

Tedy Sutardi , 2015

PERAN PENDIDIKAN BUDAYA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KESADARAN SEJARAH DI KALANGAN SISWA SMA YAYASAN ATIKAN SUNDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan beserta rekomendasi-rekomendasi pada beberapa pihak untuk menindak lanjuti hasil penelitian ini.


(22)

Tedy Sutardi , 2015

PERAN PENDIDIKAN BUDAYA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KESADARAN SEJARAH DI KALANGAN SISWA SMA YAYASAN ATIKAN SUNDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Subjek Penelitian

Subjek penelitian atau sumber data penelitian pada sekolah SMA YAS Bandung, dipilih secara purposive yaitu teknik pengambilan sumber data dengan pertimbangan tertentu. SMA YAS Bandung dipilih mengingat sekolah ini merupakan salah satu sekolah yang mengembangkan budaya sekolah yangg berlandaskan budaya sunda, letak sekolah yang berada di jalan PHH Mustopa pada jalur yang cukup strategis sehingga memudahkan dijangkau dari berbagai arah.Teknik ini bisa diartikan sebagai suatu proses pengambilan sampel dengan menentukan terlebih dahulu jumlah sampel yang hendak diambil, kemudian pemilihan sampel dilakukan dengan berdasarkan tujuan-tujuan tertentu, asalkan tidak menyimpang dari ciri-ciri sampel yang ditetapkan (Sugiyono,2008:85).

Berdasarkan rancangan pendekatan kualitatif (Lincoln dan Guba 1985, Moleong 1997, Nasution 1996, Bogdan dan Biklen 1990) bahwa yang dimaksud dengan dan dijadikan subjek penelitian hanyalah sumber data yang dapat memberikan informasi atau yang dapat membantu perluasan teori yang dikembangkan. Subjek penelitian dapat berupa hal, peristiwa, manusia dan situasi yang diobservasi atau responden yang dapat di wawancara. Sumber penelitian ini merupakan sumber informasi atau data yang di tarik dan dikembangkan secara purposif (Lincoln dan Guba, 1985,hlm.201), bergulir hingga mencapai titik jenuh dimana informasi telah dikumpulkan secara tuntas (Nasution, 1988,hlm.32) Berdasarkan pendapat tersebut yang menjadi subjek penelitian yakni siswa SMA Yayasan Atikan Sunda kelas X dan XI IPA-IPS, Guru, kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, dan sumber bahan cetak (kepustakaan) yang meliputi: jurnal, hasil penelitian terdahulu, buku teks, disertasi, tesis, yang berkaitan dengan masalah tersebut.


(23)

Tedy Sutardi , 2015

PERAN PENDIDIKAN BUDAYA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KESADARAN SEJARAH DI KALANGAN SISWA SMA YAYASAN ATIKAN SUNDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam penelitian kualitatif tidak mengunakan istilah populasi, tetapi oleh

Spradley (2007,hlm.49) dinamakan ”sosial situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu : tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Situasi sosial dalam penelitian ini adalah tempat (place) yaitu sekolah, aktivitas (activity) yaitu proses belajar mengajar, pelaku (actors) yaitu guru dan murid.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian pada studi tentang “Peran Pendidikan Budaya Sunda dalam Meningkatkan Kesadaran Sejarah dikalangan siswa SMA Yayasan Atikan Sunda” Kota Bandung ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode Etnografi. Spradley (2007 hlm.3) menyatakan bahwa metode Etnografi merupakan pekerjaan mendeskripsikan suatu kebudayaan. Tujuan utama aktivitas ini untuk memahami suatu pandangan hidup dari sudut pandang penduduk asli, hubungannya dengan kehidupan untuk mendapatkan pandangan mengenai dunianya. Inti dari Etnografi adalah upaya untuk mepelajari makna-makna tindakan dari kejadian yang menimpa orang yang ingin kita pahami.

Lebih lanjut Creswell (2015) menegaskan bahwa Etnografi merupakan sebuah penelitian yang berfokus penuh pada sebuah kelompok budaya. Kelompok budaya yang menjadi fokus tersebut bisa saja dalam scope yang kecil (sekumpulan individu), atau dalam skala yang lebih besar dan terkait dengan sekumpulan orang atau banyak orang yang saling berinteraksi sepanjang waktu, seperti sebuah komunitas sosial dari kelompok pekerja. Etnografi juga adalah sebuah desain dari penelitian kualitatif dimana peneliti mencoba menjelaskan dan mengintepretasikan suatu kebudayaan, kelompok sosial atau sistem yang ada di masyarakat. Peneliti yang bisa disebut sebagai Etnograf mencoba menguji suatu kelompok dan mencoba mempelajari pola perilaku, adat istiadat, gaya hidup, yang tercermin dalam keseharian yang ada di kelompok tersebut. Peneliti berusaha


(24)

Tedy Sutardi , 2015

PERAN PENDIDIKAN BUDAYA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KESADARAN SEJARAH DI KALANGAN SISWA SMA YAYASAN ATIKAN SUNDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menguji dan mempelajari keseharian kelompok tersebut baik sebagai suatu proses maupun hasil dari penelitian.

Spradley menjelaskan (2007,hlm.12) bahwa etnografi adalah suatu kebudayaan yang mempelajari kebudayaan lain. Etnografi merupakan suatu bangunan pengetahuan yang meliputi teknik penelitian, teori etnografi, dan berbagai macam deskripsi kebuadayaan. Etnografi bermakna untuk membangun suatu pengertian yang sistematik mengenai kebudayaan manusia dan perspektif orang yang telah mempelajari kebudayaan itu. Beberapa sumbangan yang khas dan penting dari etnografi adalah menginformasikan teori-teori ikatan budaya, menemukan teori grounded, memahami masyarakat yang kompleks dan memahami perilaku manusia.

Etnografi biasanya mengacu pada bentuk-betuk penelitian sosial dengan sejumlah ciri khas sebagai berikut: 1. Lebih menekankan upaya eksplotasi terhadap hakikat/sifat dasar fenomena sosial tertentu bukan melakukan pengujian hipotesis fenomena tersebut. 2. Lebih suka bekerja dengan data tak terstruktur atau dengan kaitan lainnya, data yang belum dirumuskan dalam bentuk kode sebagai perangkat kategori yang masih menerima peluang bagi analisis tertentu. 3. Penelitian terhadap sejumlah kecil kasus, mungkin hanya satu kasus secara detail. 4. Menganalisis data yang meliputi interpretasi makna dan fungsi berbagai tindakan manusia secara ekplisit sebagai sebuah produk yang secara umum mengambil bentuk-bentuk deskripsi dan penjelasan verbal tanpa harus terlalu banyak memanfaatkan analisis kuantifikasi dan statistik (Paul Atkinson dan Martyn hammersley, 2009).

Peneliti dalam penelitian ini langsung berinteraksi dengan masyarakat setempat karena tempat tinggal peneliti tidak begitu jauh dengan lokasi penelitian, sehingga segala permasalahan yang terkait dengan kesadaran sejarah pada etnis Sunda dapat diketahui dan dipahami oleh peneliti secara jelas. Penelitian ini lebih memusatkan perhatian pada ucapan dan tindakan subjek penelitian, serta situasi


(25)

Tedy Sutardi , 2015

PERAN PENDIDIKAN BUDAYA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KESADARAN SEJARAH DI KALANGAN SISWA SMA YAYASAN ATIKAN SUNDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang dialami dan dihayatinya, dengan tetap berpegang teguh pada kekuatan data hasil wawancara.

Penelitian etnografi yang dilakukan menggunakan langkah-langkah yang dikembangkan oleh Creswell (2015) yaitu:

Langkah 1 . Mengidentifikasi maksud dan jenis desain, dan Mengaitkan maksud ke dalam Masalah Riset

Langkah pertama yang paling penting dalam melakukan penelitian adalah untuk mengidentifikasi mengapa perlu dilakukan, bentuk desain yang mana yang rencananya akan digunakan, dan bagaimana berhubungan dengan masalah penelitian. Faktor-faktor ini harus mengindentifikasi bentuk etnografi. Tujuan dari penelitian dan jenis masalah yang Anda usahakan untuk belajar akan berbeda secara signifikan tergantung pada rencana Anda untuk melakukannya secara realis, studi kasus, atau etnografi kritis.

Pada penelitian ini dirasa perlu melakukan penelitian terhadap tentang peran pendidikan budaya dalam meningkatkan kesadaraan sejarah siswa di SMA Yayasan Atikan Sunda Kota Bandung mengingat kekhusus subjek dan objeknya. Sekolah yang dijadikan tempat penelitian ini merupakan sekolah yang berlandaskan budaya dalam hal ini budaya Sunda. Tujuan penelitian ini untuk melihat bagaimana manifestasi pendidikana budaya Sunda di sekolah.

Langkah 2 . Mendiskusikan Persetujuan dan Mengakses Pertimbangan

Dalam langkah ini, peneliti harus menerima persetujuan dari tinjauan dewan kelembagaan dalam hal ini pimpinan lembaga yang akan di teliti, untuk penelitian yang dilakukan ini, persetujuan yang diberikaan oleh kepala SMA Yayasan Atikaan Sunda. Peneliti juga perlu mengidentifikasi jenis tujuan dan sampel yang tersedia dan yang terbaik untuk menjawab pertanyaan penelitian. Dalam proses ini, menempatkan sebuah tempat untuk penelitian dan kemudian


(26)

Tedy Sutardi , 2015

PERAN PENDIDIKAN BUDAYA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KESADARAN SEJARAH DI KALANGAN SISWA SMA YAYASAN ATIKAN SUNDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tersebut dan pesertanya untuk belajar. Dalam semua penelitian, peneliti perlu menjamin ketentuan untuk menghormati tempat tersebut dan aktif merancang penelitian bagaimana untuk membalas kepada individu di tempat itu. Ini berarti bahwa peneliti akan menjamin gangguan sedikit mungkit di tempat itu dan mengikuti praktek etika yang baik seperti menjamin privasi dan anonimitas, tidak menipu individu, dan menginformasikan semua keperluan peserta penelitian.

Langkah 3 . Gunakan Sesuai Prosedur Pengumpulan Data

Pada bagian ini tujuannya adalah untuk mengembangkan pemahaman tentang kasus atau masalah yang mendalam, dan peneliti mengumpulkan berbagai jenis data sebanyak mungkin untuk mengembangkan pemahaman ini.

Langkah 4 . Menganalisis dan Menafsirkan data dalam Desain

Dalam semua desain etnografi, Anda akan terlibat dalam proses umum mengembangkan deskripsi, menganalisis data Anda untuk tema, dan memberikan interpretasi makna informasi Anda. Ini adalah jenis analisis data dan prosedur interpretasi ditemukan di semua studi kualitatif. Namun, berbagai jenis desain etnografi bervariasi dalam pendekatan mereka untuk prosedur ini .

Dalam studi kasus, lagi-lagi analisis mengikuti deskripsi, analisis, dan interpretasi, tetapi prosedur analisis akan bervariasi tergantung pada apakah Anda sedang mempelajari kasus satu atau beberapa kasus. Jenis prosedur studi kasus untuk beberapa kasus adalah pertama-tama menganalisis setiap kasus secara terpisah dan kemudian melakukan analisis lintas kasus untuk mengidentifikasi tema umum dan berbeda di antara semua kasus.

Langkah 5 . Tuliskan Laporan Konsisten dengan Desain

Dalam penulisan laporan menekankan penjelasan rinci tentang masalah yang berhubungan peran pendidikan budaya Sunda. peneliti dapat menulis seluruh hasil penelitiana yang didapatkan


(27)

Tedy Sutardi , 2015

PERAN PENDIDIKAN BUDAYA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KESADARAN SEJARAH DI KALANGAN SISWA SMA YAYASAN ATIKAN SUNDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.3 Instrumen Penelitian

Instrumen utama dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri, peneliti kualitatif sebagai human instrument berfungsi menetapkan data dan membuat kesimpulan. Fungsi peneliti dalam penelitian kualitatif menurut Nasution (2003,hlm.223) dinyatakan bahwa:

“Dalam penelitian kualitatif tidak ada pilihan lain selain menjadikan

manusia sebagai instrumen penelitian utama, alasannya ialah bahwa segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu di kembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat

satu-satunya yang dapat mencapainya”.

Instrument utama penelitian pada penelitian ini adalah peneliti sendiri, namun setelah fokus penelitian menjadi jelas akan dikembangkan alat bantu peneliti yang diharapkan dapat digunakan untuk menunjang data pada sumber data yang lebih luas dan tajam serta dapat melengkapi data hasil pengamatan dan observasi.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada natural setting (kondisi alamiah), sumber data primer. Teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta (participation observation), wawancara mendalam (in depth interview) dan dokumentasi (Sugiyono, 2007,hlm.309). Sumber dan teknik pengumpulan data penelitian tentang persepsi siswa ini dilakukan melalui beberapa teknik seperti: observasi partisipatif, wawancara mendalam dan dokumentasi.

1. Pengumpulan Data dengan Observasi

Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila


(28)

Tedy Sutardi , 2015

PERAN PENDIDIKAN BUDAYA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KESADARAN SEJARAH DI KALANGAN SISWA SMA YAYASAN ATIKAN SUNDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

responden yang diamati tidak terlalu besar (Sugiyono, 2007,hlm.145). Ada 4 tipologi model observasi: pengamat murni (complete observer), pengamat sebagai partisipan (observer as partisipan), partisipan sebagai pengamat (participant as abserver) dan partisipan murni (complete participan). Lebih lanjut para peneliti menjelaskan bahwa, dalam aspek tertentu, semua penelitian sosial merupakan semacam observasi partisipan, karena kita tidak dapat meneliti realitas sosial tanpa menjadi bagian dari realitas itu sendiri (Hammersley & Atkinson, 2009). Faisal (1990) mengklarifikasikan observasi menjadi observasi partisipasi (participant observation), observasi yang secara terang terangan atau tersamar (overt observation and cover observation), dan observasi yang tak berstruktur (unstructured observation). Terkait dengan hal tersebut di atas, maka dalam penelitian ini observasi yang peneliti gunakan adalah observasi partisipasif, dimana peneliti datang ke lokasi atau tempat kegiatan sekolah untuk mengamati situasi dan aktivitas masyarakat setempat, peneliti ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.

Menurut Patton (Nasution, 2003), manfaat observasi adalah: a) dengan observasi di lapangan peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan dapat diperoleh pandangan yang holistik (menyeluruh), b) dengan observasi akan diperoleh pengalaman langsung, sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumya. Pendekatan induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan atau discovery, c) dengan observasi, peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati orang lain, khusunya orang yang berada dalam lingkungan itu, karena telah dianggap

“biasa” dan karena itu tidak akan terungkapkan dalam wawancara, d) dengan

observasi, peneliti daat menemukan hal-hal yang tidak akkan terungkapkan oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga, e) dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal diluar persepsi responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang


(29)

Tedy Sutardi , 2015

PERAN PENDIDIKAN BUDAYA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KESADARAN SEJARAH DI KALANGAN SISWA SMA YAYASAN ATIKAN SUNDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lebih komprehensif, f) melalui pengamatan di lapangan, peneliti tidak hanya mengumpulkan data yang kaya, tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi, dan merasakan suasana situasi sosial yang diteliti.

2. Pengumpulan Data dengan Wawancara

Teknik wawancara digunakan untuk mendialogkan dan menggali informasi yang dibutuhkan dalam penelitian, baik wawancara terstruktur dengan bantuan pedoman wawancara maupun yang tidak terstruktur. Wawancara terstruktur dilakukan untuk memperoleh data tentang kondisi sekolah dan problematika yang dihadapi dalam pendidikan sejarah. Sedangkan wawancara tidak terstruktur dilakukan untuk memperoleh data dari beberapa informan kunci untuk melengkapi data tersebut diatas dengan pertanyaan yang bersifat menggali pengetahuan informan.

Penelitian kualitatif sering menggabungkan teknik observasi partisipasif dengan wawancara mendalam. Selama melakukan observasi, peneliti juga melakukan interview kepada orang-orang yang ada di dalamnya. Agar hasil wawancara dapat terekam dengan baik, dan peneliti memiliki bukti telah melakukan wawancara kepada informan atau sumber data, maka dalam penelitian ini alat-alat penelitian yang digunakan antara lain sebagai berikut:

a. Catatan lapangan (field note): berfungsi untuk mencatat semua percakapan dengan sumber data atau informan..

b. Tape recorder: berfungsi untuk merekam semua percakapan atau pembicaraan selama peneliti mewawancarai informan atau sumber data yang ada di sekolah dan lingkungan sekolah.

c. Handycam: alat ini selain digunakan untuk merekam aktifitas masyarakat, juga dapat digunakan sebgai kamera yang memotret segala kegiatan di sekolah SMA YAS Bandung yang meliputi profil kehidupan dan pendidikannya. Pengambilan gambar dilakukan ketika kegiatan wawancara dan observasi berlangsung dan dengan adanya kegiatan alat


(30)

Tedy Sutardi , 2015

PERAN PENDIDIKAN BUDAYA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KESADARAN SEJARAH DI KALANGAN SISWA SMA YAYASAN ATIKAN SUNDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penelitian ini maka keabsahan penelitian lebih terjamin, karena peneliti betul-betul melakukan pengumpulan data.

3. Pengumpulan Data dengan Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan pelengkap dalam metode observasi dan wawancara pada penelitian kualitatif. Dalam penelitian tentang peran pendidikan budaya sunda terhadap siswa peningkatan kesadaran sejarah siswa ini, dokumen yang peneliti dapatkan antara lain; tulisan-tulisan tentang budaya sunda dan Pendidikan Sejarah dalam bentuk jurnal, buku, artikel, gambar aktifitas.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Dalam hal ini Nasution (Sugiyono, 2007,hlm.336) menyatakan bahwa analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data, dan dalam kenyataannya analisis data kualitatif berlangsung selama proses pengumpulan data daripada setelah selesai pengumpulan data.

Miles dan Huberman (2014) mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktifitas dalam analisis data, yaitu

1. Data Reduction

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.


(31)

Tedy Sutardi , 2015

PERAN PENDIDIKAN BUDAYA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KESADARAN SEJARAH DI KALANGAN SISWA SMA YAYASAN ATIKAN SUNDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Data Display

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antara kategori flowchart dan sejenisya. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

3. Conclusing Drawing/Verification

Kesimpulan awal yang ditemukan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila dtemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.


(32)

Tedy Sutardi , 2015

PERAN PENDIDIKAN BUDAYA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KESADARAN SEJARAH DI KALANGAN SISWA SMA YAYASAN ATIKAN SUNDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan peran Pendidikan Budaya Sunda dalam meningkatkan kesadaran Sejarah Siswa SMA YAS yang dilakukan oleh peneliti, maka pada bagian ini penulis akan mencoba menarik beberapa kesimpulan dan rekomendasi dengan tidak terlepas dari fokus masalah yang telah dirumuskan.

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan-kesimpulan yang dapat penulis kemukakan adalah sebagai berikut.

1. Manifestasi yang dilakukan SMA YAS dalam mengembangkan nilai-nilai budaya Sunda melalui integrasi terhadap semua mata pelajaran baik itu secara tertulis ataupun melalui prilaku merupakan sebuaah terobosan dalam dunia pendidikan. Proses enkulturasi yang terjadi didalamnya membuat semua elemen yang ada dalam sivitas akademika tersebut tidak merasa terbebani dengan penerapan nilai-nilai budaya Sunda. Serta lebih dikembangkan lagi dalam kegiatan ekstrakulikuler yang berbasis budaya khususnya lingkung seni dan memberikan apresiasi yang lebih bagi mereka yang menampilkan atau belajar tentang budaya sunda dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

2. Kesadaran Sejarah siswa mengenal tentang lingkungan sekitarnya dan mengimplementasikan nilai-nilai budaya lokal itu pada kehidupan keseharian sehingga merasa bangga terhadap diri, lingkungan serta negaranya masih kurang banyak siswa yang kurang begitu peduli dengan lingkungannya apalagi terhadap pelestarian benda-benda peninggalan


(33)

Tedy Sutardi , 2015

PERAN PENDIDIKAN BUDAYA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KESADARAN SEJARAH DI KALANGAN SISWA SMA YAYASAN ATIKAN SUNDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sejarah. Walau ada sebagian kecil siswa yang peduli terhadap sejarah dengan mengikuti kegiatan museum dan Aleut klub.

3. Pada proses pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai budaya dengan melakukan integrasi terhadap beberapa nilai yang berhubungan dengan materi tidak berjalan secara maksimal guru mengalami kendala dalam memilih nilai-nilai budaya yang harus disampaikan. Latar belakang guru yang berbeda baik dilihat dari segi keilmuan atau hal lainnya menimbulkan penafsiran yang berbeda terhadap nilai-nilai budaya yang akan diintegrasikan sehingga kadangkala terdapat jurang pemahaman yang sangat lebar antara satu guru dengan guru yang lain. Hal ini akan berdampak buruk bila dibiarkan terus berlarut-larut oleh pihak sekolah yang berujung visi-misi sekolah tidak akan tercapai secara maksimal

4. Hasil-hasil Pembelajaran siswa kurang menunjukan adanya pemahaman tentang nilai-nilai budaya Sunda, kesadaran sejarah, sebagai jati diri masyarakat Sunda. Hanya sebagian kecil saja siswa yang merasa memiliki budaya sunda dan kesadaran sejarahnya.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil temuan lapangan dalam kesempatan ini penulis memberikan sumbang saran untuk direkomendasikan. Rekomendasi ini disampaikan kepada berbagai pihak terkait yang memiliki kontribusi kuat terhadap pembelajaran sejarah. Dengan demikian ada beberapa rekomendasi yang dapat peneliti sampaikan, sebagai berikut

1. Kepada Guru Sejarah di lapangan diharapkan dalam fungsinya sebagai

curriculum developer” dapat mencari format mengembangkan pembelajaran sejarah yang berbasis nilai-nilai budaya lokal pengimplementasian pembelajaran Sejarah mengharuskan adanya usaha


(34)

Tedy Sutardi , 2015

PERAN PENDIDIKAN BUDAYA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KESADARAN SEJARAH DI KALANGAN SISWA SMA YAYASAN ATIKAN SUNDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengembangkan keaneka ragaman pada diri siswa, antara lain supaya menyajikan pokok-pokok bahasan sejarah yang kontekstual dengan kehidupan siswa sehari-hari.

2. Pihak sekolah, dalam hal ini kepala sekolah sebagai manajer dalam lembaga pendidikan harus mendorong pengembangan pendidikan karakter seluas-luasnya. Dalam proses pembelajaran sejarah, kepala sekolah harus memberikan kesempatan kepada guru untuk melaksanakan pembelajaran sejarah yang mampu mengembangkan nilai-nilai karakter pada diri siswa.

3. Kepada Pemerintah Daerah, dalam hal ini, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, agar merumuskan sebuah kurikulum pembelajaran khusus yang berbasis nilai-nilai budaya Sunda di samping tetap menyesuaikan dengan karakteristik masyarakat Provinsi Jawa Barat dan yang paling penting adalah membuat buku teks atau buku ajar tentang sejarah dan kebudayaan lokal Jawa Barat yang bisa digunakan pada semua jenjang pendidikan. Melalui program tersebut diharapkan pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap sejarah lokal serta nilai-nilai budaya yang dimilikinya dapat meningkat.

4. Kepada siswa SMA YAS sebagai generasi penerus bangsa penulis sarankan agar terus meningkatkan kerukunan dengan memberdayakan segenap kemampuan dan kreatifitas yang dimilikinya, melalui proses pembelajaran sejarah lokal dengan cara mengikuti kegiatan sekolah. Selain itu diharapkan para siswa lebih toleran dan mau untuk peduli terhadap kondisi masyarakat saat ini melalui aktivitas yang mencerminkan kebanggaan sebagai warga negara Indonesia.

5. Kepada peneliti selanjutnya yang tertarik dengan permasalahan tersebut direkomendasikan untuk secara spesifik mengkaji dan menelaah masalah pembelajaran Sejarah lokal oleh guru yang kualifikasinya sebagai guru


(35)

Tedy Sutardi , 2015

PERAN PENDIDIKAN BUDAYA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KESADARAN SEJARAH DI KALANGAN SISWA SMA YAYASAN ATIKAN SUNDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sejarah, hal ini dimaksudkan untuk memberikan rangsangan kepada guru-guru untuk mencoba mengimplementasikan pembelajaran Sejarah dalam pengembangan nilai-nilai budayaa Sunda untuk menjawab tantangan pendidikan sekarang ini dengan melihat pada kondisi bangsa kita. Hasil temuan penelitian ini perlu dikembangkan lebih lanjut melalui penelitian yang lebih baik dari sisi metodologis maupun teori.


(36)

Tedy Sutardi , 2015

PERAN PENDIDIKAN BUDAYA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KESADARAN SEJARAH DI KALANGAN SISWA SMA YAYASAN ATIKAN SUNDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Adimihardja, K. (1996). Kebudayaan dan Lingkungan. Studi Bibliografi. Ilham Jaya Bandung

Adiwikarta, Sudardja. (1988). Sosiologi Pendidikan; Isyu daan Hipotesis tentang hubungan pendidik dan masyarakat. Jakarta: Depdikbud Dikti P2LPTK

Ary, Donald., Jacobs, Lucy Cheser., Razavieh, Asghar. (2010). Introduction to Research in Education 8th edition. Wardswoth Cengage Learning.

Canada: Nelson Education ltd

Atmodjo, M.M.S.K. (1986). Pengertian Kearifan Lokal dan Relevansinya dalam Modernisasi. Dalam Ayat Rohaedi Penyunting (1986). Kepribadian Budaya Bangsa (Local Genius). Jakarta: DPJ.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum. 2010. Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran berdasarkan Nilai-Nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa: Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Pusat Kurikulum Kementrian Pendidikan Nasional.

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP.

Banks, J. A. (1986). Teaching Strategies for Ethnic Studies fouth edition. Boston: Allyn and Bacon, Inc.

Bayu Dwi Nurwicaksono (2013). Eksplorasi Nilai Budaya Dan Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal Dalam Tradisi Lisan Rupa Bumi Dan Ancangan Revitalisasinya Melalui Implementasi Kurikulum 2013 Dan Program Agrowisata. Tesis. PPS UPI Bandung (tidak diterbitkan)

Berger, Peter L. dan Thomas Luckmann. (1990). Tafsir Sosial atas Kenyataan Risalah tentang Sosiologi Pengetahuan. (terjemahan dari The Social Construction of Reality: A Treatise in the Sociology of Knowledge). Jakarta: LP3ES


(37)

Tedy Sutardi , 2015

PERAN PENDIDIKAN BUDAYA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KESADARAN SEJARAH DI KALANGAN SISWA SMA YAYASAN ATIKAN SUNDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bogdan, R.C. dan Taylor, S.J. (1993). Qualitative Research for Education an Introduction to Theory and Method. Boston: Allyn & Bacon Inc.

Bourdillon , H. ( 1999 ) . Teaching History . London . Routledge .

Collingwood, R.C. (2001). The Principles Of History . New York : Oxford University Press.

Cresswell, Jhon W., (2012). Eduactional Research: Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research. Ney Jersey: Person Education, Inc.

Creswell, John W. (2012).Research Design; Pendekatan Kulitatitif, Kuantitatif dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Creswell, John W. (2015). Riset Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Danandjaja, James. (2002). Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng dan lain-lain. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

David Kaplan dan Robert A. Manners. (2002). The Theory of Culture, diterjemahkan oleh Landung Simatupang, Teori Budaya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Eagleton, Terry. (2000). The Idea of Culture, Blackwell.

Ekadjati, Edi S. (1995). Kebudayaan Sunda: Suatu Pendekatan Sejarah. Bandung: Pustaka Jaya

Emzir. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif : Analisis Data. Jakarta: Rajawali Pers

Emzir. (2013). Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers

Fatah, Nanang (2004). Landasan Manajemen Pendidikan, cet. VII, Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Gall, M.D., Gall, J.P. and Borg, W.R. (2003) Educational Research: An Introduction, Seventh Edition. New York: Pearson education Inc


(38)

Tedy Sutardi , 2015

PERAN PENDIDIKAN BUDAYA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KESADARAN SEJARAH DI KALANGAN SISWA SMA YAYASAN ATIKAN SUNDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hasan, Said Hamid. (1999). “Pendidikan Sejarah untuk Membangun Manusia

Baru Indonesia”. Mimbar Pendidikan. Nomor 2/XVIII Tahun. 1999.

Bandung: University Press IKIP Bandung.

Hasan, Said Hamid. (2012). Pendidikan Sejarah Indonesia: Isu dalam Ide dan Pembelajaran. Bandung: Rizqi Press.

Herry Porda Nugroho Putro (2006). Model Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kesadaran Sejarah Melalui Pendekatan Inkuiri (Studi Pembelajaran pada Siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kota Banjarmasin-Kalimantan Selatan). Disertasi. Sekolah Pascasarjana UPI. Henley, Darren (2012) The Arts, Creativity and Cultural Education: An

International Perspective. London: Caroline Sharp and Joanna Le Métais Qualifications and Curriculum Authority

Ismaun. (2005). Filsafat Sejarah. Bandung: Historia Utama Press.

Ismaun. (2005). Pengantar Belajar Sejarah Sebagai Ilmu Dan Wahana Pendidikan. Bandung : Historia Utama Press.

Iwan Hermawan (2008). Kearifan Sunda Dalam Pendidikan (Studi Etnografi terhadap aktualisasi Nilai-Nilai Tradisi Sunda Dalam Pendidikan IPS di Sekolah Pasundan dan Yayasan Atikan Sunda). Disertasi. PPS UPI Bandung (tidak diterbitkan)

Jajang Hendar Hendrawan. (2013). Transformasi Nilai Kepemimpinan Sunda dalam Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (Studi Fenomenologi pada Sekolah Menengah Pertama di Lingkungan Yayasan Pendidikan Dasar dan Menengah Pasundan). Disertasi. PPS UPI Bandung (tidak diterbitkan)

Johnson, D.P. (1990). Teori Sosiologi: Klasik dan Modern 1 (Penterjemah: Lawang, R.M.Z., dari Sociological Theory). Jakarta: Gramedia.

Kartodirdjo, Sartono. (1988). “Menggali Warisan Leluhur Untuk Memperkokoh

Identitas Nasional Fungsi Pembelajaran Sejarah Dalam Pembangunan”.

Makalah. Surakarta: PPS UNS.

Kartodirdjo, Sartono. (1993). Pendekatan ilmu sosial dalam metodologi sejarah. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Kesuma, dkk., (2012). Pendidikan Karakter: Kajia Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya.


(39)

Tedy Sutardi , 2015

PERAN PENDIDIKAN BUDAYA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KESADARAN SEJARAH DI KALANGAN SISWA SMA YAYASAN ATIKAN SUNDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Koentjaraningrat, (1992). Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Dian Rakyat

Koentjaraningrat. (1990). Pengantar Ilmu Antropologi: Cetakan ke 8. Jakarta: Rineka Cipta.

Koentjaraningrat. 1986 “Peranan Local genius dalam Akulturasi”, dalam

Ayatrohaedi (ed.), Kepribadian Budaya Bangsa (Local genius). Jakarta: Pustaka Jaya.

Komalasari, kokom. (2011). Pembelajaran kontekstual: konsep dan aplikasi. Bandung:Refika Aditama

Langgulung, Hasan. (1995). Manusia dan Pendidikan. Jakarta: Al-Husna zikra Layton, Robert. (1997). An Introduction to Theory in Anthropology. Cambridge

University Press

Levi – Strauss, C. (2005). Mitos dan Makna: Membongkar Kode-kode Budaya. (Penterjemah: Hok, L.P., dari Myth and Meaning). Serpong: Marjin Kiri. Levi – Strauss, C. (2007). Antropologi Struktural. (Penterjemah: Sjams, N.R., dari

Antropologie Strukturale, PLON 1958). Yogyakarta: Kreasi Wacana. Le Métais, Caroline Sharp and Joanna. (2000). The Arts, Creativity and Cultural

Education:An International Perspective. London : Qualifications and Curriculum Authority

Lickona, thomas. (2012). Educating For Character, Mendidik untuk Membentuk Karakter. Bumi Aksara

Lincoln, Y.S. dan Guba, EC. (1985). Naturalisiic Inquiry. Beverly Hills: Sage. Malinowski, B.(1983). Dinamik Bagi Perubahan Budaya. Kuala Lumpur: Dewan

Bahasa dan Pustaka

Miles, Matthew B. dan A. Michaael Huberman. (2014). Analisis Data Kualitatif. (terjemahan dari Qualitatiff Data Analysis, penerjemah. Tjetjep Rohendi Rohidi). Jakarta:UI Press

Moleong, L.J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.


(40)

Tedy Sutardi , 2015

PERAN PENDIDIKAN BUDAYA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KESADARAN SEJARAH DI KALANGAN SISWA SMA YAYASAN ATIKAN SUNDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Mulyana, A., dan Supardan, D. (2008). Sejarah Sebuah Penilaian: Refleksi 70 Tahun Prof. Dr. Asmawi Zainul M. Ed. Bandung: Jurusan Pendidikan Sejarah.

Nababan, A. (1995). Kearifan Tradisional dan Pelestarian Lingkungang Hidup di Indonesia. Analisis CSIS. TH. XXIV, No.6 Edisi November – Desember. Hal 421-435

Nasution, S. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Nurjaman, Dadang. (2011). Pembelajaran Sunda Lintas Kurikulum, dalam

Revitalisasi Budaya Sunda:Peluang dan tantangan Global. Konferensi Internasional Budaya Sunda II. Yayasan Rancage.

Nurrochsyam A. W. (2011). Tradisi Pasola antara Kekerasan dan Kearifan Lokal dalam Buku Kearifan Lokal Di Tengah Modernisasi. Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia .

Paul Atkinson dan Martin Hamersley.(2009). Etnografi dan Observasi Partisipan, dalam Norman K.Denzin dan Yvonna S. Lincoln. (2009). Hanbook of Qualitative Research. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Peraturan Daerah Jawa Barat No. 5 Tahun 2003 tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra dan Aksara Daerah.

Peraturan Daerah Jawa Barat No.6 Tahun 2003 tentang Pemeliharaan Kesenian. Peraturan Daerah Jawa Barat No.7 Tahun 2003 tentang Pengelolaan

Keperbukalaan, Kesejarahan, Nilai Tradisional dan Musium.

Peter L Berger dan Thomas Luckman, (1990) Tafsir Sosial atas Kenyataan. Jakarta : LP3S.

Poespowardojo, Soerjanto. 1986. “Pengertian Local genius dan Relevansinya

dalam Modernisasi”, dalam Ayatrohaedi, (ed.), Kepribadian Budaya

Bangsa (Local genius). Jakarta: Pustaka Jaya.

Pole, Christofer and Marlene Morrison. (2003). Ethnography for Education. Open-University Press (UK)

Plecko, Barbara Putz. (2008).Cultural education:The promotion of cultural knowledge, creativity and intercultural understanding through education. Paris : Parliamentary Assembly Council of Europe


(1)

Tedy Sutardi , 2015

PERAN PENDIDIKAN BUDAYA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KESADARAN SEJARAH DI KALANGAN SISWA SMA YAYASAN ATIKAN SUNDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Koentjaraningrat, (1992). Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Dian

Rakyat

Koentjaraningrat. (1990). Pengantar Ilmu Antropologi: Cetakan ke 8. Jakarta:

Rineka Cipta.

Koentjaraningrat. 1986 “Peranan Local genius dalam Akulturasi”, dalam

Ayatrohaedi (ed.), Kepribadian Budaya Bangsa (Local genius). Jakarta:

Pustaka Jaya.

Komalasari, kokom. (2011). Pembelajaran kontekstual: konsep dan aplikasi.

Bandung:Refika Aditama

Langgulung, Hasan. (1995). Manusia dan Pendidikan. Jakarta: Al-Husna zikra

Layton, Robert. (1997). An Introduction to Theory in Anthropology. Cambridge

University Press

Levi – Strauss, C. (2005). Mitos dan Makna: Membongkar Kode-kode Budaya.

(Penterjemah: Hok, L.P., dari Myth and Meaning). Serpong: Marjin Kiri.

Levi – Strauss, C. (2007). Antropologi Struktural. (Penterjemah: Sjams, N.R., dari

Antropologie Strukturale, PLON 1958). Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Le Métais, Caroline Sharp and Joanna. (2000). The Arts, Creativity and Cultural

Education:An International Perspective. London : Qualifications and

Curriculum Authority

Lickona, thomas. (2012). Educating For Character, Mendidik untuk Membentuk

Karakter. Bumi Aksara

Lincoln, Y.S. dan Guba, EC. (1985). Naturalisiic Inquiry. Beverly Hills: Sage.

Malinowski, B.(1983). Dinamik Bagi Perubahan Budaya. Kuala Lumpur: Dewan

Bahasa dan Pustaka

Miles, Matthew B. dan A. Michaael Huberman. (2014). Analisis Data Kualitatif.

(terjemahan dari Qualitatiff Data Analysis, penerjemah. Tjetjep Rohendi

Rohidi). Jakarta:UI Press

Moleong, L.J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja


(2)

Tedy Sutardi , 2015

PERAN PENDIDIKAN BUDAYA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KESADARAN SEJARAH DI KALANGAN SISWA SMA YAYASAN ATIKAN SUNDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Mulyana, A., dan Supardan, D. (2008). Sejarah Sebuah Penilaian: Refleksi 70

Tahun Prof. Dr. Asmawi Zainul M. Ed. Bandung: Jurusan

Pendidikan Sejarah.

Nababan, A. (1995). Kearifan Tradisional dan Pelestarian Lingkungang Hidup di

Indonesia. Analisis CSIS. TH. XXIV, No.6 Edisi November –

Desember. Hal 421-435

Nasution, S. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Nurjaman, Dadang. (2011). Pembelajaran Sunda Lintas Kurikulum, dalam

Revitalisasi Budaya Sunda:Peluang dan tantangan Global. Konferensi

Internasional Budaya Sunda II. Yayasan Rancage.

Nurrochsyam A. W. (2011). Tradisi Pasola antara Kekerasan dan Kearifan Lokal

dalam Buku Kearifan Lokal Di Tengah Modernisasi. Kementerian

Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia .

Paul Atkinson dan Martin Hamersley.(2009). Etnografi dan Observasi Partisipan,

dalam Norman K.Denzin dan Yvonna S. Lincoln. (2009). Hanbook of

Qualitative Research. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Peraturan Daerah Jawa Barat No. 5 Tahun 2003 tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra dan Aksara Daerah.

Peraturan Daerah Jawa Barat No.6 Tahun 2003 tentang Pemeliharaan Kesenian. Peraturan Daerah Jawa Barat No.7 Tahun 2003 tentang Pengelolaan

Keperbukalaan, Kesejarahan, Nilai Tradisional dan Musium.

Peter L Berger dan Thomas Luckman, (1990) Tafsir Sosial atas Kenyataan.

Jakarta : LP3S.

Poespowardojo, Soerjanto. 1986. “Pengertian Local genius dan Relevansinya

dalam Modernisasi”, dalam Ayatrohaedi, (ed.), Kepribadian Budaya

Bangsa (Local genius). Jakarta: Pustaka Jaya.

Pole, Christofer and Marlene Morrison. (2003). Ethnography for Education.

Open-University Press (UK)

Plecko, Barbara Putz. (2008).Cultural education:The promotion of cultural

knowledge, creativity and intercultural understanding through


(3)

Tedy Sutardi , 2015

PERAN PENDIDIKAN BUDAYA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KESADARAN SEJARAH DI KALANGAN SISWA SMA YAYASAN ATIKAN SUNDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Purba, S. (2011). Sejarah dan Pembentukan Karakter Bangsa. [online] tersedia:

http://sejarah.kompasiana.com/2012/07/01/sejarah-dan-pembentukan-karakter-bangsa-474659.html. Diakses pada tanggal 8 Juni 2015.

Rosidi, Ajip. (2004). Masa Depan Budaya Daerah: Kasus Bahasa dan Sejarah

Sunda, Pikiran dan Pandangan Ajip Rosidi. Jakarta: Pustaka Jaya.

Rosidi, Ajip. (2010). Mencari Sosok Manusia Sunda. Bandung : Pustaka Jaya

Rosidi. Ajip. (2009). Manusia Sunda: Sebuah Esai tentang Tokoh-tokoh Sastera

dan Sejarah. Bandung: Kiblat Buku Utama.

Sardiman A. M. (2000). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja

Grafindo Persada.

Sardiman. (2012). “Pembelajaran Sejarah dan Pembangunan Karakter Bangsa”.Pendidikan Sejarah Untuk Manusia dan Kemanusiaan: Refleksi Perjalanan Karir Akademik Prof. Dr. H. Said Hamid Hasan, MA.

Jakarta: Bee Media Indonesia.

Sartono Kartodirdjo. (1989). Fungsi Sejarah dalam Pembangunan Nasional.

dalam Historika No.1 Tahun I. Surakarta: Program Pasca Sarjana

Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Jakarta KPK Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Sartono Kartodirdjo. (1993). Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah.

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Sarwiningsih (2010). Keprofesionalan Guru Sejarah SMA di Surakarta. Tesis:

Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Sedyawati. (1986). “Lokal Genius dalam Kesenian Indonesia” dalam

Ayatrohaedi, penyunting (1986). Kepribadian Budaya Bangsa

(Local Genius). Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.

Semiawan, Conny R. (1999). Perkembangan dan Belajar Peserta Didik.

Yogyakarta: UNY

Setiawan, Hawe. (2001).. “Melak jeung Néang Hanjuang Siang”. Makalah pada

Kongres Basa Sunda ke-7, Garut : Lembaga Basa jeung Sastra Sunda.


(4)

Tedy Sutardi , 2015

PERAN PENDIDIKAN BUDAYA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KESADARAN SEJARAH DI KALANGAN SISWA SMA YAYASAN ATIKAN SUNDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Setijowati, Adi dan Kawan-Kawan (Ed).( 2010). Sastra dan Budaya Urban dalam

Kajian Lintas Media. Surabaya: Airlangga University Press.

Slavin, Robert E. (2008). Cooprative Learning Teori, Riset, dan Praktik.

Bandung: Nusa Media.

Soebadio, H. (1986). Kepribadian Budaya Bangsa. Dalam Ayat Rohaedi,

Kepribadian Budaya Bangsa (Local Genius). Jakarta:Pustaka Jaya.

Soedjatmoko. (1983). Dimensi Manusia dalam Pembangunan. Jakarta: LP3ES.

Soekanto, S. (1994). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Grafindo.

Soemardjan, Selo. (1996). Setangkai bunga sosiologi. Cet.5. Yogyakarta:

Gadjahmada University Press

Spradley, james. P (2007). Metode etnografi. Edisi Kedua. Yogyakarta:Tiara

wacana

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Suhamihardja, Agraha Suhandi. (1997). Pola Hidup Masyarakat Indonesia.

Fakultas sastra Universitas Padjadjaran

Sukadi. (2009). Pendidikan IPS Sebagai Rekonstruksi Pengalaman Budaya

Berbasis Ideologi TRI H ITA KARAM: Studi Etnografi tentang Pengaruh Masyarakat terhadap Program Pendidikan IPS pada SMU Negeri 1

Ubud, Bali. Disertasi. PPS UPI Bandung (tidak diterbitkan)

Sukmadinata, N. S. (2003). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung :

Rosda

Sukmadinata, S., N. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:

Rosdakarya.

Supardan, Dadang. (2008). Pengantar Ilmu Sosial, Sebuah Kajian Struktural.

Jakarta: Bumi Aksara

Suprijoko, K. (2003). Sistem Pendidikan Nasional dan Peran Budaya Dalam Pembangunan Berkelanjutan. Makalah pada Seminar Pembangunan


(5)

Tedy Sutardi , 2015

PERAN PENDIDIKAN BUDAYA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KESADARAN SEJARAH DI KALANGAN SISWA SMA YAYASAN ATIKAN SUNDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Suryalaga, Hidayat. (2010). Kasundaan Rawayan Jati. Bandung: yayasan Nur

Hidayah.

Susanto, Astrid S. (1983). Pengantar Sosiologi. Bina Cipta.

Supriatna, Nana. (2007). Konstruksi Pembelajaran Sejarah Kritis. Bandung:

Historia Utama Press.

Supriatna (2008) “Konstruksi Pembelajaran Sejarah Yang Berorientasi Pada

Masalah-masalah Sosial Kontempotrer”. Disertasi. Tidak diterbitkan

Suwirta, A. (2011). Pendidikan Sejarah dan Pembentukan Karakter Bangsa.

[online] tersedia:

http://jabartoday.com/opini/2011/10/05/1135/979/pendidikan-sejarah-dan-pembentukan-karakter-bangsa#.UWOfHkpKbFI Diakses pada tanggal 8 Juni 2015

Syafei, Soewardi, (1986). Peranan Local Genius Dalam Kebudayaan (Ikhtisar

Tanggapan), dalam Ayatrohaedi (editor). Kepribadian Budaya

Bangsa (Local Genius). Jakarta :PT. Dunia Pustaka Jaya

Tonnies, Ferdinand. (1957). Community and Society (Gemeinschaft and

Gesselschaft). Edisi 4. New Jersey: Transaction Publisher.

Tompkins, Gail E. dan Kenneth Hoskisson. (1991). Language Arts: Content and

Teaching Strategies. New York: Macmillan

.

Troike. Muriel Saville-(1978). Culture in the Classroom. National Clearinghouse

for Bilingual Education.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

.

Wales, H.G. Quaritch. (1948). The Making of Greater India: A Study of South

East Asian Culture Change, dalam Journal of Royal Asiatic Society,

Vol. 2: 32.

Widja, I Gde. (1989). Pengantar Ilmu Sejarah: Sejarah dalam Perspektif

Pendidikan. Semarang: Satya Wacana

Widja, I Gde. 1991. Sejarah Lokal : Suatu Perspektif Dalam Pengajaran Sejarah.


(6)

Tedy Sutardi , 2015

PERAN PENDIDIKAN BUDAYA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KESADARAN SEJARAH DI KALANGAN SISWA SMA YAYASAN ATIKAN SUNDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Wimmer, Michael. (2007). “Vielfalt und Kooperation. Kulturelle Bildung in

Österreich – Strategien für die Zukunft”. study conducted for the

Austrian Federal Ministry for Education, the Arts and Culture

Winemburg, S., STERARNS, P., SEIXAS, P., (Eds.) (2000). Knowing, Teaching

and Learning History. National and International Perspectives. New

York/London: Universtiy Press.

White, LA. (1949). The Science of Culture: A Study of Man and Civilization.

Michigan:Farrar, Strauss

Wiriaatmadja, Rochiati. (2002). Pendidikan Sejarah di Indonesia: Perspektif