Kolaborasi Resolusi Sengketa Pemilu.

1

2
18

17

.

OJan

Pikiran

o Selasa o Rabu o Kamis o Jumat o Sabtu o

Senin

3
19

.Peb


Rakyat

4

5
20

OMar

6
21
OApr

7
22

8
23


OMei

10
24

OJun

11
25

CJul

12
26

OAgs

13
27


OSep

Kolaborasi Resolusi
Sengketa Pemilu
Oleh SONI A. NULHAQIM

W

ACANAtentang potensi konflikPemilu 2009 sangat tinggi merupakan hal yang wajar
dan tidak perlu dirisaukan. Dalam teori
konflik, penyebab konflikadalah sumber daya yang terbatas dan adanya p~
hak-pihak yang berkompetisi untuk
memperolehnya. Sumber daya yang
diperebutkan dalam pemilu adalah
kekuasaan melalui kursi di DPR
tingkat pusat, provinsi dan kotajkab,
DPD,presiden dan wakil presiden. Sementara pihak yang berkompetisi
adalah para ealon yang berasal dari
partai politikdan berbagai elemen pendukungnya. Begitu pun untuk
DPDserta presiden dan wakil presiden. Disisi lain ada KPU,panwas,

lembaga independen yang mengontrol pemilu, dan partisipasi
masyarakat.
Pemilu dan konflik memiliki hubungan yang signifikan. Persoalannya, bagaimana meneari pemeeahannya seeara win-win solution.
Dalam teori resolusi konflik, ada dua resolusi konflik yaitu litigasi
(hukum)dan nonlitigasiatau ADR(altematif dispute resolution). Resolusi litigasi mengisyaratkal) semua pihak yang terlibat mesti menyiapkandiri berhubungan dengan ranah hukum (pengadilan). Dengan
demikian, sejak dini para pihak harus siap diadili dan atau memperkarakannya di pengadilan. Intinya, menyiapkan mental untuk
menerima putusan pengadilan.
Selanjutnya, resolusi nonlitigasi, yaitu penyelesaian sengketa
pemilu di luar pengadilan yang meliputi negosiasi, mediasi, dan konsiliasi. Resolusi ini perlu diperankan secara maksimal karena secara
teoretis dan praktik, baik prosesnya dan hasilnya, akan memberikan
kepuasan kepada para pihak yang bersengketa (win win solution).
Pertama, dalam negosiasi, para aktor dan tim sukses pemilu hams
siap menjadi negosiator yang andal. Aspek ini umumnya belum dis~
apkan karena mereka hanya fokus merebut hati konstituen.
Kedua, mediasi. Para pihak dalam pemilumenunjuk pihak ketiga
yang dianggap mampu menjadi media dalam penyelesaian masalah
pemilu. Mediator punya kemampuan dalam me-need assesment baik
potensi maupun masalah serta solusi yang tepat. Mediator inidikaji
dan ditunjuk sejak awal oleh para aktor pemilu dan tim suksesnya
dengan melihat kemampuannya, pengaruhnya, serta kenetralannya

dalam sengketa yang melibatkan satu atau beberapa'pihak.
Ketiga, resolusi melalui konsiliasi di mana pihak sengketa pemilu
menunjuk konsiliator yang sudah teruji. Berbeda dengan mediator,
konsiliator sudah memiliki ramuan jitu yang aplikatif dan bisa dite~
ma kedua belah pihak karena mereka selalu mengkaji berbagai persoalan pemilu dan memilikimodel yang relevan baik bersifat general
maupun spesifik.
Kolaoorasi resolusi litigasi dan nonlitigasi diharapkan dapat meneiptakan pemilu damai dan berkualitas dengan terpilihnya para
pemimpin yang memiliki power dan authority sehingga terwujud
masyarakat sejahtera.
Masyarakat sangat mengidarnkan kedamaian dalam pemilu. Sebagai bahan renungan dari para pemikir konflik, pendekatan kekerasan melahirkan kekerasan, pendekatan perdamaian melahirkan
perdamain. ***
Penulls, Pembantu

..

Dekan 11/RSIP Unpad.

-

---


--

u,_

---

K lip i n 9
--

Hum a sUn

pod

2 00 9

Minggu

14
28


OOkt

15
29
ONov

16
30
ODes

31