Komunikasi Keluarga Dalam Hubungan Jarak Jauh (Studi Deskriptif Kualitatif Peran Komunikasi Keluarga Terhadap Mahasiswa yang Tinggal Terpisah dengan Orangtua dalam Hubungan Harmonisasi di Kota Medan)

(1)

KOMUNIKASI KELUARGA DALAM HUBUNGAN JARAK

JAUH

(Studi Deskriptif Kualitatif Peran Komunikasi Keluarga

Terhadap Mahasiswa yang Tinggal Terpisah dengan Orangtua

dalam Hubungan Harmonisasi di Kota Medan)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Program Sarjana (S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara

Novia Sabrina Ginting 090904028 Hubungan Masyarakat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

MEDAN

2013


(2)

KOMUNIKASI KELUARGA DALAM HUBUNGAN JARAK

JAUH

(Studi Deskriptif Kualitatif Peran Komunikasi Keluarga

Terhadap Mahasiswa yang Tinggal Terpisah dengan Orangtua

dalam Hubungan Harmonisasi di Kota Medan)

SKRIPSI

Novia Sabrina Ginting 090904028 Hubungan Masyarakat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

MEDAN

2013


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:

LEMBAR PERSETUJUAN

Nama : Novia Sabrina Ginting NIM : 090904028

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul : KOMUNIKASI KELUARGA DALAM HUBUNGAN JARAK JAUH

(Studi Deskriptif Kualitatif Peran Komunikasi Keluarga Terhadap Mahasiswa yang Tinggal Terpisah dengan Orangtua dalam Hubungan Harmonisasi di Kota Medan)

Medan, April 2013

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Emilia Ramadhani, S.Sos, M.A

NIP:197310212006042001 NIP:196208281987012001

Dra. Fatmawardy Lubis, M.A

Dekan

NIP:196805251992031002 Prof. Dr. Badaruddin, M.Si


(4)

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika dikemudian

hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya bersedia diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.

Nama : Novia Sabrina Ginting

NIM : 090904028

Tanda Tangan :


(5)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Novia Sabrina Ginting

NIM : 090904028

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul Skripsi : KOMUNIKASI KELUARGA DALAM HUBUNGAN JARAK JAUH

(Studi Deskriptif Kualitatif Peran Komunikasi Keluarga Terhadap Mahasiswa yang Tinggal Terpisah dengan Orangtua dalam Hubungan Harmonisasi di Kota Medan)

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Majelis Penguji

Ketua Penguji : ( )

Penguji : ( )

Penguji Utama : ( )

Ditetapkan di : Medan Tanggal : Agustus 2013


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena berkat kasih karunia-Nya yang senantiasa memberikan kesehatan dan semangat kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orangtua penulis, atas berkat dan rahmatNya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU). Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua saya almarhum M.Ginting dan Ingan M. Br Tarigan dalam mendukung saya menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas dukungan yang diberikan baik secara moril maupun materil, serta seluruh doa yang tiada hentinya. Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Ketua Departemen Ilmu Komunikasi, Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, MA yang telah memberikan kesempatan dan dukungan bagi saya untuk menyelesaikan penyelesaian skripsi ini.

2. Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi, Ibu Dra. Dayana, M.Si yang juga memberikan kesempatan dan dukungan untuk menyelesaikan penyelesaian skripsi ini.

3. Dosen Pembimbing, Kak Emilia Ramadhani, S.Sos, MA yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membantu saya menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih telah mengarahkan dan membimbing saya dari awal pembuatan judul sampai akhirnya siap menjadi skripsi

4. Ibu Dra. Dewi Kurniawati, M.Si. selaku dosen wali yang telah membimbing penulis selama menjalani masa studi sebagai mahasiswa FISIP USU.


(7)

5. Kepada para informan Rahmi, Yedidia, Oschar, Rimbun, Nando, Ibu Rani dan Ibu Lina yang telah menyediakan waktu dan memberikan informasi yang terkait dengan penelitian ini.

6. Kepada abang dan kakak yang juga banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Johanes Edentha Ginting (Abang) dan Ida Silvania Ginting (Kakak). Terima kasih untuk motivasi dan nasehatnya kepada penulis. 7. Kak Maya dan Seluruh Staf Dosen dan Adiministrasi Departemen Ilmu

Komunikasi FISIP USU, yang telah memberikan pendidikan pelajaran, bimbingan serta bantuan lainnya pada penulis dari semester awal hingga menamatkan perkuliahan.

8. Teman-teman Rangers yang juga banyak memotivasi saya untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Dana A. Anjani, Sheila Sultana, Nelly F Kembaren, Juliawaty, terima kasih untuk motivasinya.

9. Teman-teman seperjuangan yang juga banyak memotivasi Reno, Sarah, Rittar, Windo dan seluruh teman-teman jurusan ilmu komunikasi angkatan 2009 yang tidak dapat penulis sebutkan. Terima kasih untuk semuanya. 10.Kak Tira dari mahasiswa ekstensi ilmu komunikasi yang selalu membantu

dan memberikan informasi kepada penulis.

11.Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan.

Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, masih terdapat kekurangan Oleh karena itu diharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kedepannya bagi penulis. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi seluruh pihak yang membacanya.

Medan, Agustus 2013


(8)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Unversitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Novia Sabrina Ginting

NIM : 090904028

Departemen : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas : Sumatera Utara

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Eksusif (Non-ekslusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

KOMUNIKASI KELUARGA DALAM HUBUNGAN JARAK JAUH (Studi Deskriptif Kualitatif Peran Komunikasi Keluarga Terhadap Mahasiswa yang Tinggal Terpisah dengan Orangtua dalam Hubungan Harmonisasi di Kota

Medan)

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan. Dengan Hak Bebas Royalti Non-ekslusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Medan Pada Tanggal :Agustus, 2013 Yang Menyatakan


(9)

ABSTRAK

Skripsi ini berisi penelitian mengenai komunikasi keluarga yang berjudul Komunikasi Keluarga dalam Hubungan Jarak Jauh (Studi Deskriptif Kualitatif Peran Komunikasi Keluarga Terhadap Mahasiswa yang Tinggal Terpisah Dengan Orangtua dalam Hubungan Harmonisasi di Kota Medan). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran komunikasi keluarga pada mahasiswa yang tinggal terpisah dengan orangtua dan juga untuk mengetahui harmonisasi hubungan yang tercipta antara mahasiswa dan orangtua yang tinggal terpisah. Penelitian ini memakai paradigma konstruktivis sebagai pendekatan. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha meneliti bagaimana komunikasi dan hubungan yang terjalin pada mahasiswa yang tinggal terpisah dari orang tua.

Peneliti menggunakan beberapa teori yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan diantaranya, teori Komunikasi Keluarga, teori self disclosure,

Hubungan Harmonisasi,dan teori Interaksi Simbolik. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Subjek dari penelitian ini adalah mahasiswa yang telah tinggal terpisah dari orangtua selama dua tahun atau lebih. Objek penelitian ini adalah peran komunikasi keluarga pada mahasiswa yang tinggal terpisah dengan orangtua dalam hubungan harmonisasi antara orangtua dan mahasiswa dikota Medan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode wawancara dan studi kepustakaan. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif.

Pada penelitian ini ditemukan bahwa komunikasi keluarga mempunyai peran yang penting dalam hubungan harmonisasi pada mahasiswa yang tinggal terpisah dari orangtua. Komunikasi keluarga yang baik akan membentuk hubungan yang harmonis diantara mahasiswa dan orangtua yang tinggal terpisah. Hubungan yang harmonis akan tetap terjalin jika mahasiswa dan orangtua selalu menjaga intensitas komunikasi mereka. Penelitian ini juga menemukan bahwa mahasiswa yang tinggal terpisah dari orangtua ternyata tidak menceritakan semua hal kepada orangtuanya. Hal ini, karena para mahasiswa takut membuat orangtuanya menjadi cemas dan khawatir. Hubungan jarak jauh yang dialami oleh mahasiswa dan orangtuanya juga membuat terjadinya perubahan sikap pada diri mahasiswa. Namun, perubahan tersebut dapat diterimai oleh para orangtua karena perubahan tersebut kearah yang positif

Kata kunci :


(10)

ABSTRACT

This thesis contains research on family communication entitled Family Communication in Long Distance Relationships (Qualitative Descriptive Study Role of Family Communication Students Against Separate Lives With Parents in Relation Harmonization in Medan). This study aims to determine the role of family communication in students living separately with parents and also to know the harmonization of the relationship that is created between the students and parents who live apart. This study used a constructivist paradigm as an approach. In this study, researchers tried to examine how communication and the relationship to students who live apart from their parents.

Researchers used several theories according to research conducted including, Family Communication theory, the theory of self-disclosure, Relationship Harmonization, and the theory of Symbolic Interaction. This research uses descriptive qualitative method. Subjects of this study were students who had been living apart from their parents for two years or more. Object of this study is the role of family communication in students with parents who live separately in harmonizing the relationship between the parents and students in the city of Medan. Data collection techniques used in this study were interviews and literature study. The data analysis technique used is the analysis of qualitative data.

This study found that family communication has an important role in harmonizing the relationship of students who live apart from their parents. Good family communication will create a harmonious relationship between the students and parents who live apart. Harmonious relationship will remain established if the student and parents always keep the intensity of their communications. The study also found that students who live away from parents did not tell everything to her parents. This, because the students are afraid to take their parents to be anxious and worried. Distance relationship experienced by students and parents also make a change in the attitude of the students themselves. However, these changes can be understood by the parents because of the changes in a positive direction.

Keywords :


(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………. i

LEMBAR PENGESAHAN……….. ii

KATA PENGANTAR………... iii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH……… v

ABSTRAK………. vi

DAFTAR ISI………. viii

DAFTAR TABEL………. x

DAFTAR GAMBAR……… xi

DAFTAR LAMPIRAN……… xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah……… 1

1.2 Fokus Masalah………….….………. 3

1.3 Tujuan Penelitian………... 3

1.4 Manfaat Penelitian………. 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perspektif / Paradigma Kajian……..………. 5

2.2 Kajian Pustaka………..………. 6

2.2.1 Komunikasi………...……… 6

2.2.2 Komunikasi Keluarga…….……….. 10

2.2.3 Komunikasi Antar Pribadi……… 13

2.2.4 Teori Self Disclosure………. 20

2.2.5 Hubungan Harmonisasi………. 24

2.2.6 Teori Interaksi Simbolik……… 26

2.3 Model Teoritis……… 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian……….……… 33

3.2 Objek Penelitian………...……….… 33

3.3 Subjek Penelitian……….. 34

3.4 Kerangka Analisis………..……….. 34

3.5 Teknik Pengumpulan Data……….………. 35

3.6 Teknik Analisis Data……….……….. 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil………. 38

4.2 Tabel Reduksi……….………. 60

4.3 Pembahasan……..……… 67

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan……….. 72


(12)

DAFTAR REFERENSI………. 75 LAMPIRAN

- Hasil Wawancara - Biodata


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman


(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Interaksi Komunikasi 11

2.2 Jendela Johari 20

2.3 Model Teoritis 32


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 : Hasil Wawancara 77 Lampiran 2 : Biodata Peneliti 101 Lampiran 3 : Daftar Bimbingan Skripsi 102


(16)

ABSTRAK

Skripsi ini berisi penelitian mengenai komunikasi keluarga yang berjudul Komunikasi Keluarga dalam Hubungan Jarak Jauh (Studi Deskriptif Kualitatif Peran Komunikasi Keluarga Terhadap Mahasiswa yang Tinggal Terpisah Dengan Orangtua dalam Hubungan Harmonisasi di Kota Medan). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran komunikasi keluarga pada mahasiswa yang tinggal terpisah dengan orangtua dan juga untuk mengetahui harmonisasi hubungan yang tercipta antara mahasiswa dan orangtua yang tinggal terpisah. Penelitian ini memakai paradigma konstruktivis sebagai pendekatan. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha meneliti bagaimana komunikasi dan hubungan yang terjalin pada mahasiswa yang tinggal terpisah dari orang tua.

Peneliti menggunakan beberapa teori yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan diantaranya, teori Komunikasi Keluarga, teori self disclosure,

Hubungan Harmonisasi,dan teori Interaksi Simbolik. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Subjek dari penelitian ini adalah mahasiswa yang telah tinggal terpisah dari orangtua selama dua tahun atau lebih. Objek penelitian ini adalah peran komunikasi keluarga pada mahasiswa yang tinggal terpisah dengan orangtua dalam hubungan harmonisasi antara orangtua dan mahasiswa dikota Medan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode wawancara dan studi kepustakaan. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif.

Pada penelitian ini ditemukan bahwa komunikasi keluarga mempunyai peran yang penting dalam hubungan harmonisasi pada mahasiswa yang tinggal terpisah dari orangtua. Komunikasi keluarga yang baik akan membentuk hubungan yang harmonis diantara mahasiswa dan orangtua yang tinggal terpisah. Hubungan yang harmonis akan tetap terjalin jika mahasiswa dan orangtua selalu menjaga intensitas komunikasi mereka. Penelitian ini juga menemukan bahwa mahasiswa yang tinggal terpisah dari orangtua ternyata tidak menceritakan semua hal kepada orangtuanya. Hal ini, karena para mahasiswa takut membuat orangtuanya menjadi cemas dan khawatir. Hubungan jarak jauh yang dialami oleh mahasiswa dan orangtuanya juga membuat terjadinya perubahan sikap pada diri mahasiswa. Namun, perubahan tersebut dapat diterimai oleh para orangtua karena perubahan tersebut kearah yang positif

Kata kunci :


(17)

ABSTRACT

This thesis contains research on family communication entitled Family Communication in Long Distance Relationships (Qualitative Descriptive Study Role of Family Communication Students Against Separate Lives With Parents in Relation Harmonization in Medan). This study aims to determine the role of family communication in students living separately with parents and also to know the harmonization of the relationship that is created between the students and parents who live apart. This study used a constructivist paradigm as an approach. In this study, researchers tried to examine how communication and the relationship to students who live apart from their parents.

Researchers used several theories according to research conducted including, Family Communication theory, the theory of self-disclosure, Relationship Harmonization, and the theory of Symbolic Interaction. This research uses descriptive qualitative method. Subjects of this study were students who had been living apart from their parents for two years or more. Object of this study is the role of family communication in students with parents who live separately in harmonizing the relationship between the parents and students in the city of Medan. Data collection techniques used in this study were interviews and literature study. The data analysis technique used is the analysis of qualitative data.

This study found that family communication has an important role in harmonizing the relationship of students who live apart from their parents. Good family communication will create a harmonious relationship between the students and parents who live apart. Harmonious relationship will remain established if the student and parents always keep the intensity of their communications. The study also found that students who live away from parents did not tell everything to her parents. This, because the students are afraid to take their parents to be anxious and worried. Distance relationship experienced by students and parents also make a change in the attitude of the students themselves. However, these changes can be understood by the parents because of the changes in a positive direction.

Keywords :


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Konteks Masalah

Komunikasi merupakan hal yang penting dalam kehidupan individu untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Tidak hanya di lingkungan sosial, di dalam lingkungan keluarga komunikasi juga sangat diperlukan untuk menjaga hubungan yang harmonis antara anggota keluarga. Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia dimana seseorang bisa belajar sebagai manusia sosial. Di dalam keluarga, manusia pertama-tama belajar memperhatikan keinginan orang lain, belajar bekerja sama, saling membantu, dan lain sebagainya.

Perkembangan zaman yang terus berkembang akan mempengaruhi setiap keluarga untuk membentuk anggota keluarga menjadi individu yang cerdas. Karena itu, banyak orangtua yang ingin memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak mereka. Para orangtua juga rela terpisah jauh dengan anak mereka demi masa depan dan cita-cita yang akan dicapai oleh anak yang mereka cintai. Hal ini karena menurut para orangtua banyak sekolah dan universitas memiliki kualitas yang baik berada di luar kota dari tempat tinggal mereka. Sehingga para orangtua tetap memberikan motivasi agar anaknya tetap mendapat pendidikan yang terbaik walau harus tinggal terpisah dengan orangtua.

Perkembangan teknologi dan komunikasi yang juga semakin pesat pada saat ini mempengaruhi komunikasi yang terjalin diantara anggota keluarga. Hal ini dapat dilihat dari munculnya aplikasi dan alat komunikasi yang setiap saat dapat digunakan oleh setiap individu. Bagi para orangtua dan anak yang tinggal terpisah, maka perkembangan ini akan membantu mereka untuk menjaga komunikasi diantara orangtua dan anak. Misalnya dengan menggunakan alat komunikasi handphone, para orangtua dapat menghubungi anak mereka setiap saat. Sedangkan jika para orangtua ingin melihat keadaan fisik anak mereka apakah semakin kurus atau bertambah gemuk, maka orangtua dapat menggunakan fasilitas Skype atau sejenisnya melalui internet.

Walaupun begitu banyak alat komunikasi yang dapat digunakan untuk tetap menjalin komunikasi antara anak dan orangtua yang terpisah jauh, tidak


(19)

dapat dipungkiri juga banyak anak yang tinggal terpisah dengan orangtua mereka tidak mengungkapkan semua masalah yang mereka hadapi selama tinggal terpisah dengan orangtua. Hal ini karena para anak yang sudah mulai mendapat pendidikan di tingkat universitas merasa bahwa mereka sudah mampu untuk menyelesaikan masalah mereka sendiri, sehingga tidak ingin memberatkan para orangtua mereka.

Ketika mahasiswa tersebut kembali ke rumah maka komunikasi yang akan terjalin dengan anggota keluarga yang lainnya mungkin akan sedikit merenggang. Situasi inilah yang akan membentuk tingkat keterbukaan diri yang rendah terjadi saat mahasiswa tinggal terpisah dengan orangtua dan mereka tidak jujur terhadap masalah yang mereka hadapi. Hal inilah yang akan mengganggu hubungan yang harmonis antara mahasiswa dan orang tuanya. Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak merupakan suatu kesatuan dengan dasar yang kuat bila antara anggota keluarga terdapat hubungan yang baik. Hubungan baik ini menandakan adanya keserasian dalam hubungan timbal balik antara anggota keluarga (Gunarsah,2003: 39).

Oleh sebab itu, komunikasi yang terjalin antara anggota keluarga akan mempengaruhi hubungan harmonisasi antara anggota keluarga. Komunikasi yang baik akan menghasilkan hubungan yang harmonis antara komunikator dan komunikan karena mereka memiliki makna yang sama tentang hal yang dibicarakan. Sebaliknya komunikasi yang tidak baik antara anggota kelurga akan menyebabkan terjadinya krisis keluarga. Namun, komunikasi yang efektif tidak sama dengan komunikasi yang baik dan konstruktif atau menyenangkan. Misalnya bantingan pintu mengkomunikasikan kemarahan secara efektif, tetapi tidak merupakan suatu komunikasi yang konstruktif karena tidak dapat memecahkan persoalan (Wahlroos,2002:5).

Hubungan jarak jauh yang dialami oleh mahasiswa dengan orang tuanya tidak selamanya berjalan dengan lancar. Ada beberapa masalah yang dihadapi oleh para mahasiswa. Misalnya, masalah psikologis dan masalah ekonomi yang dihadapi oleh mahasiswa yang tinggal terpisah dengan orang tuanya. Masalah psikologis seperti, menahan rasa rindu kepada orangtua dan anggota keluarga lainnya dan harus terbiasa melakukan semua aktivitas sendiri,dan tanpa bantuan dari orangtua. Masalah ekonomi, seperti mengatur keuangan untuk biaya kuliah,


(20)

transportasi,dan makan yang dilakukan sendiri. Sehingga mahasiswa harus mampu untuk menghemat sampai datangnya kiriman biaya dari orangtua kembali.

Permasalahan komunikasi jarak jauh antara orangtua dengan anak ini menarik untuk diteliti, karena pada umumnya anak dengan orangtua berhubungan dekat dan sering berkomunikasi tatap muka karena tinggal dalam satu rumah. Orangtua dengan anak memiliki kedekatan emosional satu sama lain dan kedekatan batin, hal inilah yang membuat hubungan komunikasi antara orangtua dan anak menjadi dekat. Seorang anak pasti ingin berkomunikasi dengan ayah atau ibunya walaupun sekedar menanya kabar atau bercerita tentang perkuliahannya. Begitupun orangtua pasti ingin berkomunikasi dengan anaknya walaupun hanya mengingatkan untuk makan saja. Tetapi lain halnya dengan orangtua dan anak yang tidak tinggal serumah atau tinggal berjauhan karena perbaedaan jarak dan tempat, komunikasi yang terjadi tidak akan lagi sama seperti pada waktu tinggal serumah karena komunikasi dilakukan dengan menggunakan media seperti telepon yang tidak berkomunikasi secara tatap muka. Atas dasar inilah peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai komunikasi keluarga terhadap mahasiswa yang tinggal terpisah dengan orangtua dalam hubungan harmonisasi.

1.2 Fokus Masalah

Berdasarkan konteks masalah yang telah diuraikan di atas, maka fokus masalah dalam penelitian ini adalah : “ Bagaimanakah peran komunikasi keluarga pada mahasiswa yang tinggal terpisah dengan orangtua dalam hubungan harmonisasi antara orangtua dan mahasiswa di kota Medan?”.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui peran komunikasi keluarga pada mahasiswa yang tinggal terpisah dengan orangtua.

2. Untuk mengetahui harmonisasi hubungan yang tercipta antara mahasiswa dan orangtua yang tinggal terpisah.


(21)

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan keilmuan Ilmu Komunikasi, khususnya bagi mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU. 2. Secara teoritis, Penelitian ini diharapakan dapat melengkapi dan

menambah pengetahuan serta wawasan peneliti maupun mahasiswa lain,khususnya mengenai komunikasi keluarga.

3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi bagi mahasiswa yang membutuhkan informasi yang lebih mendalam berkaitan dengan komunikasi keluarga dalam hubungan jarak jauh.


(22)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Perspektif / Paradigma Kajian

Kata paradigma berasal dari abad pertengahan di Inggris yang merupakan kata serapan dari bahasa Latin di tahun 1483 yaitu paradigm yang berarti suatu model atau pola, bahasa Yunani paradeigma yang berarti untuk membandingkan. Paradigma juga dapat berarti seperangkat asumsi, konsep, nilai, dan praktik yang diterapkan dalam memandang realitas dalam sebuah komunitas yang sama, khususnya dalam disiplin intelektual.

Paradigma yang digunakan dalam penellitian ini adalah paradigma konstruktivisme. Paradigma konstruktivisme ini mencoba untuk menjebatani dualisme objektivisme dan subjektivisme dengan mengafirmasi peran subjek dan objek dalam dalam konstruksi ilmu pengetahuan (Ardianto dan Q-Anees, 2007:152). Asumsi pokok dari konstruktivisme, bahwa tujuan pertama dan terutama dari ilmu pengetahuan adalah mempelajari gagasan dalam pikiran, tidak saja dalam pemahaman akan sifat ilmu pengetahuan ilmiah, tetapi juga untuk memahami cara pengetahuan ilmiah dapat berkembang dan peran metode penelitian didalamnya.

Paradigma konstruktivis juga berpendapat bahwa semesta secara epistemologi merupakan hasil konstruksi sosial. Pengetahuan manusia merupakan konstruksi yang dibangun dari proses kognitif serta interaksinya dengan dunia objek material. Pengalaman manusia terdiri dari interpretasi bermakna terhadap kenyataan dan bukan reproduksi kenyatan. Oleh karena itu dunia muncul dalam pengalaman manusia secara terorganisasi dan bermakna. Keberagaman pola konseptual/kognitif merupakan hasil dari lingkungan historis, kultural, dan personal yang digali secara terus-menerus. Bagi kaum konstruktivis, semesta adalah suatu konstruksi, artinya bahwa semesta bukan dimengerti sebagai semesta yang otonom, akan tetapi dikonstruksi secara sosial.

Menurut Matthews (1994), konstruktivisme merupakan suatu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan manusia merupakan hasil dari manusia itu sendiri (Suparno, 1997 :18). Dalam hal ini, dapat dikatakan juga


(23)

bahwa paradigma konstruktivis tidak dapat dipisahkan dari pengamat. Sehingga sebuah pengeatahuan dapat dikatakan benar, jika dapat digunakan untuk menghadapi berbagai fenomena atau persoalan yang terjadi dan berhubungan pengetahuan tersebut.

2.2 Kajian Pustaka 2.2.1 Komunikasi

Komunikasi jika di aplikasikan dengan benar, maka akan mampu untuk memperbaiki hubungan sekaligus menciptakan suasana yang menyenangkan dan juga dapat membuat hubungan yang lebih harmonis di kalangan keluarga, pertemanan ataupun bermasyarakat. Hal ini akan dapat membina kesatuan dan persatuan antara umat manusia seluruh penghuni bumi sehingga dapat menghasilkan citra positif. Disinilah dapat dilihat begitu pentingnya komunikasi dalam kehidupan sehari-hari untuk membangun hubungan tersebut.

Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari bahasa Latin yaitu communication yang bersumber dari kata communis , berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Menurut Lasswell dalam Onong Uchjana, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Hovland mendefenisikan komunikasi sebagai suatu proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang lain. Lasswell mengatakan bahwa komunikasi memiliki lima unsur, yaitu (Effendi, 2001: 9):

1. Komunikator (Sender)

Komunikator merupakan seseorang yang menyampaikan pesan atau informasi kepada seseorang atau sejumlah orang. Komunikator yang baik ialah komunikator yang selalu memperhatikan umpan balik sehingga ia dapat mengubah gaya komunikasinya jika ia mengetahui bahwa umpan balik dari komunikan bersifat negative.

2. Pesan (Message)

Pesan adalah seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator. Penyampaian pesan dapat dilakukan secara verbal dan non


(24)

verbal. Penyampaian pesan secara verbal dapat dilakukan dengan menggunakan bahasa, sedangkan pesan secara non verbal dapat dilakukan dengan menggunakan alat, isyarat, gambar atau warna untuk mendapatkan umpan balik dari komunikan.

3. Media (Channel)

Media yaitu saluran komunikasi atau tempat dimana berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna dan lain sebagainya yang dapat secara langsung menerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan.

4. Komunikan (Receiver / Recipient)

Komunikan adalah orang yang menerima pesan dari komunikator. Komunikanlah yang akan memberikan umpan balik kepada komunikator. Umpan balik memainkan peranan penting dalam komunikasi, sebab umpan balik yang akan menentukan berlanjutnya komunikasi atau berhentinya komunikasi yang diutarakan oleh komunikator. Oleh sebab itu, umpan balik bisa bersifat positif ataupun negative.

5. Efek (Effect)

Efek merupakan tanggapan atau seperangkat reaksi pada komunikan setelah menerima pesan dari komunikator.

Unsur-unsur komunikasi diatas akan membantu untuk membuat komunikasi menjadi efektif, namun komunikasi yang efektif tidak hanya dilihat dari komunikan dan komunikator yang memiliki kesamaan makna saja, menurut Stewart L Tubbs dan Sylvia Moss dalam Marhaeni Fajar, komunikasi yang efektif akan menimbulkan lima hal, yaitu (Fajar,2009:8):

a. Pengertian

Pengertian yaitu penerimaan yang cermat dari stimuli seperti yang dimaksud oleh komunikator. Sehingga stimuli atau pesan yang disampaikan dapat dimengerti oleh komunikan.


(25)

b. Kesenangan

Tidak semua komunikasi ditujukan untuk menyampaikan informasi. Misalnya ketika seseorang mengucapkan “selamat pagi, apa kabar?” disini orang tersebut tidak mencari keterangan atau informasi, namun komunikasi itu dilakukan untuk menimbulkan kesenangan. Komunikasi seperti ini dapat disebut komunikasi fatis (phatic communication). Komunikasi seperti inilah yang akan membuat hubungan seseorang menjadi hangat dan akrab dengan orang lain.

c. Mempengaruhi sikap

Komunikasi biasa juga dilakukan utuk mempengaruhi sikap orang lain. Misalnya, guru yang ingin mengajak muridnya untuk mencintai ilmu pengetahuan. Komunikasi seperi ini juga dapat disebut sebagai komunikasi persuasif.

d. Hubungan sosial yang baik

Komunikasi juga bisa dapat ditujukan untuk menumbuhkan hubungan sosial yang baik. Hal ini karen, manusia adalah makhluk sosial yang tidak tahan hidup sendiri.

e. Tindakan

Komunikasi untuk menimbulkan pengertian yang sama antara komunikan dan komunikator memang sulit, namun lebih sulit lagi untuk mempengaruhi sikap. Jauh lebih sulit lagi mendorong orang bertindak, tetapi efektivitas komunikasi biasanya diukur dari tindakan nyata yang dilakukan komunikan. Tindakan adalah hasil kumulatif seluruh proses komunikasi.

Komunikasi merupakan penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain. Komunikasi akan berhasil jika dalam komunikasi tersebut terjadi pemahaman yang sama diantara kedua belah pihak. Kualitas komunikasi juga menentukan keharmonisan hubungan dengan sesama individu. adapun bentuk dari komunikasi yaitu (Effendy, 2004: 10):

1. Komunikasi Personal (Personal communication)

Terdiri dari komunikasi intra personal (Intrapersonal Communication) dan komunikasi antar personal (Interpersonal Communication)


(26)

2. Komunikasi Kelompok

a. Komunikasi kelompok kecil (small group communication) terdiri dari: ceramah, forum, diskusi dan seminar

b. Komunikasi kelompok besar (large group communication) terdiri dari kampanye.

3. Komunikasi Orgaanisasi (Organization communication) 4. Komunikasi Massa (Masscommunication)

Komunikasi menjadi salah satu hal terpenting dalam proses apapun, maka dalam harmonisasi hubungan ini terbentuk dalam komunikasi antar pribadi ataupun kelompok, hal inilah yang akan membutuhkan proses komunikasi didalamnya. Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan dari seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain sebagainya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati (Effendi, 2001: 11).

Adapun proses komunikasi menurut onong terbagi atas dua tahap, yaitu : 1. Proses Komunikasi Secara Primer

Pada proses komunikasi ini, komunikator menyampaikan pikiran atau perasaannya kepada komunikan dengan menggunakan lambang sebagai media. Lambang disini pada umumnya adalah bahasa, tetapi dalam situasi komunikasi tertentu lambang-lambang yang digunakan dapat berupa gerak tubuh, warna, dan gambar.

2. Proses Komunikasi Secara Sekunder

Pada proses komunikasi ini, komunikator menyampaikan pesan kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang-lamabang pada media pertama. Seorang komunikator menggunakan media kedua karena komunikan berada di tempat yang relative jauh atau jumlahnya banyak. Misalnya dengan menggunakan surat, telepon, majalah, radio, televisi, dan sebagainya. Proses ini termasuk sambungan dari proses primer untuk menembus ruang dan waktu, dalam prosesnya komunikasi sekunder ini akan semakin efektif dan efisien karena didukung oleh teknologi komunikasi yang semakin canggih


(27)

2.2.2 Komunikasi Keluarga

Keluarga adalah satu kesatuan (entity), bukanlah merupakan kumpulan individu-individu. Ibarat amoeba, keluarga mempunyai komponen-komponen yang akan membentuk organisasi keluarga itu sendiri (Sofyan Willis,2011:50). Komponen-komponen itu adalah ayah, ibu dan anak.Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat sehingga memegang peranan penting dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan diharapkan dapat menanggulangi masalah-masalah sosial (Gunarsa,2000: 209). Keluarga yang baik dan harmonis akan menghasilkan individu ataupun manusia yang cerdas dan kritis, hal inilah yang dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menanggulangi masalah yang ada di lingkungan masyarakat.

Sebagaimana keluarga mempunyai nilai dan pengharapan bagi anggota-anggota, keluarga juga mempunyai pengharapan atas komunikasi. Setiap keluarga memiliki pedoman mengenai aturan-aturan komunikasi yang harus dapat dipahami oleh setiap anggota keluarga (Mulyana,2005: 216). Hal ini dapat dilihat dari cara berkomunikasi antara anggota keluarga. Anggota keluarga yang lebih muda harus menghormati dan mendengarkan apa yang disampaikan oleh anggota keluarga yang lebih tua, hal ini agar dapat terjalin komunikasi yang baik dan sekaligus mampu menjalankan norma-norma yang ada di masyarakat.

Komunikasi dalam keluarga jika dilihat dari segi fungsinya tidak jauh berbeda dengan fungsi komunikasi pada umumnya. Ada dua fungsi komunikasi dalam keluarga, yaitu fungsi komunikasi sosial dan fungsi komunikasi kultural. Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri, kelangsungan hidup, memperoleh kebahagiaan, menghindarkan diri dari tekanan dan ketegangan. Selain itu, melalui komunikasi seseorang dapat bekerja sama dengan anggota masyarakat terlebih dalam keluarga untuk mencapai tujuan bersama.

Sedangkan fungsi komunikasi kultural, diasumsikan dari pendapat para sosiolog bahwa komunikasi dan budaya mempunyai hubungan timbal balik. Budaya menjadi bagian dari komunikasi. Peranan komunikasi disini adalah turut menentukan, memelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya (Djamarah,


(28)

2004:37). Maka, dengan adanya komunikasi yang terjalin dengan baik maka budaya yang ada akan dapat dikembangkan dan diwariskan.

Untuk memahami masalah yang terjadi dalam sebuah keluarga maka seseorang harus memahami hubungan komunikasi dan interaksi antar anggota keluarga. Proses dimana anggota keluaga yang saling berhubungan dan berinteraksi dinamakan sistem keluarga. Dalam sistem keluarga interaksi yang terjadi sifatnya adalah circular bukan linier karena interaksi yang terjadi lebih dari dua arah atau menyeluruh. Sedangkan dalam komunikasi linier sifatnya satu arah.

Gambar 2.1 Interaksi Komunikasi

A B A B

C D

Linier Circular

Sumber : Sofyan Willis, Konseling Keluarga, 2011 halaman 46.

Keluarga sebagai kelompok primer bersifat fundamental, karena didalam keluarga, individu diterima dala pola-pola tertentu. Kelompok primer merupakan persemaian dimana manusia memeperoleh norma-norma, nilai-nilai, dan kepercayaan. Selain itu, kelompok primer bersifat fundamental karena membentuk titik pusat utama untuk memenuhi kepuasan-kepuasan sosial, seperti mendapat kasih sayang, keamanan dan kesejahteraan diwujudkan melalui komunikasi yang dilakukan terus menerus dan membentuk sebuah pola.

Menurut devito dalam bukunya The Interpersonal Communication Book

(1986), ada empat pola komunikasi keluarga pada umumnya, yaitu: 1. Pola Komunikasi Persamaan (Equality Pattern)

Pola ini menyatakan bahwa tiap individu membagi kesempatan komunikasi secara merata dan seimbang, peran yang dimainkan setiap


(29)

anggota keluarga adalah sama. Tiap orangg dianggap sederjat dan setara kemampuannya, bebas mengungkapkan ide-ide, dan opini. Komunikasi yang terjadi pun berjalan dengan terbuka, langsung dan bebas. Tiap anggota keluarga juga memiliki hak yang sama dalam pengambilan keputusan, misalnya seperti menentukan film yang akan ditonton, makan bersama di mana, atau universitas aman yang akan dimasuki oleh anak-anak.

2. Pola Komunikasi Seimbang Terpisah (Balance Split Pattern)

Pola ini menyatakan bahwa dalam keluarga terdapat persamaan hubungan yang tetap terjaga, namun dalam pola ini tiap orang memegang kekuasan atau control dalam bidangnya masin-masing. Misalnya dalam keluarga seorang ayah ataupun suami dipercaya untuk bekerja mencari nafkah dan istri dipercaya untuk mengurus anak dan memasak.

3. Pola Komunikasi Tak Seimbang Terpisah (Unbalanced Split Pattern) Pola ini menyatakan bahwa dalam sebuah keluarga ada satu orang yang mendominasi dan dianggap sebagai ahli lebih dari setengah wilayah komunikasi timbal balik. Satu orang yang mendominasi ini sering memegang kontrol. Pihak yang mendominasi mengeluarkan pernyataan tegas, member tahu pihak lain apa yang harus dikerjakan, memainkan kekuasann untuk menjaga kontrol, dan jarang meminta pendapat yang lain kecuali untuk mendapatkan rasa aman bagi dirinya atau sekedar meyakinkan pihak lain akan kehebatan argumennya. Sebaliknya, pihak yang lain juga meminta pendapat dan berpegang pad pihak yang mendominasi dalam mengambil keputusan.

4. Pola Komunikasi Monopoli (Monopoly Pattern)

Satu orang dipandang sebagai kekuasaan. Orang ini lebih bersifat memerintah daripada berkomunikasi, memberi wejangan daripada mendengarkan umpan balik orang lain. Pemegang kekuasaan tidak pernah meminta pendapat, dan ia berhak atas keputusan akhir. Maka jarang terjadi perdebatan karena semua sudah mengetahui siapa yang akan menang.


(30)

2.2.3 Komunikasi Antar Pribadi

Kehidupan manusia tidak dapat terlepas dari komunikasi. Dalam sebuah keluarga, komunikasi juga dapat terjadi diantara anggota keluarga, seperti antara ayah dan ibu, ibu dan anak, atau ayah dan anak. Komunikasi seperti ini juga dapat disebut sebagai komunikasi antar pribadi. Secara umum, komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara dua orang, dimana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi jenis ini bisa berlangsung secara berhadapan muka (face to face) bisa juga melalui sebuah medium, seperti telepon. Ciri khas komunikasi antarpribadi ini adalah sifatnya yang dua arah atau timbal balik (Effendy, 2001 : 50). Sehingga dalam hal ini, komunikasi yang dilakukan antara orang tua dan mahasiswa yang tinggal terpisah juga merupakan komunikasi antar pribadi.

Adapun beberapa pengertian komunikasi antar pribadi yang diungkapkan oleh beberapa ahli seperti Joseph A. Devito dalam bukunya The Interpersonal Communication Book (1984 : 4) yaitu “komunikasi antarpribadi merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antar dua orang, atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika”. (Effendy, 1993 : 59). Lain halnya Vandeber (1986) yang menjelaskan bahwa komunikasi antarpribadi merupakan suatu proses interaksi dan pembagian makna yang terkandung dalam gagasan atau perasaan. (Liliweri, 1997 :12). Effendy juga (1986) mengemukakan bahwa “pada hakikatnya komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara seorang komunikator dengan komunikan“. (Liliweri,1997 : 12).

Berdasarkan beberapa definisi mengenai komunikasi antar pribadi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi antar pribadi adalah suatu proses pengiriman pesan dari seseorang kepada orang lain, baik secara verbal maupun non-verbal yang ditanggapi orang lain dan merupakan interaksi antara pribadi-pribadi yang terlibat secara utuh dan langsung satu sama lain dalam menyampaikan maupun menerima pesan secara nyata.

Ketika seseorang berkomunikasi dengan orang lain, tentu saja seseorang memiliki macam tujuan dan harapan. Salah satu diantaranya adalah untuk


(31)

menyampaikan informasi kepada orang lain, agar orang tersebut mengetahui sesuatu. Adapun tujuan lain dari komunikasi antar pribadi tersebut adalah :

1. Berbagi pengalaman

Selain menyampaikan informasi, komunikasi antarpribadi juga memiliki tujuan untuk saling membagi pengalaman pribadi kepada orang lain mengenai hal-hal yang menyenangkan maupun hal-hal yang menyedihkan/menyusahkan. Hal ini sangat berguna bagi orang lain, agar seseorang dapat belajar dari kesalahan yang di buat oleh orang lain. 2. Menumbuhkan simpati

Simpati merupakan suatu sikap positif yang ditunjukkan oleh seseorang yang muncul dari lubuk hati yang paling dalam untuk ikut merasakan bagaimana beban, derita, musibah, kesedihan dan kepiluan yang sedang dirasakan oleh orang lain. Komunikasi dapat juga digunakan untuk menambah rasa simpati seseorang kepada orang lain.

3. Melakukan kerja sama

Tujuan komunikasi antarpribadi yang lainnya adalah untuk melakukan kerja sama antara seseorang dengan orang lain agar tercapai suatu tujuan tertentu atau melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi kedua belah pihak.

4. Menceritakan kekecewaan atau kekesalan

Komunikasi antarpribadi juga dapat digunakan seseorang untuk menceritakan rasa kecewa atau kesalahan kepada orang lain. Pengungkapan segala bentuk kekecewaan atau kekesalan secara tepat akan dapat mengurangi beban pikiran yang ada pada diri seseorang. 5. Menumbuh motivasi

Melalui komunikasi antarpribadi, seseorang dapat memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu yang baik dan positif. Motivasi adalah dorongan kuat dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu. Pada dasarnya, seseorang cenderung untuk melakukan sesuatu karena dimotivasi orang lain dengan berbagai cara.

Komunikasi yang terjadi diantara individu juga tidak selamanya berjalan dengan baik dan efektif. Hal ini, karena jika dalam suatu hubungan terdapat suatu


(32)

masalah atau konflik, maka komunikasi yang terjadi juga mungkin tidak akan efektif. Sehingga dalam buku Komunikasi Antarpribadi, Alo Liliweri mengutip pendapat Joseph A.Devito mengenai ciri komunikasi antarpribadi yang efektif, yaitu:

a. Keterbukaan (openness)

Kualitas keterbukaan mengacu pada tiga aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator yang efektif harus terbuka kepada komunikannya. Hal ini bukan berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya. Memang ini mungkin menarik, tetapi biasanya tidak membantu komunikasi. Sebalikanya, harus ada kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut dan wajar. Aspek kedua mengacu pada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan komunikan yang menjemukan. Bila ingin komunikan bereaksi terhadap apa yang komunikator ucapkan, komunikator dapat memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain. Aspek ketiga menyangkut kepemilikan perasaan dan pikiran dimana komunikator mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang diungkapkannya adalah miliknya dan ia bertanggung jawab atasnya.

b. Empati (empathy)

Empati adalah kemampuan individu untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dan dari sudut pandang individu tersebut. Berbeda dengan simpati yang artinya adalah merasakan bagi orang lain. Orang yang berempati mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang sehingga dapat mengkomunikasikan empati, baik secara verbal maupun non-verbal.

c. Dukungan (supportiveness)

Dukungan yang positif sangat dibutuhkan dalam sebuah hubungan dan komunikasi antar pribadi. Hubungan interpersonal yang efektif adalah


(33)

hubungan dimana terdapat sikap mendukung. Seseorang dapat memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap deskriptif dan spontan. d. Rasa Positif (positiveness)

Rasa positif sangat diperlukan oleh seseorang untuk mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, sehingga dapat menciptakan situasi komunikasi yang efektif.

e. Kesetaraan (equality)

Komunikasi antarpribadi akan lebih efektif bila berada pada suasana yang setara. Artinya, ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak yang berkomunikasi saling menghargai, berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Kesetaraan ini meminta seseorang untuk memberikan penghargaan positif tak bersyarat kepada individu lain. Selain memiliki ciri-ciri mengenai komunikasi yang efektif, komunikasi antar pribadi juga memiliki unsur-unsur. Johnson (Supratiknya, 1995: 31) menyatakan bahwa komunikasi interpersonal memiliki tujuh unsur dasar, sebagai berikut:

a. Maksud-maksud, gagasan-gagasan dan perasaan-perasaan yang ada dalam diri pengirim serta bentuk tingkah laku yang dipilihnya. Semua itu menjadi awal bagi perbuatan komunikatifnya, yakni mengirimkan suatu pesan yang mengandung unsur tertentu.

b. Proses kodifikasi pesan oleh pengirim. Pengirim mengubah gagasan, perasaan, dan maksud-maksudnya ke dalam bentuk pesan yang dapat dikirimkan.

c. Proses pengiriman pesan kepada penerima.

d. Adanya saluran (channel) atau media, melalui mana pesan dikirimkan.

e. Proses dekodifikasi pesan oleh penerima. Penerima menginterpretasikan atau menafsirkan makna pesan.

f. Tanggapan batin oleh penerima terhadap hasil interpretasinya tentang makna pesan yang ditangkap.


(34)

Johnson mengungkapkan tahap pengungkapan perasaan dalam komunikasi interpersonal. Menurutnya,setiap kali individu berkomunikasi dengan individu lain maka sebenarnya paling sedikit terjadi lima proses, sebagai berikut (Supratiknya, 1995:.51-52):

1. Mengamati (sensing)

Pada proses ini individu mengamati tingkah laku lawan komunikasinya. Individu mengumpulkan informasi tentang lawan komunikasinya dengan alat indera yang dimilikinya.Informasi tersebut semata-mata bersifat deskriptif dan semua itu direkam dalam pikiran dan hati individu.

2. Menafsirkan (interpreting)

Proses ini menjelaskan bahwa individu menafsirkan semua informasi yang ia terima dari lawan komunikasinya. Kemudian individu tersebut menentukan makna dari kata-kata dan perbuatannya.

3. Mengalami perasaan (feeling)

Pada proses ini, seseorang akan mengalami perasaan tertentu sebagai reaksi spontan dari penafsirannya terhadap informasi yang telah diterima dari lawan komunikasinya.

4. Menanggapi (intending)

Proses ini mengatakan bahwa Individu akan terdorong untuk menanggapi perasaannya. Di dalam dirinya terbentuk intensi yang akan mendorong dan mengarahkan untuk berbuat sejalan dengan perasaannya. Intensi inilah yang membimbing tindakan-tindakan yang akan dilakukan sebagai bentuk pengungkapan perasaan.

5. Mengungkapkan (expressing)

Pada tahap ini seseorang akan mengungkapkan perasaan yang ia alami kepada lawan komunikasinya.

Setelah itu, Johnson juga menunjukkan beberapa peranan yang disumbangkan oleh komunikasi antarpribadi dalam rangka menciptakan kebahagiaan hidup manusia, yakn (Supratiknya, 2003: 9-10) :

1. Komunikasi antarpribadi membantu perkembangan intelektual dan sosial seseorang. Perkembangan ini terjadi sejak masa bayi sampai masa dewasa mengikuti pola semakin meluasnya ketergantungan kita pada orang lain.


(35)

Diawali dengan ketergantungan atau komunikasi yang intensif dengan ibu pada masa bayi, lingkaran ketergantungan atau komunikasi itu menjadi semakin luas dengan bertambahnya usia kita. Bersamaan proses itu, perkembangan intelektual dan sosial kita sangat ditentukan oleh kualitas komunikasi kita dengan orang lain.

2. Identitas atau jati diri seseorang juga akan terbentuk lewat komunikasi dengan orang lain. Selama berkomunikasi dengan orang lain, secara sadar maupun tidak sadar seseorang dapat mengamati, memperhatikan dan mencatat dalam hati semua tanggapan yang diberikan oleh orang lain terhadap diri seseorang. Seseorang menjadi tahu bagaimana pandangan orang lain itu tentang dirinya, Berkat pertolongan komunikasi dengan orang lain seseorang dapat menemukan dirinya, yaitu mengetahui siapa diri sebenarnya.

3. Dalam rangka memahami realitas di sekeliling kita serta menguji kebenaran kesan-kesan dan pengertian yang kita miliki tentang dunia di sekitar kita, kita perlu membandingkannya dengan kesan-kesan dan pengertian orang lain dan realitas yang sama. Tentu saja pembandingan sosial semacam itu hanya dapat kita lakukan lewat komunikasi dengan orang lain.

4. Kesehatan mental kita sebagian besar juga ditentukan oleh kualitas komunikasi atau hubungan kita dengan orang lain, terlebih orang-orang yang merupakan tokoh-tokoh signifikan (significant figures) dalam hidup kita. Bila hubungan kita dengan orang lain diliputi berbagai masalah, maka tentu kita akan menderita, merasa sedih, cemas, frustrasi. Bila kemudian kita menarik diri dan menghindar dari orang lain, maka rasa sepi dan terasing yang mungkin kita alami pun tentu akan menimbulkan penderitaan, bukan hanya penderitaan emosional atau batin, bahkan mungkin juga penderitaan fisik.

Komunikasi antar pribadi sama halnya dengan ilmu-ilmu lain yang memiliki sifatnya tersendiri sehingga miliki suatu ciri khas pada ilmu tersebut. Beberapa sifat yang dapat menunjukan komunikasi antara dua orang,dan mengarah pada komunikasi antar pribadi yaitu didalamnya melibatkan perilaku


(36)

verbal maupun nonverbal, sehingga dapat menunjukan seberapa jauh hubungan antara pihak yang terlibat di dalamanya. Adapun beberapa sifat yang dimiliki oleh komunikasi antarpribadi adalah sebagai berikut (Liliweri, 1991:29):

a) Komunikasi antar pribadi melibatkan perilaku yang spontan, perilaku ini terjadi karena kekuasaan emosi yang bebas dari campur tangan kognisi.

b) Komunikasi antar pribadi harus menghasilkan umpan balik agar mempunyai interaksi dan koherensi, artinya suatu komuikasi antar pribadi harus ditandai dengan adanya umpan balik serta adanya interaksi yang melibatkan suatu perubahan di dalam sikap, perasaan, perilaku dan pendapat tertentu.

c) Komunikasi antar pribadi biasanya bersifat intrintik dan ekstrinsik. Intrinstik merupakan suatu standar perilaku yang dikembang oleh seseorang sebagai panduan melaksanakan komunikasi, sedangkan ekstrinsik yaitu aturan lain yang ditimbulkan karena pengaruh kondisi sehingga komunikasi antar manusia harus diperbaiki atau malah harus berakhir.

d) Komunikasai antar pribadi menunjukan adanya suatu tindakan. Sifat yang dimaksud adalah suatu hubungan sebab akibat yang dilandasi adanya tindakan bersama sehinnga menghasilkan proses komunikasi yang baik.

e) Komunikasai antar pribadi menunjukan adanya suatu tindakan. Maksudnya adalah suatu hubungan sebab akibat yang dilandasi adanya tindakan bersama sehinnga menghasilkan proses komunikasi yang baik.

2.2.4 Teori Self Disclosure

Teori self disclosure menekankan bahwa setiap orang bisa mengetahui dan tidak mengetahui tentang dirinya, maupun orang lain. Hal seperti itu dapat di kelompokan ke dalam empat macam bidang pengenalan yang ditunjukan dalam suatu gambar yang disebut dengan jendela Johari (Johari Window).


(37)

Gambar 2.2 Jendela Johari

Diketahui Sendiri Tidak Diketahui

Sendiri

Diketahui Orang Lain

Tidak Diketahui Orang Lain

Sumber: Alo Liliweri, Komunikasi Antar Pribadi, 1991, halaman 53.

Berdasarkan gambar Johari Window di atas dapat diketahui bahwa tiap diri kita memiliki keempat unsur tersebut termasuk yang belum diketahui maupun yang disadari. Dalam pengembangan hubungan terdapat empat kemungkinan sebagaimana terwakili melalui suasana di keempat bidang tersebut.

Bidang 1, melukiskan suatu kondisi di mana antara seseorang dengan yang lain mengembangkan suatu hubungan yang terbuka sehingga dua pihak saling mengetahui masalah tentang hubungan mereka. Dalam hal ini kepribadian, kelemahan, dan kelebihan yang kita miliki, selain diketahui oleh diri sendiri, juga diketahui oleh orang lain.

Bidang 2, melukiskan suatu kondisi di mana hubungan antara kedua belah pihak hanya diketahui oleh diri sendiri. Pada bidang buta ini seseorang tidak mengetahui kekurangan yang dimilikinya, tetapi sebaliknya kekurangan justru diketahui oleh orang lain.

Bidang 3, disebut bidang tersembunyi yang melukiskan masalah hubungan antara kedua pihak diketahui diri sendiri namun tidak diketahui oleh orang lain.

1. Terbuka 2. Buta


(38)

Ada dua konsep yang erat hubungannya dengan bidang ini yaitu over disclosure

dan under disclosure. .

Over disclosure ialah sikap terlalu banyak mengungkapkan sesuatu, hingga hal-hal yang seharusnya disembunyikan juga diutarakan. Misalnya saja, konflik rumah tangga. Sedangkan under disclosure ialah sikap terlalu menyembunyikan sesuatu yang seharusnya dikemukakan. Terlalu banyak tahu tentang orang lain, namun tidak mau bicara tentang dirinya.

Bidang 4, melukiskan suatu kondisi dimana kedua belah pihak sama-sama tidak mengetahui masalah hubungan diantara mereka. Bidang ini adalah bidang kritis dalam komunikasi karena kita sendiri tidak mengenal diri kita, juga orang lain tidak mengetahui siapa kita. Sehingga dapat terjadi kesalahan persepsi maupun kesalahan perlakuan kepada orang lain karena tidak saling mengenal baik kelebihan dan kekurangan juga statusnya.

Dari keempat bidang di atas, keadaan yang paling dikehendaki sebenarnya ialah bidang 1, dimana antara komunikator dan komunikan saling mengetahui makna pesan yang sama (Alo Liliweri, 1991 : 53).

Pada keempat bidang dalam Johari Window merupakan satu kesatuan yang teradapat dalam diri setiap orang. Hanya saja kadar bidang berbeda satu dengan yang lain. Mereka yang mampu bersosialisasi dan membangun hubungan baik, maka akan memperluas bidang terbuka. Sebab dengan memperluas bidang terbuka maka ketiga bidang yang lain akan menyempit. Dengan demikian komunikasi merupakan medium penting bagi pembentukan atau pengembangan pribadi dan untuk kontak sosial. Melalui komunikasi kita tumbuh dan belajar, kita menemukan pribadi kita dan orang lain, kita bergaul, bersahabat, menemukan kasih sayang, bermusuhan, membenci orang lain, dan sebagainya.

Self disclosure memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan dan kekurangan tersebut ialah sebagai berikut:

1. Kelebihan

Dalam proses pengungkapan diri, kita bisa mendengarkan pengalaman orang lain yang nantinya bisa dijadikan sebagai pelajaran bagi kehidupan kita. Kita juga bisa mengetahui seperti apa diri kita dalam pandangan orang lain. Dengan begitu kita dapat melakukan introspeksi diri dalam berhubungan.


(39)

2. Kekurangan

Tidak semua orang dapat menanggapi apa yang kita sampaikan, bahkan bisa terjadi salah paham sehingga menimbulkan sebuah masalah yang baru. Ketika seseorang telah mengetahui diri kita, ia bisa saja memanfaatkan apa yang terlah dia ketahui tentang diri kita tersebuta.

Selain itu, pengungkapan diri juga memiliki beberapa fungi. Menurut derlega dan grzelak (1979) ada lima fungsi pengungkapan diri (sears, freedman &peplau, 1985: 254), yaitu :

a. Ekspresi

Dalam kehidupan ini kadang-kadang manusia mengalami suatu kekecewaan atau kekesalan, baik itu yang menyangkut pekerjaan atau yang lainnya. Untuk membuang semua kekesalan ini biasanya seseorang akan merasa senang jika bercerita kepada seorang teman yang sudah dipercaya. Maka dengan pengungkapan diri semacam ini manusia mendapat kesempatan untuk mengekspresikan perasaannya.

b. Penjernihan Diri

Saling berbagi rasa serta menceritakan perasaan dan masalah yang sedang dihadapi kepada orang lain, merupakan salah satu cara manusia berharap agar dauntukpat memperoleh penjelasan dan pemahaman orang lain akan masalah yang dihadapinya sehingga pikiran akan menjadi lebih jernih dan dapat melihat duduk persoalannya dengan lebih baik.

c. Keabsahan Sosial

Setelah sesorang selesai membicarakan masalah yang sedang dihadapinya, biasanya pendengar akan memberikan tanggapan mengenai permasalahan tersebut Sehingga, sesorang akan mendapatkan suatu informasi yang bermanfaat tentang kebenaran akan pandangan orang lain. Orang yang mengadapi masalah tersebut juga dapat memperoleh dukungan atau sebaliknya.

d. Kendali Sosial

Seseorang dapat mengemukakan atau menyembunyikan informasi tentang keadaan dirinya yang dimaksudkan untuk mengadakan kontrol sosial,


(40)

misalnya orang lain akan mengatakan sesuatu yang dapat menimbulkan kesan baik tentang dirinya.

e. Perkembangan Hubungan

Saling berbagi rasa dan informasi tentang diri kita kepada orang lain serta saling mempercayai merupakan saran yang paling penting dalam usaha merintis suatu hubungan sehingga akan semakin meningkatkan derajat keakraban dan harmonisasi hubungan.

Pengungkapan diri juga memiliki tingkatan-tingkatan yang berbeda dalam proses hubungan interpersonal. Menurut Powell (dalam Supratikna, 1995) tingkatan-tingkatan pengungkapan diri dalam komunikasi tersebut adalah :

1. Basa-basi, merupakan tingkatan pengungkapan diri yang paling lemah, walaupun terdapat keterbukaan diantara individu, tetapi tidak terjadi hubungan antar pribadi. Masing-masing individu berkomuniikasi basa-basi sekedar kesopanan.

2. Membicarakan orang lain yang diungkapkan dalam komunikasi hanyalah tentang orang lain atau hal-hal yang diluar dirinya. Walaupun pada tingkat ini isi komunikasi lebih mendalam tetapi pada tingkat ini individu tidak mengungkapkan diri. Sehingga tingkatan ini juga masih lemah.

3. Menyatakan gagasan atau pendapat , pada tingkatan ini memang sudah mulai dijalin hubungan yang erat. Individu juga sudah mulai mengungkapkan dirinya kepada individu lain.

4. Perasaan, pada tingkatan ini setiap individu dapat memiliki gagasan atau pendapat yang sama tetapi perasaan atau emosi yang menyertai gagasan atau pendapat setiap individu dapat berbeda-beda. Setiap hubungan yang menginginkan pertemuan antar pribadi yang sungguh-sungguh, haruslah didasarkan atas hubungan yang jujur, terbuka dan menyarankan perasaan-perasaan yang mendalam.

5. Hubungan puncak, pada tingkatan ini pengungkapan diri telah dilakukan secara mendalam, individu yang menjalin hubungan antar pribadi dapat menghayati perasaan yang dialami individu lainnya. Segala hubungan


(41)

yang mendalam dan sejati haruslah berdasarkan pada pengungkapan diri dan kejujuran yang mutlak.

Pengungkapan diri memang lebih sering muncul dalam konteks hubungan dua orang daripada dalam konteks jenis komunikasi lainnya. Namun dalam hubungan diantara anggota keluarga pengungkapan diri juga dapat terjadi, khususnya ketika salah satu dari anggota keluarga tinggal terpisah dari keluarganya.

2.2.5 Hubungan Harmonisasi

Sebuah hubungan akan menjadi harmonis jika adanya kepercayaan , hidup berdampingan, dan mempertahankan hubungan. Untuk membangun keselarasan dan kebahagiaan dalam suatu hubungan, penting bahwa setiap orang ataupun anggota keluarga untuk menciptakan dan mengikuti setiap peraturan-peraturan yang telah ditetapkan secara bersama.

Adapun hal yang diperlukan agar hubungan tetap pada rel utamanya (Patton,1998: 16) yaitu:

1. Affection (kasih sayang), hal ini menunjukan bagaimana perasaan dan memberikan diri secara tulus dan tanpa pamrih kepada seseorang.

2. Appreciation (penghargaan), mengetahui betapa penting dan berharganya seseorang.

3. Acknowledgment (pengakuan), mengakui hak seseorang dan menghormati perasaannya.

4. Absolute (kemutlakan), komitmen nyata terhadap hubungan dan mempertahankan tujuan utamanya.

5. Acceptance (penerimaan), memberi kesempatan kepada orang lain untuk berkembang dan memenuhi ambisinya serta menciptakan ruang untuk mencapai semuanya.

6. Action ( tindakan), berusaha agar hubungan menjadi harmonis dan selalu mencari cara-cara untuk meningkatkan hubungan tersebut.

Dengan adanya ketentuan diatas, dan didukung dengan komunikasi antar pribadi maka hubungan yang terjalin akan tetap harmonis dengan rasa kekeluargaan dan dukungan yang baik. Membangun hubungan dalam


(42)

berkomunikasi sangat diperlukan agar setiap hubungan menjadi menyenangkan dan membahagiakan. Maka, kejujuran dalam suatu hubungan juga diperlukan untuk menciptakan hubungan yang harmonis.

Dalam penelitian ini,hubungan harmonisasi yang terjalin antara mahasiswa dan orangtuanya akan diketahui dari beberapa hal diatas. Jika mahasiswa dan orangtua yang tinggal terpisah melakukan beberapa hal diatas maka hubungan mereka dapat dikatakan harmonis, dan sebaliknya jika mereka tidak melakukan hal tersebut maka hubungan diantara mahasiswa dan orangtuanya tidak dapat dikatakan memiliki hubungan yang harmonis.

2.2.6 Teori Interaksi Simbolik

Teori ini menyatakan bahwa interaksi sosial pada hakekatnya adalah interaksi simbolik. Manusia berinteraksi dengan yang lain dengan cara menyampaikan simbol, kemudian yang lain memberi makna atas simbol tersebut. Para ahli perfeksionisme simbolik melihat bahwa individu adalah obyek yang bisa secara langsung ditelaah dan dianalisis melalui interaksinya dengan individu yang lain. Mereka menemukan bahwa individu-individu tersebut berinteraksi dengan menggunakan simbol-simbol, yang didalamnya berisi tanda-tanda, isyarat dan kata-kata. Simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu lainnya. Lambang meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku non verbal dan obyek yang disepakati bersama (Mulyana, 2001:84).Esensi dari interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia yaitu komunikasi dan petukaran simbol yang diberi makna. Perspektif interaksi simbolik berusaha memahami perilaku manusia dari sudut pandang subjek. Perspektif ini menyarankan agar perilaku manusia harus dilihat sebagai proses yang memungkinkan manusia membentuk dan mengatur perilaku mereka dengan mempertimbangkan ekspektasi orang lain yang menjadi mitra interaksi mereka.

Esensi interaksi simbolik merupakan suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia yaitu komunikasi dan petukaran simbol yang diberi makna. Perspektif interaksi simbolik berusaha memahami perilaku manusia dari sudut pandang subjek. Perspektif ini menyarankan bahwa perilaku manusia harus dilihat sebagai proses yang memungkinkan manusia membentuk dan mengatur perilaku


(43)

mereka dengan mempertimbangkan ekspektasi orang lain yang menjadi mitra interaksi mereka. Defenisi yang mereka berikan kepada orang lain, situasi, objek dan bahkan diri mereka sendirilah yang menentukan perilaku mereka. Manusia bertindak hanya berdasarkan defenisi atau penafsiran mereka atas objek-objek disekeliling mereka. Dalam pandangan interaksi simbolik, sebagaimana ditegaskan Blumer, proses sosial dalam kehidupan kelompoklah yang menciptakan aturan-aturan, bukan sebaliknya. Dalam konteks ini makna dikonstruksikan dalam proses interaksi dan proses tersebut bukanlah sesuatu medium yang netral yang memungkinkan kekuatan sosial memainkan perannya melainkan justru merupakan substansi sebenarnya dari organisasi sosial dan kekuatan sosial (Mulyana, 2001:68)

Menurut Ralph Larossa dan Donald C. Reitzes (1993) dalam West-Turner (2008:96), interaksi simbolik pada intinya menjelaskan mengenai kerangka referensi untuk memahami bagaimana manusia, bersama dengan orang lain, menciptakan dunia simbolik dan bagaimana cara dunia membentuk perilaku manusia. Interaksi simbolik ada karena ide-ide dasar dalam membentuk maknanya yang berasal dari pikiran manusia (Mind) mengenai diri (Self) dan hubungannya di tengah interaksi sosial dan tujuan berakhir untuk memediasi, serta menginterpretasikan makna ditengah masyarakat (Society) dimana individu tersebut menetap.

Definisi singkat dari ketiga ide dasar dari interaksi simbolik, antara lain: 1. Pikiran (Mind)

Pikiran merupakan kemampuan untuk menggunakan symbol yang mempunyai makna sosial yang sama, dimana tiap individu harus mengembangkan pikiran mereka melalui interaksi dengan individu lain. 2. Diri (Self)

Diri disini maksudnya yaitu kemampuan untuk merefleksikan diri tiap individu dari penilaian sudut pandang atau pendapat orang lain.

3. Masyarakat (Society)

Masyarakat adalah jejaring hubungan sosial yang diciptakan, dibangun, dan dikonstruksikan oleh tiap individu ditengah masyarakat, dan tiap individu tersebut terlibat dalam perilaku yang mereka pilih secara aktif dan


(44)

sukarela, yang pada akhirnya mengantarkan manusia dalam proses pengambilan peran di tengah masyarakatnya.

Ralph Larosa dan Donald C. Reitzes (1993) juga telah mempelajari Teori Interaksi Simbolik yang berhubungan dengan kajian kelurga. Mereka menyatakan bahwa hal-hal yang mendasari interaksionisme simbolik memperlihatkan tiga tema besar, yaitu:

1. Pentingnya Makna bagi Perilaku Manusia

Dalam hal ini, teori intreaksi simbolik berpegang bahwa individu membentuk makna melalui proses komunikasi dan makna tersebut jugatidak bersifat intrinsic terhadap apapun. Individu disini memerlukan konstruksi dan interpretif untuk menciptakan makna tersebut. Sehingga tujuan interaksi menurut teori interaksi simbolik ini adalh untuk menciptakan makna yang sama.

2. Pentingnya Konsep Mengenai Diri

Interaksi simbolik berfokus pada pentingnya konsep diri, yaitu seperangkat persepsi yang relative stabil yang dipercaya orang mengenai dirinya sendiri. Ketika seseorang menanyakan “siapakah saya?” maka jawabannya akan berhubungan dengan konsep dirinya sendiri. Konsep diri akan terbentuk oleh ciri-ciri fisik seseorang, talenta, keadaan emosi, ketrampilan,dan intelektualitas yang ada pada diri seseorang.

3. Hubungan antara Individu dan Masyarakat

Tema interaksionisme simbolik yang terakhir disini berkaitan dengan hubungan antara kebebasan individu dan batasan sosial. Dalam hal ini seseorang dapat dipengaruhi oleh proses budaya dan sosial.

2.3 Penelitian Terdahulu

Adapun beberapa penelitian terdahulu yang pernah meneliti mengenai komunikasi keluarga yaitu :


(45)

2.3.1 Penelitian Agnesia

Penelitian yang pernah ada tentang komunikasi keluarga yaitu pernah dilakukan oleh mahasiswi ilmu komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang berjudul “Efektivitas Komunikasi Keluarga” tahun 2010 yang bertujuan untuk mengetahui komunikasi antar pribadi antara orangtua dan anak dan untuk mengetahui penyimpangan seperti apa yang sering terjadi dikalangan remaja, serta untuk mengetahui komunikasi antar pribadi orangtua dan anak dalam menyikapi penyimpangan pergaulan remaja.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang bertujuan untuk menggmbarkan efektivitas komunikasi keluarga tersebut. Penelitian ini menggunakan teori komunikasi antar pribadi, teori self disclosure,

komunikasi keluarga, dan penyimpangan prilaku. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah remaja laki-laki di Perumnas Simalingkar kecamaan Pancur Batu kabupaten deliserdang, medan. Frekuensi yang diambil dalam penelitian ini adalah 30 orang. Hasil penelitian disimpulkan bahwa komunikasi antar pribadi diantara orangtua sangat dekat, karena hal tersebut dapat terlihat ketika para orangtua sering melakukan komunikasi dengan anaknya.

2.3.2 Penelitian Dia Awalia

Penelitian lain mengenai komunikasi keluarga yaitu pernah dilakukan oleh mahasiswi ilmu komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang berjudul "Pola Komunikasi Keluarga dalam Menanamkan Nilai Gender pada Remaja." Penelitian ini menggambarkan pola komunikasi keluarga yang dipersepsi oleh remaja dan bagaimana peran pola tersebut dalam menanamkan nilai gender pada remaja.

Empat pola komunikasi keluarga terdiri dari; pola persamaan (Equality Pattern), pola seimbang-terpisah (Balance Split Patern), pola tak seimbang-terpisah (Unbalance Split Pattern) dan pola monopoli (Monopoly Pattern). Keempat pola tersebut menggambarkan pembagian peran dan kedudukan tiap anggota dalam keluarga.


(46)

Metode yang digunakan penulis adalah metode deskriptif, dengan jumlah responden sebanyak 97 orang yang merupakan siswa SMK Negeri 8 Medan dan siswa STM Teladan Temnbung Medan, dalam menyebarkan angket penulis menggunakan metodeAccidental sampling yaitu suatu teknik pengambilan sampel yang memilih siapa saja untuk dijadikan anggota sampel yang menurut pengumpul data sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian.

Dari hasil penyebaran kueisioner peneliti menganalisis hasil jawaban kuisioner dan menemukan bahwa remaja memahami gender adalah pembagian peran dan fungsi antara laki-laki dan perempuan dan remaja mengiginkan adanya pembagian peran yang sama dan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan di dalam keseharian tanpa membeda-bedakan jenis kelamin dan kemampuan mereka.

Kesimpulan penelitian adalah pola komunikasi persamaan merupakan pola yang paling menunjang dalam menanamkan nilai gender pada remaja karena pola ini menekankan kesetaraan di antara anggota keluarga.

2.3.3 Penelitian Ardhi Kurniadi

Penelitian lain yang dilakukan berjudul “Korelasi Antara Intensitas Komunikasi Keluarga Dengan Prestasi Belajar Anak “, bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan antara komunikasi keluarga dan prestasi belajar anak. Penelitian yang dilakukan oleh mahsiswa jurusan ilmu komunikasi, Universitas Sebelas Maret pada tahun 2010 ini dilaksanakan di SD Djama’atul Ichwan Surakarta. Masalah dalam penelitian ini adalah adakah pengaruh yang signifikan antara komunikasi keluarga dengan prestasi belajar anak. Adapun populasi penelitian ini adalah Siswa-siswi kelas V SD Djama’atul Ichwan Surakarta. Teknik sampling yang digunakan adalah Propotional Random Sampling, jumlah sampel yang dipakai adalah 32 Siswa-siswi kelas V SD Djama’atul Ichwan tahun ajaran 2009-2010.

Hipotesis yang diajukan penulis adalah ada korelasi yang positif dan signifikan antara komunikasi keluarga terhadap prestasi belajar anak.


(47)

Alat analisis yang digunakan adalah teknik metode analisis statistik. Dalam melakukan uji korelasi menggunakan rumus Correlations Product Moment. Berdasarkan hasil uji validitas, semua instrument menghasilkan koefisien korelasi (R) lebih besar dari 0,576 dinyatakan valid. Dengan uji reliabilitas untuk variabel komunikasi keluarga (X) yang terdiri dari 18 pertanyaan mempunyai alpha cronbach > 0,576. dan variabel prestasi belajar anak yang terdiri dari 18 pertanyaan mempunyai alpha cronbach > 0,576. sehingga dari sejumlah pertanyaan kedua variabel dinyatakan reliabel. Berdasarkan hasil dari hipotesis I, hipotesis kerja atau hipotesis

alternatif (Ha), jika r hitung > r tabel dengan taraf signifikan (α) 0,05 maka

ada hubungan / korelasi yang signifikan antara komunikasi keluarga dan prestasi belajar anak. Hasil hipotesis II, hipotesis nol (Ho), jika r hitung < r tabel dengan taraf signifikan (α) 0,05 maka tidak ada hubungan / korelasi yang signifikan antara komunikasi keluarga dan prestasi belajar anak Saran yang diberikan kepada orang tua adalah diharapkan orang tua sesering mungkin selalu berkomunikasi dengan anak, serta keluarga selalu mendukung agar anak-anaknya termotivasi dalam belajar sehingga prestasi belajar anak dapat tercapai atau meningkat. Saran untuk anak (siswa-siswi) adalah anak / siswa-siswi diharapkan untuk selalu berinteraksi dengan orang tua. Mengutarakan segala masalah yang dihadapi, tidak malu kalau ada kekurangan yang harus diutarakan. Semakin baik hubungan antara anak (siswa-siswi) dengan orang tua, maka semakin mudah untuk mengatasi masalah yang dihadapi anak dan dapat mencari jalan keluarnya, sehingga tercapai komunikasi yang aktif dan bersinergi.

Tiga penelitian mengenai komunikasi keluarga diatas, menjelaskan bahwa penelitian mengenai komunikasi keluarga sudah ada yeng meneliti. Namun disetiap penelitian tersebut terdapat perbedaan yang membedakan dari penelitian yang satu dengan yang lainnya. Pada penelitian agnesia penelitian dilakukan untuk melihat bagaimana peran komunikasi keluarga untuk mengetahui penyimpanagan pada diri anak remaja, kemudian penelitian dari dia awalia mengenai bagaimana komunikasi keluarga dapat


(48)

menanamkan nilai gender pada remaja, selanjutnya penelitian dari ardhi kurniadi mengenai korelasi antara intensitas komunikasi keluarga dengan prestasi belajar anak.

Sebenarnya penelitian mengenai komunikasi keluarga sebelumnya tidak hanya tiga penelitian diatas tadi saja, tetapi masih ada beberapa penelitian lagi yang tidak dapat dituliskan oleh peneliti semuanya. Tetapi, sejauh ini peneliti jarang menemukan penelitian mengenai komunikasi keluarga yang dikaitkan dengan hubungan jarak jauh dan hubungan harmonisasi.


(49)

2.4 Model Teoritik

Gambar 2.3

Bagan Model Teoritik Penelitian Peran Komunikasi Keluarga Terhadap Mahasiswa yang Tinggal Terpisah Dengan Orangtua Dalam Hubungan

Harmonisasi

Mahasiswa yang tinggal terpisah dengan orang tua

• Komunikasi Sosial

• Komunikasi Kultural

Affection (kasih sayang)

Appreciation (penghargaan)

Acknowledgment (pengakuan)

Absolute (kemutlakan)

Acceptance (penerimaan)

Action ( tindakan)

Sumber : Hasil Penelitian 2013

Hubungan Jarak Jauh

Komunikasi Keluarga


(50)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan elemen penting untuk menjaga reliabilitas dan validitas dari hasil penelitian yang dilakukan. Metode penelitian diperlukan agar peneliti mengetahui dengan cara apa dan bagaimana data yang diperlukan dapat dikumpulkan sehingga hasil akhir dari penelitian dapat menyajikan informasi yang valid dan reliabel (Bungin,2003: 42). Menurut Chaedar ( Hikmat, 2011: 36) mengatakan bahwa metode kualitatif memiliki kelebihan, yaitu adanya fleksibilitas yang tinggi bagi peneliti ketika menentukan langkah-langkah penelitian.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Metode ini diharapkan akan menghasilkan pendeskripsian yang sangat mendalam, karena ditajamkan dengan analisis kualitatif. Menurut Gay ( Hikmat, 2011: 36) metode penelitian deskriptif adalah kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam rangka menjawab pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu yang sedang berjalan dari pokok suatu penelitian. Tujuan utama menggunakan metode deskriptif adalah untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu.

Maka, dengan menggunakan metode ini peneliti akan mendeskripsikan bagaimana peran komunikasi keluarga terhadap mahasiswa yang tinggal terpisah dengan orangtua dan juga menjelaskan hubungan harmonisasi yang terjalin diantara mereka. Setela itu, peneliti akan menganalisis informasi yang diterima dari informan sesuai dengan teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

3.2 Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan hal yang merujuk pada masalah yang sedang diteliti. Objek penelitian yang diteliti adalah peran komunikasi keluarga pada mahasiswa yang tinggal terpisah dengan orangtua dalam hubungan harmonisasi antara orangtua dan mahasiswa dikota medan.


(51)

3.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini merujuk pada informan ataupun responden yang akan dimintai keterangan mengenai penelitian ini. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang tinggal terpisah dari orangtua. Informan tersebut kemudian dikategorikan dengan pertimbangan jarak, diantara orang tua dan mahasiswa yang tinggal terpisah yaitu mereka tinggal di kota yang berbeda serta lamanya waktu mahasiswa dan orang tua yang tinggal terpisah yaitu mahasiswa yang sudah tinggal terpisah dengan orangtuanya selama dua tahun atau lebih. Hal ini, karena mahasiswa yang sudah tinggal terpisah dengan orangtua selama dua tahun atau lebih akan lebih banyak menghadapi konflik di tempat studi atau pun ditempat mahasiswa tersebut kost. Adapun lokasi penelitian yang akan dilakukan adalah pada mahasiswa dari beberapa universitas yang berada di kota Medan dan mereka tinggal terpisah dari orang tua.

3.4 Kerangka Analisis

Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah berdasarkan model Miles dan Huberman. Menurut Miles dan Huberman, analisis data kualitatif adalah suatu proses analisis yang memiliki langkah-langkah sebagai berikut, yaitu reduksi data, penyajian data,dan penarikan kesimpulan.

Reduksi data merupakan suatu proses pemilihan dan penyederhanaan data kasar yang muncul dari catatan di lapangan. Penyajian data merupakan kumpulan informasi tersusun yang member kemungkinan adanya penarikan kesimpulan. Menarik kesimpulan dimulai dengan mencari arti benda, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi yang mungkin.


(52)

Gambar 3.1 Kerangka Analisis

Sumber : Hasil Penelitian 2013

Dalam hal ini, peneliti akan melakukan reduksi data dari data yang di dapat dari catatan di lapangan data yang di reduksi tersebut akan memeberikan gambaran yang lebih jelas, kemudian peneliti akan menyajikan data yang telah di reduksi tersebut, setelah itu peneliti akan menarik kesimpulan dan memberikan penjelasan mengenai bagaimana peran komunikasi keluarga pada mahasiswa yang tinggal terpisah dengan orangtua dalam hubungan harmonisasi antara orangtua dan mahasiswa.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan beberapa metode, di antaranya adalah :

1. Metode Wawancara

Wawancara yaitu suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan kepada para responden atau informan. (Subagyo,1999 : 39)

Dalam hal ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode wawancara terstruktur, diamana pewawancara menetapkan sendiri masalah

Hubungan Jarak Jauh

Komunikasi Keluarga


(1)

Ada, ketika saya mengalami kecelakaan. Saya tidak menceritakannya kepada orangtua karena takut mereka khawatir.

4. Apakah hal yang tidak anda ceritakan itu pernah diketahui oleh orangtua? Pernah, ketika saya kecelakaan tersebut akhirnya orangtua mengetahuinya dari keluarga yang tinggaal di medan.

Teori Hubungan Harmonisasi

1. Pada saat anda baru kembali/pulang kerumah, bagaimana hubungan anda dengan orangtua?

Ketika saya kembali, hubungan saya dengan orangtua baik.

2. Apakah hubungan anda dengan orangtua langsung sedekat pada saat anda sebelum tinggal terpisah dengan orangtua?

Ya,saya rasa kedekatan hubungan kami sama kerika sebelum saya tinggal terpisah.

3. Menurut anda, apakah orangtua anda lebih memperhatikan anda saat anda kembali/pulang kerumah?

Menurut saya, orangtua saya tidak memberikan perhatian lebih, mereka bersikap seperti biasa.

4. Apakah pada saat anda kembali/pulang kerumah pernah terjadi konflik? Pernah, konflik yang kecil terjadi.

5. Konflik apakah yang terjadi?

Masalah antara saudara saja, masalah membereskan rumah ternyata ketika saya pulang adik saya tidak membantu saya membereskan rumah, dia semakin malas. Jadi saya marah kepadanya.

Teori Interaksi Simbolik

1. Pada saat anda pulang kerumah, apakah anda pernah merasakan ada hal yang berbeda dari anggota keluarga atau suasana dirumah?


(2)

2. Jika ada, hal apakah yang menurut anda berubah?

3. Pada saat anda pulang kerumah, apakah menurut anda, ada hal yang baru atau perubahan pada diri anda?

Perubahan yang terjadi, menurut saya ada.

4. Jika ada, apakah hal yang berubah pada diri anda?


(3)

PedomanWawancara Data Informan (Mahasiswa)

1. Nama : Nando purba

2. JenisKelamin : Laki-laki

3. Tempat, TanggalLahir : Sileang, 27 maret 1991

4. Usia : 22th

5. Angkatan : 2010

6. Jurusan : Manajemen

7. Universitas : Universitas Darma Agung Pendahuluan:

1. Apakah anda memilih sendiri jurusan dan universitas tempat anda studi sekarang ?

Iya, aku pilih jurusan sendiri

2. Apakah anda senang kuliah di jurusan dan universitas yang anda jalani sekarang ?

Iya, aku senang kan aku pilih sendiri jurusannya.

3. Bagaimana perasaan anda saat mengetahui bahwa anda akan tinggal terpisah dari orangtua?

Sedih juga sih tapi namanya mau kuliah harus ya mau gmana lagi

4. Sampai saat ini sudah berapa kali anda kembali/pulang ke rumah orangtua ? Tiap tahun balik ke rumah sekali minimalnya dalam setahun

5. Apa yang menjadi alasan anda pulang ke rumah?

Ya kangen ortu rumah , teman dan juga masakan ibunda Teori Komunikasi Keluarga:

1. Seperti apa komunikasi anda dengan orangtua di rumah, apakah anda dan keluarga terbiasa dengan bahasa daerah atau tidak?

Komunikasi aku sama keluarga di rumah bebas-bebas aja, kami pakai bahasa daerah juga, tapi kadang-kadang. Kalo menurut ku komunikasi kami bebas, karena kami bisa ngasih saran sama orangtua, adu argumen gitu pun bisa kayak


(4)

kata bapakku, asal alasan yang aku kasih masuk akal, bisa diterima lah saran itu.

2. Pada saat tinggal terpisah dari orangtua, seberapa sering anda berkomunikasi dengan orangtua?

Sering juga lah, seminggu mau lima kali atau enam kali gitu lah.

3. Media apa yang biasa anda gunakan saat berkomunikasi dengan orangtua? Media yang aku pake biasa telepon

4. Siapa yang terlebih dahulu menghubungi, anda atau orangtua? Terkadang orang tua tetapi lebih sering aku yang nelepon

5. Dari setiap anggota keluarga, dengan siapa anda paling sering berkomunikasi? Aku biasa nelepon kakak ku, karena aku lebih dekat dengan dia

Teori Self Disclosure:

1. Pada saat berkomunikasi dengan orangtua, hal apa saja yang anda ceritakan dengan orangtua?

Kalo lagi teleponan sama orangtua aku biasanya ngomongin pengalaman sehari-hari, keluhan dan juga nanya kabar

2. Apakah semua hal anda ceritakan dengan orangtua?

Tidak lahh , walaupun aku terbuka dengan ortu tetapi tidak semua aku ceritakan takut mereka risau dengan keadaanku

3. Apakah ada hal yang tidak anda ceritakan dengan orangtua? Jika ada, apakah hal tersebut? Mengapa anda tidak menceritakan hal tersebut?

Sifatnya kan pribadi juga dan takut ortu risau atau khwatir dengan keadaanku 4. Apakah hal yang tidak anda ceritakan itu pernah diketahui oleh orangtua?

Ada sering kali mereka tau dari orang lain Teori Hubungan Harmonisasi

1. Pada saat anda baru kembali/pulang kerumah, bagaimana hubungan anda dengan orangtua?


(5)

2. Apakah hubungan anda dengan orangtua langsung sedekat pada saat anda sebelum tinggal terpisah denganorangtua?

Aku rasa lebih dekat lagi pun. Karena kalo aku udah balek, malah aku lebih sering ngobrol sama ortu.

3. Menurut anda, apakah orangtua anda lebih memperhatikan anda saat anda kembali/pulang kerumah?

Iya aku rasa lebih dekat lagi

4. Apakah pada saat anda kembali/pulang ke rumah pernah terjadi konflik? Belum pernah

Teori Interaksi Simbolik

1. Pada saat anda pulang ke rumah, apakah anda pernah merasakan ada hal yang berbeda dari anggota keluarga atau suasana dirumah?

Tidak

2. Jika ada, hal apakah yang menurut anda berubah?

3. Pada saat anda pulang ke rumah, apakah menurut anda, ada hal yang baru atau perubahan pada diri anda?

Menurutku ada perubahan pada diriku karena ortu lebih menganggap kita lebih dari waktu dulu kita di kenalnya jadi kadang ortu lebih memberikan kita keleluasaan dalam hal melakukan tindakan


(6)

BIODATA

Data Pribadi

Nama : Novia Sabrina Ginting

Jenis Kelamin : Perempuan

Tanggal Kelahiran : Medan, 8 November 1990

Umur : 22 Tahun

Status Marital : Mahasiswi Warga Negara : Indonesia

Agama : Katolik

Alamat : Jln.Gaperta No.126 Medan

Kode Post : 20124

Nomor Telepon : 085261006861

Email : sabrina_novia@yahoo.com

Pendidikan

1997 – 2002 : SD Negeri 068003

2002 – 2005 : SMP Budi Murni 2 Medan 2005 – 2008 : SMA Budi Murni 2 Medan 2009 – sekarang : Universitas Sumatera Utara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Komunikasi

Medan, Agustus 2013


Dokumen yang terkait

KOMUNIKASI KELUARGA DALAM HUBUNGAN JARAK JAUH (Studi Deskriptif Kualitatif Peran Komunikasi Keluarga Terhadap Mahasiswa yang Tinggal Terpisah dengan Orangtua dalam Hubungan Harmonisasi di Kota Medan)

2 84 9

MEDIA KOMUNIKASI DALAM KOMUNIKASI INTERPERSONAL PERAN MEDIA KOMUNIKASI DALAM KOMUNIKASI INTERPERSONAL (STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF TENTANG PERAN TELEPON SELULAR SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DALAM HUBUNGAN JARAK JAUH PADA DUA ORANG YANG BERPACARAN).

0 4 9

PENDAHULUAN PERAN MEDIA KOMUNIKASI DALAM KOMUNIKASI INTERPERSONAL (STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF TENTANG PERAN TELEPON SELULAR SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DALAM HUBUNGAN JARAK JAUH PADA DUA ORANG YANG BERPACARAN).

0 3 21

POLA KOMUNIKASI PADA HUBUNGAN JARAK JAUH ANAK TERHADAP ORANGTUA DALAM MENJAGA HUBUNGAN Pola Komunikasi Pada Hubungan Jarak Jauh Anak Terhadap Orangtua Dalam Menjaga Hubungan (Studi Kualitatif Pada Mahasiswa Program Internasional Universitas Muhammadiyah

8 46 15

Komunikasi Yang Efektif Antara Remaja Dengan Orangtua Yang Bertugas Jarak Jauh(Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Yang Efektif Antara Remaja Dengan Orangtua Yang Bertugas Jarak Jauh Di Kota Medan)

0 0 38

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah - Komunikasi Yang Efektif Antara Remaja Dengan Orangtua Yang Bertugas Jarak Jauh(Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Yang Efektif Antara Remaja Dengan Orangtua Yang Bertugas Jarak Jauh Di Kota Medan)

0 0 5

KOMUNIKASI YANG EFEKTIF ANTARA REMAJA DENGAN ORANGTUA YANG BERTUGAS JARAK JAUH (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi yang Efektif Antara Remaja dengan Orangtua yang Bertugas Jarak Jauh di Kota Medan)

0 1 14

Komunikasi Keluarga Dalam Hubungan Jarak Jauh (Studi Deskriptif Kualitatif Peran Komunikasi Keluarga Terhadap Mahasiswa yang Tinggal Terpisah dengan Orangtua dalam Hubungan Harmonisasi di Kota Medan)

0 1 19

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perspektif Paradigma Kajian - Komunikasi Keluarga Dalam Hubungan Jarak Jauh (Studi Deskriptif Kualitatif Peran Komunikasi Keluarga Terhadap Mahasiswa yang Tinggal Terpisah dengan Orangtua dalam Hubungan Harmonisasi di Kota Medan)

0 0 28

KOMUNIKASI KELUARGA DALAM HUBUNGAN JARAK JAUH (Studi Deskriptif Kualitatif Peran Komunikasi Keluarga Terhadap Mahasiswa yang Tinggal Terpisah dengan Orangtua dalam Hubungan Harmonisasi di Kota Medan) SKRIPSI

0 0 15