Model Penguatan Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Penyusunan Peraturan Desa (PERDES) Partisipatif Sebagai Upaya Mewujudkan Good Village Governance.
(B. Hukum)
Model Penguatan Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Penyusunan Peraturan
Desa (PERDES) Partisipatif Sebagai Upaya Mewujudkan Good Village Governance
Sudibyo, Bambang Joko; Mulyanto; Rianto, Agus; Mayastuti, Anti
Fakultas Hukum UNS, Penelitian, BOPTN UNS, Hibah Bersaing, 2012
Tujuan jangka panjang penelitian untuk merumuskan model penguatan peran BPD dalam penyusunan
Perdes partisipatif sebagai upaya mewujudkan good village governance. Target khusus yang ingin dicapai
adalah optimalisasi peran anggota BPD dalam rangka memberdayakan potensi otonomi desa.
Penelitian menggunakan metode penelitian hukum sosiologis yang bersifat deskriptif. Lokasi di
kecamatan Mojolaban, Sukoharjo. Data yang digunakan yakni data primer dan sekunder. Sumber data
primer dari anggota BPD, Kepala Desa dan Kabag Hukum serta Kasubbag Dokumentasi dan Evaluasi
Produk Hukum Pemda Sukoharjo, sedangkan sumber data sekunder dari penelusuran pustaka. Instumen
pengumpul data menggunakan wawancara, kuesioner dan identifikasi isi (content analisys). Analisis data
menggunakan model analisis kualitatif yang diinterpretasikan berdasar teori (theoritical interpretation)
dan ditarik simpulan yang ideal (ius constitutum).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Pertama, BPD sebagai mitra kerja pemerintahan desa, berfungsi
menetapkan peraturan desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat
sebagaiman diatur Perda No. 6 Tahun 2006. Kedua, Penyusunan Peraturan desa partisipatif diatur dalam
Perda No. 12 Tahun 2007 dengan tahapan (1) Persiapan Pembentukan Perdes; (2) Pembahasan
Rancangan Perdes; (3) Penetapan dan Pengesahan Perdes; (4) Pembinaan dan Pengawasan Perdes; (5)
Pengundangan dan Penyebarluasan Perdes. Ketiga, Hambatan-hambatan BPD dalam penyusunan Perdes
partisipatif dalam upaya mewujudkan good village governance yakni faktor yuridis, faktor politis, faktor
SDM Anggota BPD, faktor Sarana/Fasilitas Teknologi Informasi dan budaya masyarakat, mengenai
minimnya kreasi Peraturan Desa yang dibuat dan lebih banyak Perdes yang bersifat rutinitas.
Model Penguatan Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Penyusunan Peraturan
Desa (PERDES) Partisipatif Sebagai Upaya Mewujudkan Good Village Governance
Sudibyo, Bambang Joko; Mulyanto; Rianto, Agus; Mayastuti, Anti
Fakultas Hukum UNS, Penelitian, BOPTN UNS, Hibah Bersaing, 2012
Tujuan jangka panjang penelitian untuk merumuskan model penguatan peran BPD dalam penyusunan
Perdes partisipatif sebagai upaya mewujudkan good village governance. Target khusus yang ingin dicapai
adalah optimalisasi peran anggota BPD dalam rangka memberdayakan potensi otonomi desa.
Penelitian menggunakan metode penelitian hukum sosiologis yang bersifat deskriptif. Lokasi di
kecamatan Mojolaban, Sukoharjo. Data yang digunakan yakni data primer dan sekunder. Sumber data
primer dari anggota BPD, Kepala Desa dan Kabag Hukum serta Kasubbag Dokumentasi dan Evaluasi
Produk Hukum Pemda Sukoharjo, sedangkan sumber data sekunder dari penelusuran pustaka. Instumen
pengumpul data menggunakan wawancara, kuesioner dan identifikasi isi (content analisys). Analisis data
menggunakan model analisis kualitatif yang diinterpretasikan berdasar teori (theoritical interpretation)
dan ditarik simpulan yang ideal (ius constitutum).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Pertama, BPD sebagai mitra kerja pemerintahan desa, berfungsi
menetapkan peraturan desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat
sebagaiman diatur Perda No. 6 Tahun 2006. Kedua, Penyusunan Peraturan desa partisipatif diatur dalam
Perda No. 12 Tahun 2007 dengan tahapan (1) Persiapan Pembentukan Perdes; (2) Pembahasan
Rancangan Perdes; (3) Penetapan dan Pengesahan Perdes; (4) Pembinaan dan Pengawasan Perdes; (5)
Pengundangan dan Penyebarluasan Perdes. Ketiga, Hambatan-hambatan BPD dalam penyusunan Perdes
partisipatif dalam upaya mewujudkan good village governance yakni faktor yuridis, faktor politis, faktor
SDM Anggota BPD, faktor Sarana/Fasilitas Teknologi Informasi dan budaya masyarakat, mengenai
minimnya kreasi Peraturan Desa yang dibuat dan lebih banyak Perdes yang bersifat rutinitas.