Pengaruh Konsentrasi Alkasi Aktivator dan Fraksi Massa Cotton Fiber terhadap Sifat Mekanis Nanokomposit Berbasis Geopolimer untuk Aplikasi Dental Bridge.

(1)

iv ABSTRAK

Dental bridge merupakan salah satu contoh gigi tiruan cekat yang

menjadi pilihan yang banyak digunakan untuk menggantikan gigi yang hilang. Suatu harapan bagi dunia kedokteran gigi Indonesia akan adanya

bridge buatan lokal yang memiliki sifat mekanis yang baik. Penelitian ini

bertujuan untuk membuat nanokomposit bridge yang berbasiskan geopolimer dengan filler partikel nano yang diperkuat dengan cotton fiber. Filler partikel nano terdiri dari magnesium, alumina, silika dan zirkonia yang disintesis dengan teknik sol-gel. Proses geopolimerisasi diaktivasi menggunakan alkali aktivator.

Penelitian eksperimental laboratorium ini menggunakan 12 spesimen yang dibagi menjadi 4 kelompok yaitu nanokomposit dengan konsenstrasi alkali aktivator 8 M dan 12 M serta fraksi massa cotton fiber 0,5% dan 1%. Hasil sintesis kemudian dianalisis nilai kekerasan dan flexural strength serta

scanning electron microscopy (SEM) untuk karakterisasi morfologi

permukaan spesimen. Analisis statistik menggunakan metode ANOVA one

way yang dilanjutkan dengan Tukey LSD.

Hasil uji menunjukkan kekerasan tertinggi dicapai pada nanokomposit dengan alkali aktivator 12 M dan cotton fiber 0,5% (13,1 VHN). Sedangkan nilai flexural strength tertinggi dicapai pada nanokomposit dengan alkali aktivator 8 M dan cotton fiber 1% (6,5 MPa). Hasil uji menunjukkan peningkatan nilai kekerasan berbanding terbalik dengan nilai flexural

strength.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa nanokomposit Mg-Al-Si-Zr berbasis geopolimer dapat disintesis dengan teknik sol-gel, alkali aktivator 12 M dapat meningkatkan nilai kekerasan serta penambahan cotton fiber 0,5 % dapat meningkatkan nilai flexural strength dari bahan, akan tetapi aplikasinya sebagai dental bridge perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.

Kata kunci : Dental bridge, nanokomposit Mg-Al-Si-Zr, teknik


(2)

v ABSTRACT

Bridge is an example of a fixed denture option that is widely used to replace missing teeth. Indonesian dentistry yearns for a locally developed bridge that has good mechanical properties. This study aims to create a nanocomposite-based geopolymer bridge with nanoparticles filler reinforced with cotton fiber. Nanoparticles filler consist of magnesium, alumina, silica

and zirconia that were synthesized from sol-gel techniques.

Geopolymerization activated using alkali activators.

This Laboratory experimental study used 12 specimens that were divided into 4 groups consisted of nanocomposite with alkali activator concentrations of 8 M and 12 M and cotton fiber mass fraction of 0.5% and 1%. Synthesized result were analysed for the hardness and flexural strength as well as morphology characterization of the specimen surface by scanning electron microscopy (SEM). Statistical analysis using one-way ANOVA followed by Tukey LSD.

The test results showed the highest hardness was achieved in nanocomposite with alkali activator 12 M and cotton fiber 0,5% (13,1 VHN). While the highest value of flexural strength was achieved in nanocomposite with alkali activator 8 M and cotton fiber 1% (6,5 MPa). The test results show an increase in the hardness value was inversely proportional to the value of flexural strength.

The conclusion of the study is that nanocomposite Mg-Al-Si-Zr-based geopolymer can be synthesized using the sol-gel technique, alkali activator 12 M is found to increase the hardness and the addition of 0,5% of cotton fiber can increase the value of flexural strength of the material, but the application as dental bridge needs to be investigated further.

Keywords : Dental bridge , nanocomposite Mg-Al-Si-Zr, sol - gel techniques , geopolymer , alkali activator , cotton fiber.


(3)

vi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

LEMBAR PESETUJUAN... ii

SURAT PERNYATAAN... iii

ABSTRAK... iv

ABSTRACT... v

PRAKATA... vi

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR GAMBAR... xiv

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR LAMPIRAN... xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Identifikasi Masalah... 4

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian... 5

1.4 Manfaat Penelitian... 5

1.4.1 Manfaat Akademis... 6

1.4.2 Manfaat Ilmiah... 6

1.4.3 Manfaat Praktis... 6

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis... 7

1.5.1 Kerangka Pemikiran... 7

1.5.2 Hipotesis... 12


(4)

vii

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Restorasi... 13

2.2 Dental Bridge... 14

2.2.1 Pemilihan Bahan Dental Bridge... 17

2.2.2 Persyaratan Bridge... 20

2.3 Sifat Mekanis... 22

2.4 Nanokomposit... 23

2.5 Partikel Filler Nanokomposit... 24

2.5.1 Magnesium... 24

2.5.2 Alumina... 26

2.5.3 Silika ... 27

2.5.4 Zirkonia... 29

2.5.5 Bahan Penguat... 30

2.5.5.1 Cotton Fiber... 31

2.6 Partikel Matriks... 33

2.6.1 Geopolimer... 33

2.7 Coupling Agent... 34

2.7.1 Kitosan... 35

2.8 Tehnik Sol-gel Pembuatan Serbuk Nanopartikel... 36

2.9 Karakterisasi dan Pengujian Struktur... 39

2.9.1 Scanning Electron Microscope (SEM)... 39

2.9.2 Vickers Hardness Test... 40


(5)

viii

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan... 43

3.1.1 Alat dan Bahan Prosedur Sintesis Serbuk Filler... 43

3.1.1.1 Alat Prosedur Sintesis Serbuk Filler... 43

3.1.1.2 Bahan Prosedur Sintesis Serbuk Filler... 43

3.1.2 Alat dan Bahan Prosedur Pembuatan Spesimen... 46

3.1.2.1 Alat Prosedur Pembuatan Spesimen... 46

3.1.2.2 Bahan Prosedur Pembuatan Spesimen... 47

3.2 Metode Penelitian... 48

3.2.1 Desain Penelitian... 49

3.2.2 Variabel Penelitian... 49

3.2.2.1 Variabel Bebas... 49

3.2.2.2 Variabel Terikat... 50

3.2.2.3 Variabel Terkontrol... 50

3.2.3 Definisi Operasional... 51

3.2.4 Perhitungan Besar Spesimen... 52

3.3 Prosedur Penelitian... 53

3.3.1 Preparasi Mg-Al-Si-Zr dengan Metode Sol-Gel... 53

3.3.1.1 Perhitungan Komposisi... 53

3.3.2 Prosedur Pembuatan Larutan Kitosan 2%... 54

3.3.3 Prosedur Sintesis Nanokomposit Berbasis Geopolimer... 55


(6)

ix

3.3.5 Prosedur Pembuatan Filler Cotton Fiber... 56

3.3.6 Pembuatan Spesimen... 57

3.3.7 Karakterisasi Scanning Electron Microscope (SEM)... 59

3.3.8 Uji Kekerasan Micro Vickers... 59

3.3.9 Uji Flexural Strength... 59

3.4 Metode Analisis... 60

3.4.1 Analisis Data... 61

3.4.2 Hipotesis Statistik... 61

3.4.3 Kriteria Uji... 61

3.5 Alur Penelitian... 62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian... 63

4.1.1 Hasil dan Analisis Statistik Uji Kekerasan... 63

4.1.1.1 Hasil Uji Kekerasan... 63

4.1.1.2 Analisis Statistik Hasil Uji Kekerasan... 65

4.1.2 Hasil dan Analisis Statistik Uji Flexural Strength... 66

4.1.2.1 Hasil Uji Flexural Strength... 66

4.1.2.2 Analisis Statistik Hasil Uji Flexural Strength... 69

4.1.3 Hasil Karakterisasi Mikrostruktur Spesimen... 71


(7)

x BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan... 82

5.1.1 Simpulan Umum... 82

5.1.2 Simpulan Khusus... 83

5.2 Saran... 83

DAFTAR PUSTAKA... 84


(8)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Fixed-fixed porcelain bridge... 15

Gambar 2.2 Fixed-moveable bridge... 15

Gambar 2.3 Cantilever bridge anterior... 16

Gambar 2.4 Cantilever bridge posterior... 16

Gambar 2.5 Spring cantilever bridge... 17

Gambar 2.6 Struktur kristalin zirkonia... 30

Gambar 2.7 Struktur cotton fibre... 32

Gambar 2.8 Struktur kimia kitosan... 36

Gambar 2.9 Tahapan proses metode sol-gel... 39

Gambar 2.10 Skema Kerja SEM... 40

Gambar 2.11 Indentor pada Uji Kekerasan Vickers... 41

Gambar 2.12 Gambaran skematik dari Three Point Bending test... 42

Gambar 3.1 Alat-alat untuk sintesis serbuk filler... 43

Gambar 3.2 magnetic stirrer (a), neraca digital (b), oven (c) dan mesin sentrifugasi (d) ... 44

Gambar 3.3 Tungku kalsinasi... 44

Gambar 3.4 Bahan untuk sintesis serbuk filler... 45

Gambar 3.5 Alat untuk pembuatan spesimen... 46

Gambar 3.6 Bahan untuk pembuatan spesimen... 47

Gambar 3.7 Penggerusan serbuk filler... 55

Gambar 3.8 Sebelum dan sesudah pencelupan cotton fibre pada kitosan... 56


(9)

xii

Gambar 3.9 Konstruksi Pembuatan Spesimen... 57

Gambar 3.10 Cetakan Spesimen Uji... 59

Gambar 4.1 Diagram Batang Hasil Uji Kekerasan Spesimen... 63

Gambar 4.2 Dimensi Spesimen Uji Flexural Strenght... 66

Gambar 4.3 Diagram Batang Hasil Uji Flexural Strength... 67

Gambar 4.4 Grafik Stress – Strain... 67

Gambar 4.5 SEM Spesimen Nanokomposit 8 M dengan perbesaran 1.000 dan 2.500 x... 70

Gambar 4.6 SEM Spesimen Nanokomposit 12 M dengan perbesaran 1.000 dan 2.500 x... 71


(10)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Komposisi Prekursor... 52

Tabel 3.2 Massa Kristal NaOH (gram)... 55

Tabel 3.3 Komposisi Pasta dan Cotton Fibre... 56

Tabel 4.1 Hasil Uji Kekerasan Spesimen (VHN)... 63

Tabel 4.2 Rerata Kekerasan Spesimen Dengan Empat Perlakuan... 64

Tabel 4.3 Uji Kesamaan Rerata Kekerasan Spesimen... 64

Tabel 4.4 Hasil Uji Flexural Strenght (MPa)... 66

Tabel 4.5 Rerata Flexural Strength Spesimen dengan Empat Perlakuan... 68


(11)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Analisis Statistik... 89

LAMPIRAN 2 Hasil Uji Kekerasan... 94

LAMPIRAN 3 Hasil Uji Flexural Strength... 97

LAMPIRAN 4 Hasil Scanning Electron Microscope (SEM)... 101


(12)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehilangan gigi antara lain dapat disebabkan oleh karies, penyakit periodontal, trauma dan atrisi berat. Selain itu, meningkatnya usia sering dihubungkan dengan jumlah kehilangan gigi yang semakin tinggi. Kehilangan gigi dapat menyebabkan estetik dan fungsi biomekanis menjadi tidak baik. Gigi tiruan adalah suatu alat artifisial untuk menggantikan gigi dan jaringan yang berdekatan yang hilang. Kehilangan dapat diganti dengan gigi tiruan seperti gigi tiruan cekat, gigi tiruan lepasan atau implan.1,2,3

Dental bridge (bridge) merupakan salah satu contoh gigi tiruan cekat

yang menjadi pilihan yang banyak digunakan untuk menggantikan gigi yang hilang karena jangka penggunaan yang lama dan menurut pasien lebih efisien karena tidak perlu dilepas dan dipasang. Harapan dari pasien pengguna bridge adalah tercapainya estetik yang baik, fungsi dan dapat digunakan dalam jangka waktu yang panjang. 4,5,6

Suatu bridge hendaknya tidak sekedar mengganti gigi-gigi yang hilang akan tetapi juga harus memulihkan dan menjamin terpeliharanya semua fungsi dari gigi dan mencegah kerusakan selanjutnya. Daya guna dari perawatan ini bergantung pada kemampuan kita menerapkan prinsip-prinsip mekanis, fisiologis, hygiene, estetik dan fonetik dalam batas-batas kemampuan biologis dan jaringan penyangga. Salah satu indikator yang


(13)

2

penting untuk memperoleh durabilitas yang baik bagi bridge ialah pemilihan bahan bridge yang tepat. 4,5

Bahan yang sering digunakan untuk pembuatan bridge, yaitu logam, keramik, logam-keramik, dan komposit. Setiap bahan memiliki sifat dan karakteristik masing-masing. Bahan yang banyak digunakan hingga saat ini dan dapat memberikan hasil estetik yang optimal adalah keramik dental karena warna dan bentuknya yang menyerupai gigi asli. Keramik dental bersifat abrasif terhadap enamel dan dapat membahayakan gigi antagonis yang masih sehat, sehingga dibutuhkan suatu material yang memiliki sifat fisik seperti kekerasan, kekuatan dan ketahanan terhadap keausan yang menyerupai gigi asli. Modifikasi bahan keramik yang dapat menyerupai sifat mekanis gigi asli antara lain melalui proses penggabungan beberapa unsur keramik dengan matriks tertentu, istilah yang menggambarkan bahan ini adalah komposit. Komposit yang sering digunakan dalam dunia kedokteran gigi adalah resin komposit. Resin komposit merupakan suatu bahan matriks resin yang di dalamnya ditambahkan partikel filler anorganik. Resin komposit ini banyak digunakan sebagai bahan restorasi akan tetapi sifat mekanisnya masih kurang baik jika dibandingkan dengan keramik.4,6,7

Komposit dengan filler keramik berpotensi untuk memenuhi tuntutan estetik dalam penggunaan bridge. Selain estetik, keramik komposit juga dapat memberikan kekuatan mekanis, stabilitas dimensional, radioopasitas serta durabilitas yang baik di dalam rongga mulut. Keramik yang banyak digunakan di dalam dunia kedokteran gigi antara lain seperti porselen


(14)

3

Namun jenis keramik tersebut menunjukkan kekuatan tekuk (bend strength) dan ketahanan (toughness) yang rendah sehingga menyebabkan terbatasnya disain dalam penggunaannya. Modifikasi dari bahan keramik diperlukan untuk menghasilkan suatu bahan dengan sifat mekanis yang baik. 8,9

Penambahan bahan filler keramik nanopartikel telah banyak digunakan dalam proses pembuatan bahan restorasi komposit kedokteran gigi karena memiliki keuntungan yaitu meningkatkan sifat mekanis seperti antara lain kekuatan fatik, kekerasan dan resistensi terhadap goresan. Salah satu jenis keramik yang banyak diteliti di bidang kedokteran gigi adalah zirkonia, alumina, dan silika. 9,10

Oksida logam pada magnesia berfugsi sebagai stabilizer yang akan membuat struktur molekul menjadi lebih stabil pada suhu kamar khususnya bagi zirkonia, sehingga lebih efektif untuk menghambat risiko terjadinya retak. Alumina tidak hanya dibuat dalam komposisi tunggal saja, akan tetapi diberikan berupa bahan keramik lain dengan komposisi tertentu sehingga menghasilkan keramik komposit yang memiliki sifat mekanik yang lebih baik. Alumina dapat dikombinasikan dengan silika sebagai filler bahan restorasi komposit dan stabilizer pada zirkonia. Opaque dari alumina jika hanya dikombinasikan dengan zirkonia akan menghasilkan restorasi dengan estetik yang kurang baik, maka diperlukan material lain yang memiliki translusensi yang baik seperti silika untuk meningkatkan nilai estetiknya. Penambahan silika dengan ukuran nanopartikel akan menambah kekuatan mekanik dan menambah nilai estetik dari suatu bahan restorasi gigi. 9,10,11,12


(15)

4

Fiber merupakan serat alami yang ditarik pada suhu dibawah titik leleh,

dapat berbentuk memanjang (continuous) atau pendek (discontinuous). Fiber yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi yaitu polyethylene, glass, dan karbon. Salah satu fiber yang penggunaannya luas, mudah dijumpai dan murah adalah cotton fiber (kapas). Efektivitas penggunaan fiber sebagai bahan penguat pada komposit tergantung dari beberapa variabel seperti perlekatan antara fiber dengan matriks, kuantitas fiber dalam matriks, panjang, bentuk dan arah fiber. Penggunaan serat kapas ini dapat mengurangi kegagalan material geopolimer akibat sifat brittle. 13,14,15

Alkali aktivator memiliki peranan yang sangat penting dalam reaksi geopolimerisasi, semakin besar konsentrasi larutan alkali aktivator maka semakin besar pula kekuatan mekanis material serta mempercepat reaksi geopolimerasi, namun hal ini bergantung pada material dasar yang digunakan. 16,17,18

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka pada penelitian ini peneliti ingin mengatahui pengaruh konsentrasi alkali aktivator dan fraksi massa

cotton fiber terhadap sifat mekanis dari nanokomposit berbasis geopolimer

untuk aplikasi dental bridge.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang sebelumnya, maka permasalahan yang dapat diidentifikasikan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

1. Apakah terdapat pengaruh perbedaan pada pemberian konsentrasi alkali aktivator 8 M dan 12 M terhadap kekerasan (hardness) dan


(16)

5

flexural strength nanokomposit berbasis geopolimer untuk aplikasi dental bridge.

2. Apakah terdapat pengaruh perbedaan pada pemberian fraksi massa

cotton fiber 0,5% dan 1% terhadap kekerasan (hardness) dan flexural strength nanokomposit berbasis geopolimer untuk aplikasi dental bridge.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan konsentrasi alkali aktivator dan variasi fraksi massa cotton fiber terhadap kekerasan dan flexural strength nanokomposit berbasis geopolimer untuk aplikasi dental bridge.

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui ada tidaknya pengaruh perbedaan pada pemberian konsentrasi alkali aktivator 8 M dan 12 M terhadap kekerasan (hardness) dan flexural strength nanokomposit berbasis geopolimer untuk aplikasi dental bridge.

2. Mengetahui ada tidaknya pengaruh perbedaan pada pemberian fraksi massa cotton fiber 0,5% dan 1% terhadap kekerasan (hardness) dan

flexural strength nanokomposit berbasis geopolimer untuk aplikasi dental bridge.


(17)

6

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini terdiri dari manfaat ilmiah dan manfaat praktis yang akan diuraikan sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengembangan ilmu dalam pengetahuan akademik yang berguna bagi mahasiswa perguruan tinggi kedokteran gigi di bidang ilmu material kedokteran gigi khususnya mengenai bahan dental bridge.

1.4.2 Manfaat Ilmiah

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan material kedokteran gigi dengan menyumbangkan pengetahuan mengenai pengaruh konsentrasi alkali aktivator dan fraksi massa cotton fiber terhadap sifat mekanis nanokomposit berbasis geopolimer untuk aplikasi dental bridge.

1.4.3 Manfaat Praktis

Dengan variasi konsentrasi alkali aktivator dan penambahan cotton fiber sebagai bahan penguat pada nanokomposit berbasis geopolimer hasil sintesis diharapkan dapat menjadi alternatif atau pilihan bagi masyarakat untuk menggunakan bahan dental bridge yang dapat digunakan dalam jangka waktu yang cukup lama, tetapi dengan harga yang terjangkau.


(18)

7

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 1.5.1 Kerangka Pemikiran

Gigi yang hilang dapat diganti dengan gigi tiruan. Gigi tiruan berfungsi untuk meningkatkan kemampuan dalam mastikasi dan fonetik serta untuk memperbaiki estetik dan memelihara kesehatan jaringan disekitarnya. Pembuatan gigi tiruan diperlukan untuk menghindari efek merugikan akibat kehilangan gigi dalam jangka waktu yang lama seperti migrasi patologis, kehilangan tulang alveolar pada daerah gigi yang hilang, penurunan efisiensi pengunyahan dan gangguan bicara. Tujuan pembuatan gigi tiruan adalah mengembalikan fungsi pengunyahan, fungsi bicara, dan fungsi estetika serta memberikan efek psikologis yang menguntungkan. Gigi tiruan dapat dibedakan menjadi gigi tiruan lengkap dan gigi tiruan sebagian (GTS). GTS dibagi lagi menjadi gigi tiruan lepasan dan cekat (GTC). 6,7,8

Salah satu jenis gigi tiruan cekat adalah bridge yang merupakan gigi tiruan sebagian yang dilekatkan secara permanen pada satu atau lebih dari satu gigi penyangga dan mengganti satu atau lebih dari satu gigi yang hilang.

Bridge seringkali menjadi salah satu pilihan gigi tiruan cekat yang banyak

diminati karena jangka penggunaan yang cukup lama selain itu bridge juga bersifat kuat dan merupakan restorasi yang retentif untuk mengganti satu atau lebih kehilangan gigi. 4,7

Bahan bridge yang digunakan dalam dunia kedokteran gigi adalah keramik, logam, keramik – logam dan komposit. Setiap bahan memiliki sifat, keuntungan dan kerugiannya masing-masing. Logam dianggap sebagai bahan yang dapat digunakan dalam jangka waktu yang cukup panjang karena


(19)

8

sifatnya yang kuat, namun penggunaan yang terlalu lama dapat menyebabkan pewarnaan gingiva menjadi kehitaman pada bagian servikal gigi penyangga. Bahan keramik merupakan bahan yang paling estetik namun brittle apabila tipis dan dapat mengakibatkan keausan pada insisal atau oklusal gigi antagonis. Keramik dental merupakan material yang brittle dan mudah fraktur apabila dibuat tipis sehingga dapat menyebabkan kekegagalan restorasi. Keramik dental yang tidak di glazing dengan baik dapat menyebabkan keausan pada permukaan oklusal atau insisal gigi antagonis. Restorasi keramik – logam atau disebut sebagai porcelain fused to metal (PFM) banyak digunakan saat ini karena memiliki kombinasi sifat antara keramik yang mempunyai sifat estetik tinggi dan logam dengan kekuatan yang baik, tetapi memerlukan pengurangan jaringan gigi yang hati-hati untuk memperoleh ruangan untuk bahan. Bahan resin akrilik tidak dapat digunakan dalam jangka waktu yang panjang karena dapat mengalami diskolorasi. Alternatif dari kombinasi dua bahan lebih (komposit) untuk menghasilkan suatu bahan

bridge dengan sifat mekanis yang baik namun tetap memiliki estetik yang

baik perlu diteliti lebih lanjut. 2,7,10

Komposit merupakan kombinasi dua jenis bahan atau lebih untuk meningkatkan sifat mekanis suatu bahan. Semakin kecil partikel yang dihasilkan maka semakin baik sifat mekanis yang dimiliki suatu bahan. Sintesis partikel dengan sistem nano telah banyak dikembangkan saat ini. Keuntungan dari nanopartikel adalah meningkatkan sifat mekanis seperti antara lain kekuatan fatik, kekerasan dan resistensi terhadap goresan. Nanokomposit merupakan komposit yang diproses melalui lebih dari satu


(20)

9

fase dalam dimensi nanometer (1 nm = 10-9 m). Nanokomposit terdiri dari material dasar (matriks) yang secara kontinyu melingkupi dan menyatukan material lain (penguat/reinforcement) yang tersebar merata. Material dasar terdiri dari bahan filler (filler), coupling agent dan matriks. 19,20

Bahan filler nanokomposit dapat terbuat dari berbagai jenis bahan baik bahan organik maupun inorganik. Bahan organik yang biasa digunakan dalam kedokteran gigi berupa oligomer seperti dimethacrylates (Bis-GMA)

2,2-bis[4(2-hydroxy-3 methacryloyloxy-propyloxy)-phenyll propane dan

urethane dimethacrylate (UDMA). Bahan inorganik dapat terdiri dari partikel quartz atau silika. Magnesium merupakan logam yang paling ringan dalam

struktur alloy. Keuntungannya yang lain ialah memiliki stabilitas dimensi yang tinggi disertai dengan sifat mekanis yang baik, namun modulus elastisitasnya yang rendah membutuhkan kombinasi dengan material lain yang lebih kuat seperti alumina dan silika yang memiliki kekuatan yang lebih tinggi. Silika juga memiliki sifat optis yang baik dan kombinasi dengan zirkonia yang merupakan keramik terbaik di antara keramik kedokteran gigi. Dengan kombinasi magnesium, alumina, silika dan zirkonia yang disintesis dengan nanopartikel diharapkan dapat menghasilkan suatu nanokomposit dengan sifat mekanis dan estetik yang baik. 9,21

Matriks nanokomposit yang digunakan adalah geopolimer. Geopolimer merupakan suatu tehnik inovasi yang dapat mengubah aluminosilikat menjadi suatu produk yang disebut geopolimer atau polimer inorganik. Reaksi yang terjadi merupakan geopolimerisasi. Geopolimerisasi merupakan reaksi geosintesis yang mengikuti reaksi alami pembentukkan aluminosilikat yan


(21)

10

akan dilarutkan dengan larutan alkali aktivator. Alkali aktivator berperan sebagai prekursor pada proses ini. Semakin besar konsentrasi alkali aktivator yang digunakan akan mempengaruhi laju reaksi proses geopolimeriasi serta meningkatkan kekuatan mekanik material. Geopolimer mempunyai sifat kekuatan yang tinggi, modulus elastisitas dan shrinkage rendah namun seringkali terjadi kegagalan akibat sifat yang rapuh seperti keramik. Kegagalan ini dapat dicegah dengan adanya kombinasi bahan penguat seperti serat.13,16,17

Pada penelitian Harmaji, konsentrasi alkali aktivator yang digunakan adalah 8, 12, dan 16 M dengan tujuan untuk melihat pengaruh masing-masing konsentrasi alkali aktivator terhadap kekuatan tekan dari sampel geopolimer yang dibuat. Kuat tekan 28 hari untuk setiap varian memiliki kekuatan tertinggi dengan alkali aktivator 12 M jika dibandingkan dengan 16 M akibat kelebihan ion Na+ sehingga OH- lebih sulit dilepas untuk berikatan dengan silikat. Sehingga konsentrasi alkali aktivator yang digunakan dalam penelitian ini adalah 8 dan 12 M. 18

Serat pada komposit dapat mencegah terjadinya kegagalan material akibat brittle. Serat yang paling sering digunakan dalam kedokteran gigi adalah kaca, polyethylene dan karbon. Serat secara umum digunakan dapat berasal dari tanaman, binatang atau sumber mineral lainnya. Cotton fiber (serat kapas) merupakan salah satu contoh serat yang berasal dari tanaman. Kapas berasal dari tanaman genus Gossypium kelompok dari rumpun

Hibisceae. Penggunaan kapas sebagai bahan penguat dari komposit memiliki


(22)

11

mekanis yang baik jika dibandingkan dengan fiber pabrikan. Susunan selulosa dari kapas yang khas dapat memberikan kekuatan dan sifat serap (absorbent). Kapas merupakan serat alami yang paling sering digunakan secara luas dan bersifat nyaman, mudah untuk dirawat, dan tahan lama. Penggunaan serat sebagai bahan penguat diharapkan mampu meningkatkan sifat mekanis suatu bahan serta diperoleh suatu bahan yang ekonomis karena kapas mudah diperoleh dan murah. 7,22,23

Pada penelitian Aloymari, dimana dilakukan penambahan kapas pada komposit geopolimer dengan variasi massa kapas 0,3, 0,5, 0,7 dan 1 % yang kemudian dilakukan beberapa pengujian. Hasil uji kekerasan menunjukkan adanya peningkatan kekerasan pada komposit dengan 0,5 % kapas dari 70 menjadi 93 RHN. Komposit dengan 0,7 dan 1 % kapas terjadi penurunan konsistensi matriks akibat beberapa hal seperti meningkatnya kadar air pada komposit dan adanya porositas sehingga kekerasan menurun. Hasil uji kekuatan tekan (compressive strength) komposit yang paling baik ditunjukkan dengan 0,5% kapas dan memperlihatkan penurunan pada 0,7 dan 1 % akibat kapas yang terlalu banyak dapat menyebabkan terbentuknya porus karena adhesivitas yang menurun. Sehingga fraksi massa kapas yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0,5 dan 1%.13

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka pada penelitian ini peneliti ingin mengatahui pengaruh konsentrasi alkali aktivator 8 dan 12 M serta fraksi massa cotton fiber 0,5 dan 1% sifat mekanis khususnya kekerasan (hardness) dan flexural strength dari nanokomposit berbasis geopolimer untuk aplikasi dental bridge.


(23)

12

1.5.2 Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Larutan alkali aktivator 8 M dan 12 M menyebabkan adanya perbedaan kekerasan (hardness) dan flexural strength pada nanokomposit berbasis geopolimer untuk aplikasi dental bridge.

2. Cotton fiber dengan fraksi massa 0,5 dan 1 % menyebabkan adanya

perbedaan kekerasan (hardness) dan flexural strength pada nanokomposit berbasis geopolimer untuk aplikasi dental bridge.

1.6 Metodologi Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan menggunakan analisis statistik ANOVA one way.

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Januari -September 2015 di Laboratorium Pemrosesan Material Mutakhir Program Studi Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Bandung. Pengujian kekerasan dilakukan di Laboratorium Metalurgi Fisika dan Keramik, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, Program Studi Teknik Metalurgi Institut Teknologi Bandung. Pengujian flexural strength dilakukan di Pusat Penelitian Fisika, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Bandung dan karakterisasi mikrostruktur dilakukan di Pusat Penelitian Geologi dan Kelautan Bandung.


(24)

82 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

5.1.1 Simpulan Umum

Kesimpulan umum yang didapatkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penambahan konsentrasi alkali aktivator pada nanokomposit Mg-Al-Si-Zr berbasis geopolimer pada penelitian ini dapat meningkatkan sifat kekerasan walaupun peningkatan belum bermakna.

2. Penambahan bahan penguat berupa cotton fiber pada nanokomposit Mg-Al-Si-Zr berbasis geopolimer pada penelitian ini dapat meningkatkan

flexural strength walaupun peningkatan belum bermakna.

3. Nilai rerata kekerasan dan flexural strength yang dihasilkan dalam penelitian ini belum memenuhi persyaratan yang berlaku dalam kedokteran gigi sehingga pengaplikasiannya sebagai dental bridge perlu diteliti lebih lanjut.


(25)

83

5.1.2 Simpulan Khusus

Kesimpulan khusus yang didapatkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Serbuk bahan pengisi keramik berukuran nano yang dihasilkan pada penelitian ini masih belum cukup homogen dan terdispersi secara merata pada matriks geopolimer.

2. Faktor utama yang menyebabkan terjadinya penurunan sifat kekerasan pada spesimen uji dengan adanya penambahan cotton fiber kemungkinan karena ketidakhomogenan dari ikatan antara cotton fiber dengan bahan pengisi nanokomposit, waktu dan perlakuan spesimen selama proses pengerasan.

3. Konsentrasi alkali aktivator 12 M dapat menyebabkan peningkatan nilai kekerasan pada spesimen uji, namun semakin keras suatu spesimen maka nilai flexural strength yang dihasilkan rendah.

5.2 Saran

Beberapa hal yang dapat dikembangkan lebih lanjut dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penambahan konsentrasi alkali alkali aktivator untuk mempercepat proses pengerasan spesimen sebaiknya diteliti lebih lanjut agar diperoleh bahan nanokomposit dengan waktu serta temperatur pengerasan yang lebih cepat.

2. Penambahan cotton fiber sebagai bahan penguat pada nanokomposit sebaiknya diteliti lebih lanjut agar diperoleh komposisi perbandingan


(26)

84

antara cotton fiber dengan partikel bahan pengisi yang lebih homogen dan dapat berikatan secara baik pada matriks geopolimer sehingga dapat meningkatkan sifat mekanis suatu bahan.

3. Metode pengolahan cotton fiber yang tepat sebaiknya diteliti lebih lanjut untuk meningkatkan adhesivitas antara bahan penguat dan pengisi. 4. Proses pengerasan dari bahan nanokomposit yang difasilitasi dengan

pengkondisian suhu ± 60º C sebaiknya diteliti lebih lanjut untuk meningkatakan sifat mekanis dari bahan nanokomposit.


(27)

85

DAFTAR PUSTAKA

1. Zarb B. Prosthodontic Treatment for Edentulous Patients Complete

Dentures and Implant-supported Prostheses. New York: Mosby Elsevier;

2003: 3-4.

2. Shilingburg HT. Fundamentals of Fixed Prosthodontics, 3rd Ed. Canada: Quintessence; 1997: 85-6, 455-6.

3. The Academy of Prosthodontic. The Glossary of Prosthodontic Terms. New York: Journal of Prosthetic Dentistry; 2005:31.

4. Smith BGN, Howe LC. Planning and Making Crown and Bridges, 4th Ed. New York: Informa Healthcare; 2007: 53-4, 197-203.

5. Martanto P. Teori Praktek: Ilmu Mahkota dan Jembatan. Fixed Partial

Prosthodontics. Jilid 2. Edisi 2. Penerbit Alumni Bandung; 1982: 4-13.

6. Thambas AK, Ratna SD. Pengembangan dan Modifikasi Estetik Dalam Pembuatan Crown dan Bridge. Widya[cited 2012 Agustus]; available from: URL: http://e-journal.jurwidyakop3.com/index.php/majalah-ilmiah/article/view/62DALAM%20PEMBUATAN%20CROWN%20D AN%20BRIDGE

7. Rosenstiel SF, Land MF, Fujimoto J. Contemporary Fixed

Prosthodontics, 4th Ed. New York: Mosby Elsevier; 2006 :59-63, 202-4,

643-7.

8. Filser F, Luthy H, Scharer P, Gauckler L. All Ceramic Dental Bridges by

Direct Ceramic Machining (DCM). 1998. Swiss: Materials in Medicine;

165-180.

9. Evelyna A. Sintesis dan Analisis Mikrostruktur Al2O3-SiO2-ZrO2 Berukuran Nano Sebagai Bahan Pengisi Restorasi Mahkota Jaket Resin Polymethylmethacrylate Heatcured Serta Uji Sifat Mekanisnya. Tesis. Program Pendidikan Magister Program Studi Ilmu Kedokteran Gigi, Universitas Padjajaran Bandung; 2010: 2-4, 8, 11-7.

10.Powers JM, Ronald LS. Craig’s Restorative Dental Materials, 11th Ed., Mosby, St. Louis Missouri; 2002: 2-4, 232-6.


(28)

86

11.Pratama R. Sintesis dan Karakterisasi Nanopartikel Alumina Stabilized Zirconia sebagai Dental Bridge Material, Skripsi Fakultas Tehnik Mesin dan Dirgantara, Institut Teknologi Bandung, Bandung; 2011: 5-11. 12.Astuti DT. Efek Penambahan MgO dan Li2Si2O5 Terhadap Mikrostruktur

Al2O3. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Universitas Sriwijaya. Palembang; 2003: 6-12.

13.Alomayri T, Low IM. Synthesis and Characterization of Mechanical

Properties in Cotton Fiber-Reinforced Geopolymer Composites

Australia: Journal of Asian Ceramic Societies; 2013: 30-4.

14.Bajpai SK, Mary G. The Use of Cotton Fibers as Reinforcements in

Composites. India: Elsevier Ltd; 2015: 320-3.

15.Septodika PW. Pengaruh Jenis Fiber Pada Pasak Fabricated Fiber

Reinforced Composite Terhadap Ketahanan Fraktur Akar. Tesis. Program

Studi Ilmu Konservasi. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta; 2014: 2-6.

16.Ghosh K, Ghosh P. Effect of Synthesizing Parameters on Compressive

Strenght of Flyash Based Geopolymer Paste. India: International Journal

of Structural and Civil Engineering; 2012: 1-5.

17.Albakri AMM, et al. Mechanism and Chemical Reaction of Fly Ash

Geopolymer Cement- A review. Malaysia: Journal of Asian Scientific

Research; 2011: 247-52.

18.Harmaji A. Pemanfaatan Limbah Industri Sebagai Filler Dalam Pembuatan Ceramic Adhesive Berbasis Geopolimer. Tesis. Program Studi Ilmu dan Teknik Material. Institut Teknologi Bandung; 2015: 7-15. 19.Branda F. Advances in Nanocomposites- Synthesis, Characterization and

Industrial Applications. Europe: Intech; 2011: 323-36

20.Anusavice KJ. Phillips Science of Dental Materials: Mechanical

Properties of Dental Materials, Dental Polymers, Dental Ceramics, Denture Base Resin, 11th Ed. WB Saunders Company: Missouri; 2003:

4-6, 68-83, 552-4.

21.American National Standard. American National Standard/ American Dental Association Spesification No. 69 – 1991: Dental Ceramic. Chigaco: ADA; 1992: 681-2.


(29)

87

22.Brinker CJ, Scherer GW. Sol-Gel Science The Physics and Chemistry of

Sol-Gel Processing. USA: Academic Press, Inc; 1990: 2-10

23.Kozlowski RM. Handbook of Natural Fibers. New Delhi: Woodhead Publishing Limited, Oxford Cambridge Philadelphia; 2012: 11-9.

24.Barclay CW, Walmsley AD. Color Guide Fixed and Removable

Prosthodontics. London: Churchill Livingstone; 1998: 115-22.

25.Kelly JR, Benetti P. Ceramic Material in Dentistry: Historial Evolution

and Current practice. Australia: Australia Dental Journal; 2011: 86-91.

26.Han BQ, Dunand. Microstructure and Mechanical Properties of

Magnesium Containing High Volume Fractions of Yttria Dispersoid.

USA: Materials Science and Engineering A277; 2000: 297-304.

27.Kuo MC, et al. Fabrication of High Performance Magnesium/

Carbon-Fiber/PEEK/Laminated Composites. USA: Material Transactions, Vol.

44 No.8; 2003: 1613-9.

28.Davis K. Material Review: Alumina (Al2O3). Belgum: School of Doctoral Studies (European Union) Journal. 2010: 109-14.

29.Al-Hamday. M. Preparation And Studying The Physical Properties of

Nano Alumina. Thesis. Submitted to The Council of the College of

Science, University of Diyala in Partial Fulfillment of the Requirements for the Degree of Master of Science in Physics; 2014:1-15.

30.Shackelford JF, Doremus RH. Ceramic and Glass Materials: Structure,

Properties and Processing. New York: Springer Science; 2008: 71-74,

169-72.

31.Volpato CA, et al. Application of Zirconia in Dentistry: Biological,

Mechanial and Optical Considerations. Europe: Intech; 2011:397-400.

32.Bajpai SK, Mary G. The Use of Cotton Fibers as Reinforcements in

Composites. India: Elsevier Ltd; 2015: 320-3.

33.Alves NM, Mano JF. Chitosan Derivates Obtained by Chemical

Modifications for Biomedical and Environmental Apllications. Portugal:

International Journal of Biologial Macromolecules 43; 2008: 401 – 414. 34.Roy P, Sailaja RRN. Chitosan-Nanohydroxyapatite Composites:

Mechanical, Thermal and Bio-Compatibility Studies. India: International


(30)

88

35.Attia SM, et al. Review on Sol-Gel Derived Coating: Process, Techniques

and Optical Applications. China: J. Material Science Tech. vol. 18 No. 3;

2002: 211-3.

36.Schweitzer J. Scanning Electron Microscope. Purdue University, West Lafayatte; [cited 2014]; available from: URL: https://www.purdue.edu/ehps/rem/rs/sem.htm

37.Aldianto D. Sintesis Membran Hidroksiapatit Melalui Proses Biomimetik dengan Menggunakan Karbon Apatit Kayu Waru Sebagai Membran

Support. Tesis. Program Studi Magister Ilmu dan Teknik Material.

Institut Teknologi Bandung; 2011: 21-5.

38.Wang L, et al. Mechanical Properties of Dental Restorative Materials:

Relative Contribution of Laboratory Tests. Brazil: J Appl Oral Sci Vol.

11(3); 2003: 162-7.

39.Dama C, et al. Pengaruh Perendaman Plat Resin Akrilik dalam Esktrak Kayu Manis (Cinnamomum burmanii) Terhadap Jumlah Blastopora

Candida Albicans. Jurnal e-Gigi Vol. 1 No.2; 2003: 1-2.

40.Marchan S, et al. Comparison of The Mechanical Properties of Two

Nano-Filled Composite Materials. USA: Rev Clin Pesq Odontol Vol.

5(3); 2009:241-6.

41.Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D. Bandung Alfabeta; 2009: 37-9.

42.Mardhian DF. Pengaruh Kitosan dan Sulfur Terhadap Fasa dan Morfologi Barium Titanat Hasil Sintesis. Tesis. Program Studi Magister Ilmu dan Tehnik Material Fakultas Tehnik Mesin dan Dirgantara Institut Teknologi Bandung, Bandung; 2014: 21-9.

43.Herawati BP. Pengaruh Konsentrasi Kitosan dan Base Layer Berbasis Geopolimer Terhadap Perbedaan Ukuran Celah pada Perlekatan antara Komposit Dengan Logam. Tesis. Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Program Studi Prostodonsia. Universitas Padjajaran Bandung; 2015: 62-67.


(31)

89

44.Yahya Z, et al. Effect of Solids-To-Liquids, Na2SiO3-To-NaOH and

Curing Temperature on the Palm Oil Boiler Ash (Si + Ca) Geopolymerisation System. Materials[cited 28 April 2015]; available

from: URL:http://www.mdpi.com/1996-1944/8/5/2227/htm.

45.Alfarabi KM. Uji Kekerasan Polymethyl Methacrylate (PMMA) Diisi

Filler Sistem SiO2-Al2O3-ZrO2 Hasil Sintesis Untuk Bahan Restorasi

Indirek (Perbandingan Filler dan PMMA Berbeda). Skripsi. Fakultas Kedokteran Gigi. Universitas Padjajaran Jatinangor; 2015: 17-20.


(1)

84

antara cotton fiber dengan partikel bahan pengisi yang lebih homogen dan dapat berikatan secara baik pada matriks geopolimer sehingga dapat meningkatkan sifat mekanis suatu bahan.

3. Metode pengolahan cotton fiber yang tepat sebaiknya diteliti lebih lanjut untuk meningkatkan adhesivitas antara bahan penguat dan pengisi. 4. Proses pengerasan dari bahan nanokomposit yang difasilitasi dengan

pengkondisian suhu ± 60º C sebaiknya diteliti lebih lanjut untuk meningkatakan sifat mekanis dari bahan nanokomposit.


(2)

85

1. Zarb B. Prosthodontic Treatment for Edentulous Patients Complete Dentures and Implant-supported Prostheses. New York: Mosby Elsevier; 2003: 3-4.

2. Shilingburg HT. Fundamentals of Fixed Prosthodontics, 3rd Ed. Canada: Quintessence; 1997: 85-6, 455-6.

3. The Academy of Prosthodontic. The Glossary of Prosthodontic Terms. New York: Journal of Prosthetic Dentistry; 2005:31.

4. Smith BGN, Howe LC. Planning and Making Crown and Bridges, 4th Ed. New York: Informa Healthcare; 2007: 53-4, 197-203.

5. Martanto P. Teori Praktek: Ilmu Mahkota dan Jembatan. Fixed Partial Prosthodontics. Jilid 2. Edisi 2. Penerbit Alumni Bandung; 1982: 4-13. 6. Thambas AK, Ratna SD. Pengembangan dan Modifikasi Estetik Dalam

Pembuatan Crown dan Bridge. Widya[cited 2012 Agustus]; available from: URL: http://e-journal.jurwidyakop3.com/index.php/majalah-ilmiah/article/view/62DALAM%20PEMBUATAN%20CROWN%20D AN%20BRIDGE

7. Rosenstiel SF, Land MF, Fujimoto J. Contemporary Fixed Prosthodontics, 4th Ed. New York: Mosby Elsevier; 2006 :59-63, 202-4, 643-7.

8. Filser F, Luthy H, Scharer P, Gauckler L. All Ceramic Dental Bridges by Direct Ceramic Machining (DCM). 1998. Swiss: Materials in Medicine; 165-180.

9. Evelyna A. Sintesis dan Analisis Mikrostruktur Al2O3-SiO2-ZrO2 Berukuran Nano Sebagai Bahan Pengisi Restorasi Mahkota Jaket Resin Polymethylmethacrylate Heatcured Serta Uji Sifat Mekanisnya. Tesis. Program Pendidikan Magister Program Studi Ilmu Kedokteran Gigi, Universitas Padjajaran Bandung; 2010: 2-4, 8, 11-7.

10.Powers JM, Ronald LS. Craig’s Restorative Dental Materials, 11th Ed., Mosby, St. Louis Missouri; 2002: 2-4, 232-6.


(3)

86

11.Pratama R. Sintesis dan Karakterisasi Nanopartikel Alumina Stabilized Zirconia sebagai Dental Bridge Material, Skripsi Fakultas Tehnik Mesin dan Dirgantara, Institut Teknologi Bandung, Bandung; 2011: 5-11. 12.Astuti DT. Efek Penambahan MgO dan Li2Si2O5 Terhadap Mikrostruktur

Al2O3. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Universitas Sriwijaya. Palembang; 2003: 6-12.

13.Alomayri T, Low IM. Synthesis and Characterization of Mechanical Properties in Cotton Fiber-Reinforced Geopolymer Composites Australia: Journal of Asian Ceramic Societies; 2013: 30-4.

14.Bajpai SK, Mary G. The Use of Cotton Fibers as Reinforcements in Composites. India: Elsevier Ltd; 2015: 320-3.

15.Septodika PW. Pengaruh Jenis Fiber Pada Pasak Fabricated Fiber Reinforced Composite Terhadap Ketahanan Fraktur Akar. Tesis. Program Studi Ilmu Konservasi. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta; 2014: 2-6.

16.Ghosh K, Ghosh P. Effect of Synthesizing Parameters on Compressive Strenght of Flyash Based Geopolymer Paste. India: International Journal of Structural and Civil Engineering; 2012: 1-5.

17.Albakri AMM, et al. Mechanism and Chemical Reaction of Fly Ash Geopolymer Cement- A review. Malaysia: Journal of Asian Scientific Research; 2011: 247-52.

18.Harmaji A. Pemanfaatan Limbah Industri Sebagai Filler Dalam Pembuatan Ceramic Adhesive Berbasis Geopolimer. Tesis. Program Studi Ilmu dan Teknik Material. Institut Teknologi Bandung; 2015: 7-15. 19.Branda F. Advances in Nanocomposites- Synthesis, Characterization and

Industrial Applications. Europe: Intech; 2011: 323-36

20.Anusavice KJ. Phillips Science of Dental Materials: Mechanical Properties of Dental Materials, Dental Polymers, Dental Ceramics, Denture Base Resin, 11th Ed. WB Saunders Company: Missouri; 2003: 4-6, 68-83, 552-4.

21.American National Standard. American National Standard/ American Dental Association Spesification No. 69 – 1991: Dental Ceramic. Chigaco: ADA; 1992: 681-2.


(4)

22.Brinker CJ, Scherer GW. Sol-Gel Science The Physics and Chemistry of Sol-Gel Processing. USA: Academic Press, Inc; 1990: 2-10

23.Kozlowski RM. Handbook of Natural Fibers. New Delhi: Woodhead Publishing Limited, Oxford Cambridge Philadelphia; 2012: 11-9.

24.Barclay CW, Walmsley AD. Color Guide Fixed and Removable Prosthodontics. London: Churchill Livingstone; 1998: 115-22.

25.Kelly JR, Benetti P. Ceramic Material in Dentistry: Historial Evolution and Current practice. Australia: Australia Dental Journal; 2011: 86-91. 26.Han BQ, Dunand. Microstructure and Mechanical Properties of

Magnesium Containing High Volume Fractions of Yttria Dispersoid. USA: Materials Science and Engineering A277; 2000: 297-304.

27.Kuo MC, et al. Fabrication of High Performance Magnesium/ Carbon-Fiber/PEEK/Laminated Composites. USA: Material Transactions, Vol. 44 No.8; 2003: 1613-9.

28.Davis K. Material Review: Alumina (Al2O3). Belgum: School of Doctoral

Studies (European Union) Journal. 2010: 109-14.

29.Al-Hamday. M. Preparation And Studying The Physical Properties of Nano Alumina. Thesis. Submitted to The Council of the College of Science, University of Diyala in Partial Fulfillment of the Requirements for the Degree of Master of Science in Physics; 2014:1-15.

30.Shackelford JF, Doremus RH. Ceramic and Glass Materials: Structure, Properties and Processing. New York: Springer Science; 2008: 71-74, 169-72.

31.Volpato CA, et al. Application of Zirconia in Dentistry: Biological, Mechanial and Optical Considerations. Europe: Intech; 2011:397-400. 32.Bajpai SK, Mary G. The Use of Cotton Fibers as Reinforcements in

Composites. India: Elsevier Ltd; 2015: 320-3.

33.Alves NM, Mano JF. Chitosan Derivates Obtained by Chemical Modifications for Biomedical and Environmental Apllications. Portugal: International Journal of Biologial Macromolecules 43; 2008: 401 – 414. 34.Roy P, Sailaja RRN. Chitosan-Nanohydroxyapatite Composites:

Mechanical, Thermal and Bio-Compatibility Studies. India: International Journal of Biological Macromolecules; 2014: 170-5.


(5)

88

35.Attia SM, et al. Review on Sol-Gel Derived Coating: Process, Techniques and Optical Applications. China: J. Material Science Tech. vol. 18 No. 3; 2002: 211-3.

36.Schweitzer J. Scanning Electron Microscope. Purdue University, West Lafayatte; [cited 2014]; available from: URL: https://www.purdue.edu/ehps/rem/rs/sem.htm

37.Aldianto D. Sintesis Membran Hidroksiapatit Melalui Proses Biomimetik dengan Menggunakan Karbon Apatit Kayu Waru Sebagai Membran Support. Tesis. Program Studi Magister Ilmu dan Teknik Material. Institut Teknologi Bandung; 2011: 21-5.

38.Wang L, et al. Mechanical Properties of Dental Restorative Materials: Relative Contribution of Laboratory Tests. Brazil: J Appl Oral Sci Vol. 11(3); 2003: 162-7.

39.Dama C, et al. Pengaruh Perendaman Plat Resin Akrilik dalam Esktrak Kayu Manis (Cinnamomum burmanii) Terhadap Jumlah Blastopora Candida Albicans. Jurnal e-Gigi Vol. 1 No.2; 2003: 1-2.

40.Marchan S, et al. Comparison of The Mechanical Properties of Two Nano-Filled Composite Materials. USA: Rev Clin Pesq Odontol Vol. 5(3); 2009:241-6.

41.Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D. Bandung Alfabeta; 2009: 37-9.

42.Mardhian DF. Pengaruh Kitosan dan Sulfur Terhadap Fasa dan Morfologi Barium Titanat Hasil Sintesis. Tesis. Program Studi Magister Ilmu dan Tehnik Material Fakultas Tehnik Mesin dan Dirgantara Institut Teknologi Bandung, Bandung; 2014: 21-9.

43.Herawati BP. Pengaruh Konsentrasi Kitosan dan Base Layer Berbasis Geopolimer Terhadap Perbedaan Ukuran Celah pada Perlekatan antara Komposit Dengan Logam. Tesis. Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Program Studi Prostodonsia. Universitas Padjajaran Bandung; 2015: 62-67.


(6)

44.Yahya Z, et al. Effect of Solids-To-Liquids, Na2SiO3-To-NaOH and Curing Temperature on the Palm Oil Boiler Ash (Si + Ca) Geopolymerisation System. Materials[cited 28 April 2015]; available from: URL:http://www.mdpi.com/1996-1944/8/5/2227/htm.

45.Alfarabi KM. Uji Kekerasan Polymethyl Methacrylate (PMMA) Diisi Filler Sistem SiO2-Al2O3-ZrO2 Hasil Sintesis Untuk Bahan Restorasi

Indirek (Perbandingan Filler dan PMMA Berbeda). Skripsi. Fakultas Kedokteran Gigi. Universitas Padjajaran Jatinangor; 2015: 17-20.