ringkasan - PERANAN KUNYIT (Curcuma domestica Val) DALAM MENGATASI CEKAMAN PANAS PADA AYAM BROILER.

RINGKASAN
LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING

PERANAN KUNYIT (Curcuma domestica Val) DALAM
MENGATASI CEKAMAN PANAS PADA AYAM
BROILER

Oleh :
Ir.Arif Rahmat, MS
Dr.Ir. Engkus Kusnadi, MS
Yetmaneli, SPt, MSi

UNIVERSITAS ANDALAS
NOVEMBER 2009

RINGKASAN
Cekaman panas yang biasanya diikuti dengan turunnya produksi dapat merupakan
masalah serius pada pengembangan ayam broiler di daerah tropis. Suhu rata-rata di daerah
tropis adalah 29,8 – 36,9 0C pada siang hari dan 12,4 – 24,2 0C pada malam hari (BPS, 2001),
lebih tinggi dibandingkan suhu nyaman bagi ayam broiler yakni 21 – 24 0C. Ayam broiler
termasuk hewan homeothermis yakni suhu tubuhnya relatif konstan sekalipun suhu

lingkungan berubah-ubah, sehingga tingginya suhu lingkungan dapat menyebabkan terjadinya
penimbunan panas tubuh, yang memang mutlak harus dikeluarkan. Pada unggas termasuk
ayam broiler, pengeluaran panas tubuh akan dibatasi karena adanya bulu serta tidak aktifnya
kelenjar keringat. Akibat utama dari pendadahan ayam broiler pada suhu tinggi, dapat
menurunkan konsumsi ransum yang tentunya akan diikuti dengan rendahnya produksi, berarti
secara ekonomis akan mengalami kerugian yang tidak sedikit.
Turunnya produksi pada suhu lingkungan panas bisa jadi antara lain karena rendahnya
kadar hormon tiroid, yang akan menurunkan metabolisme secara umum dan sintesis protein
sementara hormon kortikosteron justru meningkat. Penyebab lainnya bisa terjadi karena
rendahnya daya cerna protein serta asam amino, meningkatnya pengeluaran beberapa jenis
mineral dalam urin

serta dapat menurunkan bakteri berguna yang ada dalam saluran

pencernaan, tetapi bakteri pengganggu justru meningkat.
Selain itu, tingginya suhu lingkungan dapat merupakan salah satu penyebab terjadinya
stres oksidatif yakni munculnya radikal bebas yang jumlahnya tidak seimbang dengan
antioksidan, sehingga sangat mengganggu terhadap kesehatan dan produksi.
Perbaikan suhu lingkungan berupa penurunan suhu kandang dengan menggunakan
pendingin buatan atau “air conditioner” (AC), akan memerlukan biaya yang sangat tinggi,

yang tentunya susah untuk diterapkan di masyarakat. Pemberian bahan alami seperti kunyit
(Curcuma domestica) nampaknya dapat digunakan untuk mengatasi cekaman panas pada
ayam broiler. Dalam kehidupan sehari-hari, kunyit selain sudah biasa digunaka sebagai bumbu
masak, juga biasa digunakan untuk mengatasi antara lain

sakit panas, batuk, penyakit

lambung darah tinggi, penyakit kulit dan mempercepat penyembuhan luka. Dari pemikiran di
atas, penulia tertarik untuk melakukan penelitian tentang

‘’Peranan Kunyit (Curcuma

domestica Val) dalam mengatasi cekaman panas pada ayam broiler’’.

Tujuan Khusus
Penelitian ini mempunyai tujuan khusus sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian kunyit sebagai penangkal cekaman panas terhadap
repon secara umum baik pada suhu lingkungan panas maupun suhu dingin.
2. Untuk mengetahui manfaat pemberian kunyit dalam meningkatkan kandungan hormon
triiodotironin (T3) (tahun 1) plasma darah, baik yang dipelihara pada suhu panas maupun

pada suhu dingi.
3.. Untuk mempelajari manfaat pemberian kunyit terhadap komponen darah berupa
pengukuran sel darah merah, hematokrit dan hemoglobin serta terhadap terhadap biokimia
darah melalui pengukuran glukosa, protein dan kolesterol plasma.
4.. Untuk mempelajari manfaat kunyit dalam menungkatkan daya tahan tubuh

berupa

pengukuran rasio heterofil limfosit (rasio H/L), bobot relatif bursa Fabricius serta bobot
limfa.
5.. Untuk mempelajari manfaat pemberian kunyit terhadap pertumbuhan berupa pengukuran
pertamabahn bobot badan baik pada suhu panas, maupun pada suhu dingin.
Penelitian ini dilaksanakan di kandang percobaan Fakultas Peternakan Universitas
Andalas, sedangkan analisis laboratoriumnya dilakukan di laboratorium Fisiologi Ternak,
laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak

Fakultas Peternakan serta di lab. Biokimia

Fak.Kedokteran Unand, dan laborotorium Fisiologi FKH IPB Bogor.
Sebanyak 150 ekor ayam jantan umur 3 minggu, ditimbang dan diberi nomor pada

sayapnya (diambil dari 200 ekor ayam yang dibesarkan sebelumnya yang memiliki bobot
badan relatif homogen). Pada penelitian ini diberikan 2 perlakuan suhu dan 5 level pemberian
kunyit dengan 3 ulangan dan tiap-tiap unit ulangan dihuni 5 ekor. Perlakuan suhu terdiri atas:
1.Suhu 25,29 ± 0,98 0C, dengan menggunakan AC, makanan ad libitum (T1A)
2. Suhu 31,63 ±1,14 0C, menggunakjan heatter dan lampu pemanas dengan makanan ad
libitum (T2A)
Perlakuan pemberian kunyit terdiri atas 5 level yakni 0; 0,5; 0,1; 0,2 dan 0,4 % dari
jumlah ransum

Peubah yang diukur meliputi:
1. Konsumsi ransum yakni mengurangkan jumlah pemberian ransum dengan sisa ransum
serta pertambahan bobot badan dengan jalan mengurangkan bobot akhir dengan bobot
awal.
2. Bobot relatif bursa Fabrisius, bobot relatif limfa, bobot relatif hati, bobot relatif lemak
abdomen (terhadap bobot badan).
3. Kadar protein, glukosa, dan kolesterol total plasma menggunakan spektrofotometer.
4. Jumlah sel darah merah menggunakan metode hemositometer Neubauer, hematokrit darah
menggunakan metode mikrohematokrit Van Allen dan hemoglobin darah menggunakan
metode hemoglobinometer Sahli serta H/L rasio dihitung menggunakan hemositometer.
5. Kandungan hormon triiodotironin (T3) plasma, diukur menggunakan metode ELISA.

Data yang dihasilkan dianalisis menggunakan Rancangan Acak Lengkap dalam Split
Plot 2 x 3 (2 perlakuan suhu dan 5 level pemberian kunyit). Perlakuan panas sebagai main
efek dan pemberian kunyit sebagai subplot yang dilanjutkan dengan analisis keragaman.
Jika dari analisis keragaman menunjukkan pengaruh yang nyata (Fhit > F.05), maka
dilakukan uji lanjut dengan Uji Duncan (Steel dan Torrie, 1993).
Dari hasil dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pemberian kunyit pada suhu dingin terbukti selain menurunkan konsumsi ransum dan
pertambahan bobot badan (PBB), juga meningkatkan konversi ransum. Konsumsi
ransum, PBB dan konversi ransum pada suhu panas, menunjukkan perbaikan pada
pemberian kunyit sebanayak 0,1 dan 0,2%.
2. Pemberian kunyit sebesar 0,2 dan 0,4% pada suhu panas , nyata meningkatkan jumlah
sel darah merah, sementara pada suhu dingin peningkatan sel darah merah tersebut
terjadi pada pemberian kunyit 0,05%. Peningkatan hematokrit terjadi pada pemberian
kunyit 0,05 dan 0,2% (padasuhu panas) dan pada 0,05 dan 0,04% pada suhu dingin.
Baik pada umur 4 minggu, maupun umur 6 minggu, rasio heterofil/limfosit pada suhu
panas menunjukkan paling rendah pada pemberian kunyit 0,1 dan 0,2% dan ternyata
sejalan baik dengan bobot bursa maupun dengan bobot limfa.

3. Turunnya kolesterol plasma pada suhu panas terjadi pada pemberian kunyit sebesar
0,1 dan 0,2%, tetapi peningkatan hormon triiodotironin (T3) pada suhu dingin terjadi

pada pemberian kunyit 0,1%, sementara pada suhu panas terjadi pada pemberian
kunyit 0,4%.
4. Secara keseluruhan dapat disimpulkan, bahwa pemberian kunyit sebesar 0,2% yang
diikuti 0,1%, dapat digunakan untuk mengatasi cekaman panas pada ayam broiler.
Berdasarkan kesimpulan di atas disarankan, untuk melakukan penelitian lanjutan
dengan pemberian kunyit 2 level (0,1 dan 0,2%) yang dilakukan pada suhu 26 – 33 0C
(menggunakan pemanas pada siang hari dan malan dimatikan) dan pada suhu 31-33 0C
(menggunakan pemanas siang malam) serta tetap menggunakan ruangan AC sebagai kontrol.