PERANAN KUNYIT DALAM MEMPERBAIKI PERFORMAN AYAM BROILER YANG MENGALAMI CEKAMAN PANAS.

ARTIKEL HASIL PENELITIAN
MAKALAH SEMINAR
DISAMPAIKAN PADA
SEMINAR NASIONAL PETERNAKAN BERKELANJUTAN
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
DI KAMPUS UNPAD JATINANGOR - BANDUNG
TANGGAL 21 – 22 OKTOBER 2009

PERANAN KUNYIT DALAM MEMPERBAIKI PERFORMAN AYAM
BROILER YANG MENGALAMI CEKAMAN PANAS
Oleh :
A.Rahmat dan E.Kusnadi
Fakultas Peternakan Universitas Andalas Padang
ABSTRACT
The aim of this research was to study the role of Curcuma domestica val to preventing
the performance of heat-stressed broilers. The research used 150 broilers of 2 weeks of age.
The treatments were two factors. The first treatments were two enviromental temperatures: S1
(23-260C) and S2 (30-330C). The second treatments were five of levels curcuma (0; 0,05; 0,1;
0,2 and 0,4% of diets). Variables measured were feed consumption, body weigh gain and
feed convertion and measured at 4 weeks of age. The experiment design used a completely
randomized design in split plot (2 x 5), with 3 replications and was continued to Duncan test

when it was significantly different. The result indicated that the level of 0,2% curcuma
increased the body weigh gain in S 2 and most eficien in feed convertion than all.
Key words: Curcuma domestica Val, heat stress, broiler, performance
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji efek pemberin kunyit dalam memperbaiki
performa ayam broiler yang mengalami cekaman panas. Penelitian ini menggunakan 150 ekor
ayam broiler umur 2 minggu. Perlakuan dalam penelitian meliputi 2 faktor, yakni 2 suhu
lingkungan, S1 (23-260C) dan S2 (31-330C) dan 5 level pemberian kunyit (0; 0,05; 0,1; 0,2 dn
0,4% dari ransum). Variabel yang diukur meliputi konsumsi ransom, pertambahan bobo badan
dan konversi ransom yang diukur pada umur 4 minggu. Percobaan menggunakan Rancangan
Acak Lengkap dalam Rancangan Petak Terpisah (2x5) dengan 3 ulangan dan dilanjutkan
dengan Uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa level kunyit 0,2% dapat
menigkatkan pertambahan bobot badan pada suhu panas (S2) dan menunjukkan nilai konversi
ransu,m paling efisien dibandingkan semua level.
Kata kunci: Kunyit, cekaman panas, broiler, performan

PENDAHULUAN
Ayam broiler yang banyak berkembang di Indonesia ternyata suhu nyamannya sekitar
18 - 22 0C (Charles, 2002) , sementara suhu harian siang hari di daerah tropis (dataran rendah
di Indonesia) dapat mencapai lebih 340C. Oleh karenanya, pengembangan ayam broiler yang

lebih terkonsentrasi di dataran rendah berpotensi sekali untuk mengalami cekaman panas.
Suhu lingkungan yang tinggi, dapat merupakan salah satu penyebab terjadinya stres
oksidatif yakni kondisi aktivitas oksidan melebihi antioksidan. Oksidan atau oksigen reaktif
(radikal bebas) adalah molekul yang mempunyai satu atau lebih elektron yang tidak
berpasangan pada orbital terluarnya (Auroma, 1999 dan Fellenberg dan Speisky, 2006).
Radikal bebas berkemungkinan mengambil partikel dari molekul lain, kemudian menimbulkan
senyawa yang abnormal dan memulai reaksi berantai yang dapat merusak sel-sel dengan
menyebabkan perubahan yang mendasar pada materi genetis serta bagian-bagian sel penting
lainnya (Yoshikawa dan Naito, 2002). Selanjutnya dijelaskan bahwa asam lemak tak jenuh
adalah zat yang paling sensitif terhadap serangan radikal bebas yang disebut serangan lipid
peroksida. Dalam tubuh, terbentuknya lipid peroksida menyebabkan kerusakan sel seperti sel
imun, mencetuskan arteriosklerosis dan kanker serta dapat mengakibatkan penggumpalan
darah yang dapat memunculkan stroke dan penyakit jantung koroner. Aktivitas yang
membahayakan dari radikal bebas karena dapat merusak membran, enzim dan DNA (Yamada,
2001).
Dalam usaha menanggulangi efek cekaman panas yang sekaligus mengatasi
munculnya efek negatif dari radikal bebas, nampaknya pemberian kunyit (Curcuma
domestica) yang merupakan tanaman obat yang memiliki antioksidan dapat merupakan
alternatif untuk dipertimbangkan.
Penelitian Raha et al(2001) menunjukkan bahwa pemberian kunyit sebanyak 4%

dalam ransum dapat menurunkan kandungan level kolesterol, trigliserida dan fosfolipid pada
aorta marmot, masing-masing sebanyak 75%, 56% dan 57%. Penelitian Kurup dan Barrios
(2008) membuktikan bahwa kunyit dapat digunakan untuk mengatasi alergi pada hewan
perecobaan.
Pemberian kunyit yang dikombinasikan dengan lempuyang telah dicobakan pada ayam
broiler oleh Nataamijaya et al. (1999). Hasilnya ternyata pemberian kunyit sebanyak 0,04%
ditambah pemberian lempuyang sampai dengan 0,16%, tidak menunjukkan pengaruh yang

nyata terhadap pertumbuhan, tetapi dapat meningkatkan konsumsi ransum. Hasil tersebut
mungkin disebabkan karena ayam dalam kondisi normal, sehingga efek dari kunyit yang
tergolong tanaman obat tidak tampak. Bintang dan Nataamijaya (2005) melaporkan bahwa
pemberian kunyit nyata menurunkan konsumsi ransum ayam broiler umur 2 s/d 7 minggu
yakni dari 2505 g/ekor (kontrol) menjadi 2410, 2455, 2430 dan 2355 g/ekor. masing-masing
level 0,04; 0,08; 0,12 dan 0,16%. Turunnya konsumsi ransum pada pemberian kunyit tersebut
bisa disebabkan karena kunyit mengandung minyak atsiri dengan bau yang khas, rasa pedas
dan pahit sehingga menurunkan palatabilitas. Akibatnya akan menurunkan selera nafsu makan
pada ayam tersebut. Selanjutnya, penelitian Bintang dan Nataamijaya (2006) membuktikan
bahwa pemberian kunyit sebanyak 0,04% yang dikombinasikan dengan lempuyang sebanyak
0,02%, nyata memperbaiki bobot karkas dari 1475 g (pada kontrol) menjadi 1749 g. Dari
uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian penggunaan kunyit dalam

usaha menangkal cekaman panas pada ayam broiler.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan 150 ekor ayam umur 2 minggu. Ayam ditimbang dan
diberi nomor (diambil dari 200 ekor ayam yang dibesarkan sebelumnya yang memiliki bobot
badan relatif homogen). Pada penelitian ini diberikan 2 perlakuan suhu dan 5 level pemberian
kunyit dengan 3 ulangan dan tiap-tiap unit ulangan dihuni 5 ekor. Perlakuan suhu terdiri atas:
Suhu dingin (23-260 C) dengan menggunakan AC, makanan ad libitum dan suhu panas (30-330
C), menggunakan heatter dengan makanan ad libitum . Perlakuan pemberian kunyit diberikan
dicampur bersama ransum yakni ransum koimersial dari PT Comfeed.. Pemberin kunyit
terdiri atas 5 level yakni : 0%; 0,05%; 0,1 %; 0,2% dan 0,4%.
Peubah yang diukur meliputi:
1. Konsumsi ransum yakni mengurangkan jumlah pemberian ransum dengan sisa ransum
2. Pertambahan bobot badan dengan jalan mengurangkan bobot akhir dengan bobot awal.
3. Konversi ransum, diukur dengan jalan membagi jumlah ransum yang dikonsumsi dengan
pertambahan bobot badan.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dalam Split Plot 2 x 3 (2
perlakuan suhu dan 5 level pemberian kunyit). Perlakuan suhu sebagai main efek dan

pemberian kunyit sebagai subplot yang dilanjutkan dengan analisis keragaman. Jika dari

analisis keragaman menunjukkan pengaruh yang nyata (Fhit > F.05), maka dilakukan uji lanjut
dengan Uji Duncan (Steel dan Torrie, 1993).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil analisis keragaman diperoleh bahwa interaksi antara perlakuan suhu dan
pemberian kunyit memberikan pengaruh yang nyata terhadap konsumsi ransum, pertambahan
bobot badan dan konversr ransum. Rataan konsumsi ransum, peratambahan bobot badan dsn
konversi rsnsum disajikan masing-masing pada Gambar 1, 2 dan 3.

Gambar 1. Rataan konsumsi ransum (g/ekor) ayam broiler umur 2 s.d 4 minggu yang diberi
kunyit 0% (K0), 0,05% (K05), 0,1% (K1), 0,2%(K2) dan 0,4% (K4) pada suhu
dingin dan suhu panas
Dari Gambar 1 nampak bahwa pada suhu dingin, konsumsi ransum pada K0 adalah
1612 g, nyata lebih tinggi dibandingkan pada pemberian kunyit lainya. Hal ini dapat
dimengerti, sebab kunyit mengandung minyak atsiri dengan bau yang khas, rasa pedas dan
pahit sehingga menurunkan palatabilitas. karenanya ayam akan mengurangi konsumsi
ransumnya dan nampak makin tinggi dosis kunyit maka makin rendah konsumsi ransum
tersebut. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Bintang dan Nataamijaya (2005). Hal serupa
tidak terjadi pada suhu panas, konsumsi ransum tidak menunjukkn perbedaan yang nyata,
walaupun demikian konsumsi ransum tersebut cenderung menurun pada peningkatan dosis

kunyit.

Turunnya konsumsi ransum pada suhu dingin nampaknya diikuti dengan turunnya
pertambahan bobot badan (Gambar 2). Artinya mungkin pada suhu dingin tidak memerlukan
penambahan kunyit. Sebaliknya pada suhu panas khususnya pada K2 cenderung terjadi
peningkatan pertambahan bobot badan yakni dari 552 g pada kontrol menjadi 578 g. Hasil ini
ditunjang dengan nilai konversi ransum (Gambar 3) yakni 1,98 yang nyata lebih rendah
dibandingkan kontrol yakni 2,16. Artinya penambahan kunyit sebanyak 0,2% nampaknya
dapat digunakan dalam mengatasi cekaman panas.

Gambar 2. Rataan pertambahan robot badan (PBB) (g/ekor) ayam broiler umur 2 s.d 4 minggu
yang diberi kunyit 0(K0), 0,05% (K05), 0,1% (K1), 0,2%(K2) dan 0,4% (K4)
pada suhu dingin dan suhu panas
Kurkumin yang merupakan senyawa aktif pada kunmyit tergolong senyawa fenol,
ternyata memilki gugus hidroksil yang berperan besar dalam aktifitas kurkumin tersebut
(Priyadarsini et al., 2003,dan Kumar dan Sharma, 2006).
mudah teroksidasi memudahkan kurkumin

Adanya


gugus

hidroksil yang

mendonorkan hidrogen dan elektrón kepada

radikal bebas, sehingga radikal bebas menjadi stabil (Pietta, 2000).Keadaan ini nampaknya
terjadi pada pemberian kunyit pada level 0,2% pada suhu panas.

Gambar 3. Rataan konversi ransum ayam broiler umur 2 s.d 4 minggu yang diberi kumyit
0(K0), 0,05% (K05), 0,1% (K1), 0,2%(K2) dan 0,4% (K4) pada suhu dingin dan
suhu panas

Gambar 4. Rataan lemak abdomen (g/kg BB) ayam broiler umur 4 minggu yang diberi kumyit
0(K0), 0,05% (K05), 0,1% (K1), 0,2%(K2) dan 0,4% (K4) pada suhu dingin dan
suhu panas
KESIMPULAN
Dari hasil di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa pemberian kunyit nampaknya
kurang/ tidak baik diberikan pada suhu nyaman. Pemberian
memberikan hasil yang baik pada level 0,2% dari ransum.


kunyit pada suhu panas

DAFTAR PUSTAKA
Aruoma OI. 1999. Free radicals,
Pacific.J.Clin.Nutr 8: 53 – 63.

antioxidants

and

international

nutrition. Asia

Bintang I.K, and A.G.Nataamijaya. 2005. Pengaruh Penambahan Tepung Kunyit (Curcuma
domestica val) Dalam Ransum Broiler. Prosiding Seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan Veteriner, Bogor, 12 – 13 September 2005 Puslitbang Peternakan,
Bogor: 733 – 736.
Bintang I.K, and A.G.Nataamijaya. 2006. Karkas dan Lemak Subkutan Broiler yang Mendapat

Ransum dengan Suplementasi Tepung Kunyit (Curcuma domestica val) dan Tepung
Lempuyang (Zingiber aromaticum val). Prosiding Seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan Veteriner, Bogor, 5 – 6 September 2006 Puslitbang Peternakan, Bogor:
623 – 628.
Charles D.R. 2002. Responses to the thermal environment. In Environmen Problem, A guide
to solution (Charles,D.A. and Walker, A.W. Eds.), Nottingham, United Kingdom, pp 1
– 16.
Fellenberg.M.A., H.Speisky. 2006. Antioxidant: their effects on broiler oxidative stress and its
meat oxidative stability. World’s Poult.Sci. 62:53-70.
Jain, N, U.Bhandari. 2006. Bioflavonoids A Review of Chemistry and Therapeutic Profile.
Hamdar Medicus, XLIX (4): 37 – 44.
Kumar, V, S.K.Sharma. 2006. Antioxidant Studies on Some Plants. Hamdar Medicus, XLIX
(4): 25 – 36.
Kurup.VP, CS. Barrios. 2008. Immunomodulatory effects of curcumin in allergy. Molecular
Nutrition and Food Research. http://www.3.interscience.wiley.com/aboutus. [5 Mei
2008].
Nadia.R, RA.Hassan, EM.Qota, HM.Fayek. 2008. Effect of natural antioxidant on oxidative
stability of eggs and productive and reproductive performance of laying hens.
International Journal Poult.Sci. 7 (2): 134-150
Nataamijaya, A.G., S.N. Jarmani ,U. Kusnadi dan L. Praharani. 1999. Pengaruh Pemberian

Kunyit (Curcuma domestica Val) dan Lempuyang (Zingiber aromaticum Val) terhadap
Bobot Badan dan Konversi Pakan pada Broiler. Seminar Nasional Peternakan dan
Veteriner, Balai Penelitian Ternak Ciawi – Bogor
Pietta PG. 2000. Flavonoids as antioxidants. Reviews. J Nat Prod 63: 1035-1042.
Priyadarsini, K.I., D.K.Maity, G.H.Naik, M.S.Kumar, M.K.Unnikrishnan, J.G.Satav and
H.Mohan. 200. Role of phenolic O-H and mathylenr hydrogen on the free radical and
antioxidant activity of curcumin. Free Radical Biology ang Medicine. 35 (5): 475-484.

Raha. R, A.Raus, E.Surhaida, ESA.Latif, J.J.Muhammad. 2001. Loweringof lipid composition
in aorta of guenea pig by Curcuma domestica Val. http//.www.pubmed central.nic. [25
April 2008].
Steel RGD, Torrie JH. 1993. Principles and procedures of statistic, second ed, Graw-Hall,
Book Comp, New York.
Yamada N. 2001. Atherosclerosis and oxidative stress. JMAJ, 44: 529-534.
Yoshikawa, T. & Y. Naito. 2002. What is oxidative stress ? JMAJ. 45 (7): 271-276.