STEFANUS AGUNG SAPUTRA F3208087

(1)

PENERAPAN KEBIJAKAN PENJUALAN SECARA TUNAI

DAN KREDIT PADA PT. RATNA JAYA MEBEL

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Memenuhi Syarat - Syarat Mencapai Gelar

Ahli Madya Manajemen Pemasaran

Disusun oleh :

STEFANUS AGUNG SAPUTRA F 3208087

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA


(2)

ABSTRAK

PENERAPAN KEBIJAKAN PENJUALAN SECARA TUNAI DAN KREDIT

PADA

PT RATNA JAYA MEBEL

STEFANUS AGUNG SAPUTRA

F3208087

Penjualan merupakan satu bagian dari promosi dan promosi adalah satu bagian dari program pemasaran secara keseluruhan. Menjual adalah ilmu dan seni untuk mempengaruhi pribadi yang dilakukan oleh penjual untuk mengajak orang lain agar bersedia membeli barang atau jasa yang ditawarkannya. Jadi,dengan adanya penjualan dapat tercipta suatu proses pertukaran barang atau jasa antar penjual dan pembeli. Tujuan umum dalam penjualan adalah untuk mencapai volume penjualan tertentu,mendapatkan laba tertentu,dan menunjang pertumbuhan perusahaan.

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menerapkan atau membandingkan antara penjualan tunai dan kredit. Penelitian ini semoga dapat memberi sumbangan pemikiran bagi perusahaan dalam menentukan kebijakan yang terbaik untuk para pelanggan dalam melakukan penjualannya dan bagi penulis dapat bermanfaat sebagai sarana untuk menerapkan ilmu yang diperoleh selama masa studi, serta memenuhi persyaratan gelar Ahli Madya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di PT Ratna Jaya Mebel,penjualan tunai lebih banyak dilakukan dan lebih menguntungkan dibanding penjualan secara kredit. Adapun saran yang penulis dapat sampaikan bagi PT Ratna Jaya Mebel adalah harus tetap meningkatkan penjualan secara tunai, karena sangat menguntungkan perusahaan dan mengurangi kemacetan pertukaran uang.


(3)

HALAMAN PERSETUJUAN

Telah disetujui dan diterima dengan baik oleh pembimbing Tugas Akhir Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret guna melengkapi

Dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya jurusan Manajemen Pemasaran

Surakarta, juni 2012

Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing

Ahmad Mujahid, SE, M. SC NIP : 320700001


(4)

HALAMAN PENGESAHAN

Tugas Akhir dengan judul:

PENERAPAN KEBIJAKAN PENJUALAN SECARA TUNAI DAN KREDIT

PADA PT RATNA JAYA MEBEL

Telah di sahkan oleh tim penguji akhir Program Studi Diploma III Manajemen

Pemasaran Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Surakarta, Juli 2012

Tim Penguji Tugas Akhir

Pram Suryanadi, SE, M. SI ( )

NRP : 320800001 Dosen penguji

Ahmad Mujahid, SE, M. SC ( )

NRP : 320700001


(5)

MOTTO

Jangan mencari perbedaan diantara kita, karena pada hakekatnya setiap manusia

diciptakan berbeda tetapi carilah dan bertemu untuk saling mengasihi didalam

persamaan kalian.

(kaka-slank)

Bahagiakan orang-orang yang anda cintai termasuk orang tuamu sebelum mereka

meninggalkanmu untuk selamanya.

(penulis)

Janganlah anda terlalu membanggakan diri dan sombong atas suatu jabatan atau

harta yang anda miliki soalnya roda kehidupan ini berputar.


(6)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Tak akan lupa kusampaikan rasa syukurku yang paling dalam pada Tuhan YANG

MAHA ESA atas karuniaNya hingga terselesaikan tugas akhir ini dan

kupersembahkan karya kecil ini untuk:

-

Bapak Markus Soepardjo (alm)

-

Ibu Markus Soepardjo tercinta

-

Mb Ninik, mb Tatik, Ms wawan, dhek lia

-

My Lovely

-

Temen-temen MP


(7)

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati penulis memanjatkan puji syukur kepada

Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmatNya sehingga penulis dapat

menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul “ PENERAPAN KEBIJAKAN

PENJUALAN SECARA TUNAI DAN KREDIT PADA PT RATNA JAYA

MEBEL “. Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk

mendapatkan sebutan Ahli Madya pada program Manajemen Pemasaran Fakultas

Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

Penulis menyadari dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini tidak lepas dari

bantuan banyak pihak, untuk itu atas segala bantuan yang diberikan penulis

menyampaikan terima kasih kepada :

1.

DR. Wisnu Untoro. MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

2.

Drs. Djoko Purwanto, MBA selaku Ketua Program Studi Manajemen

Pemasaran Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3.

Ahmad Mujahid, SE, M. SC selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan

meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan serta saran dalam

penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.


(8)

4.

Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

yang telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis.

5.

Mamah tercinta, terma kasih atas segala doa, dorongan moral maupun

material, nasehat dan bimbingan serta pengorbanan kepada penulis selama

ini.

6.

Kakak-kakaku yang selalu membimbingku dan memberiku dorongan dan

inspirasi.

7.

Adikku Elia, terima kasih atas dorongan dan semangatnya.

8.

Kakek – nenekku atas dorongan semangat.

9.

Almarhum papah saya sewaktu hihup memberi inspirasi dan nasehat sampai

sekarang aku ingat terus.

10.

Cewekku yang telah menemaniku selama 5 tahun, terimakasih atas dorongan,

doa, kasih sayang, dan semangat yang telah dia berikan.


(9)

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini tidak lepas dari kekurangan baik isi

maupun penyajiannya. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun

sangatlah penulis harapkan demi penyempurnaan Tugas Akhir ini.

Semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca serta

dapat menambah khasanah keilmuan untuk masa yang akan datang.

Surakarta, juli 2012

Penulis


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK... ii

HALAMAN PERSETUJUAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

HALAMAN MOTTO... v

HALAMAN PERSEMBAHAN... vi

KATA PENGANTAR... vii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I. PENDAHAULUAN ... 1

I. Latar Belakang ... 1

II. Rumusan Masalah ... 4

III. Tujuan penelitian ... 4

IV. Manfaat penelitian ... 5

V. Metode Penelitian ... 6

BAB II. LANDASAN TEORI ... 8

I. Tinjauan Pustaka ... 8

II. Kerangka Pemikiran ... 17


(11)

I. Gambaran Umum Perusahaan ... 19

1. Nama dan Alamat Perusahaan ... 19

2. Sejarah Berdirinya Perusahaan ... 19

3. Struktur Organisasi Perusahaan ... 20

4. Permodalan ... 25

5. Pemasaran ... 25

6. Kegiatan Perusahaan ... 26

7. Personalia ... 26

II. Laporan Magang Kerja ... 27

1.Lokasi Magang Kerja ... 27

2.Pelaksanaan Magagng Kerja ... 28

III. Pembahasan Masalah ... 29

Sistem Dan Prosedur Penjualan ... 29

Penjualan Tunai ... 31

Penjualan Kredit ... 34

Data Penjualan Tunai ... 39

Data Penjualan Kredit ... 40

Data Omset Penjualan ... 41

BAB IV. PENUTUP ... 44

I. Kesimpulan ... 44

II. Saran ... 45 DAFTAR PUSTAKA


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3. 1 :Personalia PT Ratna Jaya Mebel... 27

Tabel 3. 2 :Jadwal kegiatan pada waktu magang kerja... 28

Tabel 3. 3 :Data penjualan sofa secara tunai... 39

Tabel 3. 4 :Data penjualan sofa secara kredit... 40


(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2. 1 :Proses pertukaran... 10

Gambar 2. 2 :Bagan kerangka pemikiran... 17

Gambar 3. 1 :Struktur organisasi PT Ratna Jaya Mebel... 22

Gambar 3. 2 :Tahap-tahap penjualan... 29

Gambar 3. 3 :Proses penjualan tunai PT Ratna Jaya Mebel... 32


(14)

commit to user

ii

ABSTRAK

PENERAPAN KEBIJAKAN PENJUALAN SECARA TUNAI DAN KREDIT PADA

PT RATNA JAYA MEBEL

STEFANUS AGUNG SAPUTRA

F3208087

Penjualan merupakan satu bagian dari promosi dan promosi adalah satu bagian dari program pemasaran secara keseluruhan. Menjual adalah ilmu dan seni untuk mempengaruhi pribadi yang dilakukan oleh penjual untuk mengajak orang lain agar bersedia membeli barang atau jasa yang ditawarkannya. Jadi,dengan adanya penjualan dapat tercipta suatu proses pertukaran barang atau jasa antar penjual dan pembeli. Tujuan umum dalam penjualan adalah untuk mencapai volume penjualan tertentu,mendapatkan laba tertentu,dan menunjang pertumbuhan perusahaan.

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menerapkan atau membandingkan antara penjualan tunai dan kredit. Penelitian ini semoga dapat memberi sumbangan pemikiran bagi perusahaan dalam menentukan kebijakan yang terbaik untuk para pelanggan dalam melakukan penjualannya dan bagi penulis dapat bermanfaat sebagai sarana untuk menerapkan ilmu yang diperoleh selama masa studi, serta memenuhi persyaratan gelar Ahli Madya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di PT Ratna Jaya Mebel,penjualan tunai lebih banyak dilakukan dan lebih menguntungkan dibanding penjualan secara kredit. Adapun saran yang penulis dapat sampaikan bagi PT Ratna Jaya Mebel adalah harus tetap meningkatkan penjualan secara tunai, karena sangat menguntungkan perusahaan dan mengurangi kemacetan pertukaran uang.


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang Masalah

Setiap usaha pasti memiliki tujuan–tujuan yang harus dicapai melalui bidang usaha. Kelangsungan hidup sebuah usaha tetap terjaga, harapan untuk maju dan berkembang di masa yang akan datang serta mendapatkan keuntungan yang memuaskan dari kegiatan usaha tersebut. Bagi perusahaan pada umumnya mempunyai tiga tujuan utama dalam penjualannya, yaitu mencapai volume penjualan tertentu, mendapatkan laba tertentu dan menunjang pertumbuhan perusahaan. Untuk itu perusahaan harus menilai kebutuhan konsumen dan daya beli mereka. Di dalam perusahaan yang berkonsentrasi kepada pasar, perusahaan harus mengetahui apakah yang diinginkan oleh konsumen dan bagaimana cara memenuhi kebutuhan mereka dengan sebaik mungkin sehingga memberikan kelangsungan hidup bagi perusahaan agar dapat tetap terjaga, terus maju dan berkembang serta diperoleh keuntungan yang memuaskan bagi perusahaan.

Dalam proses pemasaran suatu produk usaha kerapkali mengalami berbagai tantangan dan tingkat persaingan yang cukup ketat. Oleh karena itu suatu usaha dituntut dapat mengatasi masalah dan tantangan tersebut. Salah satunya adalah memberikan koordinasi manajemen yang baik terhadap faktor–


(16)

faktor penjualan dan sumber daya manusia yang dimanfaatkan untuk menunjang kemajuan usaha tersebut.

Tidak dipungkiri dalam periode masa kini mebel atau perabotan rumah tangga sangat diminati bagi masyarakat, baik masyarakat kalangan menengah mau masyarakat kalangan menengah keatas.

Biasanya orang yang mempunyai rumah baru, ingin supaya isi rumahnya kelihatan bagus, mewah dan nyaman, maka ingin membeli perabotan rumah tangga berupa mebel. Dengan diminatinya mebel bagi masyarakat, maka penjualan mebel semakin luas dan diminati oleh para pengusaha. Sehingga pengusaha perusahaan mebel sangat ini semakin banyak dan apalagi sekarang mebel dari luar negri juga masuk ke Indonesia, sehingga persaingan semakin ketat. Oleh karena itu perusahaan harus mampu bertahan dan mencapai tujuannya. Hal ini dapat dilihat dengan munculnya perusahaan–perusahaan baru di kota pada umumnya dan khususnya di kota Solo. Salah satunya adalah PT RATNA JAYA MEBEL, yang terletak di Palur, Karanganyar.

PT RATNA JAYA MEBEL, bergerak pada bidang penjulan mebel. Dalam perusahaan ini selain menjualan mebel juga merupakan distributor mebel. Barang-barang mebel dalam perusaahan ini dibuat sendiri lalu dijual secara eceran ataupun disetorkan kepada toko–toko yang lain. Mebel yang dibuat dalam perusahaan ini misalnya sofa dengan berbagai merek dan berbagai bentuk, lemari dan dipan tempat tidur. Tetapi dalam perusahaan ini yang paling banyak diproduksi atau dijual adalah sofa.


(17)

PT RATNA JAYA MEBEL ini sangat dikenal sebagai pembuat atau perajin sofa yang paling bagus bentuknya dan paling rapi. Selain dijual di tokonya sendiri, mebel yang dibuat oleh perusahaan tersebut juga dikirimkan ke toko–toko mebel lainnya. Pengiriman mebel ke toko lain itu sampai ke luar kota, misalnya: Semarang, Salatiga, Jogja, Surabaya. Dalam penjualan mebel di PT RATNA JAYA MEBEL, bisa dilakukan secara tunai maupun secara kredit.

Penjualan secara tunai atau cash yaitu penjualan yang cara pembayarannya dilakukan secara langsung atau tunai pada saat transakasi penjualan itu dilakukan. Sedangkan penjualan secara kredit yaitu penjualan yang cara pembayarannya dilakukan secara bertahap atau berangsuran dengan batas waktu yang telah ditentukan oleh perusahaan, dan penbeli juga memperoleh beban bunga yang harus ditanggung pada setiap pembayarannya.

PT RATNA JAYA MEBEL harus dapat memenuhi kebutuhan konsumen serta meningkatkan mutu penjualannya agar memperoleh keuntungan dan menghindari kerugian dari masing–masing penjualan yang dilakukan. Keuntungan yang diperoleh di bidang penjualan adalah dari selisih harga per unit (harga penjualan per unit dikurangi biaya produksi per unit).

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai kegiatan penjualan mebel yang dilakukan PT RATNA JAYA MEBEL pada bagian penjualan, maka penulis mengambil judul sebagai berikut :

“PENERAPAN KEBIJAKAN PENJUALAN SECARA TUNAI DAN KREDIT PADA PT RATNA JAYA MEBEL”


(18)

II. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang seperti yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang harus diselesaikan adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana penerapan sistem penjualan secara tunai, dan penjualan secara kredit pada PT RATNA JAYA MEBEL?

2. Dengan system penjualan tunai dan kredit, sistem penjualan mana yang paling menguntungkan bagi PT RATNA JAYA MEBEL?

III. Tujuan Penelititan

Tujuan merupakan sasaran yang ingin dicapai dalam melakukan suatu kegiatan. Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui penerapan sistem penjualan tunai dan penjualan secara kredit, pada PT RATNA JAYA MEBEL.

2. Untuk mengetahui sistem penjualan mana yang paling menguntungkan bagi PT RATNA JAYA MEBEL.

IV. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan dapat memperoleh hasil yang bermanfaat dan berguna sebagai berikut :

1. Bagi Penulis

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan menerapkan teori yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan serta sebagai dasar penyusunan Tugas Akhir yang merupakan syarat wajib untuk pencapaian


(19)

gelar Ahli Madya pada fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Pemasaran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bantuan dan sumbangan suatu pemikiran bagi PT RATNA JAYA MEBEL dalam menentukan kebijakan terbaik bagi pelanggan dalam melakukan penjualan sistem tunai, maupun penjualan dengan sistem kredit.

3. Bagi Peneliti Lain

Sebagai sumber informasi bagi kelengkapan suatu penelitian yang akan datang bagi penelitian yang lain.

V. Metode Penelitian

1. Desain Penelitian

Dalam melakukan penelitian, penulis menggunakan studi kasus dengan cara mengurangi dan pengembangkan obyek penelitian, pada PT RATNA JAYA MEBEL dengan masalah yang terjadi. Kasus yang dipelajari dan diuraikan adalah sistem kebijakan penjualan yang dilakukan pada PT RATNA JAYA MEBEL, yaitu dengan membandingkan antara penjualan tunai dan kredit pada tahun 2010 sampai 2011.

2. Tempat Obyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada PT RATNA JAYA MEBEL yang beralamat di Jalan Nusa Indah, RT.3 RW.9, Palur, Karanganyar.


(20)

3. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Data Primer

Data yang diperoleh secara langsung dari sumber pertama yaitu pada lokasi penelitian Sumber datanya adalah:

- Wawancara langsung kepada pimpinan dan karyawan PT RATNA JAYA MEBEL.

- Observasi secara langsung pada PT RATNA JAYA MEBEL.

b. Data Sekunder

Data yang diperoleh secara tidak langsung dari sumber pertama, melainkan data yang diperoleh dari pihak lain yang berhubungan dengan penelitian ini. Sumber data tersebut adalah arsip dan dokumen dari PT RATNA JAYA MEBEL serta dari buku–buku litertaur.

4. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara

Yaitu pengumpulan data dengan cara tanya jawab secara langsung kepada pimpinan dan karyawan PT RATNA JAYA MEBEL sehubungan dengan data–data yang diperlukan sehubungan dengan data tersebut.


(21)

b. Observasi

Yaitu teknik pengumpulan data secara langsung dengan melakukan penelitian pada obyek yang diteliti dan mencatat hal–hal yang diperlukan sehubungan dengan data tersebut.

c. Studi Pustaka

Yaitu dengan membaca literaur buku–buku yang berkaitan dengan masalah penelitian yang dilakukan.

5. Teknik Pembahasan

Analisis data yang dipergunakan untuk menyusun Tugas Akhir ini menggunakan analisis deskriptif, yaitu analisis yang berupa uraian yang berdasarkan hasil observasi dan informasi yang diperoleh dari pihak perusahaan serta membandingan dengan konsep–konsep (teori) yang ada.


(22)

BAB II

LANDASAN TEORI

I. Tinjauan Pustaka

Jika dalam suatu perusahaan ingin mencapai penjualan yang bisa dikatakan optimal maka dari itu diperlukan suatu sistem penjualan yang terencana dengan baik. Untuk pencapaian suatu tujuan tersebut suatu perusahaan harus menerapkan sistem penjualan yang benar pada perusahaan. Disini penulis akan menguraikan hal–hal yang berkaitan dengan masalah di atas:

1. Pemasaran

Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan–kegiatan pokok yang dalam usahannya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk berkembang dan mendapatkan laba. Dalam suatu perusahaan bisnis, pemasaran menghasilkan pendapatan yang dikelola oleh orang–orang keuangan dan kemudian didayagunakan oleh orang–orang produksi untuk menciptakan produk atau jasa.

Pemasaran (William J. Stanton dalam Basu Swasta, 1996: 10) adalah “Sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial”.


(23)

2. Penjualan a. Kebijakan

“Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak. Istilah ini dapat diterapkan pada pemerintahan, organisasi

dan kelompok sektor swasta, serta individu.”

(http://id.wikipedia.org/wiki/Kebijakan)

Kebijakan atau kajian kebijakan dapat pula merujuk pada proses pembuatan keputusan–keputusan penting organisasi, termasuk identifikasi berbagai alternatif seperti prioritas program atau pengeluaran, dan pemilihannya berdasarkan dampaknya. Kebijakan juga dapat diartikan sebagai mekanisme politis, manajemen, finansial, atau administratif untuk mencapai suatu tujuan eksplisit.

b. Sistem

Yaitu, ”Interaksi secara teratur atau sekelompok bagian–bagian yang saling tergantung yang membentuk satu kesatuan secara menyeluruh”. (Webster’s New Collegiate Dictionary dalam Basu Swastha, 1996: 33).

c. Penjualan

Banyak orang mengartikan bahwa penjualan sama dengan pemasaran. Padahal kedua istilah tersebut mempunyai arti yang berbeda. Perbedaannya adalah pemasaran meliputi kegiatan yang luas, sedangkan penjualan hanyalah merupakan satu kegiatan saja di dalam pemasaran (Basu Swasta, 1998: 8).


(24)

Menurut Basu Swasta,(1998: 8), menjual adalah “Ilmu dan seni mempengaruhi pribadi yang dilakukan oleh penjual untuk mengajak orang lain agar bersedia membeli barang atau jasa yang ditawarkannya”.

Basu Swasta, (1998: 9) mengartikan penjualan sebagai “proses pertukaran barang dan jasa antara penjual dan pembeli”. Jadi dengan adanya penjualan dapat tercipta suatu proses atau transaksi pertukaran barang dan jasa antara penjual dan pembeli. Secara sederhana, transaksi penjualan yang dilakukan oleh penjual dan pembeli dapat dilihat sebagai proses pertukaran pada gambar :

Gambar 2.1 Proses Pertukaran Sumber: Basu Swasta, (1998: 9)

Semakin pandai seseorang untuk menjual akan semakin cepat pula mencapai sukses dalam melaksanakan tugas–tugasnya, sehingga tujuan yang siinginkan akan segera terlaksana. Dalam segala bidang dan tingkatan, taktik penjualan harus digunakan agar pelayanan yang diberikan kepada orang lain dapat memberikan kepuasan.

Bagi suatu perusahaan pada umumnya mempunyai tujuan dalam penjualannya, yaitu: (Basu Swasta, 1996: 404)

Penjual Pembeli

Barang atau jasa Uang


(25)

1. Untuk mendapatkan laba tertentu 2. Menunjang pertumbuhan perusahaan 3. Mencapai volume penjualan tertentu

Dalam pencapaian tujuan–tujuan tersebut tidak hanya dilakukan oleh para penjual atau pelaksana penjual saja. Namun dalam hal ini diperlukan adanya kerjasama yang baik diantara fungsionaris dalam suatu perusahaan (bagian keuangan, produksi, personalia, dan bagian promosi).

Suatu kegiatan penjualan pada kenyataannya dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, menurut Basu Swasta (1998, 129-131) yaitu:

1. Kondisi dan kemampuan penjual

Transaksi jual-beli atau pemindahan hak milik secara komersial atas barang dan jasa itu pada prinsipnya melibatkan dua pihak, yaitu penjual sebagai pihak pertama dan pembeli sebagai pihak kedua. Di sini penjual harus dapat meyakinkan kepada pembelinya agar dapat berhasil mencapai sasaran penjualan yang diharapkan. Untuk maksud tersebut penjual harus memahami beberapa masalah penting yang sangat berkaitan, yakni:

a. Jenis dan karakteristik barang yang ditawarkan. b. Harga produk.

c. Syarat penjualan, seperti: pembayaran, pelayanan purna jual, garansi dan sebagainya.


(26)

2. Kondisi Pasar

Pasar sebagai kelompok pembeli atau pihak yang menjadi sasaran dalam penjualan, dapat pula mempengaruhi kegiatan penjualannya. Adapun faktor-faktor kondisi pasar yang perlu diperhatikan adalah:

a. Jenis pasarnya:

- Pasar Konsumen adalah pasar yang menyediakan semua kebutuhan konsumen.

- Pasar Industri adalah pasar produsen yang terdiri dari perorangan dan organisasi yang memerlukan barang dan jasa untuk diproduksikan menjadi barang dan jasa dalam bentuk lain dan kemudian dijual kepada pihak lain.

- Pasar Penjual adalah pasar yang terdiri dari beberapa kumpulan penjual untuk measarkan produknya kepada konsumen.

- Pasar Pemerintah adalah pasar yang disediakan untuk jual beli aset-aset Negara.

- Pasar Internasional adalah kegiatan pemasaran yang dilakukan antara negara satu dengan yang lain atau perusahaan dari Negara satu dengan konsumen atau perusahaan Negara lain.

b. Kelompok pembeli atau segmen pasarnya. c. Daya belinya.

d. Frekuensi pembeliannya. e. Keinginan dan kebutuhan.


(27)

3. Modal

Akan lebih sulit bagi penjual untuk menjual produknya bila lokasi penjualan belum dikenal oleh calon pembeli atau apabila lokasi pembeli jauh dari tempat penjual. Dalam keadaan seperti ini, penjual harus memperkenalkan dulu atau membawa barangnya ke tempat pembeli. Untuk melaksanakan maksud tersebut diperlukan adanya sarana serta usaha, seperti: alat transportasi, tempat peragaan baik di dalam perusahaan maupun di luar perusahaan, usaha promosi dan sebagainya. Semua ini hanya dapat dilakukan apabila penjual memiliki sejumlah modal yang diperlukan untuk itu.

Modal mempunyai peranan yang sangat penting dalam perusahaan..dengan modal perusahaan dapat melaksanakan kegiatan operasionalnya, perusahaan juga harus mempunyai modal primer yaitu standar modal yang wajib dimiliki oleh perusahaan agar perusahaan tersebut mampu melaksanakan kegiatan operasionalnya. Modal harus dihitung dengan sangat teliti terhadap kebutuhannya baik itu per hari atau per bulan agar perusahaan tidak mengalami kekurangan atau kelebihan uang. Besar

kecilnya modal yang dimiliki perusahaan sangat mempengaruhi kelangsungan hidup dari perusahaan.

4. Kondisi Organisasi Perusahaan

Pada perusahaan besar, biasanya masalah penjualan ini ditangani oleh bagian tersendiri (Bagian penjualan) yang dipegang orang-orang tertentu/ ahli di bidang penjualan. Lain halnya dengan perusahaan kecil di mana masalah


(28)

penjualan ditangani oleh orang yang juga melakukan fungsi-fungsi lain. Hal ini disebabkan oleh karena jumlah tenaga kerjanya lebih sedikit, sistem organisasinya lebih sederhana, masalah-masalah yang dihadapi serta sarana yang dimilikinya juga tidak sekompleks perusahaan besar. Biasanya, masalah penjualan ini ditangani oleh pimpinan dan tidak diberikan kepada orang lain.

5. Faktor Lain

Faktor–faktor lain, seperti: periklanan, peragaan, kampanye, pemberian hadiah, sering mempengaruhi penjualan.

3. Penjualan Tunai

Penjualan tunai menurut Mulyadi (1997: 457)

“Penjualan yang dilaksanakan oleh perusahaan dengan cara mewajibkan pembeli melakukan pembayaran harga barang lebih dahulu sebelum barang diserahkan oleh perusahaan kepada pembeli, setelah uang diterima oleh perusahaan, barang kemudian diserahkan kepada pembeli dan transaksi penjualan dicatat oleh perusahaan”.

Keuntungan yang diperoleh dari penjualan tunai adalah : - Resiko keuangan macet tidak ada.

- Perusahaan langsung mendapat keuntungan atau laba dari selisih jual dengan harga beli.


(29)

Sedangkan kerugian dari penjualan tunai ini adalah : - Volume penjualan relatif rendah.

- Laba perusahaan menjadi turun.

4. Penjualan Kredit

Penjualan kredit menurut Mulyadi (1997: 212)

“Penjualan yang dilaksanakan oleh perusahaan dengan cara mengirimkan barang sesuai dengan order yang diterima dari pembeli dan untuk jangka waktu tertentu perusahaan mempunyai tagihan kepada pembeli tersebut”.

Keuntungan yang diperoleh dari penjualan kredit adalah :

- Keuntungan perusahaan diperoleh dari selisih harga per unit dan pendapatan bunga dari kredit jangka panjang ataupun jangka pendek.

- Volume penjualan relatif tinggi. - Laba perusahaan menjadi naik. Kerugian dari penjualan kredit:

- Adanya resiko kredit macet dari konsumen.

- Semakin besarnya biaya yang timbul yaitu: untuk biaya promosi, penggajian devisi kredit (surveyor, bagian administrasi perkreditan, bagian debt collector), transportasi.

Apabila perusahaan melakukan penjualan dengan kredit, perusahaan memiliki piutang. Semakin besar proporsi dan jumlah penjualan kredit, semakin besar pula piutang yang dimiliki oleh perusahaan. Selain adanya kebiasaan konsumen atau


(30)

pelanggan dalam pelunasan hutangnya yang mempengaruhi besar kecilnya piutang perusahaan, ada pula karena faktor dari perekonomian dan pengaruh dari kebijakan oleh perusahaan mengenai sistem perkreditan yang diberikan kepada pelanggan tersebut.

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam kebijaksanaan perkreditan tersebut adalah sebagai berikut: (www.pksm.mercubuana.ac.id)

1. Standar kredit atau kualitas langganan yang akan diperkenankan memperoleh kredit.

2. Jangka waktu kredit, yaitu berapa lama seorang langganan yang membeli secara kredit harus sudah membayar hutangnya.

3. Potongan atau discount yang diberikan kepada para pelanggan.

Ketiga faktor tersebut akan menentukan berapa besar jumlah barang yang akan dimiliki oleh perusahaan, berapa lama juga piutang tersebut diharapkan akan secara total terkumpul dan berapa besar proporsi piutang yang tidak terbayar atau tidak sesuai dengan kebijakan yang diterapkan oleh perusahaan. Untuk memperbesar dan meningkatkan volume penjualan perusahaan, kebanyakan perusahaan menjual produknya dengan menggunakan sistem kredit. Penjualan kredit tidak segera menghasilkan penerimaan kas bagi perusahaan, tetapi menimbulkan sejumlah piutang, dan baru ketika hari jatuh pembayaran angsurannya, terjadi aliran kas masuk (cash inflows) yang berasal dari pengumpulan piutang tersebut.


(31)

II. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.2

Bagan kerangka Pemikiran Sumber: Basu Swasta, (1996: 10)

Penjualan Tunai

PENJUALAN PEMASARAN

Penjualan Kredit

Keuntungan Kerugian

Rasio Volume penjualan Harga total


(32)

Pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, mendistribusikan barang-barang yang dapat memuaskan keinginan dan jasa baik kepada para konsumen saat ini maupun konsumen potensial.

Penjualan merupakan bagian dari promosi yang merupakan satu bagian dari program pemasaran. Menjual adalah ilmu atau seni mempengaruhi pribadi yang dilakukan oleh penjual untuk mengajak orang lain agar bersedia membeli barang atau jasa yang ditawarkan. Penjualan merupakan satu kegiatan saja didalam ruang lingkup pemasaran.

Sistem penjualan pada PT RATNA JAYA MEBEL : 1. Penjualan secara tunai atau cash

Dalam penjualan secara tunai seorang calon pembeli langsung datang ke toko/perusahaan kemudian antara penjual dan pembeli melakukan negosiasi dan kesepakan harga, setelah kedua belah pihak sepakat, pembeli dapat langsung membayar sebesar harga yang telah disepakati.

2. Penjualan secara kredit

Dalam penjualan secara kredit, pembeli langsung datang ke toko/perusahaan untuk melakukan kesepakatan harga dan kesepakatan lainnya, yaitu penentuan beban bunga yang harus dibayarkan setiap kali angsuran dibayarkan besarnya angsuran dan jangka waktu kredit, serta potongan (diskon) bila memungkinkan.


(33)

BAB III

GAMBARAN UMUM DAN PEMBAHASAN

I.

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

1. Nama dan Alamat Perusahaan

Perusahaan yang ditempati untuk melaksanakan magang kerja sebagai syarat penulisan tugas akhir adalah PT RATNA JAYA MEBEL, yang beralamatkan di Jalan Nusa Indah1Ngringo, Karangayar.

2. Sejarah Berdirinya PT RATNA JAYA MEBEL

PT RATNA JAYA MEBEL merupakan perusahaan penjual mebel, perusahaan ini merupakan perusahaan keluarga milik pribadi. Pertama yang mendirikan perusahaan ini adalah bapak/ibu Jakmiko, tetapi karena usia beliau sudah tua sekarang dikelola oleh anaknya. Pertama berdirinya perusahaan ini cuma penjual mebel yang diambil dari distributor, lalu lama kelamaan dengan adanya modal perusahaan tersebut memproduksi mebel sendiri. Dimulai dari toko yang kecil dan tempat produksi yang sederhana, perusahaan ini memproduksi sebuah mebel dimulai dari meja dan kursi. Hasil produksi mebel itu pertama dijual ditokonya sendiri, dengan adanya relasi dari temen, mebel tersebut dipasarkan ke toko-toko mebel lainya. Dengan hasil produksi yang bagus, berkualitas dan harga agak murah, maka adanya banyak berbagai pesannya dari konsumen dan toko-toko mebel lainnya, maka perusahaan ini sekarang memproduksi berbagai macam mebel seperti


(34)

sofa, lemari, tempat tidur dan berbagai macam mebel lainya. Dengan banyaknya pesannya dan kemajuan dalam usaha, sekarang perusahaan ini menjadi besar dan membuka toko-toko cabang, dan sekarang perusahaan ini juga merupakan distributor mebel.

Perusahaan Ratna Jaya Mebel merupakan badan usaha yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) dengan perijinan usaha yaitu: NPWP 1.515.637.5.526. 9 Desember 1997 SIUP. 189/ 11.16. PB/IX/1993, dimana badan usaha Ratna Jaya Mebel bergerak pada bidang penjualan dan penyedian hasil produksi mebel.

Segmen pasar dari PT RATNA JAYA MEBEL adalah dari kalangan atas, menengah dan bawah. Untuk menjangkau kalangan menengah ke bawah dengan mudah dan untuk membantu bagi mereka yang tidak mampu membeli secara tunai dapat memperoleh mebel tersebut, maka perusahaan menawarkan sistem pembelian secara kredit.

3. Struktur Organisasi PT RATNA JAYA MEBEL

Struktur organisasi merupakan suatu kerangka dari garis otoritas wewenang dan tanggungjawab dari suatu organisasi mulai dari tingkat pimpinan sampai dengan tingkat bawahan. Suatu struktur oragnisasi dapat menerangkan hubungan antara kedudukan fungsi dan tanggungjawab masing–masing dalam pekerjaannya sesuai dengan susunan dan satuan– satuan yang terdapat dalam organisasi yang bersangkutan.


(35)

Fungsi dari dibentuknya struktur organisasi adalah memberikan gambaran secara global tentang pembagian tugas dan tanggung jawab dari masing– masing unit maupun kelompok yang ada dalam organisasi tersebut. Struktur organisasi juga memiliki tujuan untuk memberikan kepastian dalam garis wewenang. Koordinasi dan pengawasan untuk menghindari hal–hal yang tidak diinginkan. Tujuan lain dari struktur organisasi ini adalah agar perencanaan anggaran menjadi lebih baik.

Sebagai pendukung tercapainya tujuan tersebut adalah tersedianya sumber daya manusia. Dalam segala pengelolaan yang paling menentukan adalah faktor manusia, karena semua faktor produksi seperti alam dan modal tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya menusia yang memenuhi persyaratan agar dapat bekerja secara efektif, maka dalam perusahaan PT Ratna Jaya Mebel kepada semua karyawan dikasih kesejangan sosial dan kesehatan karyawan ditanggung oleh perusahaan. Karyawan yang berkerja di PT Ratna Jaya Mebel yang tidak mempunyai armada untuk berangkat bekerja dipinjemi sepeda motor dari perusahaan. Dan setiap tutup tahun PT Ratna Jaya Mebel mengasih bonus kepada semua karyawan dan biasanya juga diajak berlibur bareng- bareng oleh direktur dan para stafnya.


(36)

Gambar 3. 1.

Struktur Organisasi PT RATNA JAYA MEBEL Sumber: PT Ratna Jaya Mebel

Direktur

Pimpinan Cabang

Kepala Produksi Kepala

Akuntansi Kepala

Penjualan

Sales Counter

dan

Hunter

Kasir Kredit

Bagian Produksi

Driver Office


(37)

Adapun tugas dan wewenang untuk masing–masing bagian adalah sebagi berikut:

1. Direktur

Tugas dan wewenang dari direktur adalah:

a. Bertugas membuat kebijakan–kebijakan sehubungan dengan perusahaan. b. Mengawasi dan memantau seluruh kegiatan dalam perusahaan.

c. Bertanggungjawab terhadap kelangsungan jalannya perusahaan. 2. Pimpinan Cabang

Tugas dan wewenang pimpinan cabang adalah:

a. Membuat kebijakan–kebijakan yang berhubungan dengan cabang. b. Mengawasi pelaksanaan kegiatan yang dilakukan pada kantor cabang. c. Membuat laporan pertanggungjawaban kepada general manager. 3. Kepala Penjualan

Tugas dan wewenang dari kepala penjualan adalah:

a. Membuat kebijakan–kebijakan yang berkaitan dengan penjualan perusahaan.

b. Mengatur dan mengawasi kinerja sales.

c. Membuat laporan pertanggungjawaban kepada pimpinan cabang mengenai penjualan.


(38)

Kepala Penjualan membawahi:

1) Sales Counter/sales yang memberi pelayanan kepada konsumen yang datang ke perusahaan.

2) Sales Hunter/sales lapangan, sales yang mencari konsumen di luar perusahaan.

4. Kepala Akuntansi

Tugas dan wewenang dari kepala akuntansi adalah: a. Mengatur berbagai transaksi keuangan kantor cabang. b. Membuat kebijakan tentang keuangan kantor cabang. c. Mengawasi dan membawahi kasir.

d. Membuat laporan pertanggungjawaban kepada kepala pimpinan cabang mengenai keuangan cabang.

5. Kasir

Tugas dari kasir adalah:

a. Bertanggungjawab atas keuangan yang ada.

b. Memeberikan laporan gaji kepada kepala akuntansi. c. Bertugas menerima pembayaran dari pembeli. 6. Kredit

a. Bertanggungjawab atas pelayanan kredit dari konsumen.

b. Membuat laporan pertanggungjawaban kepada kepala akuntansi.

c. Bertanggungjawab menarik kembali barang yang dikredit oleh konsumen apabila konsumen tidak dapat membayaran angsuran kredit.


(39)

7. Kepala Produksi

Bertugas mengawasi dan bertanggung jawab atas hasil produksi dalam PT Ratna Jaya Mebel dan membawahi bagian produksi.

8. Bagian Produksi

Bertugas dalam pembuatan mebel yang akan diproduksi. 9. Driver

Bertugas mengantar barang yang telah dipesan oleh konsumen ke alamat yang telah ditentukan.

10. Office Boy

Bertanggungjawab mengatur dan memberikan peralatan kantor serta beratanggungjawab atas kebersihan kantor.

4. Permodalan

Modal yang digunakan oleh PT RATNA JAYA MEBEL berasal dari perorangan yang bernama Bapak Jakmiko dan sebagian dari bank.

5. Pemasaran

Pemasaran mebel perusahan ini diwilyah solo, salatiga, semarang dan jogja.

Proses pemasaran barang pada PT RATNA JAYA MEBEL dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:

- Customer dapat langsung datang ke perusahan - Door to door antara salesman dan customer


(40)

Upaya yang dilakukan oleh PT RATNA JAYA MEBEL untuk meningkatkan volume penjualan dengan berbagai promosi diantaranya adalah:

1. Pembuatan brosur tentang spesifikasi dan price list berbagai jenis mebel.

2. Iklan baris di media informasi. 3. Sales promotion.

6. Kegiatan Perusahaan

Kegiatan yang dilakukan oleh PT RATNA JAYA MEBEL yaitu sebagai berikut:

1) Penjualan

Yaitu dengan melaksanakan penjualan unit mebel dengan pembayaran tunai ataupun kredit.

7. Personalia

Adapun jumlah personalia pada PT RATNA JAYA MEBEL ditampilkan dalam tabel sebagai berikut:


(41)

Tabel 3. 1

Personalia PT RATNA JAYA MEBEL

No Nama Jabatan Jumlah (orang)

1 2 3 4 6 7 8 Direktur Pimpinan Cabang Kepala penjualan

a. Sales Hunter

b. Sales counter

Kepala Akuntansi a. Kasir b. Kredit Kepala Poduksi

a. Bagian Produksi

Driver Office Boy 1 1 1 4 2 1 1 1 1 6 1 1


(42)

Jumlah 21

Sumber: Data PT RATNA JAYA MEBEL

II. LAPORAN MAGANG KERJA

1. Lokasi dan Waktu Magang Kerja a. Lokasi Magang Kerja

Bardasarkan persetujuan yang telah tersepakati magang kerja dilaksanakan di PT Ratna Jaya Mebel yang beralamat di Jalan Nusa Indah1Ngringo, Karangayar

b. Waktu Magang Kerja

Magang kerja dilaksanakan mulai tanggal 7 febuari sampai 7 maret 2011 dengan menyesuaikan jadwal kuliah. Dengan demikian tidak mengganggu perkuliahan maupun pemagangan. Magang kerja dilakukan sama dengan karyawan yaitu mulai dari jam 08.30–16.00 WIB.

2. Pelaksanaan Magang Kerja

Penulis magang kerja ditempatkan pada bagian pelayanan penjualan. Pada bagian penjualan mebel berkaitan dengan penjualan berbagai jenis mebel di PT Ratna Jaya Mebel.

Berikut adalah jadwal kegiatan pada waktu magang yang dilaksanakan setiap hari senin sampai sabtu:

Tabel 3. 2


(43)

08.00 Saya sebagai peserta magang datang ke lokasi magang.

08.30-11.30 Saya/peserta magang disuruh dibagian gudang untuk melihat cara memprodusi mebel dan apabila ingin jga diperbolehkan. 11.30-12.30 Istirahat(makan siang)

12.30-16.00 Ditempatkan dibagian penjualan untuk melayani pembeli.

III. PEMBAHASAN MASALAH

1. Sistem dan Prosedur Penjualan yang dilakukan oleh PT Ratna Jaya Mebel. Salah satu aspek yang ada dalam penjualan dengan bertemu muka dengan calon pembeli. Adapun tahap–tahap yang harus ditempuh adalah:

Gambar 3. 2 Sumber: PT Ratna Jaya Mebel

Persiapan

Penentuan calon pembeli

Penentuan lokasi pembeli


(44)

Tahap–Tahap Penjualan a. Persiapan Sebelum Penjualan

Mempersiapkan tenaga penjualan dengan memberikan pengertian tentang barang yang dijualnya, pasar yang dituju, dan teknik-teknik penjualan yang harus dilakukan.

b. Penentuan Lokasi Pembelian Pontensial

Pada tahap ini ditentukan segmen pasar yang menjadi sasarannya. Dari lokasi ini dapat dibuat sebuah daftar tentang konsumen atau perusahaan yang secara logis merupakan pembeli potensial dari produk yang ditawarkan. c. Pendekatan Pendahuluan

Sebelum melakukan penjualan harus mempelajari semua masalah tentang individu atau perusahaan yang dapat diharapkan sebagai pembelinya.

d. Melakukan Penjualan

Penjualan yang dilakukan bermula dari usaha untuk memikat perhatian calon konsumen, kemanusian diusahakan untuk mengetahui daya tarik atau minat mereka. Dan akhirnya penjual melakukan penjualan produknya.

e. Pelayanan Purna Jual

Kegiatan penjualan tidak berakhir pada saat pesanan dari pembeli telah dipenuhi, tetapi masih perlu dilanjutkan dengan memberikan pelayanan atau


(45)

service kepada konsumen. Beberapa pelayanan purna jual yang diberikan oleh penjual berupa:

- Pemberian garansi.

- Penghantaran barang yang telah dibeli sampai ke rumah konsumen. Pada dasarnya peningkatan jumlah pembeli adalah kunci pokok untuk meningkatkan volume penjualan. Dalam praktek penjualannya, PT RATNA JAYA MEBEL sebagai salah satu usaha yang bergerak pada bidang penjualan mebel menggunakan sistem penjualan yang dapat dijadikan pilihan oleh calon konsumen. Di sini, konsumen dapat memilih salah satu cara penjualan yang ditawarkan oleh PT RATNA JAYA MEBEL yang sekiranya cocok dan sesuai dengan keinginan serta kemampuan konsumen tersebut. Sistem penjualan yang ditawarkan yaitu penjualan tunai dan penjualan kredit.

1. Penjualan Tunai

Dari beberapa alternatif sistem penjualan yang ditawarkan oleh PT RATNA JAYA MEBEL, konsumen dapat memilih metode penjualan tunai. Penjualan tunai ini dilakukan oleh konsumen, karena mereka sudah mempunyai cukup uang untuk membeli produk mebel secara tunai di PT RATNA JAYA MEBEL. Dengan melakukan penjualan tunai lebih menguntungkan dari pada penjualan kredit, baik yang diperoleh PT RATNA JAYA MEBEL maupun pihak konsumen. Keuntungan tersebut adalah:

a. Bagi PT RATNA JAYA MEBEL

1) Pihak PT RATNA JAYA MEBEL langsung menerima uang kas dari pembeli.


(46)

2) Tidak ada resiko piutang tak tertagih karena pembayaran dilakukan pada saat itu juga.

3) PT RATNA JAYA MEBEL langsung mendapat laba dari selisih harga jual dengan biaya produksi.

b. Bagi konsumen

1) Harga mebel yang ditawarkan PT RATNA JAYA MEBEL dengan sistem penjualan tunai lebih murah jika dibandingkan dengan sistem penjualan kredit karena dalam pembayarannya tidak disertai dengan bunga.

2) Barang langsung bisa dikirim.

3) Pihak konsumen sudah tidak mempunyai tanggungan kepada perusahaan tersebut karena pembayaran sudah dilunasi pada saat itu juga.

Berikut ini adalah proses penjualan tunai PT RATNA JAYA MEBEL.

Gambar 3. 3 Sumber Data: PT RATNA JAYA MEBEL

Pembeli Informasi Pembelian

Transaksi penjualan

Pengambilan


(47)

Proses Penjualan Tunai pada PT RATNA JAYA MEBEL 1). Informasi pembelian

Sebelum melakukan pembelian, calon konsumen biasanya mengumpulkan berbagai informasi tentang barang yang akan dibeli. Sebelum memutuskan membeli mebel pada PT RATNA JAYA MEBEL mereka telah datang ke perusahaan mebel lain untuk mendapatkan informasi mengenai harga, mutu dan kualitas produk untuk dijadikan pertimbangan sebelum melakukan pembelian tersebut. Jika informasi yang diperoleh calon konsumen dirasa cukup dan produk yang dikehendaki telah sesuai dengan keinginan kemudian calon konsumen dipersilahkan untuk memilih mebel tersebut dengan didampingi oleh sales dan mengecek barang tersebut cacat apa tidak secara keseluruhan dapat dilakukan langsung di depan calon pembeli.

2). Transaksi Penjualan

Setelah konsumen cocok dengan produk mebel yang dikehendaki, kemudian PT Ratna Jaya Mebel menetapkan harga produk tersebut. Harga yang ditetapkan Ratna Jaya Mebel tidak harus disetujui oleh calon konsumen karena harga yang ditawarkan tidak tetap. Konsumen dan pihak Ratna Jaya Mebel dapat melakukan tawar menawar. Setelah harga yang ditawarkan dirasa cocok dan disetujui kedua belah pihak, kemudian konsumen membayar di kasir/ bagian keuangan.


(48)

Setelah PT Ratna Jaya Mebel menerima uang hasil penjualan, kemudian kasir membuat dua lembar nota penjualan yang diberikan kepada:

a). Pihak Konsumen

Nota lembar pertama diberikan kepada konsumen sebagai bukti bahwa konsumen tersebut telah membeli produk mebel secara tunai di Ratna Jaya Mebel.

b). Bagian Keuanagan PT Ratna Jaya Mebel

Nota lembar kedua digunakan sebagai arsip bagian keuangan PT Ratna Jaya Mebel yang kemudian dilanjutkan dengan membuat laporan keuangan yang dilakukan oleh kasir.

4). Pengambilan Barang

Setelah melakukan pembayaran, produk mebel yang sudah dicek barangnya secara langsung oleh konsumen maka barang bisa langsung dibawa pulang oleh konsumen atau PT Ratna Jaya Mebel melakukan pengiriman ke konsumen sesuai alamat konsumen.

5). Pembeli

Mebel yang sudah dibayar tunai bisa langsung dimiliki oleh konsumen secara penuh. Dalam hal ini PT Ratna Jaya Mebel memberikan pelayanan purna jual sehingga barang yang sudah keluar masih menjadi tanggungan penjual untuk mengirim barang sampai ke tempat tujuan.


(49)

2. Penjualan kredit

Untuk meningkatkan volume penjualan, maka PT RATNA JAYA MEBEL juga menawarkan sistem penjualan secara kredit. Dengan meningkatkan volume penjualan, maka laba yang diperoleh perusahaan pun meningkat. Dalam penjualan kredit ini, konsumen bisa langsung membayar ke pihak perusahaan. Cara pembayaran yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Pihak konsumen membayar uang muka sebesar 20% dari total harga mebel yang akan dibelinya.

b. Menyerahkan fotokopi kartu tanda penduduk yang masih berlaku dan kartu keluarga (KK).

c. Sisa dari pembayaran uang muka dapat diangsur setiap bulan ditambah dengan bunga yang telah disepakati.

Berikut ini adalah proses penjualan mebel secara kredit pada PT RATNA JAYA MEBEL.

Pembeli

Informasi penjualan

Pengajuan kredit

survei

Perjanjian

Langsung ke perusahaan


(50)

Gambar 3. 4 Sumber Data: PT RATNA JAYA MEBEL

Proses Penjualan Kredit PT RATNA JAYA MEBEL 1). Informasi Pembelian

Sebelum membeli sebuah mebel yang diinginkan, seorang konsumen biasanya mencari informasi tentang perusahaan mana yang menjual mebel dengan harga yang rendah dan berkualitas. Setelah konsumen mendapatkan perusahaan/toko yang cocok, kemudian konsumen tersebut bisa meminta informasi bagaimana cara melakukan pembelian secara kredit serta persyaratan apa saja yang harus dipenuhi.

2). Pengajuan Kredit

Setelah konsumen merasa cukup dengan informasi yang dibutuhkan tentang produk mebel yang akan dibeli, konsumen bisa langsung mengajukan kredit ke perusahaan.

3). Survei

Setelah pembeli mengajukan pembelian produk mebel secara kredit, PT Ratna Jaya Mebel kemudian mengadakan survey mengenai mampu

Pembayaran uang muka

Pengambilan barang

Selesai

Langsung ke perusahaan


(51)

dan tidaknya seorang konsumen membayar angsuran tiap bulannya agar tidak terjadi piutang tak tertagih.

4). Perjanjian Pembelian Kredit

Setelah pengajuan kredit diterima, PT Ratna Jaya Mebel dan pihak pembeli kemudian membuat perjanjian yang berisi hak–hak dan kewajiban kedua belah pihak. Dalam perjanjian ini juga berisi sanksi-sanksi jika pihak pembeli tidak memenuhi kewajibannya selama jangka waktu pembayaran kredit yang telah ditentukan.

5). Pembayaran Uang Muka

Uang muka adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan pertama kali oleh konsumen ke pihak penjual atas barang yang dibelinya. PT Ratna Jaya Mebel sebagai perusahaan penjualan produk mebel menetapkan uang muka yang harus dibayar sebesar 20% dari total harga mebel yang disetujui oleh kedua belah pihak.


(52)

Setelah PT Ratna Jaya Mebel menerima sejumlah uang dari hasil penjualan secara kredit, bagian kasir kemudian membuat dua lembar nota penjulan yang diberikan pada:

(a). Pembeli

Nota ini diberikan kepada konsumen sebagai bukti bahwa konsumen telah membayar uang muka untuk pembelian secara kredit di PT Ratna Jaya Mebel

(b). Bagian Keuangan PT Ratna Jaya Mebel

Nota ini dipegang oleh bagian keuangan sebagai arsip bahwa di PT Ratna Jaya Mebel telah terjadi transaksi penjualan secara kredit. 7). Angsuran Pembelian

Angsuran yang terdapat pada PT Ratna Jaya Mebel adalah tiap bulan dan lamanya tergantung dari jangka waktu yang diambil oleh pembeli (maksimal 1 tahun). Dalam prakteknya angsuran dapat dilakukan oleh pembeli sendiri atau diwakilkan dengan syarat orang tersebut membawa surat kuasa dan KTP dari pembeli tersebut. Jika dalam dua bulan pembeli tidak membayar angsuran dan bunganya secara berturut, maka PT Ratna Jaya Mebel bisa langsung mengambil barang mebel tersebut dari pihak pembeli dan uang muka yang telah dibayarkan menjadi milik PT Ratna Jaya Mebel.


(53)

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai perbandingan antara sistem penjualan tunai dan sistem penjualan kredit. Berikut ini disajikan data penjualan secara tunai dan penjualan secara kredit dari PT RATNA JAYA MEBEL selama periode 2011.

Tabel 3. 3

Data Jumlah Penjualan Sofa Secara Tunai Tahun 2011

No Bulan Unit Harga (Dalam Rupiah)

1 2 3 4 5 6 7 8 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus 40 49 30 32 35 35 40 45 128.000.000 156.800.000 96.000.000 102.400.000 112.000.000 112.000.000 128.000.000 144.000.000


(54)

9

10

11

12

September

Oktober

November

Desember

47

60

70

79

150.400.000

192.000.000

224.000.000

252.800.000

562 1.798.400.000

Sumber: PT Ratna Jaya Mebel, 2

Tabel 3. 4

Data Jumlah Penjualan Sofa Secara Kredit Tahun 2011


(55)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 26 23 20 19 42 39 26 38 47 12 20 30 83.200.000 73.600.000 64.000.000 60.800.000 134.400.000 124.800.000 83.200.000 121.600.000 150.400.000 38.400.000 64.000.000 96.000.000

342 1.094.400.000

Sumber: PT Ratna Jaya Mebel, 2011

Tabel 3. 5


(56)

No Bulan Volume Penjualan (Rp) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 211.200.000 230.400.000 160.000.000 163.200.000 246.400.000 236.800.000 211.200.000 265.600.000 300.800.000 230.400.000 288.000.000 348.800.000 2.892.800.000 Sumber : PT Ratna Jaya Mebel, 2011

Dari data omset penjualan pada PT RATNA JAYA MEBEL tersebut dapat diketahui prosentasi dari masing–masing jenis penjualan yang dilakukan PT RATNA JAYA


(57)

MEBEL. Prosentase ini dihitung dengan cara membandingkan berdasarkan total harga setiap penjualan per tahun dengan total volume penjualan per tahun. Total harga diperoleh dari jumlah akhir harga setiap penjualan dalam waktu satu periode dan total volume penjualan diperoleh dari jumlah akhir harga pada kedua jenis penjualan dalam waktu satu periode tertentu. Berikut disajikan hasil perhitungan dari setiap penjualan:

1. Penjualan Tunai

=

=

= 62,17%

2. Penjualan Kredit

=

=

× 100%

= 37,83%

Prosentase di atas menunjukkan bahwa ratio dari penjualan tunai 62,17% dan penjualan kredit sebesar 37,83%.

Berdasarkan analisis prosentase dari penjualan tersebut maka dapat diketahui bahwa penjualan secara tunai paling besar prosentasenya, yaitu 62,17%. Penjualan


(58)

tunai yang lebih besar memang dapat menguntungkan perusahaan karena perusahaan bisa langsung menerima uang kas dari penjualan mebel dan perusahaan tidak harus menanggung resiko yang ditimbulkan dari penjulan kredit, seperti banyak kasus yang dijumpai sekarang adalah kredit macet, resiko piutang tak tertagih serta biaya-biaya lain yang timbul akibat penjualan kredit. Dengan besarnya penjualan tunai juga dapat memperlancar perputaran modal dan pengadaan barang lebih lanjut.

Setiap perusahaan pasti menginginkan keuntungan yang lebih besar, dengan penjualan secara tunai keuntungan yang diperoleh berasal dari selisih harga per unit (harga penjualan per unit dikurangi harga produksi per unit). Untuk itu perusahaan harus bisa meningkatkan terus penjualan secara tunai agar memperoleh keuntungan yang lebih dan mengurangi kemacetan dalam perputaran uang.


(59)

PENUTUP

I. Kesimpulan

Berdasarkan analisa data penelitian dan pengumpulan data, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pada tahun 2011 hasil prosentase dari masing-masing penjualan menunjukkan, penjualan tunai 62, 17 % dan penjualan kredit 37, 83 %. Maka sistem penjualan tunai pada PT RATNA JAYA MEBEL sebaiknya terus ditingkatkan karena penjualan tunai lebih baik dan menguntungkan perusahaan karena perusahaan bisa langgsung menerima kas, memperoleh laba langsung dari penjualan dan juga mengurangi kemacetan perputaran uang.


(60)

Dari kesimpulan di atas. maka penulis menyarankan pada PT RATNA JAYA MEBEL untuk:

1. Untuk meningkatkan penjualan secara tunai.

2. Memberikan diskon khusus kepada konsumen apabila melakukan pembelian secara tunai.

3. Memberikan hadiah langsung setiap pembelian secara tunai agar menarik konsumen.

4. Memberikan bonus atau tip kepada sales apabila bisa melakukan penjualan secara tunai sehingga membuat semangat para sales


(61)

Basu Swasta. 1996. Azas – azas Marketing. Edisi ke-3. Yogyakarta: Liberty. Basu Swasta. 1998. Manajemen Penjualan. Edisi ke-3. Yogyakarta: BPFE.

Basu Swasta dan Irawan. 1990. Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta: Liberty. http://id.wikipedia.org/wiki/Kebijakan.

http://universitaspendidikanindonesia/leasing.

Mulyadi. 1997. Sistem Akuntansi. Yogyakarta: STIE YKPN. www.smfranchise.com


(1)

No Bulan Volume Penjualan (Rp) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 211.200.000 230.400.000 160.000.000 163.200.000 246.400.000 236.800.000 211.200.000 265.600.000 300.800.000 230.400.000 288.000.000 348.800.000 2.892.800.000 Sumber : PT Ratna Jaya Mebel, 2011

Dari data omset penjualan pada PT RATNA JAYA MEBEL tersebut dapat diketahui prosentasi dari masing–masing jenis penjualan yang dilakukan PT RATNA JAYA


(2)

MEBEL. Prosentase ini dihitung dengan cara membandingkan berdasarkan total harga setiap penjualan per tahun dengan total volume penjualan per tahun. Total harga diperoleh dari jumlah akhir harga setiap penjualan dalam waktu satu periode dan total volume penjualan diperoleh dari jumlah akhir harga pada kedua jenis penjualan dalam waktu satu periode tertentu. Berikut disajikan hasil perhitungan dari setiap penjualan:

1. Penjualan Tunai

=

=

= 62,17%

2. Penjualan Kredit

=

=

× 100%

= 37,83%

Prosentase di atas menunjukkan bahwa ratio dari penjualan tunai 62,17% dan penjualan kredit sebesar 37,83%.

Berdasarkan analisis prosentase dari penjualan tersebut maka dapat diketahui bahwa penjualan secara tunai paling besar prosentasenya, yaitu 62,17%. Penjualan


(3)

tunai yang lebih besar memang dapat menguntungkan perusahaan karena perusahaan bisa langsung menerima uang kas dari penjualan mebel dan perusahaan tidak harus menanggung resiko yang ditimbulkan dari penjulan kredit, seperti banyak kasus yang dijumpai sekarang adalah kredit macet, resiko piutang tak tertagih serta biaya-biaya lain yang timbul akibat penjualan kredit. Dengan besarnya penjualan tunai juga dapat memperlancar perputaran modal dan pengadaan barang lebih lanjut.

Setiap perusahaan pasti menginginkan keuntungan yang lebih besar, dengan penjualan secara tunai keuntungan yang diperoleh berasal dari selisih harga per unit (harga penjualan per unit dikurangi harga produksi per unit). Untuk itu perusahaan harus bisa meningkatkan terus penjualan secara tunai agar memperoleh keuntungan yang lebih dan mengurangi kemacetan dalam perputaran uang.


(4)

PENUTUP

I

. Kesimpulan

Berdasarkan analisa data penelitian dan pengumpulan data, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pada tahun 2011 hasil prosentase dari masing-masing penjualan menunjukkan, penjualan tunai 62, 17 % dan penjualan kredit 37, 83 %. Maka sistem penjualan tunai pada PT RATNA JAYA MEBEL sebaiknya terus ditingkatkan karena penjualan tunai lebih baik dan menguntungkan perusahaan karena perusahaan bisa langgsung menerima kas, memperoleh laba langsung dari penjualan dan juga mengurangi kemacetan perputaran uang.


(5)

Dari kesimpulan di atas. maka penulis menyarankan pada PT RATNA JAYA MEBEL untuk:

1. Untuk meningkatkan penjualan secara tunai.

2. Memberikan diskon khusus kepada konsumen apabila melakukan pembelian secara tunai.

3. Memberikan hadiah langsung setiap pembelian secara tunai agar menarik konsumen.

4. Memberikan bonus atau tip kepada sales apabila bisa melakukan penjualan secara tunai sehingga membuat semangat para sales


(6)

Basu Swasta. 1996. Azas – azas Marketing. Edisi ke-3. Yogyakarta: Liberty. Basu Swasta. 1998. Manajemen Penjualan. Edisi ke-3. Yogyakarta: BPFE.

Basu Swasta dan Irawan. 1990. Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta: Liberty. http://id.wikipedia.org/wiki/Kebijakan.

http://universitaspendidikanindonesia/leasing.

Mulyadi. 1997. Sistem Akuntansi. Yogyakarta: STIE YKPN. www.smfranchise.com