PERAN MODAL SOSIAL DALAM RENOVASI RUMAH TIDAK LAYAK HUNI (Studi Kasus Pada Penerima Manfaat Program Renovasi Rumah Tidak Layak Huni Melalui PNPM-Mandiri Perkotaan di Desa Ngasem Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar).

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Termasuk di Negara Indonesia masalah kemiskinan merupakan masalah yang begitu kompleks dan krusial. Karena sangat kompleks dan krusial, maka cara penanggulangan kemiskinan pun membutuhkan analisis yang tepat, melibatkan semua komponen dan diperlukan strategi penanganan yang tepat, berkelanjutan dan tidak bersifat temporer.

Berdasarkan penghitungan yang dilakukan pada tahun 1993 garis kemiskinan US$ 1 PPP per hari adalah ekuivalen dengan Rp. 20.811,- per bulan. Pada tahun 2006, garis kemiskinan US$ 1 PPP ekuivalen dengan Rp. 97.218,- per orang per bulan dan garis kemiskinan US$ 2 PPP ekuivalen dengan RP.194.439,- per orang per bulan (Sumber; Perhitungan Kemiskinan

BPS dan Bank Dunia, diposkan januari 2013).

Presentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada bulan September 2012, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan) di Indonesia mencapai 28,59 juta orang (11,66 persen), berkurang sebesar 0,54 juta orang (0,30 persen) dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2012 yang sebesar 29,13 juta orang (11,96 persen). (Sumber : http://bps.go.id)


(2)

Terbebas dari jurang kemiskinan dan terjaminnya kesejahteraan bagi setiap warganya merupakan keinginan setiap Negara. Kesejahteraan tersebut dapat terwujud dengan kebijakan-kebijakan yang disusun oleh pemerintahnya. Hal yang terpenting dalam pembuatan kebijakan tersebut dikarenakan ingin mendayagunakan pembangunan dalam suatu Negara, yang mana terdapat unsur Desa dan Kota. Akan tetapi, hingga sekarang permasalahan pembangunan belum terpecahkan dan masih menuntut perhatian kita, terutama yang berkaitan dengan kesenjangan pembangunan antar daerah (disparitas), urban primacy yang cukup tinggi, relasi atau keterkaitan antara perkotaan dan perdesaan yang kurang sinergis, wilayah-wilayah yang tertinggal dan persoalan kemiskinan. Apalagi dengan adanya krisis ekonomi yang memunculkan masalah kemiskinan semakin kompleks.

Hal tersebutlah yang pada akhirnya membuat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengeluarkan sebuah program inisiatif yang bertujuan untuk melakukan pembangunan di berbagai aspek, baik ekonomi maupun sosial, di negara-negara berkembang, yang dikenal dengan nama Millennium

Development Goals (MDGs) atau Tujuan Pembangunan Milenium.

Pengurangan angka kemiskinan menjadi tujuan utama dari MDGs ini. Terlihat dari poin pertama komponen besar MDGs yang semuanya ditargetkan pada tahun 2015. Namun, yang perlu diperhatikan saat ini ialah mengenai bagaimana efektivitas MDGs, dalam menanggulangi permasalahan kemiskinan sebagai permasalahan sosial, serta bagaimana komitmen dan


(3)

kerjasama yang dilakukan oleh negara berkembang dan negara maju dalam mewujudkan tujuan MDGs dengan sisa waktu satu tahun.

Maka dari itu, sebuah arah pembangunan bangsa untuk menciptakan masyarakat yang mandiri dan sejahtera bukan hanya berpatokan kepada aspek ekonomi semata, dalam konsep pembangunan aspek sosial perlu diperhatikan lebih dalam, ini dikarenakan penerapan terhadap segala bentuk kebijakan pembangunan semata-mata menyentuh kepada rakyat dan oleh sebab itu konsep pembangunan harus mengetahui aspek-aspek serta perilaku masyarakat akar rumput.

Ekonomi kerakyatan merupakan nilai serta prinsip yang harus dijalankan dalam pengimplementasian perekonomian Indonesia. Tertuang dalam penjelasan Pasal 33 UUD 1945 (sebelum diamandemen), yang mendasar dalam menjiwai ekonomi kerayatan ialah menegakkan kedaulatan ekonomi ditangan rakyat (Baswir, 2009). Begitu jelas terlihat oleh kita bahwa dalam salah satu amanat yang terdapat pada Pasal 33 UUD 1945 perekonomiaan berlandaskan kepada kerakyatan adalah nadi dari ekonomi bangsa Indonesia, sebagaimana kita ketahui bahwa pembangunan dengan asas kekeluargaan menitik beratkan kepada pengembangan modal sosial seperti; kejujuran, norma, dan adanya kerja sama (gotong royong).

Modal sosial sangatlah penting kaitannya dalam mengatasi problem kemiskinan, karena modal sosial merupakan sumberdaya sosial yang dapat dipandang sebagai investasi untuk mendapatkan sumberdaya baru dalam


(4)

masyarakat. Oleh karena itu modal sosial diyakini sebagai salah satu komponen utama dalam menggerakkan kebersamaan, mobilitas ide, saling kepercayaan dan saling menguntungkan untuk mencapai kemajuan bersama.

Fukuyama (1999). Menyatakan bahwa modal sosial memegang peranan yang sangat penting dalam memfungsikan dan memperkuat kehidupan masyarakat modern. Modal sosial merupakan syarat yang harus dipenuhi bagi pembangunan manusia, pembangunan ekonomi, sosial, politik dan stabilitas demokrasi. Berbagai permasalahan dan penyimpangan yang terjadi di berbagai negara determinan utamanya adalah kerdilnya modal sosial yang tumbuh di tengah masyarakat. Modal sosial yang lemah akan meredupkan semangat gotong royong, memperparah kemiskinan, dan menghalangi upaya untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk.

Prinsip pembangunan ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada pengembangan Modal sosial ini, tercermin dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM Mandiri Perkotaan). Program ini sangat strategis karena menyiapkan landasan kemandirian masyarakat berupa lembaga kepemimpinan masyarakat yang representatif, mengakar dan kondusif bagi perkembangan modal sosial (Social Capital)

masyarakat di masa mendatang serta menyiapkan program masyarakat jangka menengah dalam penanggulangan kemiskinan yang menjadi pengikat dalam kemitraan masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat.


(5)

Pada tahun 2007 Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu daerah yang juga turut terlibat dan berproses dalam kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan. Harapannya melalui kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan yang dilakukan di Kabupaten Karanganyar, akan membentuk suatu sikap dan mental untuk mengubah kemiskinan kabupaten Karanganyar ini menjadi kesejahteraan bagi setiap warganya. Terlebih lagi dalam PNPM-MP dalam usahanya mengubah kemiskinan dengan pendekatan yang lebih efektif untuk mengubah perilaku masyarakat, melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat dan penguatan peran pemerintah daerah dalam mengapresiasi dan mendukung kemandirian masyarakatnya. PNPM-MP berorientasi untuk membangun transformasi menuju masyarakat mandiri yang dilakukan melalui sejumlah intervensi pembelajaran kemitraan dan sinergi antara pemerintah, masyarakat dan kelompok peduli setempat dengan berbagai pihak (channelling program) untuk mengakses berbagai peluang dan sumber daya yang dibutuhkan masyarakat.

Kecamatan Colomadu mulai melaksanakan PNPM-MP sejak tahun 2005. Hanya saja pada saat itu masih bernaman P2KP (Program Pemberdayaan Kemiskinan Perkotaan). Seiring dengan berjalannya waktu di tahun 2007, 9 desa yang terlibat dalam program PNPM-MP terus berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat mereka melalui BKM yang di bentuk di tiap-tiap desa. Beberapa Desa di Kecamatan Colomadu yang terlibat kegiatan PNPM-MP diantaranya adalah Desa Blulukan, Desa


(6)

Bolon, Desa Gajahan, Desa Gawanan, Desa Gedongan, Desa Malangjiwan, Desa Ngasem, Desa Paulan, Desa Tohudan.

Desa Ngasem adalah salah satu desa di Kecamatan Colomadu yang juga ikut perpartisipasi aktif dalam kegiatan PNPM-MP. Saat ini Desa Ngasem memiliki prestasi yang sangat baik di dalam kegiatan PNPM-MP yaitu merupakan salah satu desa yang memiliki KSM lingkungan terbaik se-kecamatan Colomadu. Kegiatan yang dilaksanakan oleh panitia dan KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) lingkungan berbasiskan PJM-Pronangkis (Program Jangka Menengah-Program Pengagulangan Kemiskinan) yang berorientasi IPM-MDGs (Indeks Pembangunan Manusia-Millennium Development Goals). Beberapa kegiatan yang berfokus pada Pembangunan Prasarana Lingkungan: Pembangunan Drainase, Perbaikan jalan, Renovasi Rumah Tidak Layak Huni dan, Pengadaan jaringan listrik dan jamban untuk keluarga miskin. Semua kegiatan diatas dijalankan oleh KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) Bidang Lingkungan, dan dikoordinasikan dengan UPL (Unit Pengelola Lingkungan).

Dalam Penelitian ini Peneliti memfokuskan pada program kegiatan lingkungan yaitu RTLH. Dalam setiap kegiatan RTLH yang di jalankan KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) Bidang Lingkungan Desa Ngasem ini terlihat ada yang tampak positif dan ada yang terlihat negatif. Dampak positif antara lain Modal Sosial sebagai salah satu elemen penting dalam Program RTLH (Rumah Tidak Layak Huni), memberikan nilai-nilai, norma-norma,


(7)

jaringan sosial dan kepercayaan yang kuat memunculkan sikap simpati dan rasa tolong-menolong terhadap sesama, yang sampai saat ini masih dipercayai dan dijalankan oleh sebagian besar anggota masyarakat yang secara langsung mempengaruhi kualitas hidup individu dan keberlangsungan KSM Bidang Lingkungan Desa Ngasem.

Modal sosial inilah yang dapat memberikan Power pada masyarakat miskin sehingga terdapat keberdayaan untuk menciptakan kehidupan yang layak. Dampak negatif terlihat ketika hasil dari program renovasi rumah tidak layak huni yang tidak sesuai dengan desain program yang sudah di rencanakan, proses monitoring yang kurang, sehingga berjalannya program tidak terawasi dengan benar. Sehingga akan memunculkan rasa tidak percaya terhadap BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat) dan KSM (Kelompok Sawadaya Masyarakat) hal inilah yang dapat melemahkan Modal Sosial.

Uraian-uraian di atas menjadikan bahwa adanya modal sosial menjadi sangat penting dalam upaya pembangunan kemandirian masyarakat khususnya di desa Ngasem Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar, serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya dalam program renovasi rumah tidak layak huni di desa Ngasem Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar.

Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang peran modal sosial dalam renovasi rumah tidak layak huni untuk diteliti lebih jauh. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis akan mengambil judul yang


(8)

belum diangkat atau dikaji oleh penelitian sebelumnya yaitu dengan judul (Studi Kasus Pada Rumah Tidak Layak Huni Melalui PNPM-Mandiri Perkotaan di Desa Ngasem Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar)

B. Rumusan Masalah

Dari proses pengidentifikasi masalah, peneliti merumuskan masalah penelitian dalam proposal penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana peran modal sosial dalam renovasi Rumah Tidak Layak Huni di Desa Ngasem, Kecamatan Colomadu?

2. Bagaimana peran modal sosial dalam renovasi Rumah Tidak Layak Huni sebagai wujud kemandirian masyarakat di Desa Ngasem, Kecamatan Colomadu?

3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan Modal Sosial dalam renovasi Rumah Tidak Layak Huni di Desa Ngasem, Kecamatan Colomadu?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendiskripsikan peran modal sosial dalam renovasi Rumah Tidak Layak Huni di Desa Ngasem, Kecamatan Colomadu.


(9)

2. Untuk mendiskripsikan peran modal sosial dalam renovasi Rumah Tidak Layak Huni sebagai wujud kemandirian masyarakat di Desa Ngasem, Kecamatan Colomadu.

3. Mendiskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan modal sosial dalam renovasi Rumah Tidak Layak Huni di Desa Ngasem, Kecamatan Colomadu.

D. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk: 1. Manfaat Praktis

a. Bagi penulis digunakan sebagai salah satu syarat menempuh jenjang pendidikan Sarjana Program Studi Sosisologi Fakultas Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret.

b. Bagi Pemerintah, khususnya Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam meningkatkan kualitas dalam pelaksanaan program yang telah direncanakan.

c. Bagi masyarakat, adanya penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat, sebagai bahan informasi untuk pengembangan program PNPM-MP. Sehingga akan mampu memberikan keberdayaan dan kesejahteraan bagi masyarakat.


(10)

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat secara umum dan jelas mengenai peran modal sosial, memberikan sebuah evaluasi terhadap program PNPM-MP, serta diharapakan memberikan kontribusi atau masukan terhadap ilmu Sosiologi. Serta diharapkan sebagai pedoman dalam penelitian lebih lanjut mengenai peran modal sosial.


(1)

Pada tahun 2007 Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu daerah yang juga turut terlibat dan berproses dalam kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan. Harapannya melalui kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan yang dilakukan di Kabupaten Karanganyar, akan membentuk suatu sikap dan mental untuk mengubah kemiskinan kabupaten Karanganyar ini menjadi kesejahteraan bagi setiap warganya. Terlebih lagi dalam PNPM-MP dalam usahanya mengubah kemiskinan dengan pendekatan yang lebih efektif untuk mengubah perilaku masyarakat, melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat dan penguatan peran pemerintah daerah dalam mengapresiasi dan mendukung kemandirian masyarakatnya. PNPM-MP berorientasi untuk membangun transformasi menuju masyarakat mandiri yang dilakukan melalui sejumlah intervensi pembelajaran kemitraan dan sinergi antara pemerintah, masyarakat dan kelompok peduli setempat dengan berbagai pihak (channelling program) untuk mengakses berbagai peluang dan sumber daya yang dibutuhkan masyarakat.

Kecamatan Colomadu mulai melaksanakan PNPM-MP sejak tahun 2005. Hanya saja pada saat itu masih bernaman P2KP (Program Pemberdayaan Kemiskinan Perkotaan). Seiring dengan berjalannya waktu di tahun 2007, 9 desa yang terlibat dalam program PNPM-MP terus berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat mereka melalui BKM yang di bentuk di tiap-tiap desa. Beberapa Desa di Kecamatan Colomadu yang terlibat kegiatan PNPM-MP diantaranya adalah Desa Blulukan, Desa


(2)

Bolon, Desa Gajahan, Desa Gawanan, Desa Gedongan, Desa Malangjiwan, Desa Ngasem, Desa Paulan, Desa Tohudan.

Desa Ngasem adalah salah satu desa di Kecamatan Colomadu yang juga ikut perpartisipasi aktif dalam kegiatan PNPM-MP. Saat ini Desa Ngasem memiliki prestasi yang sangat baik di dalam kegiatan PNPM-MP yaitu merupakan salah satu desa yang memiliki KSM lingkungan terbaik se-kecamatan Colomadu. Kegiatan yang dilaksanakan oleh panitia dan KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) lingkungan berbasiskan PJM-Pronangkis (Program Jangka Menengah-Program Pengagulangan Kemiskinan) yang

berorientasi IPM-MDGs (Indeks Pembangunan Manusia-Millennium

Development Goals). Beberapa kegiatan yang berfokus pada Pembangunan Prasarana Lingkungan: Pembangunan Drainase, Perbaikan jalan, Renovasi Rumah Tidak Layak Huni dan, Pengadaan jaringan listrik dan jamban untuk keluarga miskin. Semua kegiatan diatas dijalankan oleh KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) Bidang Lingkungan, dan dikoordinasikan dengan UPL (Unit Pengelola Lingkungan).

Dalam Penelitian ini Peneliti memfokuskan pada program kegiatan lingkungan yaitu RTLH. Dalam setiap kegiatan RTLH yang di jalankan KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) Bidang Lingkungan Desa Ngasem ini terlihat ada yang tampak positif dan ada yang terlihat negatif. Dampak positif antara lain Modal Sosial sebagai salah satu elemen penting dalam Program RTLH (Rumah Tidak Layak Huni), memberikan nilai-nilai, norma-norma,


(3)

jaringan sosial dan kepercayaan yang kuat memunculkan sikap simpati dan rasa tolong-menolong terhadap sesama, yang sampai saat ini masih dipercayai dan dijalankan oleh sebagian besar anggota masyarakat yang secara langsung mempengaruhi kualitas hidup individu dan keberlangsungan KSM Bidang Lingkungan Desa Ngasem.

Modal sosial inilah yang dapat memberikan Power pada masyarakat

miskin sehingga terdapat keberdayaan untuk menciptakan kehidupan yang layak. Dampak negatif terlihat ketika hasil dari program renovasi rumah tidak layak huni yang tidak sesuai dengan desain program yang sudah di rencanakan, proses monitoring yang kurang, sehingga berjalannya program tidak terawasi dengan benar. Sehingga akan memunculkan rasa tidak percaya terhadap BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat) dan KSM (Kelompok Sawadaya Masyarakat) hal inilah yang dapat melemahkan Modal Sosial.

Uraian-uraian di atas menjadikan bahwa adanya modal sosial menjadi sangat penting dalam upaya pembangunan kemandirian masyarakat khususnya di desa Ngasem Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar, serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya dalam program renovasi rumah tidak layak huni di desa Ngasem Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar.

Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang peran modal sosial dalam renovasi rumah tidak layak huni untuk diteliti lebih jauh. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis akan mengambil judul yang


(4)

belum diangkat atau dikaji oleh penelitian sebelumnya yaitu dengan judul (Studi Kasus Pada Rumah Tidak Layak Huni Melalui PNPM-Mandiri Perkotaan di Desa Ngasem Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar)

B. Rumusan Masalah

Dari proses pengidentifikasi masalah, peneliti merumuskan masalah penelitian dalam proposal penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana peran modal sosial dalam renovasi Rumah Tidak Layak Huni

di Desa Ngasem, Kecamatan Colomadu?

2. Bagaimana peran modal sosial dalam renovasi Rumah Tidak Layak Huni

sebagai wujud kemandirian masyarakat di Desa Ngasem, Kecamatan

Colomadu?

3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan Modal Sosial

dalam renovasi Rumah Tidak Layak Huni di Desa Ngasem, Kecamatan Colomadu?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendiskripsikan peran modal sosial dalam renovasi Rumah Tidak


(5)

2. Untuk mendiskripsikan peran modal sosial dalam renovasi Rumah Tidak

Layak Huni sebagai wujud kemandirian masyarakat di Desa Ngasem,

Kecamatan Colomadu.

3. Mendiskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan modal

sosial dalam renovasi Rumah Tidak Layak Huni di Desa Ngasem, Kecamatan Colomadu.

D. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:

1. Manfaat Praktis

a. Bagi penulis digunakan sebagai salah satu syarat menempuh jenjang

pendidikan Sarjana Program Studi Sosisologi Fakultas Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret.

b. Bagi Pemerintah, khususnya Pemerintah Daerah Kabupaten

Karanganyar penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam meningkatkan kualitas dalam pelaksanaan program yang telah direncanakan.

c. Bagi masyarakat, adanya penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat

bagi masyarakat, sebagai bahan informasi untuk pengembangan program PNPM-MP. Sehingga akan mampu memberikan keberdayaan dan kesejahteraan bagi masyarakat.


(6)

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat secara umum dan jelas mengenai peran modal sosial, memberikan sebuah evaluasi terhadap program PNPM-MP, serta diharapakan memberikan kontribusi atau masukan terhadap ilmu Sosiologi. Serta diharapkan sebagai pedoman dalam penelitian lebih lanjut mengenai peran modal sosial.