Evaluasi Pelaksanaan Program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni Di Kota Payakumbuh

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Evaluasi
2.1.1 Pengertian Evaluasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, evaluasi memiliki arti penilaian.
Penilaian berarti pengukuran atau penentuan manfaat daripada suatu kegiatan. Dalam
perusahaan evaluasi dapat diartikan sebagai suatu proses pengukuran akan efektivitas
strategi yang digunakan dalam upaya mencapai tujuan perusahaan. Data yang
diperoleh dri hasil pengukuran tersebut akan digunakan sebagai analisis situasi
program berikutnya.
Viviane dan gilbert de lansheere dalam bukunya menyatakan bahwa evaluasi
adalah proses penentuan apakah materi dan metode pembelajaran telah sesuai dengan
tujuan yang diharapkan. Penentuannya bias dilakukan salah satunya dengan cara
pemberian tes kepada pembelajar. Terlihat disana bahwa acuan tes adalah tujuan
pembelajaran. Selanjutnya evaluasi adalah suatu aktivitas yang dirancang untuk
menimbang manfaat atau efektivitas suatu program melalui indicator yang khusus,
teknik pengukuran, metode analisis, dan bentuk perencanaan (siagian dan agus,
2010:117).
Evaluasi meliputi mengukur dan menilai yang yang digunakan dalam rangka
pengambilan keputusan. Hubungan antara pengukuran dan penilaian saling

berkaitan. Mengukur pada hakikatnya adalah membandingkan sesuatu dengan atau
atas dasar ukuran atau kriteria tertentu(meter,kilogram, takaran dan sebagainya),
pengukuran bersifat kuantitatif. Penilaian berarti menilai sesuatu,sedangkan menilai
itu mengandung ari mengambil keputusan terhadap sesuatu yang berdasarkan pada

Universitas Sumatera Utara

ukuran baik atau buruk,sehat atau sakit, pandai atau bodoh dan sebagainya. Serta
penilaian bersifat kualitatif. Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap
sesuatu dengan ukuran baik buruk (bersifat kualitatif), dan evaluasi meliputi kedua
langkah tersebut (arikunto,2009:3).
Dari rumusan evaluasi yang dikemukakan tersebut maka dapat diartikan
bahwa evaluasi adalah sebuah proses yang dilakukan oleh seseorang untuk melihat
sejauh mana keberhasilan (efektivitas dan efisiensi) sebuah program dengan
menggunakan indicator yag khusus,teknik pengukuran, metode analisis, dan bentuk
perencanaan. Keberhasilan program itu sendiri dapat dilihat dari dampak atau hasil
yang dicapai oleh program tersebut.
2.1.2 Tujuan dan Fungsi Evaluasi
Setiap kegiatan yang dilaksanakan pasti mempunyai tujuan, demikian juga
dengan evaluasi. Ada dua tujuan evaluasi yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

Tujuan umum diarahkan kepada program dan secara keseluruhan sedangkan tujuan
khusus lebih difokuskan pada masing-masing komponen (arikunto,2002:13).
Pada dasarnya tujuan akhir evaluasi adalah untuk memberikan bahan-bahan
pertimbangan untuk menentukan/membuat kebijakan tertentu, yang diawali dengan
suatu proses pengumpulan data yang sistematis.
Evaluasi memainkan sejumlah fungsi utama dalam analisis kebijakan antara lain :
1. Evaluasi memberi informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai
kebijakan, yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai dan kesempatan telah dapat
dicapai melalui tindakan publik. Dalam hal ini, evaluasi mengungkapkan
seberapa jauh tujuan-tujuan dan target tertentu yang telah dicapai.

Universitas Sumatera Utara

2. Evaluasi memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai
yang mendasari pemilihan tujuan dan target. Nilai diperjelas dengan
mendefenisikan dan mengoperasikan tujuan dan target.
3. Evaluasi memberi sumbangan pada aplikasi metode-metode analisi kebijakan
lainnya, termasuk perumusan masalah dan rekomendasi. Informasi tentang
tidak memadainya kinerja kebijakan dapat memberi sumbangan pada
perumusan ulang masalah kebijakan. Evaluasi dapat pula menyumbang pada

defenisi alternative kebijakan yang baru atau revisi kebijakan.
Dari fungsi-fungsi evaluasi yang telah dikemukakan beberapa ahli, dapatlah
disimpulkan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses yang dilkukan oleh seseorang
untuk melihat sejauh mana keberhasilan sebuah program. Keberhasilan program itu
sendiri dapat dilihat dari dampak atau hasil yang dicapai program tersebut.
Evaluasi berusaha mengidentifikasi mengenai apa sebenarnya terjadi pada
pelaksanaan atau penerapan program. Evaluasi (Suhartono, 2008: 119) bertujuan
untuk:
1. Mengidentificaksi tingkat pencapaian tujuan.
2. Mengukur dampak langsung yang terjadi pada kelompok sasaran.
3. Mengetahui dan menganalisis konsekuensi-konsekuensi lain yang mungkin
terjadi diluar rencana (exterbalities).
2.1.3 Proses Evaluasi
Jika ditinjau dari tingkat pelaksanaannya, secara umum evaluasi terhadap
suatu program dapat dikelompokkan kedalam tiga jenis (Siagian dan Suriadi, 2012:
173) yaitu:

Universitas Sumatera Utara

1. Penilaian atas perencanaan, yaitu mencoba memilih dan menerapkan proiritas

terhadap berbagai alternative dan kemungkinan atas cara mencapai tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya
2. Penilaian atas pelaksanaan, yaitu melakukan analisis tingkat kemajuan
pelaksanaan dibandingkan dengan perencanaan, didalamnya meliputi apakah
pelaksanaan program sesuai dengan apa yang direncanakan, apakah ada
perubahan-perubahan sasaran maupun tujuan dari program yang sebelumnya
direncanakan.
3. Penilaian atas aktivitas yang telah selesai dilaksanakan, yaitu menganalisis
hasil yang diperoleh sesuai dengan tujuan yang sebelumnya ditetapkan.
2.1.4 Tolak Ukur Evaluasi
Suatu program dapat dievaluasi apabila ada tolak ukur yang menantinya
dijadikan penilaian suatu program. Berhasil atau tidaknya program berdasarkan
tujuan yang dibuat sebelumnya harus memiliki tolak ukur, dimana tolak ukur ini
harus dicapai dengan baik oleh sumber daya yang mengelolanya.
Adapun yang menjadi tolak ukur dalam evaluasi suatu program adalah
1. Ketersediaan sarana untuk mencapai tujuan tersebut
2. Apakah hasil proyek sesuai dengan hasil yang diinginkan
3. Apakah sarana atau kegiatan yang benar-benar membutuhkannya
4. Apakah sarana yang disediakan benar-benar dilakukan untuk tujuan semula
5. Berapa persen jumlah atau luasan sasaran sebenarnya yang dapat dijangkau

oleh program
6. Bagaimana mutu pekerjaan atau sasaran yang dihasilkan dari program
7. Berapa banyak sumber daya (tenaga, dana, barang) yang sudah digunakan
(diinvestasikan) untuk mencapai tujuan tersebut

Universitas Sumatera Utara

8. Apakah sumber daya dan kegiatan yang dilakukan benar-benar dimanfaatkan
secara maksimal
9. Apakah kegiatan yang dilakukan benar-benar memberikan masukan terhadap
perubahan
2.2 Pengertian Program
Program merupakan tahap-tahap dalam penyelesaian rangkaian kegiatan yang
berisi langkah-langkah yang akan dikerjakan untuk mencapai tujuan dan merupakan
unsure pertama yang harus ada demi tercapainya kegiatan implementasi.
Manila(dalam jones, 1996:43) mengemukakan bahwa program akan menunjang
implementasi, karena dalam program telah dimuat berbagai aspek antara lain:
a. Adanya tujuan yang ingin dicapai
b. Adanya kebijaksanaan-kebijaksanaan yang diambil dalam mencapai tujuan
itu

c. Adanya aturan-aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui
d. Adanya perkiraan anggaran yang dibutuhkan
e. Adanya strategi dalam pelaksanaan
2.3 Pengertian Evaluasi Pelaksanaan Program
Evaluasi program merupakan suatu langkah yaitu awal dalam supervise yaitu
mengumpulkan data yang tepat agar dapat dilanjutkan dengan pemberian pembinaan
yang tepat pula. Jika ditinjau dari aspek tingkat peaksanaannya secara umum
evaluasi terhadap program dapat dikelompokkan kedalam tiga jenis, yaitu :
1. Penilaian atas perencanaan yaitu mencoba memilih dan menetapkan
prioritas terhadap berbagai alternative dan kemungkinan atas cara
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Universitas Sumatera Utara

2. Penilaian atas pelaksanaan yaitu melakukan analisis tingkat kemajuan
pelaksanaan dibandingkan denga perencanaan, didalamnya meliputi
apakah pelaksanaan program sesuai dengan apa yang direncanakan,
apakah ada perubahan-perubahan sasaran maupun tujuan dari program
yang sebelumnya direncanakan.
Evaluasi dalam pelaksanaan suatu program yaitu, melakukan analisis tingkat

kemajuan pelaksanaan dibandingkan dengan perencanaan,didalamnya meliputi
apakah pelaksanaan program sesuai dengan apa yang direncanakan, apakah ada
perubahan-perubahan sasaran maupun tujuan dari program yang sebelumnya
direncanakan (siagian & suriadi, 2012:117-118).
Dapat diketahui bahwa pelaksanaan program adalah sejauh mana pelaksanaan
suatu program, yaitu sosialisasi yang dilakukan, ketepatan sasaran dan waktu
program, pelayanan program yang diberikan, manfaat dan tujuan serta penanganan
dari pengaduan masyarakat terhadap program.
2.4 Kebijakan Publik dan Kebijakan Sosial
2.4.1. Kebijakan Publik
Kebijakan (policy) adalah sebuah instrument pemerintah, bukan saja dalam
arti government yang hanya menyangkut aparatur Negara, melainkan pula
gevermance yang menyentuh pengelolaan sumber daya publik. Kebijakan pada
intinyamerupakan keputuan-keputusan atau pilihan-pilihan tindakan yang secara
langsung mengatur pengolaan dan pendistribusian sumber daya alam, financial, dan
manusia demi kepentingan public, yakni rakyat banyak, penduduk, masyarakat atau
warga negara.

Universitas Sumatera Utara


Banyak definisi mengenai kebijakan public. Sebagian ahli member pengertian
kebijakan publik dalam kaitannya dengan keputusan atau ketetapan pemerintah untuk
melakukan sesuatu tindakan yang dianggap akan membawa dampak bagi kehidupan
warganya. Kebijakan publik pada umumnya mengandung pengertian mengeni
“whatever government choose to do or not to do”. Artinya kebijakan publik adalah
“apa saja yang dipilih pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan” (Brigdman
dan Davis, dalam Suhartono, 2009: 3).
Tidak berarti bahwa kebijakan hanyalah milik atau domain pemerintah saja.
Organisasi non pemerintah, organisasi sosial dan lembaga-lembaga sukarela lainnya
memiliki kebijakan-kebijakan pula. Namun, kebijakan mereka tidak dapat diartikan
sebagai kebijakan publik karena kebijakan mereka tidak memakai sumber daya
publik atau tidak memiliki legalitas hukum sebagaimana kebijakan lembaga
pemerintah.
Kebijakan publik sedikitnya mencakup hal-hal sebagai berikut (Hogwood dan
Gunn, dalam Suhartono, 2009: 5) :
1. Bidang kegiatan sebagai ekspresi dari tujuan umum atau pernyataanpernyataan yang ingin dicapai.
2. Proposal tertentuyang mencerminkan keputusan-keputusan pemerintah yang
telah dipilih.
3. Kewenangan formal seperti undang-undang atau peraturan pemerintah.
4. Program, yakni seperangkat kegiatan yang mencakup rencana penggunaan

sumber daya lembaga dan strategi pencapaian tujuan.
5. Keluaran, yaitu apa yang nyata tlah disediakan oleh pemerintah, sebagai
produk dari kegiatan tertentu.
6. Teori yang menjelaskan bahwa jika melakukan X maka diikuti oleh Y

Universitas Sumatera Utara

7. Proses yang panjang dalam periode waktu tertentu yang relative panjang
(Hogwood dan Gunn, dalam Suhartono, 2009: 5).
Brigdman dan Davis (2004: 4-7)menerngkan bahwa kebijakan publik
sedikitnya memiliki tiga dimensi yang saling bertautan yakni:
1. Kebijakan publik sebagai tujuan
Kebijakan adalah a means to an end yaitu alat untul mencapai sebuah tujuan.
Kebijakan publik pada akhirnya menyangkut pencapaian tujuan publik.
Artinya, kebijakan publik adalah seperangkat tindakan pemerintah yang
didisain untuk mencapai hasil-hasil tertentu yang diharapkan oleh publik
sebagai kenstituen pemerintah.
2. Kebijakan publik sebagai pilihan tindakan yang legal
Melalui kebijakan–kebijakan, pemerintah membuat ciri khas kewenangannya.
Artinya, kompleksitas dunia politik disederhanakan menjadi pilihan-pilihan

tindakan yang sah atau legal untuk mencapai ttujuan tertentu. Kebijakan
kemudian dapat dilihat sebagai respon atau tanggapan resmi terhadap isu atau
masalah publik.
3. Kebijakan publik sebagai hipotesis
Kebijakan dibuat berdasarkan teori, model atau hipotesis mengenai sebab dan
akibat. Kebijakan kebijakan senantiasa bersandar pada asumsi-asumsi
mengenai perilaku. Kebijakan selalu menngandung insentif yang mendorong
orang untuk melakukan sesuatu. Kebijakan juga selalu memuat disinsetif
yang mendorong orang tidak melakukan sesuatu.
2.4.2. Kebijakan Sosial
Kebijakan publik adalah salah satu bentuk dari kebijakan publik. Kebijakan
sosial merupakan ketetapan pemerintah yang dibuat untuk merespon isu-isu yang

Universitas Sumatera Utara

bersifat publik, yakni mengatasi masalah sosial atau memenuhi kebutuhan
masyarakat banyak (Bessant, Watts, dan Smith, dalam Suhartono, 2009: 10).
Dalam garis besar, kebijakan sosial diwujudkan dalam tiga kategori, yaitu
perundang-undangan, program pelayanan sosial, dan sistem perpajakan. Berdasarkan
kategori ini, maka dapat ditanyakan bahwa setiap perundang-undangan, hukum atau

peraturan daerah yang menyangkut masalah dan kehidupan sosial adalah wujud dari
kebijakan sosial. Namun, tidak semua kebijakan berbentuk perundang-undangan.
Kebijakan sosial sering kali melibatkan program-program bantuan yang sulit
dilihat secara kasat mata. Karenanya,masyarakat luas kadang-kadang sulit mengenali
kebijakan sosial dan membedakannya dengan kebijakan publik lainnya. Secara
umum kebijakan

publik

lebih

luas

daripada

kebijkan

sosial.

Kebijakan

Transportasi.Jalan raya,Air bersih,Pertahanan Dan Keamanan merupakan beberapa
kebijakan publik. Sedangkan,kebijakan mengenai jaminan sosial,seperti bantuan
sosial dan asuransi sosial yang umumnya diberikan bagi kelompok mikin atau
rentat,adalah contoh kebijakan sosial (Suhartono,2009: 11-12).
Kebijakan sosial sejatinya merupakan kebijakan kesejahteraan (welfare
policy), yakni kebijakan pemerintah yang secara khusus melibatkan programprogram pelayanan sosial bagi kelompok-kelompok kurang beruntung yakni para
pemerlu pelayanan kesejahteraan sosial seperti keluarga miskin, anak terlantar,
pekerja anak, korban HIV/AIDS, penyalahguna narkoba dan kelompok-kelompok
rentan lainnya, baik secara ekonomi maupun psikososial. Setiap Negara memiliki
perbedaan dalam mengkategorikan kebijakan public dan kebijakan sosial.
2.5 Pengertian Rehabilitasi Sosial
Rehabilitasi adalah proses perbaikan yang ditujukan pada penderita cacat agar
mereka cakap berbuat untuk memiliki seopyimal mungkin kegunaan jasmani, rohani,

Universitas Sumatera Utara

sosial, pekerjaan dan ekonomi. Rehabilitasi didefinisikan sebagai “satu program
holistik dan terpadu atas intervensi-intervensi medis, fisik, psikososial, dan
vokasional yang memberdayakan seorang (individu penyandang cacat) untuk meraih
pencapaian pribadi kebermaknaan sosial, dan interaksi efektif yang fungsional
dengan dunia.
Rehabilitasi mangandung makna pemulihan kepada kedudukan (keadaan, nama
baik) yg dahulu (semula) atau perbaikan anggota tubuh yg cacat dan sebagainya atas
individu

supaya

menjadi

manusia

yang

berguna

dan

memiliki

tempat

di masyarakat (KBBI, 1998:92).
Jadi apabila kata rehabilitasi dipadukan dengan kata sosial, maka rehabilitasi
sosial bisa diartikan sebagai pemulihan kembali keadaan individu yang mengalami
permasalahan sosial kembali seperti semula.
Rehabilitasi sosial merupakan upaya yang ditujukan untuk mengintegrasikan
kembali seseorang ke dalam kehidupan masyarakat dengan cara membantunya
menyesuaikan diri dengan keluarga, masyarakat, dan pekerjaan. Seseorang dapat
berintegrasi dengan masyarakat apabila memiliki kemampuan fisik, mental, dan
sosial serta diberikan kesempatan untuk berpartisipasi. Semisal terdapat seseorang
yang mengalami permasalahan sosial seperti gelandangan atau pengemis, maka
mereka akan dicoba untuk dikembalikan kedalam keadaan sosial yang normal seperti
orang pada umumnya. Mereka diberi pelatihan atau keterampilan sehingga mereka
tidak kembali lagi menjadi gelandangan atau pengemis dan bisa mencari nafkah dari
keterampilan yang ia miliki tadi (Eukaristia. 2012. Konsep Rehabilitasi Sosial
http://animenekoi.blogspot.com/2012/06/konsep-rehabilitasi-sosial.html).

Universitas Sumatera Utara

Rehabilitasi sosial mempunyai beberapa tujuan, diantaranya adalah sebagai
berikut :
1. Memulihkan kembali rasa harga diri, percaya diri, kesadaran serta
tanggung jawab terhadap masa depan diri, keluarga maupun
masyarakat atau lingkungan sosialnya.
2. Memulihkan kembali kemauan dan kemampuan untuk dapat
melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar.
2. 6 Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni
2.6.1 Kriteria Kepala Keluarga Penerima Bantuan RS-RTLH
Adapun kriteria yang harus dimiliki kepala keluara penerima bantuan RSRTLH adalah sebagai berikut;
a. Memiliki KTP/identitas diri yang berlaku;
b. Kepala keluarga /anggota keluarga tidak mempunyai sumber mata
pencaharian atau mempunyai mata pencaharian tetapi tidak dapat
memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiian;
c. Kehidupan sehari-hari masih memerlukan bantuan pangan untuk penduduk
miskin seperti zakat dan raskin;
d. Tidak memiliki asset lain apabila dijual tidak cukup untuk membiayai
kebutuhan hidup anggota keluarga selama 3 bulan kecuali tanah dan rumah
yang ditempati;
e. Memiliki rumah di atas tanah milik sendiri yang dibuktikan dengan
sertifikat atau girik atau ada surat keterangan kepemilikan dari kelurahan
/desa atas status tanah.

Universitas Sumatera Utara

f. Rumah yang dimiliki dan ditempati adalah rumah tidak layak huni yang
tidak memenuhi syarat kesehatan, keamanan dan sosial, dengan kondisi
sebagai berikut
a. Tidak permanen dan / atau rusak;
b. Dinding dan atap dibuat dari bahan yang mudah rusak/lapuk,
seperti : papan, ilalang, bamboo yang dianyam/gedeg, dsb;
c. Dinding dan atap sudah rusak sehingga membahayakan,
mengganggu keselamatan penghuninya;
d. Lantai tanah/semen dalam kondisi rusak;
e. Diutamakan rumah tidak memiliki fasilitas kamar mandi, cuci dan
kakus
2.6.2 Kriteria Sarana dan Prasarana Lingkungan
Sarana prasarana lingkungan yang menjadi sasaran kegiatan adalah :
1. Terletak pada lokasi RS-RTLH;
2. Merupakan fasilitas umum yang mendukung peningkatan kualitas hidup
masyarakat terutama warga miskin;
3. Menjadi kebutuhan dan diusulkan oleh masyarakat;
4. Legal dan tidak berpotensi menimbulkan konflik sosial;
5. Masyarakat setempat bersedia untuk mengalokasikan sumber daya yang
mereka miliki seperti : lahan, tenaga dan material
2.6.3 Kelompok Penerima Bantuan
Kepala Keluarga penerima bantuan dengan difasilitasi oleh Dinas Sosial
Kab/Kota membentuk kelompok dengan anggota berjumlah 5 sampai dengan 10 KK.
Tugas kelompok adalah :

Universitas Sumatera Utara

1. Membentuk pengurus kelompok terdiri dari ketua, sekretaris dan bendahara;
2. Membuka rekening di Bank Pemerintah atas nama kelompok dengan
specimen ditandatangani ketua dan bendahara;
3. Melakukan penilaian bagian rumah yang akan direhabilitasi;
4. Menetapkan toko bangunan yang akan menjamin penyediaan barang;
5. Mengusulkan pelaksana yang ahli dalam bidang bangunan (tukang);
6. Mengajukan usulan kebutuhan perbaikan rumah beserta dana yang diperlukan
maksimal sebesar Rp. 10.000.000,- setiap rumah untuk disetujui oleh Dinas
SosialKab/Kota;
7. Membantu tukang yang telah ditunjuk untuk mengerjakan perbaikan rumah
secara gotong royong dalam satu kelompok;
8. Setelah uang diterima, ketua membuat dan menandatangani tanda terima
uang bantuan dari Kementerian Sosial sejumlah yang tercantum dalam
rekening dengan diketahui aparat desa/kelurahan setempat dan segera dikirim
ke Direktorat Pemberdayaan Fakir Miskin melalui Dinas Sosial Kab/Kota;
9. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban keuangan dan kegiatan RSRTLH kepada Direktorat Pemberdayaan Fakir Miskin melalui Dinas Sosial
Kab/Kota tembusan disampaikan kepada Dinas Sosial Provinsi dengan
malampirkan bukti-bukti kwitansi pengeluaran dan surat pernyataan telah
diselesaikannya pekerjaan yang diketahui kepala desa/lurah.
2.6.4 Tim Pembangunan Sarling
Dalam pelaksanaan pembangunan Sarling di RS-RTLH tim pembangunan
sarling mempunyai tugas sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

1. Menyusun pengurus Tim Sarling yang terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara
dan anggota;
2. Membuka rekening di bank pemerintah atas nama kelompok dengan
specimen ditandatangani ketua dan bendahara;
3. Menentukan jenis Sarling yang akan dibangun sesuai kebutuhan masyarakat;
4. Menggali dan mendayagunakan potensi dan sumber local;
5. Menggerakkan masyarakat dan dunia usaha untuk berpartisipasi;
6. Menunjuk tenaga ahli (tukang);
7. Melaksanakan pembangunan Sarling secara bergotong-royong;
8. Setelah uang diterima, ketua membuat dan menandatangani tanda terima
uang bantuan dari Kementerian Sosial sejumlah yang tercantum dalam
rekening dengan diketahui aparat desa/kelurahan setempat dan segera dikirim
ke Direktorat Pemberdayaan Fakir Miskin melalui Dinas Sosial Kab/Kota;
9. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban keuangan dan kegiatan Sarling
kepada Direktorat Pemberdayaan Fakir Miskin melalui Dinas Sosial
Kab/Kota tembusan disampaikan kepada Dinas Sosial Provinsi, dengan
melampirkan bukti-bukti kwitansi pengeluaran dan surat pernyataan
selesainya pekerjaan yang diketahui kepala desa/lurah.
2.6.5 Prosedur Pengusulan Kegiatan
Prosedur pengusulan penerima bantuan rehabilitasi social rumah tidak layak
huni dan sarana prasarana lingkungfan adalah sebagai berikut :
1. Dinas Sosial Kab/Kota bersama TKSK/PSM/Karang Taruna/Orsos/Aparat
desa/Kelurahan melakukan pendataan KK calon penerima RTLH;

Universitas Sumatera Utara

2. Berdasarkan hasil pendataan tersebut, Dinas Sosial/Instansi Kab/Kota
mengajukan permohonan bantuan rehabilitasi sosial rumah tidak layak huni
ke Kementerian Sosial dengan rekomendasi Dinas Sosial Provinsi dengan
melampirkan data lokasi, data calon penerima (by name by address) dan foto
rumah;
3. Ditjen Pemberdayaan Sosial cq Direktorat Pemberdayaan Fakir Miskin
melakukan verifikasi administrasi dan verifikasi lapangan;
4. Berdasarkan hasil verifikasi administrasi dan lapangan Ditjen Pemberdayaan
Sosial mengeluarkan SK Penerapan KK penerima bantuan RS-RTLH dan
alokasi Sarling;
5. Nama penerima bantuan yang sudah ditetapkan dalam SK Dirjen
Pemberdayaan Sosial tidak dapat diganti.
2.6.6 Pelaksanaan Kegiatan
2.6.6.1 Prinsip Pelaksanaan
Prinsip pelaksanaan kegiatan RS-RTLH dan Sarling adalah :
a. Swakelola; Baik secara individu maupun kelompok sesuai pasal 39 dan
lampiran I Bab III Keppres No.80 tahun 2003.
b. Kesetiakawanan; Dilandasi oleh kepedulian sosial untuk membantu orang.
c. Keadilan; Menekankan pada aspek pemerataan, tidak diskriminatif dan
seimbang antara hak dan kewajiban.
d. Kemanfaatan; Dilaksanakan dengan memperhatikan kegunaan atau fungsi
dari barang/ruang/kondisi yang diperbaiki atau diganti.
e. Keterpaduan; Mengintegrasikan berbagai komponen terkait sehingga dapat
berjalan secara terkoordinir dan sinergis.

Universitas Sumatera Utara

f. Kemitraan; Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan fakir miskin dan
masyarakat pada umumnya dibutuhkan kemitraan dengan berbagai pihak.
g. Keterbukaan; Pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan ini berhak
mendapatkan informasi yang benar dan bersedia menerima masukan bagi
keberhasilan pelaksanaan kegiatan RS-RTLH.
h. Akuntabilitas; Berbagai sumber daya digunakan dengan penuh tanggung
jawab dan dapat dipertanggungjawabkan secara teknis maupun administratif.
i.

Partisipasi; Pelaksaan RS-RTLH dan Sarling dilaksanakan dengan melibatkan
unsur masyarakat termasuk dunia usaha dengan mendayagunakan berbagai
sumber daya yang dimilikinya.

j.

Profesional; Dilaksanakan dengan menggunakan manajemen yang baik dan
pendekatan /konsep yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

k. Keberlanjutan; Dilaksanakan secara berkesinambungan untuk mencapai
kesejahteraan dan kemandirian.
2.6.6.2 Tahapan Pelaksanaan Bantuan
a. Verifikasi proposal RS-RTLH dan Sarling;
b. Penjajagan calon lokasi kegiatan, dimaksudkan untuk memperoleh gambaran
tentang kesiapan daerah dan masyarakat, kelayakan calon penerima bantuan
dan faktor lainnya nyang akan mendukung keberhasilan kegiatan;
c. Sosialisasi
Sosialisasi dilaksanakan dalam rangka memperoleh kesamaan pemahaman
dan gerak langkah setiap pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan RSRTLH dan Sarling. Sasaran kegiatan sosialisasi mencakup :
1) Dinas/Instansi Sosial Provinsi;
2) Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/Kota;

Universitas Sumatera Utara

3) Unsur Masyarakat;
4) Pendamping (TKSK).
d. Membangun dan mengembangkan komitmen untuk menyepakati berbagai
sumber daya yang dapat dan akan dialokasikan oleh Pemerintah Daerah,
masyarakat dan dunia usaha dalam rangka mencapai keberhasilan
pelaksanaan program;
e. Penentuan lokasi dan calon penerima;
f. Verifikasi Calon Penerima Bantuan;
g. Pelaksanaan pembangunan RS-RTLH dan Sarling :
1) Melakukan penilaian dan menentukan bagian rumah yang akan
diperbaiki;
2) Menetapkan

prioritas

bagian

rumah

yang

akan

diperbaiki

berdasarkan pada fungsi dan ketersediaan dana dan sumber lainnya;
3) Membuat rincian jenis/bahan bangunan yang diperlukan serta
besarnya biaya;
4) Melaksanakan pembelian bahan bangunan;
5) Melaksanakan kegiatan perbaikan rumah dan pembangunan Sarling;
6) Pelaksanaan pembangunan RS-RTLH dan Sarling telah selesai
selambat-lambatnya 100 hari setelah dana masuk ke rekening
kelompok.
2.6.6.3 Pelaporan
Pelaporan hasil pelaksanaan kegiatan oleh Dinas Sosial Kab/Kota kepada
Direktorat Pemberdayaan Fakir Miskin, mencakup :

Universitas Sumatera Utara

a. Laporan pertanggungjawaban keuangan dana operasional dan Sarling
masing-masing Kab/Kota selambat-lambatnya akhir tahun anggaran;
b. Laporan pertanggungjawaban keuangan bantuan RS-RTLH masing-masing
kelompok dan Sarling setelah selesai pelaksanaan pekerjaan;
c. Laporan hasil pelaksanaan kegiatan dengan melampirkan foto rumah dan
Sarling dalam kondisi sebelum, proses dan hasil akhir kegiatan dengan
disertakan surat pernyataan penyelesaian pekerjaan untuk kelompok,
disampaikan selambat-lambatnya 14 hari setelah pekerjaan selesai.
2.6.7 Penyaluran, Pencairan dan Penggunaan Dana
2.6.7.1 Penyaluran
1. Pihak Dinas Sosial Kab/Kota mengajukan identitas penanggung jawab
pengelola anggaran (nama dan alamat kantor, penanggung jawab
program, nama bendahara pengeluaran, nomor rekening bank dan
nomor pokok wajib pajak) ke Dit. PFM untuk dana operasional
(tembusan disampaikan kepada Dinas/Instansi Sosial Provinsi);
2. Pihak Dinas Sosial Kab/Kota mengajukan identitas dan nomor
rekening Dinas Sosial yang sudah ada, rekening kelompok penerima
bantuan RS-RTLH dan rekening Tim Sarling;
3. Pejabat Pembuat Komitmen Direktorat Pemberdayaan Fakir Miskin
mengajukan SPP-LS ke bagian keuangan Direktorat bJenderal
Pemberdayaan Sosial dengan melampirkan SK Dirjen Pemberdayaan
Sosial tentang penetapan penerima bantuan serta nomor rekening
Dinas Sosial Kb/Kota, rekening kelompok penerima bantuan RSRTLH dan rekening tim Sarling untuk dibuatkan SPM-LS;

Universitas Sumatera Utara

4. Pejabat Pembuat Komitmen mengajukan SPM-LS ke KPPN dilampiri
SK Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial tentang penerima
bantuan RS-RTLH dan Sarling, serta dana operasional;
5. KPPN menerbitkan SP2D dan menyalurkan ke rekening Dinas Sosial
Kab/Kota, rekening kelompok penerima bantuan RS-RTLH dan
rekening tim Sarling;
6. Pencairan dana kegiatan RS-RTLH dari rekening kelompok dapat
dilaksanakan setelah mendapatkan rekomendasi/persetujuan dari
Dinas Sosial Kab/Kota.
2.6.7.2 Penggunaan Dana
1. Jumlah dana bantuan stimulant untuk setiap unit rumah; Rp. 10.000.000,- dengan
proporsi penggunaan sebagai berikut :
Tabel 2.1
Rincian penggunaan dana bantuan RS-RTLH
Uraian

%

Jumlah (Rp)

Pembelian bahan bangunan dqn konsumsi

90

9.000.000,-

Biaya tukang

10

1.000.000,-

Jumlah

100

10.000.000,-

2. Jumlah dana bantuan stimulant untuk setiap unit Sarling; Rp. 45.000.000,- dengan
proporsi penggunaan sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

Table 2.2
Rincian penggunaan dana bantuan sarling
Uraian

%

Jumlah (Rp)

Pembelian bahan bangunan dqn konsumsi

90

40.500.000,-

Biaya tukang

10

4.500.000,-

Jumlah

100

45.000.000,-

3. Jumlah dana untuk operasional kegiatan sebesar Rp. 12.500.000,- yang digunakan
untuk :






Sosialisasi
Monitoring dan Evaluasi
Pelaporan

4. Apabila sampai dengan akhir tahun anggaran masih terdapat sisa dana operasional,
maka Dinas Sosial kab/Kota harus segera menyetor ke kas Negara dengan blanko
Surat Setoran Pengembalian Belanja, belanja barang non operasional lainnya dengan
kode 521218 an. Direktorat PFM kode Satker 440207.
5. Seluruh pajak dan penerima Negara bukan pajak dalam pelaksanaan kegiatan dana
operasional disetorkan ke kas Negara oleh pihak Dinas Sosial Kab/Kota sesuai
peraturan perpajakan yang berlaku dengan menyampaikan bukti setoran pajak dan
Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP) ke Direktorat Pemberdayaan Fakir Miskin

Universitas Sumatera Utara

2.6.8 Sanksi
Sanksi hukum akan dikenakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku apabila :
1. Dinas Sosial selaku penerima, pengelola dan penanggung jawab dana
operasional tidak sepenuhnya dipergunakan sesuai

dengan peruntukkannya;

2. Kelompok penerima bantuan stimulan RS-RTLH selaku penerima, pengelola
dan penanggung jawab dana bantuan tidak sepenuhnya dipergunakan sesuai
dengan peruntukkannya;
3. Tim Sarling selaku pengelola dan penanggung jawab dana Sarling tidak
sepenuhnya dipergunakan sesuai dengan peruntukkannya (Kementrian Sosial
RI. 2013. Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni dan Sarana Prasarana
Lingkungan. http://www.kemsos.go.id/module).
2.7. Kesejahteraan Sosial
Kesejahteraan (welfare) ialah dua kata benda yang dapat diartikan nasib yang
baik, keseahatan, kebahagiaan, dan kemakmuran. Dalam istilah umum, sejahtera
menunjuk pada keadaan yang baik, kondisi masyarakat dimana orang-orangnya
dalam keadaan makmur, sehat, dan damai.
Kesejahteraan sosial dalam arti sangat luas mencakup berbagai tindakan yang
dilakukan manusia untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik. Taraf kehidupan
yang lebih baik ini tidak hanya diukur secara ekonomi dan fisiknya belaka, tetpi juga
ikut memperhatikan aspek sosial, mental dan segi kehidupan spiritual (Adi, 2005:
40).
Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) kesejahteraan sosial adalah
suatu kondisi atau keadaan sejahtera fisik, mental, maupun sosial, dan tidak hanya

Universitas Sumatera Utara

perbaikan-perbaikan penyakit-penyskit sosial tertentu saja. Kemudian pengertian
tersebutdisempurnakan menjadi: suatu kegiatan yang terorganisasi dengan tujuan
membantu penyesuain timbale balik antara individu-individu dengan lingkungan
sosial mereka. Tujuan ini dicapai secara seksama melalui teknik-teknik dan metodemetode dengn maksud agar supaya kemungkinan individu-individu, kebutuhankebutuhan dan memecahkan masalah-masalah penyesuaian diri mereka terhadap
perubahan pola-pola masyarakat, serta melalui tindakan kerja sama untuk
memperbaiki kondisi-kondisi ekonomi dan sosial.
Dalam Undang-Undang No. 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan sosial
adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara
agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat
melaksanakan fungsi sosialnya. Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial adalah upaya
yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan Pemerintah, pemerintah
daerah, dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan
dasar setiap warga negara, yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial,
pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial.
Penyelenggaraan kesejahteraan sosial dilakukan berdasarkan asas:
1. Kesetiakawanan.
2. Keadilan.
3. Kemanfaatan.
4. Keterpaduan.
5. Kemitraan.
6. Keterbukaan.
7. Akuntabilitas.
8. Partisipasi.

Universitas Sumatera Utara

9. Profesionalitas.
10. Keberlanjutan.
Kesejahteraan sosial memiliki beberapa makna yang relatif berbeda,
meskipun substansinya tetap sama. Kesejahteraan sosial pada intinya mencakup tiga
konsepsi, yaitu:
1. Kondisi kehidupan atau keadaan kesejahteraan,

yakni terpenuhinya

kebutuhan-kebutuhan jasmani, rohani dan sosial.
2. Institusi, arena atau bidang kegiatan yang melibatkan lembaga kesejahteraan
sosial dan berbagai profesi kemanusiaan yang menyelenggarakan usaha
kesejahteraan sosial dan pelayanan sosial.
3.

Aktivitas, yakni suatu kegiatan-kegiatan atau usaha yang terorganisir untuk
mencapai kondisi sejahtera (Suhartono, 2009: 2).
Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan informasi mengenai konsep dari

istilah yang digunakan dalam statistik kesejahteraan sosial diantaranya adalah
kondisi rumah tangga, luas lantai, daerah perkotaan atau pedesaan, probabilitas bayi
mati sebelum mencapai usia satu tahun, keluhan masyarakat terhadap kesehatan
imunisasi, pasien rawat inap, status gizi, narapidana, aksi dan korban kejahatan. Dari
kelompok tersebut BPS melakukan pengelompokan menjadi lima indikator dalam
pengukuran kesejahteraan sosial, yaitu:
a. Kesehatan
b. Pendidikan
c. Akses menjangkau media massa
d. Perumahan
e. Gizi (http://www.blogspot.com/unpad).

Universitas Sumatera Utara

2.7.1. Pengertian Usaha Kesejahteraan Sosial
Pengertian usaha kesejahteraan sosial sebagai suatu aktivitas biasanya disebut
sebagai Usaha Kesejahteraan Sosial (UKS). Dalam skala dan perspektif makro,
Usaha Kesejahteran Sosial ini pada intinya menunjuk pada apa yang ditanah air
dikenal dengn nama Pembangunan Kesejahteraan Sosial (PKS). Perlu dijelaskan
disini b ahwa konsep mengenai pembangunan kesejahteraan sosial merupakan istilah
khas di Indonesia. Dinegara-negara lain, seperti di AS, Selandia Baru, Inggris atau
Australia, konsep mengenai Social Welfare Development kurang dikenal. Dalam
benak publik UKS atau PKS (Suhartono, 2008: 4).
Peningkatan taraf hidup masyarakat diwujudkan dengan berbagai bentuk
usaha kesejahteraan sosial yang konkret. Usaha kesejahteraan sosial mengacu pada
program, pelayanan dan berbagai kegiatan yang konkret (nyata) berusaha menjawab
kebutuhan atau masalah yang dihadapi anggota masyarakat. usaha kesejahteraan
sosial itu sendiri dapat diarahkan pada individu, keluarga, kelompok, ataupun
komunitas.
Usaha kesejahteraan sosial adalah usaha yang nyata untuk membangun
seluruh masyarakat agar terciptanya kesejahteraan bangsa dan negara. Usaha ini
dilakukan untuk memperbaiki tatanan yang dilihat sudah mempunyai nilai buruk
yang fungsi sosialnya sudah tidak terlaksana. Hal ini diperlukan pembenahan agar
terciptanya suasana yang sejahtera disetiap negara. Usaha kesejahteraan sosial ini
dilakukan dngan cara melakukan pembangunan. Pembangunan yang dilakukan
tujuannya adalah memberikan kesejahteraan bagi rakyat. Pembangunan ini dilakukan
disetiap Negara dengan perencanaan dan strategi yang matang.
Tujuan pembangunan kesejahteraan sosial adalah untuk meningkatkan
kualitas hidu manusia secara menyeluruh yang mencakup:

Universitas Sumatera Utara

1. meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas, dan kelangsungan hidup.
2. memulihkan fungsi sosial dalam rangka mencapai kemandirian.
3. meningkatkan ketahanan sosial masyarakat dalam mencegah dan menangani
masalah kesejahteraan sosial.
4. meningkatkan kemampuan, kepedulian dan tanggung jawab sosial dunia
usaha dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara melembaga dan
berkelanjutan.
5.

meningkatkan

kemampuan

dan

kepedulian

masyarakat

dalam

penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara melembaga dan berkelanjutan;
dan
6. meningkatkan kualitas manajemen penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
Dalam kaitan dengan kesejahteraan sosial ada beberapa karakteristik usaha
kesejahteraan sosial masa kini, yaitu:
1. Menanggapi kebutuhan manusia.
2. Usaha kesejahteraan sosial diorganisir guna menanggapi kompleksitas
masyarakat perkotaan yang modern.
3. Kesejahteraan

sosial

mengarah

ke

spesialisasi,

sehingga

lembaga

kesejahteraan sosialnya juga lebih terspesialisasi.
4. Usaha kesejahteraan sosial menjadi sangat luas (Adi, 1994: 10).
2.8 Kerangka Pemikiran
Terpenuhinya kebutuhan dasar perumahan yang layak huni, nyaman, aman
dan terjaga kebersihannya merupakan tanggung jawab pemerintah dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Demi tercapainya kesejahteraan masyarakat
tersebut pemerintah memberikan bantuan kepada masyarakat melalui program RSRTLH. Pelaksanaan program RS-RTLH bertujuan untuk melihat atau mengetahui

Universitas Sumatera Utara

sejauhmana program pemerintah dapat dilaksanakan sesuai dengan mekanisme yang
telah ditetapkan, tepat waktu, tepat pengerjaan dan tepat sasaran sehingga tujuan
diadakannya RS-RTLH benar-benar dapat membantu meringankan kesulitan
keluarga miskin untuk memiliki rumah yang layak untuk dihuni.
Program RS-RTLH adalah program yang diberikan kepada rumah tangga
miskin yang rumahnya tidak memenuhi standar untuk dihuni, dengan dimaksud agar
mereka dapat meningkatkan kehidupan secara wajar. Kegiatan Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial
penduduk miskin melaui pemberian kepada yang bersangkutan untuk berpartisipasi
aktif dalam melaksanakan kegiatan secara swakelola dan melestarikan hasil
pencapaian kegiatan secara mandiri dengan memanfaatkan dana dari APBD Provinsi
dan APBD Kabupaten hubungan dengan pelaksanaan RS-RTLH, seseorang akan
mengalami kesulitan apabila program itu tidak terealisasi dengan baik, maka dari
itu dibutuhkan pemahaman mengenai tujuan ataupun mekanisme dari program yang
dilakukan melalui sosialisasi, apapun bentuk program kalau tidak disosialisasikan
akan sulit bagi masyarakat untuk mengerti.
Untuk menentukan siapa saja yang berhak mendapatkan RS-RTLH maka
dibutuhkan data

yang akurat dan bisa dipertanggungjawabkan apabila terjadi

pertanyaan tentang perbaikan rumah ini, maka petugas dapat membuktikan kenapa
orang itu dapat RS-RTLH sedangkan yang lain tidak mendapatkan. Bertitik tolak
dari sosialisasi, langkah selanjutnya tentang keluaran kebijakan dalam hal ini
implementasi RS-RTLH, kemudian memperlihatkan variabel-variabel dalam
mekanisme

pelaksanaannya

yang

merupakan

langkah

awal

untuk

mengimplementasikan RS-RTLH.

Universitas Sumatera Utara

Untuk memperjelas alur pemikiran tersebut, dapat dilihat bagan kerangka
pemikiran dibawah ini:
Bagan Alir Pemikiran

RS-RTLH(rehabilitasi socialrumah tidak layak huni

Pemberian bantuan kepada
keluarga miskin untuk memiliki
rumah yang layak huni

Kepala keluarga penerima bantuan
program RS-RTLH di Kota
Payakumbuh

1. Kesesuaian sasaran yang direncanakan
dengan pelaksanaan
2. Terwujudnya hunian layak huni bagi kepala
keluarga penerima bantuan
2.9 Defenisi Konsep dan Operasional
2.9. 1 Defenisi Konsep
Konsep merupakan istilah khusus yang digunakan para ahli dalam upaya
menggambarkan secara cermat fenomena sosial yang akan dikaji, untuk menghindari
salah pengertian atas makna konsep-konsep yanmg dijadikan objek penelitian, maka
seorang peneliti harus menegaskan dan membatasi makna konsep-konsep yang

Universitas Sumatera Utara

diteliti. Proses dan upaya penegasan dan pembatasan mana konsep dalam suatu
penelitian disebut dengan defenisi konsep.
Dengan kata lain, peneliti berupaya mengiring para pembaca hasil penelitian itu
memaknai konsep itu sesuai dengan yang diinginkan dan dimaksudkan oleh si
peneliti, jadi defenisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang
dianut dalam suatu penelitin (Siagian, 2011:136-138). Untuk lebih memahami
pengertian mengenai konsep –konsep yang akan digunakan, maka peneliti
membatasi konsep yang digunakan sebagai berikut:
1. Evaluasi, adalah proses menentukan sampai sejauh mana kelebihan dan
kekurangan suatu program sejak direncanakan sampai pada pelaksanaan
untuk mencapai tujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
2. Program, merupakan tahap-tahap dalam penyelesaian rangkaian kegiatan
yang berisi langkah-langkah yang akan dikerjakan untuk mencapai tujuan dan
merupakan unsure pertama yang harus ada demi tercapainya kegiatan
implementasi.
3. Rehabilitasi adalah proses perbaikan yang ditujukan pada penderita cacat agar
mereka cakap berbuat untuk memiliki seopyimal mungkin kegunaan jasmani,
rohani, sosial, pekerjaan dan ekonomi
4. Rehabilitasi sosial merupakan upaya yang ditujukan untukmengintegrasikan
kembali seseorang ke dalam kehidupan masyarakatdengan cara membantunya
menyesuaikan diri dengan keluarga, masyarakat, dan pekerjaan
5. Program RS-RTLH adalah Program yang diberikan kepada rumah tangga
Miskin

(RTM)

yang

rumahnya

dihuni, dengan dimaksud agar

tidak

memenuhi

standart

untuk

mereka dapat meningkatkan kehidupan

secara wajar.

Universitas Sumatera Utara

2.9.2 Defenisi Operasional
Dintinjau dari proses atau langkah-langkah penelitian, dapat dikemukakan
bahwa perumusan defenisi operasional adalah langkah lanjutan dari perumusan
defenisi konsep. Jika defenisi konsep ditujukan untuk mencapai keseragaman
pemahaman tentang konsep-konsep, baik berupa obyek, peristiwa maupun fenomena
yang diteliti, maka perumusan operasional ditujukan dalam upaya

transformasi

konsep ke dunia nyata sehingga konsep-konsep penelitian dapat diobservasi (Siagian,
2011:141).
Adapun yang menjadi defenisi operasional dalam evaluasi pelaksanaan Program
Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni di Kota Payakumbuhdapat diukur
melalui indikator sebagai berikut:
1. Kesesuaian pelaksanaan Program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak
Huni yang direncanakan dengan pelaksanaan adalah kesesuaian pelaksanaan
yang meliputi ketepatan waktu,ketepatan pengerjaan dan tepat sasaran


Ketepatan waktu diukur dengan:
a. Ketepatan Ketersediaan bahan bangunan
b. Jumlah dan mutu pekerja



Ketepatan pengerjaan diukur dengan:
a. Keterlibatan penerima bantuan
b. Membuat rincian jenis/bahan bangunan yang diperlukan serta
besarnya biaya
c. pembelian bahan bangunan;



Ketepatan sasaran diukur dengan:
a. Siapa penerima bantuan

Universitas Sumatera Utara

b. Mata pencaharian kepala keluarga penerima sasaran
c. Kondisi rumah penerima bantuan
2. Terwujudnya hunian yang layak huni bagi masyarakat miskin sehingga
mampu meningkatkan taraf hidupnya adalah tujuan pemerintah melaksanakan
Program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni

Universitas Sumatera Utara