Evaluasi Pelaksanaan Program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni Di Kota Payakumbuh

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Kemiskinan merupakan masalah pribadi, keluarga, masyarakat dan negara
bahkan dunia. Berbagai upaya penanggulangan kemiskinan telah dilakukan namun
masalah kemiskinan tetap saja eksis, bahkan dalam periode tertentu mengalami
peningkatan yang signifikan. Program pembangunan yang dilaksanakan selama ini
juga selalu memberikan perhatian besar terhadap upaya pengentasan kemiskinan
karena pada dasarnya pembangunan yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2013 mencapai 28,07 juta
orang (13,37 persen). Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin pada
September 2012 maka selama enam bulan tersebut terjadi penurunan jumlah
penduduk miskin sebesar 0,52 juta orang. Berdasarkan daerah tempat tinggal, pada
periode September2012-Maret 2013 baik jumlah pendududk miskin di daerah
perkotaan maupun pedesaan sama-sama mengalami penurunan yaitu masing-masing
turun sebesar 0.18 juta orang dan 0,34 juta orang (Badan Pusat Statistik. 2013.
www.bps.go.id).
Komoditi bukan makanan yang memberikan sumbangan besar adalah
perumahan.listrik, pendidikan, dan bensin. Selama peroide September 2012-Maret

2013, Garis kemiskinan naik sebesar 4.66 persen, yaitu dari Rp259.520,00 per kapita
per bulan September 2012 menjadi Rp 271.626,00 per kapita per bulan Maret 2013.
Pada periode September 2012-Maret 2013, indeks keadalaman kemiskinan (P1) dan

Universitas Sumatera Utara

indek keparahan kemiskinan(P2) menunjukkan penurunan. Ini mengindikasikan
bahwa rata-rata penegeluaran penduduk miskin cendrung semakin mendekati garis
kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin

juga semakin

menyempit.
Komponen garis kemiskinan bukan makanan yang memberikan sumbangan
terbesar

terhadap

garis


kemiskinan

dipedesaan

dan

perkotaan

adalah

perumahan,listrik, pendidikan dan bensin. Sementara itu terdapat beberapa komoditi
bukan makanan lainnya yang member sumabangan berbeda pada GK diperkotaan
dan dipedesaan yaitu angkutan yang hanya member sumbangan besar terhadap GK
diperkotaan dan kayu bakar yang hanya member sumbangan besar terhadap GK
diperdesaan.
Rumah memiliki fungsi yang sangat besar bagi individu dan keluarga tidak
saja mencakup aspek fisik, tetapi juga mental dan sosial. Untuk menunjang fungsi
rumah sebagai tempat tinggal yang baik maka harus dipenuhi syarat fisik yaitu aman
sebagai tempat berlindung, secara mental memenuhi rasa kenyamanan dan secara
sosial dapat menjaga privasi setiap anggota keluarga, menjadi media bagi

pelaksanaan bimbingan serta pendidikan keluarga. Dengan terpenuhinya salah satu
kebutuhan dasar berupa rumah yang layak huni,diharapkan tercapai ketahanan
keluarga.
Pada kenyataannya, untuk mewujudkan rumah yang memenuhi persyaratan
tersebut bukanlah hal yang mudah. Ketidakberdayaan mereka memenuhi kebutuhan
rumah yang layak huni berbanding lurus dengan pendapatan dan pengetahuan
tentang fungsi rumah itu sendiri. Pemberdayaan fakir miskin juga mencakup upaya
Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RSTLH). Demikian juga persoalan
sarana prasarana lingkungan yang kurang memadai dapat menghambat tercapainya

Universitas Sumatera Utara

kesejahteraan suatu komunitas. Lingkungan yang kumuh atau sarana prasarana
lingkungan yang minim dapat menyebabkan masalah sosial dan kesehatan.
Permasalahan Rumah Tidak Layak Huni yang dihuni atau dimiliki oleh kelompok
fakir miskin memiliki multidimensional. Oleh sebab itu, kepedulian untuk
menangani masalah tersebut diharapkan terus ditingkatkan dengan melibatkan
seluruh komponen masyarakat (stakeholder) baik pemerintah pusat maupun daerah,
dunia usaha, masyarakat, LSM dan elemen lainnya
Dalam rangka mewujudkan hunian yang layak bagi semua orang pemerintah

bertanggung jawab untuk memberikan fasilitas kepada masyarakat agar dapat
menghuni rumah yang layak, sehat, aman, terjamin, mudah diakses dan pemerintah
pemerintah perlu menyiapkan program- program pembangunan perumahan.
Pemerintah daerah memilki peranan yang sangat penting dalam pembentukan
program tersebut karena pemerintah daerah adalah pihak yang paling mengetahui
jumlah kebutuhan hunian penduduknya.
Jumlah penduduk miskin di Sumatera Barat menurut data BPS pada bulan
Maret 2013, mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Saat ini jumlah
penduduk miskin Sumbar mencapai 407. 470 jiwa, atau naik sekitar 9.600 jiwa dari
bulan September 2012 sampai bulan Maret 2013. Dengan demikian, bila dipersentasekan dari tahun 2012 sampai bulan Maret 2013, maka jumlah penduduk miskin
Sumbar, naik dari 8 persen menjadi 8,14 persen, dari total penduduk 5,8 juta jiwa
(Haluan.2013.Padang. http://www.harianhaluan.com).
“Untuk mengukur kemiskinan, kami menggunakan konsep kemampuan
memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Sehingga, dapat dihitung
Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk. Jadi,

Universitas Sumatera Utara

dari perhitungan itu, kami mendapatkan data kemiskinan Sumbar, naik cukup
signifikan dari data sebelumnya, yakni dari 8 persen menjadi 8,14 persen,”

Kementerian Sosial (Kemensos) RI, Senin (14/1) mencanangkan program
bedah kampung senilai Rp5 miliar lebih di Padang. "Ada dua kota mendapatkan
bantuan dari Kemensos RI melalui program rehabilitasi sosial rumah tidak layak huni
(RS RTLH) yakni Kota Padang dan Payakumbuh," ujar Kadinsos Sumbar Abdul
Gafar, Minggu (13/1) di Padang. Menurutnya, program bedah kampung ditetapkan
pemerintah daerah masing-masing. "Dan menjadi model yang dikembangkan
Kemensos untuk memutus mata rantai kemiskinan," ujar Gafar. Dan program RS
RTLH

dimaksudkan

Mensos

upaya

memboomingkan

kembali

semangat


kesetiakawan sosial menjadi garda percepatan pengentasan kemiskinan berdasar
semangat kearifan lokal.
Kegiatan bedah kampung, kata Gaffar, memusatkan pencanangan bedah
kampung di Kelurahan Olo, Kecamatan Padang Barat. Sekaligus diserahkan bantuan
rumah RS RTLH untuk 200 unit masing-masing Rp10 juta. Ada juga Sarana
Lingkungan tiga unit Rp45 juta. Kelompok Usaha Bersama ( KUBE ) 20 kelompok
masing-masing Rp20 juta. Untuk kota Payakumbuh totalnya mencapai Rp2,5 miliar.
"Khusus Payakumbuh bantuan khusus program rumah RS RTLH yakni 250 unit,"
ujarnya.
Bedah kampung dilaksanakan atas dasar kebijakan yang diharapkan dapat
membantu keluarga fakir miskin dalam pemenuhan hak dasar, pengurangan beban
hidup dan perbaikan kualitas hidup sehingga dapat mempercepat pengentasan
kemiskinan. Namun demikian, Kementerian Sosial hanya menstimulasi untuk
terjadinya perubahan kondisi kehidupan sosial ekonomi keluarga fakir miskin ke

Universitas Sumatera Utara

arah yang lebih baik. Faktor dominan yang mempengaruhi keberhasilan itu terletak
pada diri sasaran program yaitu keluarga miskin dan masyarakat setempat.

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah diuraikan, maka
penulis tertarik untuk meneliti pelaksanaan program rehabilitasi sosial rumah tidak
layak huni di Kota Payakumbuh sebagai judul penelitian

yang hasilnya akan

dituangkan kedalam skripsi dengan judul “ Evaluasi Pelaksanaan Program
Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni di Kota Payakumbuh”.
1.2 Rumusan Masalah
Masalah penelitian merupakan pokok dari suatu penelitian. Untuk itu, penelitian
ini perlu ditegaskan dan dirumuskan masalah yang diteliti. Berdasarkan latar
belakang masalah penelitian yang telah diuraikan maka masalah penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut : ”Bagaimana Pelaksanaan Program Rehabilitasi
Sosial Rumah Tidak Layak Huni di Kota Payakumbuh ?”
1.3 Pembatasan Masalah
Untuk lebih mempertajam masalah yang ingin diteliti tentang evaluasi Program
Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni di Kota Payakumbuh, penulis
membatasi materi kajian, maka objek yang diteliti sebagai berikut :
a. Penerima sasaran berupa: masyarakat
b. Pelaksanaaan Program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan
pelaksanaan Program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni di kota
Payakumbuh dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar perumahan yang layak huni.

Universitas Sumatera Utara

1.4.2 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam rangka pengembangan
pelaksanaan program pengentasan kemiskinan dan pembangunan berkelanjutan serta
memberikan kontribusi tentang pelaksanaan program pembangunan dimasa yang
akan datang bagi pemerintah.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan secara garis besarnya dikelompokkan kedalam enam bab,
dengan urutan sebagai berikut :
BAB I

: PENDAHULUAN
Berisikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II

: TINJAUAN PUSTAKA
Berisikan tentang teori-teori yang mendukung dalam penelitian,
kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional.

BAB III

: METODE PENELITIAN
Berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan
sampel, teknik pengumpulan data serta teknik analisa data.

BAB VI

: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Berisikan tentang sejarah singkat serta gambaran umum lokasi
penelitian.


Universitas Sumatera Utara

BAB V

: ANALISA DATA
Berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian
serta analisis pembahasannya.

BAB VI

: PENUTUP
Berisikan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran yang
bermanfaat.

Universitas Sumatera Utara