PEMAKAIAN BAHASA INDONESIA RAGAM LISAN OLEH KADER BINA KELUARGA BALITA DAN MODEL PEMBELAJARANNYA DI KABUPATEN PURWAKARTA.

(1)

vii DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Asumsi ... 7

1.5 Manfaat penelitian ... 8

1.6 Metode Penelitian... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

2.1 Bahasa dan Komunikasi ... 10

2.2 Bahasa dalam Konteks Sosial ... 12

2.2.1 Pengertian Kelas Sosial ... 12

2.2.2 Kelas Sosial dan Kasta ... 13

2.2.3 Ragam Bahasa Kelas Sosial ... 14

2.2.4 Ragam Bahasa Kelas Sosial dan Ragam Bahasa Regional ... 14


(2)

viii

2.2.4.2 Teori Bernstein ... 17

2.2.5 Masyarakat Tutur ... 19

2.2.6 Faktor-faktor Sosial-Situasional dan Variasi Bahasa ... 22

2.2.7 Peristiwa Tutur dan Tindak Lanjut ... 24

2.3 Kedwibahasaan dan Diglosia ... 28

2.3.1 Peristiwa kontak bahasa ... 28

2.3.2 Kedwibahasaan dan Dwibahasawan ... 29

2.3.3 Diglosia dan Masyarakat Diglosia ... 33

2.4 Interferensi dan Integrasi ... 35

2.4.1 Persamaan dan Perbedaan Interferensi dan Integrasi ... 35

2.4.2 Interferensi ... 36

2.4.3 Integrasi ... 38

2.4.4 Akibat Interferensi dan Integrasi ... 39

2.5 Alih Kode dan Campur Kode ... 41

2.5.1 Pengertian Kode ... 41

2.5.2 Alih Kode ... 42

2.5.3 Beberapa Faktor Penyebab Alih Kode ... 43

2.5.4 Campur Kode ... 47

2.5.5 Latar Belakang Terjadinya Campur Kode ... 48

2.6 Ragam Bahasa dan Pembakuan Bahasa ... 48

2.6.1 Ragam Bahasa ... 49

2.6.1.1 Ragam Baku ... 51


(3)

ix

2.6.1.3 Ragam Runding ... 52

2.6.1.4 Ragam Santai ... 52

BAB III METODE PENELITIAN ... 60

3.1 Metode Penelitian ... 60

3.2 Tektik Penelitian ... 60

3.3 Sumber Data ... 61

3.4 Instrumen Penelitian ... 62

3.5 Analisis Data ... 63

BAB IV PEMAKAIAN BAHASA INDOENSIA RAGAM LISAN OLEH KADER BINA KELUARGA BALITA DAN MODEL PEMBELAJARANNYA DI KABUPATEN PURWAKARTA ... 64

4.1 Bahasa Indonesia Ragam Lisan yang Digunakan oleh para Kader Bina Keluarga Balita ... 64

4.2 Kesalahan Bahasa Lisan yang Digunakan oleh Kader Bina Keluarga Balita ... 72

4.2.1 Ketidaktepatan Melafalkan Bunyi ... 73

4.2.2 Kesalahan Menggunakan Kosakata ... 77

4.2.3 Kesalahan Penggunaan Struktur Bahasa ... 81

4.2.4 Terjadi Kantak Bahasa dalam Bentuk Alih Kode ... 84

4.2.5 Variasi Bahasa Lisan yang Digunakan oleh Para Kader Bina Keluarga Balita ... 94

4.3 Metode Pembelajaran Yang igunakan oleh Para Kader Bina Keluarga Balita di Kabupaten Purwakarta ... 99


(4)

x

4.3.1 Model Pembelajaran Kontruktivisme ... 99

4.3.2 Model Pembelajaran Sains, Teknologi, Masyarakat ... 101

4.3.3 Model Pembelajaran Kooperatif ……… ... 104

4.3.4 Model Pembelajaran Interaktif ... 105

4.4 Rencana Tindak Lanjut Setelah Mengadakan Penelitian ... 107

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 108

5.1. Kesimpulan ... 108

5.2 Saran ... 109

DAFTAR PUSTAKA ………. .... 110


(5)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Hasil seminar Politik Bahasa Nasional di Jakarta menyebutkan bahwa sebagai bahasa nasional bahasa Indonesia (BI) mempunyai empat fungsi, yaitu sebagai (1) lambang kebangsaan nasional, (2) lambang identitas nasional. (3) alat pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang sosial budaya bahasanya, dan (4) alat penghubung antarbudaya dan antardaerah.

Dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, BI mempunyai empat fungsi pula, yaitu sebagai (1) bahasa resmi kenegaraan, (2) bahasa pengantarresmi di lembaga-lembaga pendidikan, (3) bahasa resmi di dalam perhubungan serta pemerintah, dan (4) bahasa resmi di dalam pembangunan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi modern (Halim, 1976:20).

Fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintah ini menunjukan bahwa bahasa Indonesia harus dipergunakan dalam menyampaikan, menerangkan, serta dalam pelaksanaan pembangunan bangsa tidak hanya dipikirkan dan dikomandokan oleh para pemimpin bangsa, tetapi juga harus dipahami, dihayati, dan dilaksanakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Oleh karena itu, BI yang di pergunakan oleh masyarakat Indonesia dalam melaksanakan pembangunan itu haruslah BI yang dapat diterima oleh seluruh masyarakat.


(6)

Dalam fungsinya sebagai alat komunikasi, BI digunakan secara beragam sebagaimana dikemukakan oleh Rusyana (1994:104) menyatakan bahwa dalam kenyataan bahasa itu tidaklah seragam, di dalamnya mengandung keragaman. Hal ini sebenarnya merupakan hakikat bahasa itu sendiri bahwa bahasa itu beragam. Lebih jelasnya Kentjono (1982:3-4) menyatakan bahwa bahasa dipakai oleh kelompok manusia itu banyak ragamnya terdiri atas laki-laki dan perempuan, tua dan muda, orang kota dan orang desa, yang bersekolah dan tidak bersekolah. Keragaman, manusia tersebut akan berpengaruh terhadap keragaman pemakaian bahasa Indonesia.

Dalam pemakaiannya, bahasa Indonesia yang baik dan benar sebagai alat penyampaian informasi pembangunan kepada masyarakat yang heterogen belum tentu tetap secara situasional dan belum tentu tepat secara kultur. Hal ini disebabkan oleh sifat keanekabahasaan masyarakat Indonesia. Pemakaian bahasa Indonesia oleh masyarakat dapat diduga maupun situasi tidak resmi, akan terjadi pemakaian dua atau lebih secara bersama-sama atau secara bergantian.

Perpindahan penggunaan suatu bahasa ke bahasa lain atau perpindahan variasi bahasa ke variasi lain dalam satu bahasa di dalam masyarakat yang menggunakan dua bahasa atau satu bahasa atau lebih oleh Labov disebut dialex mixture atau code-swit ching (Pride & Holme, 1074:37). Selanjutnya, Roger (1976:110-111) menyatakan bahwa perpindahan penggunaan bahasa ini dianggap sebagai peristiwa code-switching juga. Ia mengatakan bahwa it will be clear that the diffence between intra and inter language switching is only of degree and not


(7)

3

of kind that the notion of bilingualism is not more than a special caseof such switching.

Jika peristiwa code-switching (alih kode) itu terjadi antarBI dan bahasa Daerah (BD) setempat, tentu akan mengakibatkan pula pergeseran fungsi. Alih kode antara satu variasi ke variasi lain pun dapat dikatakan sebagai code-switching. Hal ni sesuai dengan pendapat Rusyana (1984:15) menyatakan bahwa bahasa itu mempunyai variasi-variasi dan BI pun sebagai salah satu bahasa di dunia tentu memiliki variasi-variasi atau ragam-ragam tertentu dalam pemakaiannya. Dengan kata lain, BI dalam penggunaannya tidaklah seragam.

Keragaman bahasa bertalian dengan apa yang memakainya, kepada siapa ia berbicara, dalam suasana apa pembicaraan itu dilakukan, apa yang menjadi topik pembicaraan, dan apa tujuan pembicaraan itu (Rusyana, 1984:121). Hal senada juga dikemukakan oleh Kridalaksana (1989:2) menyatakan bahwa keragaman bahasa tergantung pada pokok pembicaraan, medium pembicaraan dan hubungan antarpembicaraan.

Pada kenyataannya, BI digunakan oleh masyarakat yang heterogen dan multilingual itu sangat bervariasi atau beragam. Keragaman tersebut akan mempersulit atau memperlambat komunikasi antara masyarakat tersebut.

Banyak usaha pemerintah yang telah dilakukan untuk mempercepat penyampaian informasi pembangunan kepada masyarakat. salah satu usaha itu adalah pembentukan kegiatan Bina Keluarga Balita. Dalam kegiatan bina keluarga itu terjadi komunikasi berbahasa baik antara ibu-ibu yang mempunyai anak balita dan para kader atau bidan desa maupun antara ibu-ibu dengan ibu. Dalam usaha


(8)

ini, pemerintah berusaha menempatkan kegiatan ini sebagai salah satu cara untuk menyampaikan rencana dan pelaksanaan pembangunan di bidang keluarga di kawasan pedesaan.

Agar kegiatan penyampaian pembangunan dapat berlangsung dengan baik, diperlukan beberapa syarat yang harus diperhatikan oleh para penyuluh keluarga (khusus KB dan Balita) dan tenaga-tenaga pembina pedesaan, baik dalam perencanaan pembangunan ataupun pada pelaksanaannya.

Dalam hal mempersiapkan kegiatan tidak bisa mengabaikan masalah bahasa, tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat pedesaan. Oleh karena itu, para penyuluh keluarga perlu perhatikan kelompok etnis tertentu yang sifatnya baik di tinjau dari segi bahasa ataupun dialeknya.

Dari uraian di atas, kita dapat beranggapan bahwa para penyuluh keluarga dan ibu-ibu yang mempunyai anak balita sebagai masyarakat yang berbeda. Dalam hal menerima, memahami informasi tersebut mereka memerlukan penerjemaahan bahasa ke dalam ragam bahasa sendiri.

Di Kabupaten Purwakarta para penyuluh keluarga dan anggota ibu-ibu dalam kelompok kader bina keluarga balita sebagai suatu kelompok pemakai bahasa atas dasar penggunaannya, pasti memiliki ragam tersendiri. Dalam hal ini para penyuluh akan menampilkan ragam bahasa tersendiri yang disesuaikan dengan fungsi dan keadaan pada waktu penggunaan bahasa itu. Ragam bahasa seperti (sementara disebut ragam para penyuluh keluarga dan ibu-ibu yang mempunyai anak balita) akan sering terdengar dan dapat dilihat pada saat-saat melakukan aktivitas dalam kegiatan kelompok bina keluarga balita. Ragam bahasa


(9)

5

ini pasti berbeda diantara berbagai kesamaan dengan ragam-ragam yang lain seperti dikemukakan oleh Rusyana bahwa setiap pembicaraan mempunyai seperangkat ragam bahasa, yang penggunaannya disesuaikan dengan fungsi dan keadaan pada waktu menggunakan bahasa itu. Ragam bahasa yang dipergunakan dalam komentar olahraga, khotbah, siaran berita, pelajaran di sekolah, melamar, surat cinta, dan lain-lain berbeda keadaannya (Rusyana, 1984:105).

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian “Pemakaian Bahasa Indonesia Ragam Lisan oleh Kader Bina Keluarga Balita di Kabupaten Purwakarta” perlu dilakukan.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah utama dalam penelitian ini adalah menyangkut penggunaan bahasa oleh satu kelompok organisasi dalam kegiatan penyuluhan keluarga khusus mengenai kelompok Kader Bina Keluarga Balita. Dalam penggunaan bahasa Indonesia tersebut apakah para penyuluh dan anggota kelompok Kader Bina Keluarga Balita menggunakan ragam BI yang baku? Apakah ada unsur inferensial yang terdapat dalam ragam bahasa yang digunakan oleh para penyuluh dan anggotanya? Bagaimanakah para penyuluh dan anggota kelompok Kader Bina Keluarga Balita dalam penggunaan campur kode dan alih kode pada kesempatan tersebut?

Butir-butir tersebut merupakan hal yang penting dan menarik sebagai suatu kajian. Gejala-gejala di atas diperkirakan akan banyak terjadi pada situasi atau dalam pelaksanaan kegiatan para penyuluh dengan para anggota kader BKB.


(10)

Ini mengingat bahwa para penyuluh dan anggota kader BKB itu pada hakekatnya merupakan dwibahasawan.

Apabila seorang dwibahasawan berbicara kepada dwibahasawan lainnya dengan bahasa yang dimilikinya sama, maka akan terjadi dua strategi tuturan, yaitu (1) terjadinya pergeseran atau alih kode lengkap di dalam satuan-satuan kata, frasa atau kalimat, serta (2) terjadinya pungutan kata atau penyesuaian di dalam bahasa dasar (Francois Gros-Jean, 1982:291).

Dari uraian di atas cukup terarah bahwa masalah pokok penelitian ini ialah bahasa Indonesia ragam lisan para kader BKB di Kabupaten Purwakarta.

Adapun masalah yang akan di teliti dalam penelitian ini dirumuskan dalam kalimat pertanyaan berikut ini.

1. Ragam bahasa lisan yang bagaimana yang digunakan oleh para kader BKB? 2. Adakah terjadi kontak bahasa di dalam bentuk alih kode dan inferensi?

3. Model pembelajaran apa yang digunakan kader Bina Keluarga Balita di Kabupaten Purwakarta?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan ingin mendeskripsikan:

1. keadaan bahasa lisan yang digunakan oleh kader BKB dalam kebekuannya dan ragam bahasa lisan yang digunakan oleh para kader BKB;

2. terjadinya kontak bahasa di dalam bentuk alih kode; 3. model pembelajaran yang digunakan oleh kader BKB.


(11)

7

1.4 Asumsi

Ada beberapa asumsi yang melandasi penelitian ini. asumsi-asumsi yang di maksud adalah sebagai berikut.

1. Sebagai gejala sosial, bahasa dan pemakaian bahasa tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor linguistik, tetapi juga ditentukan oleh faktor-faktor nonlinguistik, seperti status sosial, pendidikan, umur, tingkat ekonomi, jenis kelamin, dan sebagainya. Disamping itu juga pemakaian bahasa dipengaruhi faktor-faktor situasional, yaitu siapa berbicara, dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan, dimana, dan mengenai masalah apa seperti yang dikemukakan Fishman who speaks what language, to whom, and when (Suwito, 1983:3). 2. Pada diri seorang dwibahasawan bisa terjadi kontak bahasa. Dua bahasa atau

lebih di sebut berada dalam kontak apabila digunakan secara bergantian oleh orang yang sama. Kontak bahasa dapat terwujud di dalam beberapa bentuk, seperti campur kode, alih kode, dan interferensi (Rusyana, 1984:51, 53 Goesjen, 1982:290).

3. Sebagai alat komunikasi kenyataan bahasa itu tidak bergerak di dalamnya terkandung berbagai ragam. Ragam itu ada yang berhubungan dengan pemakai bahasa itu dan ada pula yang berhubungan dengan pemakaiannya. Berbahasa yang baik bukan saja dapat menguasai struktur bahasa dengan baik, akan tetapi dapat juga menguasai ragam-ragam tersebut sesuai dengan situasi pemakaiannya (Rusyana, 1984:104)

4. Dilihat dari segi kebakuannya, BI sudah mempunyai ragam bahasa Indonesia baku dengan dua ciri utama, yaitu stabilitas yang luwes dan intelektualisasi.


(12)

Stabilitas yang luwes diperoleh melalui modifikasi yang sedemikian rupa sehingga memungkinkan terjadinya penyesuaian dengan perubahan kultur. Intelektualisasi adalah tendensi untuk memiliki tata bahasa yang lebih sistematis dan pembendaharaan kata yang lebih eksplisit (Kridaklasana, 1982:33).

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini bersifat penting dilakukan apabila dilihat dari segi pemakaian dan penyebarluasan bahasa Indonesia sebagai bangsa kebangsaan dan kenegaraan, dilihat dari segi pembinaan dan penyuluhan bahasa Indonesia, dan apabila dilihat dari segi penelitian yang lebih besar.

Dilihat dari segi pemakaian dan penyebarluasan bahasa Indonesia sebagai bahasa kebangsaan, hasil penelitian ini mempunyai dampak sumbangan besar terhadap pembuktian pendapat para ahli bahasa dan guru bahasa yang menyatakan bahwa kita sudah mempunyai bahasa Indonesia standar dalam namun keadaanya sangat menyedihkan karena para pemakai tidak taat terhadap kaidah-kaidah yang sebenarnya.

Dilihat dari segi pembinaan dan penyuluhan bahasa Indonesia, penelitian ini cukup penting karena dapat dijadikan acuan bagi penyusunan program rencana pola kerja pelaksanaan penyuluhan bahasa Indonesia di dalam pemilihan dan penyusunan materi dan media penyuluhan yang ditujukan kepada para anggota kader BKB sekaligus merupakan calon penyuluh bagi masyarakat dilingkungannya.


(13)

9

1.6 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Data yang terkumpulkan dideskripsikan dalam bentuk tabel-tabel diolah dan analisis untuk memperoleh kesimpulan-kesimpulan.

Teknik pengumpulan dilakukan dengan teknik rekaman, teknik angket, dan wawancara. Teknik rekanan digunakan untuk merekam bahasa lisan yang digunakan dalam kegiatan para kader BKB. Wawancara digunakan untuk mengumpulkan data tentang pemakaian ragam bahasa dengan cara peneliti terjun kelapangan wawancara langsung para responden dan menuliskan jawaban responden untuk menggali tentang faktor-faktor penyebab menggunakan ragam bahasa tersebut oleh para kader BKB.


(14)

60 BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bagian ini dijelaskan tentang (a) metode penelitian, (b) teknik penelitian, (c) sumber data dan (d) metode kajian

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Metode deskriptif-analisis digunakan untuk penerima atau penjelas objek yang diteliti, juga pemaparan aspek-aspek yang menjadi fokus perhatian dalam penelitian secara sistematis, faktual mengenai komponen struktur dalam pemakaian bahasa Indonesia ragam lisan oleh Kelompok Kader Bina Keluarga Balita di Purwakarta. Data bahasa Indonesia ragam lisan dideskripsikan berdasarkan (a) variasi kata yang digunakan, (b) kesalahan pemakaian bentuk bahasa Indonesia, (c) informasi pemakaian bentuk bahasa (morfologi dan sintaksis) Indonesia, dan (d) proses alih kode.

Teknik Penelitian

Data bahasa Indonesia ragam lisan dikumpulkan melalui teknik rekaman, teknik teks, observasi, intuisi dan elitasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Labov, (1972:90-100) menyatakan bahwa data linguistik dapat dikumpulkan melalui teknik


(15)

61

teks, observasi, intuisi, dan elitasi. Teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik rekaman, observasi, teks, dan institusi. Teknik rekaman digunakan untuk mengumpulkan data bahasa Indonesia ragam lisan yang digunakan oleh para Kader Keluarga Balia di Kabupaten Purwakarta. Teknik observasi digunakan untuk mengamati variasi, kesalah, interferensi, dan proses alih kode dalam bahasa Indonesia ragam lisan yang sudah ditrabskripsi ke dalam tulisan. Teknik intuisi digunakan karena penelitian adalah penutur asli bahasa sasaran yang dapat melakukan intropeksi, sehingga dapat bertindak sebagai informan.

Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah ragam bahasa lisan. Penentuan sumber data didasari oleh perimbangan pada permasalahan penelitian ini yang dijadikan sumber data atau objek penelitian adalah pemakaian Bahasa Indonesia Ragam Lisan oleh Kader Bina Keluarga Balita di Kabupaten Purwakarta. Pemilihan objek itu didasarkan pada anggapan bahwa pemakaian bahasa Indonesia ragam lisan oleh Kader Bina Keluarga Balita di Kabupaten Purwakarta itu bervariasi.

Pertimbangan dipilih pemakaian bahasa Indonesia ragam lisan oleh Kader Bina Keluarga Balita di Kabupaten Purwakarta adalah:

(1) kelompok Kader Bina Keluarga Balita di Purwakarta merupakan kelompok sosial masyarakat yang sehari-hari dalam komunikasinya menggunakan bahasa daerah; dan


(16)

(2) bahasa Indonesia yang digunakan oleh Kader Keluarga Balita di Kabupaten bervariasi dan memiliki ragam lisan yang khas.

Instrumen Penelitian

Untuk melaksanakan teknik penelitian digunakan instrumen penelitian yang terdiri atas pedoman analisis teks dan kartu data.

(1) Pedoman Analisis Teks

Pedoman ini digunakan untuk menganalisis pemakaian bahasa Indonesia ragam lisan oleh Kelompok Kader Bina Keluarga Balita di Purwakarta. Pedoman itu adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Pedoman Analisis Korpus Ragam Bahasa

No. Pokok Analisis Penjelasan

1. 2. 3. 4. 5.

(2) Kartu Data

Kartu data digunakan sebagai pedoman analisis. Di dalam Kartu Data segala tentang data-data yang akan dikaji dicatat secara cermat, seperti sumber data, data dan keterangan-keterangan lain. Proses pengkajian didasarkan pada catatan Kartu


(17)

63

Data itu. Akan tetapi, bila ada keragaman dan kekurangan penjelasan dilakukan pengecekan kembali kepada sumber informasi Kartu Desa. Hal itu dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahan informasi dan kekeliruan dalam penafsiran.

Analisis Data

Data yang sudah diolah, disusun datur agar dapat digunakan sebagaimana mestinya dan lebih bermakna. Kemudian data itu dianalisis dalam beberapa keperluan pengkajian hipotesis penelitian (Sujana, 1998:76).

Kajian data itu melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: 1) membaca hasil transkripsi bahasa indonesia ragam lisan; 2) menandai ragam bahasa lisan yang akan dianalisis;

3) mengutip berbagai keterangan pendukung yang membantu terungkapnya

masalah penelitian;

4) menafsirkan data yang telah terkumpul; dan 5) menyusun kesimpulan dan saran kajian tersebut.


(18)

108 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis pada bab IV, maka dalam penelitan ini disampaikan beberapa kesimpulan berikut ini.

a. Bahasa Indonesia ragam lisan para penutur Kader Bina Keluarga (KKB) di Kabupaten Purwakarta banyak memakai bahasa tidak baku.

b. Banyak terdapat alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Sunda atau dari bahasa Sunda ke bahasa Indonesia.

c. Variasi bahasa lisan yang digunakan oleh para kader BKB di Kabupaten Purwakarta adalah varasi formal, ragam akarab, dan ragam santai. Hal ini sesuai dengan pendapat ahli yang menyatakan bahwa dalam pengertian seperti itu, maka kita mengenal dua jenis verbal reportoire yaitu (1) verbal reportoire yang dimiliki oleh setiap penutur secara individual dan (2) verbal reportoire yang merupakan milik masyarakat tutur secara keseluruhan. Hal pertama menunjukkan keseluruhan alat-alat verbal yang dikuasai oleh setiap penutur, pemilihan bentuk-bentuk dan norma-norma bahasa sesuai dengan fungsi dan situasinya. Hal kedua, sesuai dengan analogi yang pertama, ialah alat-alat keseluruhan alat-alat verbal yang ada di dalam suatu masyarakat tutur serta norma-norma untuk menentukan pemilihan variasi bahasa sebagai sistem interaksi verbal diantara penuturan-penuturanya di dalam masyarakat disebut sosiolinguistik internasional dan sosiolinguistik mikro.


(19)

109

d. Model pembelajaran yang digunakan oleh kader BKB di Kabupaten Purwakarta adalah model pembelajaran interaktif.

5.2 Saran-saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, dalam penelitian ini diajukan beberapa saran sebagai berikut.

a. Karena bahasa Indonesia ragam lisan para kader BKB di Kabupaten Purwakarta cukup komunikati, bahasa yang digunakan sebaiknya disesuaikan dengan ragam-ragam konteks pemakai bahasa Indonesia

b. Karena penelitian ini hanya dilakukan pada para kader BKB di Kabupaten Purwakarta, perlu dilakukan penelitian yang lebih luas sampelnya dan mendalam analisisnya.


(20)

110

DAFTAR PUSTAKA

Alisyahbana, St. 1996. “The Rise of the Indonesian and Malaysian Language” dalam Fishman, J.A. (ed). Language Planning for Modernization. Mounton, The Hangue. Paris.

Allen, W S. 1966. The Linguistic Study of language”. Dalam Steven. P.D. (ed). Five Inaugural Lectures. OUP.

Asmah, H. O. 1972. The Role of Language Standardization in the Coining of Technical Terms in Bahasa Malaysia. Kualalumpur.

Appel, R. dkk. 1976. Sociolinguistiek: Het Spectrum. Aniwerven/Utrecht.

Cohen, A. D., 1975. A Sociolinguistic Approach to Bilingual Education. Rowley, Massachusents: Newbury House Publisher, Inc.

Corder, S. Pit. 1975. Introducing Applied Linguistics. Harmondsworth, Middlesex: England:Pinguin Books, Ltd.

Ferguson, C. A. 1972. “Diglosia”, dalam Giglioli, P.P. (ed) Language and Social Context. Harmondsworth, Middlesex: Pinguin Books, Ltd.

Fishman. J. A. 1972. Sosiolinguistik A.Brif Introduction. Rowley. Massachusetts: Newbury House Publisher.

Fishman 1976a. “The Sociology of Language, an Interdiciplinary Sosial Science

Approach to Language in Society”. Dalam Fishman, J.A. (ed). Advances in the Sociology of Language. Paris: Mouton The Hague Paris.

Fishman 1976b.”The Reletionsihih between Micro-and Macro-Sosiolinguistics in

the Study of Who Speaks What Language to Whom and When” dalam Pride, J.B dan Holmes, J. (eds) Sosiolinguistics. Middlesex England: Pinguin Books, Ltd.

Halim. A.,1976. “Fungsi dan Kedudukan Bahasa Nasional” dalam Halim A, (ed). Politik Bahasa Nasional. 2. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Haliday, M.A.K. 1968. “The Users dan Used of Language”. Dalam Fishman, J.A (ed) Readings in the Sociology of Language. Mounton, the Hague-Paris.


(21)

111

Labov, W. 1977. Sociolinguistic Pattern. University of Pennsylvania Press.

Muliono, M. Anton. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Rusyana, Y. 1975. Interperensi Mofologi pada Penggunaan Bahasa Indonesia Anak-anak yang Berbahasa Pertama Bahasa Sunda. Disertasi. Jakarta. Rusyana Y. 1989. Perihal Kedwibahasaan (Bilingualisme). Jakarta: Depdikbud. Suwito. 1981. Dasar-dasar Teori Penelitian Sosiolinguistik.


(1)

(2) bahasa Indonesia yang digunakan oleh Kader Keluarga Balita di Kabupaten bervariasi dan memiliki ragam lisan yang khas.

Instrumen Penelitian

Untuk melaksanakan teknik penelitian digunakan instrumen penelitian yang terdiri atas pedoman analisis teks dan kartu data.

(1) Pedoman Analisis Teks

Pedoman ini digunakan untuk menganalisis pemakaian bahasa Indonesia ragam lisan oleh Kelompok Kader Bina Keluarga Balita di Purwakarta. Pedoman itu adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Pedoman Analisis Korpus Ragam Bahasa

No. Pokok Analisis Penjelasan

1. 2. 3. 4. 5.

(2) Kartu Data

Kartu data digunakan sebagai pedoman analisis. Di dalam Kartu Data segala tentang data-data yang akan dikaji dicatat secara cermat, seperti sumber data, data dan keterangan-keterangan lain. Proses pengkajian didasarkan pada catatan Kartu


(2)

63

Data itu. Akan tetapi, bila ada keragaman dan kekurangan penjelasan dilakukan pengecekan kembali kepada sumber informasi Kartu Desa. Hal itu dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahan informasi dan kekeliruan dalam penafsiran.

Analisis Data

Data yang sudah diolah, disusun datur agar dapat digunakan sebagaimana mestinya dan lebih bermakna. Kemudian data itu dianalisis dalam beberapa keperluan pengkajian hipotesis penelitian (Sujana, 1998:76).

Kajian data itu melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: 1) membaca hasil transkripsi bahasa indonesia ragam lisan; 2) menandai ragam bahasa lisan yang akan dianalisis;

3) mengutip berbagai keterangan pendukung yang membantu terungkapnya masalah penelitian;

4) menafsirkan data yang telah terkumpul; dan 5) menyusun kesimpulan dan saran kajian tersebut.


(3)

108

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis pada bab IV, maka dalam penelitan ini disampaikan beberapa kesimpulan berikut ini.

a. Bahasa Indonesia ragam lisan para penutur Kader Bina Keluarga (KKB) di Kabupaten Purwakarta banyak memakai bahasa tidak baku.

b. Banyak terdapat alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Sunda atau dari bahasa Sunda ke bahasa Indonesia.

c. Variasi bahasa lisan yang digunakan oleh para kader BKB di Kabupaten Purwakarta adalah varasi formal, ragam akarab, dan ragam santai. Hal ini sesuai dengan pendapat ahli yang menyatakan bahwa dalam pengertian seperti itu, maka kita mengenal dua jenis verbal reportoire yaitu (1) verbal reportoire yang dimiliki oleh setiap penutur secara individual dan (2) verbal reportoire yang merupakan milik masyarakat tutur secara keseluruhan. Hal pertama menunjukkan keseluruhan alat-alat verbal yang dikuasai oleh setiap penutur, pemilihan bentuk-bentuk dan norma-norma bahasa sesuai dengan fungsi dan situasinya. Hal kedua, sesuai dengan analogi yang pertama, ialah alat-alat keseluruhan alat-alat verbal yang ada di dalam suatu masyarakat tutur serta norma-norma untuk menentukan pemilihan variasi bahasa sebagai sistem interaksi verbal diantara penuturan-penuturanya di dalam masyarakat disebut sosiolinguistik internasional dan sosiolinguistik mikro.


(4)

109

d. Model pembelajaran yang digunakan oleh kader BKB di Kabupaten Purwakarta adalah model pembelajaran interaktif.

5.2 Saran-saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, dalam penelitian ini diajukan beberapa saran sebagai berikut.

a. Karena bahasa Indonesia ragam lisan para kader BKB di Kabupaten Purwakarta cukup komunikati, bahasa yang digunakan sebaiknya disesuaikan dengan ragam-ragam konteks pemakai bahasa Indonesia

b. Karena penelitian ini hanya dilakukan pada para kader BKB di Kabupaten Purwakarta, perlu dilakukan penelitian yang lebih luas sampelnya dan mendalam analisisnya.


(5)

110

Alisyahbana, St. 1996. “The Rise of the Indonesian and Malaysian Language” dalam Fishman, J.A. (ed). Language Planning for Modernization. Mounton, The Hangue. Paris.

Allen, W S. 1966. The Linguistic Study of language”. Dalam Steven. P.D. (ed). Five Inaugural Lectures. OUP.

Asmah, H. O. 1972. The Role of Language Standardization in the Coining of Technical Terms in Bahasa Malaysia. Kualalumpur.

Appel, R. dkk. 1976. Sociolinguistiek: Het Spectrum. Aniwerven/Utrecht.

Cohen, A. D., 1975. A Sociolinguistic Approach to Bilingual Education. Rowley, Massachusents: Newbury House Publisher, Inc.

Corder, S. Pit. 1975. Introducing Applied Linguistics. Harmondsworth, Middlesex: England:Pinguin Books, Ltd.

Ferguson, C. A. 1972. “Diglosia”, dalam Giglioli, P.P. (ed) Language and Social Context. Harmondsworth, Middlesex: Pinguin Books, Ltd.

Fishman. J. A. 1972. Sosiolinguistik A.Brif Introduction. Rowley. Massachusetts: Newbury House Publisher.

Fishman 1976a. “The Sociology of Language, an Interdiciplinary Sosial Science

Approach to Language in Society”. Dalam Fishman, J.A. (ed). Advances in the Sociology of Language. Paris: Mouton The Hague Paris.

Fishman 1976b.”The Reletionsihih between Micro-and Macro-Sosiolinguistics in

the Study of Who Speaks What Language to Whom and When” dalam Pride, J.B dan Holmes, J. (eds) Sosiolinguistics. Middlesex England: Pinguin Books, Ltd.

Halim. A.,1976. “Fungsi dan Kedudukan Bahasa Nasional” dalam Halim A, (ed). Politik Bahasa Nasional. 2. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Haliday, M.A.K. 1968. “The Users dan Used of Language”. Dalam Fishman, J.A (ed) Readings in the Sociology of Language. Mounton, the Hague-Paris.


(6)

111

Labov, W. 1977. Sociolinguistic Pattern. University of Pennsylvania Press.

Muliono, M. Anton. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Rusyana, Y. 1975. Interperensi Mofologi pada Penggunaan Bahasa Indonesia Anak-anak yang Berbahasa Pertama Bahasa Sunda. Disertasi. Jakarta. Rusyana Y. 1989. Perihal Kedwibahasaan (Bilingualisme). Jakarta: Depdikbud. Suwito. 1981. Dasar-dasar Teori Penelitian Sosiolinguistik.