ringkasan - Keanekaragaman dan Biologi Reproduksi Parasitoid Telur Wereng Coklat Nillaparvata lugens Stall. (Homoptera: Delphacidae) pada Struktur Lansekap Pertanian Berbeda.

RINGKASAN
YAHERWANDI dan USRA SYAM, Keanekaragaman dan Biologi Reproduksi
Parasitoid Telur Wereng Coklat Nillaparvata lugens Stall. (Homoptera:
Delphacidae) pada Struktur Lansekap Pertanian Berbeda.
Penggunaan pestisida dalam ekosistem pertanian telah mengakibatkan
berbagai kerusakan dan pencemaran lingkungan. Berbagai kasus membuktikan
bukan hanya pencemaran lingkungan yang terjadi tetapi juga musnahnya
keanekaragaman artropoda dalam ekosistem. Akibatnya, terjadilah pemiskinan
keanekaragaman fauna dalam ekosistem yang mudah menimbulkan gejolak
peledakan populasi spesies-spesies herbivora tertentu yang cenderung merugikan.
Hal ini juga terjadi dalam kasus pengendalian wereng batang coklat, yaitu
peledakkan populasi hama ini pada tahun 1986, sehingga dikeluarkannya Inpres
No. 3 tahun 1986 tentang pelarangan penggunaan 56 jenis pestisida pada
pertanaman padi. Sejak itu terjadi perubahan paradigma pengendalian hama pada
pertanaman padi, yaitu pengendalian yang bertumpu pada penggunaan pestisida
ke pengendalian yang lebih berwawasan ekologis. Hal ini dilakukan dalam upaya
untuk mengembalikan fungsi ekologis (biorestorasi) dari berbagai artropoda pada
agroekosistem, sehingga perlu dicari alternatif pengendalian tanpa menggunakan
pestisida, misalnya dengan memanfaatkan musuh alami dari serangga herbivor
atau yang lebih dikenal dengan pengendalian hayati.
Tujuan penelitian ini adalah mempelajari keanekaragaman dan biologi

reproduksi parasitoid telur wereng batang coklat yang berasal dari daerah
geografis berbeda.

Fokus penelitian ini adalah untuk mempelajari biekologi

parasitoid pada berbagai struktur lanskap pertanian dalam kaitannya dengan
menyediakan landasan yang kuat untuk perencanaan dan pengembangan model
atau teknologi pengendalian hama terpadu (PHT) spesifik lokasi.
Percobaan ini bertujuan untuk mendapatkan informasi kekayaan,
kelimpahan, dan keanekaragaman spesies parasitoid telur wereng bantang coklat
pada struktur lanskap pertanian berbeda di Sumatera Barat. Untuk memperoleh
parasitoid telur wereng batang coklat dilapang digunakan empat metode koleksi,
yaitu metode pemerangkapan, penjaringan (sweepnet), nampan kuning (yellow

pantrap), dan menggunakan alat pengisap serangga (farmcop). Koleksi parasitoid
telur dilakukan di kelurahan Sungai Sapih (mewakili struktur lanskap pertanian
yang sederhana atau ekosistem padi monokultur) dan

Nagari Kayu Tanduk


Kabupaten Tanah Datar (mewakili struktur lanskap pertanian yang komplek atau
ekosistem yang polikultur).
Jumlah keseluruhan parasitoid telur wereng batang coklat yang telah
dikumpulkan pada pertanaman padi di lanskap Kayu Tanduk dan Sungai Sapih
dalam priode April sampai Juli 2006 adalah 158 individu yang termasuk dalam
tiga famili dan delapan spesies. Pada lanskap Kayu Tanduk ditemukan lima
spesies parasitoid dan dua famili, sedangkan lanskap Sungai Sapih ditemukan
delapan spesies dan tiga famili. Berdasarkan jumlah famili dan spesies temuan
dari penelitian ini lebih tinggi dari yang dilaporkan oleh Maryana (1994) yaitu 2
famili dan 5 spesies parasitoid telur wereng batang coklat populasi Jawa Barat,
tetapi jauh lebih sedikit daripada yang dilaporkan Chu dan Hirashima (1981) yaitu
15 spesies di Taiwan. Rendahnya jumlah spesies yang ditemukan dalam penelitian
ini dan Maryana (1994) dibandingkan laporan Chu dan Hirashima (1981),
kemungkinan karena

pengambilan sampel parasitoid baik Maryana (1994)

maupun penelitian ini hanya pada dua lokasi, sedangkan Chu dan Hirashima
(1981) melakukan pengambilan sampel parasitoid hampir seluruh propinsi di
Taiwan.

Kekayaan dan keanekaragaman pesies parasitoid telur wereng batang
coklat lebih tinggi di lanskap Sungai Sapih daripada Kayu Tanduk, sedangkan
kemerataan spesies lebih tinggi di lanskap Kayu Tanduk daripada Sungai Sapih.
Walaupun, kekayaan spesies parasitoid telur wereng batang coklat di lanskap
Sungai Sapih dua kali lanskap Kayu Tanduk, tetapi keanekaragaman spesiesnya
tidak berbeda jauh yaitu 2.4 dan 1.81 berturut-turut untuk Sungai Sapih dan Kayu
Tanduk. Hal ini terjadi karena indeks kemerataan spesies pada lansekap Kayu
Tanduk lebih tinggi daripada Sungai Sapih. Indeks ini mengungkapkan bahwa
distribusi kelimpahan spesies di dalam komunitas parasitoid telur wereng batang
coklat di lansekap Kayu Tanduk relatif merata daripada lansekap Sungai Sapih,
sehingga keanekaragaman spesiesnya tidak berbeda jauh dari lanskap Sungai
Sapih. Fenomena yang sama sebelumnya juga dilaporkan Yaherwandi et al.

(2006) tentang keanekaragaman komunitas Hymenoptera parasitoid di lanskap
Nyalindung tidak berbeda nyata dengan lanskap Gasol dan Selajambe. Walaupun
lanskap Nyalindung mempunyai kekayaan spesies dan kelimpahan individu lebih
tinggi daripada lanskap Gasol dan Selajambe, tetapi indeks kemerataan spesies
lanskap Nyalindung lebih rendah daripada kedua lansekap lainnya. Dengan
demikian, jelas bahwa Indeks Keanekaragaman Shannon dan Wiener (H’)
dipengaruhi oleh kemerataan spesies dalam komunitas (Spellerberg 1995;

Magurran 1988; krebs 1999).
Keperidian imago Anagrus sp diduga dari kemampuan betina memarasit
telur wereng batang coklat. Telur wereng coklat yang terserang Anagrus sp
berubah warnanya dari putih menjadi oranye. Kemampuan betina untuk
meletakan telur selama hidupnya berkisar dari 15 – 42 butir telur dengan rata-rata
24.45 butir. Rendahnya keperidian (jumlah telur yang diletakkan) diduga karena
pendeknya umur imago betina yaitu berkisar dari 2 – 5 hari dengan rata-rata 3 hari
(tabel 4). Hal ini menyebabkan masih banyak sisa telur dalam ovari. Jumlah telur
yang tidak diletakkan atau tersisa dalam ovari berkisar 21 – 48 butir telur dengan
rata-rata 36.91 butir
Produksi telur Anagrus sp terjadi secara bertahap, hal ini bisa
dilihat dari jumlah telur matang dalam ovari pada saat imago muncul dari pupa.
Kesiapan reproduksi imago betina Anagrus sp berkisar dari 3 – 8 butir telur
dengan rata-rata 5.88 butir. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Anagrus sp
termasuk parasitoid synovigenik yaitu parasitoid yang produksi dan peletakkan
telurnya secara bertahap selama hidupnya.
Parasitasi diperoleh dari perbandingan jumlah telur inang yang terparasit
dengan total jumlah telur inang yang diperlakukan. Parasitasi Anagrus sp pada
telur wereng batang padi berkisar dari 15.66 – 35.71 % dengan rata-rata 24.92%.
Hasil ini tinggi dari yang dilaporkan Maryana (1994) yaitu 11, 31 % di Bogor dan

Cianjur, tetapi jauh lebih rendah dari parasitasi Olygosita sp di lapangan terhadap
telur wereng batang coklat (Damayanti dan Atmadja 1997).