KUALITAS AIRTANAH DANGKAL DI KECAMATAN DAYEUHKOLOT KABUPATEN BANDUNG.

(1)

KUALITAS AIRTANAH DANGKAL

DI KECAMATAN DAYEUHKOLOT KABUPATEN BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Geografi

Oleh:

TEGUH NUGRAHA 0705852

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

DI KECAMATAN DAYEUHKOLOT

KABUPATEN BANDUNG

Oleh Teguh Nugraha

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

© Teguh Nugraha 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

TEGUH NUGRAHA 0705852

RESPON MASYARAKAT TERHADAP KUALITAS AIRTANAH DANGKAL DI KECAMATAN DAYEUHKOLOT KABUPATEN BANDUNG

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I

Prof. Dr. Ir. Dede Rohmat, MT NIP. 19640603 198903 1 001

Pembimbing II

Iwan Setiawan, S.Pd., M.Si NIP. 19710604 199903 1 002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Geografi

Dr. Hj. Epon Ningrum, M.Pd NIP. 19620304 198704 2 001


(4)

KUALITAS AIRTANAH DANGKAL

DI KECAMATAN DAYEUHKOLOT KABUPATEN BANDUNG

Oleh : Teguh Nugraha (0705852)

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya kondisi kritis kualitas airtanah dangkal di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung. Penggunaan airtanah, di daerah penelitian tergolong tinggi, selain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, airtanah juga dewasa ini tengah digunakan untuk keperluan industri yang tidak sedikit limbahnya dibuang ke sungai dan mencemari ekosistem sungai. Selain itu, kondisi daerah penelitian yang sering tergenang banjir saat musim hujan, menyebabkan airtanah dangkal mudah sekali tercemar oleh lingkungannya sendiri dan mengakibatkan adanya penurunan kualitas airtanah dangkal. Oleh karena itu timbul keingintahuan penulis untuk mengetahui bagaimana kualitas airtanah dangkal di daerah penelitian dan bagaimana perlakuan masyarakat selaku pengguna airtanah itu sendiri. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada penduduk setempat agar dijadikan pertimbangan dalam pemanfaatan airtanah di daerah penelitian.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode deskriptif dan survei. Untuk memperoleh data kualitas airtanah dangkal ditentukan dari 12 sampel sumur yang diambil di wilayah kajian penelitian dengan pertimbangan keterdapatan sumur, jarak sumur dengan pemukiman, dan sumur yang sering digunakan oleh warga. Menentukan kualitas air dilakukan uji laboratorium terhadap parameter fisika (bau, rasa, DHL, TDS, kekeruhan) dan parameter kimia (pH, besi, kesadahan, nitrat, nitrit, sulfat dan zat organik) pada sampel dan disesuaikan Dengan Peraturan Pemerintah No 82. Tahun 2001 Tentang Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas. Dan untuk memeperoleh data respon masyarakat, dilakukan dengan kuesioner dan wawancara.

Hasil penelitian menunjukan secara karakteristik fisika dan kimia, kualitas airtanah dangkal di 12 plot terbagi menjadi; (1) kelas kualitas mutu airtanah dangkal I (plot 2, plot 9, dan plot 10); (2) kelas kualitas mutu airtanah dangkal II (plot 8 dan 12); (3) kelas kualitas mutu airtanah dangkal III (plot 1, plot 3, plot 4, plot 5, plot 6, plot 7, dan plot 11). Airtanah kualitas kelas I aman dikonsumsi karena memenuhi standar, sementara air kualitas kelas II dan III kurang baik dikonsumsi. Persebaran kelas kualitas air kurang dari setengahnya atau sekitar 41% tergolong dalam kelas kualitas air III.

Adapun perlakuan (treatment) masyarakat terhadap kualitas air senantiasa terjaga berbeda pada setiap kelasnya. Di kelas kualitas air I tidak ada perlakuan, namun pada kelas kualitas II dan III ada perlakuan sebelum masyarakat menggunakan air tersebut untuk keperluan sehari-hari yaitu melakukan filtrasi/penyaringan dan pengendapan supaya air menjadi jernih.


(5)

THE QUALITY OF SHALLOW GROUND WATER

IN THE DAYEUHKOLOT DISTRICT OF BANDUNG REGENCY

By : Teguh Nugraha (0705852)

The research was motivated by the critical condition of the shallow groundwater quality Dayeuhkolot District of Bandung regency. The use of groundwater, in the study area is high, in addition to meeting the needs of the household, also up groundwater is being used for industrial purposes not less wastes dumped into rivers and pollute the river ecosystem. In addition, the condition of the study area is often flooded during the rainy season, causing shallow groundwater easily contaminated by the environment itself and lead to a decrease in the quality of shallow groundwater. Hence arises the author curiosity to know how the quality of shallow groundwater in the study area and how the treatment of groundwater as a user community itself. The study is expected to provide information to local residents to be taken into consideration in the use of groundwater in the study area.

The method used in this research is descriptive and survey methods. To obtain data on the quality of shallow groundwater wells determined from 12 samples taken in the study area of research by considering keterdapatan wells, distance to residential wells, and wells that are often used by residents. Determine the water quality conducted laboratory tests on physical parameters (smell, taste, DHL, TDS, turbidity) and chemical parameters (pH, iron, hardness, nitrates, nitrites, sulfates and organic matter) in a sample and adjusted by Government Regulation No. 82. 2001 on Water Quality Criteria Based Class. And to obtain the response data, conducted by questionnaire and interview.

The results showed the physical and chemical characteristics, the quality of shallow groundwater in 12 plots divided into: (1) class quality shallow groundwater quality I (plot 2, plot 9, and plot 10), (2) shallow groundwater quality quality grade II (plot 8 and 12), (3) shallow groundwater quality quality grade III (plot 1, plot 3, plot 4, plot 5, plot 6, plot 7, and plot 11). Class I groundwater quality standards for safe consumption, while the water quality class II and III are less well taken. Distribution of water quality grade is less than half, or about 41% belong to the class III water quality.

The treatment communities on water quality is always maintained different for each class. In class I there are no water quality treatment, but the quality of the class II and III no treatment before the water is used for day-to-day is to do the filtration / filtration and sedimentation so that the water becomes clear.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK ...

KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ...

i ii iv vii ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1. Latar Belakang ...

1.2. Rumusan Masalah ... 1.3. Tujuan Penelitian ... 1.4. Manfaat Penelitian ... 1.5. Definisi Operasional ...

1 6 6 7 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Masyarakat ... 2.2. Sumberdaya Air ... 2.3. Sumber-sumber Air ... 2.4. Kualitas Air ... 2.5. Airtanah (Groundwater) ... 2.6. Terjadinya Airtanah ... 2.7. Kondisi Airtanah ... 2.8. Gerakan Airtanah ... 2.9. Sanitasi ...

10 11 18 20 30 34 37 38 39


(7)

BAB III PROSEDUR PENELITIAN ... 41

3.1. Lokasi Penelitian ... 3.2. Metode Penelitian ... 3.3. Populasi dan Sampel ... 3.4. Variabel Penelitian ... 3.5. Alat dan Bahan ... 3.6. Teknik Pengumpulan Data ... 3.7. Teknik Analisis Data ... 3.8. Proses Pelaksanaan Penelitian ...

41 43 43 51 52 53 55 58

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 59

4.1. Gambaran Umum Kecamatan Dayeuhkolot ... 4.1.1. Kondisi Fisik ... 4.1.1.1. Letak dan Luas ... 4.1.1.2. Kondisi Iklim ... 4.1.1.3. Kondisi Geologi ... 4.1.1.4. Kondisi Geomorfologi ... 4.1.1.5. Kondisi Tanah ... 4.1.1.6. Kondisi Hidrologi ... 4.1.1.7. Kondisi Hidrogeologi ... 4.1.1.8. Penggunaan Lahan ... 4.1.2. Kondisi Sosial ... 4.1.2.1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

... 59 59 59 63 69 74 76 80 80 83 85 85


(8)

4.1.2.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia ... 4.1.2.3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat

Pendidikan ... 4.1.2.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

... 4.2. Karakteristik Kualitas Airtanah Dangkal di Kecamatan Dayeuhkolot ... 4.2.1. Parameter Fisika ... 4.2.2. Parameter Kimia ... 4.3. Persebaran Kelas Kualitas Airtanah Dangkal di Kecamatan Dayeuhkolot ... 4.4. Perlakuan Masyarakat Terhadap Airtanah dangkal ...

88

90

91

93 93 108 126

134

BAB V PENUTUP ... 142

5.1. Kesimpulan ... 5.2. Rekomendasi ...

142 144

DAFTAR PUSTAKA ... 147 LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP


(9)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H2O. Air

merupakan komponen utama makhluk hidup dan mutlak diperlukan untuk kelangsungan hidupnya.

Dublin, 26-31 Januari 1992 The Dublin Statement (International

Conference on Water and the Environment)

“Air merupakan bagian penting dari lingkungan dan merupakan wadah

bergantungnya berbagai bentuk kehidupan dan kesehjateraan manusia. Kelangkaan dan penyalahgunaan air bersih akan menghadapi ancaman yang serius dan makin bertambah terhadap pengembangan dan

perlindungan lingkungan yang berkelanjutan.”

Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, sehingga tidak ada kehidupan seandainya di bumi tidak ada air. Namun demikian, air dapat menjadi malapetaka bilamana tidak tersedia dalam kondisi yang benar, baik kualitas maupun kuantitasnya. Air yang relatif bersih sangat didambakan oleh manusia, baik untuk keperluan hidup sehari-hari, untuk keperluan industri, untuk kebersihan sanitasi kota, maupun untuk keperluan pertanian dan lain sebagainya.

Air seperti halnya energi, adalah hal yang esensial bagi kehidupan. Sebagai ilustrasi, ketika manusia tidak makan maka akan dapat bertahan selama satu bulan, namun apabila satu hari tidak minum, maka kemampuan bertahannya tidak akan berlangsung lama. Ini menjelaskan bahwa betapa penting keberadaan air.


(10)

jumlah atau seberapa banyak air yang tersedia disuatu tempat. Jumlah air di bumi relatif tetap, yakni sebesar ± 1,4 miliar km3. Hampir 97,5 % air di dunia dalam

keadaan asin. Bila dianggap permukaan bumi ini seragam (tanpa lembah dan gunung), maka jumlah air sebesar itu akan menutup rata seluruh permukaan bumi sedalam 2,6 km. Dari jumlah sebesar itu, hanya 2,5% air di dunia yang bersifat tawar. Sekitar 1,7% tersimpan dalam bentuk es, terutama sekali di daerah kutub, sedangkan 0,1% berada di atmosfer sebagai uap air. Dari seluruh air tawar di bumi, sekitar dua pertiga berwujud es di kutub. Sementara sebagian besar dari epertiga sisa air tawar berupa air tanah yang berada pada kedalaman 200-600 m di bawah permukaan tanah.

Dari keseluruhan air tawar, hanya 0,006% yang mengalir di permukaan bumi, sementara kandungan air tawar dalam tubuh makhluk hidup seluruhnya sebesar 0,003% yakni sekitar setengah dari jumlah air tawar di danau, sungai, dan rawa-rawa di bumi kita. Secara keseluruhan dapat dinyatakan bahwa jumlahnya relatif tetap atau konstan. Air akan selalu ada karena air bersikulasi dan tidak pernah berhenti dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer mengikuti siklus hidrologi.

Namun dengan keberadaan air di dunia yang melimpah ruah, tentunya tidak semua air dapat dimanfaatkan untuk keperluan hidup sehari-hari. Air yang dapat dimanfaatkan jumlahnya terbatas. Pemanfaatan air untuk keperluan sehari-hari terkait erat dengan kualitas air itu sendiri. Kualitas air berhubungan dengan standar mutu yang dibutuhkan untuk pemanfaatan air sesuai dengan


(11)

peruntukannya, air bersih untuk keperluan sehari-hari harus memenuhi beberapa syarat seperti di bawah ini:

1. Syarat Fisik, yaitu keadaan fisik air tersebut yang tidak boleh berbau, tidak berwarna dan tidak berrasa

2. Syarat kimia, yaitu keadaan air yang tidak mengandung zat-zat kimia yang dapat meracuni tubuh

3. Syarat biologis, yaitu bahwa air tidak boleh mengandung bakteri-bakteri yang merugikan (patogen)

Syarat-syarat tersebut dapat dijadikan dasar untuk mendapatkan air bersih yang memenuhi syarat sesuai standar kualitas air sehingga dapat dikonsumsi.

Dewasa ini, air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang serius. Untuk mendapat air yang baik sesuai dengan standar mutu, saat ini menjadi barang yang mahal, karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari berbagai hasil kegiatan manusia. Sehingga secara kualitas, sumberdaya air telah mengalami penurunan.

Upaya pemenuhan kebutuhan air oleh manusia dapat mengambil air dari dalam tanah, air permukaan, atau langsung dari air hujan. Dari ke tiga sumber air tersebut, air tanah yang paling banyak digunakan karena air tanah memiliki beberapa kelebihan di banding sumber-sumber lainnya antara lain karena kualitas airnya yang lebih baik serta pengaruh akibat pencemaran yang relatif kecil. Air tanah disini terbagi menjadi dua, ada air tanah dangkal dan air tanah dalam (shallow water and deep water).


(12)

Akan tetapi air yang dipergunakan tidak selalu sesuai dengan syarat kesehatan, karena sering ditemui air tersebut mengandung bibit ataupun zat-zat tertentu yang dapat menimbulkan penyakit yang justru membahayakan kelangsungan hidup manusia. Pemanfaatan air tanah sebagai sumber air bersih oleh penduduk di wilayah-wilayah perkotaan di Indonesia, sampai sat ini masih menjadi andalan utama. Cara umum yang dipakai adalah dengan membuat sumur bor atau sumur gali. Alasan utama pemanfaatan airtanah adalah karena lebih murah dan mudah, disamping perusahaan-perusahaan air minum pemerintah (PAM atau PDAM), tidak dapat memenuhi kebutuhan air penduduk secara memadai. Tetapi, kualitas airtanah dangkal yang banyak digunakan oleh penduduk rentan terhadap pencemaran sebagaimana air permukaan. Djajadiningrat (2001) menyatakan bahwa kecenderungan gangguan terhadap kulaitas air tanah dangkal dari lingkungan pemukiman cukup tinggi.

Pencemaran dapat terjadi ketika badan air mengalir melalui pori-pori batuan dibawah tanah maupun yang mengalir dipermukaan tanah, hal ini disebabkan karena sifat dan karakteristik air yang mudah melarutkan unsur-unsur kimia tertentu maupun logam-logam berat lainnya. Mineral-mineral yang terkandung di dalam batuan merupakan faktor dominan sebagai sumber yang memberikan pencemaran pada badan air yang mengalir di daratan. Disamping itu pembuangan limbah ke dalam sungai maupun tanah yang berasal dari limbah industri dan pertambangan serta limbah pertanian, rumah tangga dan limbah lainnya dapat menyebabkan baku mutu air menjadi turun kualitasnya.


(13)

Masalah yang berhubungan dengan air adalah masalah-masalah yang berkaitan dengan pemanfaatan air bagi keperluan tertentu. Sebagaimana diketahui bahwa sumberdaya air dapat dijumpai di permukaan tanah, seperti sungai, danau, rawa, udara dan lautan serta yang berada di bawah permukaan tanah, seperti air tanah dangkal (shallow groundwater) dan air tanah dalam (deep groundwater).

Selain masalah pencemaran, kualitas airtanah juga dipengaruhi oleh aktivitas manusia diatasnya dan perlakuan masyarakat (treatment) itu sendiri. Kecamatan Dayeuhkolot, adalah kecamatan yang memiliki permasalahan-permasalah seperti diatas yang menyagkut akan kulaitas airtanah dangkal. Permasalahan yang ada saat ini diperparah lagi dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk dimana daerah sempadan Sungai Citarum adalah daerah yang telah berubah fungsi menjadi kawasan pemukiman padat dan kumuh.

Sejak tahun 1980 an perkembangan penduduk di bantaran sungai Citarum, khususnya kecamatan Daeyuhkolot terus mengalami perkembangan yang pesat. Perkembangan tersebut diiringi dengan pertumbuhan penduduk yang sangat cepat pula. Laju pertumbuhan penduduk yang cepat mengakibatkan terjadinya kepadadatan penduduk Beberapa teori mengemukakan bahwa unsur kimia airtanah dipengaruhi oleh kondisi alam dan kondisi limbah akivitas manusia. Kondisi alam antara lain dipengaruhi oleh batuan penyusun aquifer.

Mengingat sebagian besar penduduk di kecamatan Dayeuhkolot masih memanfaatkan sumber air bersih dari airtanah dangkal atau sumur gali, tentunya perlu ada suatu penelitian guna menguji kualitas airtanah dangkal dan mengetahui bagaimana perlakuan masyarakat pada setiap kelas kualitas air yang digunakan


(14)

oleh penduduk setempat agar terciptanya perilaku yang sehat dan berwawasan lingkungan.

Oleh karena itu peneliti berkeinginan untuk meneliti permasalahan tersebut

dengan judul “Kualitas Airtanah Dangkal Di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, dirumuskan kedalam beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana kualitas airtanah dangkal berdasarkan karakteristik fisika dan kimia di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung?

2. Bagaimana persebaran kelas kualitas airtanah dangkal di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung?

3. Bagaimana perlakuan masyarakat pada setiap kelas kualitas airtanah dangkal di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi kualitas airtanah berdasarkan parameter fisika dan kimia air. 2. Menentukan kelas kulitas airtanah berdasarkan karakteristik fisika dan kimia. 3. Mengevaluasi perlakuan masyarakat terhadap airtanah sebagai pemenuh


(15)

1.4. Manfaat Penelitian

Dari informasi yang ada, diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Sebagai bahan pendalaman materi geografi mengenai hidrologi khususnya airtanah dangkal

2. Memberikan informasi terhadap masyarakat setempat mengenai kualitas air tanah dangkal sehingga dapat dijadikan pertimbangan dalam penggunaannya. 3. Sebagai masukan data untuk peneliti selanjutnya dengan permasalahan yang

lebih aktual

4. Sebagai bahan pengayaan dalam proses pembelajaran geografi mengenai pokok bahasan airtanah di SMA kelas XII.

1.5. Definisi Operasional

Judul dalam penelitian ini adalah “Perlakuan Masyarakat Pada Setiap Kelas Kualitas Airtanah Dangkal di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung” Agar tidak terjadi kesalah pahaman tentang istilah yang digunakan dalam judul penelitian ini, maka peneliti perlu menjelaskan istilah yang ada pada judul yaitu: 1. Menurut Sunaryo (2005:69) perlakuan umumnya berwujud sikap, peran serta,

atau tindakan. Perlakuan (treatment) pada penelitian ini merupakan suatu kegiatan dengan menggunakan prosedur standar yang dilakukan oleh masyarakat dalam memperoleh airtanah dengan kondisi yang kurang baik sehingga dapat menjernihkan airtanah dan memperoleh air bersih untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari secara terus menerus.


(16)

2. Masyarakat

Menurut Koenjaraningrat (1990:14) adalah “kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu

dan terikat oleh suatu rasa identitas yang sama”. Masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang ada di Kecamatan Dayeuhkolot.

3. Airtanah Dangkal

Menurut Kodoatie (1996 : 7) “Airtanah dangkal adalah sejumlah air di bawah permukaan bumi yang dapat dikumpulkan dengan sumur-sumur, terowongan atau sistem drainase, juga dapat disebut aliran secara alami yang mengalir ke permukaan tanah melalui pancaran atau rembesan.” Airtanah dangkal dalam penelitian ini diperoleh melalui air sumur gali yang ada di wilayah penelitian. 4. Kualitas Air

Kualitas air menyatakan tingkat kesesuaian air terhadap penggunaan tertentu dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia. Kualitas air mencakup tiga karakteristik yaitu fisik, kimia dan biologi. Pada penelitian ini parameter kualitas airtanah yang diuji terdiri dari fisika yaitu bau, rasa, suhu, zat padat terlarut (TDS), kekeruhan, dan daya hantar listrik (DHL) serta kimiawi yaitu pH, kesadahan (CaCO3), besi (Fe), zat organik (KmnO4), sulfat (SO4), nitrat

(NO3) dan nitrit (NO2).

5. Karakteristik Fisika dan Kimia

Dalam penelitian parameter fisika dan kimia yang telah ditentukan diuji di laboraotrium air dan disesuaikan dengan baku mutu air, kemudian ditentukan


(17)

kelas mutu airtanah dangkal yang kepada kualitas air minum No: 492/MENKES/PER/IV/2010. Baku mutu untuk karakteristik fisika: (1) bau adalah tidak berbau; (2) rasa adalah tidak berasa; (3) TDS dengan nilai maksimum kandungan 500 mg/L; (4) kekeruhan dengan nilai maksimum kandungan 5 NTU. Baku mutu untuk karakteristik kimia: (1) pH dengan nilai antara 6,5 – 8,5; (2) besi dengan nilai kandungan maksimum 0,3 mg/L; (3) kesadahan dengan nilai kandungan maksimum 500 mg/L CaCO3; (4) nitrat

dengan nilai kandungan maksimum 50 mg/L; (5) nitrit dengan nilai kandungan maksimum 3 mg/L; (6) sulfat dengan nilai kandungan maksimum 250 mg/L; dan (7) zat organik dengan nilai kandungan maksimum 10 mg/L. Kelas kualitas air mengacu pada standar kualitas air di perairan umum (PP No. 82 Tahun 2001) dengan ketentuan tiap parameternya sebagai berikut:

 Kelas I: tidak berasa, tidak berbau, DHL < 2250 Umhos/cm, kekeruhan tidak lebih dari 5 NTU, pH 6.5-8.5, kesadahan tidak lebih dari 500 mg/L, besi tidak lebih dari 0,3 mg/L, nitrat tidak lebih dari 10 mg/L, nitrit minimal 1 mg/L.

 Kelas II: tidak berasa, tidak berbau, DHL < 2250 Umhos/cm, kekeruhan tidak lebih dari 5 NTU, pH 5-9, kesadahan > 500 mg/L, besi tidak lebih dari 5 mg/L, nitrat tidak lebih dari 10 mg/L, nitrit minimal 1 mg/L.

 Kelas III: berasa, berbau, DHL < 2250 Umhos/cm, kekeruhan lebih dari 5 NTU, pH 6-9, kesadahan > 500 mg/L, besi lebih dari 5 mg/L, nitrat tidak lebih dari 10 mg/L, nitrit < 1 mg/L atau 0,06 mg/L.

 Kelas IV: berasa, berbau, DHL 2250 Umhos/cm, kekeruhan lebih dari 5 NTU, pH 5-9, kesadahan > 500 mg/L, besi lebih dari 5 mg/L, nitrat tidak lebih dari 10 mg/L, nitrit < 0,06 mg/L.


(18)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di Kecamatan Dayeuhkolot yang merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Bandung, tepatnya di Bandung Selatan dengan luas wilayah 1.102,91 ha. Secara astronomis Kecamatan Dayeuhkolot terletak pada 107o35’30” BT -107o38’30” BT dan 06o57’30” LS – 06o59’24” LS. Secara administrasi Kecamatan Dayeuhkolot termasuk wilayah Kabupaten Bandung yang berbatasan langsung dengan:

1. Kotamadya Bandung di sebelah utara 2. Kecamatan Bojongsoang di sebelah timur 3. Kecamatan Baleendah di sebelah selatan 4. Kecamatan Margahayu di sebelah barat

Secara geografis letak Kecamatan Dayeuhkolot sangat strategis karena merupakan salah satu daerah penyangga antara pusat kota dengan daerah di sekitarnya. Jarak pusat pemerintahan wilayah kecamatan dengan ibu kota Kabupaten adalah 15 km (45 menit); dan jarak dengan ibu kota propinsi Jawa Barat adalah 23 km (1 jam). Seiring dengan berkembangnya pertumbuhan perekonomian, Kecamatan Daeyuhkolot juga mulai dipenuhi dengan aktivitas industri. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.1.


(19)

(20)

3.2. Metode Penelitian

Menurut Arikunto (2006:26) ”Metode Penelitian adalah cara yang

digunakan oleh peneliti dalam menggunakan data penelitiannya”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode deskriptif dan survai. Menurut Tika,

P (2005:4) “penelitian ini lebih mengarah pada pengungkapan suatu masalah atau keadaan sebagaimana adanya dan mengungkapkan, fakta-fakta yang ada walaupun kadang-kadang diberikan interpretasi atau anailis”. Penelitian deskriptif perlu memanfaatkan ataupun menciptakan konsep-konsep ilmiah, sekaligus berfungsi dalam mengadakan suatu spesifikasi mengenai gejala-gejala fisik maupun sosial yang dipersoalkan.

Menurut Singarimbun (1987:3) ”Metode penelitian survey adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai

alat pengumpulan data yang pokok”. Sedangkan menurut Tika, P (2005:6), survei adalah suatu metode penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan sejumlah besar data berupa variabel, unit atau individu dalam waktu yang bersamaan.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Menurut Tika, P (2005:24) populasi adalah himpunan individu atau objek yang banyaknya terbatas atau tidak terbatas. Sedangkan menurut Sugiyono (2007:117) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti


(21)

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Adapun dalam penelitian ini yang menjadi populasi terdiri atas:

1.1 Populasi Wilayah

Populasi wilayah meliputi seluruh wilayah desa/kelurahan di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung. Terdiri atas Kelurahan Pasawahan, Desa Dayeuhkolot, Desa Cangkuang Wetan, Desa Cangkuang Kulon, Desa Sukapura, dan Desa Citeureup.

1.2 Populasi manusia

Populasi manusia yaitu seluruh yang berada di Kecamatan Dayeuhkolot berdasarkan KBDA Tahun 2009 dan laporan data jumlah penduduk hasil daripada sensus penduduk tahun 2010 adalah berjumlah 101.554 jiwa, dengan 28.283 KK sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1

Jumlah Penduduk dan Luas Wilayah Desa/Kelurahan di Kecamatan Dayeuhkolot

No Desa/Kelurahan

Jumlah Penduduk Total

Jumlah KK

Luas Wilayah

(Ha)

L P Jumlah

1 Pasawahan 5.696 5.640 11.336 3.386 201,15

2 Dayeuhkolot 6.413 7.528 13.941 4.475 91,22

3 Cangkuang Wetan 9.168 9.074 18.242 5.240 216,64 4 Cangkuang Kulon 16.641 16.366 33.007 8.148 234,05

5 Sukapura 3.533 3.540 7.073 1.888 171,15

6 Citeureup 8.987 8.968 17.955 5.146 188,71

JUMLAH 50.438 51.116 101.554 28.283 1.102,91 Sumber: Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2009 dan Laporan Data Penduduk Hasil


(22)

2. Sampel

Menurut Tika, P (2005:24) sampel adalah sebagian dari objek atau individu-individu yang mewakili suatu populasi. Sedangkan menurut Sugiyono (2007:118) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan yaitu sampel wilayah dan sampel manusia.

2.1 Sampel Wilayah

Sampel wilayah dalam penelitian ini adalah bagian wilayah administratif yang menjadi populasi penelitian. Wilayah administratif yang dimaksud disini ialah mencakup seluruh wilayah di Kecamatan Dayeuhkolot. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi kondisi fisik wilayah penelitian terutama juga mengidentifikasi kualitas air melalui uji sampel air dari sumur gali. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2

Titik Plot Pengambilan Sampel Air Sumur Gali

Titik Plot Nama Desa/Kelurahan Titik Ploting Elevasi

S E

1 Desa Cangkuang Kulon 06o58’10” 107o35’42” 689

2 Desa Cangkuang Kulon 06o58’24” 107o35’40” 688

3 Kelurahan Pasawahan 06o58’35” 107o36’46” 681

4 Kelurahan Pasawahan 06o58’36” 107o36’43” 676

5 Desa Cangkuang Wetan 06o58’45” 107o36’30” 682

6 Desa Cangkuang Wetan 06o58’44” 107o36’31” 678

7 Desa Dayeuhkolot 06o59’11” 107o37’17” 679

8 Desa Dayeuhkolot 06o59’06” 107o37’05” 683

9 Desa Citeureup 06o59’04” 107o37’27” 686

10 Desa Citeureup 06o59’02” 107o37’23” 680

11 Desa Sukapura 06o58’13” 107o38’02” 688

12 Desa sukapura 06o58’07” 107o37’28” 681

Sumber: Hasil pengolahan data, 2011


(23)

(24)

nya jenuh air. Setiap desa/kelurahan diambil masing-masing 2 sampel air sumur. Pengambilan sampel atas pertimbangan: keterdapatan sumur, jarak sumur dengan pemukiman, dan intensitas penggunaan sumur gali dalam penggunaan sehari. 2.2 Sampel Manusia

Adapun penentuan jumlah sampel dari manusia yang diteliti dalam penelitian ini menggunakan teknik probability sampling. Menurut Soehartono (1955:60) dalam semua probability sampling, cara mengambilnya dilakukan secara random atau acak. Dengan kata lain menurut Tika (2005:29) probability

sampling adalah cara pengambilan sampel dengan memberikan kesempatan yang

sama bagi setiap unsur populasi untuk dipilih.

Dalam metode pengambilan sampel populasi, peneliti menggunakan metode acak sederhana (simple random sampling). Menurut Bailey (1982) simple random

sampling adalah pengambilan sampel dalam suatu survey biasanya dilakukan

tanpa pengembalian. Pengertian tersebut sejalan dengan Tika (2005:30) yang menyatakan bahwa metode simple random sampling adalah cara pengambilan sampel dengan memberikan kesempatan yang sama untuk dipilih bagi setiap individu atau unit dalam keseluruhan populasi. Teknik ini dapat dilakukan setelah dibuat suatu kerangka sampling yang benar. Unit sampling dalam kerangka sampling ini adalah unsur sampling itu sendiri. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kerangka sampling ini memuat semua unsur yang menjadi anggota populasi secara keseluruhan.

Terdapat dua syarat yang harus dipenuhi dalam prosedur pengambilan sampel, yaitu sampel harus repesentatif (mewakili) dan sebenarnya sampel harus


(25)

menandai, atherton dan Klemmack (Soehartono, 1995:59). Untuk mengetahui besarnya sampel yang harus diambil, dapat ditentukan dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Dixon dan Leach (Tika, 2005:25), sehingga dapat diketahui berapa sampel yang akan diambil dalam penelitian ini.

[

]

...(1) Keterangan :

n = ukuran sampel

Z = tingkat kepercayaan (confidence level) dinyatakan dalam persen dan nilai konversinya dapat dicari dalam Tabel statistik. Misalnya peneliti mengambil confidence level (Z) 95%, kemudian membagi dua nilai tersebut sehingga diperoleh angka 47,5% atau 0,4750. Nilai desimal tersebut dicari dalam Tabel kurva normal standar sehingga didapat nilai 1,96.

V = variabilitas (dalam persen) dihitung dengan rumus :

...(2) Keterangan :

p = peresentase karakteristik sampel yang dianggap benar.

C = batas kepercayaan (confidence limit) dalam persen, yaitu perbedaan rata-rata sampel dengan rata-rata yang diharapkan untuk memperoleh nilai populasi. Dalam penelitian ini diambil 10%.

Untuk menghitung jumlah sampel yang dikoreksi, dapat menggunakan rumus berikut :


(26)

Keterangan :

n’ = peresentase karakteristik sampel yang dianggap benar. n = jumlah sampel yang dihitung berdasarkan rumus N = jumlah populasi (kepala keluarga)

Persentase karakteristik dalam sampel ini adalah

P = 27,85%

Sehingga dari hasil persentase karakteristik tersebut di dapat variabilitas sebesar:

√ √

...(1)

Akhirnya jumlah sampel tersebut didapat dengan menggunakan rumus berikut:

[ ] [ ]

...(2)


(27)

......(3)

Selanjutnya, maka sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 77 KK dari 28.283 KK secara keseluruhan. Jumlah sampel tersebut disebar dalam beberapa desa/kelurahan dengan teknik sampel berstrata proposional (proposional

stratified sampling).

Menurut Arikunto (1998:127) sampel acak berstrata proposional merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk memperoleh sampel yang representatif dengan pengambilan subjek dari setiap strata atau stiap wilayah ditentukan dari besar atau kecilnya jumlah penduduk yang ada di wilayah tersebut. Untuk menentukan jumlah sampel secara proposional berdasarkan tiap desa/kelurahan adalah sebagai berikut:

Dimana:

ni = banyaknya sampel dari masing-masing kelompok Ni = banyaknya sampel yang diambil dari seluruh kelompok  Ni = banyaknya populasi dari masing-masing kelompok


(28)

Tabel 3.3

Sampel Penduduk di Daerah Penelitian No Nama Desa/Kelurahan Jumlah KK

Jumlah sampel 1 2 3 4 5 6

Desa Cangkuang Kulon Desa Cangkuang Wetan Kelurahan Pasawahan Desa Sukapura Desa Citeureup Desa Dayeuhkolot 8.148 5.240 3.386 1.888 5.146 4.475

(8.148/28.283) x 77 (5.240/28.283) x 77 (3.386/28.283) x 77 (1.888/28.283) x 77 (5.146/28.283) x 77 (4.475/28.283) x 77

22 14 10 5 14 12

Jumlah 28.283 77

Sumber: Hasil pengolahan data, 2011

3.4. Variabel Penelitian

Menurut Arikunto (1996:99) variabel adalah “objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”. Adapun variabel yang terdapat dalam penelitian ini terdiri atas dua variabel yaitu variabel bebas dan terikat. Lebih jelasnya dapat dilihat di Gambar 3.3 dibawah ini.

Gambar 3.3

Bagan Variabel Penelitian Variabel Bebas :

Parameter Fisik:

bau, rasa, suhu, zat padat terlarut (TDS), kekeruhan, dan daya hantar listrik (DHL)

Parameter kimia:

pH, kesadahan (CaCO3), besi (Fe), zat

organik (KmnO4), sulfat (SO4), nitrat

(NO3) dan nitrit (NO2)

dan

Perlakuan masyarakat

Variabel Terikat : Kualitas Airtanah Dangkal:  Kelas I

 Kelas II  Kelas III  Kelas IV


(29)

3.5. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian dan penganalisaan yaitu:

1. Alat

a. GPS (Global Pisitioning System): digunakan untuk menentukan plot lokasi yang akan diteliti

b. Kamera: digunakan untuk mendokumentasikan penelitian di lapangan c. Cheklist: sebagai pedoman dalam mengamati kondisi fisik di lapangan

d. Botol plastik atau jirigen: digunakan untuk menyimpan sampel air yang diambil dari lapangan

e. Alat ukur seperti tali rapia dan meteran, untuk mengukur kedalaman sumur. f. pH tester, untuk mngukur tingkat keasaman air langsung dilapangan

g. Thermometer, untuk mengukur suhu air langsung dilapangan

h. Perangkat komputer berupa Hardware dan Software, digunakan untuk pengolahan data

i. Pedoman wawancara : Digunakan sebagai pedoman untuk wawancara dengan masyarakat yang akan dijadikan sampel. Pedoman wawancara ini dipegang oleh peneliti.

2. Bahan

a. Peta RBI lembar Bandung dan Ujungberung tahun 2001. Digunakan sebagai pedoman untuk melakukan survey dan identifikasi objek penelitian.

b. Peta Geologi skala 1:100.000 lembar Kabupaten Bandung. Digunakan untuk menentukan jenis batuan di daerah penelitian.


(30)

c. Peta Hidrogeologi skala 1:100.000 lembar Kabupaten Bandung digunakan untuk mengetahui batas pengambilan air tanah dan akuifer produktif di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung.

d. Peta Geomorfologi cekungan Bandung skala 1:100.000 lembar Kabupaten Bandung digunakan untuk mengetahui bentukan/morfologi yang ada di Kecamatan Dayeuhkolot.

3.6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Dalam proses pengumpulan data dilakukan dengan alat pengumpul data berupa pedoman wawancara.

Dalam penelitian ini teknik dan instrumen penelitian dalam proses pengumpulan data dilakukan dengan beberapa teknik, yaitu:

1. Observasi Lapangan

Menurut Tika (2005:44) “observasi adalah cara dan teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang ada pada objek penelitian”. Sedangkan observasi lapangan yaitu observasi yang dilakukan terhadap objek di tempat kejadian atau tempat berlangsungnya peristiwa sehingga observer berada bersama objek yang diteliti.


(31)

2. Pengambilan Sampel Air dan Uji Laboratorium

Sebelum pengambilan sampel, hal yang dilakukan pertama kali adalah menentukan titik sampel air yang diambil dari sumur gali warga yang telah ditentukan secara proporsional dari tiap desa/kelurahan di Kecamatan Dayeuhkolot. Sampel diambil kemudian dimasukkan dalam wadah botol plastik untuk nantinya diteliti dan diuji secara laboratorium mengenai parameter fisika seperti: zat padat terlarut (TDS), kekeruhan, dan daya hantar listrik. Serta parameter kimia seperti: Kesadahan (CaCO3), besi (Fe), zat organik (KMnO4),

sulfat (SO4), nitrat (NO3) & nitrit (NO4). Dari hasil uji laboratorium ini kita dapat

mengetahui apakah air yang ada di daerah penelitian telah memenuhi standar baku untuk dikonsumsi atau tidak.

3. Wawancara

Menurut Tika (2005:49) “wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab yang dikerjakan dengan sistematis dan berlandaskan pada tujuan penelitian”.

4. Studi Literatur

Studi literatur digunakan untuk memperoleh data penelitian yang berkaitan dengan topik penelitian. Dalam prosesnya, penulis melakukan studi kepustakan dengan membaca dan mempelajari buku-buku, diktat, surat kabar, jurnal, hasil penelitian sebelumnya dan maupun bahan-bahan lainnya yang dianggap relevan dengan masalah dan tujuan penelitian.


(32)

5. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi digunakan untuk memperoleh data sekunder tentang masalah penelitian yaitu monografi, data klimatologi (curah hujan dan temperatur) dan data lainnya. Disamping itu juga dalam studi ini dapat diambil foto lokasi penelitian dan fenomena yang berkaitan dengan judul penelitian.

3.7. Teknik Analisis Data

Menurut Sumaatmadja (1988:114) analisis data merupakan pengolahan dan interpretasi data untuk menguji kebenaran hipotesis dan untuk menarik

kesimpulan hasil penelitian”. Tahapan-tahapan yang dilakukan peneliti untuk menganalisis data adalah sebagai berikut:

1. Pemeriksaan Data Terkumpul

Pemeriksaaan data dilakukan dengan tujuan memeriksa data yang telah dikumpulkan dengan menilai apakah data tersebut cukup baik atau relevan untuk diproses atau diolah lebih lanjut (Tika, 2005 : 63).

2. Pengelompokan Data

Pengelompokan data dilakukan untuk mengelompokan data menurut macamnya agar memudahkan dalam proses penyajian data.

3. Analisis Hasil Uji Laboratorium

Uji laboratorium mengacu kepada baku mutu air minum No: 492/MENKES/PER/IV/2010. Kemudian hasil uji laboratorium disesuaikan dengan standar baku yaitu Standar Kualitas Air di Perairan Umum ( Peraturan


(33)

Pemerintah No.82 Tahun 2001 ). Maka setelah dicocokan hasil lab dengan standar baku, kemudian akan diketahui kelas kualitas airnya.

4. Kompilasi Data

Kompilasi data dimaksudkan untuk menganalisis perbedaan tiap wilayah yang berkenaan dengan kualitas airtanahnya.

5. Analsisi Data

Dalam penelitian ini teknik analsisi data yang digunakan yaitu dengan statistik deskriptif untuk menganalisis kualitas air, dan yang berkaitan dengan respon masyarakat terhadap kualitas airtanah dangkal di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung dengan menggunakan rumus persentase.

5.1 Tabulasi

Data yang telah terkumpul kemudian ditabulasi dengan cara: 1. Menguraikan satu persatu skor jawaban responden

2. Mengelompokkan data dari tiap-tiap butir seluruh pertanyaan yang ada pada instrument dengan cara memberikan kode tiap-tiap item instrumen pengumpul data

3. Mengubah jenis data yang disesuaikan dengan teknik analisis yang akan digunakan.

4. Memberikan kode (coding) dalam hubungan dengan pengolahan data jika akan menggunakan komputer.

Selanjutnya setelah data terkumpul dengan melalui langkah-langkah di atas, maka data yang telah didapatkan penulis kemudian diolah. Adapun analisis data


(34)

dalam penelitian secara umum dibagi menjadi dua, yaitu analisis deskriptif dan analisis statistik.

5.1.1.Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif ini mendeskripsikan gejala yang nampak secara verbal dari data Tabel dan peta. Dalam penelitian ini teknik analisis deskriptif mendeskripsikan gejala yang nampak di daerah penelitian seperti gambaran umum daerah penelitian, baik kondisi fisik maupun kondisi sosial.

5.1.2.Analisis Statistik

Setelah data terkumpul dengan melalui langkah-langkah di atas maka data yang telah diperoleh kemudian diolah melalui analisis statistik. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan perhitungan persentase.

Untuk mengukur kecenderungan jawaban responden digunakan analisis persentase dengan menggunakan formula dari Santoso (2002:57) sebagai berikut:

P

=

X 100% Keterangan:

P : Persentase

f : Frekuensi setiap kategori jawaban

n : Seluruh responden 100 : Bilangan konstanta

Untuk mengetahui jawaban rensponden, penulis menggunakan angka indeks untuk membandingkan suatu obyek atau data baik yang bersifat faktual maupun perkembangan. Kriteria tersebut diungkapkan oleh Effendi dan Manning (1987:263) sebagai berikut:


(35)

Tabel 3.4

Kriteria Penilaian Skor

No Prosentase Skor Kriteria

1 100 Seluruhnya

2 75 – 99 Sebagian besar

3 51 – 74 Lebih dari setengahnya

4 50 Setengahnya

5 25 – 49 Kurang dari setengahnya

6 1 – 24 Sebagian kecil

7 0 Tidak ada

Sumber: Kontjaraningrat, 1990.

3.8. Proses Pelaksanaan Penelitian


(36)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Dalam bab ini penulis mengemukakan beberapa kesimpulan serta rekomendasi berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis kemukakan pada bab sebelumnya.

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang diambil dalam penelitian ini meliputi:

1. Adapun parameter yang diuji, yaitu; (1) parameter fisik meliputi Zat Padat Terlarut, kekeruhan, dan daya hantar listrik (DHL), sedangkan (2) parameter kimia meliputi kandungan Besi (Fe), Kesadahan (CaCO3), Nitrat (NO3), Nitrit

(NO2), Sulfat (SO4), dan Zat Organik (KMnO4). Standar baku mutu mengacu

kepada air minum No: 492/MENKES/PER/IV/2010. Hasil klasifikasi kelas kualitas airtanah dangkal di Kecamatan Daeyuhkolot berdasarkan Standar Kualitas Air di Perairan Umum (PP No. 82 Tahun 2001) adalah sebagai berikut:

 Kelas I plot 2, 9 dan 10, seluruhnya memenuhi syarat, dan nilai/angka dari tiap paramaternya tergolong dalam kategori kelas kualitas air I  Kelas II plot 8 dan 12 tidak memenuhi syarat, karena kandungan besi,

melebihi 0,3mg/liter. Adapun nilai kandungan besinya tergolong kedalam kelas kualitas air II, yang mensyaratkan kandungan besi 5 mg/liter. Karena di kelas kualitas air I, disyaratkan 0,3 mg/liter.


(37)

 Kelas III plot 1, 3, 4, 5, 6, 7, dan 11 hampir seluruhnya tidak memenuhi syarat, karena kandungan besi dan nitrat yang jauh diatas standar yang ditentukan. Untuk kelas kualitas air I dan II standar nitrat adalah 10 mg/liter, sedangkan kandungan yang ada di plot tersebut jauh melebihi nilai standar tersebut.

2. Persebaran kualitas airtanah di Kecamatan Dayeuhkolot adalah:

Kelas Kualitas Air

Desa/Kel.

I II III

Ds. Sukapura Ds. Citeureup Ds. Dayeuhkolot Kel. Pasawahan Ds. Cangkuang Wetan Ds. Cangkuang Kulon

- Plot 2

- - Plot 9 dan 10

- - - - Plot 8 - Plot 12

Plot 5 dan 6 Plot 1 Plot 3 dan 4 Plot 7

- Plot 11

3. Perlakuan masyarakat terhadap airtanah dangkal di Kecamatan Dayehkolot: 3.1.Perlakuan masyarakat pada mutu kelas kualitas air I

Perlakuan pada kelas ini tidak begitu khusus, hanya saja masyarakat bersikap waspada bilamana terjadi banjir, maka sebagai tindakan pencegahan adalah dengan membangun dinding tembok sumur setinggi 1 meter, sekaligus penutup sumur. Sedangkan jika air yang akan digunakan untuk dikonsumsi cukup dengan didihkan air hingga suhu 100oC.

3.2.Perlakuan masyarakat pada mutu kelas kualitas air II

Perlakuan yang diberikan masyarakat pada kelas kualitas air II adalah melakukan filtrasi sederhana terlebih dahulu. Yaitu dengan menggunakan wadah air yang berisi arang aktif, injuk dan pasir. Hal ini dilakukan agar air yang


(38)

dihasilkan terlihat jernih secara fisik, namun untuk meminimalisir kandungan besi (fe) jika untuk digunakan sebagai air konsumsi, masyarakat memasak air terlebih dahulu hingga mendidih pada suhu 100oC dan tiriskan. Seperti halnya pada kelas

I, masyarakat perlu wasapada bilamana terjadi banjir, maka sebagai tindakan pencegahan adalah dengan membangun dinding tembok sumur setinggi 1 meter, sekaligus penutup sumur. Untuk menghindari sumur terendam air banjir yang membawa material dan polutan zat kimia berbahaya.

3.3.Perlakuan masyarakat pada mutu kelas kualitas air III

Perlakuan yang diberikan oleh masyarakat pada kualitas air dengan mutu kelas III adalah melakukan filtrasi. Filtrasi yang dilakukan masyarakat adalah membuat bak penampungan yang didalamnya berisi penyaring seperti arang aktif, injuk, pasir halus dan kerikil yang disusun secara bertahap. Kemudian setelah melakukan filtrasi, air tersebut tidak langsung digunakan, melainkan diendapkan beberapa jam. Perlakuan ini dilakukan masyarakat secara berkesinambungan selama sepekan, yaitu minimal 3 hari sekali. Hal ini dilakukan untuk menjaga air senantiasa baik dan mensterilkan air secara fisik. Secara kimia masyarakat memilih menaburi dengan tawas yang sesuai dosis.

5.2 Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis mengajukan beberapa rekomendasi sekiranya dapat bermanfaat dalam menyelesaikan masalah kritis kualitas airtanah dangkal, diantaranya:


(39)

1. Untuk pemerintah setempat hendaknya memberikan keseriusan dalam mengatasi masalah kualitas air, bisa dengan melakukan sosialisi mengenai air bersih dan rutin dilakukan setiap sebulan sekali agar masyarakat lambat laun menjadi peka dan peduli dan timbul kesadaran untuk merubah kebiasaan tidak sehat, mengingat kualitas air didaerah tempat tinggalnya kurang baik dan jika digunakan dalam jangka waktu yang sangat panjang akan mengganggu kesehatan.

2. Selain itu, pemerintah juga hendaknya bertanggung jawab dan memperhatikan mengenai hal ini. Misalnya dengan melakukan distribusi air bersih ke setiap daerah yang kritis kualitas air secara gratis dan terjadwal setiap satu minggu sekali, mengingat air dengan kualitas yang baik sulit didapat jika tidak membeli dari agen air bersih swasta yang setidaknya memerlukan biaya untuk mendapatkannya.

3. Untuk masyarakat setempat hendaknya harus sadar jika kualitas airtanah di daerah tempat tinggalnya itu tidak baik untuk dikonsumsi dan segera beralih untuk mencari sumber air lain. Namun seperti yang kita ketahui, kebutuhan air adalah kebutuhan yang sangat mendesak, maka usaha yang dilakukan agar kualitas air senantiasa terjaga adalah; membangun dinding sumur setinggi mungkin karena untuk meminimalisir tergenang air saat banjir, dan membuat penutup sumur. Dan untuk kualitas secara fisik terjaga adalah dengan melakukan filtrasi dan pengendapan, sedangkan secara kimia maka air yang sudah di filtrasi dan diendapkan harus dimasak terlebih dahulu hingga matang atau mencapai suhu 100oC.


(40)

4. Untuk semua pihak yang terlibat dalam penanganan masalah kualitas air di lokasi penelitian ini hendaknya tidak mendahulukan kepentingan pribadi. Sehingga seluruh masyarakat khusunya msayarakat yang kurang mampu pun bisa menikmati air dengan kualitas yang baik.


(41)

DAFTAR PUSTAKA

Adiwakarta, S. dan Trisnasomantri, A. (1998). Geomorfologi Umum. Bandung: Jurusan Pendidikan Geografi

Almatsier, S. (2002). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Anonimus. (2009). Kabupaten Bandung dalam Angka. Bandung: Badan Pusat

Statistik.

Anonimus. (2009). Pengertian Persepsi/Definisi Persepsi. Tersedia:http:// defines-pengertian.blogspot.com/2009/11/pengertian-persepsidefinisi-persepsi.html [9 Februari 2010]

Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Arsyad, S. (1989). Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press

Bemmelen, V. (1934). Geological of Bandung. Bandung: Geologi Tata Lingkungan

Bintarto, R. dan surastopo. (1979). Metode Analisis Geografi. Jakarta: LP3S Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Kanisius

Hartono, D. (1980). Stratigraphy and Sedimentation In Northern Bandung Area. Bandung: Geologi Tata Lingkungan

Hasan, I. (2006). Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara. Hermawan, A. (1984). Hidrologi untuk Insinyur. Jakarta: PT Virama Karya

Hindarko, S. (2002). Manfaat Airtanah Tanpa Merusak Kelestariannya. Jakarta: ESHA

Jurnal Geografi GEA. (2008). Sumber Daya Air. Bandung: Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS – UPI

Kecamatan Dayeuhkolot. (2010). Data Monografi Kecamatan Dayeuhkolot. Kabupaten Bandung: Tidak Diterbitkan

Kodoatie, R. J. dan Sjarief, R. (2005). Pengelolaan Sumberdaya Air Terpadu. Yogyakarta: ANDI


(42)

Kordi, K. M. Gufron dan Andi Baso Tancung. (2007). Pengelolaan Kualitas Air. Jakarta: RINEKA CIPTA

Kurniawan, Iwan. (2000). Potensi dan Pemanfaatan Airtanah di Desa Cikarang

Kecamatan Cilodog Kabupaten Sukabumi. Skripsi Jurusan Pendidikan

Geografi FPIPS UPI Bandung : Tidak diterbitkan.

Linsley R.K dan Joseph B. Franzini. (1994). Teknik Sumber Daya Air. Jakarta: Erlangga.

Martha, W. dan Adidarma, W. (1983). Mengenal Dasar-Dasar Hidrologi. Bandung: Nova

Noor, D. (2006). Geologi Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Nurhaeni. N. (2011). Evaluasi Potensi Airtanah Pada Daerah Permukiman di Sub

Daerah Aliran Ci Keruh. Skripsi Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS-UPI.

Tidak diterbitkan.

Rafi’i, S. (1995). Meteorologi dan Klimatologi. Bandung: Angkasa

Rakhmat, J. (1994). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya

Robbin, S.P. (2003). Perilaku Organisasi. Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia

Seyhan, E. (1997). Dasar-dasar Hidrologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Singarimbun, M. Dan Effendi, S. (1989). Metode Penelitian Survai. Jakarta:

LP3ES

Sunaryo, T.M dkk. (2005). Pengelolaan Sumber Daya Air. Malang: Bayumedia Publishing Anggota IKAPI Jatim

Suparman, P. (1992). Geology of The Bandung Basin Deposits: Report with the

1:50.000 Quartenary Geological Map of The Bandung Basin. Bandung:

GRDC

Sumaatmadja, N. (1998). Manusia Dalam Konteks Budaya dan Lingkungan

Hidup. Bandung: CV Alfabeta

Sumaatmadja, N. (1998). Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa


(43)

Sugiono. (2000). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta Tika, P. (2005). Metode Penelitian Geografi. Jakarta: Bumi Aksara

Tim Kimia Analitik. (2002). Dasar-dasar Kimia Analitik. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia - UPI


(1)

dihasilkan terlihat jernih secara fisik, namun untuk meminimalisir kandungan besi (fe) jika untuk digunakan sebagai air konsumsi, masyarakat memasak air terlebih dahulu hingga mendidih pada suhu 100oC dan tiriskan. Seperti halnya pada kelas I, masyarakat perlu wasapada bilamana terjadi banjir, maka sebagai tindakan pencegahan adalah dengan membangun dinding tembok sumur setinggi 1 meter, sekaligus penutup sumur. Untuk menghindari sumur terendam air banjir yang membawa material dan polutan zat kimia berbahaya.

3.3.Perlakuan masyarakat pada mutu kelas kualitas air III

Perlakuan yang diberikan oleh masyarakat pada kualitas air dengan mutu kelas III adalah melakukan filtrasi. Filtrasi yang dilakukan masyarakat adalah membuat bak penampungan yang didalamnya berisi penyaring seperti arang aktif, injuk, pasir halus dan kerikil yang disusun secara bertahap. Kemudian setelah melakukan filtrasi, air tersebut tidak langsung digunakan, melainkan diendapkan beberapa jam. Perlakuan ini dilakukan masyarakat secara berkesinambungan selama sepekan, yaitu minimal 3 hari sekali. Hal ini dilakukan untuk menjaga air senantiasa baik dan mensterilkan air secara fisik. Secara kimia masyarakat memilih menaburi dengan tawas yang sesuai dosis.

5.2 Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis mengajukan beberapa rekomendasi sekiranya dapat bermanfaat dalam menyelesaikan masalah kritis kualitas airtanah dangkal, diantaranya:


(2)

1. Untuk pemerintah setempat hendaknya memberikan keseriusan dalam mengatasi masalah kualitas air, bisa dengan melakukan sosialisi mengenai air bersih dan rutin dilakukan setiap sebulan sekali agar masyarakat lambat laun menjadi peka dan peduli dan timbul kesadaran untuk merubah kebiasaan tidak sehat, mengingat kualitas air didaerah tempat tinggalnya kurang baik dan jika digunakan dalam jangka waktu yang sangat panjang akan mengganggu kesehatan.

2. Selain itu, pemerintah juga hendaknya bertanggung jawab dan memperhatikan mengenai hal ini. Misalnya dengan melakukan distribusi air bersih ke setiap daerah yang kritis kualitas air secara gratis dan terjadwal setiap satu minggu sekali, mengingat air dengan kualitas yang baik sulit didapat jika tidak membeli dari agen air bersih swasta yang setidaknya memerlukan biaya untuk mendapatkannya.

3. Untuk masyarakat setempat hendaknya harus sadar jika kualitas airtanah di daerah tempat tinggalnya itu tidak baik untuk dikonsumsi dan segera beralih untuk mencari sumber air lain. Namun seperti yang kita ketahui, kebutuhan air adalah kebutuhan yang sangat mendesak, maka usaha yang dilakukan agar kualitas air senantiasa terjaga adalah; membangun dinding sumur setinggi mungkin karena untuk meminimalisir tergenang air saat banjir, dan membuat penutup sumur. Dan untuk kualitas secara fisik terjaga adalah dengan melakukan filtrasi dan pengendapan, sedangkan secara kimia maka air yang sudah di filtrasi dan diendapkan harus dimasak terlebih dahulu hingga matang atau mencapai suhu 100oC.


(3)

4. Untuk semua pihak yang terlibat dalam penanganan masalah kualitas air di lokasi penelitian ini hendaknya tidak mendahulukan kepentingan pribadi. Sehingga seluruh masyarakat khusunya msayarakat yang kurang mampu pun bisa menikmati air dengan kualitas yang baik.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Adiwakarta, S. dan Trisnasomantri, A. (1998). Geomorfologi Umum. Bandung: Jurusan Pendidikan Geografi

Almatsier, S. (2002). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Anonimus. (2009). Kabupaten Bandung dalam Angka. Bandung: Badan Pusat

Statistik.

Anonimus. (2009). Pengertian Persepsi/Definisi Persepsi. Tersedia:http:// defines-pengertian.blogspot.com/2009/11/pengertian-persepsidefinisi-persepsi.html [9 Februari 2010]

Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Arsyad, S. (1989). Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press

Bemmelen, V. (1934). Geological of Bandung. Bandung: Geologi Tata Lingkungan

Bintarto, R. dan surastopo. (1979). Metode Analisis Geografi. Jakarta: LP3S Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Kanisius

Hartono, D. (1980). Stratigraphy and Sedimentation In Northern Bandung Area. Bandung: Geologi Tata Lingkungan

Hasan, I. (2006). Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara. Hermawan, A. (1984). Hidrologi untuk Insinyur. Jakarta: PT Virama Karya

Hindarko, S. (2002). Manfaat Airtanah Tanpa Merusak Kelestariannya. Jakarta: ESHA

Jurnal Geografi GEA. (2008). Sumber Daya Air. Bandung: Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS – UPI

Kecamatan Dayeuhkolot. (2010). Data Monografi Kecamatan Dayeuhkolot. Kabupaten Bandung: Tidak Diterbitkan

Kodoatie, R. J. dan Sjarief, R. (2005). Pengelolaan Sumberdaya Air Terpadu. Yogyakarta: ANDI


(5)

Kordi, K. M. Gufron dan Andi Baso Tancung. (2007). Pengelolaan Kualitas Air. Jakarta: RINEKA CIPTA

Kurniawan, Iwan. (2000). Potensi dan Pemanfaatan Airtanah di Desa Cikarang Kecamatan Cilodog Kabupaten Sukabumi. Skripsi Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS UPI Bandung : Tidak diterbitkan.

Linsley R.K dan Joseph B. Franzini. (1994). Teknik Sumber Daya Air. Jakarta: Erlangga.

Martha, W. dan Adidarma, W. (1983). Mengenal Dasar-Dasar Hidrologi. Bandung: Nova

Noor, D. (2006). Geologi Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Nurhaeni. N. (2011). Evaluasi Potensi Airtanah Pada Daerah Permukiman di Sub Daerah Aliran Ci Keruh. Skripsi Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS-UPI. Tidak diterbitkan.

Rafi’i, S. (1995). Meteorologi dan Klimatologi. Bandung: Angkasa

Rakhmat, J. (1994). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya

Robbin, S.P. (2003). Perilaku Organisasi. Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia

Seyhan, E. (1997). Dasar-dasar Hidrologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Singarimbun, M. Dan Effendi, S. (1989). Metode Penelitian Survai. Jakarta:

LP3ES

Sunaryo, T.M dkk. (2005). Pengelolaan Sumber Daya Air. Malang: Bayumedia Publishing Anggota IKAPI Jatim

Suparman, P. (1992). Geology of The Bandung Basin Deposits: Report with the 1:50.000 Quartenary Geological Map of The Bandung Basin. Bandung: GRDC

Sumaatmadja, N. (1998). Manusia Dalam Konteks Budaya dan Lingkungan Hidup. Bandung: CV Alfabeta

Sumaatmadja, N. (1998). Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan. Bandung: Alumni


(6)

Sugiono. (2000). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta Tika, P. (2005). Metode Penelitian Geografi. Jakarta: Bumi Aksara

Tim Kimia Analitik. (2002). Dasar-dasar Kimia Analitik. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia - UPI