PENGARUH PELAYANAN DAN KEMAMPUAN MANAJERIAL PENGURUS TERHADAP EFEKTIVITAS ORGANISASI KOPERASI SEKUNDER : Studi Kasus pada Anggota Koperasi Pemuda Indonesia Wilayah Jawa Barat.

(1)

NO. 420/UN.40.FPEB.1.PL/2012

PENGARUH PELAYANAN DAN KEMAMPUAN

MANAJERIAL PENGURUS TERHADAP

EFEKTIVITAS KOPERASI SEKUNDER

(Studi Kasus pada Anggota Koperasi Pemuda Indonesia

Wilayah Jawa Barat)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Menempuh Ujian Sidang Sarjana Pendidikan pada Program Pendidikan Ekonomi

Oleh

RESTI DESTIANA SURYATI 0805570

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS


(2)

NO. 420/UN.40.FPEB.1.PL/2012

PENGARUH PELAYANAN DAN KEMAMPUAN

MANAJERIAL PENGURUS TERHADAP

EFEKTIVITAS KOPERASI SEKUNDER

(Studi Kasus pada Anggota Koperasi Pemuda Indonesia

Wilayah Jawa Barat)

Oleh

Resti Destiana Suryati

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

© Resti Destiana Suryati 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Maret 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.


(3)

NO. 420/UN.40.FPEB.1.PL/2012

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH PELAYANAN DAN

KEMAMPUAN MANAJERIAL PENGURUS TERHADAP EFEKTIVITAS ORGANISASI KOPERASI SEKUNDER

(Studi Kasus pada Anggota Koperasi Pemuda Indonesia Wilayah Jawa Barat) Skripsi ini disetujui oleh:

Bandung, Maret 2012

Pembimbing I

Dr. H. Yayat Achdiat, M.Pd NIP. 195112161978031001

Pembimbing II

Drs. Moch. Dudih Sugiharto, M.Si NIP. 195611281983031001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi

Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis UPI Bandung

Dr. Ikaputera Waspada, MM. `NIP. 196104201987031002


(4)

NO. 420/UN.40.FPEB.1.PL/2012

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul PENGARUH PELAYANAN DAN KEMAMPUAN MANAJERIAL PENGURUS TERHADAP EFEKTIVITAS ORGANISASI KOPERASI SEKUNDER (Studi Kasus pada Anggota Koperasi Pemuda Indonesia Wilayah Jawa Barat) beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Atas pernyataan ini saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Desember 2012 Yang Membuat Pernyataan,

Resti Destiana Suryati 0805570


(5)

ABSTRAK

“ Pengaruh Pelayanan dan Kemampuan Manajerial Pengurus terhadap Efektivitas Organisasi Koperasi Sekunder

(Studi Kasus pada Anggota Koperasi Pemuda Indonesia Wilayah Jawa Barat)”

di bawah bimbingan Dr. H. Yayat Achdiat, M.Pd. dan Drs. Moch. Dudih Sugiharto, M.Si.

oleh

Resti Destiana Suryati 0805570

Permasalahan dalam penelitian ini yaitu belum efektifnya koperasi sekunder di Indonesia. Karena peran dan fungsinya belum berjalan dengan baik. Penelitian ini dilakukan untuk menjadi pertimbangan dalam membentuk dan bergabung bersama koperasi sekunder.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode survey eksplanatori. Unit analisis yang digunakan ialah anggota KOPINDO wilayah Jawa Barat sebanyak 14 koperasi primer yang terdiri dari 10 Koperasi Mahasiswa, 2 Koperasi Pondok Pesantren dan 2 Koperasi Pemuda. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan studi literatur. Pengujian hipotesis dilakukan dengan teknik analisis regresi berganda dengan bantuan program

EVIEWS 5.1

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pelayanan termasuk kategori rendah, kemampuan manajerial pengurus termasuk kategori menengah dan efektivitas organisasi koperasi sekunder termasuk kategori menengah. Hasil uji hipotesis menunjukan pahwa pelayanan berpengaruh positif terhadap efektivitas organisasi koperasi sekunder dan kemampuan manajerial pengurus juga berpengaruh positif terhadap efektivitas organisasi koperasi sekunder.

Kata Kunci : Pelayanan, Kemampuan Manajerial Pengurus dan Efektivitas Organisasi Koperasi Sekunder


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ……… i

KATA PENGANTAR ……….. ii

UCAPAN TERIMA KASIH ……… iii

DAFTAR ISI ……… vi

DAFTAR TABEL ……… viii

DAFTAR GAMBAR ……… X BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah .…………... 1

1.2 Rumusan Masalah …..……..………...………...…..………... 9

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian …….…...………...……... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka ………... 11

2.1.1 Konsep Koperasi ………...……… 11

2.1.2.Prinsip Koperasi ……… 14

2.1.3 Tujuan, Fungsi dan Peran Koperasi ………..……….………… 17

2.1.4 Koperasi Sekunder ………... 19

2.1.5 Pelayanan Koperasi ………... 20

2.1.6 Manajerial Pengurus ………... 24

2.1.7 EfektivitasOrganisasi ……….………... 29

2.2 Kajian Empirik Penelitian Terdahulu ……… 32

2.3 Kerangka Pemikiran ………….………..…... 33

2.4 Hipotesis ………... 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ………..………...… 39

3.2 Populasi dan Sampel ……….………... 39

3.3 Operasionalisasai Variabel ………..…...… 40

3.4 Teknik Pengumpulan Data ………..………... 42

3.5 Teknik Analisis Data ...……….…... 43

3.5.1 Metode Successive Interval ……... 43

3.6 Instrumen Penelitian ……….………. 44

3.7 Pengujian Instrumen Penelitian ………….……… 45

3.7.1 Uji Validitas ………...………... 45

3.7.2 Uji Realibilitas …………...………... 47

3.7.3 Uji Asumsi Klasik ………...……...…...… 49

3.7.3.1 Uji Multikolinearitas ……….………...…...… 49

3.7.3.2 Uji Heteroskedastisitas ……….………...… 50

3.7.3.3 Uji Autokorelasi ……….………... 52

3.8 PengujianHipotesis ………...………. 54


(7)

3.8.2 Uji F ………..……… 56

3.8.3 Uji R2……… 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum KOPINDO ……….. 58

4.1.1 Sejarah Berdirinya KOPINDO ... 58

4.1.2 Tujuan Organisasi KOPINDO ………... 59

4.1.3 Visi dan Misi .……….. 59

4.1.4 Organisasi dan Manajeman ………...…………...… 60

4.1.5 Anggota dan Keanggotaan KOPINDO ……… 63

4.1.5.1 Anggota KOPINDO ………. 63

4.1.5.2 Keanggotaan KOPINDO ……….. 64

4.1.6 Kegiatan Usaha KOPINDO ………. 65

4.2 Gambaran Umum Responden ………... 67

4.2.1 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis Koperasi …… 67

4.2.2 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis Usaha ………. 68

4.3 Gambaran KOPINDO dilihat dari Variabel yang diamati ………. 68

4.3.1 Pelayanan ……….. 69

4.3.2 Kemampuan Manajerial Pengurus……….... 71

4.3.3 Efektivitas Organisasi Koperasi Sekunder ……… 75

4.4 Hasil Penelitian ……….. 77

4.4.1 Uji Regresi Berganda ……… 77

4.4.2 Uji Validitas ……….. 78

4.4.3 Uji Reabilitas ……… 80

4.4.4 Uji Asumsi Klasik ………...… 81

4.4.4.1 Uji Multikolinearitas ………...…...… 81

4.4.4.2 Uji Heteroskedastisitas ………..….…...… 81

4.4.4.3 Uji Autokorelasi………... 82

4.4.5 Pengujian Hipotesis ………... 83

4.5 Pembahasan ……….. 85

4.5.1 Pengaruh Pelayanan Terhadap Efektivitas Organisasi ………… 85

4.5.2 Pengaruh Manajerial Pengurus Terhadap Efektivitas Organisasi Koperasi Sekunder ……….. 88 4.6 Implikasi Pendidikan ……… 93

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………... 95

5.2 Saran………... 96 DAFTAR PUSTAKA


(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dasar hukum koperasi adalah UUD 1945 Pasal 33 Ayat 1 yang menyatakan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan azas kekeluargaan. Selanjutnya di dalam penjelasan dikemukakan antara lain bahwa kemakmuran rakyatlah yang diutamakan, bukan kemakmuran orang seorang, yang sesuai dengan itu adalah koperasi. Dalam hubungan ini koperasi sangat penting guna menumbuh kembangkan potensi ekonomi rakyat dalam rangka mewujudkan kehidupan yang demokratis, kebersamaan, kekeluargaan, dan keterbukaan.

Koperasi sebagai suatu institusi ekonomi diharapkan dapat berperan sebagai mesin penggerak kegiatan ekonomi nasional sekaligus sebagai soko guru perekonomian bangsa Indonesia maka keberadaan dan eksistensinya dijamin oleh undang-undang. Untuk itu kita harus ikut serta dalam membangun perekonomian Indonesia yang berlandaskan azas kekeluargaan dalam wadah koperasi.

Walaupun koperasi merupakan soko guru perekonomian namun keadaan koperasi tidak lebih maju dibandingkan dengan badan usaha lainnya. Dalam penampilannya dilapangan, koperasi belum mampu berperan sesuai amanat konstitusi walaupun koperasi sudah berumur lebih dari satu abad tetapi kedudukan koperasi umumnya masih sebagai pengusaha kecil. Hal ini dipertegas oleh akademisi sekaligus praktisi Koperasi Prof. Syamsuri SA bahwa „manusia


(9)

Indonesia pada umumnya dan pemerintah Indonesia khususnya tidak melakukan pembangunan Koperasi Indonesia secara mendasar, secara utuh dan secara serius‟. Menurut UU RI no 25 tahun 1992 tentang perkoperasian adalah badan usaha yang menjalankan kegiatannya sesuai dengan prinsip Koperasi yang berlandaskan atas azas kekeluarga. Seperti halnya pada pasal 1 ciri koperasi menjelaskan kegiatannya pada prinsip koperasi karena merupakan landasan pokok dalam menjalankan usaha dan gerakan ekonomi rakyat. Prinsip-prinsip koperasi sebagaimana disebutkan dalam pasal 5, ialah :

1. Koperasi melaksanakan prinsip sebagai berikut : a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka b. Pengelolaan dilakukan secara demokratis

c. Pembagian SHU dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota

d. Pemberian blasa jasa yangterbatas atas modal e. Kemandirrian

2. Dalam mengembangkan koperasi, maka koperasi melaksanakan pula prinsip sebagai berikut :

a. Pendidikan perkoperasian b. Kerjasama antar koperasi

Untuk meningkatkan kedudukan koperasi yang diamanatkan oleh konstitusi sesuai dengan prinsip koperasi salah satu caranya ialah dengan meningkatkan kerjasama antar koperasi. Koperasi-koperasi yang ada sekarang ini dalam melaksanakan kegiatan usahanya ada yang sejenis dan ada pula yang berbeda demikian pula tingkatannya. Kemampuan antar koperasipun bervariasi, namun yang harus disadari ialah pada dasarnya koperasi tersebut mengemban misi yang sama yaitu meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Untuk mencapai tujuan yang sama, masing-masing koperasi memiliki kelebihan dan kekurangan.


(10)

Kerjasama antar koperasi dimaksudkan untuk saling memaanfaatkan kelebihan dan mengurangi kekurangan masing-masing, serta diharapkan akan saling menunjang pendayagunaan sumberdaya sehingga hasil akhirnya dapat dicapai secara optimal. Untuk meningkatkan kerjasama tersebut salah satunya ialah dengan dibentuknya Koperasi Sekunder yang merupakan gabungan dari sedikitnya 3 koperasi primer, sehingga koperasi sekunder tidak beranggotan orang seorang melainkan beranggotan koperasi-koperasi tertentu yang telah berbadan hukum di suatu wilayah.

Namun pada kenyataannya semakin lama koperasi sekunder tersebut secara kuantitas mengalami kemunduran, hal itu disebabkan koperasi sekunder merugi karena efektivitas dan partisipasi anggotanya rendah atau ditinggalkan anggotanya karena belum dapat memberikan pelayanan yang baik sehingga belum memberikan manfaat bagi perkembangan anggotanya. Hal ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini yang disusun berdasarkan hasil laporan Dewan Koperasi Indonesia (DEKOPIN) pada periode waktu 1999 s.d 2011 :

Tabel 1.1

Perkembangan Jumlah Koperasi Sekunder Tingkat Nasional

Tahun periode Jumlah Koperasi

1999-2001 194

2001-2004 156

2004-2006 125

2006-2007 53

2007-2008 60

2008-2011 52

Sumber : DEKOPIN

Pada tabel 1.1 di atas tampak perkembangan koperasi sekunder dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2007 mengalami penurunan yang sangat drastis yaitu sebanyak 72 koperasi sekunder. Hal ini terjadi karena koperasi sekunder


(11)

mengalami pailit. Walaupun pada tahun 2007-2008 mengalami peningkatan sebanyak 7 koperasi sekunder namun pada tahun 2008-2011 kembali mengalami penurunan sebanyak 8 koperasi sekunder sehingga total koperasi sekunder pada tahun 2011 berjumlah 52 koperai sekunder.

Keberadaan 52 koperasi sekunder tidak dapat dikatakan berhasil, karena semakin lama jumlah koperasi sekunder tersebut mengalami penurunan. Keberhasilan koperasi selain dilihat dari jumlah anggota yang semakin meningkat dilihat pula dari seberapa besar sisa hasil usaha (SHU) yang dihasilkan dan seberapa efektif keberadaan organisasi koperasi tersebut. Ketika kuantitas anggota koperasi meningkat maupun SHU yang cukup besar namun tidak dapat meningkatkan kesejahteraan anggotanya maka koperasi tersebut tidak bisa dikatakan berhasil. Artinya sejauhmana kemampuan koperasi tersebut dalam mencapai target yang telah ditentukan baik target usaha seperti SHU dan volume usaha, maupun target non usaha seperti keanggotaan, merupakan faktor yang menentukan tingkat efektivitas koperasi.

Pengertian efektivitas menurut Prasetyo Budi Saksono (1984) adalah „Seberapa besar tingkat kelekatan output yang dicapai dengan output yang diharapkan dari sejumlah input‟. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen dengan yang sudah ditentukan terlebih dahulu. Berdasarkan hal tersebut maka untuk mencari tingkat efektivitas dapat digunakan rumus sebagai berikut :


(12)

Efektivitas = Ouput Aktual/Output Target >=1

 Jika output aktual berbanding output yang ditargetkan lebih besar atau sama dengan 1 (satu), maka akan tercapai efektivitas.

 Jika output aktual berbanding output yang ditargetkan kurang daripada 1 (satu), maka efektivitas tidak tercapai.

Koperasi yang baik adalah koperasi yang dapat menciptakan efektivitas Organisasi. Karena efektivitas itu merupakan kegiatan kerja yang akan membantu organisasi dalam mencapai sasarannya dengan mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki.

Dalam upaya mempertahankan, meningkatkan dan untuk mencapai Efektivitas organisasi tersebut banyak faktor yang mempengaruhinya. Ropke dalam Hendar dan Kusnadi (1999:175) menyatakan bahwa “keberhasilan koperasi berhubungan dengan beberapa faktor yang meliputi pengelolaan, pelayanan, partisipasi anggota, permodalan dan pembinaan pemerintah”.

Dengan demikian ketika sebuah koperasi primer akan bergabung dengan koperasi sekunder, pertimbangan yang harus dilakukan ialah seberapa besar efektivitas dari koperasi sekunder tersebut dapat memberikan manfaat yang cukup besar bagi koperasi primer yang akan bergabung.

Terlebih ketika sebuah koperasi bergabung dengan koperasi sekunder, maka koperasi sekunder tersebut harus memberikan input yang baik bagi koperasi primernya terutama dengan pengembangan usaha maupun pengembangan organisasinya, sehingga keberadaan koperasi sekunder akan dilirik oleh koperasi primer.

Koperasi pemuda Indonesia (KOPINDO) adalah salah satu koperasi sekunder tingkat nasional yang berada dikalangan generasi muda Indonesia. Pada


(13)

awalnya anggota KOPINDO dikelompokan menjadi lima, yaitu Koperasi Mahasiswa (KOPMA), Koperasi Pramuka (KOPRAM), Koperasi Pondok Pesantren (KOPPONTREN), Koperasi Siswa (KOPSIS), dan Koperasi Pemuda (KOPDA). Perkembangan anggota KOPINDO dalam 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 1.2

Perkembangan Jumlah anggota KOPINDO

No. Tahun Buku Jumlah Anggota

1 2007 98

2 2008 92

3 2009 99

4 2010 100

5 2011 110

Sumber : KOPINDO tahun 2007-2011

Dari data perkembangan anggota KOPINDO diatas maka kita dapat mengetahui bahwa setiap tahunnya secara kuantitas anggota KOPINDO mengalami kenaikan. Berdasarkan laporan pertanggungjawaban pengurus KOPINDO tahun buku 2011 tercatat bahwa 85 anggota merupakan koperasi mahasiswa (KOPMA), 10 anggota koperasi pondok pesantren (KOPPONTREN) dan 15 anggota merupakan koperasi pemuda (KOPDA). Hal itu membuktikan bahwa terjadi penurunan secara kualitas karena dari 5 kelompok koperasi, kini hanya ada 3 kelompok koperasi yang merupakan anggota KOPINDO. Selain itu dari 110 koperasi primer hanya 77 koperasi primer yang aktif menjadi anggota KOPINDO, 3 koperasi primer keluar dan 30 koperasi primer yang tidak aktif. Padahal perkembangan anggota merupakan salah satu indikator keberhasilan koperasi yang menetukan efektivitas dari koperasi tersebut.


(14)

KOPINDO merupakan salah satu Koperasi sekunder yang tercatat masih aktif, hanya saja perkembangan KOPINDO tidak begitu baik. Hal itu dapat dilihat dari perkembangan SHU dan Volume Usaha KOPINDO dalam 5 tahun terakhir.

Tabel 1.3

Perkembangan SHU dan Volume Usaha KOPINDO

Tahun SHU Volume

Usaha

Persentase

2007 214.121.093 548.435.540 39%

2008 174.101.979 713.497.500 24%

2009 64.917.146 782.540.500 8,3%

2010 112.108.274 913.530.000 12,3%

2011 149.167.772 1.013.881.000 14,7

Sumber : LPJ KOPINDO

Dilihat dari data diatas tampak perkembangan volume usaha KOPINDO mengalami kenaikan disetiap tahunnya , tapi berbeda dengan SHU yang mengalami naik turun. Hal ini seharusnya tidak terjadi, karena kondisinya ialah kenaikan volume usaha tidak dikuti dengan penaikan sisa hasil usaha artinya disini beban-beban dan biaya perasional meningkat sehingga mengurangi penghasilan atau yang dikenal dengan sisa hasil usaha. Selain dari itu, penurunan terjadi karena usaha yang dilakukan KOPINDO belum dapat merangkul serta sesuai dengan kebutuhan anggota. Jenis usaha yang dijalani KOPINDO saat ini diantaranya yaitu KOPINDO CONSULT, KOPINDO WISATA, KOPINDO KONSTRUKSI, KOPINDO NIAGA, KOPINDO MEDIA, dan PONDOK PEMUDA CIBODAS. Dari keseluruhan unit usaha tersebut tidak ada yang secara langsung melibatkan anggota ataupun sesuai dengan kebutuhan anggotanya.

Selain dari perkembangan SHU dan Volume Usaha dapat dilihat pula pada perkembangan modal anggota dan modal lain-lainnya yang dimiliki


(15)

KOPINDO. Modal merupakan salah satu yang terpenting dalam keberhasilan koperasi, karena modal dapat meningkatkan usaha dan organisasi koperasi. Modal sendiri dapat berupa simpanan pokok dan simpanan wajib yang berasal dari anggota, sedangkan modal lain-lain yaitu modal dari luar yang berupa pinjaman ataupun hibah. Modal yang dimilki KOPINDO dapat kita lihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 1.4

Perkembangan Modal Sendiri dan Modal lain-lain KOPINDO

Tahun Modal Sendiri Modal Lain-lain 2007 172.655.246 1.517.816.667 2008 221.921.546 1.517.816.667 2009 246.081.546 1.517.816.667 2010 273.851.546 1.517.816.667 2011 255.903.446 1.517.816.667

Sumber : LPJ KOPINDO

Melihat data perkembangan modal sendiri dan modal lain-lain KOPINDO pada tabel 1.4. Untuk modal sendiri relatif mengalami kenaikan , namun jumlahnya sangat kecil dibandingkan dengan modal lain-lain. Padahal salah satu letak perbedaan koperasi dengan badan usaha lainnya yaitu adanya modal sendiri yang berupa simpanan wajib dari anggota yang dibayarkan secara berkala terhadap koperasi. Modal lain-lain memang cukup besar dibandingkan dengan modal sendiri hanya saja dalam 5 tahun terakhir ini tidak mengalami peningkatan. Kualitas anggota yang menurun, SHU dan Volume usaha yang tidak stabil, serta modal sendiri yang rendah disebabkan karena KOPINDO dirasakan kurang memberikan kebermanfaatan terhadap anggota, kurangnya dalam memberikan pelayanan, serta ketidakpercayaan anggota terhadap manajerial pengurus yang menyebabkan KOPINDO kurang berkembang.


(16)

Dari uraian tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap permasalahan yang ada dengan mengambil judul “PELAYANAN DAN KEMAMPUAN MANAJERIAL PENGURUS TERHADAP EFEKTIVITAS KOPERASI SEKUNDER (Studi Kasus pada Anggota Koperasi Pemuda Indonesia Wilayah Jawa Barat)”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis merumuskan rumusan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran umum mengenai pelayanan, kemampuan manajerial pengurus dan efektivitas organisasi koperasi sekunder ?

2. Bagaimana pengaruh pelayanan terhadap efektivitas koperasi sekunder ? 3. Bagaimana pengaruh kemampuan manajerial pengurus terhadap efektivitas

koperasi sekunder ?

4. Bagaimana pengaruh pelayanan, kemampuan manajerial pengurus terhadap efektivitas koperasi sekunder ?

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada identifikasi masalah di atas, yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui gambaran umum mengenai pelayanan, kemampuan manajerial pegurus dan efektivitas organisasi koperasi sekunder,


(17)

2. Untuk mengetahui pengaruh pelayanan terhadap efektivitas koperasi sekunder

3. Untuk mengetahui pengaruh kemampuan manajerial pengurus terhadap efektivitas koperasi sekunder

4. Untuk mengetahui pengaruh pelayanan dan kemampuan manajerial pengurus terhadap efektivitas koperasi sekunder

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini ialah : 1. Secara Teoritis

Diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas koperasi sekunder.

2. Secara Praktis

Diharapkan dapat menjadi pertimbangan untuk Koperasi primer dalam menentukan pilihan ketika bergabung bersama koperasi sekunder. Serta untuk mengetahui kebijakan-kebijakan yang harus dilakukan agar posisi koperasi sekunder dapat dilirik oleh banyak koperasi primer sehingga keberadaan koperasi sekunder itu menjadi penting bagi koperasi primer.


(18)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Survey Eksplanatori. Survey adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data, sedangkan eksplanatori adalah penelitian yang bertujuan untuk menguji suatu teori atau hipotesis guna memperkuat atau bahkan menolak teori atau hasil peneliitian yang sudah ada. Sehingga survey eksplanatori ialah metode yang menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel yang diteliti melalui pengujian hipotesis.

3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi

Populasi menurut Suharsimi Arikunto (2010 : 173) adalah keseluruhan

subjek penelitian. Populasi ini bisa berupa sekelompok manusia, nilai-nilai, tes, gejala, pendapat, peristiwa-peristiwa, benda dan lain-lain.

Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah Koperasi Pemuda Indonesia (KOPINDO).

3.2.2 Sampel

Menurut Suharsimi Arikunto (2010:174) sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Pada penelitian ini yang dijadikan sebagai sampel ialah Koperasi Mahasiswa (KOPMA), Koperasi Pesantren (KOPONTREN) dan Koperasi Pemuda yang menjadi anggota KOPINDO wilayah Jawa Barat


(19)

Tabel 3.1

Daftar Anggota KOPINDO Wilayah Jawa barat

JENIS KOPERASI NAMA KOPERASI

KOPERASI MAHASISWA KOPMA UNPAS KOPMA UIN SGD KOPMA BS UPI KOPMA UNSIL

KOPMA STAIN CIREBON KOPMA UNPAD

KOPMA UNISBA

KOPMA MAHABIRU UNSUB KOPMA UNINUS

KOPERASI PESANTREN KOPPONTREN MADARISA SOREANG KOMAD MARDHATILLAH

KOPERASI PEMUDA KOPERASI BHAKTI PEMUDA CIANJUR KKM BANDUNG

Sumber: KOPINDO

3.3 Operasional Variable

Tabel 3.2 Operasional Variabel

Variable Konsep teoritis Konsep empiris Konsep

analitis Skala Variable terikat Efektivitas Koperasi Sekunder (Y) efektivitas organisasi adalah sejauhmana organisasi mencapai berbagai

sasaran (jangka pendek) dan tujuan (jangka panjang) yang telah

ditetapkan, dimana penetapan sasaran-sasaran dan

tujuan-tujuan itu

mencerminkan konstituen strategis,

Efektivitas organisasi dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan organisasi yang meliputi :

a. Volume Usaha

b. Sisa hasil Usaha (SHU) c. Peningkatan keanggotaan Data diperoleh dari jawaban konsumen mengenai : Ketercapaian Volume Usaha sesuai dengan RAPBK Ketercapaian SHU sesuai dengan RAPBK Ketercapaian Anggota KOPINDO sesuai target Ordinal


(20)

tahap pertumbuhan organisasi” Variable bebas Pelayanan (X1)

Usaha yang dilakukan oleh manajemen koperasi dalam memenuhi kebutuhan anggotanya Kualitas pelayanan koperasi sekunder terhadapa anggotanya meliputii :

a. Tangible ( bukti

langsung meliputi fasilitas, sarana dan prasarana b. Reability (kehandalan) yaitu pelayanan dilihat dari kegiatan-kegiaatan yang berhubungan dengan pelayanan anggota c. Responsibility (daya tanggap) yaitu pelayanan dari daya tanggap. Dilihat dari keinginan anggotany d. Assurance (jaminan) meliputi pengetahuan, kemampuandan sifat dapat dipercaya yang dimiliki anggota e. Empathy (empati)

meliputi kemudahan dalam melakukan Jawaban diperolah dari responden meliputi : Tentang kualitas pelayanan dari bukti langsung dilihat dari sarana dan prasarana Kualitas pelayanan dari kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pelayanan jasa anggota Kualitas pelayanan dari daya tanggap sesuai dengan keinginan anggota Kualitas pelayanan dari pengetahuan, kemampuan dan sifat yang dimiki anggota Kualitas pelayanan dari kemudahan Ordinal


(21)

baik, dan memahami kebutuhan kebutuhan anggotanya hubungan komunikasi dengan anggota Variable bebas Kemampuan manajerial Pengurus (X2)

Daya kesanggupan di dalam menggerakkan orang-orang dan menggerakkan fasilitas dalam suatu organisasi. 1. Kemampuan mengambil keputusan 2. Kemampuan implementasi fungsi manajemen - perencanaan - pengorganisasian - penggerakan

- Pengendalian / evaluasi

Data di ambil dari jawaban responden dengan menggunakan skala likert, mengenai kemampuan pengurus mengambil keputusan.

Data di ambil dari jawaban responden dengan menggunakan skala likert mengenai kemampuan pengurus dalam melaksanakan fungsi manajemen nya dalam organisasi Ordinal

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data yang diambil adalah data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh dari responden sedangkan data sekunder yaitu data yang berupa studi kepustakaan dan studi dokumenter.

Untuk data primer pengumpulan datanya adalah dengan cara menyebar angket (kuesioner) yaitu teknik pengumpulan data melalui penyebaran seperangkat daftar pertanyaan tertulis kepada responden yang menjadi anggota sampel penelitian.


(22)

1. Studi kepustakaan, yaitu mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan masalah-masalah yang akan diteliti dengan mempelajari buku-buku dan literatur.

2. Studi dokumenter, yaitu mempelajari dokumen-dokumen dan arsip-arsip yang ada pada kantor Dinas KUKM Jawa Barat serta KOPINDO

3.5 Teknik Analisis Data

Langkah selanjutnya dalam penelitian ini adalah menganalisis data dan melakukan pengujian hipotesis.

3.5.1 Metode Successive Interval (MSI)

Data yang mempunyai tingkat pengukuran ordinal, maka sebelum dianalisis, variabel tersebut ditransformasikan menjadi skala interval dengan menggunakan

Metode Successive Interval dengan bantuan program exel suck97.

Langkah kerja Methods of Succesif Inteval (MSI) adalah sebagai berikut: 1. Perhatikan tiap butir item pertanyaan, misalnya dalam angket.

2. Untuk butir tersebut, tentukan berapa banyak orang yang mendapatkan (menjawab) skor 1,2,3,4,5 yang disebut Frekuensi (F).

3. Setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya responden dan hasilnya disebut Proporsi (P).

4. Tentukan Proporsi Kumulatif (PK) dengan cara menjumlah antara proporsi yang ada dengan proporsi sebelumnya.

5. Dengan menggunakan tabel distribusi normal baku, tentukan nilai Z untuk setiap kategori.

6. Tentukan nilai densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh dengan menggunakan tabel ordinat distribusi normal baku.


(23)

8. Tentukan nilai transformasi dengan menggunakan rumus berikut: Y = NS + [1+׀NSmin׀].

Model analisis yang digunakan untuk melihat pengaruh antara variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat serta untuk menguji kebenaran dari hipotesis akan digunakan model persamaan regresi berganda sebagai berikut :

Y = β0 + β1X1 + β2X2 + e

Dimana :

Y = Efektivias Koperasi Sekunder X1 = Pelayanan

X2 = Kemampuan Manajerial Pengurus

3.6 Instrumen Penelitian

Dalam suatu penelitian alat pengumpul data atau instrumen penelitian akan menentukan data yang dikumpulkan dan menentukan kualitas penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tentang pelayanan, partisipasi anggota, permodalan dan efektivitas koperasi sekunder.

Skala yang digunakan dalam instrumen penelitian ini adalah skala likert. T Skala likert ini digunakan dalam variabel bebas. Dengan menggunakan skala likert, setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan positif. Maka ketentuan skala jawaban adalah sebagai berikut:

 Sangat Setuju : 5

) (

) (

) (

) (

LowerLimit AreaBellow

UpperLimit AreaBellow

pperLimit DensityatU

owerLimit DensityofL

SV

  


(24)

 Cukup Setuju : 3

 Tidak Setuju : 2

 Sangat Tidak Setuju : 1

Adapun langkah-langkah penyusunan angket adalah sebagai berikut:.

Menentukan tujuan pembuatan angket yaitu mengetahui pengaruh pelayanan, partisipasi anggota, permodalan dan efektivitas koperasi sekunder.

1. Menjadikan objek yang menjadi responden yaitu anggota KOPINDO wilayah Jawa Barat

2. Menyusun pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh responden. 3. Memperbanyak angket.

4. Menyebarkan angket.

5. Mengolah dan menganalisis hasil angket

3.7 Pengujian Instrumen Penelitian

Pengujian instrumen penelitian digunakan untuk menguji apakah instrument penelitian ini memenuhi syarat-syarat alat ukur yang baik atau tidak sesuai dengan standar metode penelitian.

Oleh karena pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen yang berupa kuesioner, maka dilakukan uji validitas dan reliabilitas atas instrumen penelitian ini.

3.7.1 Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Suharsimi Arikunto, 2010:211). Suatu tes dikatakan memiliki validitas tinggi apabila tes tersebut menjalankan fungsi ukurannya atau


(25)

penelitian ini menggunakan rumus korelasi product moment dari Pearson sebagai berikut:

 

2 2 2 2

) ( )

(

) )( (

Y Y

N X

X N

Y X XY

N r

(Suharsimi,2010:213)

Keterangan :

rxy = Koefisien korelasi

n = Jumlah responden uji coba

X = Skor tiap item

Y = Skor seluruh item responden uji coba

Dalam hal ini rxy diartikan sebagai koefisien korelasi sehingga kriterianya

adalah:

rxy <0,20 : Validitas sangat rendah

0,20-0,39 : Validitas rendah

0,40-0,59 : Validitas sedang/cukup 0,60-0,89 : Validitas tinggi

0,90-1,00 : Validitas sangat tinggi

Uji validitas dilakukan dengan menggunakan taraf nyata  = 0,05 diluar taraf nyata tersebut item angket dinyatakan tidak valid.

Kemudian dilakukan uji keberartian r dilakukan dengan uji t (taraf signifikansi 5%) dengan rumus yang digunakan, yaitu:


(26)

Keterangan:

t = Uji signifikan korelasi r = Koefisien korelasi

n = Jumlah responden penelitian

Kriteria pengujian diambil dengan membandingkan nilai t hit dengan ttab, yaitu

dengan taraf signifikan α =0,05, item dinyatakan valid jika t hit> t tab dimana ttab (t1-0,05 α) didapat dari daftar distribusi t dengan peluang (1-0.05 α) dan derajat kebebasan =N-2.

3.7.2 Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas instrumen (Test of reliability) untuk mengetahui apakah

data yang telah dihasilkan dapat diandalkan. Pengujian reliabilitas menggunakan

rumus Uji Reliabilitas (r11). Langkah-langkah untuk menguji reliabilitas dengan

menggunakan Uji Reliabilitas adalah sebagai berikut:

a) Menghitung harga varians tiap item dari setiap item

N N

X X

b

 

2 2

2

) (

 (Suharsimi, 2010:227) dimana:

b2 = harga varian tiap item

ΣX2 = jumlah kuadrat jawaban responden tiap item (ΣX)2 = kuadrat skor seluruh respondendari tiap item N = jumlah responden

b) Mencari varians total

Y Y

2


(27)

dimana:

t2 = harga varian total ΣY2

= jumlah kuadrat skor total

(ΣY)2 = jumlah kuadrat dari jumlah skor total N = jumlah responden

c) Menghitung Reliabilitas Instrumen

Test of reliability digunakan untuk mengetahui apakah alat pengumpul data

tersebut menunjukan tingkat ketepatan, tingkat keakuratan, kestabilan atau

konsistensi dalam mengungkapkan gejala tertentu dari sekelompok individu

walaupun dilaksanakan pada waktu yang berbeda. Untuk menguji reliabilitas

instrumen penelitian ini, penulis menggunakan Uji Reliabilitas dengan rumus

Alpha sebagai berikut:

    

  

    

2

2

11 1

1 t b k

k r

 

(Suharsimi, 2010:239)

dimana:

r11 : Reliabilitas instrumen

k : Banyaknya butir pertanyaan

b2 : Jumlah Varians butir/item t2 : Varians total

d) Mengkonsultasikan harga r11 pada penapsiran indeks korelasi, yaitu:

* 0,800-1,000 = sangat tinggi


(28)

* 0,200-0,399 = rendah

* <0,200 = sangat rendah

Kriteria pengujian reliabilitas adalah jika rhit > rtab dengan tingkat kepercayaan

95%, maka angket variabel tersebut dikatakan reliabel.

3.7.3 Uji Asumsi Klasik 3.7.3.1 Uji Multikolinearitas

Pada mulanya multikoliniearitas berarti adanya hubungan linier yang sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi. Dalam hal ini variabel-variabel bebas ini bersifat tidak orthogonal. Variabel-variabel bebas yang bersifat orthogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi diantara sesamanya sama dengan nol.

Jika terdapat korelasi yang sempurna diantara sesama variabel-variabel bebas sehingga nilai koefisien korelasi diantara sesama variabel bebas ini sama dengan satu, maka konsekuensinya adalah :

- Nilai koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir

- Nilai standard error setiap koefisien regresi menjadi tak terhingga.

Ada beberapa cara untuk medeteksi keberadaan multikolinieritas dalam model regresi OLS, yaitu :

(1) Mendeteksi nilai koefisien determinasi (R2) dan nilai thitung. Jika R2 tinggi

(biasanya berkisar 0,7 – 1,0) tetapi sangat sedikit koefisien regresi yang signifikan secara statistik, maka kemungkinan ada gejala multikolinieritas. (2) Melakukan uji kolerasi derajat nol. Apabila koefisien korelasinya tinggi, perlu

dicurigai adanya masalah multikolinieritas. Akan tetapi tingginya koefisien korelasi tersebut tidak menjamin terjadi multikolinieritas.


(29)

(3) Menguji korelasi antar sesama variabel bebas dengan cara meregresi setiap Xi

terhadap X lainnya. Dari regresi tersebut, kita dapatkan R2dan F. Jika nilai Fhitung melebihi nilai kritis Ftabel pada tingkat derajat kepercayaan tertentu, maka

terdapat multikolinieritas variabel bebas.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan Uji regresi parsial yaitu dengan membandingkan R2 parsial dengan R2 estimasi, untuk memprediksi ada atau tidaknya multikoliniearitas.

Apabila terjadi Multikolinearitas menurut Gujarati (2006 : 45) disarankan untuk mengatasinya dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

(1) Adanya informasi sebelumnya (informasi apriori)

(2) Menghubungkan data cross sectional dan data urutan waktu, yang dikenal sebagai penggabungan data (pooling the data)

(3) Mengeluarkan satu variabel atau lebih.

(4) Transformasi variabel serta penambahan variabel baru.

3.7.3.2 Uji Heterokedastisitas

Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana faktor gangguan tidak memiliki varian yang sama. Uji heteroskedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Keadaan heteroskedastis tersebut dapat terjadi karena beberapa sebab, antara lain :

(1) Sifat variabel yang diikutsertakan ke dalam model.

(2) Sifat data yang digunakan dalam analisis. Pada penelitian dengan menggunakan data runtun waktu, kemungkinan asumsi itu mungkin benar


(30)

Ada beberapa metode yang bisa digunakan untuk mengetahui adanya heteroskedastisitas, metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode Korelasi Spearman. Metode ini dikembangkan oleh Spearman, formula korelasi dari Spearman adalah sebagai berikut :

(Yana Rohmana, 2010:170)

Dimana di = perbedaan dalam rank yang ditetapkan untuk dua karakteristik

yang berbeda dari individual atau fenomena ke 1, sedangkan n = banyaknya individual atau fenomena yang di rank.

Adapun langkah- langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Cocokan regresi terhadap data mengenai Y dan X dan dapatkan residual ei.

Dengan mengabaikan tanda dari ei, yaitu dengan mengambil nilai mutlaknya [ei], merangking baik harga mutlak [ei] dan Xi sesuai dengan urutan yang

meningkat atau menurun dan menghitung koefisien rank korelasi Spearman yang telah diberikan sebelumnya.

Dengan mengasumsikan bahwa koefisien rank korelasi populasi PS adalah nol dan n > 8, tingkat signifikan dari rs, yang disampel dapat diuji dengan

pengujian t sebagai berikut:

(Yana Rohmana, 2010:170) rs

1- rs2 t =

rs = 1-6  di 2


(31)

Jika nilai t yang dihitung melebihi bilai t kritis, kita bisa menerima hipotesis adanya heteroskedastisitas; kalau tidak bisa menolaknya. Jika model regresi meliputi lebih dari satu variabel X, rs dapat dihitung antara [ei] dan tiap-tiap variabel X secara terpisah dan dapat diuji untuk tingkat penting secara statistik dengan pengujian t yang diberikan di atas.

3.7.3.3 Uji Autokorelasi

Dalam suatu analisa regresi dimungkinkan terjadinya hubungan antara variabel-variabel bebas atau berkorelasi sendiri, gejala ini disebut autokorelasi. Istilah autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu atau ruang.

Autokorelasi merupakan suatu keadaan dimana tidak adanya korelasi antara satu variabel penganggu dengan pengganggu lainnya. Faktor-faktor penyebab autokorelasi antara lain terdapat kesalahan dalam menentukan model, penggunaan lag dalam model dan tidak dimasukkannya variabel penting Konsekuensi adanya autokorelasi menyebabkan hal-hal berikut:

 Parameter yang diestimasi dalam model regresi OLS menjadi bisa dan varian tidak minim lagi sehingga koefisien estimasi yang diperoleh kurang akurat dan tidak efisien.

 Varians sampel tidak menggambarkan varians populasi, karena diestimasi terlalu rendah (underestimated) oleh varians residual taksiran.

 Model regresi yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk menduga nilai variabel terikat dari variabel bebas tertentu.

 Uji t tidak akan berlaku, jika uji t tetap disertakan maka kesimpulan yang diperoleh pasti salah.


(32)

Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi pada model regresi, pada penelitian ini pengujian asumsi autokorelasi digunakan uji Durbin-Watson d dengan prosedur sebagai berikut :

1. Melakukan regresi metode OLS dan kemudian mendapatkan nilai residualnya.

2. Menghitung nilai d.

3. Dengan jumlah observasi (n) dan jumlah variabel independen tertentu tidak termasuk konstanta (k), lalu cari nilai kritis dL dan dU di statistik Durbin

Watson.

4. Keputusan ada tidaknya autokorelasi didasarkan pada gambar di bawah ini :

Statistika Durbin- Watson d

Gudjarati (2006: 216)

Keterangan: dL = Durbin Tabel Lower

dU = Durbin Tabel Up

H0 = Tidak ada autkorelasi positif

H*0 = Tidak ada autkorelasi negatif

5. Ketentuan nilai Durbin Watson d

Menolak H0

Bukti autokorelasi

positif

Menolak H0

*

Bukti autokorelasi

negatif Daerah

keragu-raguan

Daerah keragu-raguan Menerima H0 atau H

* 0

atau kedua-duanya

d

0 dL du 2 4-du 4-dL 4


(33)

Nilai statistik

d

Hasil

0 < d < dL Menolak hipotesis nol; ada autokorelasi

positif

dL≤ d ≤ du Daerah keragu-raguan; tidak ada keputusan du≤ d ≤ 4 - du Menerima hipotesis nol; tidak ada

autokorelasi positif/negatif

4 – du≤ d 4 - dL Daerah keragu-raguan; tidak ada keputusan

4 – dL≤ d ≤ 4 Menolak hipotesis nol; ada autokorelasi

negatif

Salah satu keuntungan dari uji DW yang didasarkan pada residual adalah bahwa setiap program komputer untuk regresi selalu memberi informasi statistik d, adapun prosedur dari uji DW sebagai berikut:

1. Melakukan regresi metode OLS dan kemudian mendapatkan nilai residualnya

2. Menghitung nilai d dari persamaan regresi

3. Dengan jumlah observasi (n) dan jumlah variabel independen tertentu tidak termasuk konstanta (k), kita cari nilai kritis dL dan dU di statistik Durbin

Watson.

4. Keputusan ada tidaknya autokorelasi didasarkan pada tabel diatas.

3.8 Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis maka penulis menggunakan uji statistik berupa uji parsial (uji t), uji simultan (uji f) dan uji koefisien determinasi majemuk(R2).


(34)

3.8.1 Uji t (Pengujian Hipotesis Regresi Majemuk Secara Individual)

Uji t bertujuan untuk menguji tingkat signifikasi dari setiap variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat dengan menganggap variabel lain konstan/tetap.

Pengujian secara parsial dilakukan untuk menguji rumusan hipotesis dengan langkah sebagai berikut :

1. Membuat hipotesis melalui uji satu sisi H0: β1≤ 0,

Ha : β1 > 0,

Dalam hipotesis ini dinyatakan bahwa efektivitas organisasi, pelayanan dan kermampuan manajerial pengurus mempunyai hubungan positif. 2. Menghitung nilai t hitung dan mencari nilai t kritis dari tabel distribusi t.

Nilai t hitung dicari dengan rumus berikut :

 

1

1

1 *

ˆ  

e s

t   Dimana 1*merupakan nilai pada hipotesis nol

(Yana Rohmana, 2010:50)

Adapun cara yang lebih sederhana dapat pula menggunakan rumus dibawah ini:

(Yana Rohmana, 2010 : 50)

3. Setelah diperoleh t statistik atau t hitung, selanjutnya bandingkan dengan t tabel dengan α disesuaikan. Adapun cara mencari t tabel dapat digunakan rumus sebagai berikut :


(35)

4. Kriteria uji t adalah:

Jika thitung > ttabel maka H0 ditolak dan Ha diterima (variabel bebas X

berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat Y).

Jika thitung < ttabel maka H0 diterima dan Ha ditolak (variabel bebas X

tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat Y).

Dalam penelitian ini tingkat kesalahan yang digunakan adalah 0,05 (5%) pada taraf signifikasi 95%.

3.8.2 Uji F (Pengujian Hipotesis Regresi Secara Keseluruhan)

Pengujian hipotesis secara keseluruhan merupakan penggabungan variabel X terhadap variabel terikat Y untuk diketahui seberapa besar pengaruhnya. Pengujian dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut :

1. Mencari F hitung dengan formula sebagai berikut

) /( ) 1 /( , 1 k n RSS k ESS Fk n k

    ) /( ) 1 ( ) 1 /( 2 2 k n R k R    

(Yana Rohmana, 2010:78)

2. Setelah diperoleh F hitung, selanjutnya bandingkan dengan F tabel berdasarkan besarnya  dan df dimana besarnya ditentukan oleh numerator (k-1) dan df untuk denominator (n-k).

3. Kriteria Uji F

Jika Fhitung < Ftabel maka H0 diterima dan Ha ditolak (keseluruhan


(36)

Jika Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak dan Ha diterima (keseluruhan

variabel bebas X berpengaruh terhadap variabel terikat Y).

3.8.3 Uji R2 (Koefisien Determinasi)

Koefisien determinasi sebagai alat ukur kebaikan dari persamaan regresi yaitu memberikan proporsi atau presentase variasi total dalam variabel tidak bebas Y yang dijelaskan oleh variabel bebas X.

Selain itu juga, koefisien determinasi merupakan alat yang dipergunakan untuk mengukur besarnya sumbangan atau andil (share) variabel X terhadap variasi atau naik turunnya Y (J. Supranto, 2005 : 75). Dengan kata lain, pengujian dilakukan untuk mengetahui seberapa besar sumbangan variabel independent (X1, dan X2)

terhadap variabel Y, dengan rumus sebagai berikut :

(Yana Rohmana, 2010:76)

Nilai R2 berkisar antara 0 dan 1 (0 < R2 < 1), dengan ketentuan sebagai berikut :

 Jika R2 semakin mendekati angka 1, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat semakin erat/dekat, atau dengan kata lain model tersebut dapat dinilai baik.

 Jika R2 semakin menjauhi angka 1, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat jauh/tidak erat, atau dengan kata lain model tersebut dapat dinilai kurang baik.

R2 =

SS

∑ ŷi

2

SS

∑ yi2


(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dari hasil pembahasan tentang pengaruh pelayanan dan manajerial pengurus terhadap efektivitas organisasi koperasi sekunder dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pelayanan termasuk kedalam kategori rendah, kemampuan manajerial pengurus termasuk kedalam kategori menengah dan efektivitas organisasi koperasi sekunderpun termasuk kedalam kategori menengah

2. Pelayanan berpengaruh positif terhadap efektivitas organisasi koperasi sekunder.Artinya semakin tinggi pelayanan koperasi maka akan meningkatkan efektivitas organisasi koperasi sekunder.

3. Kemampuan manajerial pengurus berpengaruh positif terhadap efektivitas organisasi koperasi sekunder. Artinya semakin tinggi manajerial pengurus koperasi maka akan meningkatkan efektivitas Pelayanaorganisasi koperasi sekunde.r

4. Pelayanan dan Kemampuan manajerial pengurus secara simultan berrpengaruh positif terhadap efektivitas koperasi sekunder.


(38)

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan dan kesimpulan yang diperoleh maka ada beberapa saran yang bias dilakukan, yaitu sebagai berikut:

1. Pelayanan yang diberikan pengurus harus terus ditingkatkan. Pelayanan tersebut bukan hanya pelayanan usaha saja melainkan pelayanan organisasi yang dapat meningkatkan efektivitas organisasi koperasi sekunder tersebut.

2. Pengurus yang ditempatkan harus sesuai dengan keahliannya, agar dapat membawa kebaikan terhadap KOPINDO.

3. Pengurus harus dengan cermat menyusun program kerja, agar program kerja yang disusun berhubungan dan memberikan manfaat bagi keberlangsungan KOPINDO dan dapat memberikan manfaat secara nyata bagi anggota.


(39)

DAFTAR PUSTAKA

Alfred Hanel. 1985. Pokok-pokok Pikiran Organisasi Koperasi dan Kebijakan

Pengembangan di Negara-negara Berkembang. Bandung UNPAD

Arikunto Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta : Rineka Cipta

Faizal, Hendry. 2007. Ekonomi Manajerial. Jakarta : Rajawali Pers

Gujarati, Damodar,. 2006. Ekonometrika Dasar. Jakarta : Salemba Empat Hendar dan Kusnadi. 1999. Ekonomi Koperasi. Jakarta : FE UI

Hendar dan Kusnadi. 2005. Ekonomi Koperasi.. Jakarta : Lembaga Penerbit FE-UI.

J Supranto. 2005. Ekonometrika Buku Kesatu. Bogor: Ghalia Indonesia

Kementerian KUKM RI. 2009. Modul Diklat. Jakarta : Winaguna Sarana Teknik

Kotler, Philip. 2002. Manajeman Pemasaran di Indonesia : Analisis,

Perencanaan, Implementasi, dan Pengendalian. Jakarta : Salemba Empat

Kusdi. 2009. Teori Organisasi dan Administrasi. Jakarta : Salemba Empat

Mahmudi. 2005. Manajeman Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta : UPP STIM YKPM

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi. 2011. Metode Penelitian Survai. Jakarta : LP3ES

Muslimin Nasution. 2008. Koperasi Menjawab Kondisi Ekonomi Nasional. Jakarta: PIP (Pusat Informasi Perkoperasian).

Rohmana, Yana. 2010. Ekonometrika (Teori dan Aplikasi dengan Eviews). Bandung : Laboratorium Pendidikan Ekonomi dan Koperasi FPEB UPI Ropke, Jochen. 2003. Ekonomi Koperasi, Teori dan Manajemen. Jakarta :

Salemba Empat

Sinaga, Pariaman, dkk. 2008. Koperasi Dalam Sorotan Peneliti. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada


(40)

Subandi. 2010. Ekonomi Koperasi (Teori dan Praktik). Bandung: Alpabeta Sudjana. 1996. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito

Supriyono. 2000. Sistem Pengendalian Manajeman. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta

Ukas, Maman. 2009. Manajeman (Konsep, Prinsip dan Aplikasi). Bandung : AGNINI

Undang-undang No.25 tahun 1992 tentang Perkoperasian. Bandung: KPN IKIP Bandung.

Winardi. 2009. Teori Organisasi & Pengorganisasian. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada

Yuniarsih, Tjutju dkk. 1998. Manajemen Organisasi. Bandung : IBP

Sumber Lain :

Al-Rasyid, Harun. 1993. Teknik Penarikan Sampel dan Penyusunan Skala. Bandung. Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran

Carabinerii. Method of Successive Interval. Tersedia : Carabinerii.wordpress.com (30/04/2010)

Company Profile KOPINDO Tahun 2011

Manajeman Koperasi. Tersedia : http://www.scribd.com/doc/27993522 Laporan Pertanggungjawaban KOPINDO tahun buku 2007 - 2011 Prasetyo Budi Saksono. Pengertian Efektifitas. Tersedia :

http://dansite.wordpres.com (28/03/2009) www.depkop.go.id

www.kopindo.go.id www.smecda.com


(1)

56

Resti Destiana Suryati, 2013

Pengaruh Pelayanan dan Kemampuan Manajerial Pengurus terhadap Efektivitas Organisasi Koperasi Sekunder (Studi Kasus pada Anggota Koperasi Pemuda Indonesia Wilayah Jawa Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

4. Kriteria uji t adalah:

Jika thitung > ttabel maka H0 ditolak dan Ha diterima (variabel bebas X

berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat Y).

Jika thitung < ttabel maka H0 diterima dan Ha ditolak (variabel bebas X

tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat Y).

Dalam penelitian ini tingkat kesalahan yang digunakan adalah 0,05 (5%) pada taraf signifikasi 95%.

3.8.2 Uji F (Pengujian Hipotesis Regresi Secara Keseluruhan)

Pengujian hipotesis secara keseluruhan merupakan penggabungan variabel X terhadap variabel terikat Y untuk diketahui seberapa besar pengaruhnya. Pengujian dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut :

1. Mencari F hitung dengan formula sebagai berikut

) /( ) 1 /( , 1 k n RSS k ESS Fk n k

    ) /( ) 1 ( ) 1 /( 2 2 k n R k R    

(Yana Rohmana, 2010:78)

2. Setelah diperoleh F hitung, selanjutnya bandingkan dengan F tabel berdasarkan besarnya  dan df dimana besarnya ditentukan oleh numerator (k-1) dan df untuk denominator (n-k).

3. Kriteria Uji F

Jika Fhitung < Ftabel maka H0 diterima dan Ha ditolak (keseluruhan


(2)

57  Jika Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak dan Ha diterima (keseluruhan

variabel bebas X berpengaruh terhadap variabel terikat Y).

3.8.3 Uji R2 (Koefisien Determinasi)

Koefisien determinasi sebagai alat ukur kebaikan dari persamaan regresi yaitu memberikan proporsi atau presentase variasi total dalam variabel tidak bebas Y yang dijelaskan oleh variabel bebas X.

Selain itu juga, koefisien determinasi merupakan alat yang dipergunakan untuk mengukur besarnya sumbangan atau andil (share) variabel X terhadap variasi atau naik turunnya Y (J. Supranto, 2005 : 75). Dengan kata lain, pengujian dilakukan untuk mengetahui seberapa besar sumbangan variabel independent (X1, dan X2)

terhadap variabel Y, dengan rumus sebagai berikut :

(Yana Rohmana, 2010:76)

Nilai R2 berkisar antara 0 dan 1 (0 < R2 < 1), dengan ketentuan sebagai berikut :

 Jika R2 semakin mendekati angka 1, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat semakin erat/dekat, atau dengan kata lain model tersebut dapat dinilai baik.

 Jika R2 semakin menjauhi angka 1, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat jauh/tidak erat, atau dengan kata lain model tersebut dapat dinilai kurang baik.

R2 =

SS

∑ ŷi

2

SS


(3)

Resti Destiana Suryati, 2013

Pengaruh Pelayanan dan Kemampuan Manajerial Pengurus terhadap Efektivitas Organisasi Koperasi Sekunder (Studi Kasus pada Anggota Koperasi Pemuda Indonesia Wilayah Jawa Barat) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dari hasil pembahasan tentang pengaruh pelayanan dan manajerial pengurus terhadap efektivitas organisasi koperasi sekunder dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pelayanan termasuk kedalam kategori rendah, kemampuan manajerial pengurus termasuk kedalam kategori menengah dan efektivitas organisasi koperasi sekunderpun termasuk kedalam kategori menengah

2. Pelayanan berpengaruh positif terhadap efektivitas organisasi koperasi sekunder.Artinya semakin tinggi pelayanan koperasi maka akan meningkatkan efektivitas organisasi koperasi sekunder.

3. Kemampuan manajerial pengurus berpengaruh positif terhadap efektivitas organisasi koperasi sekunder. Artinya semakin tinggi manajerial pengurus koperasi maka akan meningkatkan efektivitas Pelayanaorganisasi koperasi sekunde.r

4. Pelayanan dan Kemampuan manajerial pengurus secara simultan berrpengaruh positif terhadap efektivitas koperasi sekunder.


(4)

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan dan kesimpulan yang diperoleh maka ada beberapa saran yang bias dilakukan, yaitu sebagai berikut:

1. Pelayanan yang diberikan pengurus harus terus ditingkatkan. Pelayanan tersebut bukan hanya pelayanan usaha saja melainkan pelayanan organisasi yang dapat meningkatkan efektivitas organisasi koperasi sekunder tersebut.

2. Pengurus yang ditempatkan harus sesuai dengan keahliannya, agar dapat membawa kebaikan terhadap KOPINDO.

3. Pengurus harus dengan cermat menyusun program kerja, agar program kerja yang disusun berhubungan dan memberikan manfaat bagi keberlangsungan KOPINDO dan dapat memberikan manfaat secara nyata bagi anggota.


(5)

Resti Destiana Suryati, 2013

Pengaruh Pelayanan dan Kemampuan Manajerial Pengurus terhadap Efektivitas Organisasi Koperasi Sekunder (Studi Kasus pada Anggota Koperasi Pemuda Indonesia Wilayah Jawa Barat) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Alfred Hanel. 1985. Pokok-pokok Pikiran Organisasi Koperasi dan Kebijakan

Pengembangan di Negara-negara Berkembang. Bandung UNPAD

Arikunto Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta : Rineka Cipta

Faizal, Hendry. 2007. Ekonomi Manajerial. Jakarta : Rajawali Pers

Gujarati, Damodar,. 2006. Ekonometrika Dasar. Jakarta : Salemba Empat Hendar dan Kusnadi. 1999. Ekonomi Koperasi. Jakarta : FE UI

Hendar dan Kusnadi. 2005. Ekonomi Koperasi.. Jakarta : Lembaga Penerbit FE-UI.

J Supranto. 2005. Ekonometrika Buku Kesatu. Bogor: Ghalia Indonesia

Kementerian KUKM RI. 2009. Modul Diklat. Jakarta : Winaguna Sarana Teknik

Kotler, Philip. 2002. Manajeman Pemasaran di Indonesia : Analisis,

Perencanaan, Implementasi, dan Pengendalian. Jakarta : Salemba Empat

Kusdi. 2009. Teori Organisasi dan Administrasi. Jakarta : Salemba Empat

Mahmudi. 2005. Manajeman Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta : UPP STIM YKPM

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi. 2011. Metode Penelitian Survai. Jakarta : LP3ES

Muslimin Nasution. 2008. Koperasi Menjawab Kondisi Ekonomi Nasional. Jakarta: PIP (Pusat Informasi Perkoperasian).

Rohmana, Yana. 2010. Ekonometrika (Teori dan Aplikasi dengan Eviews). Bandung : Laboratorium Pendidikan Ekonomi dan Koperasi FPEB UPI Ropke, Jochen. 2003. Ekonomi Koperasi, Teori dan Manajemen. Jakarta :

Salemba Empat

Sinaga, Pariaman, dkk. 2008. Koperasi Dalam Sorotan Peneliti. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada


(6)

Subandi. 2010. Ekonomi Koperasi (Teori dan Praktik). Bandung: Alpabeta Sudjana. 1996. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito

Supriyono. 2000. Sistem Pengendalian Manajeman. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta

Ukas, Maman. 2009. Manajeman (Konsep, Prinsip dan Aplikasi). Bandung : AGNINI

Undang-undang No.25 tahun 1992 tentang Perkoperasian. Bandung: KPN IKIP Bandung.

Winardi. 2009. Teori Organisasi & Pengorganisasian. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada

Yuniarsih, Tjutju dkk. 1998. Manajemen Organisasi. Bandung : IBP

Sumber Lain :

Al-Rasyid, Harun. 1993. Teknik Penarikan Sampel dan Penyusunan Skala. Bandung. Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran

Carabinerii. Method of Successive Interval. Tersedia : Carabinerii.wordpress.com (30/04/2010)

Company Profile KOPINDO Tahun 2011

Manajeman Koperasi. Tersedia : http://www.scribd.com/doc/27993522 Laporan Pertanggungjawaban KOPINDO tahun buku 2007 - 2011 Prasetyo Budi Saksono. Pengertian Efektifitas. Tersedia :

http://dansite.wordpres.com (28/03/2009) www.depkop.go.id

www.kopindo.go.id www.smecda.com


Dokumen yang terkait

PENGARUH PENDIDIKAN PERKOPERASIAN DAN KEMAMPUAN MANAJERIAL PENGURUS TERHADAP PARTISIPASI ANGGOTA KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH (KJKS) NU GRAHA UNGARAN

2 6 122

PENGARUH KEMAMPUAN MANAJERIAL PENGURUS DAN KINERJA KARYAWAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN ANGGOTA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA FAJAR BARU KECAMATAN SUKOREJO KABUPATEN KENDAL

1 19 165

PENGARUH PARTISIPASI ANGGOTA DAN KEMAMPUAN MANAJERIAL PENGURUS TERHADAP PERKEMBANGAN KOPERASI BAITUL MAAL WATTAMWIL DI WILAYAH BANDUNG RAYA.

0 3 39

PENGARUH PARTISIPASI ANGGOTA DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KEBERHASILAN KOPERASI : Survey Pada Koperasi Wanita Anggota PUSKOWAN Jawa Barat.

1 3 45

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN KOPERASI DAN KEMAMPUAN MANAJERIAL PENGURUS TERHADAP PARTISIPASI ANGGOTA KOPERASI SIMPAN PINJAM : Survey Pada koperasi Pegawai Republik Indonesia (kpri) Se-kabupaten Cianjur.

1 9 39

PENGARUH PENDIDIKAN PERKOPERASIAN ANGGOTA, KUALITAS PELAYANAN KOPERASI DAN KEMAMPUAN MANAJERIAL PENGURUS TERHADAP PARTISIPASI ANGGOTA PRIMKOKAR PERUM PERHUTANI KPH PEKALONGAN TIMUR TAHUN 2008.

0 0 2

PENGARUH KEMAMPUAN MANAJERIAL PENGURUS DAN KINERJA KARYAWAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN ANGGOTA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KPRI) FAJAR BARU KECAMATAN SUKOREJO KABUPATEN KENDAL TAHUN 2011.

0 0 2

PENGARUH LOYALITAS ANGGOTA KOPERASI TERHADAP PELAYANAN PENGURUS PADA KOPERASI PEGAWAI NEGERI UNIVERSITAS TANJUNGPURA

0 0 10

PENGARUH PARTISIPASI ANGGOTA DAN KEMAMPUAN PENGURUS TERHADAP SHU ANGGOTA KOPERASI ARTIKEL PENELITIAN

0 0 13

PENGARUH KEMAMPUAN MANAJERIAL PENGURUS DAN KINERJA KARYAWAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN ANGGOTA PADA KOPERASI BMT BINA INSAN SEJAHTERA (BIS) KOTA JAMBI

0 1 14