PENGARUH PARTISIPASI ANGGOTA DAN KEMAMPUAN MANAJERIAL PENGURUS TERHADAP PERKEMBANGAN KOPERASI BAITUL MAAL WATTAMWIL DI WILAYAH BANDUNG RAYA.

(1)

No. Daftar/FPEB/472/UN.40.7.D1/LT/2013 PENGARUH PARTISIPASI ANGGOTA DAN KEMAMPUAN

MANAJERIAL PENGURUS TERHADAP PERKEMBANGAN KOPERASI BAITUL MAAL WATTAMWIL DI WILAYAH BANDUNG RAYA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Menempuh Ujian Sidang Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi

Oleh

EUIS SUHAENAH 0900874

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

PENGARUH PARTISIPASI ANGGOTA DAN KEMAMPUAN

MANAJERIAL PENGURUS TERHADAP PERKEMBANGAN KOPERASI BAITUL MAAL WATTAMWIL DI WILAYAH BANDUNG RAYA

Oleh

EUIS SUHAENAH

0900874

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

© Euis Suhaenah

Universitas Pendidikan Indonesia Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH PARTISIPASI ANGGOTA DAN KEMAMPUAN

MANAJERIAL PENGURUS TERHADAP PERKEMBANGAN KOPERASI BAITUL MAAL WATTAMWIL DI WILAYAH BANDUNG RAYA

Bandung, Oktober 2013

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PEMBIMBING

Drs. Ani Pinayani, MM.

NIP. 19620612 198803 1 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi

Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis UPI Bandung

Dr. Ikaputera Waspada, MM.


(4)

ABSTRAK

Euis Suhaenah. (2013). Pengaruh Partisipasi Anggota dan Kemampuan Manajerial Pengurus terhadap Perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil di Wilayah Bandung Raya. Pembimbing. Drs. Ani Pinayani, MM.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh partisipasi anggota terhadap perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil, pengaruh kemampuan manajerial pengurus terhadap perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil serta pengaruh partisipasi anggota dan kemampuan manajerial pengurus terhadap perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil.

Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah Koperasi Baitul Maal Wattamwil yang ada di Wilayah Bandung Raya, Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan survey eksplanatory, dengan menggunakan teknik sampel jenuh sebanyak 16 Koperasi Baitul Maal Wattamwil di Wilayah Bandung Raya. Teknik analisis data yang digunakan adalah korelasi dan analisis regresi berganda.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa partisipasi anggota berpengaruh signifikan terhadap perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil, kemampuan manajerial pengurus berpengaruh signifikan terhadap perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil. Secara simultan partisipasi anggota dan kemampuan manajerial pengurus berpengaruh signifikan terhadap perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil.

Kata Kunci: Partisipasi Anggota, manajerial pengurus, perkembangan Koperasi, Baitul Maal Wattamwil.


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

UCAPAN TERIMA KASIH ii

ABSTRAK iv

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR GRAFIK x

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah..…………... 1

1.2 Rumusan Masalah………..………...………...…..………... 7

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian…..….…...………... 7

1.3.1 Tujuan Penelitian………...….………... 7

1.3.2 Manfaat Penelitian ……….………... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka………... 9

2.1.1 Konsep Koperasi...……….. 9

2.1.2 Konsep Baitul Maal Watamwil………...…... 21

2.1.3 Perkembangan KBMT……….…... 31

2.1.4 Konsep Partisipasi Anggota... 35

2.1.5 Konsep Kemampuan Manajerial Pengurus...…….. 42

2.2 Kajian Empirik Beberapa Hasil Penelitian... 45

2.3 Kerangka Pemikiran………... 46

2.4 Hipotesis………... 48

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian...……….………... 49

3.2 Metode Penelitian………...… 49

3.3 Populasi Dan Sampel………... 50

3.3.1 Populasi………..……... 50

3.3.2 Sampel ……….…….………... 50

3.4 Operasional Variabel ………….……….…...… 52

3.5 Teknik dan Alat Pengumpulan Data.……….…... 56

3.6 Instrumen Penelitian………... 56

3.6.1 Uji Instrumen Penelitian…….…….………... 58

3.7 Teknik Analisis Data…………...………...…...… 60

3.7.1 Teknik Analisis Data………...……….. 60

3.7.2 Uji Normalitas………. 60


(6)

3.7.3 Uji Asumsi Klasik………... 61

3.8 Pengujian Hipotesis..………... 65

3.8.1 Uji t ……….……….…...… 65

3.8.2 Uji F……….……….…...… 66

3.8.3 Uji R2………... 67 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian... 68

4.2 Profil Responden………... 71

4.2.1 Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin………. 71

4.2.2 Karakteristik Berdasarkan Usia……….…………...… 72

4.2.3 Karakteristik Berdasarkan Pendidikan…….…………...…. 73

4.2.4 Karakteristik Berdasarkan Jumlah Pengurus…………...… 74

4.3 Gambaran Umum Variabel….……….………...………. 75

4.3.1 Partisipasi Anggota………....………...………... 76

4.3.2 Kemamapuan Manajerial Pengurus...… ………... 77

4.3.3 Perkembangan KBMT……...……...………..…………...… 80

4.3.3.1 Perkembangan Permodalan....………..…………...… 80

4.3.3.2 Perkembangan Sisa Hasil Usaha……..…………...… 85

4.3.3.3 Perkembangan Volume Usaha………..…………...… 91 4.4 Pengujian Instrument Penelitian…..………...……. 4.4.1 Uji Validitas………...…...………… 4.4.2 Uji Reliabilitas………...…………. 4.5 Uji Asumsi Klasik…..………...……… 4.5.1 Uji Normalitas……….. 4.5.2 Uji Multikolinearitas………...…...………… 4.5.3 Uji Heteroskedastis………...………. 4.5.4 Uji Autokorelasi…..………...………. 4.6 Analisis Data…..………...………. 4.6.1 Pengaruh Partisipasi Anggota dan Manajerial Pengurus

Terhadap Modal………. 4.6.2 Pengaruh Partisipasi Anggota dan Manajerial Pengurus

Terhadap Sisa Hasil Usaha…..………. 4.6.3 Pengaruh Partisipasi Anggota dan Manajerial Pengurus

Terhadap Volume Usaha…..………. 4.6.4 Pengaruh Partisipasi Anggota dan Manajerial Pengurus

Terhadap Perkembangan KBMT………. 4.7 Pembahasan………... 4.7.1 Pengaruh Partisipasi Anggota Terhadap Perkembangan Modal.. 4.7.2 Pengaruh Partisipasi Anggota Terhadap Perkembangan SHU... 4.7.3 Pengaruh Partisipasi Anggota Terhadap Perkembangan Omset.. 4.7.4 Pengaruh Partisipasi Anggota Terhadap Perkembangan KBMT. 4.7.5 Pengaruh Manajerial Pengurus Terhadap Perkembangan Modal. 4.7.6 Pengaruh Manajerial Pengurus Terhadap Perkembangan SHU... 4.7.7 Pengaruh Manajerial Pengurus Terhadap Perkembangan Omset.

96 97 98 100 100 101 102 103 105 105 109 113 117 122 122 124 125 127 128 130 131


(7)

4.7.8 Pengaruh Partisipasi Anggota dan Manajerial Pengurus

Terhadap Perkembangan KBMT………. 4.7.9 Pengaruh Partisipasi Anggota dan Manajerial Pengurus

Terhadap Perkembangan Modal……….. 4.7.10 Pengaruh Partisipasi Anggota dan Manajerial Pengurus Terhadap Perkembangan SHU………. 4.7 .11 Pengaruh Partisipasi Anggota dan Manajerial Pengurus

Terhadap Perkembangan Omset………... 4.7 .12 Pengaruh Partisipasi Anggota dan Manajerial Pengurus

Terhadap Perkembangan KBMT..……… 4.8 Implikasi Pendidikan………...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan………... 5.2 Saran………... DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

133 135 137 139 140 141

145 146


(8)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang perkoperasian,

“Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum Koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama dibidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip Koperasi”. Dari pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa Koperasi merupakan badan usaha seperti badan usaha lainnya yang perlu dikelola secara profesional yang nantinya akan menghasilkan suatu keuntungan untuk anggotanya, selanjutnya Koperasi bukan kumpulan modal melainkan kumpulan orang seorang yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama yang bekerja berdasarkan prinsip Koperasi.

Kesamaan yang terlihat antara Koperasi dengan badan usaha lainnya yaitu sama-sama bertujuan untuk memperoleh laba, akan tetapi Koperasi memiliki ciri yang sangat khas yaitu anggota Koperasi memiliki dual identity, sebagai pemilik sekaligus sebagai pelanggan atau pengguna jasa. Identitas ganda inilah yang menjadi kekuatan Koperasi. Anggota sebagai pemilik diharapkan dapat memberi kontribusi pada Koperasi baik berupa modal, pelaksanaan program ataupun pengawasan demi kemajuan suatu Koperasi. Peran anggota sebagai pelanggan dapat memanfaatkan berbagai pelayanan usaha Koperasi.

Koperasi merupakan badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum yang bertujuan untuk mensejahterakan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Koperasi ini dapat diterapkan untuk pendirian Baitul Maal Wattamwil, karena dilatarbelakangi bahwa kedua lembaga tersebut sama-sama berdiri dalam rangka memperjuangkan kepentingan rakyat golongan bawah. Sedangkan Baitul Maal Wattamwil merupakan sebuah lembaga keuangan mikro yang kegiatannya menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam hal ini adalah anggotanya dengan berlandaskan pada prinsip syariah. Dalam bentuk badan hukumnya pun Baitul Maal Wattamwil merupakan sebuah


(9)

Koperasi. Sehingga dalam organisasi sama halnya seperti Koperasi hanya saja Baitul Maal Watamwil bergerak dalam usaha jasa keuangan syariah.

Koperasi Baitul Maal Wattamwil pada awalnya berdiri sebagai lembaga ekonomi rakyat yang membantu masyarakat yang kekurangan. Kegiatan utama yang dilakukan dalam Koperasi Baitul Maal Wattamwil ini adalah pengembangan usaha mikro dan usaha kecil, terutama mengenai bantuan permodalan. Untuk melancarkan usaha pembiayaan (financing) tersebut, Koperasi Baitul Maal Wattamwil berupaya menghimpun dana sebanyak-banyaknya yang berasal dari masyarakat lokal disekitarnya. Sebagai lembaga keuangan syariah, Koperasi Baitul Maal Wattamwil harus berpegang teguh pada prinsip-prinsip syariah. Keimanan menjadi landasan atas keyakinan untuk mampu tumbuh dan berkembang.

Baitul Maal Wattamwil merupakan sebuah lembaga nonbank yang berbentuk Koperasi berbasis syariah. Koperasi Baitul Maal Wattamwil ini berusaha memberikan bantuan dana kepada pedagang maupun usaha mikro yang masih mengalami kesulitan untuk mendapatkan kredit dari bank. Walaupun dana yang dipinjamkan masih berskala kecil, cukup membantu karena pembayarannya bisa diangsur tanpa memberatkan anggotanya. Keberadaan Koperasi Baitul Maal Wattamwil ini mampu berkontribusi sebagai salah satu lembaga pembiayaan untuk usaha mikro melalui pinjaman tanpa menggunakan bunga atau riba, sehingga masyarakat kecil dapat meningkatkan usahanya dalam berbagai bidang tanpa takut dengan bunga yang tinggi.

Dengan berdirinya Koperasi Baitul Maal Wattamwil akan memberikan kemudahan pelayanan jasa semi perbankan, terutama bagi pengusaha atau pedagang golongan ekonomi lemah sehingga akan mampu menggali potensi, meningkatkan produktivitas, meningkatkan pendapatan serta mengembangkan perekonomian di Indonesia. Upaya meningkatkan profesionalisme membawa Koperasi Baitul Maal Wattamwil kepada berbagai inovasi kegiatan usaha dan produk usaha. Keberadaan Koperasi Baitul Maal Wattamwil diharapkan mampu mempunyai efek yang sangat kuat dalam menjalankan misi dan dapat mengurangi ketergantungan pengusaha kecil dari lembaga-lembaga keuangan informal yang


(10)

bunganya relatif terlalu tinggi. Pemberian pembiayaan diharapkan dapat memajukan ekonomi pengusaha kecil.

Koperasi Baitul Maal Wattamwil ini merupakan salah satu model lembaga keuangan syariah paling sederhana yang saat ini banyak muncul di Indonesia. Kehadiran Baitul Maal Wattamwil muncul disaat umat islam mengharapkan adanya lembaga keuangan yeng berbasis syariah dan bebas dari unsur riba yang dinyatakan haram.

Jati diri Koperasi Baitul Maal Wattamwil yang paling pokok adalah identitas dan ciri keislamannya. Secara historis, pendirian dan perkembangan gerakan Koperasi Baitul Maal Wattamwil selalu berkaitan dengan nilai-nilai islam dan respon atas kondisi umat islam. Para penggiat pun berupaya mengedepankan berbagai identitas keislaman dalam operasionalisasi Koperasi Baitul Maal Wattamwil, termasuk dalam proses dan kinerja sebagai badan usaha yang melaksanakan prinsip-prinsip syariah. Secara penamaan, lembaga beserta produk-produknya, mengesankan citra islami. Konsekuensi logis dari semua itu, Baitul Maal wattamwil harus bertanggungjawab untuk istiqamah terhadap citra diri yang demikian. Tidak saja kepada stakeholder yang bersifat sosiologis, melainkan juga bertanggung jawab kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.

Kehadiran Koperasi Baitul Maal Wattamwil muncul disaat umat islam mengharapkan adanya lembaga keuangan yeng berbasis syariah. Eksistensi lembaga keuangan syariah sejenis Koperasi Baitul Maal Wattamwil, jelas memiliki arti penting bagi pembangunan ekonomi berwawasan syariah terutama dalam memberikan solusi bagi pemberdayaan usaha kecil dan menengah serta menjadi inti kekuatan ekonomi yang berbasis kerakyatan dan sekaligus menjadi penyangga utama sistem perekonomian nasional. Dilihat secara konsepsi, Koperasi Baitul Maal Wattamwil merupakan suatu lembaga yang eksistensinya sangat dibutuhkan masyarakat terutama kalangan mikro.

Koperasi Baitul Maal Wattamwil ini belakangan sangat popular dikalangan masyarakat mengingat dengan tumbuh semangatnya umat islam untuk mencari sebuah model ekonomi pasca krisis tahun 1997. Dengan kemunculannya Koperasi


(11)

Baitul Maal Wattamwil ini bertujuan untuk memberdayakan dan memajukan perekonomian masyarakat.

Perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil di Indonesia sampai saat ini telah mencapai jumlah jaringan yang tersebar di seluruh Indonesia dan tampil sebagai pendorong intermediasi usaha kecil (mikro). Perkembangan ini dibuktikan dengan jumlah Koperasi Baitul Maal Wattamwil yang dikembangkan sampai kepelosok Indonesia. Sejak pertama kali Koperasi Baitul Maal Wattamwil pada tahun 1990 diperkenalkan, hanya ada beberapa puluh unit saja, dan pada saat ini jumlah Koperasi Baitul Maal Wattamwil di Indonesia sudah lebih dari 5.500 (Asosiasi BMT Indonesia/Absindo, 2012).

Mengingat mayoritas anggota dan nasabahnya adalah pelaku usaha berskala mikro, yang selama ini tidak diperhitungkan oleh perbankan sebagai target nasabah yang menjanjikan. Masyarakat pun melalui BMT mulai belajar mengakumulasikan modal bagi peningkatan kapasitas bisnis, atau pembuatan bisnis baru. Berikut data mengenai perkembangan Koperasi Banitul Mall Wattamwil (Modal, SHU, dan Omset) tahun 2009-2010, sebagai berikut :

Tabel 1.1

Data Perkembangan KBMT Tahun 2009 - 2010 No

Nama BMT

Modal SHU Omset Perkembangan

2009 2010 2009 2010 2009 2010 Modal SHU Omset

Juta Rupiah %

1 BMT

A 54.746 78.055 11.010.000 12.462.000 29.279 43.052 42,58 13,19 47,04

2 BMT

B 54.563 53.553 790.272 884.333 50.521 51.657 -1,85 11,90 2,25

3 BMT

C 81.586 54.000 344.524 487.014 64.398 68.867 -33,81 41,36 6,94

4 BMT

D 282.575 184.281 483.876 1.785.757 55.634 36.070 -34,79 269,05 -35,17

5 BMT

E 126.358 119.428 150.960 227.612 4.448 15.313 -5,48 50,78 244,27

6 BMT

F 552.279 536.330 138.447 232.122 349.722 22.979 -2,89 67,66 -93,43


(12)

Berdasarkan tabel 1.1 diatas dapat terlihat bahwa perkembangan Koperasi Baitul Mall Wattamwil di wilayah Bandung Raya belum berada pada kategori yang berhasil karena hanya beberapa koperasi saja yang mengalami perkembangan yang positif pada koperasinya. Begitu pula perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil khususnya di wilayah Bandung Raya mengalami penurunan dalam perkembangannya yang cukup drastis, sampai tahun 2012 yang terdaftar pada Dinas Koperasi sekitar 54 Koperasi tetapi kini jumlah Koperasi yang masi aktif dalam usahanya hanya 31 saja.

Dengan adanya jumlah penurunan tersebut menjadi salah satu indikasi tidak berkembangnya Koperasi Baitul Maal Wattamwil di Wilayah Bandung Raya, Koperasi dapat berkembang merupakan tujuan yang diinginkan oleh seluruh anggota dan pelaku kegiatan Koperasi Baitul Maal Wattamwil.

Menurut Alfred Hanel Keberhasilan Koperasi dapat terlihat dari tiga komponen yaitu sebagai berikut :

1. Business Succes

Yaitu keberhasilan dari suatu Koperasi yang dapat dilihat dari usaha Koperasi itu sendiri seperti sejauh mana Koperasi dikelola secara efisien dalam rangka mencapai tujuan-tujuan sebagai suatu lembaga (ekonomi usaha) yang mandiri.

2. Member Succes

Efisiensi yang berorientasi pada anggota, yaitu pelayanan yang bersifat menunjang anggota, yaitu pelayanan yang bersifat menunjang dari perusahaan Koperasi, dalam hal ini kepentingan dan tujuan para anggota.

3. Development Succes

Berkaitan dengan dampak secara langsung atau tidak langsung yang ditimbulkan oleh usaha Koperasi sehingga kontribusi Koperasi terhadap pencapaian tujuan-tujuan pembangunan pemerintah.


(13)

Menurut Ropke (2003:70) keberhasilan sebuah Koperasi dipengaruhi oleh: 1. Faktor internal yang terdiri dari :

a. Pengelola (Pengurus dan manajer) b. Pelayanan

c. Partisipasi anggota d. Permodalan

2. Faktor eksternal yang terdiri dari : a. Iklim usaha (persaingan)

b. Kebijakan pemerintah dan perkembangan teknologi.

Dari teori menurut Menurut Bernhard Limbong (2010:99) tingkat keberhasilan Koperasi dilihat dari tiga faktor utama 1) partisipasi anggota, partisipasi anggota adalah pelaksanaan kewajiban dan hak sebagai anggota. Kewajiban anggota adalah penyetoran simpanan pokok, simpanan wajib, dan atau simpanan dari sisa hasil usaha (SHU) sebagai modal kerja. Sedangkan pemanfaatan jasa pelayanan adalah hak sekaligus kewajiban. 2) Profesionalisme manajeman, manajemen disini menyangkut perencanaan bisnis, pengawasan dan pengendalian, hingga evaluasi dan pengendalian keuangan. Mutu manajemen Koperasi sangat ditentukan oleh kapasitas organisasi dan leadership Koperasi, mutu tenaga profesional, ketepatan memilih strategi bisnis, penetrasi pasar, jaringan yang dibangun, pemanfaatan IPTEK, serta riset dan informasi. 3) Faktor yang berasal dari luar, faktor dari luar yang berpengaruh adalah peraturan perundang-undangan dan peraturan pemerintah atau kebijakan pemerintah terkait kebijakan dibidang ekonomi. Seperti UU penanaman modal, UU persaingan usaha, UU pajak, UU perbankan, dan lain-lain.

Pengurus sebagai pengelola Koperasi Baitul Maal Wattamwil harus mampu memberikan dorongan agar dapat menarik anggota untuk ikut serta dalam pengembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil. Untuk menarik minat seseorang agar menjadi anggota Koperasi Baitul Maal Wattamwil upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan pelayanan yang baik bagi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya dalam segala bidang. Semua


(14)

hal tersebut akan dapat baik dengan adanya prestasi dan hasil kerja yang baik dari pengurus, dan partisipasi anggota.

Dengan kata lain “motor” penggerak bagi usaha Koperasi Baitul Maal Wattamwil adalah ditangan pengurus. Sehingga dibutuhkan orang-orang yang mempunyai latar belakang pengetahuan yang luas dalam bidang Koperasi dan dalam hal kemasyarakatan. Kemampuan manajerial pengurus diukur dari proses mempengaruhi, pengambilan keputusan, komunikasi, dan inovatif. Peran pemerintah diukur dari upaya menciptakan dan mengembangkan iklim dan kondisi yang mendorong pertumbuhan dan pemasyarakatan, bimbingan dan kemudahan.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas penulis bermaksud melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Partisipasi Anggota dan Kemampuan Manajerial Pengurus Terhadap Perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil di Wilayah Bandung Raya”.

1.2 Rumusan Masalah

Perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil dipengaruhi oleh banyak faktor, namun dalam penelitian ini penulis mengambil faktor partisipasi anggota dan kemampuan manajerial pengurus yang mempengaruhi perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil. Adapun rumusan masalah yang dirumuskan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh partisipasi anggota terhadap perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil di Wilayah Bandung Raya?

2. Bagaimana pengaruh kemampuan manajerial pengurus terhadap perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil di Wilayah Bandung Raya? 3. Bagaimana pengaruh partisipasi anggota dan kemampuan manajerial

pengurus terhadap perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil di Wilayah Bandung Raya?


(15)

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari latar belakang dan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Pengaruh partisipasi anggota terhadap perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil di Wilayah Bandung Raya.

2. Pengaruh kemampuan manajerial pengurus terhadap perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil di Wilayah Bandung Raya.

3. Pengaruh partisipasi anggota dan kemampuan manajerial pengurus terhadap perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil di Wilayah Bandung Raya.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis

Dengan penelitian ini diharapkan mampu menambah khasanah ilmu pengetahuan serta dapat memberikan sumbangan pemikiran mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan informasi bagi pihak lain yang akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai hal yang sejenis.

b. Memberikan sumbangan pemikiran dan perkembangan ilmu pengetahuan bagi Prodi Pendidikan Ekonomi pada khususnya, dan Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis serta Universitas Pendidikan Indonesia pada umumnya.

c. Memberikan masukan dan diharapkan mampu menjadi bahan evaluasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam upaya meningkatkan perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil.


(16)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Populasi menurut Suharsimi Arikunto (2010 : 173) adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi ini bisa berupa sekelompok manusia, nilai-nilai, tes, gejala, pendapat, peristiwa-peristiwa, benda-benda, dan lain-lain.

Penelitian ini mengungkapkan tentang perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil pada Koperasi Baitul Maal Wattamwil di wilayah Bandung Raya yaitu Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat. Adapun yang menjadi variabel penelitian ini terdiri dari varabel terikat dan variabel bebas. Dimana perkembangan Koperasi adalah sebagai variabel terikat (Y), partisipasi anggota dan kemampuan manajerial pengurus sebagai variabel bebas (X), Kedua variabel tersebut merupakan objek dari penelitian ini. Sedangkan yang menjadi subjek dari penelitian ini adalah Koperasi Baitul Maal Wattamwil di wilayah Bandung Raya.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode Survey Eksplanatori. Survey adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi serta menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data, sedangkan untuk eksplanatori adalah sebuah penelitian yang bertujuan untuk menguji suatu teori atau hipotesis guna memperkuat atau menolak teori dari hasil penelitian yang sudah ada. Jadi yang dimaksud survey

eksplanatori adalah suatu metode yang menjelaskan hubungan antara


(17)

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan dari subjek penelitian. Suharsimi Arikunto (2010:173) mengemukakan bahwa “populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau totalitas kelompok subjek, yang menjadi sumber data untuk suatu

penelitian”.

Berdasarkan definisi diatas, maka populasi merupakan keseluruhan dari objek yang akan diteliti. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Koperasi Baitul mall wattamwil yang sudah memiliki badan hukum Koperasi di wilayah Bandung Raya berjumlah 31 yang terdaftar di Dinas Koperasi, UKM, dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung dan Kabupaten Bandung Barat.

.

3.3.2 Sampel

Menurut Sugiono, (2009: 118) “sampel adalah sebagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki populasi”. Sedangkan menurut Sugiarto (2001:2)

sampel adalah sebagian anggota populasi yang dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili populasinya. Dalam hal ini sampel yang diambil dalam penelitian menggunakan sampel jenuh karena populasi kurang dari 30 sehingga untuk sampel diambil secara keseluruhan. Sehingga yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah seluruh Koperasi Baitull maal wattamwil di wilayah Bandung Raya.

Setelah peneliti melakukan tugas kelapangan bahwa dari 31 Koperasi hanya 16 Koperasi saja yang mengizinkan untuk dijadikan sampel dalam penelitian ini. Adapun data Koperasi Baitul Maal Wattamwil sebagai berikut :


(18)

Tabel 3.1

Daftar Sampel Koperasi Baitul Maal Wattamwil di Wilayah Bandung Raya

No KBMT Alamat

1 Al-Hidayah

Jalan Halteu Utara Gg.XII no.108 Rt. 01 Rw.02 Bangus Canang Bandung

2 Baraya JalanSariwangi Blok 24 Sukajadi Bandung

3 Barrah Jalan Kiara Sari Raya 10, Margasari, Margacinta 4 Beringharjo Jalan Kebonjati no. 22 kav.16 Bandung

5 Da'arul Tauhid Jalan Gegerkalong Girang No. 38 6 Dana Ukhuwah Jalan Kayu Ambon no. 48

7 Dinar Jalan Terusan Buah Batu Gg. kujang VIII Bandung

9 Duta Amanah Jalan Cihanjuang no. 35

10 El-Anshari

Jalan Pesantren no.50 Rt.07 Rw.08 Sukamiskin Bandung

11 El-Bangkit Jalan Sukagalih 127, Sukajadi 12 El-Batasya Jalan Pamekaraya 106 Panghegar 12 El-Dana Manfaat Jalan Cihanjuang

13 ItQan Jalan Padasuka no. 160

14 Khalifah Jalan Kebon Gedang no. 80 Bandung

15 Mitra Sadaya Jalan Caringin no. 42

16 Mitrass Pesona Residence

17 Mughni Madani Komp. Cibiru Raya D11

18 Mustama Lembang

19 Nurul Ummah JL. Tubagus Ismail Gg. Aquarius no.12

20 Rabbani

JL. Cibedug no. 42 Kp. Pondok Rt. 05 Rw. 03 Ds.

Cikole

21 Sanama JL. Cilaki no 41

22 Saudara Jalan Cirengot No.17 Rt. 02 Rw. 04


(19)

Tabel lanjutan

24 Harapan Ummat Coblong

25 Qolbu Jalan Taman sari bawah No. 43 Rt. 06 Rw. 20

26

Ad-da'wah pondok

pahala Cibeunying Kaler

27 Muslimun Jalan Sindang sari No. 11

28 Alkaf Jalan Cibuntu Timur No. 13

29 Muttaqin Babakan Ciparay

30 Salam Kiara Condong

31 Al-Barkah Jalan Terusan Jakarta

Sumber : Dinas Koperasi, UKM, dan Perindustrian dan Perdagangan Kota Bandung & Kabupaten Bandung Barat

3.4 Definisi Operasional Variabel

Untuk mempermudah dalam pengujian hipotesis yang diajukan, dalam penelitian ini terlebih dahulu setiap variable didefinisikan, kemudian dijabarkan melalui operasionalisasi variabel. Hal ini dilakukan agar setiap variabel dan indikator penelitian dapat diketahui secara jelas. Operasionalisasi variabel penelitian dapat dirinci seperti terlihat pada tabel 3.2 dibawah ini:


(20)

Tabel 3.2 Operasional Variabel Konsep Operasional

Variabel/Indikator Sumber Data Skala Partisipasi Anggota (X1) :

Pelaksanaan hak dan kewajiban seorang anggota Koperasi terhadap Koperasinya. (Ropke: 1967)

1. Partisipasi anggota dalam permodalan a. Membayar simpanan pokok b. Membayar simpanan Wajib c. Menyimpan simpanan sukarela

2. Partisipasi anggota dalam

usaha/transaksi a. Partisipasi

anggota dalam menyimpan b. Partisipasi

anggota dalam meminjam 3. Partisipasi Anggota

dalam pengambilan keputusan.

1. Data diperoleh dari responden mengenai partisipasi anggota meliputi : a. Jumlah simpanan pokok

anggota

b. Jumlah simpanan wajib anggota

c. Jumlah simpanan sukarela anggota 2.a. Partisipasi anggota dalam

menyimpan, seperti : 1) tabungan idul fitri 2) tabungan kurban 3) tabungan pendidikan 2.b. Partisipasi anggota dalam

meminjam, seperti : 1) usaha

2) konsumsi

3. Jumlah anggota yang hadir dalam mengikuti RAT

Interval

Kemampuan Manjerial Pengurus (X2)

Suatu kemapuan atau keterampilan yang harus dimiliki oleh seseorang yang bekerja pada suatu perusahaan, lembaga atau badan usaha

1. Kemampuan

implementasi fungsi manajemen - Perencanaan - Pelaksanaan - Pengorganisasi an - Pengawasan

1. Data diperoleh dari responden mengenai tingkat kemampuan manajerial: a.Pengurus membuat

program kerja KBMT untuk satu tahun dengan rinci

b.pengurus membuat jadwal kerja untuk memudahkan melakukan evaluasi hasil kerja

c.pengurus menentukan langkah-langkah untuk memperbaiki kesalahan d.pengurus selalu berusaha

melakukan pembagian


(21)

kerja mulai dari proses awal hingga pelayanan terhadap anggota

e.pengurus memahami semua target yang ditetapkan dalam RAT f. pengurus selalu

melaksanakan

services/layanan tambahan kepada anggota

g.pengurus selalu memberikan motivasi kepada karyawan untuk memajukan Koperasi h.pengurus menentukan

langkah-langkah untuk memperbaiki kekurangan Koperasi

i. pengurus mampu memecahkan masalah yang ada pada Koperasi

j. pengurus berusaha mengolah semua masukan dari anggota

k.pengurus menciptakan iklim kerja yang dinamis dan kondusif

l. pengurus melakukan survey kepuasan anggota terhadap kinerja Koperasi m.pengurus membangkitkan

kesadaran anggota untuk berpartisipasi aktif

n.pengurus berusaha memberikan pendapat kepada anggota untuk menggunakan

layanan/produk Koperasi o.pengurus membiarkan

anggota aktif yang kemudian menjadi pasif p.Pengurus kadang

membiarkan karyawan yang bolos


(22)

2. Kemampuan mengambil keputusan

q.pengurus selalu bersikap tegas dan adil dalam memberikan sanksi kepada karyawan

r. Pengurus membandingkan ketercapaian Koperasi dengan target yang ditetapkan dalam RAT s.pengurus memperhatikan

ketepatan waktu dan kesesuaian target yang ditentukan dalam setiap pengambilan keputusan 2. Data diperoleh dari

responden mengenai tingkat pengambilan keputusan : a.pengurus membuat

keputusan dengan cepat b.pengurus pernah membuat

keputusan yang salah c.pengurus pernah

mengulangi kesalahan dalam mengambil keputusan

Perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil (Y):

Alfred Hanel (1985:36) menyatakan Koperasi dikatakan berhasil dalam perkembangannya dilihat dari 3 komponen:

1. Business success

Dilihat dari usaha Koperasi.

2. Member success

berorientasi pada anggota

3. Development success

Berkaitan dengan dampak secara langsung maupun tidak langsung.

Perkembangan Koperasi dapat dilihat dari 3 komponen, yaitu:

1. Bussiness success

2. Member success

Data diperoleh dari responden mengenai :

1. Bussiness success

a. Jumlah omset tahun 2010-2012

b. Jumlah modal tahun 2010-2012

c. Jumlah SHU tahun 2010-2012

2. Member Success

a. Jumlah anggota Koperasi tahun 2010-2012

Interva l


(23)

3.5 Tekhnik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Angket yaitu pengumpulan data melalui penyebaran seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden yang menjadi sampel penelitian.

b. Studi kepustakaan, yaitu mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan masalah-masalah yang akan diteliti dengan mempelajari buku-buku dan literatur.

3.6 Pengujian Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tentang, partisipasi anggota, kemampuan manajerial pengurus, dan perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil.

Skala yang digunakan dalam instrumen panelitian ini adalah skala likert. Skala likert yaitu suatu skala yang terdiri dari sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang semuanya menunjukan sikap terhadap setiap jawaban.

Adapun ketentuan skala jawaban sebagai berikut : Sangat setuju : 5

Setuju : 4

Kurang Setuju : 3 Tidak Setuju : 2 Sangat Tidak Setuju : 1

Langkah-langkah penyusunan angket adalah sebagai berikut :

1) Menetukan tujuan pembuatan angket yaitu mengetahui pengaruh partisipasi anggota, kemampuan manajerial pengurus terhadap perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil di Bandung Raya .

2) Menjadikan objek yang menjadi responden yaitu Koperasi Baitul Maal Wattamwil di Bandung Raya.

3) Menyusun pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh responden 4) Memperbanyak angket


(24)

6) Mengelola dan menganalisis hasil angket.

Skor yang diperoleh dalam penelitian ini mempunyai tingkat pengukuran ordinal, maka sebelum dianalisis variabel-variabel penelitian ini ditransformasikan dari skala ordinal menjadi skala interval dengan menggunakan methode succesuve interval dengan langkah-langkah sebagai berikut :

 Perhatikan setiap butir jawaban responden dari angket yang disebarkan

 Setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya responden dan hasilnya disebut Proporsi (P).

 Tentukan proporsi kumulatif (PK) dengan cara menjumlah antara proporsi yang ada dengan proporsi sebelumnya.

 Dengan menggunakan tabel distribusi normal baku, tentukan nilai Z untuk setiap kategori.

 Tentukan nilai densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh dengan menggunakan tabel ordinat distribusi normal.

Hitung SV (Scale of Value = nilai skala) dengan rumus sebagai berikut: SV = (Density of Lower Limit) – (Density at Upper Limit)

(Area Bellow Upper Limit) – (Area Bellow Lower Limit) Tentukan nilai transformasi dengan menggunakan rumus:

Y = SV + (1+ |SV min|) Dimana nilai k = 1 + |SV min|

Selain itu, untuk mengolah data dari ordinal ke interval dengan menggunakan Methods of Succesive Interval (MSI) juga dapat digunakan dengan menggunakan program Succ97.

Selanjutnya agar hasil penelitian tidak bias dan diragukan kebenarannya maka alat ukur tersebut harus valid dan reliabel. Untuk itulah terhadap angket yang diberikan kepada responden dilakukan 2 (dua) macam tes, yaitu tes validitas dan tes reliabilitas.


(25)

3.6.1 Uji Intrumen Penelitian a. Uji Validitas

Suatu tes dikatakan memiliki validitas tinggi apabila tes tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil dengan maksud digunakannya tes tersebut. Dalam uji validitas ini digunakan teknik korelasi Product Moment dengan rumus :

 

2 2 2 2

) ( )

(

) (

) (

Y Y

N X

X N

Y X XY

N r

(Arikunto, 2010:213)

Dengan menggunakan taraf signifikan

= 0,05 koefisien korelasi yang diperoleh dari hasil perhitungan dibandingkan dengan nilai dari tabel korelasi nilai r dengan derajat kebebasan (n-2), dimana n menyatakan jumlah banyaknya responden.

Jika r hitung > r 0,05 dikatakan valid, sebaliknya jika r hitung  r 0,05 tidak valid. Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya, (Riduwan, 2008: 217).

Antara 0,800 – 1,000 : sangat tinggi Antara 0,600 – 0,799 : tinggi

Antara 0,400 – 0,599 : cukup tinggi Antara 0,200 – 0,399 : rendah

Antara 0,000 – 0,199 : sangat rendah (tidak valid)

b. Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas instrumen (Test of reliability) untuk mengetahui apakah data yang telah dihasilkan dapat diandalkan. Pengujian reliabilitas menggunakan rumus Uji Reliabilitas (r11). Langkah-langkah untuk menguji


(26)

a Menghitung harga varians tiap item dari setiap item N N X X V

  2

2 ( )

(Arikunto, 2010:227) dimana:

V = harga varian tiap item

ΣX2 = jumlah kuadrat jawaban responden tiap item (ΣX)2 = kuadrat skor seluruh respondendari tiap item

N = jumlah responden

b. Mencari varians total

N N Y Y t

  2 2 2 ) (

 (Arikunto, 2010:165)

dimana:

t2 = harga varian total

ΣY2

= jumlah kuadrat skor total

(ΣY)2 = jumlah kuadrat dari jumlah skor total

N = jumlah responden

c. menghitung Reliabilitas intrumen

Test of reliability digunakan untuk mengetahui apakah alat pengumpul data

tersebut menunjukan tingkat ketepatan, tingkat keakuratan, kestabilan atau konsistensi dalam mengungkapkan gejala tertentu dari sekelompok individu walaupun dilaksanakan pada waktu yang berbeda.

Untuk menghitung uji reliabilitas, penelitian ini menggunakan rumus

alpha dari Cronbach sebagaimana berikut:

2

11 1 2

1 n t k r k          

(Arikunto, 2010: 239)

Dimana; r11 = reliabilitas instrumen

k = banyak butir pernyataan atau banyaknya soal

n2 = Jumlah varians butir

2


(27)

Kriteria pengujiannya adalah jika r hitung lebih besar dari r tabel dengan taraf signifikansi pada

= 0,05, maka instrumen tersebut adalah reliabel, sebaliknya jika r hitung lebih kecil dari r tabel maka instrument tidak reliabel.

3.7 Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis 3.7.1 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis data regresi berganda.Tujuannya adalah untuk mengetahui variable-variabel yang dapat mempengaruhi perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil.

Alat bantu analisis yang digunakan yaitu dengan menggunakan program komputer SPSS 16. Tujuan analisis regresi linier berganda adalah untuk mempelajari bagaimana eratnya pengaruh antara satu atau beberapa variabel bebas dengan satu variabel terikat.

Model analisis data yang digunakan untuk mengetahui pengaruh antar variabel bebas terhadap variabel terikat dan untuk menguji kebenaran dari dugaan sementara maka digunakan model Persamaan Regresi Linier Ganda sebagai berikut :

Keterangan :

Y = Perkembangan KBMT B0 = Konstanta regresi

Β1 = Koefisien regresi X1 B2 = Koefisien regresi X2

X1 = Partisipasi Anggota X2 = Kemampuan Manajerial Pengurus E = error / kesalahan pengganggu

3.7.2 Uji Normalitas

Uji signifikansi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen melalui uji-t hanya akan valid jika residual yang kita dapatkan mempunyai distribusi normal. Ada beberapa metode yang bisa digunakan untuk menditeksi apakan residual mempunyai distribusi normal atau tidak. (Yana Rohmana, 2010:52).


(28)

Untuk mendeteksi normal atau tidaknya variabel pengganggu dapat melihatnya dari normal probability plot yang membentuk suatu garis lurus diagonal, dan ploting data yang akan dibandingkan dengan garis diagonalnya. Menurut Imam Ghazali dalam Suci Wulandari (2012:12) jika data menyebar disekitar garis diagonalnya dan mengikuti arah garis diagonalnya/grafik histogram maka, menunjukan pola distribusi normal dan sebaliknya.

3.7.3 Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah situasi di mana terdapat korelasi variabel bebas antara satu variabel dengan yang lainnya. Dalam hal ini dapat disebut variabel-variabel tidak ortogonal. Variabel yang bersifat ortogonal adalah variabel-variabel yang nilai korelasi antara sesamanya sama dengan nol. Ada beberapa cara untuk medeteksi keberadaan Multikolinearitas dalam model regresi OLS (Gujarati, 2001:166), yaitu:

1) Mendeteksi nilai koefisien determinasi (R2) dan nilai thitung. Jika R2 tinggi (biasanya berkisar 0,7 – 1,0) tetapi sangat sedikit koefisien regresi yang signifikan secara statistik, maka kemungkinan ada gejala multikolinieritas. 2) Melakukan uji kolerasi derajat nol. Apabila koefisien korelasinya tinggi,

perlu dicurigai adanya masalah multikolinieritas. Akan tetapi tingginya koefisien korelasi tersebut tidak menjamin terjadi multikolinieritas.

3) Menguji korelasi antar sesama variabel bebas dengan cara meregresi setiap Xi terhadap X lainnya. Dari regresi tersebut, kita dapatkan R2 dan F. Jika nilai Fhitung melebihi nilai kritis Ftabel pada tingkat derajat kepercayaan tertentu, maka terdapat multikolinieritas variabel bebas.

4) Regresi Auxiliary. Kita menguji multikolinearitas hanya dengan melihat hubungan secara individual antara satu variabel independen dengan satu variabel independen lainnya.

5) Variance inflation factor dan tolerance.

Dalam penelitian ini akan mendeteksi ada atau tidaknya multiko dengan uji


(29)

16. Untuk melihat gejala multikolinearitas, kita dapat melihat dari hasil Collinerity Statistics.Hasil VIF yang lebih besar dari lima menunjukan

adanya gejala multikolinearitas.

Apabila terjadi multikolinearitas menurut Yana Rohmana (2010: 149-154) disarankan untuk mengatasinya dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1) Tanpa ada perbaikan 2) Dengan perbaikan:

 Adanya informasi sebelumnya (informasi apriori).

 Menghilangkan salah satu variabel independen.

Menggabungkan data Cross-Section dan data Time Series.

 Transformasi variabel.

 Penambahan Data.

d. Heteroskedastisitas

Salah satu asumsi pokok dalam model regresi linier klasik, adalah bahwa varian-varian setiap disturbance term yang dibatasi oleh nilai tertentu mengenai variabel-variabel bebas adalah berbentuk suatu nilai konstan yang sama dengan

σ2

. Inilah yang disebut sebagai asumsi homoskedastisitas. (Gujarati, 2001:177). Heteroskedastisitas berarti setiap varian disturbance term yang dibatasi oleh nilai tertentu mengenai variabel-variabel bebas adalah berbentuk suatu nilai

konstan yang sama dengan σ2

atau varian yang sama. Uji heteroskedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokesdasitas dan jika berbeda disebut heteroskedasitas.

Keadaan heteroskedastis tersebut dapat terjadi karena beberapa sebab, antara lain :

 Sifat variabel yang diikutsertakan kedalam model.

 Sifat data yang digunakan dalam analisis. Pada penelitian dengan menggunakan data runtun waktu, kemungkinan asumsi itu mungkin benar.


(30)

Ada beberapa cara yang bisa ditempuh untuk mengetahui adanya heteroskedastisitas (Agus Widarjono, 2005:147-161), yaitu sebagai berikut:

1) Metode grafik, kriteria yang digunakan dalam metode ini adalah :

 Jika grafik mengikuti pola tertentu misal linier, kuadratik atau hubungan lain berarti pada model tersebut terjadi heteroskedastisitas.

 Jika pada grafik plot tidak mengikuti pola atau aturan tertentu maka pada model tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas.

2) Uji Park (Park test), yakni menggunakan grafik yang menggambarkan keterkaitan nilai-nilai variabel bebas (misalkan X1) dengan nilai-nilai taksiran variabel pengganggu yang dikuadratkan (^u2).

3) Uji Glejser (Glejser test), yakni dengan cara meregres nilai taksiran absolut variabel pengganggu terhadap variabel Xi dalam beberapa bentuk, diantaranya: 1 i 2 1 i 1 i 2 1

i X atau û X

û      

4) korelasi rank Spearman (Spearman’s rank correlation test.) Koefisien korelasi rank spearman tersebut dapat digunakan untuk mendeteksi heteroskedastisitas berdasarkan rumusan berikut :

 

         1 n n d 6 -1 rs 2 2 1 Dimana :

d1 = perbedaan setiap pasangan rank n = jumlah pasangan rank

5) Uji White (White Test). Pengujian terhadap gejala heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melakukan White Test, yaitu dengan cara meregresi residual kuadrat dengan variabel bebas, variabel bebas kuadrat dan perkalian variabel bebas. Ini dilakukan dengan membandingkan χ2hitung dan

χ2

tabel, apabila χ2hitung> χ2tabel maka hipotesis yang mengatakan bahwa terjadi

heterokedasitas diterima, dan sebaliknya apabila χ2

hitung < χ2tabel maka hipotesis yang mengatakan bahwa terjadi heterokedasitas ditolak. Dalam

metode White selain menggunakan nilai χ2

hitung, untuk memutuskan apakah data terkena heteroskedasitas, dapat digunakan nilai probabilitas Chi


(31)

Squares yang merupakan nilai probabilitas uji White. Jika probabilitas Chi

Squares < α, berarti Ho ditolakjika probabilitas Chi Squares > α, berarti Ho

diterima.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan uji metode grafik, dengan bantuan program SPSS 16. Dalam regresi, salah satu asumsi yang harus dipenuhi yaitu bahwa varian dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan lainnya tidak memiliki pola tertentu.

e. Uji Autokorelasi

Autokorelasi berarti adanya korelasi antara anggota observasi satu dengan observasi lain yang berlainan waktu. Dalam kaitannya dengn asumsi metode OLS, autokorelasi merupakan korelasi antara satu residual dengan residual lain. Sedangkan salah satu asumsi penting metode OLS berkaitan dengan residual adalah tidak adanya hubungan antara residual satu dengan residual lain (Yana Rohmana, 2010:192).

Akibat adanya autokorelasi adalah :

 Varian sampel tidak dapat menggambarkan varian populasi

 Model regrasi yang dihasilkan tidak dapat dipergunakan untuk menduga nilai variable terikat dari nilai variable bebas tertentu

 Varian dari koefisiennya menjadi tidak minim lagi (tidak efisien), sehingga koefisien estimasi yang diperoleh kurang akurat

Uji t tidak berlaku, jika uji t tetap digunakan maka kesimpulan yang diperoleh salah.

Adapun cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi pada model regresi, pada penelitian ini pengujian asumsi autokorelasi dapat diuji melalui beberapa cara dibawah ini :

1) Uji Breusch-Pagan-Godfrey untuk korelasi berordo tinggi

2) Uji d Durbin-Watson, yaitu membandingkan nilai statistik Durbin-Watson hitung dengan Durbin-Watson tabel.


(32)

3) Nilai Durbin-Watson menunjukkan ada tidaknya autokorelasi baik positif maupun negatif, jika digambarkan akan terlihat seperti pada gambar berikut :

Keterangan: dL = Durbin Tabel Lower

dU = Durbin Tabel Up

H0 = Tidak ada autkorelasi positif H*0 = Tidak ada autkorelasi negatif

Gambar 3.1

Statistika d Durbin Waston

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan uji Durbin- Watson dengan bantuan program SPSS 16. Uji ini mengahsilkan nilai DW hitung (d) dan nilai DW tabel (dL dan du).

3.8 Pengujian Hipotesis

3.8.1 Pengujian secara parsial (Uji t)

Uji t atau pengujian secara parsial ini bertujuan untuk menguji tingkat signifikasi dari setiap variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat dengan menganggap variabel lain konstan/tetap.

Pengujian ini dilakukan untuk menguji hipotesis:

Ho : masing- masing variabel Xi secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel Y, dimana i = X1, X2.

Hi : masing-masing variabel Xi secara parsial berpengaruh terhadap variabel Y, dimana i = X1, X2.

Untuk menguji rumusan hipotesis diatas digunakan uji t dengan rumus:

Menolak H0 Bukti

autokorelas i positif

Menolak H0*Bukti

autokorelas i negatif Daerah

keragu-raguan

Daera h keragu

-raguan Menerima H0 atau

H*0 atau

kedua-duanya

d

0 dL du 2 4-du 4-dL 4


(33)

t =

Se

; i = X1, X2.

Dimana merupakan nilai dari hipotesis nul.

Atau, secara sederhana t hitung dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

(Yana Rohmana, 2010:74) 1) Membandingkan nilai t hitung dengan t kritisnya (t tabel) dengan α = 0,05.

Keputusannya menerima atau menolak H0, sebagai berikut :

 Jika t hitung > nilai t kritis maka H0 ditolak atau menerima Ha, artinya variabel itu signifikan.

 Jika t hitung < nilai t kritisnya maka H0 diterima atau menolak Ha, artinya variabel itu tidak signifikan.

Kaidah keputusan:

Tolak Ho jika t hit> t tabel, dan terima Ho jika t hit< t tabel.

3.8.2 Pengujian Secara Serempak (Uji F)

Pengujian hipotesis secara keseluruhan merupakan penggabungan variabel X terhadap variabel terikat Y untuk diketahui berapa besar pengaruhnya. Pengujian dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Mencari F hitung dengan formula sebagai berikut :

(Rohmana, 2010:78) 2) Setelah diperoleh F hitung, selanjutnya mencari F tabel berdasarkan

besaran α = 0,05 dan df dimana besarannya ditentukan oleh numerator (k -1) dan df untuk denominator (n-k).

3) Perbadingkan F hitung dengan F tabel, dengan kriteria Uji-F sebagai berikut:


(34)

 Jika F hitung < F tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak (keseluruhan variabel bebas X tidak berpengaruh positif terhadap variabel terikat Y).

 Jika F hitung > F tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima (keseluruhan variabel bebas X berpengaruh positif terhadap variabel terikat Y).

3.8.3 Koefisien Determinasi

Menurut Gujarati (2001:98) dijelaskan bahwa koefisien determinasi (R2) yaitu angka yang menunjukkan besarnya derajat kemampuan menerangkan variabel bebas terhadap variabel terikat dari fungsi tersebut. Koefisien determinasi sebagai alat ukur kebaikan dari persamaan regresi yaitu memberikan proporsi atau presentase variasi total dalam variabel tidak bebas Y yang dijelaskan oleh variabel bebas X.

Pengujian ini dilakukan untuk mengukur sejauh mana perubahan variabel terikat dijelaskan oleh variabel bebasnya, untuk menguji hal ini digunakan rumus koefisien determinasi sebagai berikut:

R2 =

=

 

 

2 2

y i yˆ

i (Rohmana, 2010:76)

Nilai R2 berkisar antara 0 dan 1 (0 < R2 < 1), dengan ketentuan sebagai berikut :

 Jika R2 semakin mendekati angka 1, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat semakin erat/dekat, atau dengan kata lain model tersebut dapat dinilai baik.

 Jika R2 semakin menjauhi angka 1, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat jauh/tidak erat, atau dengan kata lain model tersebut dapat dinilai kurang baik.


(35)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian analisis menganai pengaruh partisipasi anggota dan kemampuan manajerial pengurus terhadap perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil maka penulis menyimpulkan bahwa :

1. Partisipasi anggota berpengaruh signifikan terhadap perkembanagn Koperasi Baitul Maal Wattamwil, yang dilihat dari perkembangan permodalan, sisa hasil usaha dan volume usaha. Artinya bahwa semakin aktif para anggota untuk berpartisipasi maka semakin tinggi pula tingkat perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil,

2. Kemampuan manajerial pengurus berpengaruh signifikan terhadap perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil, yang dilihat dari perkembangan permodalan, sisa hasil usaha dan volume usaha. Artinya bahwa semakin tinggi kemampuan manajerial yang dimiliki pengurus maka semakin tinggi pula tingkat perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil. 3. Partisipasi anggota dan kemampuan manajerial pengurus secara simultan

berpengaruh positif dan signifikan terhadap perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil. Artinya semakin tinggi partisipasi anggota serta manajerial pengurus yang ada maka akan semakin tinggi pula tingkat perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil.


(36)

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuji dan dijelakan serta telah ditarik kesimpulan, maka ada bebrapa saran yang bisa dilakukan yaitu sebagai berikut :

1. Agar Koperasi Baitul Maal Wattamwil mampu terus berkembang dengan baik maka anggota lebih diajak berperan aktif untuk berpartisipasi.

2. Pengurus aktif memberikan pemahaman kepada anggota mengenai peran Koperasi Baitul Maal Wattamwil dengan lembaga keuangan lainnya agar tidak adanya peyimpangan pemahaman anggotanya.

3. Pengurus harus mampu terus meningkatkan keterampilan diri baik dibidang koperasi ataupun keterampilan lainnya dengan mengikuti pelatihan-pelatihan agar mampu menyesuaikan dengan perkembangan zaman.

4. Adanya pembinaan kepada anggota sehingga memahami akan fungsi Koperasi Baitul Maal Wattamwil agar meningkatkan kesadaran dalam berkoperasi. Dalam memberikan pembinaan dan penyuluhan dapat bekerja sama dengan Dinas Koperasi, UKM, dan Perindag.


(37)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: Rineka Cipta.

Budiwati, Neti. 2010. Manajemen Keuangan Koperasi. Bumi Siliwangi. Laboratorium Koperasi.

Djazuli. 2002. Lembaga-lembaga Perekonomian Umat. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Firdaus, Agus. 2004. Perkoperasian: Sejarah, Teori dan Praktek. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Gujarati, Damodar,. 2006. Ekonometrika Dasar. Jakarta : Salemba Empat. Halomoan, Arifin. 2001. Koperasi Teori dan Praktek. Jakarta: Erlangga.

Hanel, Alfred, 1989. Pokok-pokok Pikiran Organisasi Koperasi dan Kebijakan

Pengembangan di Negara-negara Berkembang. Bandung: UNPAD.

Hanel, Alfred. 2005. Organisasi Koperasi. Jakarta: Graha Ilmu

Hendar, Kusnadi. 1999. Ekonomi Koperasi. Jakarta : Lembaga Penerbit FE-UI. Hendar, Kusnandi. 2009. Ekonomi Koperasi, Edisi ke-2. Jakarta: Lembaga

Penerbit FE-UI.

Hendrojogi. 2004. Koperasi: Azas-azas, Teori dan Praktek. Jakarta: Rajawali Pers.

Ilmi, Makhalul. 2002. Teori dan Praktek Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta: UII Pers.

Indrawan, Rully. Pendidikan Koperasi. [online] Tersedia di

http://rullyindrawan.wordpress.com/2010/12/08/pendidikan-koperasi/. [7 Februari 2013]


(38)

Limbong, Bernhard. 2010. Pengusaha Koperasi: Memperkokoh Pondasi Ekonomi

Rakyat. Jakarta: Margaretha Pustaka.

Mistia, HM. 2010. Pengaruh Kemampuan Manajerial Pengurus dan Partisipasi

Anggota terhadap Efektifitas Organisasi Koperasi (survey pada Koperasi

Pegawai Negeri Republik Indonesia Se-Kabupaten Sukabumi.). Bandung.Skripsi UPI. Tidak diterbitkan.

Muhamad. 2010. Politik Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Muhamad, Ridwan. 2004. Manajemen Baitul Maal Wattamwil. Yogyakarta: UII Pers.

Mulyawardani, Sofyan. 2012. Pengaruh Partisipasi Anggota dan Kebijakan

Pemerintah terhadap Keberhasilan Koperasi. (Survey pada Koperasi

Wanita Anggota PUSKOWAN Jawa Barat). Bandung. Skripsi UPI. Tidak diterbitkan.

Nugraha, Lucky. 2010. Pengaruh Kemampuan Manajerial Pengurus dan

Pembinaan Pemerintah terhadap Keberhasilan Koperasi. (Survey pada

Koperasi Mahasiswa Anggota FKKMI Jawa Barat). Bandung.Skripsi UPI. Tidak Diterbitkan.

Nurapiany, Resti, 2006. Pengaruh Partisipasi Anggota dan Pelayanan Koperasi

terhadap Keberhasilan Koperasi Simpan-Pinjam. (Survei pada Koperasi

Simpan Pinjam Padamukti Garut). Bandung. Skripsi UPI. Tidak diterbitkan.

Nazir, Moh. (2005). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Revrisond, Baswir. 2000. Koperasi Indonesia Edisi Pertama. Yogyakarta. BPFE. Riduwan. (2004). Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.

Ropke, Jochen. 2003. Ekonomi Koperasi, Teori dan Manajemen. Jakarta : Salemba Empat

Rohmana, Yana. (2010). Ekonometrika Teori dan Aplikasi dengan Eviews. Bandung: Laboratorium Pendidikan Ekonomi dan Koperasi FPEB UPI.


(39)

Sitio, Arifin. 2001. Koperasi Teori dan Praktek. Jakarta. Erlangga.

Soemitra, Andri. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Prenada Media Group.

Sumiyanto, Ahmad. 2008. BMT Menuju Koperasi Modern. Perpustakaan UIN Sunan Kalijati: ISES.

Subandi.2010. Ekonomi Koperasi (Teori dan Praktek). Bandung : Alfabeta

Sudarsono, Edilius. 2005. Koperasi Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana.(2002). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito

Sugiyono. (2006). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Thoby Mutis. Pengembangan Koperasi. Jakarta: Gramedia.

Tiara, PR. 2009. Pengaruh kemampuan manajerial dan motivasi kerja manajer

terhadap keberhasilan koperasi (survey pada koperasi karyawan di

Kabupaten Cirebon) .Bandung. Skrips UPI. Tidak Diterbitkan.

Tohirin, Achmad. Implementasi Perbankan Islam -pengaruh sosio-Ekonomis dan perannya dalam pembangunan, jurnal ekonomi pembangunan : Yogyakarta, 2003.

Ukas, Maman. 2009. Manajemen: Konsep, Prinsip dan Aplikasinya. Bandung: Agnini.

Umar, Chapra Muhammad. 2001. Pandangan Islam terhadap Kesejahteraan,

ekonom Muslim, Jakarta.


(1)

67

 Jika F hitung < F tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak (keseluruhan variabel bebas X tidak berpengaruh positif terhadap variabel terikat Y).

 Jika F hitung > F tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima (keseluruhan variabel bebas X berpengaruh positif terhadap variabel terikat Y). 3.8.3 Koefisien Determinasi

Menurut Gujarati (2001:98) dijelaskan bahwa koefisien determinasi (R2) yaitu angka yang menunjukkan besarnya derajat kemampuan menerangkan variabel bebas terhadap variabel terikat dari fungsi tersebut. Koefisien determinasi sebagai alat ukur kebaikan dari persamaan regresi yaitu memberikan proporsi atau presentase variasi total dalam variabel tidak bebas Y yang dijelaskan oleh variabel bebas X.

Pengujian ini dilakukan untuk mengukur sejauh mana perubahan variabel terikat dijelaskan oleh variabel bebasnya, untuk menguji hal ini digunakan rumus koefisien determinasi sebagai berikut:

R2 =

=

 

 

2 2

y i yˆ

i (Rohmana, 2010:76)

Nilai R2 berkisar antara 0 dan 1 (0 < R2 < 1), dengan ketentuan sebagai berikut :

 Jika R2 semakin mendekati angka 1, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat semakin erat/dekat, atau dengan kata lain model tersebut dapat dinilai baik.

 Jika R2 semakin menjauhi angka 1, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat jauh/tidak erat, atau dengan kata lain model tersebut dapat dinilai kurang baik.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian analisis menganai pengaruh partisipasi anggota dan kemampuan manajerial pengurus terhadap perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil maka penulis menyimpulkan bahwa :

1. Partisipasi anggota berpengaruh signifikan terhadap perkembanagn Koperasi Baitul Maal Wattamwil, yang dilihat dari perkembangan permodalan, sisa hasil usaha dan volume usaha. Artinya bahwa semakin aktif para anggota untuk berpartisipasi maka semakin tinggi pula tingkat perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil,

2. Kemampuan manajerial pengurus berpengaruh signifikan terhadap perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil, yang dilihat dari perkembangan permodalan, sisa hasil usaha dan volume usaha. Artinya bahwa semakin tinggi kemampuan manajerial yang dimiliki pengurus maka semakin tinggi pula tingkat perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil. 3. Partisipasi anggota dan kemampuan manajerial pengurus secara simultan

berpengaruh positif dan signifikan terhadap perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil. Artinya semakin tinggi partisipasi anggota serta manajerial pengurus yang ada maka akan semakin tinggi pula tingkat perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil.


(3)

146

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuji dan dijelakan serta telah ditarik kesimpulan, maka ada bebrapa saran yang bisa dilakukan yaitu sebagai berikut :

1. Agar Koperasi Baitul Maal Wattamwil mampu terus berkembang dengan baik maka anggota lebih diajak berperan aktif untuk berpartisipasi.

2. Pengurus aktif memberikan pemahaman kepada anggota mengenai peran Koperasi Baitul Maal Wattamwil dengan lembaga keuangan lainnya agar tidak adanya peyimpangan pemahaman anggotanya.

3. Pengurus harus mampu terus meningkatkan keterampilan diri baik dibidang koperasi ataupun keterampilan lainnya dengan mengikuti pelatihan-pelatihan agar mampu menyesuaikan dengan perkembangan zaman.

4. Adanya pembinaan kepada anggota sehingga memahami akan fungsi Koperasi Baitul Maal Wattamwil agar meningkatkan kesadaran dalam berkoperasi. Dalam memberikan pembinaan dan penyuluhan dapat bekerja sama dengan Dinas Koperasi, UKM, dan Perindag.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: Rineka Cipta.

Budiwati, Neti. 2010. Manajemen Keuangan Koperasi. Bumi Siliwangi. Laboratorium Koperasi.

Djazuli. 2002. Lembaga-lembaga Perekonomian Umat. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Firdaus, Agus. 2004. Perkoperasian: Sejarah, Teori dan Praktek. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Gujarati, Damodar,. 2006. Ekonometrika Dasar. Jakarta : Salemba Empat. Halomoan, Arifin. 2001. Koperasi Teori dan Praktek. Jakarta: Erlangga.

Hanel, Alfred, 1989. Pokok-pokok Pikiran Organisasi Koperasi dan Kebijakan Pengembangan di Negara-negara Berkembang. Bandung: UNPAD.

Hanel, Alfred. 2005. Organisasi Koperasi. Jakarta: Graha Ilmu

Hendar, Kusnadi. 1999. Ekonomi Koperasi. Jakarta : Lembaga Penerbit FE-UI. Hendar, Kusnandi. 2009. Ekonomi Koperasi, Edisi ke-2. Jakarta: Lembaga

Penerbit FE-UI.

Hendrojogi. 2004. Koperasi: Azas-azas, Teori dan Praktek. Jakarta: Rajawali Pers.

Ilmi, Makhalul. 2002. Teori dan Praktek Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta: UII Pers.

Indrawan, Rully. Pendidikan Koperasi. [online] Tersedia di

http://rullyindrawan.wordpress.com/2010/12/08/pendidikan-koperasi/. [7 Februari 2013]


(5)

148

Limbong, Bernhard. 2010. Pengusaha Koperasi: Memperkokoh Pondasi Ekonomi Rakyat. Jakarta: Margaretha Pustaka.

Mistia, HM. 2010. Pengaruh Kemampuan Manajerial Pengurus dan Partisipasi Anggota terhadap Efektifitas Organisasi Koperasi (survey pada Koperasi Pegawai Negeri Republik Indonesia Se-Kabupaten Sukabumi.). Bandung.Skripsi UPI. Tidak diterbitkan.

Muhamad. 2010. Politik Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Muhamad, Ridwan. 2004. Manajemen Baitul Maal Wattamwil. Yogyakarta: UII Pers.

Mulyawardani, Sofyan. 2012. Pengaruh Partisipasi Anggota dan Kebijakan Pemerintah terhadap Keberhasilan Koperasi. (Survey pada Koperasi Wanita Anggota PUSKOWAN Jawa Barat). Bandung. Skripsi UPI. Tidak diterbitkan.

Nugraha, Lucky. 2010. Pengaruh Kemampuan Manajerial Pengurus dan Pembinaan Pemerintah terhadap Keberhasilan Koperasi. (Survey pada Koperasi Mahasiswa Anggota FKKMI Jawa Barat). Bandung.Skripsi UPI. Tidak Diterbitkan.

Nurapiany, Resti, 2006. Pengaruh Partisipasi Anggota dan Pelayanan Koperasi terhadap Keberhasilan Koperasi Simpan-Pinjam. (Survei pada Koperasi Simpan Pinjam Padamukti Garut). Bandung. Skripsi UPI. Tidak diterbitkan.

Nazir, Moh. (2005). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Revrisond, Baswir. 2000. Koperasi Indonesia Edisi Pertama. Yogyakarta. BPFE. Riduwan. (2004). Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.

Ropke, Jochen. 2003. Ekonomi Koperasi, Teori dan Manajemen. Jakarta : Salemba Empat

Rohmana, Yana. (2010). Ekonometrika Teori dan Aplikasi dengan Eviews. Bandung: Laboratorium Pendidikan Ekonomi dan Koperasi FPEB UPI.


(6)

Sitio, Arifin. 2001. Koperasi Teori dan Praktek. Jakarta. Erlangga.

Soemitra, Andri. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Prenada Media Group.

Sumiyanto, Ahmad. 2008. BMT Menuju Koperasi Modern. Perpustakaan UIN Sunan Kalijati: ISES.

Subandi.2010. Ekonomi Koperasi (Teori dan Praktek). Bandung : Alfabeta

Sudarsono, Edilius. 2005. Koperasi Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana.(2002). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito

Sugiyono. (2006). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Thoby Mutis. Pengembangan Koperasi. Jakarta: Gramedia.

Tiara, PR. 2009. Pengaruh kemampuan manajerial dan motivasi kerja manajer terhadap keberhasilan koperasi (survey pada koperasi karyawan di Kabupaten Cirebon) .Bandung. Skrips UPI. Tidak Diterbitkan.

Tohirin, Achmad. Implementasi Perbankan Islam -pengaruh sosio-Ekonomis dan perannya dalam pembangunan, jurnal ekonomi pembangunan : Yogyakarta, 2003.

Ukas, Maman. 2009. Manajemen: Konsep, Prinsip dan Aplikasinya. Bandung: Agnini.

Umar, Chapra Muhammad. 2001. Pandangan Islam terhadap Kesejahteraan, ekonom Muslim, Jakarta.


Dokumen yang terkait

PENGARUH PENDIDIKAN PERKOPERASIAN DAN KEMAMPUAN MANAJERIAL PENGURUS TERHADAP PARTISIPASI ANGGOTA KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH (KJKS) NU GRAHA UNGARAN

2 6 122

Faktor-faktor yang memengaruhi partisipasi dan tingkat kepuasan ukm terhadap kbmt. kasus: koperasi baitul maal wattamwil (kbmt) wasilah kota Bogor

0 11 62

STRATEGI PEMASARAN PRODUK MURABAHAH DI KOPERASI SERBA USAHA BAITUL MAAL WATTAMWIL MARHABAN Strategi Pemasaran Produk Murabahah Di Koperasi Serba Usaha Baitul Maal Wattamwil Marhaban Rembang Purbalingga.

2 14 17

STRATEGI PEMASARAN PRODUK MURABAHAH DI KOPERASI SERBA USAHA BAITUL MAAL WATTAMWIL MARHABAN Strategi Pemasaran Produk Murabahah Di Koperasi Serba Usaha Baitul Maal Wattamwil Marhaban Rembang Purbalingga.

0 2 14

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN KOPERASI DAN KEMAMPUAN MANAJERIAL PENGURUS TERHADAP PARTISIPASI ANGGOTA KOPERASI SIMPAN PINJAM : Survey Pada koperasi Pegawai Republik Indonesia (kpri) Se-kabupaten Cianjur.

1 9 39

PENGARUH PELAYANAN DAN KEMAMPUAN MANAJERIAL PENGURUS TERHADAP EFEKTIVITAS ORGANISASI KOPERASI SEKUNDER : Studi Kasus pada Anggota Koperasi Pemuda Indonesia Wilayah Jawa Barat.

2 7 40

Kontribusi partisipasi anggota, besarnya sisa hasil usaha, dan kemampuan manajerial pengurus terhadap tingkat kesejahteraan anggota koperasi pedagang Pasar Cihaurgeulis Bandung.

3 9 190

PENGARUH PENDIDIKAN PERKOPERASIAN ANGGOTA, KUALITAS PELAYANAN KOPERASI DAN KEMAMPUAN MANAJERIAL PENGURUS TERHADAP PARTISIPASI ANGGOTA PRIMKOKAR PERUM PERHUTANI KPH PEKALONGAN TIMUR TAHUN 2008.

0 0 2

Pengaruh Kemampuan Manajerial Pengurus, Partisipasi Anggota dan Permodalan terhadap SHU PRIMKOPPOL Resor Kendal.

0 0 1

PENGARUH PARTISIPASI ANGGOTA DAN KEMAMPUAN PENGURUS TERHADAP SHU ANGGOTA KOPERASI ARTIKEL PENELITIAN

0 0 13