PENGARUH KOMPETENSI AUDITOR INTERNAL TERHADAP KUALITAS AUDIT.

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Rumusan Masalah... 10

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian... 10

1.4. Kegunaan Penelitian... 11

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Audit... 12

2.1.1. Pengertian Audit... 12

2.1.2. Jenis-Jenis Audit... 14

2.1.3. Jenis-Jenis Auditor... 15

2.2. Audit Internal... 17

2.2.1. Pengertian Audit Internal... 17


(2)

2.3 Kompetensi Auditor... 20

2.4. Kualitas Audit... 23

2.5. Pelaksanaan Audit... 25

2.6. Kerangka Pemikiran... 29

2.7. Hipotesis... 36

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian... 37

3.2. Definisi dan Operasionalisasi Variabel... 38

3.3. Populasi dan Sampel... 39

3.3.1. Populasi... 39

3.3.2. Sampel... 40

3.4. Teknik Pengumpulan Data... 41

3.5. Teknik Pengujian Instrumen Penelitian... 42

3.5.1. Uji Validitas... 44

3.5.2. Uji Reliabilitas... 45

3.6. Teknik Analisis Data... 46

3.6.1. Analisis Deskriptif... 46

3.6.2. Uji Asumsi Dasar... 47

3.6.2.1. Uji Normalitas... 47

3.6.2.2. Uji Linieritas... 48

3.7. Pengujian Hipotesis... 48


(3)

3.7.2. Koefisien Determinasi... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Objek Penelitian... 51

4.2. Gambaran Responden... 55

4.3. Deskripsi Hasil Pengujian Instrumen Penelitian... 56

4.3.1. Uji Validitas... 57

4.3.2. Uji Reliabilitas... 59

4.4. Deskripsi Hasil Penelitian... 60

4.4.1. Deskripsi Hasil Penelitian Variabel X (Kompetensi).... 61

4.4.1.1. Deskripsi X (Kompetensi) Per-Indikator... 61

4.4.1.2. Deskripsi X (Kompetensi) Keseluruhan... 68

4.4.2. Deskripsi Hasil Penelitian Variabel Y (Kualitas Audit) 69 4.4.2.1. Deskripsi Y (Kualitas Audit) Per-Indikator... 70

4.4.2.2. Deskripsi Y (Kualitas Audit) Keseluruhan... 76

4.5. Uji Asumsi Dasar... 77

4.5.1. Uji Normalitas... 77

4.5.2. Uji Linieritas... 78

4.6. Pengujian Hipotesis... 79

4.6.1. Analisis Korelasi... 79

4.6.2. Koefisien Determinasi... 80

4.7. Pembahasan... 80


(4)

4.7.2. Kualitas Audit... 83 4.7.3. Pengaruh Kompetensi terhadap Kualitas Audit... 85

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan... 87 5.2. Saran... 87 DAFTAR PUSTAKA... 89 LAMPIRAN


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel

3.1 Operasionalisasi Variabel... 39

3.2 Penilaian Skala Numerik... 43

3.3 Kriteria Rentang Pengklasifikasian... 47

4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Lama Kerja... 55

4.2 Hasil Uji Validitas Variabel X (Kompetensi)... 57

4.3 Hasil Uji Validitas Variabel Y (Kualitas Audit)... 58

4.4 Hasil Uji Reliabilitas Variabel X (Kompetensi)... 59

4.5 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y (Kualitas Audit)... 60

4.6 Kriteria Rentang Pengklasifikasian... 60

4.7 Tanggapan Responden tentang Penyusunan Staf... 61

4.8 Tanggapan Responden tentang Pengetahuan, Keterampilan dan Disiplin ... 62

4.9 Tanggapan Responden tentang Supervisi... 63

4.10Tanggapan Responden tentang Hubungan dan Komunikasi Antar Karyawan ... 65

4.11Tanggapan Responden tentang Pendidikan Berkelanjutan... 66

4.12Tanggapan Responden tentang Keahlian Profesional... 67

4.13Rekapitulasi Rata-Rata Jawaban untuk Variabel X (Kompetensi)... 68

4.14Tanggapan Responden tentang Perencanaan Pemeriksaan... 70

4.15Tanggapan Responden tentang Pengujian dan Pengevaluasian Informasi ... 71


(6)

4.16 Tanggapan Responden tentang Penyampaian Hasil Pemeriksaan... 73 4.17 Tanggapan Responden tentang Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan... 74 4.18 Rekapitulasi Rata-Rata Jawaban untuk Variabel Y (Kualitas Audit). 76 4.19 Hasil Uji Normalitas... 77 4.20 Tabel ANOVA Kompetensi Auditor Internal... 78 4.21 Hasil Uji Korelasi Pearson Product Moment... 79


(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1 Kerangka Pemikiran... 35

2.2 Paradigma Penelitian... 36

4.1 Logo PT POS Indonesia... 54


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian

Lampiran 2 : Data Hasil Pengujian Validitas Lampiran 3 : Data Kuesioner Penelitian Lampiran 4 : Data Pengujian Hipotesis


(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Keberadaan auditor internal dalam tatanan dunia usaha dan persaingan di era global ini sangatlah penting perannya. Seorang auditor internal dalam paradigma yang baru peranannya semakin berkembang, tugasnya bukan hanya mengawasi tapi juga bertambah pada konsultasi, jasa assurance dan katalisator. Auditor internal juga berperan dalam rangka mewujudkan Good Corporate Governance (GCG). Oleh karena itu, auditor internal harus selalu berusaha

meningkatkan keahliannya.

Besarnya harapan atas keberadaan auditor yang dapat memberi jasa assurance, dalam kenyataanya sangat mengecewakan karena beberapa kasus

diantaranya, kasus Enron dan World Com. Hal ini mengakibatkan profesi auditor tercoreng dan kredibilitasnya dipertanyakan. Dengan adanya kasus ini juga membuat semua orang bertanya-tanya mengenai seberapa besar kualitas jasa audit yang diberikan oleh auditor. Selain itu, keberlangsungan perusahaan-perusahaan tersebut terancam, apalagi ditengah persaingan global yang sangat ketat. Menurut Dunk (Mansouri et al, 2009 : 19) yang mengatakan bahwa, „right from the days the world recognized “quality” as the weapon to fight the global competitive war’. Dari pernyataan Dunk tersebut dapat dikatakan bahwa kualitas audit merupakan senjata dalam menghadapi persaingan global, maka dari itu permasalahan yang terjadi harus segera diselesaikan yaitu dengan memperbaiki kualitas audit yang diberikan oleh auditor internal maupun eksternal.


(10)

BUMN dan BUMD merupakan perusahaan negara dan daerah yang melayani masyarakat. Dalam BUMN dan BUMD pun diperlukan juga pengawasan terhadap pengalokasian dana yang telah diberikan oleh pemerintah pusat dan daerah agar lebih transparan. Sama seperti sektor swasta maka manajemen perlu mendelegasikan tugas, tanggung jawab dan wewenangnya kepada pihak lain yaitu auditor internal yang berada di badan SPI (Satuan Pengawasan Intern). Dalam Tugiman (2000 : 9), menyatakan bahwa:

Pembentukan audit internal di Indonesia, khususnya BUMN dan BUMD, diatur berdasarkan PP No. 3 tahun 1983 untuk Persero dan PP No. 13 tahun 1998 untuk Perum dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 tahun 1984 untuk BUMD yang intinya sebagai berikut:

1. Satuan pengawasan intern bertugas membantu direktur utama dalam mengadakan penilaian atas sistem pengendalian, pengelolaan (manajemen), dan pelaksanaannya pada badan usaha yang bersangkutan dan memberikan saran-saran perbaikan.

2. Pimpinan BUMN dan BUMD menggunakan pendapat dan saran-saran dari

satuan pengawasan intern sebagai bahan untuk melaksanakan

penyempurnaan pengelolaan (manajemen) perusahaan yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan.

Tanggung jawab atas pengelolaan BUMN dan BUMD bukan hanya terhadap pemerintah akan tetapi kepada masyarakat Indonesia pada umumnya. Keberadaan auditor internal di divisi SPI ini seharusnya dapat membantu manajemen dalam mempertanggung jawabkan pengelolaannya dalam fungsi pengawasannya, sayangnya BUMN dan BUMD pun belum lepas dari beberapa kasus yang secara tidak langsung dapat merugikan negara. Padahal BUMN dan BUMD ini sangat penting untuk hajat hidup orang banyak, namun dengan adanya

beberapa kasus dalam BUMN dan BUMD, membuat masyarakat

mempertanyakan mengenai pengelolaan atas asset yang seharusnya dikelola sebaik mungkin.


(11)

Menurut data Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dalam Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) II (2011 : 256) atas SPI di 5 BUMN masih banyak kelemahannya. Sesuai dengan COSO (Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission) Framework pengendalian intern entitas direviu

berdasarkan lima unsur, yaitu lingkungan pengendalian, penaksiran resiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi serta pemantauan. Hasil pemeriksaannya yaitu:

1. Lingkungan pengendalian, kelemahannya:

a. Penerapan sistem manajemen sumber daya manusia berbasis kompetensi (MSDM-BK) yang memadai belum sepenuhnya dilaksanakan.

b. Perputaran pegawai pada kegiatan fungsi utama perusahaan, yaitu divisi operasional dan pemasaran cukup tinggi mengakibatkan perusahaan memiliki resiko kegagalan dalam mencapai kinerja.

c. Pelaksanaan tugas dan wewenang tiap-tiap direksi tidak didukung oleh pembagian tugas dan wewenang yang memadai.

2. Penaksiran resiko, kelemahannya:

a. Penerapan manajemen resiko belum sepenuhnya dilaksanakan.

b. Rencana jangka panjang perusahaan tidak disusun sehingga perusahaan tidak mempunyai dasar pengembalian keputusan.

c. Kegiatan penilaian resiko belum dilaksanakan secara memadai. d. Belum terdapat Key Performance Indicators (KPI).


(12)

a. Pengawasan terhadap tenaga kerja outsourching untuk kegiatan pelayanan pelanggan lemah.

b. Pengendalian atas rumah dinas atau rumah jabatan belum memadai.

c. Acuan kerja kegiatan pemasaran belum sepenuhnya dilaksanakan sesuai dengan ISO 9001.

4. Informasi dan komunikasi, kelemahannya:

a. Penyampaian informasi mengenai pelayanan pelanggan belum memadai.

b. Pengendalian teknologi informasi atas prosedur keadaan darurat belum ditetapkan.

c. Rencana strategis teknologi informasi dan kelengkapannya yang dapat dijadikan acuan dalam pengembangan sistem teknologi informasi belum tersedia.

d. Data pembayaran pelanggan melalui transfer bank belum diikuti updating data biling yang memadai.

5. Pemantauan, kelemahannya:

a. Satuan pengawasan intern belum melaksanakan fungsi dan tugasnya secara optimal sehingga penyelesaian temuan berlarut-larut.

b. Tugas dan fungsi komite audit perusahaan belum dilaksanakan secara optimal sesuai dengan GCG.

c. Tindak lanjut hasil pemeriksaan satuan pengawas intern belum berjalan efektif sehingga penyimpangan yang terjadi tidak dapat segera diperbaiki/diambil tindakan koreksi atau pemulihan.


(13)

d. Satuan pengawas intern perusahaan belum optimal melaksanakan fungsi dan tugas sebagai aparat pengawas internal sehingga tidak ada pemantauan yang memadai terhadap pelaksanaan kegiatan perusahaan yang memberi dampak atas kerugian yang terjadi.

Penyebab dari kasus-kasus kelemahan SPI di BUMN menurut Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dalam Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) II (2011 : 259) adalah manajemen/direksi dan pelaksana belum sepenuhnya mematuhi ketentuan yang berlaku serta kurang cermat dalam melaksanakan tugas. Hal ini menunjukan bahwa fungsi pelaksanaan pengendalian dan pengawasan intern belum berjalan optimal karena tidak dipatuhinya aturan dan kecermatan dari para pelaksana pengawasan dan pengendalian intern. Auditor internal yang menjalani tugas utamanya yaitu pengawasan masih kesulitan dalam memberikan pemecahan atas temuan audit sehingga pernyimpangan yang terjadi tidak dapat cepat terpecahkan. Dengan banyaknya kasus di atas maka kualitas audit pun tidak akan tercapai karena tidak adanya dorongan dari manajemen/direksi terhadap komite audit yang efektif, hal itu ditunjukan dengan tidak dipenuhinya ketentuan yang berlaku dan pencapaian GCG pun sulit dilakukan.

PT POS merupakan salah satu BUMN yang bergerak di bidang komunikasi dan seiring perkembangan dunia usaha kini PT POS mulai melakukan pengembangan usaha bukan hanya di bidang komunikasi saja tapi salah satunya di bidang perbankan. Seiring dengan semakin kompleksnya usaha yang dijalani PT POS maka PT POS pun memerlukan pengawasan dan pengendalian pada manajemennya dengan dibentuknya SPI yang telah ditentukan oleh


(14)

perundang-undangan. Dalam pelaksanaan auditnya, PT POS pun mempunyai permasalahan dimana kualitas auditnya masih kurang karena kompetensi auditor internnya masih kurang pula sehingga auditor internal kesulitan menemukan penyimpangan yang ada. Pemecahan atas penyimpangan yang terjadi pun tidak dapat dilakukan dengan segera. Hal ini didasarkan pada hasil wawancara penulis dengan manajer sekretariat SPI dan salah satu auditor internal di PT POS.

Selain itu, berdasarkan simpulan pemeriksaan BPK dalam IHPS semester 1 mengenai kesesuaian dengan ketentuan terhadap SPI PT POS (Lampiran 30, 2011 : 65), hasilnya adalah tidak sesuai. Hal ini menunjukan bahwa SPI PT POS dalam melaksanakan pengendaliannya belum sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan begitu juga dengan pelaksanaan audit intern yang dilakukan para auditor internalnya. Bila hal ini tidak segera diperbaiki maka akan berdampak pada kegagalan pelaksanaan pengawasan dan pengendalian intern dan lebih jauhnya pencapaian tujuan perusahaan tidak akan dapat tercapai karena bila terjadi penyimpangan akan sulit untuk diatasi.

Definisi kualitas audit menurut De Angelo (Rosnidah, 2011 : 458)

menyatakan bahwa, „kualitas audit sebagai kemungkinan auditor dapat

mendeteksi dan melaporkan kesalahan atau kecurangan dalam sistem informasi akuntansi klien.‟ Kemungkinan auditor mendeteksi kecurangan berhubungan dengan kompetensi auditor internal, sedangkan kemungkinan auditor melaporkan kecurangan berhubungan dengan indenpendensi auditor. Bila dilihat mengenai kualitas audit dan banyaknya kasus kelemahan SPI di BUMN, maka dapat dikatakan bahwa kualitas audit di BUMN masih kurang karena dalam pelaksanaan


(15)

auditnya, auditor internal belum mampu menjalankan fungsi dan tugasnya sehingga penyelesaian temuan berlarut-larut dan penyimpangan yang terjadi tidak dapat segera diperbaiki.

Kualitas audit dalam penelitian ini difokuskan pada pelaksanaan auditnya. Pelaksanaan audit merupakan suatu aktivitas yang penting dalam proses pengawasan dan pengendalian yang dilakukan oleh auditor internal. Dalam pelaksanaan audit seorang auditor dapat menilai sejauh mana kinerja manajemen dan dapat mengetahui berbagai temuan-temuan di lapangan. Jika pelaksanaan auditnya berkualitas seorang auditor akan cepat mengetahui temuan-temuan yang mengandung resiko bagi perusahaan dan dengan segera melakukan tindakan preventif dan korektif atas temuan itu dengan reviu-reviu yang diberikan. Kualitas audit ini harus dibangun dari awal pelaksanaan audit hingga pemberian rekomendasi. Hal tersebut serupa dengan pernyataan Ahmad et al (2011 : 65)

yang menyatakan bahwa, “kualitas audit harus dibangun sejak awal pelaksanaan

audit hingga pelaporan dan pemberian rekomendasi.”

Ruang lingkup pelaksanaan audit internal seluas fungsi manajemen, sehingga cakupan tugasnya meliputi, mulai dari pengamanan asset, investigasi kecurangan, evaluasi pengawasan, ketaatan pada peraturan dan banyak lagi. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Staciokas dan Rupsys (Al Matarneh, 2011 : 101) bahwa:

Nowadays internal audit covers many areas. Internal audit functions are delegated to the internal audit department. Internal audit department is usually responsible for:

Assessing of asset safeguards;

Fraud investigations;


(16)

Operating process review and assessment;

Review of accounting and financial information;

Compliance (of procedures, policies, legal acts, etc.) audits;

Assessment of efficient usage of recourses.

Luasnya cakupan pekerjaan audit ini harus diiringi dengan sumber daya manusia yang kompeten. Dengan sumber daya manusia yang kompeten pelaksanaan audit diharapkan dapat memberi nilai tambah bagi perusahaan. Dalam menentukan kualifikasi auditor diperlukan standar yang ketat yang dilihat dari berbagai hal seperti pengalaman, pendidikan dan sertifikasi. Jika seorang auditor internal latar belakang pendidikannya bukan merupakan lulusan jurusan akuntansi dan tidak berpengalaman akan sulit bagi pelaksanaan audit nantinya serta kualitas audit yang dihasilkan tidak akan optimal.

Faktor-faktor penentu kualitas audit diantaranya adalah kompetensi dan independensi auditor internal. Hal ini didapat dari pernyataan AAA (American Accounting Association) Financial Accounting Standard Commitee (Christiawan,

2002 : 83) yang mengungkapkan bahwa, „kualitas audit ditentukan oleh dua hal yaitu kompetensi dan independensi‟. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Hajiha dan Rafiee (2011 : 390) yang mengungkapkan bahwa, “...Internal Audit Function (IAF) quality is measured reports took more time if there were

ambiguous items in by three criteria of objectivity, competence and internal

annual reporting and extraordinary items in income audit size (IAS)....”. Menurut pernyataan AICPA (Al Matarneh, 2011 : 102) yang menyatakan bahwa:

Factors of quality internal audit function to include: (1) Competence which is measured by educational level, and Professional certificates, (2) objectivity which is measured by the parties that addressed the internal audit report to them, and the parties who responsible for the appointment of internal


(17)

auditors,(3) quality of performance of tasks ,which measured by the accuracy and adequacy of audit programs, and the scope of audit.

Berdasarkan pernyataan dan penelitian di atas, maka salah satu hal yang menentukan kualitas audit adalah kompetensi auditor internal. Kompetensi didapatkan bukan tiba-tiba melainkan dari hasil pendidikan, pengalaman dan sertifikasi. Seorang auditor yang kompeten dapat memberikan reviu dan menjadi konsultan bagi manajemen, tidak hanya itu auditor juga dapat memberi nilai tambah bagi perusahaan. Oleh karena itu, untuk menunjang kompetensinya seorang auditor membutuhkan pendidikan yang berkelanjutan.

Kompetensi merupakan hal penting yang harus dimiliki auditor internal karena itu merupakan tanggung jawab dari auditor internal dalam menjalankan tugasnya seperti yang diungkapkan oleh Tugiman (Astuti, 2010 : 3) yang

menyatakan bahwa, „kompetensi adalah kemampuan profesional merupakan

tanggung jawab dari bagian audit internal dan masing-masing pemeriksa internal.‟ Kompetensi juga dapat menentukan keberhasilan dalam pelaksanaan audit, tanpa kompetensi pelaksanaan audit menjadi kurang berkualitas.

Auditor yang tidak kompeten tidak akan bisa membantu manajemen dalam memecahkan masalah-masalah yang mengandung resiko, padahal tugas auditor di era ini lebih difokuskan kepada pengawasan dan pengendalian terhadap area-area yang mengandung resiko bukan hanya audit atas kepatuhan saja. Kompetensi yang rendah juga akan mengakibatkan kegagalan dalam audit karena auditor akan kesulitan dalam menemukan temuan-temuan yang berkenaan dengan terjadinya penyimpangan. Sejalan dengan hal tersebut menurut Perry (Mansouri et al, 2009 :


(18)

they are as follows: scope restrictions; incompetence; auditing by conversation;

not critically evaluating transactions; and lack of objectivity and skepticism‟. Jadi dapat disimpulkan bahwa kompetensi auditor mempunyai peran yang penting dalam pelaksanaan dan kualitas audit.

Berdasarkan fenomena di atas, maka penulis merasa tertarik untuk meneliti sejauh mana kompetensi auditor internal dalam meningkatkan kualitas auditnya,

maka penulis mengajukan judul penelitian “Pengaruh Kompetensi Auditor

Internal terhadap Kualitas Audit (Kasus pada SPI Pusat PT POS).”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka penulis merumuskan masalah yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran kompetensi auditor internal di PT POS.

2. Bagaimana gambaran kualitas audit internal di PT POS.

3. Berapa besar pengaruh kompetensi auditor internal terhadap kualitas audit di PT POS.

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui, mempelajari dan membandingkan teori yang didapat dengan prakteknya, melalui kuesioner mengenai pengaruh kompetensi audit internal terhadap kualitas audit di PT POS.


(19)

Adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kompetensi auditor internal di PT POS. 2. Untuk mengetahui kualitas audit internal di PT POS.

3. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh kompetensi auditor internal terhadap kualitas audit di PT POS.

1.4. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini berguna untuk meningkatkan pemahaman tentang pengaruh kompetensi auditor internal terhadap kualitas audit yang selama ini peneliti peroleh dari artikel-artikel di majalah, jurnal-jurnal dan topik yang ada pada dunia usaha di Indonesia, serta dapat dijadikan sebagai bahan kajian lanjutan dengan topik yang sama atau yang berkaitan dengan topik ini.

2. Manfaat Praktis

Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi PT POS, melalui pengumpulan dan pengolahan data menjadi informasi yang berguna dalam upaya meningkatkan kualitas audit internalnya, salah satunya dengan cara meningkatkan kompetensi auditor internalnya.


(20)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Desain penelitian menurut Silalahi ( 2010 : 180) yaitu, “rencana dan struktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti akan dapat

memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya”. Desain

penelitian ini dimulai dari awal penelitian hingga akhir penelitian seperti latar belakang, rumusan masalah, hingga rancangan analisis data. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Karena itu analisis yang digunakan dengan bentuk analisis statistik. Analisis statistik digunakan karena data yang diperoleh berupa angka-angka.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-verifikatif, dimana tujuannya untuk menyajikan gambaran secara terstruktur, faktual dan akurat, selanjutnya untuk meneliti hubungan antar variabel akan dianalisis statistik untuk diambil suatu kesimpulan. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk memperoleh gambaran ciri-ciri variabel, sedangkan penelitian verifikatif adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk menguji kebenaran suatu hipotesis yang telah dibuat melalui pengumpulan data dilapangan.

Mengingat jenis atau bentuk penelitian adalah deskriptif-verifikatif yang dilaksanakan melalui pengumpulan data di lapangan, maka metode penelitian yang dilaksanakan adalah metode survey. Metode survey yaitu pengumpulan data yang dilakukan terhadap suatu unit analisis untuk mendapatkan keterangan-


(21)

keterangan yang jelas terhadap suatu masalah dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data pokok.

3.2. Definisi dan Operasionalisasi Variabel

Tujuan pembuatan operasionalisasi variabel adalah untuk menghindari terjadinya salah pengertian atau kekeliruan dalam mengartikan variabel yang diteliti dan juga sebagai kerangka acuan untuk mendeskripsikan permasalahan yang hendak diungkap. Sehingga pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar sesuai dengan judul penelitian mengenai pengaruh kompetensi auditor internal terhadap kualitas audit, maka variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Independen (X)

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen. Dalam penelitian ini yang merupakan variabel independen adalah

“Kompetensi Auditor Internal”. Definisi kompetensi auditor yaitu keahlian profesional yang merupakan tanggung jawab auditor untuk menjalankan tugasnya yang didapat dari hasil pendidikan formal, ujian profesional, keikutsertaan dalam seminar, pelatihan dan simporsium untuk mencapai kinerja yang superior.

2. Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi variabel independen.

Dalam penelitian ini yang merupakan variabel terikatnya adalah “ Kualitas Audit”. Kualitas audit adalah kemungkinan seorang auditor untuk menemukan


(22)

dan melaporkan penyimpangan yang terjadi, kualitas audit dibangun sejak awal pelaksanaan audit dimulai dari rencana audit sampai dengan tindak lanjut.

Variabel-variabel di atas selanjutnya dioperasionalisasikan kedalam tabel, sebagai berikut:

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Indikator Skala

Item Pertanyaan Kompetensi Auditor Internal (X) (Dan M.Guy et al, 2003 : 414)

1. Penyusunan Staf

2. Pengetahuan, Keterampilan dan Disiplin

3. Supervisi

4. Hubungan dan Komunikasi Antar

Karyawan

5. Pendidikan Berkelanjutan 6. Keahlian Profesional

Interval 1,2

3, 4, 5 6, 7 8, 9, 10

11, 12 13, 14 Kualitas Audit (Y) (Tugiman, 1997 : 18)

Pelaksanaan audit terdiri dari

aktivitas:

1. Perencanaan pemeriksaan

2. Pengujian dan pengevaluasian informasi

3. Penyampaian hasil pemeriksaan 4. Tindak lanjut hasil pemeriksaan

Interval

1, 2, 3, 4 5, 6, 7 8, 9, 10, 11

12, 13, 14

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi menurut Singarimbun (Iskandar, 2009 : 68), bahwa „populasi

adalah jumlah keseluruhan dari unit-unit analisis yang memiliki ciri-ciri yang


(23)

“populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.” Berdasarkan pengertian di atas

maka dapat disimpulkan bahwa populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit-unit analisis yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas, dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah Divisi Satuan Pengawas Intern (SPI) pusat yang berstatus sebagai auditor internal di PT POS Indonesia sebanyak 22 orang.

3.3.2. Sampel

Menurut Iskandar (2009 : 69), “sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil secara representatif atau mewakili populasi yang bersangkutan atau

bagian kecil yang diamati.” Sedangkan menurut Sugiyono (2007 : 91), “ sampel

adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.” Dari pengertian yang telah dikemukakan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang diambil secara representatif.

Metode yang digunakan dalam penarikan sampel ini adalah sampling jenuh atau sensus. Pengertian dari sampling jenuh atau sensus menurut Sugiyono (2007 : 96), “sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota

populasi digunakan sebagai sampel”. Hal ini sering dilakukan bila jumlah


(24)

generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Dalam penelitian ini karena jumlah populasinya sedikit (terbatas) peneliti mengambil jumlah sampel sama dengan jumlah populasi disebut dengan sampilng jenuh atau sensus, dengan sampel staf auditor internal PT POS sebanyak 22 orang.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Data merupakan unsur penting dalam sebuah penelitian. Data yang dikumpulkan harus valid agar dapat menunjang keberhasilan penelitian tersebut. Untuk itu, perlu dilakukan teknik pengumpulan data sebagai prosedur sistematik dan berstandar untuk memperoleh data yang diperlukan.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan:

a. Wawancara (Interview), yaitu teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab langsung secara lisan. Wawancara dilakukan kepada manager dan staf Satuan Pengawas Intern (SPI) pusat pada PT POS Indonesia. Dari hasil wawancara ini diharapkan dapat memperoleh data mengenai gambaran umum pelaksanaan audit di PT POS dan permasalahan-permasalahan yang terjadi serta faktor-faktor penyebabnya.

b. Menurut Iskandar (2009 : 77) , “ kuesioner adalah seperangkat pertanyaan yang disusun secara logis, sistematis tentang konsep yang menerangkan tentang variabel-variabel yang diteliti.” Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup/berstruktur artinya kuesioner yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk


(25)

memilih salah satu jawaban sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara memberi checklist (√). Pertanyaan dalam kuesioner ini dibuat dengan merujuk pada skripsi, tesis dan buku-buku yang relevan. Item pertanyaan mengenai kompetensi auditor internal beberapa pertanyaan dilihat dari skripsi milik Marvira (2010) dan sisanya dibuat berdasarkan indikator yang berasal dari referensi di buku. Sedangkan item pertanyaan untuk kualitas audit dilihat dari tesis milik Said (2009) dan sisanya dibuat berdasarkan indikator yang berasal dari referensi di buku.

c. Dokumentasi, digunakan untuk mendapatkan data-data yang erat kaitannya dengan masalah yang diteliti, dalam hal ini peneliti menggunakan studi dokumentasi untuk mendapatkan data-data dari buku-buku referensi yang relevan dengan penelitian.

3.5. Teknik Pengujian Instrumen Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (Iskandar, 2009 : 78), „instrumen penelitian

adalah suatu yang penting dan strategis kedudukannya di dalam pelaksanaan

penelitian.‟ Beberapa instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur dan

mengumpulkan data empiris sebagai nilai variabel yang diteliti. Oleh karena itu, instrumen penelitian haruslah sesuai dengan variabel-variabel yang diteliti.

Untuk memperoleh data mengenai kompetensi dan kualitas audit berdasarkan persepsi auditor internal dalam Divisi SPI PT POS dibuat beberapa pertanyaan yang disusun dalam bentuk Skala Numerik (numerical scale). Skala Numerik sama dengan Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat


(26)

dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena atau gejala sosial yang terjadi. Perbedaannya adalah jika Skala Numerik pilihan jawabannya unipolar dan skalanya interval, sedangkan Skala Likert pilihan jawabannya bipolar dan skalanya ordinal. Skala Numerik menggunakan angka-angka pada pilihan jawabannya. Pilihan jawaban yang diberikan berupa angka-angka yang dimulai dari angka 1 sampai dengan 5, dari yang terendah hingga yang tertinggi. Skala ini mempunyai dua buah opsi dan subyek diminta untuk menentukan responnya dengan mencantumkan nilai dengan angka numerik diantara dua opsi tersebut.

Tabel 3.2

Penilaian Skala Numerik

No. Item Pernyataan

Skor

5 4 3 2 1

Keterangan :

 Angka 5 dinyatakan untuk pernyataan positif tertinggi.  Angka 4 dinyatakan untuk pernyataan positif tinggi.  Angka 3 dinyatakan untuk pernyataan positif sedang .  Angka 2 dinyatakan untuk pernyataan positif rendah.  Angka 1 dinyatakan untuk pernyataan positif paling rendah.


(27)

3.5.1. Uji Validitas

Menurut Arikunto (2006 : 168) bahwa, “validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan dan keshahihan suatu instrumen.” Untuk menguji tingkat validitas dari instrumen penelitian dengan menggunakan rumus Korelasi Product Moment.

Sumber : Arikunto (2006:170) Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi yang dicari

∑XY = Hasil skor X dan Y untuk setiap responden

∑X = Skor item tes

∑Y = Skor responden

(∑X2) = Kuadrat skor item tes (∑Y2) = Kuadrat responden

N = Jumlah responden

Angka hasil rhitung selanjutnya dikonsultasikan dengan nilai rtabel dengan

taraf signifikan 5% dan angket penelitian diujicobakan kepada 22 auditor internal. Jika didapatkan nilai rhitung > 0,4, maka butir instrumen dapat dikatakan valid,

akan tetapi jika nilai rhitung < 0,4, maka dikatakan bahwa instrumen tersebut tidak

valid.

=

�∑ − ∑ ∑


(28)

3.5.2. Uji Reliabilitas

Tes realibilitas bertujuan untuk mengenal apakah alat pengumpul data tersebut menunjukkan tingkat ketepatan, keakuratan, kestabilan atau konsistensi dalam mengungkapkan gejala tertentu dari sekelompok individu walaupun dilaksanakan pada waktu yang berbeda. Instrumen yang baik adalah instrumen yang dapat dengan ajeg memberikan data yang sesuai dengan kenyataan.

Uji realibilitas, dihitung dengan menggunakan rumus alpha dari Cronbach sebagai berikut:

Sumber: Umar (2008:56) Dimana : r11 = realibilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan

∑��2

= jumlah varians butir � 2 = varians total

Untuk menentukan suatu instrumen reliabel atau tidak maka bisa menggunakan batas nilai Alpha 0,6 yaitu, jika nilai Alpha yang dihasilkan memberi nilai Alpha ˃ 0,6 maka reliabel. Menurut Sekaran (Priyanto, 2012 : 187)

mengatakan bahwa, „realibilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima dan di atas 0,8 adalah baik.

11 =

� −1 1− ∑ó�2


(29)

3.6. Teknik Analisis Data

3.6.1. Analisis Deskriptif

Berdasarkan hasil jawaban kuesioner yang disampaikan kepada seluruh responden, berikut ini akan dijelaskan secara rinci mengenai kompetensi auditor internal dan kualitas audit. Untuk menentukan kriteria pengklasifikasian untuk variabel X dan Y yang mengacu pada ketentuan yang dikemukakan oleh Umar (1999 : 171), dimana rentang skor dicari dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

Rs = Rentang Skor

m = Jumlah alternatif jawaban tiap item

n = Jumlah sampel

Menentukan skor ideal untuk variabel X dan Y karena jumlah itemnya sama maka skor idealnya tidak per variabelnya. Skor tertinggi (banyaknya responden dikali skor tertinggi) yaitu 5 x 22. Skor terendah (banyaknya responden dikali skor terendah) yaitu 1 x 22. Lalu dihitung rentang skornya yaitu: Rs = 22 x 4

5

= 17,6 dibulatkan menjadi 18

Dari perhitungan di atas didapat interval skor untuk pengolahan data yang digunakan memiliki rentang sebesar 18 setiap kelasnya. Merujuk perhitungan di atas angka kriteria penilaian dimulai dari 22 karena sesuai dengan instrumen yang


(30)

digunakan dalam penelitian ini sedangkan nilai tertinggi sebesar 110. Berikut ini kriteria penilaian yang digunakan:

Tabel 3.3

Kriteria Rentang Pengklasifikasian

Skor Kategori

22 - 39 Sangat Rendah

40 – 57 Rendah

58 – 75 Sedang

76 - 93 Tinggi

94 - 110 Sangat Tinggi

3.6.2. Uji Asumsi Dasar

Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan Korelasi Pearson Product Moment, uji statistik ini mensyaratkan data paling tidak berupa ukuran skala

interval agar interpretasi dapat dilakukan dengan baik. Syarat yang terpenting lainnya yaitu data harus linier dan berdistribusi normal. Oleh karena itu, diadakan uji linieritas dan normalitas data yang merupakan prasyarat dari analisis korelasi.

3.6.2.1.Uji Normalitas

Tujuan dari dilakukannya uji normalitas yaitu untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Jika data berdistribusi normal, metode statistika yang digunakan adalah statistik parametrik, sedangkan data yang tidak berdistribusi normal akan menggunakan statistik nonparametrik. Oleh karena itu, peneliti harus membuktikan terlebih dahulu, apakah data yang akan dianalisis berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini uji normalitas tidak


(31)

berdasarkan grafik sehingga menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov dibantu dengan program komputer SPSS Statistics 20 for Window.

3.6.2.2. Uji Linieritas

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Uji ini biasanya digunakan sebagai prasyarat dalam analisis korelasi atau regresi linear. Pengujian ini dibantu dengan SPSS Statistics 20 for Window dengan menggunakan Test for Linearity pada taraf signifikansi 0,05. Dimana keputusannya yaitu dua variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linear bila linearity kurang dari 0,05.

3.7. Pengujian Hipotesis

3.7.1. Analisis Korelasi

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan pengujian korelasi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah interval, linier dan berdistribusi normal sehingga teknik korelasi yang digunakan adalah Korelasi Peason Product Moment. Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut

“Kompetensi auditor internal berpengaruh positif terhadap kualitas audit.” Rumusan korelasi product moment yang digunakan, yaitu:

Sumber: Sugiyono (2007 : 212)

=

�∑ − ∑ ∑


(32)

Koefisien korelasi (r) menunjukan derajat korelasi antara X dan Y. Nilai koefisien korelasi harus terdapat dalam batas-batas: -1 < r < +1. Tanda positif menunjukan adanya hubungan positif/korelasi langsung antara kedua variabel yang berarti. Setiap kenaikan nilai-nilai X akan diikuti kenaikan nilai-nilai Y, begitu pula sebaliknya. Pedoman menilai korelasi menurut Umar (2008 : 14) yaitu sebagai berikut:

1. Jika nilai r menuju +1 menunjukkan korelasi menuju kuat dan positif, artinya jika variabel X bertambah, bertambah pula nilai variabel Y. Jika variabel X berkurang, berkurang pula nilai variabel Y.

2. Jika nilai r menuju -1 menunjukkan korelasi menuju kuat dan negatif, artinya jika variabel X bertambah, nilai variabel Y berkurang. Jika variabel X berkurang, nilai variabel Y bertambah.

3. Jika nilai r menuju 0 menunjukkan korelasi menuju lemah (tidak ada hubungan), artinya jika variabel X bertambah atau berkurang, nilai variabel Y tidak mengikutinya. Jika variabel Y bertambah atau berkurang, nilai variabel X tidak mengikutinya.

3.7.2. Koefisien Determinasi

Selanjutnya analisa korelasi dapat dilanjutkan dengan menghitung koefisien determinasi. Tujuan dari perhitungan koefisien determinasi yaitu untuk mengetahui pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Nilai koefisien determinasi berada antara 0 sampai 1 (0 ≤ KD ≤ 1) dengan ketentuan:


(33)

a. Jika nilai Koefisien Determinasi (KD) = 0, berarti tidak ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

b. Jika nilai Koefisien Determinasi (KD) = 1, berarti variansi (naik/turunnya) variabel dependen adalah 100% dipengaruhi oleh variabel independen.

c. Jika nilai Koefisien Determinasi (KD) berada diantara 0 dan 1, berarti besarnya pengaruh variabel independen terhadap variasi variabel independen adalah sesuai dengan nilai KD itu sendiri, dan selebihnya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.

Dimana hal ini dapat dirumuskan dengan cara mengkuadratkan koefisien korelasi yang ditemukan . Jadi:

koefisien determinasi = rxy 2


(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompetensi, kualitas audit dan pengaruh kompetensi auditor internal terhadap kualitas audit di SPI Pusat PT POS. Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai kompetensi auditor internal di

PT POS termasuk dalam kategori tinggi, yang bermakna bahwa kompetensi auditor internal di PT POS telah memenuhi standar yang telah ditetapkan IIA. 2. Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai kualitas audit di PT POS

termasuk dalam kategori tinggi, yang bermakna kualitas audit yang diukur dari pelaksanaan audit di PT POS sudah sesuai dengan standar pelaksanaan yang ditetapkan SPAI.

3. Kompetensi auditor internal berpengaruh positif terhadap kualitas audit di SPI Pusat PT POS yang bermakna jika kompetensi bertambah maka kualitas audit pun bertambah, begitu juga sebaliknya.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka diajukan saran, antara lain:

1. Bagi Perusahaan

Untuk mempertahankan kualitas audit yang sudah tinggi maka kompetensi auditor internal harus selalu ditingkatkan dengan tetap mengikuti pelatihan-


(35)

pelatihan, simporsium, pendidikan berkelanjutan dan sebagainya yang dapat meningkatkan kompetensi.

2. Bagi Peneliti Lain

Untuk peneliti selanjutnya, diharapkan dapat meneliti kembali faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas audit. Selain itu, agar data yang diperoleh lebih akurat dan tidak bias yang menjadi responden dalam penelitian sebaiknya adalah auditee (pihak yang diperiksa).


(36)

Ahmad, Afridian Wirahadi. et al. (2011). “Pengaruh Kompetensi dan Independensi Pemeriksa terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan dalam Pengawasan Keuangan Daerah: Studi pada Inspektorat Kabupaten

Pasaman”. Jurnal Akuntansi dan Manajemen. 6, (2), 63-73.

Alim, M. Nizarul., Hapsari, Trisni dan Purwanti, Liliek. (2007). “Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap Kualitas Audit dengan Etika

Auditor sebagai Variabel Moderasi”. Simporsium Akuntansi Ke X. 1-26.

Al Matarneh, Ghassan. F.(2011). “Factors Determining the Internal Audit Quality

in Banks: Empirical Evidence from Jordan”. International Research

Journal of Finance and Economics. Issue 73, 99-108.

Arens, Alvin A, Randal J, dan Beasley, Mark S. (2008). Auditing dan Jasa Assurance (Pendekatan Terintegrasi) Jilid I. Jakarta : Erlangga.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Astuti, Wati Aris. (2010). “Pengaruh Independensi dan Kompetensi Auditor

Internal terhadap Kualitas Pelaksanaan Audit Internal pada BUMN di

Bandung”. Jurnal Ekono Insentif Kopwil. 4, (2), 1-10.

Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. (2011). Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I Tahun 2011. Jakarta.

. (2011). Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester II Tahun 2011. Jakarta.

Christiawan, Y.J. (2002). “Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik:

Refleksi Hasil Penelitian Empiris”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. 4,

(2), 79-92.

Guy, Dan M., Alderman, C. Wayne dan Winters, Alan J. (2002). Auditing: Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

. (2003). Auditing: Jilid 2. Jakarta: Erlangga.


(37)

Research. 10, (3), 389-397.

Iskandar. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif). Jakarta : GP Press.

Lisda, R. (2007). “Pengaruh Kompetensi dan Objektivitas Fungsi Auditor Internal terhadap Pelaksanaan Pengendalian Intern (Survei pada Hotel

Bintang Empat dan Lima Kota Bandung)”. Jurnal Trikonomika Fakultas

Ekonomi UNPAS. 7, (1), 86-96.

Mansouri, Ali., Pirayesh, Reza and Salehi, Mahdi (2009). “Audit Competence and

Audit Quality: Case in Emerging Economy”. International Journal of

Business and Management. 4, (2), 17-25.

Marvira. (2010). Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor Internal terhadap Kualitas Audit (Studi Kasus pada Unit Internal Auditor PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk). Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Pajajaran Bandung : tidak diterbitkan.

Mulyadi. (2002). Auditing (Edisi 6). Jakarta : Salemba Empat.

Priyatno, Duwi. (2012). Cara Kilat Belajar Analisis Data dengan SPSS 20. Yogyakarta : Andi.

Rosnidah, Ida. (2009). “Kualitas Audit : Refleksi Hasil Penelitian Empiris.” Jurnal Akuntansi. 13, (3), 1-16.

Rosnidah, Ida., Rawi dan Kamarudin. (2011). “Analisis Dampak Motivasi dan

Profesionalisme terhadap Kualitas Audit Aparat Inspektorat Dalam Pengawasan Keuangan Daerah (Studi Empiris pada Pemerintah Kabupaten

Cirebon).” Pekbis Jurnal. 3, (2), 456-466.

Said. (2009). Pengaruh Kompetensi, Independensi dan Skeptisme Profesional Auditor Internal terhadap Kualitas Pelaksanaan Audit Internal Instansi Pemerintah (Studi pada Instansi Pemerintah Pusat, 22 Lembaga Pemerintah Non Departemen). Tesis Fakultas Ekonomi Universitas Pajajaran Bandung : tidak diterbitkan.

Sawyer, Lawrence B. et al. (2005). Internal Auditing. Jakarta : Salemba Empat. Silalahi, Dr.Ulber, MA. (2010). Metode Penelitian Sosial. Bandung : PT Refika


(38)

Suraida, Ida. (2005). Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit dan Risiko Audit terhadap Skeptisisme Profesional Auditor dan Ketepatan Pemberian

Opini Akuntan Publik”. Sosiohumaniora. 7, (3), 186-202.

Tugiman, Hiro. (1997). Standar Profesional Audit Internal. Yogyakarta : Kanisius.

. (2000). Pengantar Audit Internal. Bandung: STT Telkom. Umar, Drs. Husein, S.E.,M.M.,MBA. (1999). Metode Penelitian Aplikasi dalam

Pemasaran. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

. (2008). Desain Penelitian Akuntansi Keperilakuan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Wiratha, I.M. (2005). Pedoman Penulisan Usulan Penelitian, Skripsi dan Tesis. Yogyakarta: ANDI.


(1)

50

Vienanty Rahmawati Muslim , 2013

a. Jika nilai Koefisien Determinasi (KD) = 0, berarti tidak ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

b. Jika nilai Koefisien Determinasi (KD) = 1, berarti variansi (naik/turunnya) variabel dependen adalah 100% dipengaruhi oleh variabel independen.

c. Jika nilai Koefisien Determinasi (KD) berada diantara 0 dan 1, berarti besarnya pengaruh variabel independen terhadap variasi variabel independen adalah sesuai dengan nilai KD itu sendiri, dan selebihnya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.

Dimana hal ini dapat dirumuskan dengan cara mengkuadratkan koefisien korelasi yang ditemukan . Jadi:


(2)

87

Vienanty Rahmawati Muslim , 2013

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompetensi, kualitas audit dan pengaruh kompetensi auditor internal terhadap kualitas audit di SPI Pusat PT POS. Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai kompetensi auditor internal di

PT POS termasuk dalam kategori tinggi, yang bermakna bahwa kompetensi auditor internal di PT POS telah memenuhi standar yang telah ditetapkan IIA. 2. Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai kualitas audit di PT POS

termasuk dalam kategori tinggi, yang bermakna kualitas audit yang diukur dari pelaksanaan audit di PT POS sudah sesuai dengan standar pelaksanaan yang ditetapkan SPAI.

3. Kompetensi auditor internal berpengaruh positif terhadap kualitas audit di SPI Pusat PT POS yang bermakna jika kompetensi bertambah maka kualitas audit pun bertambah, begitu juga sebaliknya.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka diajukan saran, antara lain:

1. Bagi Perusahaan

Untuk mempertahankan kualitas audit yang sudah tinggi maka kompetensi auditor internal harus selalu ditingkatkan dengan tetap mengikuti pelatihan-


(3)

88

Vienanty Rahmawati Muslim , 2013

pelatihan, simporsium, pendidikan berkelanjutan dan sebagainya yang dapat meningkatkan kompetensi.

2. Bagi Peneliti Lain

Untuk peneliti selanjutnya, diharapkan dapat meneliti kembali faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas audit. Selain itu, agar data yang diperoleh lebih akurat dan tidak bias yang menjadi responden dalam penelitian sebaiknya adalah auditee (pihak yang diperiksa).


(4)

Vienanty Rahmawati Muslim , 2013

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Afridian Wirahadi. et al. (2011). “Pengaruh Kompetensi dan Independensi Pemeriksa terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan dalam Pengawasan Keuangan Daerah: Studi pada Inspektorat Kabupaten

Pasaman”. Jurnal Akuntansi dan Manajemen. 6, (2), 63-73.

Alim, M. Nizarul., Hapsari, Trisni dan Purwanti, Liliek. (2007). “Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap Kualitas Audit dengan Etika

Auditor sebagai Variabel Moderasi”. Simporsium Akuntansi Ke X. 1-26. Al Matarneh, Ghassan. F.(2011). “Factors Determining the Internal Audit Quality

in Banks: Empirical Evidence from Jordan”. International Research Journal of Finance and Economics. Issue 73, 99-108.

Arens, Alvin A, Randal J, dan Beasley, Mark S. (2008). Auditing dan Jasa

Assurance (Pendekatan Terintegrasi) Jilid I. Jakarta : Erlangga.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Astuti, Wati Aris. (2010). “Pengaruh Independensi dan Kompetensi Auditor Internal terhadap Kualitas Pelaksanaan Audit Internal pada BUMN di

Bandung”. Jurnal Ekono Insentif Kopwil. 4, (2), 1-10.

Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. (2011). Ikhtisar Hasil

Pemeriksaan Semester I Tahun 2011. Jakarta.

. (2011). Ikhtisar Hasil

Pemeriksaan Semester II Tahun 2011. Jakarta.

Christiawan, Y.J. (2002). “Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik: Refleksi Hasil Penelitian Empiris”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. 4,

(2), 79-92.

Guy, Dan M., Alderman, C. Wayne dan Winters, Alan J. (2002). Auditing: Jilid

1. Jakarta: Erlangga.

. (2003). Auditing:


(5)

Vienanty Rahmawati Muslim , 2013

Hajiha, Zohreh and Rafiee, Azadeh. (2011). “The Impact of Internal Audit

Function Quality on Audit Delays”. Middle-East Journal of Scientific Research. 10, (3), 389-397.

Iskandar. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan

Kualitatif). Jakarta : GP Press.

Lisda, R. (2007). “Pengaruh Kompetensi dan Objektivitas Fungsi Auditor

Internal terhadap Pelaksanaan Pengendalian Intern (Survei pada Hotel

Bintang Empat dan Lima Kota Bandung)”. Jurnal Trikonomika Fakultas Ekonomi UNPAS. 7, (1), 86-96.

Mansouri, Ali., Pirayesh, Reza and Salehi, Mahdi (2009). “Audit Competence and

Audit Quality: Case in Emerging Economy”. International Journal of Business and Management. 4, (2), 17-25.

Marvira. (2010). Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor Internal

terhadap Kualitas Audit (Studi Kasus pada Unit Internal Auditor PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk). Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas

Pajajaran Bandung : tidak diterbitkan.

Mulyadi. (2002). Auditing (Edisi 6). Jakarta : Salemba Empat.

Priyatno, Duwi. (2012). Cara Kilat Belajar Analisis Data dengan SPSS 20. Yogyakarta : Andi.

Rosnidah, Ida. (2009). “Kualitas Audit : Refleksi Hasil Penelitian Empiris.”

Jurnal Akuntansi. 13, (3), 1-16.

Rosnidah, Ida., Rawi dan Kamarudin. (2011). “Analisis Dampak Motivasi dan Profesionalisme terhadap Kualitas Audit Aparat Inspektorat Dalam Pengawasan Keuangan Daerah (Studi Empiris pada Pemerintah Kabupaten

Cirebon).” Pekbis Jurnal. 3, (2), 456-466.

Said. (2009). Pengaruh Kompetensi, Independensi dan Skeptisme Profesional

Auditor Internal terhadap Kualitas Pelaksanaan Audit Internal Instansi Pemerintah (Studi pada Instansi Pemerintah Pusat, 22 Lembaga Pemerintah Non Departemen). Tesis Fakultas Ekonomi Universitas

Pajajaran Bandung : tidak diterbitkan.

Sawyer, Lawrence B. et al. (2005). Internal Auditing. Jakarta : Salemba Empat. Silalahi, Dr.Ulber, MA. (2010). Metode Penelitian Sosial. Bandung : PT Refika


(6)

Vienanty Rahmawati Muslim , 2013

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Administrasi. Bandung : CV Alfabeta. Suraida, Ida. (2005).Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit dan Risiko

Audit terhadap Skeptisisme Profesional Auditor dan Ketepatan Pemberian

Opini Akuntan Publik”. Sosiohumaniora. 7, (3), 186-202.

Tugiman, Hiro. (1997). Standar Profesional Audit Internal. Yogyakarta : Kanisius.

. (2000). Pengantar Audit Internal. Bandung: STT Telkom. Umar, Drs. Husein, S.E.,M.M.,MBA. (1999). Metode Penelitian Aplikasi dalam

Pemasaran. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

. (2008). Desain Penelitian Akuntansi

Keperilakuan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Wiratha, I.M. (2005). Pedoman Penulisan Usulan Penelitian, Skripsi dan Tesis. Yogyakarta: ANDI.