PENERAPAN METODE BERMAIN GOBAK SODOR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK: PenelitianTindakanKelaspadaKelompok B di PAUD Baiturrahim KecamatanSumedang Selatan KabupatenSumedang.

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR DIAGRAM ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. LatarBelakangMasalah ... 1

B. RumusanMasalah ... 7

C. TujuanUmumPenelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian... 8

E. Asumsi Penelitian... 9

F. Penjelasan Istilah ... 10

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI, DAN METODE BERMAIN GOBAK SODOR ... 11

A. Hakikat Anak Usia Dini... 11

B. Pengembangan Program PembelajaranPendidikanAnakUsiaDini...12

1. PengertianPendidikanAnakUsiaDini... 13

2. Karakteristik Program PembelajaranPendidikan AnakUsiaDini... 14

C. PerkembanganSosialAnakUsiaDini ... 15

1. PerkembanganSosio-emosional danHubunganPertemuanAnak... 15


(2)

2. PerkembanganIdentitasDiri... .. 17

3. ImplikasiBagiPengembanganLingkungan Belajar yang Kondusif... 17

D. KeterampilanSosial ... 18

1. PengertianKeterampilanSosial ... 18

2. Pentingnya Keterampilan Sosial Bagi Anak ... 19

E. MetodeBermainAnakUsiaDini ... 21

1. Pengertian Anak Usia Dini ... 21

2. Fungsi Bermain Anak Usia Dini ... 22

3. Penggolongan Kegiatan BermainAnak Usia Dini... 23

F. Permainan Gobak Sodor ... 24

BAB III METODOLOG1 PENELITIAN ... 28

A. MetodePenelitian... 28

B. DesainPenelitian ... 29

C. ProsedurPenelitian... 33

1. Perencanaan (planning) ... 33

2. PelaksanaanTindakan (action) ... 34

3. Pengamatan (observation) ... 34

4. Refleksi (reflection) ... 34

D. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 36

E. TeknikPengumpulan Data ... 37

F. Kisi-kisi Pengembangan Instrumen ... 39

G. Teknik Analisis Data ... 42

H. Validasi Data ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

A. Profil Sekolah ... 45

1. Kondisi Objektif Tempat Penelitian... 45

2. KegiatanRutin Proses Pembelajaran di PAUD Baiturrahim... 48

B. Hasil Penelitian ... 49

1. KeterampilanSosialAnakSebelumDiterapkan MetodeBermainGobakSodor... 49


(3)

2. PelaksanaanMetodeBermainGobakSodor untukMeningkatkanKeterampilanSosialAnak

di PAUD Baiturrahim ... 54

a. Siklus I... 54

1) Perencanaan... 54

2) Pelaksanaan ... 56

3) Observasi ... 57

4) Refleksi ... 59

b. Siklus II... 62

1) Perencanaan... 62

2) Pelaksanaan ... 63

3) Observasi ... 65

4) Refleksi ... 67

3. Keterampilan Sosial Anak di PAUD Baiturrahim Setelah Diterapkan Metode Bermain GobakSodor... 69

C. Pembahasan... 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 76

A. Kesimpulan ... 76

B. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 79

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 81


(4)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1Arena Bermain Gobak Sodor ... 26


(5)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel3.1 Kisi-kisiInstrumenPenerapanMetodeBermain

GobakSodoruntukMeningkatkan

KeterampilanSosialAnak ... 35

3.2. Kisi-kisiInstrumenPenerapanMetodeBermain GobakSodoruntukMeningkatkan KeterampilanSosialAnak ... 40

4.1ProfilPengeloladan Tutor PAUD Baiturrahim ... 48

4.2 Data hasilobservasiKeterampilanSosialSebelum dilaksanakanTindakan ... 53

4.3Data hasilobservasiPelaksanaanSiklus I…………...….. 61

4.4 Data hasilobservasiPelaksanaanSiklusII…………... 68


(6)

DAFTAR DIAGRAM

Halaman Diagram4.1 Persentase Perolehan Hasil Masing-masing

Aspek PenilaianSebelumdilaksanakanTindakan... 53 4.2Persentase Perolehan Hasil Masing-masing

Aspek PenilaianSiklus I... 61 4.3Persentase Perolehan Hasil Masing-masing

Aspek PenilaianSiklus II... 68 4.4Data Peningkatan Hasil Krteria Baik (B) Tiap Siklus ... 70


(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran

1. Pedoman Studi Dokumentasi ... 81

2. Hasil wawancara Sebelum Pelaksanaan Metode Bermain Gobak Sodor 82 3. Hasil wawancara Sesudah Pelaksanaan Metode Bermain Gobak Sodor 83 4. Hasil Observasi Sebelum diterapkan Metode Bermain Gobak Sodor .... 84

5. Rencana Kegiatan Harian Siklus I ... 85

6. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I ... 88

7. Hasil Observasi Keterampilan Sosial Anak Siklus I ... 89

8. Catatan Lapangan SiklusI ... 90

9. Rencana Kegiatan Harian Siklus II ... 92

10. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II ... 95

11. Hasil Observasi Keterampilan Sosial Anak Siklus II ... 96

12. Catatan Lapangan SiklusII ... 97

13. Surat Keputusan Pembimbing ... 99

14. Monitoring Bimbingan Skripsi ... 100


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) memiliki peran penting bagi perkembangan karakter anak yang bermoral/berakhlak mulia, kreatif, inovatif, dan kompetitif. Pendidikan bagi anak usia dini bukan sekedar meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang terkait dengan bidang keilmuan tetapi untuk mempersiapkan anak agar kelak mampu menguasai tantangan di masa depan.

Masa lima tahun pertama dari kehidupan anak adalah masa emas bagi perkembangan anak sesuai dengan pendapat Husein, dkk. (Somantri 2005: 2) yang mengatakan bahwa ”Anak usia PAUD berada masa lima tahun pertama yang disebut the golden years”. Maksud dari pernyataan tersebut adalah bahwa usia lima tahun pertama merupakan masa terbaik bagi anak untuk tumbuh dan berkembang.

Pada masa ini, anak merupakan masa peka dan mulai sensitif untuk menerima berbagai upaya perkembangan seluruh potensi diri. Masa peka adalah masa terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Oleh sebab itu, dibutuhkan kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal. Menurut Froebel (Sholehuddin, 2000: 33) bahwa.


(9)

Masa kanak-kanak itu merupakan suatu fase yang berharga dan dapat dibentuk dalam periode kehidupan manusia (anouble and melleable phase of human life) karena masa anak-anak adalah masa emas bagi penyelenggara pendidikan, guna pembentukan dan pengembangan pribadi selanjutnya.

Pendidikan Anak Usia Dini bertujuan membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi fisik maupun psikis yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni untuk siap memasuki pendidikan dasar.

Dalam penyelenggaraan pendidikan guna mengoptimalkan tumbuh kembang anak, pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam Pendidikan Anak Usia Dini antara lain pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak yaitu pembelajaran melalui bermain.

Berdasarkan PP Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, program pembelajaran TK, RA, dan bentuk lain yang sederajat dilaksanakan dalam konteks bermain yang dapat dikelompokkan menjadi :

1. Bermain dalam rangka pembelajaran agama dan akhlak mulia. 2. Bermain dalam rangka pembelajaran sosial dan kepribadian.

3. Bermain dalam rangka pembelajaran orientasi dan pengenalan pengetahuan dan teknologi.

4. Bermain dalam rangka pembelajaran estetika.

5. Bermain dalam rangka pembelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan. Dalam proses bermain, anak bisa diperkenalkan dengan pembendaharaan huruf, angka, kata, bahasa, komunikasi timbal balik, maupun mengenal objek-objek tertentu. Selain itu juga, melalui bermain anak dapat mengembangkan otot besar dan otot halusnya (motorik kasar dan halus), meningkatkan penalaran, memahami keberadaan lingkungan teman sebaya, membentuk daya imajinasi,


(10)

mengikuti peraturan, tata tertib, dan disiplin yang tinggi. Dengan kata lain, bermain dapat memotivasi anak untuk mengetahui secara mendalam, kesempatan bereksperimen dan anak bisa secara spontan mengembangkan bahasanya.

Selain berperan dalam mengembangkan kemampuan akademik juga harus dikembangkan kemampuan lainnya seperti mengembangkan keterampilan sosial dan emosional anak. Hal ini sejalan dengan yang diutarakan oleh Yustiana (1999) bahwa “kemampuan dasar yang harus dimiliki anak tidak terbatas pada kemampuan membaca, menulis, dan berhitung tetapi juga kemampuan intelektual, pribadi, dan sosial”.

Keterampilan sosial merupakan cara anak dalam melakukan interaksi, baik dalam hal bertingkah laku maupun dalam hal berkomunikasi dengan orang lain. kebanyakan anak merasa kesulitan dalam berinteraksi dengan teman, guru maupun dengan orang yang baru dikenalnya.

Tidak dikuasinya keterampilan sosial pada anak akan mempengaruhi proses belajar mengajar serta iklim yang ada di suatu kelas (psychological athmosphere). Banyak anak yang tidak belajar tentang sikap apa yang dapat diterima di lingkungannya. Barangkali mereka juga tidak diarahkan baik di rumah maupum di sekolah untuk dapat menguasai perilaku sosial tersebut atau tidak ada model yang dapat dijadikan contoh dalam membina kehidupan sosialnya sehingga kerap muncul permasalahan dalam bersosialisasi.

Anak yang tidak mampu bekerjasama, tidak mampu menyesuaikan diri, tidak mampu berempati, tidak mampu menaati aturan, serta tidak mampu menghargai orang lain, akan sangat mempengaruhi perkembangan anak yang


(11)

lainnya. Sebaliknya, terbinanya keterampilan sosial pada diri anak akan memunculkan penerimaan dari teman sebaya, penerimaan dari guru, dan sukses dalam belajarnya.

Rangsangan yang diberikan pada anak usia dini tentunya harus disesuaikan dengan perkembangan mereka. Tahap perkembangan ini dapat ditinjau dari berbagai sapek seperti kognitif bahasa, emosi, sosial, dan fisik. Poses penyampainnya pun harus sesuai dengan dunia anak, yaitu dengan bermain. Baik melalui permainan tradisional maupun modern.

Melalui permainan anak akan memperoleh kesempatan yang luas untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang melibatkan gerakan tubuh, mengembangkan keterampilan sosial, mampu melakukan modifikasi terhadap permainan yang ada, mengembangkan kemampuan berbahasa, menjalin kerjasama, menaati peraturan, serta melepaskan masalah yang dihadapinya.

Pada saat melakukan observasi, kenyataan seperti itu tidak terjadi dalam kegiatan permainan di Pendidikan Anak Usia Dini Baiturrahim pada kelompok B. Keterampilan sosial anak masih rendah hal ini dapat terlihat dari rendahnya kerjasama antar anak, rendahnya rasa empati dari masing-masing anak, sehingga pembelajaran dirasakan monoton dan tidak ada pemotivasian terhadap diri anak untuk belajar dan mengembangkan pribadinya. Kegiatan belajar yang dilakukan oleh guru masih menggunakan metode pembelajaran yang bersifat mendominasi dan tidak bervariatif, tidak ada kegiatan bermain seperti apa yang seharusnya dilakukan terhadap anak usia dini yaitu menyampaikan materi pembelajaran


(12)

dengan menggunakan pendekatan “bermain sambil belajar, belajar seraya bermain”.

Keterampilan sosial anak-anak kelompok B masih rendah. Dilihat dari aspek bersikap kooperatif dengan teman, menunjukan rasa empati, dan mengekspresikan emosi yang sesuai dengan kondisi yang ada. Dalam aspek kerjasama, dari jumlah anak didik kelompok B yaitu sebanyak 18 orang anak didik hanya 4 anak atau 22.22% yang mampu mengembangkan kerjasama dengan baik, 10 anak atau 55.55% kategori cukup, dan 4 anak atau 22.22% mendapat kategori kurang.Dalam aspek empati, hanya 6 anak atau 33.33% yang mampu mengembangkan empati dengan baik, 7 anak atau 53.84% kategori cukup, dan 5 anak atau 27.78% mendapat kategori kurang. Dalam aspek mengekspresikan emosi, hanya 2 anak atau 11.11% yang mampu menunjukan mengekspresikan emosi dengan baik, 8 anak atau 44.44% kategori cukup, dan 8 anak atau 44.44% mendapat kategori kurang.Mereka kebanyakan lebih mementingkan dirinya sendiri, tidak mau bekerjasama dengan teman, tidak mau membantu teman yang kesulitan, dan tidak sabar menunggu giliranya untuk bermain. Adapun hasil dari penilaiannya tertuang pada Tabel 1.1 pada halaman 6.

Berdasarkan paparan tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk meningkatkan keterampilan sosial di kelompok B PAUD Baiturrahim. Dipilihnyametode bermain Gobak Sodor didasari oleh pertimbangan pembelajaran yang harus dilakukan pada anak usia dini yang sesuai dengan PP Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, program


(13)

pembelajaran TK, RA, dan bentuk lain yang sederajat dilaksanakan dalam konteks bermain.

Permainan gobak sodor selain dapat mengembangkan keterampilan motorik anak juga dapat mengembangkan keterampilan sosial anak. Keterampilan motorik yang terdapat dalam permainan gobak sodor terdiri atas; latihan gerak kasar dan halus, meningkatkan kemampuan mengelola, mengontrol gerakan tubuh dan koordinasi, sedangkan keterampilan sosial anak dalam permainan gobak sodor terdiri atas kerja sama, empati, disiplin, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan. Dengan demikian, jika permainan ini dilaksanakan maka diharapkan dapat meningkatkan potensi fisik dan sosial anak sesuai dengan amanat dari PP No 17 tahun 2010.

Aktivitas bermain yang dilakukan oleh anak-anak telah menstimulasi munculnya beragam permainan yang diperuntukkan bagi mereka. Secara umum, permainan dapat diklasifikasikan ke dalam dua jenis yaitu permainan tradisional dan permainan modern, namun fenomena efek negatif dari dari permainan modern telah mengarahkan suatu pemikiran untuk kembali lagi ke dasar (back to basic) untuk lebih mengenalkan anak usia dini pada jenis permainan tradisional.

Permainan tradisional diyakini akan memberikan dampak yang lebih baik bagi pengembangan potensi anak karena apabila dibandingkan dengan permainan modern selain biayanya tinggi, juga rentan terhadap masalah. Anak cenderung lebih bermain sendiri sehingga sering membuat mereka tidak peduli pada lingkungan, akibatnya aspek sosial anak kurang atau tidak berkembang. Dengan memperhatikan asumsi tersebut, maka dalam penelitian ini penulis mengambil


(14)

judul “Penerapan Metode Bermain Gobak Sodor Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Anak. (Penelitian Tindakan Kelas pada Kelompok B di PAUD Baiturrahim Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka dapat diambil beberapa perumusan masalah yang menyangkut terhadap permasalahan pokok dalam penelitian, yaitu sebagai berikut:

a. Bagaimana keterampilan sosial anak sebelum diterapkan metode bermain Gobak Sodor pada Kelompok B di PAUD Baiturrahim Sumedang?

b. Bagaimana penerapan metode bermain Gobak Sodor untuk meningkatkan keterampilan sosial anak pada Kelompok B di PAUD Baiturrahim Sumedang?

c. Bagaimana peningkatan keterampilan sosial anak pada Kelompok B diPAUD Baiturrahim Sumedang setelah dilaksanakan permainan gobak sodor?

C. Tujuan Umum Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang penerapan metode bermain Gobak Sodor untuk meningkatkan keterampilan sosial anak di Pendidikan Anak Usia Dini Baiturrahim. Adapun tujuan penelitian secara khusus adalah sebagai berikut.


(15)

a. Untuk mengetahui gambaran keterampilan sosialanak sebelum diterapkan permainan gobak sodor pada Kelompok B di PAUD Biturrahim.

b. Untuk mengetahui penerapan metode bermain Gobak Sodor dalam meningkatkan keterampilan sosial anak pada Kelompok B PAUD Baiturrahim.

c. Untuk mengetahui peningkatam keterampilan sosial anak setelah diterapkan metode bermain Gobak Sodor pada Kelompok B di PAUD Baiturrahim.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dan konsep-konsep bagi pengembangan karya ilmiah, khususnya tentang kegiatan metode bermain Gobak Sodor dalam meningkatkan keterampilan sosial anak usia dini. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memperbaiki kegiatan pembelajaran yang sudah ada.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Penelitian ini diharapkandapat memberikan masukan bagi Guru Pendidikan Anak Usia Dini dalam penerapan metode bermain Gobak Sodor untuk meningkatkan keterampilan sosial anak.


(16)

b. Bagi Peneliti

Menambah wawasan/pengetahuan tentang penerapan metode bermain Gobak Sodor untuk meningkatkan keterampilan sosial anak.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut bagi peneliti selanjutnya mengenai hal yang sama secara lebih mendalam.

E. Asumsi Penelitian

1. Keterampilan sosialmerupakankemampuan individu untuk berkomunikasi efektif dengan orang lain secara verbal maupun nonverbal sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada pada saat itu.

2. Permainan merupakan kegiatan yang ditandai oleh aturan serta persyaratan-persyaratan yang disetujui bersama dan ditentukan dari luar untuk melakukan kegiatan dalam tindakan yang bertujuan.

3. Gobak Sodor adalah permainan yang memerlukan kekompakan sebuah kelompok . Permainan ini terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok penjaga dan kelompok yang harus bisa meloloskan diri dari penjagaan. Permainan ini hanya berbentuk kotak bujur sangkar. Kelompok penjaga berdiri digaris yang sudah ditentukan sedangkan lawan harus bisa masuk ke kotak tersebut dengan syarat tanpa tersentuh oleh penjaganya. Permainan ini juga tidak memerlukan biaya hanya lahan yang luas.


(17)

F. Penjelasan Istilah

Berikut adalah penjelasan istilah mengenai hal-hal yang berhubungan dengan variabel penelitian.

1. Keterampilan sosial anak usia dini dalam penelitian ini terdiri dari: a. Bersikap kooperatif dengan teman Empati

b. Menunjukan rasa empati

c. Mengekspresikan emosi yang sesuai dengan kondisi yang ada

2. Metode bermain Gobak Sodor yaitu permainan yang memerlukan kekompoakkan sebuah kelompok permainan. Dalam pelaksanaannya pada pembelajaran, permainan ini terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok penjaga dan kelompok yang harus bisa meloloskan diri dari kelompok penjagaan. Masing-masing kelompok akan saling bekerjasama, saling berempati, dan berdisiplin dalam permainan.Dengan menggunakan permainan Gobak Sodor dapat melatih kemampuan anak membaca gerak tubuh, menggerakkan tubuh, melatih ketangkasan dan kelincahan anak dalam permainan, meningkatkan kemampuan komunikasi, dan kemampuan menyusun strategi yang baik, melepaskan emosi anak dan melatih anak berkelompok.Selain itu, anak akan terlihat aktif dalam pembelajaran pengembangan keterampilan sosial yang berkaitan dengan fisik motorik dan mempunyai minat serta motivasi untuk melakukan permainan tersebut dengan hati yang menyenangkan.


(18)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Dasar pertimbangan penulis menggunakan metode tersebut seperti dikatakan oleh Moleong (2004:5) bahwa metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda, menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden, dan lebih peka dan dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasi individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu kebutuhan.

Lebih lanjut Moleong (2004:6) menyatakan bahwa „data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Hal ini disebabkan adanya penerapan metode kualitatif‟.

Peranan metode penelitian ini sangat penting untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk kegiatan penelitian serta memberikan petunjuk bagaimana penelitian tersebut dilaksanakan. Tanpa adanya metode penelitian yang jelas, maka data dan hasil penelitian akan terlihat samar atau bahkan melenceng dari hasil yang diharapkan sebelumnya.


(19)

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Wardhani (2007:14) mengatakan bahwa “Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi lebih meningkat”.

Selain itu sesuai dengan karakteristik PTK menurut Wardhani (2007:15) bahwa.

1. Adanya masalah PTK dipicu oleh munculnya kesadaran pada diri guru bahwa praktik yang dilakukannya selama ini di kelas mempunyai masalah yang perlu diselesaikan. Dengan kata lain, guru merasa bahwa ada sesuatu yang perlu diperbaiki dalam praktik pembelajaran yang dilakukannya selama ini, dan perbaikan tersebut diprakarsai dari dalam guru sendiri (an inquiry of practice from within), bukan oleh orang dari luar.

2. Penelitian melalui refleksi diri (Self-reflective inquiry), merupakan ciri PTK yang paling esensial. Berbeda dengan penelitian biasa yang mengupmulkan data dari lapangan atau objek atau tempat lain sebagai responden, maka PTK mempersyaratkan guru mengumpulkan data dari praktiknya sendiri melalui refleksi diri.

3. Penelitian tindakan kelas dilakukan di dalam kelas, sehingga fokus penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran berupa perilaku guru dan siswa dalam melakukan interaksi.

4. Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran. Perbaikan dilakukan secara bertahap dan terus menerus, selama kegiatan penelitian dilakukan. Oleh karena itu dalam PTK dikenal adanya siklus pelaksanaan berupa pola : perencanaan-pelaksanaan-observasi-refleksi-revisi (perencanaan ulang). Ini tentu berbeda dengan penelitian biasa, yang biasanya tidak disertai dengan perlakuan yang berupa siklus. Ciri ini erupakan ciri khas penelitian tindakan, yaitu adanya tindakan yang berulang-ulang sampai didapat pada hasil yang terbaik.

Menurut Arikunto (2009: 72) di dalam pelaksanaan PTK terdapat tiga hal penting yang perlu diperhatikan, yakni sebagai berikut :


(20)

1. PTK merupakan penelitian yang mengikutsertakan secara aktif peran guru dan siswa dalam berbagai tindakan.

2. Kegiatan refleksi (perenungan, pemikiran dan evaluasi) dilakukan berdasarkan pertimbangan rasional (menggunakan konsep teori) yang mantap dan valid guna melakukan perbaikan tindakan dalam upaya memecahkan masalah yang terjadi.

3. Tindakan perbaikan terhadap situasi dan kondisi pembelajaran dilakukan dengan segera dan dilakukan secara praktis (dapat dilakukan dalam praktik pembelajaran).

PTK yang merupakan kegiatan kolaborasi antara peneliti, praktisi (para guru atau pendidik yang lain) yang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. apabila guru melakukan PTK untuk kelasnya sendiri maka ia bertindak selaku peneliti yang sekaligus praktisi. Meskipun guru bertindak sebagai peneliti yang sekaligus pengamat namun diharapkan dapat melakukan pengamatan terhadap diri secara objektif agar kelemahan yang terjadi dapat terlihat dengan wajar, jangan ditutup-tutupi.

Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan model Spiral, sebagaimana dikemukakan oleh Kemmis dan Taggart (Wiriaatmadja, 2005:66)

Model spiral yaitu model yang dilakukan secara berulang-ulang dan berkelanjutan (siklus spiral). Artinya semakin lama diharapkan terjadi perubahan ke arah peningkatan dan pencapaian hasilnya. Model siklus mengikuti tahap perencanaan, pelaksanaan/tindakan, observasi dan refleksi.

Bentuk dari model ini digambarkan dalam alur-alur tahap penelitian, namun demikian tetap berada dalam pembagian siklus yang bergerak dalam spiral seperti pada Gambar 3.1 halaman 31.


(21)

Gambar 3.1

Model Spiral Kemmis dan Mc Taggart (Wiriaatmadja, 2005: 66)

Gambar model spiral Kemmis dan Mc. Taggart pada halaman 4 menunjukkan bahwa pertama, sebelum peneliti melaksanakan tindakan, terlebih dahulu harus direncanakan secara seksama jenis tindakan yang akan dilakukan. Kedua, setelah rencana disusun secara matang, barulah tindakan itu dilakukan. Ketiga, bersamaan dengan dilaksanakannya tindakan, peneliti mengamati proses pelaksanaan itu sendiri dan akibat yang ditimbulkannya. Keempat, peneliti kemudian melakukan refleksi atas tindakan yang telah dilakukan. Jika hasil refleksi menunjukkan perlunya dilakukan perbaikan, maka rencana tindakan perlu disempurnakan lagi bukan sekedar mengulang dari apa yang telah diperbuat sebelumnya. Demikian seterusnya sampai masalah yang diteliti dapat dipecahkan secara optimal.


(22)

Langkah-langkah Pelaksanaan Tindakan Kelas, seperti yang dirangkum dalam Kasbolah (1998: 71-72), antara lain terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, onservasi, dan refleksi.

Rencana Tindakan disusun berdasarkan masalah yang hendak dipecahkan dan hipotesis tindakan yang diajukan. Secara operasional dapat dinyatakan bahwa rencana tindakan perlu disusun untuk menguji secara empirik dari ketepatan hipotesis tindakan yang diajukan. Ini berarti, suatu tindakan harus dilakukan agar terjadi perubahan ke arah yang diharapkan.

Pelaksanaan Tindakan hendaknya selalu didasarkan atas pertimbangan teoritik dan empirik agar hasil yang diperoleh, berupa peningkatan kinerja dan hasil program, adalah optimal. Selain itu, tindakan dilaksanakan sejalan dengan perkembangan pelaksanaan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar di kelas. Artinya, segala aktivitas Penelitian Tindakan Kelas tidak boleh mengganggu kegiatan pembelajaran.

Kegiatan Observasi atau pengamatan dalam Penelitian Tindakan Kelas dapat disejajarkan kedudukannya dengan kegiatan pengumpulan data dalam penelitian formal. Data atau informasi yang dikumpulkan adalah data tentang proses berupa perubahan kinerja pembelajaran, walaupun data tentang hasil kegiatan pembelajaran yang diperlukan.

Refleksi merupakan kegiatan analisis sintesis interpretasi, dan eksplanasi (penjelasan) terhadap semua informasi yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan. Setiap informasi yang didapatkan hendaknya dikaji dan dipahami bersama (peneliti dan praktisi). Informasi yang terkumpul perlu diurai, dicari kaitan antara


(23)

yang satu dengan yang lainnya, dibandingkan dengan pengalaman sebelumnya, dikaitkan dengan teori tertentu dan/atau hasil penelitian yang relevan.

Siklus ini akan dilaksanakan secara kontinyu sampai peneliti menemukan solusi yang bisa mengubah pembelajaran ke arah yang lebih baik sehingga permasalahan yang terjadi dapat diperbaiki dan terselesaikan secara optimal. Selain itu, dengan siklus seperti ini peneliti juga akan memperoleh alternatif jalan keluar untuk menentukan rencana tindakan yang akan dilaksanakan pada tindakan berikutnya.

C. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian tindakan kelas terbagi ke dalam empat tahapan tindakan, yaitu tahap perencanaan (planing), tahap Pelaksanaan (acting), tahap pengamatan (observing), serta tahap refleksi (reflecting).Untuk lebih jelas siklus tindakan yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tahap Perencanaan (Planing)

Kegiatan di awali dengan pendahuluan yang dilakukan dengan cara mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan kegiatan keterampilan sosial dengan menggunakan permainan gobak sodor. Pada tahap perencanaan ini ada beberapa hal yang dilakukan oleh peneliti dan guru, yaitu peneliti berkolaborasi dengan guru untuk menyusun tindakan yang akan dilakukan, mempersiapkan skenario pembelajaran, membuat rencana kegiatan pembelajaran, membuat seting lapangan dan mempersiapkan format observasi dan evaluasi berupa format panilaian proses untuk akhir siklus.


(24)

2. Tahap Pelaksanaan (Action)

Tahap pelaksanaan, peneliti berperan sebagai observer berkolaborasi dengan guru sebagai praktisi. Guru sebagai praktisi dalam pelaksanaan tindakan bertugas melaksanakan rencana tindakan kelas dalam pembelajaran keterampilan sosial dengan menggunakan media gobak sodor.

3. Tahap Pengamatan (Observation)

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengamatan terhadap keberlangsungan pembelajaran. Pemantauan dilakukan secara menyeluruh terhadap pelaksanaan tindakan ini dengan menggunakan instrumen pengumpul data yang telah ditetapkan, sehingga diperoleh seperangkat data tentang pelaksanaan tindakan, kendala-kendala yang dihadapi, serta kesempatan dan peluang yang ada berkaitan dengan upaya meningkatkan keterampilan sosial anak dengan menerapkan metode permainan gobak sodor.

4. Tahap Refleksi (Reflection)

Tahap ini merupakan bagian yang sangat penting untuk dilaksanakan, karena hasil analisis data dari lapangan pada hari ini dapat memberikan arah bagi perbaikan pada siklus selanjutnya, seandainya fokus pengalaman belum berhasil.

Rangkaian kegiatan penelitian di atas dilaksanakan sampai perencanaan pembelajaran berhasil secara maksimal atau terjadi perubahan yang signifikan dalam pembelajaran meningkatkan keterampilan sosial anak dengan menerapkan permainan gobak sodor.


(25)

Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen Penerapan Metode Bermain Gobak Sodor untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Anak

Siklus Indikator Deskriptor Kegiatan

I Bersikap kooperatif dengan teman 1. Dapat melaksanakan tugas kelompok 2. Dapat bekerjasama dengan teman 3. Mau bermain

dengan teman

a. Anak dapat melaksanakan tugas sesuai dengan

gilirannya, misal giliran jaga atau giliran main.

b. Anak dapat bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk melaksanakan

perannya dalam permainan. c. Anak mau bermain dengan

siapa saja tanpa membeda-bedakan teman.

Menunjukan rasa empati

1. Menghibur teman yang sedih

2. Suka menolong 3. Mau memberi

dan meminta maaf

a. Anak mampu menghibur temannya yang sedih, misal karena kalah dalam

permainan, atau terjatuh. b. Anak suka atau mau

menolong teman baik teman kelompoknya maupun yang bukan kelompoknya yang mengalami kesulitan dalam permainan, atau mengalami musibah.

c. Anak mau meminta maaf atas kesalahannya atau memberi maaf atas kesalahan orang lain. Mengekspres ikan emosi yang sesuai dengan kondisi yang ada

1. Sabar menunggu giliran

2. Senang ketika mendapatkan sesuatu

3. Antusias ketika melakukan

kegiatan

a. Anak sabar menunggu giliranya untuk bermain b. Anak menunjukan sikap

senang atas keberhasilannya dalam permainan

c. Anak antusias ketika melakukan perannya dalam permainan, baik sebagai regu jaga atau sebagai regu main.


(26)

II Bersikap kooperatif dengan teman 1. Dapat melaksanakan tugas kelompok 2. Dapat bekerjasama dengan teman 3. Mau bermain

dengan teman

a. Anak dapat melaksanakan tugas sesuai dengan

gilirannya, misal giliran jaga atau giliran main.

b. Anak dapat bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk melaksanakan

perannya dalam permainan. c. Anak mau bermain dengan

siapa saja tanpa membeda-bedakan teman.

Menunjukan rasa empati

1. Menghibur teman yang sedih

2. Suka menolong 3. Mau memberi

dan meminta maaf

a. Anak mampu menghibur temannya yang sedih, misal karena kalah dalam

permainan, atau terjatuh. b. Anak suka atau mau

menolong teman baik teman kelompoknya maupun yang bukan kelompoknya yang mengalami kesulitan dalam permainan, atau mengalami musibah.

c. Anak mau meminta maaf atas kesalahannya atau memberi maaf atas kesalahan orang lain. Mengekspres ikan emosi yang sesuai dengan kondisi yang ada

1. Sabar menunggu giliran

2. Senang ketika mendapatkan sesuatu

3. Antusias ketika melakukan

kegiatan

a. Anak sabar menunggu giliranya untuk bermain b. Anak menunjukan sikap

senang atas keberhasilannya dalam permainan

c. Anak antusias ketika melakukan perannya dalam permainan, baik sebagai regu jaga atau sebagai regu main.

D. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi/tempat penelitian adalah PAUD Baiturrahim, Dusun Nalegong Desa Kota Kulon Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang. Dengan jumlah keseluruhan anak tiga puluh empat orang, dibagi menjadi dua kelas berdasarkan kelompok usia. Anak usia 4-5 tahun ditempatkan di kelompok


(27)

Aberjumlah enam belas orang, sedangkan anak usia 5-6 tahun ditempatkan di kelompok B berjumlah 18 orang.

Subjek penelitian dilaksanakan di kelompok B yaitu pada anak usia 5-6 tahun. Jumlah keseluruhan anak sebanyak 18 orang, terdiri dari 11 orang anak perempuan dan tujuh orang anak laki-laki. Waktu penelitian adalah ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung dilaksanakan di PAUD Baiturrahim Kecamatan Sumedang Selatan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Moleong (2005:240) “Teknik pengumpulan data yang pertama-tama digunakan pada umumnya ialah wawancara, kemudian pengamatan, pengumpulan dokumen, dan semacamnya". Untuk memperoleh dan mengumpulkan data dalam penelitian ini, digunakan berbagai teknik pengumpulan data penelitian yang relevan dengan teknik tersebut. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan, yaitu:

1. Observasi

Kasbolah (1998: 91) mengemukakan bahwa:

Observasi adalah semua kegiatan yang ditunjukkan untuk mengenali, merekam, dan mendokumentasi setiap indikator dari proses dan hasil yang dicapai (perubahan yang terjadi) baik yang ditimbulkan oleh tindakan terencana maupun akibat sampingannya.

Observasi atau yang disebut dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap obyek dengan menggunakan seluruh alat indra. Jadi mengobservasi adalah pengamatan langsung melalui penglihatan, penciuman,


(28)

pendengaran, peraba dan pengecap(http://rakim-ypk.blogspot.com/2008/06/penyusunan-instrumen.html).

Observasi ini dilakukan untuk mengetahui kinerja guru dan aktivitas anak didik dalam proses pembelajaran meningkatkan keterampilan sosial dalam permainan gobak sodor yang dijadikan tolok ukur keberhasilan pembelajaran.Aspek yang diobservasi saat permainan berlangsung berupa kerjasama, empati, dan disiplin.

2. Wawancara

Menurut Arikunto (2002:30) „wawancara adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk mendapat jawaban dari responden dengan jalan tanya jawab sepihak‟.Wawancara ini dilakukan kepada guru sebagai praktisi setelah kegiatan pembelajaran selesai, karena dalam penelitin ini penulis bertindak sebagai peneliti yang mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran keterampilan sosial dengan penerapan metode permainan gobak sodor. Materi wawancara yang diberikan kepada guru berkaitan dengan tanggapan guru selama proses pembelajaran berlangsung.

3. Catatan Lapangan

Menurut Moleong (2004:153) “catatan lapangan merupakan catatantertulis mengenai apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif”.

Catatan lapangan (catatan anekdot) ini dilakukan untuk menuliskan segala kinerja guru dan aktivitas anak didik selama proses pembelajaran berlangsung


(29)

dalam pembelajaran keterampilan sosial dengan penerapan metode permainan gobak sodor berlangsung.

F. Kisi-kisi Pengembangan Instrumen

Menurut Arikunto (2000:134), instrumen pengumpulan data adalah “alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya”.Dari pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan informasi kuantitatif tentang variabel yang sedang diteliti.

Untuk mengembangkan instrumen penilaian pada penelitian Penerapan Metode Bermain Gobak Sodor untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Anak perlu dibuat kisi-kisi instrumen, seperti pada Tabel 3.1 pada halaman 43 berikut.


(30)

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Penerapan Metode Bermain Gobak Sodor untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Anak

Variabel

Capaian Perkembangan

Indikator Penilaian

Teknik Pengumpulan Data Sumber Data Keterampilan Sosial Bersikap kooperatif dengan teman

1. Dapat melaksanakan tugas kelompok

2. Dapat bekerjasama dengan teman

3. Mau bermain dengan teman

a. Anak dapat melaksanakan tugas sesuai dengan

gilirannya, misal giliran jaga atau giliran main.

b. Anak dapat bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk melaksanakan

perannya dalam permainan. c. Anak mau bermain dengan

siapa saja tanpa membeda-bedakan teman.

Observasi Anak

Menunjukan rasa empati

1. Menghibur teman yang sedih

2. Suka menolong

a. Anak mampu menghibur temannya yang sedih, misal karena kalah dalam permainan, atau terjatuh.


(31)

maaf b. Anak suka atau mau menolong teman baik teman kelompoknya maupun yang bukan kelompoknya yang mengalami kesulitan dalam permainan, atau mengalami musibah.

c. Anak mau meminta maaf atas kesalahannya atau memberi maaf atas kesalahan orang lain.

Mengekspresikan emosi yang sesuai dengan kondisi yang ada

1. Sabar menunggu giliran 2. Senang ketika mendapatkan

sesuatu

3. Antusias ketika melakukan kegiatan

a. Anak sabar menunggu giliranya untuk bermain b. Anak menunjukan sikap

senang atas keberhasilannya dalam permainan

c. Anak antusias ketika melakukan perannya dalam permainan, baik sebagai regu jaga atau sebagai regu main.


(32)

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif. Data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan studi dokumentasi dianalisis ke dalam bentuk deskriptif. Tahapan analisis data pada penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu:

1. Reduksi Data

Pada tahap ini data diseleksi, difokuskan dan diorganisasikan dengan tujuan hipotesis penelitian. Reduksi data dimulai dari pembuatan rangkuman dari setiap data dengan tujuan agar mudah dipahami. Keseluruhan rangkuman data yang berupa hasil observasi, wawancara, catatan lapangan mengenai upaya meningkatkan keterampilan sosial anak dengan menerapkan permaianan gobak sodor dikelompokkan berdasarkan permasalahan yang diteliti.

2. Mendeskripsikan Data

Data yang sudah terorganisasi dideskripsikan menjadi bermakna. Mendeskripsikan data dapat dilakukan dalam bentuk narasi, grafik, maupun tabel. Pada penelitian keterampilan sosial anak dengan menerapkan permainan gobak sodor ini data yang telah direduksi disajikan dalam bentuk deskripsi yang menyeluruh pada setiap aspek peningkatan kemampuan anak. 3. Membuat Kesimpulan

Tahap terakhir ini merupakan penyimpulan dalam bentuk pernyataan atau formula singkat berdasarkan paparan atau deskripsi yang telah dibuat. Data yang telah terkumpul dari ketermpilan sosial dengan menerapkan metode permainan gobak sodordiinterpretasikan berdasarkan teori pembelajaran keterampilan sosial anak yang disesuaikan dengan temuan di lapangan. Hasil


(33)

dari interpretasi disajikan sebagai acuan untuk melaksanakan siklus berikutnya.

H. Validasi Data

Adapun teknik validasi yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Member Check

Melalui member check ini peneliti mengemukakan hasil temuan sementara untuk memperoleh tanggapan, sanggahan atau informasi, baik dari guru maupun siswa yang dijadikan sumber data dalam penelitian. Dalam hal ini peneliti meminta tanggapan atas temuannya kepada guru yang mengajar di PAUD Baiturrahim.

2. Triangulasi

Melalui teknik ini penulis melakukan pengecekan terhadap validasi data yang diperoleh dengan cara mengkonfirmasikan data atau informasi dengan memanfaatkan sumber data, metode pengumpulan data, dan teori lain yang menunjang.

Triangulasi ini dilakukan untuk memeriksa kebenaran data dengan menggunakan sumber lain, yakni membandingkan kebenaran data yang diperoleh peneliti dengan data yang diperoleh dari sumber yang lain yaitu guru dan anak Dalam hal ini guru PAUD Baiturrahim yang menjadi observer dan anak kelompok B yang menjadi subjek penelitian.


(34)

3. Audit Trail

Hal ini dilakukan dengan cara mendiskusikan kebenaran data beserta prosedur pengumpulannya dengan guru yang mengajar di Kelompok B PAUD Baiturrahim, dan guru-guru lain yang ada di PAUD Baiturrahim.


(35)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Secara umum kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan permainan gobak sodor memiliki pengaruh terhadap peningkatan keterampilan sosial anak dibandingkan penerapan pembelajaran konvensional. Adapun kesimpulan secara khusus adalah sebagai berikut:

1. Profil awal keterampilan sosial anak pada setiap aspek penilaian yang terdiri dari Bersikap kooperatif dengan teman, Menunjukan rasa empati, dan Mengekspresikan emosi yang sesuai dengan kondisi yang ada dirasa sangat kurang dengan persentase pencapaian lebih didominasi pada kriteria kurang (K) dan cukup (C), yaitusebanyak 18 orang anakdidikhanya 4 anakatau 22.22% yang mampumengembangkankerjasamadenganbaik, 10 anak atau 55.55% kategori cukup, dan 4 anak atau 22.22% mendapat kategori kurang.Dalam aspek empati, hanya6anakatau33.33% yang mampumengembangkanempatidenganbaik, 7 anak atau 53.84% kategori cukup, dan 5 anak atau 27.78% mendapat kategori kurang. Dalam aspek mengekspresikan emosi, hanya2anakatau11.11% yang mampumenunjukan mengekspresikan emosidenganbaik, 8 anak atau 44.44% kategori cukup, dan 8 anak atau 44.44% mendapat kategori kurang.


(36)

2. Pelaksanaan pembelajaran dengan metode bermain gobak sodor dilaksanakan dalam dua siklus, sedangkan dalam setiap siklus permainan gobak sodor dilaksanakan dua kali permainan. Pelaksanaan metode bermain gobak sodor di arahkan untuk meningkatkan aspek sosial anak yang terdiri dari indikator-indikator yang terdiri dari; dapat melaksanakan tugas kelompok, dapat bekerjasama dengan teman, mau bermain dengan teman, menghibur teman yang sedih, suka menolong, mau memberi dan meminta maaf, sabar menunggu giliran, senang ketika mendapatkan sesuatu, antusias ketika melakukan kegiatan.

3. Penerapan permainan gobak sodor menunjukkan peningkatan kualitas proses maupun hasil pembelajaran, hal ini dapat dilihat dari kenaikan dari masing-masing indikator penilaian. Untuk indikator bersikap kooperatif dengan teman, sebelum dilaksanakannya tindakan jumlah anak yang mendapatkan kriteria baik (B) hanya mencapai22.22%.Pada siklus I jumlah tersebut meningkat menjadi 61.11%, dan pada siklus II meningkat kembali menjadi 88.88%. Untuk indikator menunjukan rasa empati, sebelum dilaksanakan tindakan jumlah anak yang mendapat kriteria baik (B) sebanyak 33.33%. Jumlah tersebut mengalami peningkatan pada siklus I menjadi 44.44%, dan pada siklus II menjadi 83.33%. Untuk indikator mengekspresikan emosi yang sesuai dengan kondisi yang ada, pada data sebelum dilaksanakan tindakan persentase anak yang mendapat kriteria baik sebesar11.11%. Pada siklus I persentase tersebut meningkat menjadi 50%, dan pada siklus II kembali mengalami peningkatan menjadi 77.77%.


(37)

B. Rekomendasi

Sehubungan dengan upaya meningkatkan keterampilan sosial anak melalui penerapan metode gobak sodor, ada beberapa rekomendasi yang dapat peneliti sampaikan, diantaranya.

1. Bagi Tutor PAUD

a. Menjadikan permainan khususnya permainan tradisional sebagai salah satu alternatif dalam upaya meningkatkan keterampilan sosial anak. b. Tutor hendaknya lebih memperkaya khasanah pembendaharaan

permainan tradisional, metode, dan media pembelajaran lainnya dalam rangka meningkatkan efektipitas pembelajaran yang dilaksanakannya. 2. Bagi Lembaga PAUD

a. Memeberikan kesempatan kepada tutor untuk senantiasa mengembangkan diri sehubungan dengan metode yang diterapkan dalam pembelajaran. b. Memfasilitasi kebutuhan tutor sehubungan dengan upaya penerapan dan

pengembangan permainan tradisional.

c. Menjalin kerjasama dengan orang tua anak sehingga perkembangan sosial anak dapat lebih terkontrol dengan baik.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan adanya penelitian lain yang berhubungan dengan permasalahan keterampilan sosial anak dengan menerapkan metode yang berbeda, sehingga pada akhirnya dapat menambah rujukan dalam upaya optimalisasi perbaikan permasalahan keterampilan sosial anak.


(38)

DAFTAR PUSTAKA

Afiati, E. (2006). Program Pengembangan Keterampilan Sosial Anak Usia Taman Kanak-kanak. Tesis UPI Bandung. Tidak diterbitkan

Depdiknas.(2010). PedomanPengembangan Program Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depdiknas.

Kasbolah, K. (1998). Penelitian Tindakan Kelas.Malang: Depdiknas

Kurniati, E. (2006). Program Bimbingan Untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Anak Melalui Permainan Tradisional. Tesis UPI Bandung. Tidak diterbitkan

Nugraha, A. dan Rachmawati, Y. (2008). Meteode Pengembangan Sosial Emosonal. Jakarta: Universitas Terbuka.

Rakim “Penyusunan Instrumen”, 09 Juni 2008,_

http://rakim-ypk.blogspot.com/2008/06/penyusunan-instrumen.html), (15 September 2012)

Sofia, H. (2005). Perkembangan Belajar pada Anak Usia Dini. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas

Suharsimi, A. (2009). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Ismail Andang. (2006). Menjadi Cerdas dan Ceria dengan Permainan Edukatif. Yogyakarta: Pilar Media.

Moeslichatoen.R (2004).MetodePengajaran di Taman Kanak-Kanak.Jakarta: RinekaCipta.

Moleong. J. Lexy. Dr. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.


(39)

Pebriyanti “Gobak Sodor”, 21 Januari 2011,_http://www.slideshare.net/pebriyanti/gobak-sodor, (15 September 2012)

Semiawan, C. R. (2002). BelajardanPembelajarandalamTarafUsiaDini. Jakarta: PT IkrarMandiriAbadi.

Solehuddin, M. (2000). Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan FIP IKIP Bandung.

Somantri. (2005). Model PengembanganMotorikAnakUsiaDini. Jakarta: Depdiknas.

Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta. Wardhani, IGK.,dkk. (2007). PenelitianTindakanKelas. Jakarta: BumiAksara. Wasis, A. (1983). PermainanAnak-anak di Indonesia. Jakarta: KurniaEsa.

Wiriaatmaja, R. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Rosdakarya Yustiana, Y. R. (1999). Pengalaman Belajar Awal Yang Bermakna Bagi Anak


(1)

3. Audit Trail

Hal ini dilakukan dengan cara mendiskusikan kebenaran data beserta prosedur pengumpulannya dengan guru yang mengajar di Kelompok B PAUD Baiturrahim, dan guru-guru lain yang ada di PAUD Baiturrahim.


(2)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Secara umum kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan permainan gobak sodor memiliki pengaruh terhadap peningkatan keterampilan sosial anak dibandingkan penerapan pembelajaran konvensional. Adapun kesimpulan secara khusus adalah sebagai berikut:

1. Profil awal keterampilan sosial anak pada setiap aspek penilaian yang terdiri dari Bersikap kooperatif dengan teman, Menunjukan rasa empati, dan Mengekspresikan emosi yang sesuai dengan kondisi yang ada dirasa sangat kurang dengan persentase pencapaian lebih didominasi pada kriteria kurang (K) dan cukup (C), yaitusebanyak 18 orang anakdidikhanya 4 anakatau 22.22% yang mampumengembangkankerjasamadenganbaik, 10 anak atau 55.55% kategori cukup, dan 4 anak atau 22.22% mendapat kategori kurang.Dalam aspek empati, hanya6anakatau33.33% yang mampumengembangkanempatidenganbaik, 7 anak atau 53.84% kategori cukup, dan 5 anak atau 27.78% mendapat kategori kurang. Dalam aspek mengekspresikan emosi, hanya2anakatau11.11% yang mampumenunjukan mengekspresikan emosidenganbaik, 8 anak atau 44.44% kategori cukup, dan 8 anak atau 44.44% mendapat kategori kurang.


(3)

2. Pelaksanaan pembelajaran dengan metode bermain gobak sodor dilaksanakan dalam dua siklus, sedangkan dalam setiap siklus permainan gobak sodor dilaksanakan dua kali permainan. Pelaksanaan metode bermain gobak sodor di arahkan untuk meningkatkan aspek sosial anak yang terdiri dari indikator-indikator yang terdiri dari; dapat melaksanakan tugas kelompok, dapat bekerjasama dengan teman, mau bermain dengan teman, menghibur teman yang sedih, suka menolong, mau memberi dan meminta maaf, sabar menunggu giliran, senang ketika mendapatkan sesuatu, antusias ketika melakukan kegiatan.

3. Penerapan permainan gobak sodor menunjukkan peningkatan kualitas proses maupun hasil pembelajaran, hal ini dapat dilihat dari kenaikan dari masing-masing indikator penilaian. Untuk indikator bersikap kooperatif dengan teman, sebelum dilaksanakannya tindakan jumlah anak yang mendapatkan kriteria baik (B) hanya mencapai22.22%.Pada siklus I jumlah tersebut meningkat menjadi 61.11%, dan pada siklus II meningkat kembali menjadi 88.88%. Untuk indikator menunjukan rasa empati, sebelum dilaksanakan tindakan jumlah anak yang mendapat kriteria baik (B) sebanyak 33.33%. Jumlah tersebut mengalami peningkatan pada siklus I menjadi 44.44%, dan pada siklus II menjadi 83.33%. Untuk indikator mengekspresikan emosi yang sesuai dengan kondisi yang ada, pada data sebelum dilaksanakan tindakan persentase anak yang mendapat kriteria baik sebesar11.11%. Pada siklus I persentase tersebut meningkat menjadi 50%, dan pada siklus II kembali mengalami peningkatan menjadi 77.77%.


(4)

B. Rekomendasi

Sehubungan dengan upaya meningkatkan keterampilan sosial anak melalui penerapan metode gobak sodor, ada beberapa rekomendasi yang dapat peneliti sampaikan, diantaranya.

1. Bagi Tutor PAUD

a. Menjadikan permainan khususnya permainan tradisional sebagai salah satu alternatif dalam upaya meningkatkan keterampilan sosial anak. b. Tutor hendaknya lebih memperkaya khasanah pembendaharaan

permainan tradisional, metode, dan media pembelajaran lainnya dalam rangka meningkatkan efektipitas pembelajaran yang dilaksanakannya. 2. Bagi Lembaga PAUD

a. Memeberikan kesempatan kepada tutor untuk senantiasa mengembangkan diri sehubungan dengan metode yang diterapkan dalam pembelajaran. b. Memfasilitasi kebutuhan tutor sehubungan dengan upaya penerapan dan

pengembangan permainan tradisional.

c. Menjalin kerjasama dengan orang tua anak sehingga perkembangan sosial anak dapat lebih terkontrol dengan baik.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan adanya penelitian lain yang berhubungan dengan permasalahan keterampilan sosial anak dengan menerapkan metode yang berbeda, sehingga pada akhirnya dapat menambah rujukan dalam upaya optimalisasi perbaikan permasalahan keterampilan sosial anak.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Afiati, E. (2006). Program Pengembangan Keterampilan Sosial Anak Usia Taman Kanak-kanak. Tesis UPI Bandung. Tidak diterbitkan

Depdiknas.(2010). PedomanPengembangan Program Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depdiknas.

Kasbolah, K. (1998). Penelitian Tindakan Kelas.Malang: Depdiknas

Kurniati, E. (2006). Program Bimbingan Untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Anak Melalui Permainan Tradisional. Tesis UPI Bandung. Tidak diterbitkan

Nugraha, A. dan Rachmawati, Y. (2008). Meteode Pengembangan Sosial Emosonal. Jakarta: Universitas Terbuka.

Rakim “Penyusunan Instrumen”, 09 Juni 2008,_

http://rakim-ypk.blogspot.com/2008/06/penyusunan-instrumen.html), (15 September 2012)

Sofia, H. (2005). Perkembangan Belajar pada Anak Usia Dini. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas

Suharsimi, A. (2009). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Ismail Andang. (2006). Menjadi Cerdas dan Ceria dengan Permainan Edukatif. Yogyakarta: Pilar Media.

Moeslichatoen.R (2004).MetodePengajaran di Taman Kanak-Kanak.Jakarta: RinekaCipta.

Moleong. J. Lexy. Dr. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.


(6)

Pebriyanti “Gobak Sodor”, 21 Januari 2011,_http://www.slideshare.net/pebriyanti/gobak-sodor, (15 September 2012)

Semiawan, C. R. (2002). BelajardanPembelajarandalamTarafUsiaDini. Jakarta: PT IkrarMandiriAbadi.

Solehuddin, M. (2000). Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan FIP IKIP Bandung.

Somantri. (2005). Model PengembanganMotorikAnakUsiaDini. Jakarta: Depdiknas.

Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta. Wardhani, IGK.,dkk. (2007). PenelitianTindakanKelas. Jakarta: BumiAksara. Wasis, A. (1983). PermainanAnak-anak di Indonesia. Jakarta: KurniaEsa.

Wiriaatmaja, R. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Rosdakarya Yustiana, Y. R. (1999). Pengalaman Belajar Awal Yang Bermakna Bagi Anak


Dokumen yang terkait

MENINGKATKAN KERJASAMA ANAK MELALUI PEMAINAN TRADISIONAL GOBAK SODOR DI KELOMPOK B TK PERTIWI 3 Meningkatkan Kerjasama Anak Melalui Pemainan Tradisional Gobak Sodor Di Kelompok B TK Pertiwi 3 Kalimati, Juwangi, Boyolali Tahun Pelajaran 2013/2014.

0 1 16

MENINGKATKAN KERJASAMA ANAK MELALUI PEMAINAN TRADISIONAL GOBAK SODOR DI KELOMPOK B TK PERTIWI 3 Meningkatkan Kerjasama Anak Melalui Pemainan Tradisional Gobak Sodor Di Kelompok B TK Pertiwi 3 Kalimati, Juwangi, Boyolali Tahun Pelajaran 2013/2014.

0 1 14

PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN SIKAP SOPAN SANTUN PADA ANAK KELOMPOK B DI PAUD TPQ DAARUL Penerapan Metode Bermain Peran Untuk Meningkatkan Sikap Sopan Santun Pada Anak Kelompok B Di Paud TPQ Daarul Furqon Karanggeneng Boyolali Tahun

0 1 15

PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN SIKAP SOPAN SANTUN PADA ANAK DI PAUD TPQ DAARUL FURQON Penerapan Metode Bermain Peran Untuk Meningkatkan Sikap Sopan Santun Pada Anak Kelompok B Di Paud TPQ Daarul Furqon Karanggeneng Boyolali Tahun Aja

0 3 13

METODE BERMAIN DAN BERCERITA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL METODE BERMAIN DAN BERCERITA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL PADA ANAK USIA 4-6 TAHUN.

0 0 17

MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK KELAS B PAUD SAUYUNAN MELALUI BERMAIN PERAN MIKRO.

0 4 33

PENERAPAN MODEL KEKOLA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KAKATACA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MELENGKAPI PERCAKAPAN (PenelitianTindakanKelas di Kelas IV SD NegeriPakuwon II KecamatanSumedang Selatan KabupatenSumedang).

0 4 58

PENERAPAN METODE BERMAIN GOBAK SODOR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK : Penelitian Tindakan Kelas pada Kelompok B di PAUD Baiturrahim Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang.

0 0 45

IMPLEMENTASI METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI ANAK DI PAUD ANGGREK NATAR LAMPUNG SELATAN

5 45 103

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI PERMAINAN GOBAK SODOR ANAK KELOMPOK B TK DHARMA WANITA DEMANGAN

1 3 9