MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK KELAS B PAUD SAUYUNAN MELALUI BERMAIN PERAN MIKRO.

(1)

MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK KELAS B PAUD SAUYUNAN

MELALUI BERMAIN PERAN MIKRO

(Penelitian tindakan kelas di kelompok B Paud Sauyunan Jl Maleber Utara Kelurahan Maleber Kecamatan Andir Bandung 40184)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Oleh:

MEGA SILVA JANUA IRMAYANDI 0902845

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK KELAS B PAUD SAUYUNAN

MELALUI BERMAIN PERAN MIKRO

Penelitian tindakan kelas di kelompok B Paud Sauyunan jl maleber utara kelurahan maleber kecamatan andir bandung 40184)

Oleh:

Mega Silva Janua Irmayandi

Sebuah Skripsi yang Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana pada program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Fakultas ilmu pendidikan

©Mega Silva Janua Irmayandi Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta Dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK KELAS B PAUD SAUYUNAN

MELALUI BERMAIN PERAN MIKRO

(Penelitian tindakan kelas di kelompok B Paud Sauyunan jl maleber utara kelurahan maleber kecamatan andir bandung 40184)

Oleh :

Mega Silva Janua Irmayandi 0902845

Dosen Pembimbing I,

Euis Kurniati M.Pd NIP. 19770611 200112 2 002

Dosen Pembimbing II,

Dr.Nining Sriningsih M.Pd NIP. 19791211 200604 2 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Jurusan Pedagogik

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas pendidikan Indonesia


(4)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN LEMBAR PERSEMBAHAN

ABSTRAK……… i

KATA PENGANTAR………. ii

UCAPAN TERIMA KASIH………... iii

DAFTAR ISI ……… v

DAFTAR TABEL……… ix

DAFTAR DIAGRAM……….. xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………. 1

B. Rumusan Masalah……… 5

C. Tujuan Penelitian………. 5

D. Manfaat Penelitian………... 5

E. Struktur Organisasi Skripsi………. 6

BAB II KEMAMPUAN KETERAMPILAN SOSIAL PADA ANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN MIKRO A. Kemampuan Keterampilan Sosial Pada Anak Usia Dini 1. Pengertian Keterampilan Sosial……… 7

2. Jenis-jenis Keterampilan Sosial……… 9

3. Tahap Perkembangan sosial……….. 12

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Sosial………….. 14

5. Hambatan dari Keterampilan Sosial……….. 15

6. Element-element Keterampilan Sosial……….. 16

B. Metode Bermain Peran Mikro 1. Hakikat Bermain Peran ………. 19


(5)

2. Jenis-jenis Bermain Peran……… 21

3. Manfaat bermain Peran……… 22

4. Kelemahan Bermain Peran……….. 23

5. Langkah-langkah Bermain Peran……… 24

C. Hipotesis Penelitian………. 25

BAB III Metode Penelitian A. Lokasi Dan Subjek Penelitian……… 27

B. Desain Penelitian………. 27

C. Metode Penelitian………. 28

D. Definisi Operasional 1. Metode Bermain peran mikro……… 29

2. Keterampilan sosial Anak……….. 30

E. Instrumen Penelitian 1. Kisi-kisi Instrumen……….. 30

2. Pedoman penilaian anak……….. 34

F. Proses pengembangan Instrumen 1. Menganalisis variabel penelitian………. 35

2. Menetapkan jenis instrument……… 35

3. Menyusun Kisi-kisi Instrument……… 35

4. Membuat Instrument Penelitian………... 36

5. Judgment Instrumen……… 36

G. Tehnik Pengumpulan Data 1. Metode Observasi/Pengamatan……….. 36

2. Metode Wawancara/Interview……… 36

3. Metode Dokumentasi……… 37

H. Analisis Data 1. Reduksi data………. 37

2. Paparan Data……… 37


(6)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Kondisi Lapangan

a. Kondisi Objektif Paud sauyunan……… 40

b. Kegiatan Rutin Proses Pembelajaran Paud Sauyunan………… 41

c. Kondisi Awal Keterampilan Sosial Anak di Paud Sauyunan (Prasiklus)………. 42

2. Penerapan Bermain Peran Mikro dalam Meningkatkan Keterampilan Sosial Anak a. Proses Penerapan Metode Bermain Peran Mikro Siklus I 1) Perencanaan Pembelajaran siklus I……… 47

2) Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I……… 52

3) Observasi Siklus I……… 56

4) Refleksi Siklus I……… 66

b. Proses Penerapan Metode bermain peran Mikro Siklus II 1) Perencanaan pembelajaran Siklus II……… 74

2) Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II……… 79

3) Observasi Siklus II……… 82

4) Refleksi Siklus II……… 92

3. Kemapuan Keterampilan Sosial pada Anak kelas B Paud Sauyunan Setelah Diterapkan Metode Bermain Peran Mikro……… 100

B. Pembahasan 1. Kemampuan Memahami keterampilan Sosial Pada anak kela B di paud Sauyunan Sebelum Diterapkan Metode Bermain Peran Mikro………… 102

2. Penerapan metode Bermain Peran Mikro Dalam Meningkatkan Keterampilan Sosial pada Anak di Paud Sauyunan……… 105


(7)

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. SIMPULAN……… 110

B. REKOMENDASI

1. Bagi Guru dan Praktisi Paud……… 111

2. Bagi Kepala Paud……… 111

3. Bagi Peneliti Selanjutnya……… 111

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP


(8)

MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK KELAS B PAUD SAUYUNAN

MELALUI BERMAIN PERAN MIKRO

Penelitian tindakan kelas di kelompok B Paud Sauyunan jl maleber utara kelurahan maleber kecamatan andir bandung 40184)

Mega Silva Janua Irmayandi 0902845

ABSTRAK

Kemampuan anak dalam memahami keterampilan sosial di Paud sauyunan ini masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan sosial anak melalui bermain peran mikro. subjek penelitian Paud Sauyunan kelas B yang berjumlah 12 orang anak, tehnik yang digunakan adalah berupa catatan lapangan, observasi, dokumentasi, refleksi, format penilaian anak. penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus yang masing-masing melaksanakan tiga tindakan. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan pada setiap siklusnya. Presentase penelitian awal sebelum tindakan (Prasiklus) dalam kategori Berkembang baik (BB) sebanyak 0% menjadi 63,90%, pada kategori Dalam proses (DP) yang pada awalnya 16,16% meningkat menjadi 36,10%, dan pada kategori perlu stimulasi (PS) yang awalnya 83,40% menurun menjadi 0%. Berdasarkan hasil pada setiap siklus membuktikan bahwa metode Bermain Peran Mikro dapat meningkatkan keterampilan sosial pada anak. Adapun keterampilan sosial pada anak yang berkembang yaitu, memahami komunikasi dan merespon pembicaraan dengan orang lain, memahami kebutuhan, memahami bagaimana membuat orang lain tersenyum, memahami rasa memiliki, serta mampu meningkatkan rasa percaya diri, tata krama dan sopan santun yang berlaku di lingkungan sekitar.


(9)

SOCIAL SKILLS IMPROVE CHILDREN CLASS B PAUD Sauyunan

THROUGH ROLE PLAY MICRO

Action research in early childhood group B jl Sauyunan maleber north maleber village districts Andir bandung 40184)

Mega Silva Janua Irmayandi 0902845

ABSTRACT

Children's ability to understand social skills in early childhood Sauyunan is still low. This study aims to improve children's social skills through role play micro. early childhood research subjects Sauyunan class B totaling 12 children, the technique used is in the form of field notes, observations, documentation, reflection, child assessment format. classroom action research was conducted in two cycles, each of which carry out three actions. The results showed an increase in each cycle. Percentage of initial research before action (prasiklus) Developing good category (B) of 0% to 63.90%, in the category of In process (DP), which was originally 16.16% increased to 36.10%, and the category of necessary stimulation (PS) who initially declined 83.40% to 0%. Based on the results of each cycle proves that the method can improve the micro Role Playing social skills in children. As for social skills in children who developed ie, understand and respond to the conversation communication with others, understand their needs, understand how to make others smile, grasp a sense of belonging, and be able to improve self-esteem, etiquette and manners

prevailing in the surrounding environment.


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Montessori (Sujiono, 2012:2) menyatakan bahwa pada rentang usia lahir sampai enam tahun, anak mengalami masa keemasan (the golden years) yang merupakan masa dimana anak mulai sensitif untuk memberi dan menerima rangsangan yang mampu mengembangkan kemampuan kognitif, bahasa, motorik, serta keterampilan sosial anak.

Untuk mengembangkan berbagai kemampuan anak hendaknya bersekolah di Pendidikan Anak Usia Dini, Seperti dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Nomor 14 tahun 2005 yaitu:

“Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani, agar anak memiliki kesiapan dalam

memasuki pendidikan lebih lanjut”.

Pendidikan anak usia dini dapat memfasilitasi berbagai kebutuhan dalam meningkatkan berbagai kemampuan anak menjadi lebih baik, Pendidikan Anak Usia Dini memiliki beberapa bentuk. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini mengemukakan bahwa:

“Pendidikan Anak Usia Dini dilaksanakan sebelum jenjang pendidikan dasar, melalui jalur formal, nonformal, dan informal. Pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-Kanak (TK), Raudatul Athfal (RA), dan bentuk lain yang sederajat; pada jalur nonformal berbentuk Kelompok bermain (KOBER), Taman Penitipan Anak (TPA), dan bentuk lain yang sederajat; sedangkan pada jalur informal berbentuk pendidikan keluarga dan pendidikan yang

diselenggarakan oleh lingkungan”.

Pendidikan Anak Usia Dini memiliki peran yang sangat penting bagi perkembangan anak, meningkatkan kesehatan serta pertumbuhan fisik dan mental anak, rohani dan jasmani anak, yang akan membuat anak meningkat prestasi belajar, etos kerja, produktivitas, sehingga mandiri dan potensi dalam diri anak berkembang optimal.


(11)

2

salah satunya adalah peningkatan keterampilan sosial anak, Pendidikan Anak Usia Dini juga menentukan kesuksesan anak di masa depan, dengan pengalaman dan pendidikan yang diperolehnya ketika berusia dini, mendorong anak untuk merespon secara positif berbagai permasalahan kehidupan. Menjadi lebih mandiri, disiplin serta mudah diarahkan dalam menyerap ilmu pengetahuan secara optimal. Serta berpengaruh besar terhadap perkembangan otak, kehidupan sosial, ekonomi, serta persiapan sekolah.

Keterampilan sosial anak sudah terjadi sejak anak lahir seperti menurut Mulyasa (2012:30) sejak kecil anak telah belajar Cara berperilaku sosial sesuai dengan aktivitas interaksi anak dengan ibu, ayah, saudara kandung, guru, serta teman sebaya, dimana terjadi peristiwa-peristiwa yang bermakna bagi pembentukkan kepribadian, perilaku sosial serta kehidupan anak.

Pengalaman membuat keterampilan sosial anak semakin berkembang semakin tinggi dan baik hubungan anak dengan lingkungan sekitar semakin baik pula keterampilan sosial anak di masa depan. Menurut Vygotsky (Solehuddin, 2000:51) menyatakan bahwa pentingnya pengalaman dalam interaksi sosial bagi perkembangan proses berfikir anak, dan menyakini bahwa aktivitas mental yang tinggi pada anak terbentuk melalui dialog dengan orang lain.

Menurut Loree (Nugraha & Rachmawati, 2004:1.13) Perkembangan sosial atau Sosialisasi adalah suatu proses dimana individu terutama anak melatih kepekaan dirinya terhadap rangsangan-rangsangan sosial terutama tekanan-tekanan dan tuntutan kehidupan kelompoknya serta belajar bergaul dengan bertingkah laku seperti orang lain dilingkungan sosialnya. Jika kegiatan ini dilaksanakan sejak dini dapat membuat keterampilan sosial anak berkembang dengan baik, sehingga membuat anak dimasa yang akan datang menjadi mudah bergaul, ceria, memiliki rasa berbagi yang tinggi dengan orang yang membutuhkan bantuan, rasa percaya diri yang baik, sopan dalam berbicara dengan orang yang lebih tua.

Erikson (Helms & Turner, 1994:64) memandang periode ini sebagai fase sense of initiative, pada periode ini anak harus didorong untuk mengembangkan inisiatifnya, seperti kesenangan untuk mengajukan pertanyaan dari apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Jika anak tidak mendapat hambatan dari lingkungannya, maka anak akan


(12)

3

mampu mengembangkan inisiatif, dan daya kreatifnya, dan hal-hal yang produktif dalam bidang yang disenanginya.

Menurut Erikson (Helms & Turner, 1994:64) Anak yang tidak mendapatkan stimulasi di usai dini membuat anak tidak dapat mendapatkan kesempatan untuk berbuat kesalahan atau belajar dari kesalahan. Seperti Jika keterampilan sosial anak tidak diajarkan dan diterapkan kepada anak sejak dini dapat menyebabkan anak tidak mampu menjalin hubungan serta interaksi dengan lingkungan, hubungan dengan teman sebayanya dimana di dalamnya terdapat konflik dan anak akan berusaha mencari jalan keluar dalam mengatasi konflik tersebut, anak yang sering berdiam diri di rumah akan berbeda kemampuan berinteraksinya dengan anak yang sering bersosialisasi di luar rumah, anak yang dikurung, jarang bersosisalisasi, serta semua kemauannya terpenuhi dirumah menyebabkan anak bersifat egois, sulit berinteraksi, pemalu, minder, serta sulit berbagi dengan teman.

Untuk menghindari hal tersebut hendaknya orang tau membiarkan anak bermain di luar rumah dengan orang baru atau lingkungan baru, agar anak tidak susah dalam bersosialisasi di masa depannya, berani tampil di depan umum, mampu berbagi dengan teman, dan mampu menjadi penengah apabila terjadi konflik di dalam lingkungan tempat tinggal.

Di dalam mengembangkan keterampilan sosial anak dapat dilakukan dalam berbagai cara pembelajaran salah satunya melalui bermain, belajar sambil bermain merupakan hal yang wajib di dalam Pendidikan Anak Usia Dini. Karena bermain adalah sarana paling utama bagi pengembangan kemampuan bersosialisasi dan memperluas empati terhadap orang lain serta mengurangi sikap egosentrisme. Melalui bermain anak dapat belajar perilaku prososial seperti menunggu giliran, kerja sama, saling membantu, dan berbagi (Catron dan Allen, 1999:232). salah satu yang dapat meningkatkan keterampilan sosial anak adalah dengan bermain peran mikro.

Melalui bermain peran mikro diharapkan kemampuan keterampilan sosial anak akan meningkat. Mampu membuat anak berani tampil di depan, mampu membuat anak berempati, berbagi makanan, minuman, dan barang lain kepada yang membutuhkan, dapat bekerjasama dengan baik. Guru sebagai pembimbing juga memfasilitasi kegiatan bermain peran mikro agar keterampilan sosial anak dan rasa percaya diri anak meningkat.


(13)

4

Menurut Sugianto (1995:11) Bermain adalah kegiatan yang terjadi secara alamiah pada anak, membantu anak-anak memahami dan mengungkapkan dunianya dalam berfikir maupun perasaan, dapat mengendalikan hal-hal yang ada dalam dunianya. Bermain tidak terikat pada realitas, sehingga memungkinkan anak bermain dengan menggunakan khayalannya, seperti bermain peran mikro.

Menurut Mulyana (2012:173) melalui bermain peran, anak-anak dapat mengeksplorasi hubungan sosial atau antar manusia dengan cara memperagakannya dan mendiskusikannya sehingga secara bersama-sama dapat mengeksplosari perasaan, sikap, nilai dan berbagai strategi pemecahan masalah.

Menurut BCCT dalam Depdiknas (2000:30) bermain peran terdiri dari bermain peran makro dan bermain peran mikro. bermain peran makro adalah salah satu jenis bermain peran dengan menggunakan ukuran sebenarnya, dan memerankan sendiri suatu tokoh. Sedangkan bermain peran mikro adalah awal bermain kerjasama yang dilakukan hanya dua orang saja, bahkan sendiri dengan menggunakan media tertentu. Dengan alat atau benda kecil atau mini seperti boneka orang, binatang, rumah, dan lain-lain. Anak bertindak sebagai dalang yang mengerakkan alat main tersebut untuk memainkan suatu adegan.

Adapun kondisi objektif dalam proses pembelajaran keterampilan sosial anak di PAUD Sauyunan masih kurang terlihat pada saat pembelajaran masih terdapat anak yang asik bermain dengan mainan yang dibawa pada saat guru menerangkan pembelajaran, masih terdapat beberapa anak yang tidak mau berbagi mainan ataupun makanan, serta terdapat anak yang tidak membolehkan anak lain menggunakan mainan yang dia mainkan, terdapat seorang anak yang manja dan cengeng ketika temannya melihat mukanya, melihat hasil gambarnya, masih terdapat beberapa anak yang saling berantem atau mengejek temannya yang lain, serta ada anak yang senang menyendiri, terdapat seorang anak yang selalu mengikuti salah satu temannya. Keadaan tersebut mengakibatkan kurangnya pengetahuan anak mengenai keterampilan sosial.

Berdasarkan hal tersebut maka perlu diadakan perbaikan dalam upaya peningkatkan keterampilan sosial anak dengan menggunakan metode bermain peran mikro. Metode ini dipilih karena mampu membuat anak mengembangkan kemampuan


(14)

5

berhubungan dengan orang lain, mampu bersimpati dan empati terhadap orang lain, mampu menghilangkan rasa malu ketika tampil di depan umum.

B. Identifikasi Dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, penulis secara umum akan membahas tentang Peningkatan Keterampilan Sosial Anak Kelas B Paud Sauyunan melalui Metode Bermain Peran Mikro Di Paud Sauyunan. Masalah yang akan dijadikan pembahasan adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana kondisi awal keterampilan sosial anak di Paud Sauyunan 2013-2014?

2. Bagaimana penerapan metode bermain peran mikro dalam meningkatkan keterampilan sosial anak di Paud Sauyunan 2013-2014?

3. Apakah terdapat peningkatan keterampilan sosial anak setelah diterapkan metode bermain peran di Paud Sauyunan 2013-2014?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini, adalah:

a. Memperoleh informasi mengenai kondisi keterampilan sosial anak Di Paud Sauyunan.

b. Memperoleh informasi tentang penerapan metode bermain peran mikro Di Paud sauyunan.

c. Memperoleh informasi tentang bagaimana peningkatan keterampilan sosial anak setelah penerapan metode bermain peran mikro di Paud Sauyunan

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Anak

Dapat meningkatkan kemampuan sosial anak, kerja sama dan memupuk rasa percaya diri anak, membuat anak dapat memupuk rasa empati, simpati anak, dapat membedakan perbuatan baik dan yang buruk.


(15)

6

a. Dapat memahami langkah-langkah meningkatkan keterampilan sosial anak melalui bermain peran.

b. Meningkatkan rasa percaya diri anak.

c. Meningkatkan hasil belajar anak TK melalui metode bermain peran dalam meningktakan keterampilan sosial anak.

3. Bagi sekolah

Dapat mengetahui bahwa metode bermain peran merupakan salah satu metode yang baik yang dapat di gunakan di dalam kegiatan pembelajaran baik berupa drama spontan, drama terpimpin, sandiwara boneka, dll.

4. Bagi Peneliti berikutnya:

Dapat lebih mengembangkan kemampuan keterampilan sosial anak dengan menggunakan metode peran yang lebih kreatif dan lebih efektif meningkatkan keterampilan sosial anak.

E. Struktur Penelitian

Struktur penelitian dalam skripsi yang penulis buat adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan bab ini mengungkapkan mengenai: Latar Belakang Penelitian, Identifikasi dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Dan Struktur Organisasi Skripsi.

Bab II Kajian Teori yang mengungkapkan mengenai: Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis Penelitian.

Bab III Metode Penelitian yang mengungkapkan mengenai: Lokasi Dan Subjek Penelitian, Desain Penelitian, Metode Penelitian, Definisi Operasional, Instrumen Penelitian, Proses Pengembangan Instrumen, Teknik Pengumpulan Data, Analisis Data.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan yang mengungkapkan mengenai: Pemaparan Data dan Pembahasan Data.

Bab V Kesimpulan dan Saran yang mengungkapkan mengenai: Kesimpulan dan saran.


(16)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di PAUD SAUYUNAN di jalan Maleber Utara Rt 02 Rw 06 Gang Wibawa III Kelurahan Maleber Kecamatan Andir Bandung 40184 Provinsi jawa barat, Paud ini berdiri pada tahun 2010 dengan No izin Operasional 42110/499 PNFI/2010. penelitian ini dilaksanakan di kelas B yang terdiri 12 orang anak yang terdiri dari 5 murid perempuan, 7 murid laki-laki. Di paud Sauyunan peneliti bertindak sebagai observer.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian mengikuti desain penelitian tindakan kelas menurut Kurt Lewin (Muslihuddin, 2009:68) Penelitian tindakan memiliki empat komponen penting yang saling terkait dan berkesinambungan satu sama lain, yaitu: perencanaan (planning), pelaksanaan (action), pengamatan (observing), refleksi (reflecting). Secara visual tahapan tersebut dapat dilihat melalui gambar berikut:

Perencanaan

Refleksi Tindakan

Observasi Tabel 3.1

Desain PTK Model Kurt Lewin (Muslihuddin,2009:68)

Tahapan diatas membentuk siklus dimana siklus tersebut dapat didaur ulang kesiklus selanjutnya, hingga sudah sampai memenuhi permasalahan dianggap teratasi. Untuk lebih jelas peneliti akan melakukan siklus tindakan sebagai berikut:


(17)

28

Tabel 3.2 Model Jhon Elliot (Muslihuddin,2009:72)

C.Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kelas

PELAKSANAAN

SIKLUS I

PENGAMATAN

PERENCANAAN

REFLEKSI

PELAKSANAAN

SIKLUS II

REFLEKSI

PENGAMATAN

PERENCANAAN


(18)

29

mengetahui bagaimana meningkatkan keterampilan sosial anak usia dini dengan metode bermain peran mikro di Paud Sauyunan.

Menurut Jhon Elliot (muslihuddin,2010:6) penelitian tindakan kelas ialah kajian tentang situasi sosial dengan maksud meningkatkan kualitas di dalamnya, dimana pada prosenya telah didiagnosis, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi diri juga perencanaan.

Ebbutt (Rochiati,2012:12) Penelitian tindakan kelas adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tidakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut.

Kemmis (Rochiati,2012:12) penelitian tindakan kelas adalah sebuah bentuk inkuiri reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi sosial tertentu, (termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari: a) kegiatan praktek sosial atau pendidikan mereka b) pemahaman mereka mengenai kegiatan-kegiatan praktek pendidikan ini, dan c) situasi yang memungkinkan terlaksananya kegiatan praktek ini.

Dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah bagaimana guru mengorganisasikan praktek sesuai dengan kondisi pembelajaran, serta dapat belajar dalam temuan-temuan dari pengalaman yang didapat pada saat pembelajaran serta dapat membuat suatu gagasan perbaikan dalam praktek tersebut, dan dapat melihat pengaruh nyata dari semua upaya yang telah dilaksanakan, Karena pembelajaran PTK dilaksanakan melalui empat tahapan yang berulang-ulang.

D. Definisi Operasional

Definisi Operasional dalam penelitian ini mencangkup metode; a. Metode bermain peran mikro

Menurut Vygotsky dan Erikson (Mutiah,2010:115) bermain peran adalah main simbolis, imajinasi, atau main drama, yang dapat meningkatkan perkembangan sosial, emosi serta kognisi anak, dalam bermain peran mikro anak menggerakkan atau memegang benda berukuran kecil untuk membentuk suatu adegan.


(19)

30

Berdasarkan pernyataan diatas jelas bahwa bermain peran adalah salah satu bentuk permainan anak, dimana anak dapat berperan sesuai dengan karakter atau hal yang pernah mereka lihat ataupun dari khayalan mereka sendiri. Serta dapat meningkatkan rasa percaya diri, empati dan simpati anak.

b. Keterampilan sosial anak

Syamsu Yusuf (Kurniati,2010:15) menyatakan bahwa Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi, meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerjasama.

berdasarkan penjelasan tersebut jelas bahwa proses interaksi yang terjadi selama bertahun-tahun yang dialami oleh anak dapat meningkatkan kemampuan interaksi, rasa simpati, empati seseorang dengan lingkungan sekitarnya. Dimana norma atau aturan yang ada di lingkungan tersebut dapat mempengaruhi sifat dan karater anak.

E. Instrumen Penelitian

Table 3.3

Kisi kisi Instrumen Meningkatkan Keterampilan Sosial Anak Usia Dini Melalui Bermain Peran Mikro

Sumber: Shapiro (Azzet, 2010, hlm 70) dan Permen diknas No.58

Variable Sub Variable Indikator Pernyataan Teknik

pengumpulan data

Keterampilan Sosial Anak

Keterampilan Berkomunikasi

1. Memahami komunikasi dan merespon

pembicaraan dengan orang lain.

2.Anak dapat mengucapkan

“terima kasih”

3.Anak dapat mengucapkan

“maaf”

4.Anak menujukkan perasaan senang pada saat berbicara

 Observasi


(20)

31

5.Anak dapat menyapa orang lain seperti “selamat pagi”

sedang apa”

6.Anak dapat mendengarkan orang lain yang sedang berbicara

7.Anak dapat memulai pembicaraan dengan orang lain Keterampilan menjalin persahabatan 2. Memahami Kebutuhan orang lain yang juga dibutuhkan oleh anak.

1.Anak dapat berbagi makanan dan minuman dengan teman. 2.Anak dapat membantu teman. 3.Anak dapat meminjamkan

mainan kepada teman.

 Observasi  Dokumentasi Keterampilan membuat humor 3. Memahami bagaimana membuat orang lain tersenyum.

1. Anak mampu bercerita yang lucu

2. Anak mampu menyanyikan lagu.  Observasi  Dokumentasi Keterampilan berperan dalam kelompok

4. Memahami rasa memiliki teman, serta mampu meningkatkan rasa percaya diri anak

1. Anak dapat bergabung dalam satu kelompok.

2. Anak dapat menunggu giliran bermain.

3. Anak mau mengalah.

 Observasi

 Dokumentasi

Keterampilan bersopan santun dalam pergaulan

5. Mengetahui tata

karma dan

sopan santun yang berlaku di lingkungan sekitar.

1. Anak mampu membuang sampah pada tempatnya. 2.Anak mampu berbaris dengan

rapi.

3.Tertib dalam menunggu giliran bermain.

4.Anak dapat merapikan buku

 Observasi


(21)

32

dan pensil ke dalam tas sendiri.

5.Anak dapat mencuci tangan sendiri setelah selesai makan. 6.Anak mampu ke kamar mandi

sendiri. Penggunaan

bermain peran mikro

Perencanaan Pembelajaran

1.Rencana tujuan pembelajaran 2.Rencana materi pembelajaran 3.Rencana metode pembelajaran 4.Rencana media sumber belajar 5.Rencana alat evaluasi

 Dokumentasi

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran (aktifitas guru)

Kegiatan pembukaan terdiri dari: 1.Guru Menkondisikan anak pada saat kegiatan pembelajaran

2.Guru melakukan apresiasi melalui bercakap-cakap 3.Guru menyajikan tema

pembelajaran

4.Guru mempersiapkan alat-alat yang akan di gunakan dalam pembelajaran

5.Guru memperlihatkan bagaimana cara melaksanakan kegiatan.

Kegiatan inti yang terdiri dari: 1.Guru melibatkan semua anak

dalam menggunakan alat dalam bermain peran mikro. 2.Guru melakukan pendekatan


(22)

33

memperbolehkan anak berperan sesuai dengan yang telah diarahkan.

3.Guru melakukan pengamatan ketika kegiatan berlangsung. 4.Guru melakukan penilaian

ketika proses pembelajaran. Kegiatan penutupan yang terdiri dari:

1.Melakukan Tanya jawab tentang kegiatan yang sudah dilakukan.

2.Memberikan kesempatan

kepada anak untuk

menceritakan kembali kegiatan yang sedang dilakukan.

Pelaksanaan kegiatan (aktifitas anak)

1.Anak mendengarkan

penjelasan guru.

2.Anak melakukan perintah yang diberikan guru

3.Anak mampu berinteraksi dengan teman.

4.Anak terlibat aktif dalam kegiatan.

5.Anak terlihat senang pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.


(23)

34

Tabel 3.4

PEDOMAN OBSERVASI PENERAPAN BERMAIN PERAN MIKRO DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK

Sumber: Shapiro (Azzet, 2010, hlm 70) dan Permen diknas No.58

Nama :

Siklus :

Hari / Tanggal :

No Aspek Yang Dinilai Penilian Ket

BB (3)

DP (2)

PS (1) 1 Anak dapat mengucapkan “terimakasih”

2 Anak dapat mengucapkan “maaf”

3 Anak menujukkan perasaan senang pada saat berbicara dengan orang lain

4 Anak dapat menyapa orang lain seperti “selamat

pagi” sedang apa”

5 Anak dapat mendengarkan orang lain yang sedang berbicara

6 Anak dapat memulai pembicaraan dengan orang lain.

7 Anak dapat berbagi makanan dan minuman dengan teman.

8 Anak dapat membantu teman.

9 Anak dapat meminjamkan mainan kepada temannya.

10 Anak mampu bercerita yang lucu. 11 Anak mampu menyanyikan lagu


(24)

35

BB (3): Berkembang Baik (Mampu melakukan kegiatan secara mandiri) DP (2): Dalam Proses (Anak masih memerlukan bantuan)

PS (1): Perlu Stimulasi (Anak Tidak Mampu Melakukan kegiatan)

F. Proses Pengembangan Instrumen

Menurut Margono (2002:157) langkah-langkah dalam prosedur pengembangan instrument adalah:

1. Menganalisis Variabel Penelitian

Peneliti mengkaji variabel menjadi dimensi dan sub variabel, indikator, serta pernyataan dengan rinci sehingga dapat diukur dan menghasilkan data yang diinginkan oleh peneliti.

2. Menetapkan Jenis Instrumen

Selanjutnya peneliti menentukan jenis instrument penelitian yang digunakan sesuai dengan kebutuhan dalam mengumpulkan data di lapangan sehingga instrument tersebut digunakan dalam mengukur variabel, serta indikator yang telah ditentukan.

3. Menyusun Kisi-Kisi Instrumen

Langkah selanjutnya, Peneliti menyusun kisi-kisi instrument yang berisi indikator, sub variabel, variabel, sumber data serta mengumpulkan data.

14 Anak mau mengalah.

15 Anak mampu membuang sampah pada tempatnya 16 Anak mampu berbaris dengan rapi.

17 Tertib dalam menunggu giliran bermain.

18 Anak dapat merapikan buku dan pensil ke dalam tas sendiri.

19 Anak dapat mencuci tangan sendiri setelah selesai makan.


(25)

36

4. Membuat Instrumen Penelitian

Setelah menyusun kisi-kisi instrument berdasarkan kisi-kisi tersebut, peneliti kemudian membuat instrument penelitian yang berdasarkan dari penyataan yang mengacu kepada indikator yang telah ditentukan.

5. Judgment Instrumen

Kemudian peneliti mengkonsultasikan instrument dengan dua dosen ahli di pendidikan anak usia dini, dengan merevisi instrument apabila terdapat kesalahan dalam pembuatannya.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah; 1. Teknik Observasi

Menurut Mariana (2007) observasi merupakan salah satu cara atau teknik mengumpulkan data dengan cara mengadakan pengamatan terhadap kegiatan belajar sedang berlangsung. Teknik dalam observasi yang digunakan adalah observasi partisipasi.

2. Teknik Wawancara

Menurut Sugiyono (2005) tujuan dari wawancara adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta ide-idenya serta pendapatnya.

TABEL 3.5

Pedoman Wawancara Sebelum Tindakan 1`. Bagaimana pemahaman guru tentang

keterampilan sosial anak?

2. Strategi apa yang digunakan dalam proses pembelajaran di TK?

3. bagaimana cara guru menstimulasi keterampilan sosial anak yang diterapkan di


(26)

37

TK?

4. metode pembelajaran apa saja yang digunakan guru dalam meningkatkan keterampilan sosial anak TK?

5. materi pembelajaran apa saja yang digunakan saat ini untuk mengembangkan keterampilan sosial anak TK?

6. bagaimana reaksi anak dengan strategi yang ibu terapkan saat ini?

7. media pembelajaran apa saja yang digunakan untuk mengembangkan keterampilan sosial anak TK?

3. Teknik Studi Dokumentasi

Penelitian ini menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar, maupun elektronik. Dokumen yang dihimpun dipilih sesuai dengan fokus masalah. Langkah-langkah yang peneliti lakukan dalam studi dokumentasi adalah pengambilan gambar anak yang sedang melaksanakan bermain peran dilingkungan sekolah berupa foto, profil sekolah, serta video pembelajaran yang dilaksanakan melalui metode bermain peran mikro.

H. Analisis Data

Beberapa langkah dalam melakukan analisis data yang harus ditempuh oleh peneliti, yaitu :

1.Reduksi data

Merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan pola serta membuang yang tidak perlu. Reduksi data ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang lebih jelas


(27)

38

dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.

2. Display data

Untuk mempermudah dalam membaca data yang diperoleh dan melihat gambaran secara keseluruhan, maka data yang telah direduksi tersebut kemudian disajikan dalam grafik, matrik, tabel, atau deskripsi menyeluruh pada setiap aspek penelitian.

3. Kesimpulan

Penarikan kesimpulan dari proses pengumpulan data yang diperoleh dari lapangan.

Data utama dianalisis yaitu data hasil observasi aktivitas yang dilaksanakan akan selama kegiatan pembelajaran di kelas.sedangkan data hasil observasi setiap butir aspejyang diamati selama dua siklus di hitung dengan persentase. Adapun cara penghitungan peningkatan keterampilan sosial anak melalui bermain peran mikro dengan menggunakan distibusi frekwensi, antara lain sebagai berikut:

Tabel 3.6 Distibusi frekuensi

Meningkatkan keterampilan sosial anak melalui bermain peran

No Kategori Interval Tally F %

1 BB ≥44

2 DP 32-43

3 PS 20-31

Keterangan:

1. Mencari Interval

a. Jumlah indikator/item dikali dengan nilai tertinggi (keterangan pada pedoman observasi)

20 × 3 = 60

b. Hasil perkalian dikurangi jumlah indikator/item


(28)

39

c. Hasil pengurangan dibagi dengan jumlah kategori (keterangan pada pedoman observasi)

60 : 5 = 12

Berdasarkan perhitungan data di atas maka jumlah interval yang akan ditetapkan pada masing-masing kategori adalah 12. Interval masing-masing kategori adalah sebagai berikut:

Kategori BB= ≥44, DP=32-43, PS= 20-31

2. Mengisi Tally Dan Frekuensi (F)

Mengisi kolom tally dan Frekuensiberdasarkan hasil skor meningkatkan keterampilan sosial anak melalui bermain peran mikro yang terdapat pada lampiran.

3. Mencari Persentase

Persentase meningkatkan keterampilan sosial anak melalui bermain peran mikro pada anak dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

P : Persentase

F : Frekuensi

X : Jumlah anak


(29)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas mengenai meningkatkan keterampilan sosial anak melalui bermain peran mikro di Paud Sauyunan Rw 06 Kelurahan Maleber Kecamatan Andir Kota Bandung 40184, dapat disimpulkan bahwa:

1. Keterampilan sosial anak kelas B Paud Sauyunan Kota Bandung pada awal sebelum diterapkan metode bermain peran mikro (prasiklus) menunjukkan kemampuan kategori perlu stimulus sebanyak 83,40% yang terdiri dari 10 orang

anak, masih dalam proses sebanyak 16,16% yang terdiri dari 2 orang dan untuk

kategori anak yang berkembang Baik masih 0% atau belum ada anak yang

mencapai kategori tersebut.

2. Pelaksanaan metode bermain peran mikro dalam meningkatkan keterampilan sosial pada anak kelas B Di Paud Sauyunan pada penelitian ini dilaksanakan selama dua siklus masing-masing terdiri dari 3 tindakan. Adapun langkah pelaksanaan terdiri dari: a) persiapan, b) kegiatan pembukaan, c) kegiatan inti, d) penutup. Pada kegiatan persiapan guru memastikan alat yang digunakan dalam bermain peran telah di buat dan siap untuk digunakan, dan memastikan tempat untuk pelaksanaan kegiatan belajar atau pengkondisian kelas untuk melaksanakan kegiatan belajar. Pada kegiatan pembukaan pendidik melakukan aktivitas rutin

yang terdiri dari salam,sapa, berdo’a, absen, bernyanyi, bercerita tema yang diberikan, kegiatan inti, bercakap-cakap mengenai kegiatan hari ini, berdoa, pulang.

3. Kemampuan keterampilan sosial kelas B Paud Sauyunan Kota Bandung setelah diterapkan metode bermain peran mikro menunjukkan peningkatan yang cukup baik. Melalui hasil pengolahan data, dapat di ketahui bahwa kemampuan keterampilan sosial anak kelas B paud sauyunan kota bandung meningkat, hal tersebut dapat di lihat melalui peningkatan skor yang ditunjukkan dan bertambahnya anak yang berada pada kategori berkembang baik setelah diberi tindakan. Setelah melalui perhitungan nilai rata-rata pada siklus II, keterampilan


(30)

111

sosial anak yang berada dalam kategori berkembang baik sebanyak 63,90%, dan

kategori dalam proses sebanyak 36,10% dan kategori perlu stimulus (PS) sebanyak

0%. Peningkatan keterampilan sosial anak melalui bermain peran mikro di kelas B

paud sauyunan ini karena pembelajaran berpusat pada anak, anak berperan langsung yang menjadikan semua sebagai pengalamana di masa depan anak nanti.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kajian teoritis dalam BAB II dan hasil penelitian, berikut merupakan rekomendasi bagi para guru atau praktisi pendidikan di paud khususnya dalam meningkatkan keterampilan sosial anak melalui bermain peran mikro.

1. Bagi Guru atau Praktisi Paud

a. Pada proses kegiatan belajar khususnya dalam meningkatkan keterampilan sosial anak, guru hendaknya menggunakan media yang nyata, kegiatan belajar yang bervariasi, menarik dan menyenangkan untuk anak, pemilihan metode bermainperan mikro ini merupakan salah satu alternative yang dapat diterapkan untuk meningkatkan keterampilan sosial anak Paud.

b. Pada pelaksanaan metode bermain peran mikro, hendaknya guru mempersiapkan perencanaan pelaksanaan metode dengan masalah yang harus anak selesaikan, berbagai macam teks percakapan bermain peran, dan penggunaan media yang menarik bagi anak.

2. Bagi Kepala Paud

Kepala sekolah hendaknya membimbing dan mengarahkan guru untuk mencoba menerapkan metode belajar yang beragam dan menyenangkan, serta mendukung guru dalam sarana prasaran, serta memfasilitasi peningkatan kemampuan keterampilan sosial anak.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Peneliti selanjutnya dapat menggunakan metode bermain peran mikro dalam meningkatkan keterampilan sosial pada anak sebagai metode pembelajaran lainnya agar dapat memberikan masukan dan ide-ide baru terhadap kemampuan keterampilan sosial anak.


(31)

112

b. Bagi peneliti selanjutnya hendaknya dapat lebih mengoptimalkan dalam persiapan masalah, persiapan kegiatan yang lebih beragam, sehingga mampu lebih mengoptimalakan kemampuan anak.


(32)

DAFTAR PUSTAKA

Asniati,Nia.(2013) Meningkatkan Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan Pada Anak Usia Dini Dengan Metode Bermain Peran. Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: Tidak Diterbitkan.

Azzet,M.(2010) Mengembangkan Kecerdasan Sosial Bagi Anak, Jogjakarta: Kata Hati

Cendrawasih,Paud.(2011) Sentra Main Peran. Artikel Bandung

Caron,Carol,E dan Jan Allen. Early Childhood Curiculum: A creative play model,2ND Edition. NewJersey: Merill Publ., 1999.

Farhiyah, Ayu,Siti.(2012) Meningkatkan Kemampuan Membaca Dini Anak Taman Kanak-kanakMelalui Metode Bermain peran. Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: Tidak Diterbitkan

Handayani, Sri. (2012) Meningkatkan Keterampilan sosial Anak Usia Dini melalui Bermain Peran. Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: Tidak Diterbitkan.

Helms, D.B & Turner, J.S.(1983) Exploring child behavior. New York: Holt Rinehartand Winston.

H. E. Mulyasa. (2012). Manajemen PAUD. Bandung: RESDA

Hurlock.(1980). psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan Jakarta: Erlangga

Kurniati,E.(2010). Main Yuk! 30 permainan Tradisional Jawa Barat Dan peranannya dalam Mengembangkan Keterampilan sosial. Bandung: PGPAUD UPI.

Margono, S.(2009). Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta Martini, Otin. (2004) Psikologi Bimbingan Perkembangan Perilaku sosial anak

Usia Dini Di kel Bermain: studi kasus di kelompok bermain Aryandini III Kec Marga Cinta Bandung, Tesis Sekolah PascaSarjana UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Mutiah, Diana. (2012) Spikologi bermain anak usia dini. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Muslihuddin (2009) kiat sukses melakukan kegiatan penelitian TK, Bandung: Rizki Press.

Nugraha & rachmawati. (2004) Metode Pengembangan Sosial Emosional.

Jakarta: Universitas Terbuka.

Patmonodewo, S. (1995). Buku Ajar Pendidikan Prasekolah. Jakarta: Depdikbud. Solehuddin. (2000) Konsep Dasar Prasekolah. Bandung: FIP UPI


(33)

Sugiyanto. (1995) bermain, Mainan dan permainan. Jakarta: Depdikbud.

Sudrajat A. (2010) Konsep Diri (Self Concept) [Online], Available at http:akhmadsudrajat.wordpress.com [Monday, 23 Maret 2014]

Sulung L.M. (2012) Bermain Peran, Hakikat Bermain Peran, Model Bermain Peran, Pendekatan Bermain Peran, Pendidikan. [Online], Available at http:inkqu.files.wordpress.com/2011/11/bermain-peran.doc‎. [Sunday, 4 November 2012]

Syaodih, Ernawulan. (2005) Perilaku Sosial Anak Artikel Bandung: UPI

Tarsidi, Didi. (2002). Kompetensi Sosial Anak Tunanetra. Tesis, Bandung: Tidak diterbitkan.

Utami, Permata, Rima (2012) Meningkatkan keterampilan Sosial Anak usia dini Melalui penggunaan metode Bermain Peran. Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: Tidak diterbitkan.

Wiriaatmadja, Rochiati. (2012) Metode Penelitian Tindakan Kelas untuk meningkatkan kinerja guru dan dosen Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Yusuf, Syamsyu, L.N. (2007) pedagogik pendidikan dasar Bandung: Sekolah

Pascasarjana UPI

Y. N. Sujiono. (2012). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks


(1)

c. Hasil pengurangan dibagi dengan jumlah kategori (keterangan pada pedoman observasi)

60 : 5 = 12

Berdasarkan perhitungan data di atas maka jumlah interval yang akan ditetapkan pada masing-masing kategori adalah 12. Interval masing-masing kategori adalah sebagai berikut:

Kategori BB= ≥44, DP=32-43, PS= 20-31 2. Mengisi Tally Dan Frekuensi (F)

Mengisi kolom tally dan Frekuensiberdasarkan hasil skor meningkatkan keterampilan sosial anak melalui bermain peran mikro yang terdapat pada lampiran.

3. Mencari Persentase

Persentase meningkatkan keterampilan sosial anak melalui bermain peran mikro pada anak dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

P : Persentase

F : Frekuensi

X : Jumlah anak

=

X 100%


(2)

110

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas mengenai meningkatkan keterampilan sosial anak melalui bermain peran mikro di Paud Sauyunan Rw 06 Kelurahan Maleber Kecamatan Andir Kota Bandung 40184, dapat disimpulkan bahwa:

1. Keterampilan sosial anak kelas B Paud Sauyunan Kota Bandung pada awal sebelum diterapkan metode bermain peran mikro (prasiklus) menunjukkan kemampuan kategori perlu stimulus sebanyak 83,40% yang terdiri dari 10 orang anak, masih dalam proses sebanyak 16,16% yang terdiri dari 2 orang dan untuk kategori anak yang berkembang Baik masih 0% atau belum ada anak yang mencapai kategori tersebut.

2. Pelaksanaan metode bermain peran mikro dalam meningkatkan keterampilan sosial pada anak kelas B Di Paud Sauyunan pada penelitian ini dilaksanakan selama dua siklus masing-masing terdiri dari 3 tindakan. Adapun langkah pelaksanaan terdiri dari: a) persiapan, b) kegiatan pembukaan, c) kegiatan inti, d) penutup. Pada kegiatan persiapan guru memastikan alat yang digunakan dalam bermain peran telah di buat dan siap untuk digunakan, dan memastikan tempat untuk pelaksanaan kegiatan belajar atau pengkondisian kelas untuk melaksanakan kegiatan belajar. Pada kegiatan pembukaan pendidik melakukan aktivitas rutin

yang terdiri dari salam,sapa, berdo’a, absen, bernyanyi, bercerita tema yang

diberikan, kegiatan inti, bercakap-cakap mengenai kegiatan hari ini, berdoa, pulang.

3. Kemampuan keterampilan sosial kelas B Paud Sauyunan Kota Bandung setelah diterapkan metode bermain peran mikro menunjukkan peningkatan yang cukup baik. Melalui hasil pengolahan data, dapat di ketahui bahwa kemampuan keterampilan sosial anak kelas B paud sauyunan kota bandung meningkat, hal tersebut dapat di lihat melalui peningkatan skor yang ditunjukkan dan bertambahnya anak yang berada pada kategori berkembang baik setelah diberi tindakan. Setelah melalui perhitungan nilai rata-rata pada siklus II, keterampilan


(3)

sosial anak yang berada dalam kategori berkembang baik sebanyak 63,90%, dan kategori dalam proses sebanyak 36,10% dan kategori perlu stimulus (PS) sebanyak 0%. Peningkatan keterampilan sosial anak melalui bermain peran mikro di kelas B paud sauyunan ini karena pembelajaran berpusat pada anak, anak berperan langsung yang menjadikan semua sebagai pengalamana di masa depan anak nanti. B. Rekomendasi

Berdasarkan kajian teoritis dalam BAB II dan hasil penelitian, berikut merupakan rekomendasi bagi para guru atau praktisi pendidikan di paud khususnya dalam meningkatkan keterampilan sosial anak melalui bermain peran mikro.

1. Bagi Guru atau Praktisi Paud

a. Pada proses kegiatan belajar khususnya dalam meningkatkan keterampilan sosial anak, guru hendaknya menggunakan media yang nyata, kegiatan belajar yang bervariasi, menarik dan menyenangkan untuk anak, pemilihan metode bermainperan mikro ini merupakan salah satu alternative yang dapat diterapkan untuk meningkatkan keterampilan sosial anak Paud.

b. Pada pelaksanaan metode bermain peran mikro, hendaknya guru mempersiapkan perencanaan pelaksanaan metode dengan masalah yang harus anak selesaikan, berbagai macam teks percakapan bermain peran, dan penggunaan media yang menarik bagi anak.

2. Bagi Kepala Paud

Kepala sekolah hendaknya membimbing dan mengarahkan guru untuk mencoba menerapkan metode belajar yang beragam dan menyenangkan, serta mendukung guru dalam sarana prasaran, serta memfasilitasi peningkatan kemampuan keterampilan sosial anak.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Peneliti selanjutnya dapat menggunakan metode bermain peran mikro dalam meningkatkan keterampilan sosial pada anak sebagai metode pembelajaran lainnya agar dapat memberikan masukan dan ide-ide baru terhadap kemampuan keterampilan sosial anak.


(4)

112

b. Bagi peneliti selanjutnya hendaknya dapat lebih mengoptimalkan dalam persiapan masalah, persiapan kegiatan yang lebih beragam, sehingga mampu lebih mengoptimalakan kemampuan anak.


(5)

Asniati,Nia.(2013) Meningkatkan Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan Pada Anak Usia Dini Dengan Metode Bermain Peran. Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: Tidak Diterbitkan.

Azzet,M.(2010) Mengembangkan Kecerdasan Sosial Bagi Anak, Jogjakarta: Kata Hati

Cendrawasih,Paud.(2011) Sentra Main Peran. Artikel Bandung

Caron,Carol,E dan Jan Allen. Early Childhood Curiculum: A creative play model,2ND Edition. NewJersey: Merill Publ., 1999.

Farhiyah, Ayu,Siti.(2012) Meningkatkan Kemampuan Membaca Dini Anak Taman Kanak-kanakMelalui Metode Bermain peran. Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: Tidak Diterbitkan

Handayani, Sri. (2012) Meningkatkan Keterampilan sosial Anak Usia Dini melalui Bermain Peran. Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: Tidak Diterbitkan.

Helms, D.B & Turner, J.S.(1983) Exploring child behavior. New York: Holt Rinehartand Winston.

H. E. Mulyasa. (2012). Manajemen PAUD. Bandung: RESDA

Hurlock.(1980). psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan Jakarta: Erlangga

Kurniati,E.(2010). Main Yuk! 30 permainan Tradisional Jawa Barat Dan peranannya dalam Mengembangkan Keterampilan sosial. Bandung: PGPAUD UPI.

Margono, S.(2009). Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta Martini, Otin. (2004) Psikologi Bimbingan Perkembangan Perilaku sosial anak

Usia Dini Di kel Bermain: studi kasus di kelompok bermain Aryandini III Kec Marga Cinta Bandung, Tesis Sekolah PascaSarjana UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Mutiah, Diana. (2012) Spikologi bermain anak usia dini. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Muslihuddin (2009) kiat sukses melakukan kegiatan penelitian TK, Bandung: Rizki Press.

Nugraha & rachmawati. (2004) Metode Pengembangan Sosial Emosional. Jakarta: Universitas Terbuka.


(6)

Sugiyanto. (1995) bermain, Mainan dan permainan. Jakarta: Depdikbud.

Sudrajat A. (2010) Konsep Diri (Self Concept) [Online], Available at http:akhmadsudrajat.wordpress.com [Monday, 23 Maret 2014]

Sulung L.M. (2012) Bermain Peran, Hakikat Bermain Peran, Model Bermain Peran, Pendekatan Bermain Peran, Pendidikan. [Online], Available at http:inkqu.files.wordpress.com/2011/11/bermain-peran.doc‎. [Sunday, 4 November 2012]

Syaodih, Ernawulan. (2005) Perilaku Sosial Anak Artikel Bandung: UPI

Tarsidi, Didi. (2002). Kompetensi Sosial Anak Tunanetra. Tesis, Bandung: Tidak diterbitkan.

Utami, Permata, Rima (2012) Meningkatkan keterampilan Sosial Anak usia dini Melalui penggunaan metode Bermain Peran. Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: Tidak diterbitkan.

Wiriaatmadja, Rochiati. (2012) Metode Penelitian Tindakan Kelas untuk meningkatkan kinerja guru dan dosen Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Yusuf, Syamsyu, L.N. (2007) pedagogik pendidikan dasar Bandung: Sekolah

Pascasarjana UPI

Y. N. Sujiono. (2012). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN KEGIATAN BERMAIN PERAN MIKRO DENGAN KETERAMPILAN SOSIAL PADA ANAK USIA DINI

2 41 60

BERMAIN PERAN DAPAT MENINGKATKAN KEMANDIRIAN ANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN Upaya Meningkatkan Kemandirian Anak Melalui Metode Bermain Peran Pada Anak Kelompok B TK PGRI Plumbungan Kecamatan Karangmalang Kabupaten Sragen Tahun 2013/2014.

0 3 10

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SOSIAL ANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN Upaya Meningkatkan Kemampuan Sosial Anak Melalui Metode Bermain Peran Pada Anak Kelompok B Tk Mojorejo 2 Kecamatan Karangmalang Kabupaten Sragen Tahun 2013/2014.

0 2 14

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL ANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN Upaya Meningkatkan Kemampuan Interaksi Sosial Anak Melalui Metode Bermain Peran Kelompok B Di BA Aisyiyah 4 Palur Tahun Ajaran 2012/2013.

0 1 15

MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN BERMAIN ANGKLUNG.

1 12 18

UPAYA MENINGKATKAN HUBUNGAN SOSIAL MELALUI BERMAIN PERAN PADA ANAK KELOMPOK B TK PERTIWI BUTUHAN Upaya Meningkatkan Hubungan Sosial Melalui Bermain Peran Pada Anak Kelompok B TK Pertiwi Butuhan Delanggu Tahun Ajaran 2011/2012.

0 1 12

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SOSIAL ANAK MELALUI BERMAIN PERAN DI KELOMPOK BERMAIN LABORATORIUM PGPAUD UPI.

0 3 44

PENERAPAN METODE BERMAIN GOBAK SODOR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK: PenelitianTindakanKelaspadaKelompok B di PAUD Baiturrahim KecamatanSumedang Selatan KabupatenSumedang.

0 1 39

PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL DAN KETERAMPILAN BERBICARA ANAK USIA DINI.

0 2 45

PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL MELALUI BERMAIN PERAN PADA KELOMPOK B TK PERTIWI NGABLAK KECAMATAN SRUMBUNG.

1 8 151