POLA INTEGRASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN HABITUASI DI SEKOLAH UNTUK MEMBANGUN KARAKTER SISWA: Studi Kasus Pada Madrasah Tsanawiyyah Negeri Sawahgede Cianjur.

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ………. i

KATA PENGANTAR……… iii

UCAPAN TERIMA KASIH ………. v

DAFTAR ISI ……….. ix

DAFTAR TABEL ……….. xi

DAFTAR BAGAN ………... xii

DAFTAR GAMBAR ………. xiii

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

A. Latar Belakang Masalah ………. 1

B. Rumusan Masalah ………. 4

C. Tujuan Penelitian ……….. 4

D. Manfaat Penelitian ……….. 5

E. Definisi Operasional ………. 6

F. Metodologi Penelitian………... 10

G. Subjek dan Lokasi Penelitian ………... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……… 13

A. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan ………. 13

1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ………. 13

2. Perkembangan dan Pemikiran PKn ……….. 20

a. Perkembangan PKn secara historis ……….. 20


(2)

3. Komponen Pembelajaran PKn ………... 26

a. Materi Pembelajaran PKn ……….. 26

b. Metode Pembelajaran PKn ……… 34

c. Media Pembelajaran PKn ……… 37

d. Sumber Pembelajaran PKn ……… 41

e. Evaluasi Pembelajaran PKn ……….. 42

4. Manfaat dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan …….. 43

B. Pengintegrasian Nilai-nilai Pendidikan Keluarga di sekolah ……….. 46

1. Pengertian dan Konsep Nilai-nilai Pendidikan Keluarga ……… ………….. 46

a. Pengertian Pendidikan Keluarga ……… 46

b. Konsep-konsep Pendidikan Keluarga di sekolah …. 48

2. Hakikat dan karakteristik nilai-nilai Pendidikan Keluarga ……… …………. 51

3. Fungsi dan Peranan Pendidikan Keluarga dalam mengembangkan karakter siswa…………. …… ……… 53

4. Manfaat dan Tujuan nilai-nilai Pendidikan Keluarga ….. 54

5. Integrasi nilai-nilai pendidikan keluarga di sekolah…….. 57

C. Konsep habituasi ………. 58

1. Pengertian habituasi ………... 58


(3)

3. karakteristik habituasi di lingkungan formal (sekolah)…. 62

D. Pembangunan Karakter siswa ………. 66

1. Hakikat pembangunan karakter ………. 66

2. Jenis-jenis karakter ………. 70

3. Pendidikan Karakter ……… 71

a. Karakter di rumah (keluarga ………. 71

b. Karakter di sekolah ……… 74

c. Karakter di masyarakat ………. 75

E. Hasil penelitian Terdahulu ……….. 78

BAB III METODE PENELITIAN ………. 80

A. Pendekatan Penelitian ……….. 80

B. Metode Penelitian ………. 83

C. Subjek Penelitian dan sumber Data ………. 87

1. Subjek Penelitian ……… 87

2. Sumber Data ……… 88

D. Teknik-teknik Pengumpulan Data ……… 90

1. Wawancara ……….. 93

2. Observasi ………. 96

3. Studi Dokumentasi ………. 98

4. Studi literatur ……….. 100

E. Analisis Data Penelitian ………... 100


(4)

2. Display Data ……… 105

3. Kesimpulan dan Verifikasi ……… 105

F. Keabsahan Temuan Penelitian ……… 106

1. Derajat kepercayaan validitas-internal ………. 107

2. Derajat keteralihan validitas eksternal ……… 107

3. Derajat kebergantungan-reliabilitas ……… 108

4. Derajat kepastian-objektivitas ……… 109

G. Tahap-tahap Pelaksanaan Penelitian di Lapangan ………….. 110

1. Tahap Orientasi ……… 110

2. Tahap Eksplorasi ………. 111

3. Tahap Member Check ………. 112

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 114

A. Gambaran Umum MTs Negeri Sawahgede Cianjur ………. 114

1. Letak MTs Negeri Sawahgede Cianjur ……… 114

2. Sejarah MTs Negeri Sawahgede Cianjur ………. 122

3. Misi, Visi, dan Tujuan Madrasah ……… 123

4. Sarana dan Prasarana ……… 124

5. Administrasi Sekolah ……… 124

6. Struktur Organisasi ……… 130

7. Komposisi siswa MTs Negeri Sawahgede Cianjur ……... 131

8. Kegiatan Rutine Khas MTs Negeri Sawahgede Cianjur… 131 9. Prestasi yang pernah di raih siswa-siswa MTs Negeri


(5)

Sawahgede Cianjur ……… 132 B. Deskripsi hasil Penelitian ……… 133 1. Nilai-nilai Pendidikan Keluarga ………. 133 2. Pengintegrasian nilai-nilai pendidikan keluarga dalam

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ………. 141 3. Persepsi siswa tentang nilai-nilai pendidikan

keluarga untuk membangun karakter siswa ……….. 149 C. Pembahasan Hasil Penelitian ……… 154

1. Penerapan nilai-nilai pendidikan keluarga di sekolah

melalui habituasi ………. 154 a. Implementasi nilai-nilai pendidikan keluarga

di rumah ………. 154 b. Implementasi nilai-nilai pendidikan keluarga

melalui habitusi (pembiasaan) di MTsN Sawahgede

Cianjur ………. 159 c. Pengintegrasian nilai-nilai pendidikan keluarga

dalam pembelajaran PKn di MTsN

Sawahgede Cianjur ………... 161 d. Persepsi siswa tentang nilai-nilai pendidikan

keluarga dalam membangun karakter

siswa MTsN Sawahgede Cianjur ……… 169 e. Prospek dan hambatan mengintegrasikan nilai-nilai


(6)

pendidikan keluarga dalam pembelajaran PKn dan habituasi dalam membangun karakter siswa MTsN

Sawahgede Cianjur ……… 173

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 179

A. Kesimpulan Umum ………. 179

B. Kesimpulan Khusus ……… 180

C. Rekomendasi ………... 182

DAFTAR PUSTAKA ………... 185

LAMPIRAN-LAMPIRAN ………... 191


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Model pengajaran dan metoda pengajaran ……… 35

Tabel 4.4 Nilai-nilai pendidikan keluarga ……… 138 Tabel 4.5 Pengintegrasian nilai-nilai pendidikan keluarga dalam

Pembelajaran PKn ………. 146 Tabel 4.6 Persepsi siswa tentang habituasi untuk membangun


(8)

DAFTAR BAGAN


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.7 Hubungan antara anak, keluarga, sekolah, dan masyarakat … 171


(10)

(11)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Model pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada dasarnya menitik beratkan pada pembentukan karakter siswa terutama dalam civic knowledge, civic skill, dan civic disposition, agar siswa mampu berpartisipasi dengan masyarakat sekitar, namun pada kenyataanya dilapangan, model pembelajaran yang diterapkan di sekolah lebih memfokuskan pada civic knowledge saja, sehingga menyebabkan siswa kurang berpartisipasi dengan yang lainnya (bersifat individualistis). Dengan demikian perlu kiranya ada sebuah solusi untuk memecahkan masalah tersebut. Salah satu pendidikan yang paling sesuai dengan pelaksanaan pendidikan keluarga, yang ada kaitannya dengan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yaitu dengan pengintegrasian nilai-nilai Pendidikan keluarga. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Hartinah (2008:164), bahwa keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan utama bagi anak-anak dan remaja. Pendidikan keluarga lebih menekankan pada aspek moral atau pembentukan kepribadian. Maka dari itu, yang menjadi dasar dan tujuan dari penyelenggaraan pendidikan keluarga lebih bersifat individual, sesuai dengan pandangan hidup keluarga masing-masing. Pendapat di atas, erat hubungannya dengan UU/20/2003 pasal 1 ayat (1) tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu :

“ Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. “


(12)

2

Dengan demikian, hal itu sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Hartinah (2008:164), bahwa pendidikan keluarga menekankan pada aspek moral atau pemben tukan kepribadian, sekalipun secara rasional bagi keluarga Bangsa Indonesia memiliki dasar yang nyata, yaitu Pancasila.

Kalau melihat nilai-nilai yang diterapkan di rumah, yang akan dikembangkan di sekolah, semua itu tergantung kepada kebiasaan si anak (habituasi) yang dilakukan di rumahnya. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Salamor, (2010:189), bahwa keluarga pada hakekatnya merupakan satuan terkecil sebagai inti dari suatu sistem sosial yang ada di masyarakat. Sebagai satuan terkecil, keluarga merupakan miniatur dan embrio dari berbagai unsur sosial manusia. Suasana keluarga yang kondusif akan menghasilkan warga masyarakat yang baik. Oleh karena itu, pembinaan terhadap anak secara dini dalam keluarga merupakan sesuatu yang sangat mendasar. Pendidikan agama, budi pekerti, tata krama, dan baca tulis hitung yang diberikan secara dini di rumah, serta teladan dari kedua orangtuanya, akan membentuk kepribadian dasar dan kepercayaan diri anak yang akan mewarnai perjalanan hidup selanjutnya. Dalam hal ini, seorang ibu memegang peranan yang sangat penting dan utama dalam memberikan pembinaan dan bimbingan (baik secara fisik maupun psikologis) kepada putra putrinya, dalam rangka menyiapkan generasi penerus yang lebih berkualitas selaku warga negara (WNI) yang baik dan bertanggung jawab, termasuk tanggung jawab sosial. Pendapat di atas, sesuai dengan pendapatnya Schikendanz, (1995) dalam Megawangi (2004:64), mengatakan bahwa, segala perilaku orangtua dan pola asuh yang diterapkan dalam keluarga, pasti berpengaruh dalam


(13)

3

pembentukan kepribadian/karakter seorang anak. Dengan demikian, untuk membentuk karakter siswa di sekolah, perlu adanya sebuah wadah untuk mengembangkannya, yaitu nilai-nilai karakter yang ditanamkan dalam diri anak, seperti yang diungkapkan oleh Megawangi (2004:95), yang termasuk kepada nilai-nilai universal, yang mana seluruh agama, tradisi dan budaya menjunjung nilai-nilai tersebut, yang dapat menjadi perekat bagi seluruh anggota masyarakat walaupun berbeda latar belakang, budaya, suku, dan agama. Salah satu yang termasuk dalam nilai-nilai universal tersebut diantaranya, :

1. Cinta Tuhan dan segenap Ciptaan-Nya (love Allah,trust,reverence,loyality).

2. Kemandirian dan tanggungjawab (responsibility, excellence, self reliance, discip line, orderlines).

3. Kejujuran/amanah,bijaksana (trustworthhiness, reliability, honesty). 4. Hormat dan santun (respect, courtessy, obedience.)

5. Percaya diri,kreatif dan pekerja keras (comfidence, assertiveness, creativity, resourcefulness, courage, determination and enthusiasm).

6. Baik dan rendah hati (kindness, friendliness ,humility, modesty).

Peran keluarga sangat berperan dalam membentuk karakter anak, yang sangat diharapkan dan juga dalam kematangan emosi-sosial ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekolah, dari usia pra sekolah sampai usia remaja. Dengan demikian, pendidikan keluarga berdampak positif dengan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Dalam hal ini, peneliti menyitir pendapatnya Winarno (2010:83), bahwa pendidikan nilai memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral, pendidikan akhlak, dan pendidikan budi pekerti. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik, bagi suatu masyarakat atau bangsa.


(14)

4

Berdasarkan latar belakang di atas, setiap permasalahan yang ada, dirumuskan sebagai pertanyaan penelitian (reasearch questions) sebagai berikut: ”Bagaimana me nerapkan pola integrasi nilai-nilai Pendidikan keluarga di dalam pembelajaran PKn dan habituasi di sekolah untuk membangun karakter siswa ?”( Studi kasus di Madrasah Tsanawiyyah Negeri Cianjur ). Kemudian masalah tersebut diidentifikasi sebagai berikut, dengan tujuan lebih spesifik dalam penelitiannya, diantaranya:

1. Nilai-nilai apa saja yang sudah diterapkan di rumah untuk dikembangkan di sekolah melalui habituasi (pembiasaan) dalam membangun karakter siswa ?

2. Bagaimana guru mengintegrasikan nilai-nilai yang ada di rumah atau keluarga, kedalam pembelajaran PKn di sekolah dilihat dari materi pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, sumber belajar, dan evaluasi ?

3. Bagaimana persepsi siswa tentang pengintegrasian nilai-nilai pendidikan keluarga kedalam pembelajaran PKn dan habituasi dalam membangun karakter siswa ?

C. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti memiliki tujuan tertentu yang hendak dicapai, diantaranya untuk mengetahui :

1. Nilai-nilai apa saja yang sudah diterapkan di rumah untuk dikembangkan di sekolah melalui habituasi (pembiasaan) untuk membangun karakter siswa.

2. Bagaimana guru mengintegrasikan nilai-nilai yang ada di rumah atau keluarga, kedalam pembelajaran PKn di sekolah dilihat dari materi pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, sumber belajar, dan evaluasi.


(15)

5

3. Bagaimana persepsi siswa tentang pengintegrasian nilai-nilai pendidikan keluarga kedalam pembelajaran PKn dan habituasi dalam membangun karakter siswa.

D. Manfaat Penelitian 1. Teoritis :

a. Diharapkan dengan menerapkan pendidikan keluarga di sekolah mampu membangun karakter siswa dalam mengembangkan dan merevitalisasikan pembelajaran PKn.

b. Memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka meningkatkan perubahan pola pikir siswa di sekolah dalam mengembangkan karakter, setelah pendidikan keluarga diterapkan.

2. Praktis :

a. Bagi penulis sebagai peneliti : dapat mengimplementasikan pendidikan keluarga di sekolah dalam kaitannya dengan pembangunan karakter siswa, baik di lingkungan keluarga maupun sekolah, sehingga dapat menunjang materi lain selain Pendidikan Kewarganegaraan.

b. Bagi Guru dan Siswa : bersama-sama akan tumbuh kesadaran,bahwa dengan mempelajari Pendidikan Kewarganegaraan melalui penerapan pendidikan keluarga di sekolah, dapat menumbuhkan dan mengembangkan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual sebagai instrumen untuk membentuk pribadi yang positif. Disamping itu dengan menerapkan pendidikan keluarga

c. di sekolah dapat menumbuhkan karakter siswa, baik secara informal, formal, maupun non formal.


(16)

6

d. Bagi dunia Pendidikan : bahwa paradigma sekarang sudah berubah, dari pengajaran menjadi pembelajaran, yang berarti bahwa siswa tidak cukup dengan memperhatikan, menulis, membaca, dan berlatih, tetapi dengan melalui pembelajaran, yang berarti membelajarkan siswa (sebagai subjek), dengan cara melakukan-mengalami-mengkomunikasikan, mulai dari kehidupan nyata siswa diangkat menjadi konsep.

E. Definisi Operasional

Untuk memahami judul penelitian, supaya tidak terjadi kesalahan dalam penafsiran, maka variabel-variabel penelitian dioperasionalkan kedalam empat konsep utama, yaitu pola integrasi nilai-nilai pendidikan keluarga, pembelajaran PKn, habituasi, dan karakter siswa.

1. Pola integrasi nilai – nilai pendidikan keluarga

Integrasi merupakan alternatif yang harus dipilih untuk menjadikan pendidikan untuk bersifat menyeluruh (integral-holistik). Pengintegrasian pendidikan keluarga merupakan salah satu bentuk dari pendidikan keluarga yang diterapkan di sekolah, terutama dalam pembelajaran PKn. Dengan demikian pentingnya integrasi pendidikan menjadi suatu kerangka normatif dalam merumuskan tujuan pendidikan. Gagasan integrasi nilai bukanlah sebuah wacana untuk meraih simpatik akademik, melainkan sebuah kebutuhan mendesak yang harus dijalankan sebagai pedoman pendidikan yang ada, mengingat pendidikan selama ini dipengaruhi oleh dualisme yang kental antara ilmu agama dengan ilmu-ilmu umum atau sekuler yang menyebabkan dikotomi ilmu-ilmu (http://hminews.com).


(17)

7

Pendidikan Keluarga merupakan Proses transformasi perilaku dan sikap di dalam kelompok atau unit sosial terkecil dalam masyarakat. Sebab keluarga merupakan lingkungan budaya yang pertama dan utama dalam menanamkan norma dan mengembangkan berbagai kebiasaan dari perilaku yang penting bagi kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat.

Konsep dari pendidikan keluarga dapat ditinjau dari beberapa aspek diantaranya, sebagaimana yang dikemukakan oleh Djamarah, (2004:3) salah satunya, keluarga adalah (1) ibu bapak dengan anak-anaknya,seisi rumah, (2) orang seisi rumah yang menjadi tanggungan, (3) sanak saudara, kaum kerabat, (4) satuan kekerabatan yang sangat mendasar dalam masyarakat. Dengan demikian menurutnya, keluarga merupakan suatu kesatuan yang yang diikat oleh hubungan darah antara satu dengan yang lainnya. Berdasarkan hubungan sosial, keluarga merupakan suatu kesatuan yang didikat oleh adanya saling berhubungan atau interaksi dan saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya, walaupun diantara mereka tidak ada hubungan darah. Sedangkan indikator dari nila-nilai pendidikan keluarga diantaranya a) pola asuh orang tua, b) anak berdisiplin diri, c) keterkaitan pola asuh orang tua dengan berdisipin diri, dan d) dinamika anak memiliki disipilin diri.

Kalau kita melihat dari kearifan lokal yang ada di Kabupaten Cianjur, Artinya konteks yang akan menjadi ukuran terhadap penggunaan dan keabsahan pemahaman yang akan dibangun di Kabupaten Cianjur tentang nilai-nilai pendidikan keluarga diantaranya “cinta kepada Allah yang menciptakan alam semesta dan isinya, tanggung jawab, disiplin, mandiri, jujur, hormat dan santun, kasih sayang, peduli dan kerja sama,


(18)

8

percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah, baik dan rendah hati, serta toleransi.”

2. Pembelajaran PKn

Apabila kita melihat dari pokok permasalahan, dimana adanya pola integrasi pendidikan Keluarga di sekolah dan habituasi dalam pembelajaran PKn, maka Pembelajaran merupakan usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relative lama dan karena adanya usaha, sehingga siswa dapat membangun karakternya. Adapun konsep dasar dari pembelajaran PKn diantaranya 1) mengajar sebagai proses menyampaikan materi pelajaran, 2) mengajar sebagai proses mengatur lingkungan. Sedangkan indikator dari pembelajaran PKn diantaranya :

b. Mengembangkan rasa beragama c. Mengembangkan rasa kekeluargaan

d. Memupuk dan mengembangkan rasa cinta tanah air

e. Memupuk dan mengembangkan menjadi warga negara yang demokratis f. Keberanian berdasarkan kebenaran dan keadilan

3. Habituasi :

Seperti yang dikemukakan oleh Budimansyah (2010:63) bahwa habituasi adalah proses penciptaan aneka situasi dan kondisi (persiste life situation) yang berisi aneka penguatan (reinforcement) yang memungkinkan peserta didik pada satuan pendidikannya, dirumahnya, dilingkungan masyarakatnya, membiasakan diri berperilaku sesuai nilai dan


(19)

9

menjadikan perangkat nilai yang telah diinternalisasi dan dipersonalisasi melalui proses olah hati, olah pikir, olah raga, olah rasa dan olah karsa itu sebagai karakter atau watak. Sebagai contoh karakter jujur terbentuk dalam kesatuan utuh antara tahu makna jujur (apa dan mengapa jujur), mau bersikap jujur, dan berperilaku jujur. Karena setiap nilai berada dalam spektrum atau klaser nilai-nilai, maka secara psikologis dan sosio kultural suatu nilai harus koheren dengan nilai lain dalam klusternya untuk membentuk karakter yang utuh. Konsep dasar dari Habituasi ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Kohlberg dan Lokheed dalam Budimansyah, (2010:67), diantaranya (a) tahap pembiasaan, sebagai awal karakter anak, (b) tahap pemahaman dan penalaran terhadap nilai, sikap, perilaku dan karakter siswa, (c) tahap penerapan berbagai perilaku dan tindakan siswa dalam kenyataan sehari-hari, (d) tahap pemaknaan, yaitu suatu tahap refleksi dari para siswa melalui penilaian terhadap seluruh sikap dan perilaku. Sedangkan indikator dari habituasi itu sendiri yaitu, jujur dan bertanggung jawab, cerdas, sehat dan bersih,serta peduli dan kreatif.

4. Karakter siswa

Karakter merupakan suatu sifat yang mewujud dalam suatu sistem daya dorong yang akan menjadi daya dorong atau landasan untuk pemikiran, sikap dan perilaku kita dalam melakukan atau menampilkan tindakan secara nyata. Orang yang berkarakter akan selalu berpenampilan terpuji yang mengandung kebaikan dan kebajikan, karena karakter dibangun dari nilai-nilai moral dari luar maupun sifat-sifat dasar dalam dari kita yang baik. Dengan demikian, kalau kita tidak membangun karakter kita, maka akan lebih banyak tampilan-tampilan kita yang tidak terpuji serta tidak mengandung kebaikan dan kebajikan, baik sebagai individu maupun sebagai bangsa dan negara.


(20)

10

Seperti yang dikemukakan Megawati (2004:105) bahwa Pendidikan karakter di sekolah yang berhasil sangat tergantung dari komitmen kepala sekolah yang mempunyai visi ingin membangun karakter siswa di sekolahnya. Misalnya, sebuah sekolah dapat mencantumkan visi ”membina dan mengembangkan siswa berkarakter” tersebut harus disadari oleh seluruh guru dan orang tua, yang semuanya sangat tergantung pada kemampuan kepala sekolah untuk mensosialisasikan visinya. Yang dijadikan sebagai konsep dasar dari karakter siswa ini yaitu seperti yang dikemukakan oleh Megawangi, (2004:110), bahwa pendidikan karakter melibatkan moral knowing, moral feeling dan moral action, sedangkan indikator dari karakter siswa ini meliputi, kesopanan, keberanian dalam mengeluaran pendapat, ketekunan, kesetiaan, kemampuan dalam pengendalian diri, simpati, toleransi, adil, kepemimpinan, dan menghormati harga diri individu lain.

Kepribadian atau karakter (personality) adalah sifat dan tingkah laku khas seseorang yang membedakannya dengan orang lain. Integrasi karakteristik dan struktur-struktur, pola tingkah laku, minat, pendirian, kemampuan dan potensi yang dimiliki seseorang; segala sesuatu mengenai diri seseorang sebagaimana diketahui oleh orang lain, Kartini Kartono dan Dali Gulo, (1987) dalam Sjarkawi, (2009:6).

F. Metodologi Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Hal ini sesuai dengan pendapatnya Sugiyono (2009:15) bahwa metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana penulis adalah sebagai instrument kunci,


(21)

11

pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan data dengan trianggulasi (gabungan), analisa data bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. 1. Instrumen Penelitian

Peneliti sebagi instrumen utama dalam penelitian dapat melakukan introspeksi dan penilaian apakah dengan kehadirannya mengganggu responden atau tidak, dan jika kehadirannya mengganggu maka peneliti akan dapat memperbaikinya. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan Lexy J. Moleong (2007: ) bahwa Kedudukan Peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit, ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpul data, penganalisis, penafsir, dan pada akhirnya sebagai pelapor penelitian yang dilakukannya.

2. Tekhnik Pengumpulan data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dan informasi yang digunakan sebagai adalah berikut :

a. Wawancara b. Observasi

c. Studi Kepustakaan d. Studi Dokumentasi

3. Tekhnik Pengolahan dan Analisis Data a. Tekhnik Pengolahan Data


(22)

12

Tekhnik pengolahan data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tekhnik pengumpulan data yang bermacam-macam (trianggulasi atau gabungan), dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh.

b. Tekhnik Analisis Data

Tekhnik analisis data yang digunakan peneliti adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam katagori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain,yang bersifat induktif dan berkelanjutan.

G. Subjek Penelitian dan Lokasi Penelitian

Yang menjadi subjek penelitiannya yaitu siswa MTs Negeri Sawahgede Cianjur kelas VIII B, guru PKn, dan orang tua siswa. Sedangkan lokasi penelitian yang digunakan peneliti adalah MTs Negeri Sawahgede Cianjur, dengan didasarkan atas pertimbangan, bahwa lokasi tersebut merupakan salah satu MTs. Negeri yang terbanyak siswanya dibandingkan MTs-MTs Negeri lainnya yang ada di kabupaten Cianjur. Disamping itu MTsN Sawahgede Cianjur merupakan salah satu MTs Negeri yang letaknya sangat strategis, mudah dijangkau oleh berbagai kendaraan dari segala arah terutama kendaraan 04A/04B.


(23)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian tentang “Pola integrasi nilai-nilai Pendidikan Keluarga dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganeganegaraan dan habituasi di sekolah untuk membangun karakter siswa” ini merupakan pendekatan kualitatif, yaitu pendekatan yang tidak mengandung angka-angka, melainkan berupa kata-kata, gambar, dan sebagainya. Dalam hal ini Bogdan dan Taylor dalam Lexy Moleong, (2007:4) mengatakan bahwa pendekatan kualitatif merupakan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Dalam pendekatan kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini, berimplikasi pada penggunaan ukuran-ukuran kualitatif secara konsisten, artinya dalam pengolahan data, sejak mereduksi, menyajikan dan memverifikasi dan menyimpulkan data tidak menggunakan perhitungan-perhitungan secara sistimatis dan statistik, melainkan lebih menekankan pada kajian interpretatif.

Creswell (1998:15) mendefinisikan penelitia kualitatif adalah sebagai berikut :

Qualitative research is an inquiry process of understanding based on distinct methodological traditions of inquirythat explore a social or human problem. The researcher builds a complex,holistic picture,analyzes words,reports detailed views of informants, and conducts the study ini a natural setting.

Dari kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah proses penelitian untuk memahami berdasarkan tradisi metodologi penelitian tertentu dengan cara menyelidiki masalah sosial atau manusia. Dalam penelitian ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks yang bersifat kholistik, menganalisis kata-kata, melaporkan pandangan-pandangan para informan secara rinci, dan melakukan penelitian dalam situasi alamiah.


(24)

Pendekatan kualitatif menekankan pada makna, penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu), lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Pendekatan kualitatif, lebih lanjut, mementingkan pada proses dibandingkan dengan hasil akhir ; oleh karena itu urut-urutan kegiatan dapat berubah-ubah tergantung pada kondisi dan banyaknya gejala-gejala yang ditemukan. Tujuan penelitian biasanya berkaitan dengan hal-hal yang bersifat praktis. Lebih lanjut Lincoln dan Guba (1985:1999),mengemukakan bahwa : “ …the human-as-instrument is inclined toward methods that are extentions of normal human activities : looking, listening, speaking, reading, and the like”. Dari pernyataan di atas sangat jelas bahwa keunggulan manusia sebagai instrumen dalam penelitian naturalistik karena alat ini dapat melihat, mendengar, membaca, merasa, dan sebagainya yang biasanya dilakukan manusia pada umumnya.

Pendekatan penelitian kulaitatif disebut juga sebagai pendekatan naturalistik, karena situasi penelitian lapangan bersifat natural atau alamiah, apa adanya, dan tidak dimanipulasi (Cresswell dalam Nasution,1992:18), menurut Bogdan dan Biklen (1982:27), pengumpulan data dalam kualitatif hendaknya dilakukan oleh peneliti dan mendatangi sumbernya secara langsung. Pendekatan naturalistik-kualitatif dipandang sesuai dengan masalah penelitian ini dengan beberapa alasan :

1. Peneliti mencoba mengungkap dokumen proses berlangsungnya pola integrasi nilai-nilai pendidikan keluarg di sekolah MTsN Sawahgede Cianjur melalui habituasi dalam mebangun karakter siswa. Beberapa alasan menggnakan dokumentasi tersebut sebagaimana dikemukakan oleh Guba dan Lincoln dalam Moleong (2007:217) :

a. Dokumen dan record merupakan sumber yang stabil, kaya, dan mendorong b. Dokumen itu berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian

c. Dokumen itu bersifat bersifat alamiah, sesuai dengan konteks,lahir dan berada dalam konteks


(25)

d. Dokumen dan record relatif murah dan mudah

e. Dokumen dan record merupakan sumber data yang non-reaktif

f. Dokumen berperan sebagai sumber pelengkap dan memperkaya bagi informasi yang diperolah melalui interview atau observasi.

2. Penelitian ini berfokus pada bagaimana mengintegrasikan nilai-nilai pendidikan keluarga melalui pembelajaran PKn di sekolah. Hal ini dapat terungkap melalui pendekatan kualitatif sesuai dengan karakteristik kualitatif yang dikemukakan oleh Bogdan & Mien (1982:28) : qualitative researchers are concerned with process than simply with outcomes or products. Penekanan kualitatif pada proses secara khusus memberi keuntungan dalam penelitian pendidikan dimana dapat dilakukan kejadian mengenai performan siswa dan harapan guru yang dapat dilihat dalam aktivitas keseharian. Maka dari itu Nana Sudjana dan Ibrahim (1989:189) mengatakan bahwa, ”tekanan penelitian kualitatif ada pada proses, bukan pada hasil”.

3. Penelitian ini mencoba mengungkapkan bagaimana persepsi siswa tentang pengintegrasian nilai-nilai pendidikan keluarga ke dalam pembelajaran PKn dan habituasi dalam membangun karakter siswa di MTsN Sawahgede Cianjur. Untuk memahami hal-hal tersebut dapat ditemukan apabila dilakukan penelitian melalui pendekatan naturalistik.

Sesuai dengan hakikat pendekatan penelitian-kualitatif, peneliti ingin memperoleh pemahaman terhadap ”Bagaimana menerapkan pola integrasi nilai-nilai Pendidikan keluarga di dalam pembelajaran PKn dan habituasi di sekolah untuk membangun karakter siswa (dalam hal ini MTsN Sawahgede Cianjur), dan khususnya yang terkait dengan pola integrasi nilai-nilai pendidikan keluarga.

Beberapa literatur lain menyebutkan ciri-ciri penelitian kualitatif/naturalistik, antara lain, sumber data adalah situasi wajar (natural setting), peneliti sebagai instrumen utama pengumpul data penelitian (key instrument), sangat deskriptif, mementingkan proses, mengutamakan data


(26)

langsung (first hand), triangulasi (data dari satu sumber harus di cek kebenarannya dengan cara memperoleh data yang sama dari sumber yang lain), mementingkan perspektif emic (pandangan responden), sampling purposif, audit-trail (apakah laporan penelitian sesuai data yang terkumpul), partisipasi tanpa mengganggu (passive partisipation), analisa dilakukan sejak awal dan selama melakukan penelitian, disain penelitian muncul selama proses penelitian (emergent, evolving, dan develoving).( Nasution,2003:9)

B. Metode Penelitian

A. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menekankan pada faktor peneliti sebagai alat penelitian utama, disamping memperhatikan metode yang digunakan, agar hasilnya sesuai dengan yang diharapkan. Seperti yang dikemukan Burgess dalam Nasution, (2003:17), mengemukakan bahwa metode penelitian kualitatif sebenarnya meliputi sejumlah metode penelitian, antara lain kerja lapangan, penelitian lapangan, studi kasus, ethnografi, prosedur interpretatif, dan lain-lain. Di lihat dari pendapat di atas, maka peneliti memilih metoda penelitiannya yang dianggap tepat yaitu studi kasus. Maka dari itu sesuai dengan pendapatnya Silalahi (2010:186), mengemukakan bahwa metode kasus merupakan penelitian yang mempelajari secara intensif atau mendalam satu anggota dari kelompok sasaran suatu subjek penelitian. Sementara itu Yin (dalam Silalahi, 2010:186) mengemukakan bahwa “ case studies are the preferrednstrategy when how or why questions are being posed, when the investigator has little control over events, and when the focus on a contemporary phenomenon whitin some real-life context”. Hal ini berarti bahwa studi kasus merupakan suatu strategi penelitian yang secara umum lebih cocok digunakan untuk situasi bila pokok bentuk pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan


(27)

bagaimana atau mengapa . bila peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol suatu peristiwa yang akan diselidiki atau tidak membutuhkan kontrol terhadap peristiwa sebagaimana dalam studi eksperimen, dan bila fokus penelitiannya terletak pada penomena atau peristiwa kontemporer (masa kini). Lebih jauh Dedy Mulyana (2002:201) dalam Leny Anggraeni menjelaskan lebih jauh bahwa :

Peneliti studi kasus berupaya menelaah sebanyak mungkin data mengenai subjek yang dteliti. Mereka sering menggunakan berbagai metode wawan cara (riwayat hidup), pengamatan, penelaahan dokumen (hasil), survei, dan data apapun untuk menguraikan suatu kasus secara terinci. Jadi alih-alih me nelaah sejumlah kecil variabel dan memilih suatu sampel besar yang mewa kili populasi, peneliti secara seksama dan berbagai cara mengkaji sejumlah besar variabel megenai suatu kasus khusus. Dengan mempelajari semaksi mal mungkin seorang individu, suatu kelompok, atau suatu kejadian, peneliti bertujuan memberikan pandangan yang lengkap dan mendalam megenai subjek yang diteliti.

Dilihat dari pandangan di atas, hal itu mengandung kerangka berfikir yang sama dengan pendapatnya Suharsimi Arikunto (1989:120) mengemukakan bahwa :

Penelitian kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu. Ditinjau dari ling kup wilayahnya,maka penelitian kasus hanya meliputi daerahatau subjek yang sangat sempit. Tetapi dintinjau dari sifat penelitian, penelitian kasus lebih mendalam dan membicarakan kemungkinan untuk memecahkan masalah yang aktual dengan mengumpulkan data, menyusun, mengklasifikasikannya, dan menginterprestasikannya.

Sebagai metode kualitatif, studi kasus mempunyai beberapa keuntungan. Lincoln dan Guba dalam Dedy Mulyana, (2002:201), mengemukakan keistimewaan studi kasus, diantaranya : 1. Studi kasus merupakan sarana utama bagi penelitian emik, yakni menyajikan pandangan

subjek yang diteliti.

2. Studi kasus menyajikan uraian menyeluruh yang mirip dengan apa yang dialami pembaca dalam kehidupan sehari-hari.

3. Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan hubungan antara peneliti dan responden.

4. Studi kasusus memungkinkan pembaca untuk menemukan konsistensi internal, yang tidak hanya merupakan konsistensi faktual, tetapi juga keterpercayaan (trustworthiness). 5. Studi kasusu memberikan “uraian tebal” yang diperlukan bagi penilaian atau


(28)

6. Studi kasus terbuka bagi penilaian atas konteks yang turut berperan bagi pemaknaan atas fenomena dalam konteks tersebut.

Kalau kita melihat pendapat di atas, ternyata studi kasus lebih menitik beratkan pada suatu kasus, adapun kasus yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu mengenai pola integrasi nilai-nilai pendidikan keluarga dalam pembelajaran PKn di sekolah dan habituasi untuk membangun karakter siswa. Dalam kasus ini dibatasi hanya dalam satu ruang lingkup MTs yang berada di Kabupaten Cianjur, yaitu MTsN Sawahgede Cianjur. Dengan menggunakan metode kualitatif dan sudi kasus diharapkan mampu mengungkapkan aspek-aspek yang akan diteliti, terutama dalam pengintegrasian nila-nilai pendidikan keluarga dalam pembelajaran PKn di sekolah dan habituasi untuk membangun karakter siswa, dari mulai proses pelaksanaan pengintegrasian, penerapan dalam pembelajaran PKn di sekolah dan habituasi, prospek dan hambatan dalam pengimplementasiannya untuk membangun karakter siswa, serta perubahan-perubahannya.

Dalam menggunakan pendekatan metode kualitatif dengan mengunakan metode kasus dalam penelitian ini, dimaksudkan untuk mengetahui kondisi yang objektif dan mendalam tentang fokus penelitian ini. Maka dari itu, peneliti lebih banyak menggunakan pendekatan antar personal dalam penelitian ini. Dalam artian, selama proses penelitian ini peneliti lebih banyak mengadakan kontak atau berhubungan dengan orang-orang di lingkungan lokasi penelitian. Dengan demikian peneliti dapat leluasa mencari informasi dan mendapatkan data yang lebih terperinci tentang berbagai hal yang diperlukan untuk kepentingan penelitian. Selain itu juga peneliti berusaha untuk mendapatkan pandangan dari orang luar dari sistem subjek penelitian, atau dari pengamat, untuk menjaga objektifitas hasil penelitian.

b. Subjek Penelitian dan sumber Data 1. Subjek Penelitian


(29)

Dalam penelitian ini teknik penentuan subjek penelitian dimaksudkan supaya peneliti dapat sebanyak mungkin untuk memperoleh berbagai informasi dengan segala kompleksitas yang berkaitan dengan pola integrasi nilai-nilai pendidikan keluarga dalam pembelajaran PKn di sekolah, dan habituasi untuk membangun karakter siswa yang diperlukan, terutama ditujukan kepada kelas VIII B MTsN Sawahgede Cianjur, Hal ini dikarenakan siswa-siswa kelas VIII B tersebut merupakan termasuk kelas unggulan, disamping itu siswanya merupakan siswa-siswa yang aktif, baik di dalam kelas maupun aktif dalam mengikuti kegiatan di sekolah. Disamping itu guru PKn tu sendiri, maupun ditujukan kepada orang tua siswa. Walaupun demikian, pemilihan subjek penelitian ini tidak dimaksudkan untuk mencari persamaan yang mengarah pada pengembangan generalisasi, tetapi untuk mencari informasi secara terperinci yang sifatnya spesifik yang memberikan ciri khas dan unik.

Ada beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam menetapkan subjek penelitian ini, diantaranya latar (setting), para pelaku (actors), peristiwa-peristiwa (events), dan proses (process). Kriteria pertama adalah latar, yang dimaksud dengan latar adalah tempat dimana berlangsungnya proses pengambilan data, yakni didalam dan diluar sekolah, wawancara di rumah, dan dikantor, wawancara formal dan informal, berkomunikasi resmi dan tidak resmi, di ruang pertemuan atau diluar kelas. Kriteria kedua adalah pelaku, yaitu orang-orang yang berkompeten yang berlatar keilmuan, yang terkait dengan dimensi pendidikan kewarganegaraan serta banyak menaruh perhatian yang tinggi terhadap pola integrasi nilai-nilai pendidikan keluarga dalam pembelajaran PKn di sekolah dan habituasi untuk membangun karakter siswa. Kriteria ketiga adalah peristiwa, yaitu pandangan, pendapat, dan penilaian tentang penerapan pola integrasi nilai-nilai pendidikan keluarga dalam pembelajaran PKn disekolah dan habituasi untuk membangun karakter siswa yang disampaikan baik secara individual maupun bersama


(30)

dalam kegiatan belajar-mengajar. Kriteria keempat adalah proses, yaitu wawancara penelitian yang berkenaan dengan pendapat dan pandangannya terhadap fokus penelitian. (Miles & Huberman, 1992:50).

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian kualitatif baik lisan maupun tulisan bersumber dari data primer (primary data) maupun dari data sekunder (secondary data) penelitian. Data primer merupakan data yang dikumpulkan yang mencakup persepsi dan pemahaman pribadi serta deskripsi lainnya yang berkaitan dengan peristiwa yang sedang terjadi dalam penelitian. Sedangkan data sekunder merupakan data yang dikumpulkan melalui sumber-sumber lain yang tersedia, yang dapat mengungkapkan informasi tentang pola integrasi nilai-nilai pendidikan keluarga dalam pembelajaran PKn dan habituasi di sekolah untuk membangun karakter siswa di MTsN Sawahgede Cianjur (Silalahi, 2010:289).

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi manusia, benda, dan peristiwa. Manusia dalam penelitian kualitatif merupakan sumber data utama sebagai informan mengenai fenomena atau masalah yang sedang diteliti sesuai dengan fokus penelitian, yaitu siswa kelas VIII B MTsN Sawahgede Cianjur, guru PKn, dan orang tua siswa. Benda merupakan bukti fisik yang berhubungan dengan fokus penelitian yang sedang diteliti, sedangkan peristiwa merupakan salah satu bentuk informasi yang menunjukkan kondisi secara langsung yang berhubungan dengan pola integrasi nilai-nilai pendidikan keluarga dalam pembelajaran PKn dan habituasi di sekolah untuk membangun karakter siswa.

Sesuai dengan fokus penelitian yang sedang diteliti, unit-unit analisisnya adalah (1) Nilai-nilai yang sudah diterapkan di rumah untuk dikembangkan di sekolah melalui habituasi (pembiasaan) untuk membangun karakter siswa, (2) Guru mengintegrasikan nilai-nilai yang ada


(31)

di rumah/keluarga, kedalam pembelajaran PKn di sekolah dilihat dari materi pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, sumber belajar, dan evaluasi, (3) Persepsi siswa tentang pengintegrasian nilai-nilai pendidikan keluarga kedalam pembelajaran PKn dan habituasi untuk membangun karakter siswa.

Yang menjadi sumber data utama dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII (delapan) B MTsN Sawahgede Cianjur, orang tua yang berkompeten, guru mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan, termasuk dokumen tentang kebijakan-kebijakan penyelenggaraan serta dokumen sekolah yang relevan dengan fokus penelitian yang sedang diteliti.

Dalam penelitian ini, peneliti menyitir dari pendapatnya Moleong, (2007:224), bahwa dalam penelitian kualitatif sangat erat kaitannya dengan faktor-faktor kontekstual. Dalam hal ini adalah untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari pelbagai macam sumber dan bangunannya (construction). Dengan demikian tujuannya bukanlah memusatkan diri pada adanya perbedaan-perbedaan yang nantinya dikembangkan kedalam generalisasi. Tujuannya adalah untuk merinci kekhususan yang ada dalam ramuan konteks yang unik.

Dalam subjek penelitian kualitatif ditentukan dengan menggunakan sampel bola salju (snowball sampling), artinya subjek penelitian mengidentifikasi beberapa orang/kelompok sebagai sampel sampai terpenuhinya jumlah anggota sampel yang dikehendaki. Misalnya apabila dalam pengumpulan datanya belum cukup hanya dari satu keluarga saja, maka dikumpulkan data dari sumber lain, terutama dari guru PKn , bahkan dari siswa itu sendiri (Silalahi, 2010:273). c. Teknik-teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian kualitatif. Maka dari itu peneliti dijadikan sebagai instrumen utama (key instrument). Oleh karena itu, peneliti memiliki peranan yang sangat fleksible dan adaftif, artinya peneliti dapat


(32)

menggunakan seluruh panca indra yang dimilikinya untuk memahami fenomena yang sesuai dengan fokus penelitian yang sedang diteliti. Maka dari itu, dalam penelitian ini peneliti terjun langsung ke lapangan untuk mengumpulkan seluruh data sesuai dengan fous penelitian yang sedang diteliti, yaitu pola integrasi nilai-nilai pendidikan keluarga dalam pembelajaran PKn dan habituasi di sekolah untuk membangun karakter siswa.

Dalam penelitian kualitatif, ada beberapa tahapan-tahapan pengumpulan data diantaranya, tahap orientasi, tahap eksplorasi, dan tahap member-check. Dalam kegiatan pertama, yang dilakukan peneliti adalah melakukan pra survei atau survei pendahuluan, dimana lokasi tempat peneliti melakukan penelitian adalah tempat dimana peneliti bertugas, sehingga dengan mudah peneliti mendapatkan gambaran tentang masalah yang sedang diteliti. Selanjutnya tahapan yang kedua, peneliti melakukan pengumpulan data sesuai dengan fokus penelitian. Berhubung peneliti sebagai alat penelitian yang utama, maka peneliti dapat melakukan sendiri pengamatan dan wawancara yang tak berstruktur kepada responden peneliti, dengan tujuan untuk memperoleh keterangan yang terinci dan mendalam mengenai pandangan responden terhadap fokus penelitian yang sedang diteliti, misalnya kepada siswa kelas VIII (delapan) B MTsN Sawahgede Cianjur, guru PKn itu sendiri, serta pihak orang tua yang berkompeten.

Dikarenakan peneliti sebagai instrumen utama dalam pengumpulan informasi atau data, maka informasi atau data tersebut diharapkan dapat dipahami secara utuh, termasuk dalam mengadakan interaksi antar manusia atau responden. Disamping itu, sebagai peneliti, diharapkan mampu untuk menyelami perasaan dan nilai-nilai yang terkandung dari ucapan atau perbuatan responden penelitian. Dalam hal ini, Erickson dalam melakukan penelitian lapangan (Erickson, 1986:21), menuntut peneliti untuk melakukan (1) interaksi secara intensif dan jangka panjang di


(33)

lokasi penelitian; (2) melakukan pencatatan (recording) mengenai apa yang terjadi di lokasi penelitian, membuat catatan-catatan lapangan, serta mengumpulkan dokumen-dokumen lainnya (seperti memo, catatan-catatan, serta catatan-catatan dari siswa kelas VIII (delapan) B MTsN Sawahgede Cianjur, guru PKn itu sendiri, serta orang tua yang berkompeten); (3) refleksi analitik berikutnya pada catatan-catatan, dan dokumen-dokumen yang dikumpulkan dari lapangan, dan dilaporkan dengan cara mendeskripsikannya secara mendetail, antara lain dengan membuat sketsa-sketsa naratif, dan kutipan langsung dari interview maupun dengan cara mendeskripsikannya, dalam bentuk-bentuk yang lebih umum.

Dengan demikian, kedudukan peneliti sebagai instrumen sangat relevan dan memang sulit untuk digantikan oleh instrumen yang lain, Nasution (2003:55) mengemukakan, beberapa alasan pentingnya peneliti sebagai instrumen penelitian yaitu :

1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat berreaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian….

2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus….

3. Tiap situasi merupakan suatu keseluruhan….. hanya manusia sebagai instrumen dapat memahami situasi dengan segala seluk beluknya.

4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia tidak dapat dipahami dengan pengetahuan semata-mata. Untuk memahaminya kita sering perlu merasakannya, menyelaminya berdasarkan penghayatan kita.

5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh.

6. Hanya manusia sebagai instrumen yang dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan segera menggunakannya sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau penolakan.

7. Dengan manusia sebagai instrumen, responden aneh yang menyimpang justeru diberi perhatian. Respons yang lain daripada yang lain, bahkan yang bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek yang diselidiki.

Kedudukan peneliti sebagai instrumen utama, kualitasnya sangat diperlukan. Kualitas yang dimaksudkan tersebut berkaitan dengan pribadi yang toleran, sabar, menunjukkan empati, manusiawi, terbuka, jujur, objektif, dan berpenampilan menarik. Peneliti mempunyai wawasan


(34)

dan kemampuan untuk menilai sesuatu dan dapat mengambil keputusan dalam kegiatan pengumpulan data dan informasi secara tepat di lapangan. Hal inilah yang menjadikan peneliti sangat menentukan dalam penelitian naturalistik kualitatif

1. Wawancara

Digunakan untuk memperoleh data secara langsung dari responden dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara tertulis kepada siswa-siswa, para guru PKn, Kepala sekolah, guru agama, serta orang tua yang berkompetensi. Dengan daftar pertanyaan/wawancara dimaksudkan dapat mengungkap data mengenai pengetahuan, sikap, keyakinan responden, sehingga pertanyaan meliputi : 1) fakta konkret mengenai lembaga responden; 2) Persepsi dan keyakinan responden terhadap kebijakan otonomi pendidikan dan otonomi daerah; 3) Sikap pendapat dan perasaan terhadap sesuatu peristiwa yang dialami; 4) Sikap pendapat dan perasaan terhadap sesuatu peristiwa dan keadaan pendidikan (tingkat kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi); 5) Informasi-informasi penting yang akan segera direalisasikan yang berupa kebijakan-kebijakan praktis.

Pada saat melakukan proses wawancara peneliti dibantu oleh suatu kerangka acuan yang disebut pedoman wawancara. Pertanyaan yang dipersiapkan disesuaikan dengan masalah yang sedang dibahas dalam penelitian, sehingga pertanyaan kepada sumber data merupakan langkah-langkah sistematis dalam mencari data guna pemecahan masalah penelitian.

Tingkat partisipasi yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah partisipasi penuh, yaitu peneliti menyatukan diri dan turut serta dalam berbagai kegiatan yang dilakukan oleh sumber data, sehingga dianggap sebagai anggota dari komunitas penelitian.

Esterberg dalam Sugiono (2009:317) mengemukakan bahwa wawancara atau interview adalah :


(35)

“A meeting of two persons to exchange information and idea throught question Responses,resultingin communication and joint construction of meaning about a particular topic”.

Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik terten tertentu Sedangkan Silalahi, (2010:312) mengemukakan bahwa wawancara dapat dila kukan dengan individu tertentu (responden) untuk mendapatkan data atau informasi tentang masalah yang berhubungan dengan subjek tertentu atau orang lain. Selain itu dapat juga dilakukan dengan individu tertentu untuk mendapatkan data atau informasi tentang dirinya sendiri. Lain halnya dengan pendapatnya Lincoln dan Guba (1985: 266) dalam Moleong wawancara adalah percakapan dengan suatu tujuan mengkons truksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan berbagai macam lainnya. Menurut Paton (1980:197) dalam Moleong, pertanyaan-pertanyaan penelitian naturalistik yang diajukan dapat mengikuti tiga macam pilihan diantaranya sebagai berikut : Pertama, wawancara pembicaraan informal (the informal conversation interview), yaitu pertanyaan yang diajukan sanagt tergantung pada pewawancara itu sendiri, bergantung pada sportanitasnya dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada terwawancara. Sewaktu pembicaraan berjalan, terwawancara barangkali tidak mengetahui atau tidak menyadari bahwa ia sedang diwancarai. Kedua, pendekatan menggunakan petunjuk umum (the general interview guide approach), yaitu berisi petunjuk secara garis besar tentang proses dan isi wawancara untuk menjaga agar pokok-pokok yang direncanakan dapat seluruhnya tercakup. Pelaksanaan wawancara dan pengurutan pertanyaan disesuaikan dengan keadaan responden dalam konteks wawancara yang sebenarnya. Ketiga, wawancara baku terbuka (the standarized open-ended interview), yaitu waawancara yang menggunakan seperangkat


(36)

pertanyaan baku. Maksud pelaksanaannya tidak lain merupakan usaha untuk menghilangkan kemungkinan terjadinya kekeliruan.

Lebih jauh mengenai pertanyaan yang akan ditanyakan peneliti kepada subjek penelitian, dalam hal ini Patton (1989:198) memberikan kiat-kiat tertentu, diantaranya (a) pertanyaan berkaitan dengan pengalaman dan perilaku; (b) pertanaan berkaitan dengan pendapat atau nilai; (c) pertanyaan berkaitan dengan perasaan; (d) pertanyaan berkaitan dengan pengetahuan; (e) berkaitan dengan panca indra; (f) pertanyaan berkaitan dengan latar belakang atau demografi. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik wawancara tak berstrukur, karena pewawancara tidak memiliki setting wawancara dengan sekuensi pertanyaan yang direncanakan peneliti di saat akan mengajukan pertanyaan kepada responden. Dalam hal ini, pewawancara dalam mewawancarai, hanya mempunyai satu daftar tentang tofik atau isu (interview guide). Maksud utamanya adalah, menggali beberapa faktor dalam situasi yang mungkin menjadi pusat untuk masalah utama dalam penelitian (Silalahi, 2010:313).

Untuk lebih memudahkan dalam mengadakan pendataan dan informasi, maka peneliti menggunakan catatan-catatan lapangan, yaitu peneliti mengaplikasikannya dengan perspektif emic, (pandangan responden), yaitu berusaha mengetahui bagaimana responden memandang dari segi perspektifnya. Wawancara yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini, diharapkan dapat memberikan keuntungan berbagai pihak, sedangkan dalam pelaksanaannya, peneliti menggunakan alat bantu berupa catatan-catatan lapangan, dengan tujuan untuk memudahkan dan menginat data yang akan dikumpulkan, baik yang bersifat verbal maupun non verbal. Maka dari itu, untuk mengimbangi keterbatasan daya ingat peneliti mengenai informasi yang diperoleh digunakan dengan cara wawancara terbuka (open endeed interview).


(37)

Yaitu Pengumpulan data dengan menggunakan berbagai alat, dengan tujuan mengumpulkan data melalui observasi. Untuk kepentingan penelitian, pengamatan itu harus dilatih agar dapat melihat dan mengumpulkan data yang relevan dengan masalah yang akan diteliti.

Observasi yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini, merupakan observasi yang bersifat informasi (apa yang terjadi), dan bersifat konteks (hal-hal yang berkai tan disekitarnya ). Maka dalam melakukan observasi penelitian kualitatif ini, tidak hanya mencatat suatu kejadian atau peristiwa, akan tetapi juga mengamati segala sesuatu atau sebanyak mungkin hal-hal yang diduga ada kaitannya dengan fokus penelitian yang sedang diteliti. Hal ini sesuai dengan pendapatnya Buford Junker, dalam Patton (1980:131-132) dalam Moleong, (2007) bahwa dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan empat tahap pengamatan (obervasi). Pertama, observer berperan serta secara lengkap (complete partisipant). Dalam hal ini, aktivitas peneliti sepenuhnya menjadi anggota kelompok dari kelompok yang diamati. Maka dari itu, seorang peneliti dapat memperoleh semua informasi dan subjek penelitian, termasuk yang rahasia sekalipun. Kedua, peneliti berperan sebagai pengamat (partisipan as observer), dalam hal ini peranan observer tidak sepenuhnya masuk dalam kelompok subjek penelitian, tetapi hanya sekedar pengamat, sehingga keberadaan observer tidak diketahui. Maksud dari tujuan itu supaya mendapatkan seluruh informasi yang diperlukan, termasuk yang bersifat rahasia. Ketiga, observer berperan sebagai pengamat yang berperan serta (observer as partisipant). Hal ini dilakukan dengan tujuan utuk memperlihatkan status observer secara umum, supaya dapat memperoleh data yang diperlukan peneliti sekalipun bersifat rahasia sekalipun. Keempat, peran observer sebagai pengamat penuh (complete observer), hal ini dilakukan untuk mengetahui setiap detail kelompok yang sedang diteliti dari jauh, bahkan tidak kelihatan sebagai peneliti, hampir dikatakan tidak ada rahasia yang diamati.


(38)

Apabila kita melihat dari pendapatnya Junker di atas, maka peneliti mengambil alternatif dengan berupaya menggunakan tahap kedua, ketiga, dan keempat, yaitu dengan menggunakan teknik mengamati situasi dan objek penelitian, dengan tujuan peneliti dapat mengamati situasi, kejadian-kejadian dalam lokasi penelitian. Selain daripada itu peneliti dapat memperoleh data yang akurat dari tangan pertama, serta mencatat dari segala kejadian yang ditemukan dilapangan, sebagaimana yang dilakukan penelitian secara alamiah.

Setelah selesai melakukan pengamatan, maka peneliti melakukan pencatatan data, berupa laporan langkah-langkah peristiwa yang dibuat berupa gambaran umum yang singkat. Dalam kegiatan observasi ini peneliti melakukannya berulang kali sampai diperoleh data yang diperlukan. Dengan pelaksanaan yang berulang-ulang, dapat membawa keuntungan bagi peneliti, karena responden yang diamati akan terbiasa dengan kehadiran peneliti sehingga responden bersikap wajar (tidak dibuat-buat).

3. Studi Dokumentasi

Yaitu teknik pengumpulan data melalui naskah-naskah, dan laporan-laporan, serta dokumentasi-dokumentasi yang ada kaitannya dengan masalah-masalah pola integrasi nilai-nilai Pendidikan Keluarga dalam pembelajaran PKn dan habituasi di sekolah untuk membangun karakter siswa yang sedang diteliti peneliti.

Dalam proses pengambilan data dan informasi, peneliti mempertimbangkan beberapa hal, yaitu : (1) apakah isi dokumen dapat diterima sebagai suatu kenyataan, (2) apakah dokumen tersebut otentik atau palsu, dan (3) apakah data itu cocok untuk menambah pengertian tentang gejala-gejala yang diteliti.

Dokumen merupakan alat metodologis yang sangat bermanfaat bagi suatu penelitian alasan ini sesuai dengan pendapatnya Blaxter, dkk (1985:257) diantaranya :


(39)

(1) Dokumen dan catatan dapat menerangi atau melengkapi data yang sudah dikumpulkan. (2) Dokumen ini dapat mengkomfirmasi, dan memodifikasi data-data yang sudah ada. (3) Dokumen ini dapat memfokuskan perhatian peneliti pada saat analisis dan interpretasi. (4) Dokumen ini lebih banyak mengumpukan data daripada yang digunakan.

Sebagaimana dikemukakan Lincoln dan Guba (1985:276) bahwa catatan dan dokumen dapat dimanfaatkan sebagai aksi dari kejadian-kejadian tertentu sebagai bentuk pertanggungjawaban. Untuk itu, peneliti menganggap perlu mengunakan dokumen ini untuk membantu analisis dengan memanfaatkan sumber kepustakaan berupa buku teks, makalah, jurnal, dokumen kurikulum, hasil penelitian dan dokumen negara. Dalam kajian dokumen ini difokuskan pada aspek materi atau substansi yang ada kaitannya dengan pola integrasi nilai-nilai pendidikan keluarga dalam pembelajaran PKn di sekolah dan habituasi untuk membangun karakter siswa.

Maka dari itu, disamping menggunakan tekhnik wawancara, dan observasi, untuk pengumpulan data dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan studi dokumentasi. Dokumen yang dikaji berhubungan dengan pola integrasi nilai-nilai pendidikan keluarga dalam pembelajaran PKN di sekolah dan habituasi untuk membangun karakter siswa.

Dari ketiga teknik tersebut, yakni wawancara, observasi, dan studi dokumentasi, merupakan teknik yang digunakan peneliti sendiri untuk menjaring data penelitian. Hal itu sejalan dengan pendapatnya Nana Sudjana & Ibrahim yang menyatakan :

“Peneliti dan objek peneliti yang diteliti saling berinteraksi, dimana proses penelitiannya dilakukan diluar maupun didalam dengan banyak melibatkan jujgement. Dalam pelaksanaannya, peneliti sekaligus berfungsi sebagai alat penelitian yang tidak bisa melepaskan diri sepenuhnya dari unsur subjektifitas”.

Maka dari itu, peneliti berperan sebagai “human instrument”. Hal ini sejalan dengan pendapatnya Bogdan dan Biklen (1982:27) yang mengatakan bahwa, “Qualitative research has the natural setting as the direct sourch of data and the researcher is the key instrument”. Peranan peneliti sebagai instrumen utama dalam proses pengumpulan data, merupakan aspek


(40)

yang sangat penting dalam proses penelitian secara keseluruhan untuk memperoleh data dan informasi yang akurat. Maka dari itu, peneliti berperan sebagai instrumen utama, terjun langsung ke dokumentasi dengan melakukan jujgement selama tahap pengumpulan data sesuai dengan tujuan penelitian.

4. Studi Literatur (literatuf of study)

Studi literatur, merupakan alat pengumpul data untuk mengungkapkan berbagai teori yang relevan dengan permasalahan yang sedang dihadapi atau diteliti sebagai bahan pembahasan dari hasil penelitian yang sedang diteliti. Tekhnik studi literatur yang digunakan, adalah untuk mempelajari sejumlah literatur baik yang berupa buku, jurnal, surat kabar, dan sumber-sumber kepustakaan lainnya untuk menunjang penelitian yang sedang diteliti. Dalam hal ini, peneliti menyitir dari pendapatnya Faisal (1992:30), dalam Leni Anggaraeni bahwa hasil studi literatur bisa dijadikan masukan dan landasan dalam menjelaskan dan merinci masalah-masalah yang akan diteliti, termasuk juga dalam hal latar belakang, mengapa masalah tadi penting untuk diteliti.

d. Analisis Data Penelitian

Analisis data, merupakan proses mencari dan menyusun secara sistimatis data yan diperoleh dari hasil wawancara catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam katagori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2009:335). Dalam penelitian ini, analisis data meliputi pekerjaan yang berkaitan dengan data mengenai pola integrasi nilai-nilai pendidikan keluarga dalam pembelajaran PKn di sekolah dan habituasi untuk membangun karakter siswa. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Bogdan dan Biklen, (1982)


(41)

dalam Moleong (2007) mengemukakan bahwa analisis data kualitatif merupakan upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskannya apa yang dapat diceritakannya kepada orang lain. Dengan demikian, analisis data, merupakan proses menyusun data agar dapat ditafsirkan kedalam pola, tema, atau katagori.

Analisis data kualitatif yaitu bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi pola hubungan tertentu. Selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang sehingga dapat disimpulkan, apakah pola hubungan tersebut diterima atau ditolak berdasarkan data yang terkumpul.

Dalam melakukan analisis data, dimulai dengan meneliti seluruh data dari beberapa sumber, diantaranya dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam lapangangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya. Data-data tersebut dipilah-pilah, kemudian peneliti melakukan reduksi data, yaitu suatu proses pemilihan, pemusatan perhatian, penyederhanaan, pengabstraksian, dan mentransformasikan data-data yang kasar yang muncul dari catatan yang tertulis di lapangan secara terus menerus terutama selama pengumpulan data. Sebagaimana dikemukakan Moleong, (2007:247), abstraksi merupakan usaha membuat rankuman yang inti, proses, dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada didalamnya.

Setelah meneliti dan menelaah, kemuadian menyusunnya ke dalam satuan-satuan. Dalam hal ini, Moleong, (2007:247) mengarahkan bahwa satuan-satuan itu kemudian dikatagorisasikan sambil melakukan koding. Selanjutnya peneliti mengadakan pemeriksaan terhadap keabsahan


(42)

data yang diakhiri dengan penafsiran data sebagai pengolahan data sementara kemudian menjadi tori substansif dengan menggunakan beberapa teori yang ada.

Selain daripada itu, kemudian peneliti melakukan katagorisasi, yaitu salah satu tumpukan dari seperangkat tumpukan yang disusun atas dasar pikiran, intuisi, pendapat, atau kriteria tertentu (Moleong, 2007:252). Dalam hal ini Lincoln dan Guba (1985:347-350) mengarahkan bahwa dalam melakukan katagorisasi harus didasarkan atas metode analisis komparatif (the method of constant comparisson). Maka dari itu Lincoln dan Guba (1985:347)menjelaskan :

The essential tasks of categorizing are to bring together into provisional categories those cards that apparently relate to the same content;into devise rules that describe category properties and that can,ultimately,be used to justify the conclusion of each card that remains assigned to the category set interbally consistent. Not that category set that emerges cannot be described as the set;all that can reasonable be required of the analys is that he or she produce a set that provides a “reasonable” construction of the data. “Reasonable” is most easily defined a judgement that might be made subsequently by an auditor reviewing the process.

Setelah melakukan pemprosesan satuan, katagorisasi, kemudian peneliti melakukan penelitian dengan penafsiran data, yaitu melakukan deskripsi semata-mata, deskriptik analitik, dan penyusunan teori substantif (Schalmant dan Strauss) dalam Moleong, (2007:258 ). Dalam deskriptik semata-mata, peneliti (analis) menerima dan menggunakan teori dan rancangan organisasional yang telah ada dalam suatu disiplin. Sedangkan dalam deskriptik analitik, rancangan organisasional dikembangkan dari katagori-katagori yang ditemukan dan hubungan-hubungan yang disarankan atau yang muncul dari data. Kemudian selanjutnya diadakan penyusunan teori substansif, dimana peneliti (analis) harus menampakkan metafora atau rancangan yang telah dikerjakannya dalam analisis. Setelah itu, peneliti mentransformasikan metafora tersebut kedalam bahasa disiplinnya, yang akhirnya membangun identitasnya sendiri walaupun mungkin dilakukan dalam kaitannya antara objek yang dianalisis atau proses dengan


(43)

formula tradisional. Tujuan utama dari penafsiran data ini tidak lain ialah mencapai teori substansif (Moleong, 2007:258).

Dalam proses analisis data yang digunakan peneliti yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), serta penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing/verifikation). Untuk mendeskripsikan dan mengeksplanasi peristiwa yang telah berlangsung sera berdasarkan data yang atau informasi yang sudah terkumpul, maka dalam hal ini peneliti melakukan kegiatan-kegiatan yang identik dan sekaligus sebagai pengganti pengukuran dan pengolahan data yang telah lazim dilakukan dalam tradisi penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini, analisis data yang digunakan peneliti mengacu kepada pendapatnya Miles and Huberman dalam (Sugiyono, 2009:338) mengemukakan bahwa, aktivitas dalam analisis data terbagi dari tiga bagian, diantaranya data reduction, data display, dan conclusion drawing/verifikation. Seperti dalam bagan di bawah ini :

Bagan 3.1 Komponen dalam Analisis Data (interactive models) ( Miles dan Huberman,1992:20)

Bagan di atas merupakan data analisis yang interaktif antara data reduction, data display, dan conclusion drawing/verifikation. Dalam hal ini, peneliti harus mampu untuk bergerak cepat diantara ketiga sumbu kumparan tersebut selama pengumpulan data berlanjut.

Reduksi data

Penyajian data

Kesimpulan: penarikan/verifik

asi Pengumpilan


(44)

Kemudian peneliti harus bolak-balik antara kegiatan reduksi data, penyajian data, atau dalam hal penarikan kesimpulan dan verifikasi.

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Data yang telah direduksi, disusun lebih sistematis, ditonjolkan pokok-pokok yang penting, diberi susunan yang lebih sistematis, sehingga lebih mudah dikendalikan

Dalam reduksi data ini, dilakukan dengan pengelompokkan data sesuai dengan aspek-aspek permasalahan penelitian. Dengan melakukan pengelompokkan tersebut, maka peneliti lebih mudah dapat menentukan unit-unit analisis dalam penelitian.

2. Data Display (penyajian data)

Setelah data direduksi, kemudian data tersebut disajikan atau dtampilkan (display) dalam bentuk deskrpsi sesuai dengan aspek-aspek penelitian. Tujuan dari penyajian data ini adalah untuk memudahkan peneliti dalam menafsirkan data dan menarik kesimpulan. Dengan demikian, data atau informasi dari lapangan dapat disajikan secara berurutan sesuai dengan keadaan di lokasi peneltian, terutama dalam strategi pola integrasi nilai-nilai pendidikan keluarga dalam pembelajaran PKn di sekolah dan habituasi untuk membangun karakter siswa.

3. Conclusion Drawing/verfikation (kesimpulan dan verifikasi)

Dalam penarikan kesimpulan dan verfikasi, dilakukan berdasarkan data yang telah dikumpulkan, sesuai dengan apa yang dilakukan dalam penelitian kualitatif. Maka dari itu, dalam penarikan kesimpulan dan verifikasi, mengalami beberapa tahapan, diantaranya, penarikan kesimpulan yang sementara atau sangat tentatif, kabur, diragukan, akan tetapi setelah pengumpulan data bertambah, maka penarikan kesimpulan menjadi lebih grounded. Dengan demikan, dalam pengumpulan data tersebut harus diverifikasi lebih jauh dengan meminta


(45)

pertimbangan dari berbagai pihak, dan dari berbagai sumber yang lain, sehingga peneliti dapat menarik kesimpulan akhir untuk mengungkapkan beberapa temuan dalam penelitian ini.

e. Keabsahan Temuan Penelitian

Sebagai dasar dari keabsahan dalam penelitian kualitatif, adalah jawaban dari pertanyaan bagaimana peneliti membujuk para audiens bahwa temuan-temuan peneliti dapat dipercaya atau dapat dipertimbangkan. Dalam keabsahan data kualitatif ini tidak bersifat tunggal, tetapi sebaliknya bersifat jamak, dan tergantung pada kemampuan peneliti mengkonstruksi fenomena yang diamati, serta dibentuk dalam diri seseorang sebagai hasil proses mental tiap individu dengan berbagai latar belakangnya yang berbeda-beda. Dengan demikian, dalam hal ini peneliti menggunakan uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi, kriteria derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (con firmability). (Moleong, 2007:324). Disamping itu, peneliti juga menggunakan triangulasi, dengan menggunakan cross-check data, dengan tujuan mengecek data yang telah diperoleh dari beberapa sumber dengan data yang telah diperoleh peneliti.

Triangulasi merupakan pengujian kredibilitas atau pengecekan data dari berbagai sumber, dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Maka dari itu, sesuai dengan konteks penelitian yang sedang diteliti, peneliti melakukan pengecekan data dari berbagai sumber, dengan mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber sehingga menghasilkan suatu kesimpulan, yang selanjutnya diadakan kesepakatan (member-check) dengan sumber-sumber data tersebut. Selain itu, peneliti juga menguji kredibilitas data dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan tekhnik yang berbeda, misalnya peneliti mengumpulkan


(46)

informasi atau data yang diperoleh melalui tekhnik wawancara, kemudian sumber data tersebut dicek kebenarannya melalui tekhnik dokumentasi.

Di bawah ini, dijelaskan mengenai pengujian keabsahan data dalam metode kualitatif, diantaranya :

1. Derajat kepercayaan-validitas internal (credibility)

Derajat kepercayaan merupakan suatu ukuran tentang kebenaran data (the truth value) hasil penelitian sehingga data yang dikumpulkan tersebut dapat dipercaya kebenarannya. Tujuan dari penelitian kualitatif ini, untuk mencocokkan konsep dari peneliti dengan konsep yang ada pada responden atau nara sumber. Kredibilitas dalam penelitian kualitatif, hampir sama dengan validitas internal positivistik, karena menurutnya, kebenaran itu bebas dari nilai dan waktu. Untuk menguji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian, yaitu melalui cara-cara; (1) perpanjangan pengamatan atau penelitian di lapangan; (2) triangulasi, yaitu pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu; (3) pembicaraan dengan teman seprofesi ataupun dengan teman kuliah yang tidak ada hubungannya dengan penelitian yang sedang diteliti (peer debriefing); (4)mengadakan member-check, yaitu proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data (audiens), dengan tujuan untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data atau nara sumber/audiens.

2. Derajat keteralihan validitas eksternal (transferability).

Suatu penemuan yang diterapkan pada semua konteks dalam penelitian naturalistik, apabila ada kesamaan karakteristik antara setting dengan setting penerapan

Dalam hal ini Lincoln dan Guba (1995:316) menerangkan :


(47)

Provide only the thick description necessary to enable some one interested ini making a transfer to reach a conclusion about wheather transfer can be contemplated as a possibility

Dengan demikian, keteralihan sebagai persoalan empiris bergantung pada kesamaan antara konteks peneliti dan penerima. Maka dari itu, peneliti bertanggung jawab untuk menyediakan data deskriptif secukupnya, secara rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya, sedangkan bagi penerima, dapat memutuskan dapat atau tidaknya untuk mengaplikasikan hasil penelitian tersebut di tempat lain. Dalam derajat keteralihan, (transferability) hampir sama dengan validitas eksternal dalam kuantitatif, dimana transferability dalam penelitian kualitatif berkenaan dengan applicability atau ada atau tidaknya kecocokkan atau kesesuaian (fittingness) atau dapat diterapkannya pada situasi lain. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba mendeskripsikan informasi dan data penelitian secara lebih luas dan terperinci mengenai pola intergrasi nilai-nilai pendidikan keluarga dalam pembelajaran PKn di sekolah, dan habituasi untuk membangun karakter siswa.

3. Derajat kebergantungan-reliabilitas (dependability)

Dependability (reliabilitas), merupakan suatu penelitian yang dapat mereplikasi atau mengulang proses penelitian tersebut. Dalam dependability reliabilitas ini, menggunakan metode yang sama, sehingga dapat memberikan hasil yang konsisten atau adanya kesamaaan antara hasil peneliti dengan hasil yang di dapat dari data atau informasi dari nara sumber, sehingga hasil penelitian tersebut dapat dipercaya dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Maka dari itu, dalam penelitian ini peneliti mengadakan uji dependability dengan cara menggunakan berbagai catatan dari berbagai sumber data tentang seluruh proses dan hasil penelitian.


(48)

Derajat kepastian-objektivitas dalam kualitatif, merupakan tekhnik pengujian yang dapat dilakuan secara bersamaan, baik proses maupun produk, sehingga dapat menghasilkan hasil penelitian yang faktual, dapat dipercaya, dan dapat dipastikan bahwa hasil penelitian itu benar-benar ada sesuai dengan dengan penelitian yang dilakukan peneliti. Disamping itu juga peneliti dapat melakukan triangulasi dengan dosen pembimbing agar dapat memperoleh hasil data yang yang lebih akurat.

Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti melakukan beberapa tahapan persiapan, diataranya :

a. Melakukan survey dan studi literatur

Dalam menyususn rancangan penelitian, peneliti sudah jauh-jauh melakukan survey penelitian karena yang dijadikan objek penelitian tersebut adalah tempat dimana peneliti bekerja, dengan tujuan lebih memudahkan peneliti untuk pengambilan data, melakukan survey, baik itu dalam pembelajaran maupun diluar itu. Untuk memantapkan substansi penelitian, maka peneliti melakukan studi literatur mengenai pola integrasi nilai-nilai pendidikan keluarga dalam pembelajaran PKn di sekolah dan habituasi untuk membangun karakter siswa, terutama pada proses implementasinya yang memerlukan survey pendahuluan ke sekolah tersebut.

Berdasarkan hasil survey pendahuluan, ternyata nilai-nilai pendidikan keluarga itu dapat diterapkan di sekolah melalui habituasi (pembiasaan) yang baik, sehingga dengan nilai-nilai pendidikan keluarga yang baik tersebut dapat membangun karakter siswa itu sendiri kearah yang lebih baik.


(49)

Berdasarkan hasil survey penelitian pendahuluan, kemudian disusun rancangan penelitian untuk diajukan kepada team penilai dalam forum seminar pra disain. Permasalahn yang diajukan pada dasarnya disetujui.

c. Mengurus perizinan

Prosedur yang ditempuh peneliti dalam melakukan penelitian ini diantaranya : a) Mengajukan surat permohonan izin penelitian dari Rektor UPI

b) Setelah itu baru peneliti menghubungi Kepala Sekolah dimana peneliti bekerja (MTsN Sawahgede Cianjur) untuk minta izin akan melakukan penelitian di sekolah yang dipimpinnya.

f. Tahap-tahap Pelaksanaan Penelitian di Lapangan

Dalam pelaksanaan penelitian yang dilakukan peneliti dilapangan, melalui beberapa tahapan, diantaranya :

1. Tahap Orientasi

Dalam tahap orientasi pada penelitian yang dilakukan peneliti dimulai sejak memasuki lapangan penelitian, untuk itu dalam mendapatkan data dan gambaran tentang karakteristik yang akan dikaji, sehubungan dengan fokus penelitian, maka peneliti melakukan pendekatan dengan beberapa orang siswa, terutama kelas VIII B (delapan B) MTsN Sawahgede Cianjur, guru PKn, serta beberapa orang tua siswa yang dianggap bisa membantu peneliti dalam penelitian ini. Pada awal penelitian, peneliti tidak langsung membicarakan tentang masalah penelitian, tetapi lebih banyak menerima dan menampung berbagai permasalahan dan informasi yang diungkapkan oleh guru-guru, siswa, terutama siswa kelas VIII (delapan B), bahkan dari orang tua yang berkompeten sekalipun. Dalam pendekatan yang dilakukan oleh peneliti, akan dapat menghasilkan suatu kondisi dimana para personal di sekolah tersebut menganggap bahwa


(1)

DAFTAR PUSTAKA

--- A.Kosasih Djahiri(1985),Strategi pengajaran Afektif nilai-moral VCT dan Games dalam VCT,Bandung : Penerbit Granesia

---A.Kosasih Djahiri(1986),Menelusuri dunia Afektif pendidikan nilai dan moral, Bandung : Penerbit Lab Pengajaran PMP-KN

Bedjo & Jainal Akhyar(2009),Pendidikan (Civic Education)

untuk Perguruan Tinggi,Banjarmasin : Penerbit Lab PKn FKIP Unlan Banjarmasin

C.Asri Budiningsih(2008) Pembelajaran moral berpijak karakter siswa dan Budayanya : Penerbit PT. Rineka Cipta

Cece Wijaya & A.Tabrani Rusyan(1992), Kemampuan dasar Guru dalam proses Belajar-Mengajar,Bandung : Penerbit Remaja Rosdakarya

Direktorat Jendral Pendidikan Agama Islam(2007), Kumpulan UU dan PP RI Tentang Pendidikan : Penerbit Depag RI

---Dasim Budimansyah & Karim Suryadi(2008), PKn dan masyarakat Multikultural, Bandung : Penerbit Program Studi S2 UPI

--- Dasim Budimansyah(2009), Inovasi Pembelajaran PKn, Bandung : Penerbit Program Studi S2 UPI

--- Dasim Budimansyah (2010), Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan untuk membangun Karakter Bangsa, Bandung : Penerbit Widya Aksara Press


(2)

Rosdakarya

E.Mulyasa(2003), KBK, Konsep, Karakteristik dan Implementasi, Bandung : Penerbit PT. Remaja Rosdakarya

E.Mulayasa(2008), Menjadi Guru Profesional, menciptakan pembelajaran Kreatif dan menyenangkan, Bandung : Penerbit PT.Remaja Rosdakarya Endang Sumantri (2009), An 0utline of Citizenship and moral Education an Major Countris of Shout Asia : Penerbit UPI Bandung

E.Mulyasa(2008), Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung : Penerbit PT.Remaja Rosdakarya

---Freddy K.Kalidjernih(2010), Penulisan Akademik, Essai, Makalah, Artikel, Jurnal Ilmiah, Skripsi, Tesis, Desertasi : Penerbit Widya Aksara Press

---Freddy K.Kalidjernih (2009), Cakrawala Baru Kewarganegaraan, Redaksi Sosiologi Indonesia, Bogor : Penerbit CV. Regina

---Freddy K. Kalidjernih (2009), Puspa Ragam Konsep dan Isue Kewarganegaraan : Penerbit Wida Aksara Press

Julia Brannen, (2002) memadu metode penelitian kualitatif dan kuantitatif, Penerbit : pustaka pelajar

--- Kokom Komalasari (2010), Pembelajaran Kontekstual, Konsep dan aplikasi, Bandung : Penerbit PT. Refika Aditama

Loraine Blaxter, dkk, (2001) how to research (seluk beluk melakukan riset) edisi kedua : Penerbit PT.Indeks


(3)

PT. Remaja Rosdakarya

Muh. Farozin & Kartika Nur Fathyah(2004), Pemahaman Tingkah laku,buku pegangan kuliah : Penerbit Rineka Cipta

M. Amin Thaib, BR, dkk, Model Pembelajaran pada MTs (2007),Jakarta : Penerbit Balai Litbang Agama

Moch. Uzer Usman(1992), Menjadi Guru Profesional, Bandung : Penerbit PT. Remaja Rosdakara

Mufti Besar,dkk (1986), Mengasuh anak menurut ajaran Islam, Jakarta : Penerbit : UNICEF Indonesia

Matthew B. Milles & A. Michel Huberman(1992), Analisa Data Kualitatif, Buku Sumber tentang Metode baru : Pnerbit UI Press

Moh. Shohib, (1997), Pola Asuh Orang Tua dalam membantu anak mengembangkan disiplin diri : Penerbit Rineka Cipta

MD. Dahlan, (1984) Model-model Mengajar : Penerbit CV. Diponegoro Bandung Nasution & M. Thomas (2009), Buku Penuntun Membuat Tesis,Skripsi,Disertasi, Makalah : Penerbit Bumi Aksara

Nasution (2003), Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung : Penerbit Tarsito

Nurul Zuriah & Hari Sunaryo (2009), Berfikir Kritis Dialogis melalui DDCT : Penerbit UMM Press

Oemar Hamalik (2009), Proses belajar mengajar, Jakarta : Penerbit PT Bumi Aksara Paul Ginnis (2008), Trik & Taktik Mengajar, Strategi meningkatkan Pencapaian


(4)

Pengajaran di Kelas, Jakarta : Penerbit PT. Indeks

--- Proseding Seminar (2010), Aktualisasi Pendidikan Karakter Bangsa : Penerbit

Widya Aksara Press

Ratna Megawati(2004), Pendidikan Karakter, solusi yang tepat untuk membangun Bangsa : Penerbit Energy

Soemarno Soedarsono(2008), Pokok-pokok pikiran tentang konsep dasar

Pendidikan Karakter (hilangnya karakter, hilangna generasi penerus) : Penerbit Yayasan Jati diri bangsa

Suriakusumah (1992), Pengantar Pendidikan Kewarganegaraan dan masalah Kewarganegaraan (bag.1), Bandung : Penerbit PMP-KN IPS IKIP Sudirman, dkk (1992), Ilmu Pendidikan, Bandung : Penerbit PT. Remaja Rosdakarya

Sukardi (2005), Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya : Penerbit Bumi Aksara

---Sri Wuryan & Syaifullah (2009), Ilmu Kearganegaraan (CIVIC) : Penerbit Lab PKn UPI

suparlan dkk (2010), PAKEM : Penerbit PT. Genesindotor

Slameto, (2003), Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya,Jakarta : Penerbit Rineka Cipta

Siti Hartinah (2008), Perkembangan Peserta Didik, Bandung : Penerbit PT. Refika Adhitama


(5)

Sjarkawi (2009), Pembentukan Kepribadian Anak, Peran moral, intelektual, emosio nal, dan sosial sebagai wujud integritas membangun jati diri, Jakarta : Pe- nerbit Bumi Aksara

Syaful Bahri Djamarah (2004), Pola Komunikasi Orang tua dan anak dalam kelu- Arga,Sebuah Perspektif pendidikan Islam : Penerbit Rineka Cipta

Suharsimi Arikunto,(2010),Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi) : Penerbit : Bumi aksara

S. nasution,1987) ,metode research : Penerbit Jemmars Bandung

Saptono, (2007), Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMP kelas VIII jilid 2 : Penerbit Phibeta

Syaiful Bahri Djamarah (2002), Psikologi Belajar : Penerbit Rineka Cipta Team Redaksi Fokus Media (2006) , Guru dan Dosen UU RI no 14/2005 : Pe nerbit Fokus Media

---Udin S. Winata Putra & Dasim Budimansyah (2007),

Civic education, Konteks, landasan, bahan ajar, dan kultur kelas, Bandung : Penerbit Program studi PKn SPs UPI Utami Munandar (2009), Pengembangan Kreativitas anak berbakat : Penerbit Rineka Cipta

Ulber Silalahi, (2010), Metode Penelitian Sosial : Penerbit Refika Aditama Wina Sanjaya, (2010), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan : Prenada Media Group

Yvonna S. Lincoln & Egon G. Guba (2007),Naturalistic Incuiry Bandung : Penerbit Program Studi PKn S2 UPI


(6)

Jurnal-jurnal :

• Internasional Journal of Education, vol. 2 dan 3, 2008 • Pendidikan Karakter vol, 2,2009

• Jurnal PKn vol. 1, 2008

• Acta Civicus Jurnal PKn vol.2,2009

• Jurnal Pembangunan Karakter Bangsa tahun 2010-2025,pemerintah RI,2010 • Acta Civicus jurnal Pkn vol.3,no.1 2009

• Acta Civicus jurnal PKn vol.2 no. 1, 2008 • Pendidikan karakter vol. 2, no. 2, 2010 Internet

http://www.jeo9.blogspot.com/#pan di akses tanggal 9 Januari 2011

http://selintascahaya.com/2010 blogspot 08/tanggung-jawab-pendidikan-moral-at.html di akses tanggal 23 Januari 2011

http://studihukum.wordpress.com/category/02-kampus/ di akses tanggal 23 Januari 2011

http://apri76.wordpress.com/2009/06/22/pembelajaran-ekstrakurikuler-pai-suatu-pengantar/di akses tanggal 23 Januari 2011

http://id.wikipedia.org/wiki/Ekstrakurikuler di akses tanggal 23 Januari 2011 http://notok2001.bogspot.com/2007/07pendidikan-dalam-keluarga.html di akses tanggal 5 Maret 2011

http://hminews.com/event/pentingnya-pendidikan-keluarga-dalam-masyarakat/ di akses tanggl 5 Maret 2011