IMPLEMENTASI PENDIDIKAN ANTI KORUPSIMELALUI HABITUASI DAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN UNTUK MEMBANGUN KARAKTER SISWA UNTUK MEMBANGUN KARAKTER SISWA :Studi Deskriptif di SMP Negeri 1 Cianjur-Jawa Barat.

(1)

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN ANTI KORUPSI MELALUI HABITUASI DAN PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN UNTUK MEMBANGUN KARAKTER SISWA (Studi Deskriptif di SMP Negeri 1 Cianjur-Jawa Barat)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh :

APIEK GANDAMANA, S.Pd NIM. 1103325

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

Halaman Hak Cipta untuk Mahasiswa S2

===============================================================

Implementasi Pendidikan Anti Korupsi Melalui

Habituasi dan Pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan Untuk Membangun Karakter Siswa

(Studi Deskriptif di SMP Negeri 1 Cianjur-Jawa Barat)

Oleh

APIEK GANDAMANA S.Pd UPI BANDUNG, 2010

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Sekolah Pascasarjana

Prodi Pendidikan Kewarganegaraan UPI

© APIEK GANDAMANA 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING PEMBIMBING I

Dr. Cecep Darmawan, S,Pd., S,IP., M.Si

NIP. 19690929 1994021001

PEMBIMBING II

Dr. Hj. Kokom Komalasari, M.Pd

NIP. 19721001 2001122001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed


(4)

Apiek Gandamana, 2014

Implementasi Pendidikan Anti Korupsi Dalam Pembelajaran PKN Dan Habituasi Untuk Membangun Karakter Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN ANTIKORUPSI MELALUI HABITUASI DAN

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN UNTUK

MEMBANGUN KARAKTER SISWA (Studi Deskriptif di SMP Negeri 1 Cianjur-Jawa Barat). Tesis. Apiek Gandamana, S.Pd, 2013.

Penelitian ini dilatarbelakangi keprihatinan terhadap maraknya perbuatan korupsi pada masyarakat, meningkatnya perbuatan korupsi yang dilakukan oleh pejabat negara, serta sebagai upaya untuk pencegahan perbuatan korupsi pada generasi muda dalam bentuk implementasi pendidikan antikorupsi. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis secara mendalam implementasi pendidikan antikorupsi. Secara khusus penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dan menganalisis secara mendalam bentuk implementasi pendidikan anti korupsi melalui habituasi dan pembelajaran PKn, faktor-faktor penghambat dan pendukung implementasi pendidikan antikorupsi melalui habituasi dan pembelajaran PKn, serta upaya mengatasi hambatan-hambatan implementasi pendidikan antikorupsi melalui habituasi dan pembelajaran PKn.Penelitian ini berlokasi di SMP Negeri 1 Cianjur. Adapun yang menjadi subjek penelitiannya adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru PKn, dan peserta didik kelas VII dan VIII. Proses penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif dengan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, studi literatur, dan studi dokumentasi. Dalam penelitian ini, pengolahan data dan analisis melalui proses menyusun, mengkategorikan data, mencari kaitan isi dari berbagai data yang diperoleh dengan maksud untuk mendapatkan maknanya. Penelitian ini dilandasi oleh teori perkembangan moral (Lickona), teori korupsi (Robert Klitgraad), dan kajian

civic education (Cogan).Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) model implementasi

pendidikan antikorupsi dilakukan dengan 2 cara yakni, mengintegrasikan materi pendidikan antikorupsi ke dalam mata pelajaran PKn dan model pembiasaan nilai dalam seluruh aktivitas sekolah. (2) Faktor pendukung adalah adanya komitmen yang baik dari seluruh warga sekolah dan orangtua, serta adanya dukungan dari pemerintah. Sedangkan faktor penghambat yaitu kesulitan guru dalam mengintegrasikan pendidikan antikorupsi ke dalam mata pelajaran PKn serta faktor lingkungan yang melihat korupsi sebagai hal yang biasa atau membudaya. (3) Sekolah harus lebih memberikan kesempatan kepada guru untuk mengikuti seminar maupun pelatihan tentang pembelajaran antikorupsi, guru lebih sering mempelajari pendidikan antikorupsi agar mendapatkan kemudahan dalam pengintegrasian pendidikan antikorupsi. Dan adanya komitmem yang kuat dari seluruh warga sekolah dan juga pemerintah dalam rangka mendukung implementasi pendidikan antikorupsi tersebut. Kesimpulan penelitian ini pendidikan antikorupsi akan lebih efektif apabila diintegrasikan dengan mata pelajaran PKn dan dilakukan melalui pembiasaan berupa kantin kejujuran sebagai upaya siswa membiasakan berbuat jujur. Rekomendasi dari penelitian ini adalah pemerintah harus mensosialisasikan pendidikan antikorupsi, sekolah harus konsisten melaksanakan program pendidikan antikorupsi, dan Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan mengabil sampel yang lebih besar dan metode penelitian yang berbeda.


(5)

Apiek Gandamana, 2014

Implementasi Pendidikan Anti Korupsi Dalam Pembelajaran PKN Dan Habituasi Untuk Membangun Karakter Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF ANTI-CORRUPTION EDUCATION THROUGH

HABITUATION AND LEARNING CIVICS TO BUILD STUDENT’S CHARACTER

(Descriptive Study in SMP Negeri 1 Cianjur, West Java).Thesis. Apiek Gandamana,

S.Pd, 2013.

The research concerns about the proliferation of corruption act in the society, the increasing of corruption act committed by sofficials state, as well as the government's program for anti-corruption education in an effort to prevent acts of corruption in the younger generation. This study generally aims to describe and analyzing in depth the implementation of anti-corruption education and learning through habituation Civics. Specifically this study aims to describe and analyze in -depth study of the implementation of anti-corruption through habituation and learning Civics, the factors inhibiting and supporting the implementation of anti-corruption education and learning through habituation Civics, as well as efforts to overcome barriers to the implementation of anti-corruption education and learning through habituation Civics. This study is located in SMP Negeri 1 Cianjur. The subject of his research is the principal, vice principal, Civics teachers, and students of class VII and VIII. Research process using a qualitative approach with descriptive methods of data collection techniques such as observation, interviews, literature study, and study documentation. In this research, data processing and analysis through the process of preparing, categorizing the data, look for the link contents of various data obtained in order to get the meaning.Grand Theory of theory moral action (Lickona), theory corruption (Robert Klitgraad), and theory the study civic education (Cogan). Results showed that (1) the implementation of anti-corruption education is done by integrating anti-corruption education material into Civics subject because when used as a separate subject would burden the students itself, the habituation performed by all people in schools environment that instill the values of honesty, and discipline, as well as a canteen of honesty as a form of students habituation to do what is right; (2) supporting factor is a good commitment from the whole school community and parents, as well as the support of the government. While inhibiting factor is difficulty in integrating anti-corruption education teacher in Civics subjects and environmental factors that saw corruption as usual or entrenched.The Conclusion of this study that anti-corruption education is more effective when its integrated with Civics subject and carried out through habituation, and the canteen of honesty appeared as an effort to familiarize students to do honest. Recomendation the solution schools should be provided the opportunity for teachers to attend workshop and training on anti-corruption learning, the teacher is more often study the corruption education in order to get the ease of integration of


(6)

anti-Apiek Gandamana, 2014

Implementasi Pendidikan Anti Korupsi Dalam Pembelajaran PKN Dan Habituasi Untuk Membangun Karakter Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

corruption education. And the presence of strong commitment of all schools environment as well as government in order to support the implementation of anti-corruption education.


(7)

Apiek Gandamana, 2014

Implementasi Pendidikan Anti Korupsi Dalam Pembelajaran PKN Dan Habituasi Untuk Membangun Karakter Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... UCAPAN TERIMA KASIH ... ABSTRAK ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR BAGAN ...

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian ... B.Identifikasi dan Perumusan Masalah ... C.Tujuan Penelitian ... D.Manfaat Penelitian ... E. Struktur Organisasi Tesis ...

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A.Korupsi dan Pendidikan Antikorupsi ... 1. Korupsi ... 2. Pengertian Pendidikan Antikorupsi ... 3. Nilai-Nilai Pendidikan Antikorupsi ... 4. Indikator Pendidikan Antikorupsi ... B.Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ... 2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan ... 3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... 4. Pembelajaran Pendidikan Kewaraganegaraan ...

i ii iv vi ix x 1 9 10 10 12 13 16 16 19 22 23 23 26 29 33


(8)

Apiek Gandamana, 2014

Implementasi Pendidikan Anti Korupsi Dalam Pembelajaran PKN Dan Habituasi Untuk Membangun Karakter Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

A.Pengertian Pembelajaran ………...

B.Komponen-komponen Pembelajaran PKn ………

C.Habituasi……….. 1. Pengertian Habituasi………... 2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Habituasi ………...

3. Bentuk-Bentuk Habituasi di Sekolah ………

D.Karakter ……….. 1. Hakikat Karakter ……… 2. Tujuan, Fungsi, dan Media Karakter ……….

3. Tahap-tahap Pembentuk Karakter ………..

4. Nilai-Nilai Karakter ………...

E. Penelitian Terdahulu ………... F. Kerangka Pemikiran ………

BAB III METODE PENELITIAN

A.Lokasi dan Subjek Penelitian ... 1. Lokasi Penelitian ... 2. Subjek Penelitian... B.Desain Penelitian ... C.Pendekatan dan Metode Penelitian ...

1. Pendekatan Penelitian ……… 2. Metode Penelitian………... D.Definisi Operasioanal ... E. Intrumen Penelitian ………. F. Uji Validitas Data Penelitian ……….. G.Teknik Pengumpulan Data ………. H.Prosedur Penelitian ……….

33 33 39 39 42 42 42 47 47 47 50 51 53 54 54 54 55 56 56 57 58 59 59 63 65


(9)

Apiek Gandamana, 2014

Implementasi Pendidikan Anti Korupsi Dalam Pembelajaran PKN Dan Habituasi Untuk Membangun Karakter Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 1. Profil SMP Negeri 1 Cianjur ... 2. Visi dan Misi SMP Negeri 1 Cianjur ... 3. Struktur Kurikulum ... 4. Sarana dan Prasarana SMP Negeri 1 Cianjur ... 5. Pendidik dan Tenaga Kependidikan SMP Negeri 1 Cianjur ... 6. Peserta Didik ... B.Deskripsi Hasil Penelitian ... 1. Bentuk implementasi Pendidikan Antikorupsi ... 2. Faktor yang mendukung dan menghambat implementasi Pendidikan

Antikorupsi ... 3. Solusi untuk mengatasi hambatan-hambatan implementasi Pendidikan

Antikorupsi ... C.Pembahasan Hasil Penelitian ... 1. Bentuk implementasi Pendidikan Antikorupsi ... 2. Bentuk program Pendidikan Antikorupsi ... 3. Model pendidikan antikorupsi ... a. Model Pendidikan Antikorupsi di dalam kelas ... b. Model Pendidikan Antikorupsi diluar kelas ... 4. Faktor yang mendukung dan menghambat implementasi Pendidikan

Antikorupsi ... 5. Solusi untuk mengatasi hambatan-hambatan implementasi Pendidikan Antikorupsi ...

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan ... 70 70 71 71 72 75 77 77 78 86 90 91 91 94 98 98 101 108 110 112


(10)

Apiek Gandamana, 2014

Implementasi Pendidikan Anti Korupsi Dalam Pembelajaran PKN Dan Habituasi Untuk Membangun Karakter Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Kesimpulan Umum ... 2. Kesimpulan Khusus ... B. Rekomendasi ...

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

112 114 115

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 3.1 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3

Tingkat korupsi Indonesia tahun 2012 ... Nilai-nilai Acuan dalam Pendidikan Antikorupsi ... Indikator Nilai-Nilai Acuan Dalam Pendidikan Antikorupsi...

Hasil identifikasi SK dan KD PAK ………. Subjek Penelitian ……….

Sarana Penunjang Pembelajaran ... Tenaga Pendidik (Guru) ... Nilai-nilai Acuan dalam Pendidikan Antikorupsi ...

Halaman 3 20 22 31 54 73 76 95 Tabel 4.4 Implementasi Pendidikan Antikorupsi dalam KTSP ... 97


(11)

Apiek Gandamana, 2014

Implementasi Pendidikan Anti Korupsi Dalam Pembelajaran PKN Dan Habituasi Untuk Membangun Karakter Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 2.3 Gambar 3.1

Pengembangan Nilai-Nilai Pendidikan Antikorupsi ………. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Pembelajaran ………..

Konteks Mikro Pendidikan Karakter di Indonesia ………. Desain Penelitian ………..

Halaman 21

39 49 55


(12)

Apiek Gandamana, 2014

Implementasi Pendidikan Anti Korupsi Dalam Pembelajaran PKN Dan Habituasi Untuk Membangun Karakter Siswa


(13)

Apiek Gandamana, 2014

Implementasi Pendidikan Anti Korupsi Dalam Pembelajaran PKN Dan Habituasi Untuk Membangun Karakter Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Praktek kenegaraan dan politik selama ini telah bergelimang dengan ketidakjujuran dan kemunafikan. Ketidakjujuran itu menjelma dalam pelaksanaan profesi, tugas, atau pekerjaan yang penuh kelicikan dan kemunafikan hingga merebaknya ketidakadilan. Dipertegas oleh pendapat Sutanto dalam Wibowo (2013:9), menyatakan bahwa para ahli psikologi mengibaratkan sebagai sebuah pembicaraan yang tidak selesai-selesai dan pembicaraan sirkumstansial-dua simtom dari problem ketidakjujuran telah merebaknya kerumitan, keruwetan, kepelikan, dan kesulitan luar biasa kompleks.

Ketidakjujuran dan kemunafikan tersebut merupakan awal dari sikap korupsi, kolusi, dan nepotisme. Bangsa Indonesia mengalami penyakit yang luar biasa bahayanya apabila sikap ketidakjujuran dan kemunafikan tersebut dibiarkan. Wibowo (2013:9) menyatakan bahwa:

Secara nyata, ketidakjujuran telah menggiring bangsa Indonesia pada perjalanan hidup yang kian rumit, berbelit, meniadakan orientasi dan visi nan jelas. Meminjam istilah Limas Sutanto, membenamkan bangsa Indonesia ke disorientasi dan ketiadaan visi yang memusingkan dan memuakkan. Pada akhirnya, membawa bangsa ini pada perputaran-perputaran roda kehidupan yang mengejawantahkan kemandekan sekaligus kemunduran.

Korupsi merupakan suatu masalah yang telah banyak diperbincangkan. Hampir setiap hari dalam beberapa tahun terakhir, korupsi selalu menghiasi berbagai surat kabar di Indonesia. Perbuatan korupsi seakan telah melebur dalam sistem perilaku masyarakat Indonesia sehari-hari. Akibatnya korupsi dianggap oleh masyarakat sebagai hal yang wajar dan


(14)

Apiek Gandamana, 2014

Implementasi Pendidikan Anti Korupsi Dalam Pembelajaran PKN Dan Habituasi Untuk Membangun Karakter Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dapat dimaklumi sehingga sulit dibedakan mana perbuatan korup dan mana perbuatan bukan korup.

Korupsi yang terjadi di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan dan berdampak buruk luar biasa pada hampir seluruh sendi kehidupan. Korupsi telah menghancurkan sistem perekonomian, sistem demokrasi, sistem politik, sistem hukum, sistem pemerintahan, dan tatanan sosial kemasyarakatan di negeri ini. Dilain pihak upaya pemberantasan korupsi yang telah dilakukan selama ini belum menunjukkan hasil yang optimal. Korupsi dalam berbagai tingkatan tetap saja banyak terjadi seolah-olah telah menjadi bagian dari kehidupan kita, bahkan sudah dianggap sebagai hal yang biasa. Jika kondisi ini tetap kita biarkan berlangsung maka cepat atau lambat korupsi akan menghancurkan negeri ini.

Pemberantasan korupsi melalui penegakan hukum masih belum cukup, tetapi harus diimbangi dengan menumbuhkan semangat, atmosfer, dan budaya anti korupsi. Semangat, atmosfer, dan budaya anti korupsi yang dimaksud dapat dilakukan melalui pendidikan formal. Hal ini karena salah satu fungsi pendidikan adalah untuk melakukan koreksi budaya (Eby, 1952; Darmawan, dkk, 2008; Hassan, 2004; Muhtari, 2004; Zuriah, 2008), yaitu koreksi terhadap budaya yang tidak baik atau kontraproduktif yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Termasuk di dalamnya mereduksi sikap dan perilaku korupsi dan menebalkan semangat antikorupsi khususnya kepada siswa sebagai generasi penerus bangsa. (Harmanto, 2012:3).

Beberapa hasil survey lembaga-lembaga transparansi mengindikasikan tingginya tingkat korupsi di Indonesia, karena Indonesia sendiri dibandingkan dengan negara-negara lainnya, berada di posisi kelima terkorup di dunia menurut Survey Transparency International (TI) pada tahun 2009. Sedangkan untuk kalangan Asia, Indonesia menduduki sebagai negara terkorup nomor satu di Asia dengan nilai 8,32 dan dibawahnya Thailand dengan nilai 7,63.


(15)

Apiek Gandamana, 2014

Implementasi Pendidikan Anti Korupsi Dalam Pembelajaran PKN Dan Habituasi Untuk Membangun Karakter Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hasil survey Corruption Perception Index (CPI) pada tahun 2011, 5 negara dengan skor tertinggi dalam hal bersih dari korupsi adalah Selandia Baru, Denmark, Finlandia, Swedia, dan Singapura. Sementara negara-negara dengan skor terendah adalah Uzbekistan, Afghanistan, Myanmar, Korea Utara, dan Somalia.

Pada tahun 2011 Corruption Perception Index (CPI) merilis skor Indonesia dalam tingkat korupsi adalah 3.0. Bersama dengan Indonesia, ada 11 negara lain yang mendapatkan skor 3.0 dalam CPI tahun ini. Negara-negara tersebut adalah Argentina, Benin, Burkina Faso, Djibouti, Gabon, Madagaskar, Malawi, Meksiko, Sao Tome & Principe, Suriname dan Tanzania. Indonesia dan negara-negara tersebut menempati posisi 100 dari 183 negara yang diukur. Di kawasan ASEAN, skor Indonesia berada di bawah Singapura, Brunei, Malaysia dan Thailand. Sementara Vietnam, Kamboja, Laos dan Myanmar skornya lebih rendah dari Indonesia.

Organisasi Fund for Peace merilis indeks terbaru mereka mengenai

Failed State Index (negara gagal) 2012 di mana Indonesia berada di posisi 63.

Sementara negara nomor 1 yang dianggap gagal adalah Somalia. Dalam membuat indeks tersebut, Fund for Peace menggunakan indikator dan subindikator, salah satunya indeks persepsi korupsi. Dalam penjelasan mereka, dari 182 negara, Indonesia berada di urutan 100 untuk urusan indeks korupsi tersebut. Indonesia hanya berbeda 82 dari negara paling korup berdasarkan indeks lembaga ini. Negara yang dianggap paling baik adalah New Zealand.

Menurut Tranparency International tahun 2012 skor Indonesia adalah 32, pada urutan 118 dari 176 negara yang diukur. Indonesia sejajar posisinya dengan Republik Dominika, Ekuador, Mesir dan Madagaskar. Di kawasan ASEAN posisi Indonesia bisa dilihat di bawah ini:


(16)

Apiek Gandamana, 2014

Implementasi Pendidikan Anti Korupsi Dalam Pembelajaran PKN Dan Habituasi Untuk Membangun Karakter Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Negara Skor CPI Peringkat

Singapura 87 5

Brunei Darussalam 55 46

Malaysia 49 54

Thailand 37 88

Filipina 34 108

Indonesia 32 118

Vietnam 31 123

Myanmar 15 172

Sumber: Corruption Perception Index (CPI), Tranparency International 2012

Secara regional Indonesia tidak banyak mengalami perubahan, masih di jajaran bawah apabila dibandingkan skor CPI-nya. Skor 32 menunjukkan bahwa Indonesia masih belum dapat keluar dari situasi korupsi yang sudah mengakar.

Dari beberapa hasil survey lembaga-lembaga anti korupsi menunjukkan Indonesia merupakan negara yang tinggi tingkat korupsinya. Apabila dibiarkan tidak mustahil korupsi di Indonesia bisa menjadi suatu budaya yang mengakibatkan rusaknya perekonomian, moral, hukum, pendidikan, dan lain sebagainya. Menurut Sumiarti (2007:2) menyatakan bahwa korupsi yang terjadi di Indonesia sudah mencapai taraf yang sangat memprihatinkan dan jika dibiarkan akan menyebabkan bangsa dan negara Indonesia semakin terpuruk ke dalam jurang kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan. Senada dengan pernyataan di atas Tanya (2006:168) mengungkapkan:

Sudah banyak peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk memberantas tindak pidana korupsi. Namun ancaman hukuman dalam undang-undang tidak lebih hanya diberi fungsi pasif, dengan sedikit sekali diterapkan secara riil. Padahal seharusnya ada tindakan tegas terhadap pelaku korupsi, tetapi faktanya pemberantasan korupsi hanya terjadi dalam retorika bukan dalam kenyataan. Absennya tindakan hukum yang tegas terhadap koruptor selama ini, merupakan salah satu penjelasan mendasar mengapa korupsi di bumi negeri tetap subur.


(17)

Apiek Gandamana, 2014

Implementasi Pendidikan Anti Korupsi Dalam Pembelajaran PKN Dan Habituasi Untuk Membangun Karakter Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Upaya pemerintah selama ini dalam memberantas korupsi belum mendapatkan titik terang. Menurut ahli hukum Baharudin Lopa, yang menjadi faktor kegagalan pemberantasan korupsi yaitu penegakan hukum masih lemah dan tidak rapihnya manajemen birokrasi serta pengawasan dari tim independen masih kurang sehingga menyebabkan korupsi ini terus tumbuh baik secara akut maupun kronis akibatnya sangat sulit sekali untuk diketahui dan dikendalikan.

Masalah yang berkaitan dengan praktik korupsi adalah berkaitan dengan masalah kesadaran. Upaya pemberantasan korupsi berarti mengembangkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk bersikap kritis serta dapat merencanakan tindakan untuk merubah lingkungannya. Oleh karena itu, perlu adanya pemahaman tentang perbuatan korupsi dimana salah satu caranya yaitu dengan membiasakan siswa untuk menerapkan nilai-nilai antikorupsi.

Menurut Franz Magnis Suseno dalam Djabbar (2008:1), ada tiga sikap moral fundamental yang akan membuat orang menjadi kebal terhadap godaan korupsi, yaitu: kejujuran, rasa keadilan, dan rasa tanggung jawab. Yang dimaksud nilai antikorupsi ini adalah nilai-nilai tanggung jawab, disiplin, jujur, sederhana, kerja keras, mandiri, adil, berani, dan peduli (KPK RI, 2008).

Sumiarti (2007:6) mengatakan, education is a mirror society, pendidikan adalah cermin masyarakat. Artinya, kegagalan pendidikan berarti kegagalan dalam masyarakat. Demikian pula sebaliknya, keberhasilan pendidikan mencerminkan keberhasilan masyarakat. Pendidikan berkualitas akan menciptakan masyarakat yang berkualitas pula.

Pendidikan sebagai tugas imperatif manusia selalu membawa implikasi individual dan sosial. Secara individual, pendidikan merupakan sarana untuk mengembangkan potensi manusia, baik potensi jasmani, rohani,


(18)

Apiek Gandamana, 2014

Implementasi Pendidikan Anti Korupsi Dalam Pembelajaran PKN Dan Habituasi Untuk Membangun Karakter Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

maupun akal. Pendidikan yang baik pastilah bisa mengembangkan potensi manusia tersebut secara bertahap menuju kebaikan dan kesempurnaan. The

perfect man (insan kamil) merupakan manusia yang memiliki performance

jasmani yang sehat dan kuat, otak yang cerdas dan pandai, serta kualitas spiritual yang baik. Secara sosial, pendidikan merupakan proses pewarisan kebudayaan.

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal sangat berperan untuk mencegah terjadinya perbuatan korupsi dan menanamkan nilai-nilai dan sikap antikorupsi terhadap siswanya. Maka sekolah wajib untuk menerapkan nilai-nilai antikorupsi melalui pembiasaan/habituasi dan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

Penerapan pendidikan antikorupsi di sekolah diharapkan dapat meningkatkan karakter siswa. Penerapan pendidikan antikorupsi di sekolah akan memberikan kesadaran kepada generasi muda akan bahaya korupsi kemudian bangkit melawannya.

Fathah (2008:3) menyatakan bahwa membangun karakter bangsa (nation character building) merupakan hal yang sangat penting dalam menjaga dan memelihara eksistensi suatu bangsa dan negara. Namun hingga kini karakter warga negara belum menunjukkan karakter baik, salah satunya yaitu masih maraknya perbuatan korupsi.

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah nama salah satu mata pelajaran sebagai muatan wajib dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah (Pasal 37 Ayat 1 UU Sistem Pendidikan Nasional). Selanjutnya dalam Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi ditegaskan bahwa PKn termasuk cakupan kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dimaksudkan untuk peningkatan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak, dan


(19)

Apiek Gandamana, 2014

Implementasi Pendidikan Anti Korupsi Dalam Pembelajaran PKN Dan Habituasi Untuk Membangun Karakter Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia. Selain hal tersebut, perlu ditanamkan kesadaran wawasan kebangsaan, jiwa patriotisme dan bela negara, penghargaan terhadap hak asasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup, kesetaraan gender, demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, ketaatan membayar pajak, sikap serta perilaku antikorupsi, kolusi dan nepotisme.

Secara konsep, dapat dikemukakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan adalah pengorganisasian dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora dengan penekanan pada pengetahuan dan kemampuan dasar tentang hubungan antar warga negara dan warga negara dengan negara yang didasari keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, nilai luhur dan moral budaya bangsa, memiliki rasa kebanggan (nasionalisme) yang kuat dengan memperhatikan keragaman agama, sosiokultural, bahasa dan suku bangsa serta memiliki jiwa demokratis yang diharapkan dapat diwujudkan dalam perilaku sehari-hari. Dengan kata lain, konten PKn di Indonesia terdiri atas berbagai disiplin ilmu yang memerlukan pengorganisasian materi secara sistematis dan pedogagik seperti ilmu hukum, politik, tata negara, humaniora, moral, psikologi, nilai-nilai budi pekerti, dan disiplin ilmu lainnya. Dengan demikian, secara substansi mata pelajaran PKn terbuka terhadap perubahan dan dinamika yang berkembang dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

PKn bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, wawasan dan sikap serta perilaku antikorupsi, kolusi dan nepotisme. Korupsi merupakan salah satu masalah serius yang dihadapi masyarakat dan negara Indonesia, karena

saat ini semakin marak bahkan telah menyentuh dan menjadi “the way of life

bangsa Indonesia. Oleh karena itu, PKn harus memberikan kontribusi dalam upaya pemberantasan korupsi yaitu dengan memberikan penekanan dan


(20)

Apiek Gandamana, 2014

Implementasi Pendidikan Anti Korupsi Dalam Pembelajaran PKN Dan Habituasi Untuk Membangun Karakter Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

wadah yang lebih luas bagi terselenggaranya pendidikan antikorupsi dalam proses pembelajarannya. Dengan penekanan dan wadah yang lebih luas tersebut diharapkan peserta didik sejak dini sudah dapat memahami bahaya korupsi dan selanjutnya terbangun sikap antikorupsi dan perilaku untuk tidak melakukan korupsi (Permendiknas No 22 Tahun 2006).

Salah satu wujud perhatian pemerintah terhadap bahaya korupsi adalah menetapkan kebijakan tentang pemberantasan korupsi yang dituangkan dalam Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 5 tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi. Pada bagian Diktum ke-11 (Instruksi Khusus) poin ketujuh menugaskan kepada Menteri Pendidikan Nasional (sekarang Menteri Pendidikan dan Kebudayaan) untuk menyelenggarakan pendidikan yang bersubstansikan penanaman, semangat dan perilaku antikorupsi baik pada jenjang pendidikan formal maupun nonformal. Hal ini diperkuat dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 17 tahun 2011 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2012. Handoyo (2007:13) mengungkapkan bahwa:

Pendidikan antikorupsi adalah usaha sadar untuk memberi pemahaman dan mencegah terjadinya perbuatan korupsi yang dilakukan dalam proses pembelajaran di sekolah. Pendidikan anti korupsi akan lebih efektif apabila diterapkan pada masyarakat usia dini. Pendidikan antikorupsi pada dasarnya dapat dilakukan pada pendidikan informal di lingkungan keluarga, pendidikan nonformal, dan pendidikan formal pada jalur sekolah. Namun karena otoritas yang dimiliki dan kultur yang dipunyai, jalur formal atau sekolah dipandang lebih efektif untuk menyiapkan generasi muda berperilaku anti korupsi.

Senada dengan pendapat di atas, Djabbar dalam Annas (2011:3) Materi pendidikan antikorupsi di sekolah tidak hanya sekedar pemberian wawasan di ranah kognitif (materi), tidak sekedar pemahaman dan menghafal. Lebih dari itu, pendidikan antikorupsi menyentuh pula ranah


(21)

Apiek Gandamana, 2014

Implementasi Pendidikan Anti Korupsi Dalam Pembelajaran PKN Dan Habituasi Untuk Membangun Karakter Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

afektif dan psikomotorik. Membentuk sikap dan perilaku antikorupsi pada siswa. Menuju penghayatan dan pengamalan nilai-nilai antikorupsi.

Penerapan pendidikan antikorupsi di sekolah diharapkan dapat menjadi tempat untuk menanamkan nilai-nilai kejujuran, kedisiplinan, keterbukaan, dan tanggung jawab kepada siswa sejak dini. Pendidikan antikorupsi di sekolah akan memberikan kesadaran kepada generasi muda akan bahaya korupsi kemudian bangkit melawannya.

Korupsi dalam konteks pendidikan adalah tindakan untuk mengendalikan atau mengurangi korupsi. Merupakan keseluruhan upaya untuk mendorong generasi-generasi mendatang mengembangkan sikap menolak dengan tegas setiap bentuk tindak korupsi. Penerapan nilai-nilai pendidikan antikorupsi sangat penting dilakukan dengan harapan agar generasi muda secara sadar dan bertanggung jawab mampu untuk mencegah perbuatan korup bahkan dapat memberantas perilaku korupsi.

Atas dasar pemikiran di atas, bahwa untuk membentuk karakter yang baik tidak cukup hanya melalui proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di dalam kelas, tetapi perlu diiringi dengan penerapan nilai-nilai yang baik yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Kilpatrick dalam Megawangi (2004:113) menyatakan bahwa; „salah satu penyebab ketidakmampuan seseorang untuk berperilaku baik, walaupun secara kognitif mengetahuinya, adalah tidak terlatih untuk melakukan kebajikan atau perbuatan yang bermoral (moral action)‟.

Lickona dalam Megawangi (2004:113) berpendapat bahwa orang yang berkarakter sebagai sifat alami seseorang dalam merespon situasi secara bermoral yang dimanifestasikan dalam tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati orang lain dan karakter mulia lainnya.


(22)

Apiek Gandamana, 2014

Implementasi Pendidikan Anti Korupsi Dalam Pembelajaran PKN Dan Habituasi Untuk Membangun Karakter Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas, maka perlunya sinergi yang saling mendukung antara pendidikan antikorupsi melalui pembiasaan / habituasi dan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang mengajarkan nilai, norma, dan moral di ruang kelas dan dalam kehidupan sehari-hari sebagai faktor yang menentukan karakter siswa.

Dengan latar belakang tersebut, maka hal ini mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dengan harapan akan mendapatkan gambaran tentang implementasi pendidikan antikorupsi melalui pembiasaan / habituasi dan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, serta diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap peningkatan nilai-nilai antikorupsi dan karakter baik disekolah, maupun dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah sebagaimana diuraikan di atas, maka yang menjadi persoalan inti dan sekaligus menjadi fokus telahaan dalam penelitian ini adalah bagaimana implementasi pendidikan antikorupsi melalui habituasi dan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk membangun karakter siswa?

Mengingat identifikasi dan rumusan masalah tersebut di atas begitu luas maka secara khusus peneliti ingin mengungkapkan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk implementasi pendidikan antikorupsi melalui habituasi dan pembelajaran PKn di SMP Negeri 1 Cianjur?

2. Faktor-faktor apa dan mengapa yang mendukung dan menghambat implementasi pendidikan antikorupsi melalui habituasi dan pembelajaran PKn di SMP Negeri 1 Cianjur?


(23)

Apiek Gandamana, 2014

Implementasi Pendidikan Anti Korupsi Dalam Pembelajaran PKN Dan Habituasi Untuk Membangun Karakter Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Bagaimana solusi untuk mengatasi hambatan-hambatan implementasi pendidikan antikorupsi melalui habituasi dan pembelajaran PKn di SMP Negeri 1 Cianjur?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum, studi atau penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis secara mendalam implementasi pendidikan antikorupsi melalui habituasi dan pembelajaran Pkn. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis secara mendalam:

1. Bentuk implementasi pendidikan antikorupsi melalui habituasi dan pembelajaran PKn.

2. Faktor-faktor apa dan mengapa yang menghambat dan mendukung implementasi pendidikan antikorupsi melalui habituasi dan pembelajaran PKn.

3. Upaya mengatasi hambatan-hambatan implementasi pendidikan antikorupsi melalui habituasi dan pembelajaran PKn.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya bagi Pendidikan Kewarganegaraan. Adapun lewat penelitian ini diharapkan memberikan manfaat secara teoretis dan praktis.

1. Teoritis

Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang Pendidikan Kewarganegaraan, khususnya Pendidikan Kewarganegaraan yang memuat pendidikan antikorupsi agar


(24)

Apiek Gandamana, 2014

Implementasi Pendidikan Anti Korupsi Dalam Pembelajaran PKN Dan Habituasi Untuk Membangun Karakter Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tunas-tunas bangsa terhindar dari perbuatan korup sesuai dengan tujuan PKn yaitu to be good citizenshif (membentuk warga negara yang baik).

2. Praktis

Dari temuan ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis bagi beberapa pihak sebagaimana diuraikan berikut :

a. Bagi peneliti

 Mampu menelaah secara kritis tentang proses implementasi pendidikan antikorupsi bagi peserta didik SMP sebagai generasi penerus bangsa agar terhindar dari perbuatan korup.

 Memberikan kontribusi positif terhadap berbagai pihak mengenai pentingnya memahami dan mengarahkan sikap antikorupsi bagi peserta didik khususnya di SMP Negeri 1 Cianjur.

b. Bagi pihak-pihak lain a) Sekolah

Membangun kehidupan sekolah khususnya SMP Negeri 1 Cianjur sebagai lingkungan bebas korupsi dengan mengembangkan kebiasaan (habit) dan pembelajaran antikorupsi dalam kehidupan sehari-hari. b) Guru

Membantu guru dalam mengembangkan pendidikan antikorupsi dan mengevaluasi implementasi pendidikan antikorupsi melalui habituasi dan pembelajaran PKn.

c) Siswa

 Membantu memberikan pembelajaran terhadap generasi muda pada umumnya dan peserta didik SMP Negeri 1 Cianjur pada khususnya untuk membenahi dan meningkatkan peranan dan dukungan terhadap edukasi antikorupsi sejak dini.

 Menjadi pembiasaan dan motivasi terhadap generasi muda agar bisa menghindari tindak korupsi.


(25)

Apiek Gandamana, 2014

Implementasi Pendidikan Anti Korupsi Dalam Pembelajaran PKN Dan Habituasi Untuk Membangun Karakter Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu E. Struktur Organisasi Tesis

Penelitian ini terdiri atas lima bab, bab pertama berupa pendahuluan yang terdiri dari lalar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi tesis. Bab kedua merupakan kajian pustaka yang di dalamnya membahas pengertian korupsi, pendidikan antikorupsi, Pendidikan Kewarganegaraan, habituasi, dan karakter.

Bab tiga merupakan bagian yang menguraikan metode penelitian, pada bab ini di uraikan mengenai lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, pendekatan dan metode penelitian, penjelasan istilah, instrumen penelitian, uji validitas data penelitian, teknik pengumpulan data dan prosedur penelitian. Selanjutnya, bab empat membahas tentang hasil penelitian dan pembahasannya, bab ini terdiri dari deskripsi lokasi penelitian, deskripsi hasil penelitian, analisis hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian.

Bab terakhir dalam penulisan penelitian ini adalah bab lima. Bab lima terdiri dari kesimpulan hasil penelitian dan rekomendasi bagi pihak-pihak yang memiliki keterkaitan dan kepentingan dengan penelitian ini.


(26)

Apiek Gandamana, 2014

Implementasi Pendidikan Anti Korupsi Dalam Pembelajaran PKN Dan Habituasi Untuk Membangun Karakter Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A.Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Adapun yang menjadi lokasi penelitian adalah di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Cianjur yang beralamat di Jl. Siliwangi No. 94 Kelurahan Pamoyanan Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat 43211.

2. Subjek Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan ini tergolong penelitian kualitatif, maka subjek penelitian merupakan pihak-pihak yang menjadi sasaran penelitian atau sumber yang dapat memberikan informasi yang dipilih secara purposif bertalian dengan tujuan tertentu. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Creswell (2010 :266) bahwa partisipan dan lokasi penelitian itu dipilih secara sengaja dan penuh perencanaan, penelitian yang dapat membantu peneliti memahami masalah penelitian.

Subjek dalam penelitian ini agar memperoleh informasi yang valid dan bertalian, maka yang menjadi subjek penelitiannya seperti terdapat dalam tabel berikut ini:

Tabel 3.1 Subjek Penelitian

No Informan Jumlah

1. Kepala Sekolah 1 orang

2. Waka.Urusan Kesiswaan/Non Akademik 1 orang

3. Guru PKn 2 orang

4. Peserta Didik Kelas VII dan VIII 10 orang


(27)

Apiek Gandamana, 2014

Implementasi Pendidikan Anti Korupsi Dalam Pembelajaran PKN Dan Habituasi Untuk Membangun Karakter Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Sumber : hasil olah data peneliti

B.Desain Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti membuat suatu desain penelitian sebagai gambaran tahapan yang akan ditempuh oleh peneliti. Adapun tahapan-tahapan tersebut terdapat pada gambar di bawah ini:

Bagan 3.1 Desain Penelitian

Studi Pendahuluan Penentuan Masalah Studi Empiris

Identifikasi Masalah

Analisis

Perumusan Masalah

Pengumpulan Data PenyusunanInstrumen/ Pedoman wawancara Kajian Pustaka

Perumusan Hasil dan Kesimpulan Penelitian


(28)

Apiek Gandamana, 2014

Implementasi Pendidikan Anti Korupsi Dalam Pembelajaran PKN Dan Habituasi Untuk Membangun Karakter Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C.Pendekatan dan Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif didasarkan pada dua alasan. Pertama, permasalahan yang dikaji dalam penelitian tentang implementasi pendidikan antikorupsi melalui habituasi dan pembelajaran PKn membutuhkan sejumlah data lapangan yang sifatnya kontekstual.

Kedua, pemilihan pendekatan ini didasarkan pada keterkaitan masalah

yang dikaji dengan sejumlah data primer dari subjek penelitian yang tidak dapat dipisahkan dari latar alamiahnya, tanpa ada rekayasa serta pengaruh dari luar. Hal ini senada dengan Moleong (2004:3) bahwa “penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data kualitatif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari perilaku orang-orang yang

diamati”.

Atas dasar itulah maka penelitian ini dapat digolongkan kedalam penelitian kualitatif-naturalistik. Cresswell (1994:15) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai berikut:

Qualitatif research is an inquairy process of understanding based on distinctmethodological tradition of inquiry that explore a sosial or human problem. The researcher build a complex, holistic picture, analysis words, report detailed views on informants, and conducts teh study in a natural cetting.

Pendapat tersebut menjelaskan bahwa penelitian kualitatif didasarkan pada tradisi metodologi penelitian dengan cara menyelidiki masalah sosial atau kemanusiaan. Peneliti membuat gambaran yang


(29)

Apiek Gandamana, 2014

Implementasi Pendidikan Anti Korupsi Dalam Pembelajaran PKN Dan Habituasi Untuk Membangun Karakter Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kompleks, gambaran secara menyeluruh, menganalisis kata-kata, melaporkan pandangan-pandangan para informan secara rinci, dan melakukan penelitian dalam situasi yang alamiah.

Karakteristik pokok yang menjadi perhatian dalam penelitian

kualitatif adalah kepedulian terhadap “makna”. Dalam hal ini penelitian

naturalistik tidak peduli terhadap persamaan dari objek penelitian, melainkan sebaliknya mengungkap tentang pandangan tentang kehidupan dari orang-orang yang berbeda-beda. Oleh karena itu, tidak mungkin untuk mengungkap kenyataan yang ada dalam diri orang yang unik atau menggambarkan alat lain kecuali manusia sebagai instrumen dan peneliti mendatangi sendiri sumbernya secara langsung.

Peneliti memilih pendekatan ini karena ingin mengetahui secara langsung dan mendalam mengenai implementasi pendidikan antikorupsi melalui habituasi dan pembelajaran PKn. Dari penelitian ini diharapakan dapat dikumpulkan data sebanyak mungkin dengan tidak mengesampingkan keakuratan data yang diperoleh.

2. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis, yaitu penelitian yang didasarkan pada pemecahan masalah berdasarkan fakta-fakta dan kenyataan-kenyataan yang ada pada saat sekarang dan memusatkan pada masalah sosial aktual yang terjadi pada saat penelitian dilaksanakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Nazir (1998 : 63) yang menyatakan bahwa :

Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran atau sesuatu pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang terjadi.


(30)

Apiek Gandamana, 2014

Implementasi Pendidikan Anti Korupsi Dalam Pembelajaran PKN Dan Habituasi Untuk Membangun Karakter Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Metode deskriptif semata-mata menerangkan atau mendeskripsikan kenyataan sosial tertentu dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel penelitian. Penelitian ini merupakan studi deskriptif analitik maka untuk memperoleh data sebanyak-banyaknya dilakukan dengan cara mendalam artinya melalui berbagai teknis yang disusun secara sitematis serta dicari informasi selengkapnya untuk tujuan pengumpulan data hasil penelitian yang lebih sempurna.

Alasan peneliti melakukan penelitian dengan studi deskripstif ini karena sesuai dengan sifat dan tujuan penelitian yang ingin diperoleh, bukan untuk menguji hipotesis akan tetapi berusaha untuk mendapatkan gambaran yang nyata tentang bagaimana implementasi pendidikan antikorupsi melalui habituasi dan pembelajaran PKn. Karena penelitian ini bersifat kualitatif, maka instrument utama penelitian adalah peneliti sendiri yang terjun langsung ke lapangan untuk mencari informasi melalui observasi dan wawancara. Sebagaimana dikemukakan Moleong (2000:103)

bahwa “bagi peneliti kualitatif manusia adalah instrument utama karena ia

menjadi segala bagi proses penelitian. Ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana, pengumpul data, analisis, penafsir, dan akhirnya ia menjadi pelapor penelitian”.

D.Definisi Operasional

Dalam penelitian ini, terdapat lima konsep utama, yaitu korupsi, pendidikan antikorupsi, habituasi, Pendidikan Kewarganegaraan, dan karakter.

1. Korupsi

Korupsi adalah kejahatan, kebusukan, dapat disuap, tidak bermoral, kebejatan, dan ketidak jujuran. Andi Hamzah (1984: 9)


(31)

Apiek Gandamana, 2014

Implementasi Pendidikan Anti Korupsi Dalam Pembelajaran PKN Dan Habituasi Untuk Membangun Karakter Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pendidikan anti korupsi adalah usaha sadar untuk memberi pemahaman dan mencegah terjadinya perbuatan korupsi yang dilakukan dalam proses pembelajaran di sekolah. Handoyo (2007:13)

3. Habituasi

Habituasi adalah proses penciptaan aneka situasi dan kondisi (persistent life

situation) yang berisi aneka penguatan (reinforcement) yang memungkinkan

peserta didik pada satuan pendidikannya, rumahnya, dilingkungan masyarakatnya membiasakan diri berperilaku sesuai nilai dan menjadikan perangkat nilai yang telah diinternalisasi dan dipersonalisasi melalui proses olah hati, olah pikir, olah raga dan karsa itu sebagai karakter atau watak. Dasim Budimansyah (2010:63)

4. Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan kewarganegaraan adalah proses pendewasaan bagi warga negara dengan usaha sadar dan terencana melalui pengajaran dan pelatihan sehingga terjadi perubahan pada warga negara tersebut dalam hal pengetahuan, sikap dan perilaku yang bersifat kritis dan emansipatoris. Sofhian dan Gatara (2011: 6)

5. Karakter

Karakter adalah watak, sifat, atau hal-hal yang memang sangat mendasar yang ada pada diri seseorang. Hernowo (2004: 175)

E.Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif-naturalistik, peneliti memperlakukan dirinya sebagai instrumen utama (human instrumen) yaitu bergerak dari hal-hal yang spesifik, dari tahapan yang satu ke tahapan berikutnya, serta memadukannya


(32)

Apiek Gandamana, 2014

Implementasi Pendidikan Anti Korupsi Dalam Pembelajaran PKN Dan Habituasi Untuk Membangun Karakter Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sedemikian rupa sehingga pada akhirnya dapat ditemukan kesimpulan-kesimpulan, sebagaimana dikemukakan oleh Creswell (2010: 261-264) bahwa

“peneliti berperan sebagai instrumen kunci (researcher as key instrument) atau yang utama. Peneliti terlibat dalam pengalaman yang berkelanjutan dan terus

menerus dengan partisipan”.

Peneliti terjun langsung ke lapangan untuk mencari informasi/data melalui dokumentasi, observasi, dan wawancara. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan antar manusia, artinya selama proses penelitian peneliti akan lebih banyak mengadakan kontak dengan orang-orang sekitar lokasi penelitian yaitu di SMP Negeri 1 Cianjur. Dengan demikian peneliti lebih leluasa mencari informasi dan data yang terperinci tentang berbagai hal yang diperlukan untuk kepentingan penelitian.

F. Uji Validitas Data Penelitian

Penelitian kualitatif seringkali diragukan terutama dalam hal kesahihan data (validitas data). Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan pengecekan validitas data melalui “derajat keterpercayaan (credibility),

keteralihan (tranferbility), ketergantungan (defendebility), dan kepastian (confirmabality)” (Satori dan Komariah, 2011:164).

1. Keterpercayaan (Credibility/validitas Internal)

Salah satu pengecekan validitas data yaitu kredibilitas atau

keterpercayaan. Kredibilitas adalah adalah “ukuran data yang

dikumpulkan, yang menggambarkan kecocokan konsep peneliti dengan hasil penelitian (Satori dan Komariah, 2011:165)”. Untuk memenuhi kredibilitas data penelitian ini, maka ada beberapa cara yang dapat dilakukan agar kebenaran hasil penelitian dapat dipercaya dalam rencana penelitian tesis ini. Cara-cara yang digunakan adalah sebagai berikut:


(33)

Apiek Gandamana, 2014

Implementasi Pendidikan Anti Korupsi Dalam Pembelajaran PKN Dan Habituasi Untuk Membangun Karakter Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Memperpanjang Masa Observasi

Agar penelitian ini dipercaya, maka peneliti perlu memperpanjang observasi atau pengamatan. Peneliti harus cukup waktu untuk benar-benar mengenal suatu lingkungan, mengadakan hubungan baik dengan orang-orang di sana, mengenal kebudayaan lingkungan dan mencheck kebenaran informasi. Lingkungan, orang-orang, dan perilaku dalam penelitian ini, yaitu SMP Negeri 1 Cianjur dengan segala proses interaksinya.

Sedangkan usaha peneliti dalam memperpanjang waktu penelitian guna memperoleh data dan informasi yang valid dari sumber data adalah dengan meningkatkan intensitas pertemuan dan melakukan penelitian dalam kondisi yang wajar, dimana mencari waktu yang tepat guna berinteraksi dengan sumber data.

b. Pengamatan Terus-Menerus

Pengamatan terus-menerus dilakukan agar penelitian ini dapat dipercaya, dengan pengamatan terus-menerus atau kontinu peneliti dapat memperhatikan sesuatu lebih cermat, terinci, dan mendalam. Apa saja harus dianggapnya penting. Lambat laun akan dapat membedakan hal-hal yang bermakna untuk memahami gejala tertentu.

Maksudnya agar tingkat validitas data yang diperoleh mencapai tingkat yang tinggi, maka dalam penelitian ini harus mengamati setiap perkembangan yang terjadi pada subjek penelitian.

c. Trianggulasi

Data atau informasi dari satu pihak harus dicek kebenaran dengan cara memperoleh data itu dari sumber lain, misalnya dari pihak kedua, ketiga, dan seterusnya dengan menggunakan metode yang berbeda-beda. Tujuan trianggulasi yaitu menchek kebenaran data tertentu dengan membandingkannya data yang diperoleh dari sumber


(34)

Apiek Gandamana, 2014

Implementasi Pendidikan Anti Korupsi Dalam Pembelajaran PKN Dan Habituasi Untuk Membangun Karakter Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lain, pada berbagai fase penelitian lapangan, pada waktu yang berlainan, dan sering dengan menggunakan metode yang berlainan. Cara demikian untuk menghindari subjektifitas yang tinggi.

d. Peer Debriefing (Diskusi dengan Teman Sejawat)

Peer debriefing maksudnya bahwa penelitian ini didiskusikan

dengan orang lain terutama dengan teman sejawat posisinya dengan peneliti untuk menerima masukan berupa pandangan-pandangan yang objektif dalam memperkuat penelitian yang ada. Moleong (Satori dan

Komariah, 2011:172) mengungkapkan bahwa “diskusi dengan teman

sejawat akan menghasilkan: (1) pandangan kritis terhadap hasil penelitian; (2) temuan teori substantif; (3) membantu mengembangkan

langkah berikutnya; (4) pandangan lain sebagai pembanding”.

e. Negative Case Analysis (Analisis Kasus Negatif)

Kasus negatif adalah “...kasus ganjil yang ditemukan saat

penggalian data dan kasus tersebut bertentangan dengan data yang lainnya serta dapat menjadi kunci keajegan data sebelumnya/yang

lainnya” (Satori dan Komariah, 2011:172).

Dengan analisis kasus kualitatif, maka penelitian ini diupayakan untuk menelusuri data-data yang berbeda atau bertentangan dengan data penelitian ini yang telah ditemukan. Artinya ketika penelitian sebelumnya yang diselidiki kebenarannya dianggap benar, pada suatu saat rupanya tidak benar lagi, atau disangsikan kebenarannya bila dihadapkan kasus negatif, maka perlu diuji atau dirumuskan kembali. f. Menggunakan Bahan Referensi

Penelitian ini menggunakan bahan referensi yaitu bahan dokumentasi, hasil rekaman wawancara dengan subjek penelitian, foto-foto dan lainnya yang diambil dengan cara yang tidak menganggu atau


(35)

Apiek Gandamana, 2014

Implementasi Pendidikan Anti Korupsi Dalam Pembelajaran PKN Dan Habituasi Untuk Membangun Karakter Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menarik perhatian informan, sehingga informasi data yang diperlukan dengan tingkat kesahihan yang tinggi.

2. Keteralihan (Tranferbility/Validitas eksternal)

Salah satu pengecekan validitas data yaitu dengan transferbilitas atau keteralihan. Transferbilitas menurut Satori dan Komariah (2011:165)

bahwa “berkenaan dengan derajat akurasi apakah hasil penelitian dapat

digeneralisasikan atau diterapkan pada populasi dimana sampel tersebut diambil atau pada setting sosial yang berbeda dengan karakteristik yang

hampir sama”.

Terkait dengan penelitian ini, untuk mendapatkan derajat transferbilitas yang tinggi maka peneliti akan berupaya mengangkat makna-makna esensial, melakukan refleksi, dan telaah kritis tentang masalah pokok penelitian ini, yaitu implementasi pendidikan antikorupsi melalui habituasi dan pembelajaran PKn, secara jelas, rinci, sistematis, dan dapat dipercaya, sehingga penelitian ini dapat dipahami dan digunakan disituasi dan tempat yang lain.

3. Kebergantungan (Defendability/Reliabilitas)

Salah satu pengecekan validitas data yaitu defendability atau kebergantungan. Defendability menurut istilah konvensional disebut

reliability” atau reliabilitas. Menurut Stainback (Satori dan Komariah,

2011:166) bahwa “reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi dan

stabilitas data atau temuan”.

Untuk mencapai derajat reliabilitas yang tinggi, maka dibutuhka alat yang reliable dalam memperoleh data yang valid. Alat tersebut adalah peneliti sendiri yang bertindak sebagai instrumen utama (key instrument). Dengan demikian, peneliti terjun langsung ke lapangan guna mendapatkan data secara langsung dalam situasi yang alamiah (natural cetting).


(36)

Apiek Gandamana, 2014

Implementasi Pendidikan Anti Korupsi Dalam Pembelajaran PKN Dan Habituasi Untuk Membangun Karakter Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Salah satu pengecekan validitas data yaitu confirmability. Satori dan Komariah (2011:166) mengungkapkan bahwa:

Confirmabilitas berhubungan dengan objektivitas hasil

penelitian. Hasil penelitian dikatakan memiliki derajat objektifitas yang tinggi apabila keberadaan data dapat ditelusuri secara pasti dan penelitian dikatakan objektif bila hasil penelitian telah disepakati banyak orang.

Oleh karena itu, agar penelitian ini dapat menjaga kebenaran dan objektifitas, maka peneliti akan berusaha mendapatkan kepastian artinya jejak yang dapat dilacak. Dalam pengertian ini artinya pemeriksaan keseluruhan proses penelitian. Dalam rangka penulisan tesis ini

comfirmabilty dilakukan oleh pembimbing. Pembimbing berkewajiban

untuk memeriksa proses penelitian serta taraf kebenaran data serta tafsirannya. Cara ini dilakukan untuk mengetahui apakah laporan penelitian ini sesuai dengan data yang dikumpulkan atau tidak, untuk menjamin kebenaran sebuah penelitian.

G. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif, untuk memperoleh data dan informasi yang akurat dan representatif dibutuhkan teknik pengumpulan data yang dipandang tepat, dimana peneliti bertindak sebagai instrumen utama (key instrument) yang menyatu dengan sumber data dalam situasi yang alamiah (natural

cetting).Pengumpulan data dan informasi dalam penelitian ini dilakukan

dengan berbagai cara dan teknik yang berasal dari berbagai sumber baik manusia maupun bukan manusia.Teknik pengumpulan data pada penelitian kualitatif adalah teknik observasi partisipatif, wawancara, dokumentasi, dan literatur. Keempat teknik ini diharapkan bisa saling melengkapi dalam memperoleh data yang diperlukan. Adapun penjelasan dari beberapa teknik tersebut akan diuraikan berikut:


(37)

Apiek Gandamana, 2014

Implementasi Pendidikan Anti Korupsi Dalam Pembelajaran PKN Dan Habituasi Untuk Membangun Karakter Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. Observasi

Menurut Creswell (2010:267) bahwa “observasi yang dilakukan dalam penelitian kualitatif adalah observasi yang didalamnya peneliti turun langsung ke lapangan untuk mengamati perilaku dan aktivitas-aktivitas individu-individu di lokasi penelitian”. Maksudnya dalam penelitian ini, peneliti terjun langsung ke lapangan untuk mengamati dan menyajikan secara realistik informasi tentang implementasi pendidikan antikorupsi melalui habituasi dan pembelajaran PKn.

2. Wawancara

Teknik wawancara merupakan kegiatan pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dengan menggunakan pedoman wawancara. Menurut

Satori dan Komariah (2011:130) bahwa “wawancara adalah suatu teknik

pengumpulan data untuk mendapatkan informasi yang digali dari sumber

data langsung melalui percakapan atau tanya jawab”.

Wawancara harus dilakukan oleh peneliti kepada subjek penelitian untuk memperoleh data yang diperlukan. Seorang peneliti dapat menggunakan wawancara sesuai dengan kondisi subjek yang terlibat dalam interaksi sosial yang dianggap memiliki pengetahuan yang memadai dan mengetahui informasi yang dibutuhkan agar memperoleh data yang digunakan untuk menjawab fokus penelitian.

3. Studi Dokumentasi

Creswell (2010:269-270) mengemukakan bahwa “pengumpulan data dalam penelitian dilakukan melalui dokumen publik, dokumen privat,

dan materi audio visual”. Dokumen publik yang dimaksud adalah koran,

majalah, dan laporan kantor. Dokumen privat yang dimaksud yaitu buku harian, diary, surat, dan email. Sedangkan dokumen materi audio visual yakni foto, objek-objek, seni, video, tape atau segala jenis suara (bunyi).


(38)

Apiek Gandamana, 2014

Implementasi Pendidikan Anti Korupsi Dalam Pembelajaran PKN Dan Habituasi Untuk Membangun Karakter Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pemilihan teknik ini dilandasi oleh pemikiran bahwa selain data diperoleh dari sumber lisan, namun untuk meyakinkan secara faktual maka sumber data secara lisan dapat dilengkapi oleh data pendukung seperti tulisan, suara (video), dan gambar atau foto. Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan teknik observasi dan wawancara.

4. Studi Literatur

Satori dan Komariah (2011:147) mengemukakan bahwa “literatur

adalah bahan-bahan yang diterbitkan secara rutin ataupun berkala”. Lebih lanjut menurut Green (Satori dan Komariah, 2011:152) bahwa:

Suatu literatur menjadi dokumen kajian dalam studi literatur karena memiliki kriteria yang relevan dengan fokus kajian, yang dimaksud relevan adalah sesuatu sifat yang terdapat pada dokumen yang dapat membantu pengarang dalam memecahkan kebutuhan akan informasi. Dokumen dinilai relevan (relevance) bila dokumen tersebut mempunyai topik yang sama, atau berhubungan dengan subjek yang diteliti (topical relevance).

Studi literatur dilakukan dengan cara membaca, mempelajari, menganalisis, dan memahami buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data secara teoritis yang dapat mendukung kebenaran data yang diperoleh dan sebagai penunjang kenyataan yang berlaku pada penelitian.

H. Prosedur Penelitian

Pada dasarnya prosedur penelitian memuat tentang tahapan-tahapan yang harus dilakukan oleh peneliti. Adapun tahapan-tahapan tersebut akan dijelaskan berikut ini.

1. Tahap Pra-Penelitian

Tahap pra-penelitian sebagai langkah awal yaitu memilih masalah, menentukan judul dan lokasi penelitian dengan tujuan menyesuaikan


(39)

Apiek Gandamana, 2014

Implementasi Pendidikan Anti Korupsi Dalam Pembelajaran PKN Dan Habituasi Untuk Membangun Karakter Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

keperluan dan demi kepentingan masalah yang akan diteliti. Setelah masalah dan judul penelitian disetujui oleh pembimbing, peneliti melakukan studi pendahuluan guna memperoleh gambaran awal tentang subjek yang akan diteliti.

Setelah memperoleh gambaran subjek yang akan diteliti dan masalah yang relevan dengan kondisi objektif di lapangan, selanjutnya peneliti menyusun proposal penelitian. Sebelum melaksanakan penelitian, terlebih dahulu peneliti harus menempuh prosedur perizinan sebagai berikut:

a. Mengajukan surat permohonan izin untuk mengadakan penelitian kepada Ketua Progran Studi Pendidikan Kewarganegaraan Pascasarjana, selanjutnya diteruskan kepada Asisten Direktur I untuk mendapatkan surat rekomendasi dari Kepala BAAK UPI yang secara kelembagaan mengatur segala jenis urusan administratif dan akademis.

b. Pembantu Rektor I atas nama Rektor UPI mengeluarkan surat permohonan izin penelitian untuk disampaikan kepada Kepala SMP Negeri 1 Cianjur.

c. Kepala SMPN Negeri 1 Cianjur mengeluarkan surat Rekomendasi izin untuk disampaikan kepada pihak yang terkait dengan penelitian.

I. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Setelah tahap pra penelitian selesai, maka penulis mulai terjun ke lapangan untuk memulai penelitian. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan dengan mengumpulkan data dari informan. Selain itu, peneliti mengumpulkan hasil observasi di lapangan. Pada tahap pelaksanaan penelitian ini penulis menempuh langkah-langkah sebagai berikut:


(40)

Apiek Gandamana, 2014

Implementasi Pendidikan Anti Korupsi Dalam Pembelajaran PKN Dan Habituasi Untuk Membangun Karakter Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Menghubungi Kepala SMP Negeri 1 Cianjur untuk meminta izin mengadakan penelitian di lembaga yang dipimpinnya, serta untuk melakukan wawancara

b. Menghubungi Guru PKn di SMP Negeri 1 Cianjur untuk mengadakan wawancara.

c. Menghubungi Wakil Kepala Urususan Kesiswaan/Non Akademik SMP Negeri 1 Cianjur untuk mengadakan wawancara.

d. Menghubungi para Peserta didik SMP Negeri 1 Cianjur mengadakan wawancara.

e. Menghubungi penanggung jawab kantin kejujuran SMP Negeri 1 Cianjur untuk mengadakan wawancara.

f. Melakukan studi dokumentasi dan membuat catatan yang diperlukan yang dianggap berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.

g. Memperhatikan dan mengikuti kegiatan yang terkait dengan masalah yang akan diteliti

Setelah selesai mengadakan wawancara, peneliti menuliskan kembali data yang terkumpul kedalam catatan lapangan dengan maksud agar dapat mengungkapkan data secara terperinci. Data yang diperoleh dari hasil wawancara, disusun dalam bentuk catatan lengkap setelah didukung oleh dokumen lainnya.

2. Tahap Pengolahan dan Analisis Data Penelitian

Dalam penelitian ini, pengolahan data dan analisis melalui proses menyusun, mengkategorikan data, mencari kaitan isi dari berbagai data yang diperoleh dengan maksud untuk mendapatkan maknanya. Data yang diperoleh dan dikumpulkan dari informan melalui hasil observasi, wawancara, dan studi dokumentasi di lapangan untuk selanjutnya dideskripsikan dalam bentuk laporan.


(41)

Apiek Gandamana, 2014

Implementasi Pendidikan Anti Korupsi Dalam Pembelajaran PKN Dan Habituasi Untuk Membangun Karakter Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Proses analisis data kualitatif mencakup penggalian makna yang ada didalam data tertulis maupun gambar. Proses ini meliputi persiapan analisis data, menyajikan data, penggalian makna yang mendalam terhadap data, menyajikan data, dan membuat interpretasi yang lebih luas tentang makna data (Creswell, 2010:190).

Analisis data kualitatif terdiri dari tiga alur kegiatan yang dilakukan secara bersamaan yaitu: reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan. Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemfokusan,

penyederhanaan, abstraksi dan transformasi terhadap data “kasar” yang

diperoleh darai catatan lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis data yang bertujuan untuk menajamkan, mengelompokkan, memfokuskan, pembuangan yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data untuk memperoleh kesimpulan final. Penyajian data dilakukan dengan menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun dalam suatu kesatuan bentuk yang disederhanakan, selektif dalam konfigurasi yang mudah dipakai sehingga memberi kemungkinan adanya pengambilan keputusan. Setelah data tersaji secara baik dan terorganisasi maka dilakukan penarikan kesimpulan atau verifikasi

Proses pengumpulan dan analisis data (termasuk penulisan laporan) merupakan proses yang simultan dalam penelitian kualitatif. Pada saat pengumpulan data peneliti dapat langsung melakukan analisis informasi yang terkandung dalam data untuk menemukan gagasan pokok. Proses ini juga dapat bersifat interaktif, dimana pengumpulan dan analisis data dapat dilakukan secara bolak-balik dan seterusnya. Peneliti dapat melakukan wawancara ulang terhadap individu apabila terjadi kekurangan data atau terjadi kesimpangsiuran data (Creswell, 2010:244-245).


(42)

Apiek Gandamana, 2014

Implementasi Pendidikan Anti Korupsi Dalam Pembelajaran PKN Dan Habituasi Untuk Membangun Karakter Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan pendapat di atas, dapat dijelaskan bahwa dalam pengolahan data dan menganalisis data dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a. Reduksi Data

Dalam penelitian ini aspek yang direduksi adalah Bagaimana Implementasi Pendidikan Antikorupsi Melalui Habituasi dan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Membangun Karakter Siswa, yang meliputi: 1) Bagaimana bentuk implementasi pendidikan anti korupsi melalui habituasi dan pembelajaran PKn di SMP Negeri 1 Cianjur; 2) Faktor-faktor apa yang mendukung dan menghambat implementasi pendidikan anti korupsi melalui habituasi dan pembelajaran PKn di SMP Negeri 1 Cianjur; 3) Bagaimana solusi untuk mengatasi hambatan-hambatan implementasi pendidikan anti korupsi melalui habituasi dan pembelajaran PKn di SMP Negeri 1 Cianjur;

b. Display Data

Setelah informasi dan data yang diperoleh dari lapangan direduksi, selanjutnya penulis melakukan display data, yakni menyajikan data secara singkat dan jelas. Hal ini dimaksudkan agar dapat melihat gambaran keseluruhan dari hasil penelitian atau bagian-bagian tertentu dari hasil penelitian tersebut.

c. Kesimpulan/Verifikasi

Sebagai langkah akhir dari proses pengolahan dan analisis data adalah penarikan kesimpulan yang dimaksudkan untuk mencari makna, arti, penjelasan terhadap data yang telah dianalisis dengan mencari hal-hal penting. Penyusunan kesimpulan ini dilakukan secara


(43)

Apiek Gandamana, 2014

Implementasi Pendidikan Anti Korupsi Dalam Pembelajaran PKN Dan Habituasi Untuk Membangun Karakter Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

singkat dan jelas agar memudahkan bagi berbagai pihak untuk memahaminya.

Dengan demikian secara umum proses pengolahan data dimulai dengan pencatatan data lapangan (data mentah), kemudian ditulis kembali dalam bentuk unifikasi dan kategorisasi data. Setelah data dirangkum, direduksi dan disesuaikan dengan masalah pokok penelitian, selanjutnya data analisis dan diperiksa keabsahannya melalui beberapa teknik sebagai berikut:

1) Data yang diperoleh disesuaikan dengan data pendukung lainnya untuk mengungkapkan permasalahan secara tepat.

2) Data yang terkumpul setelah dideskripsikan kemudian didiskusikan, dikritisi ataupun dibandingkan dengan pendapat orang lain.

3) Data yang diperoleh kemudian difokuskan pada subtantif masalah pokok penelitian.


(44)

Apiek Gandamana, 2014

Implementasi Pendidikan Anti Korupsi Dalam Pembelajaran PKN Dan Habituasi Untuk Membangun Karakter Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

1. Kesimpulan Umum

Berdasarkan analisis serta hasil pembahasan, maka secara umum dapat disimpulkan bahwa penerapan pendidikan antikorupsi sangat penting untuk diwujudkan, karena melalui pendidikan inilah berlangsung pembinaan terhadap para siswa yaitu sebagai generasi muda penerus bangsa. Apabila satuan pendidikannya menanamkan dan membina sikap anti korupsi maka akan melahirkan generasi yang dapat mengatakan tidak untuk korupsi. Tujuan pendidikan antikorupsi, tidak lain untuk membangun karakter jujur agar anak tidak melakukan korupsi. Anak-anak juga dapat menjadi promotor pemberantas korupsi. Karena itu, sejak usia dini generasi muda perlu ditanamkan mental antikorupsi serta nilai-nilai yang baik. Pendidikan antikorupsi itu nantinya terdapat dalam pendidikan karakter bangsa.

Selanjutnya untuk mewujudkan pendidikan antikorupsi, pendidikan di sekolah harus diorientasikan pada tataran moral action, agar peserta didik tidak hanya berhenti pada kempetensi (competence) saja, tetapi sampai memiliki kemauan (will), dan kebiasaan (habit) dalam mewujudkan nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan antikorupsi juga bukan hanya pada pemberian wawasan dan pemahaman saja. Tetapi diharapkan dapat menyentuh pada ranah afektif dan psikomotorik, yakni membentuk sikap dan perilaku anti korupsi.

Berangkat dari hal di atas, maka SMP Negeri 1 Cianjur mulai tahun 2008 menerapkan atau mengimplementasikan pendidikan antikorupsi. Selama kurun waktu 6 tahun ini penerapan pendidikan antikorupsi berjalan dengan baik. Hal ini membuktikan bahwa adanya keinginan dan komitmen yang kuat dari pihak sekolah untuk menanamkan pendidikan antikorupsi.


(1)

Apiek Gandamana, 2014

Implementasi Pendidikan Anti Korupsi Dalam Pembelajaran PKN Dan Habituasi Untuk Membangun Karakter Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah. A. Chaedar. (2008). Pokoknya Kualitatif: Dasar-dasar Merancang

dan Melakukan Penelitian Kualitatif. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.

Arikunto. Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Brooks,B. D., and Goble, F. G. (1997). The Case of Character Education: The

Role of the School in Teaching Values and Virtue. Los Angles: Studio 4

Production.

Budimansyah, D. (2009). Membangun Karakter Bangsa di Tengah Arus

Globalisasi dan Gerakan Demokratisasi: Reposisi Peran PKn, Pidato

Pengukuhan Guru Besar FPIPS UPI.

Budimansyah, D. (2010). Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan untuk

Membangun Karakter Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press.

Creswell, John. W. (2010). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,

dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Chaerudin, dkk. (2008) Strategi Pencegahan dan Penegakan Hukum Tindak

Pidana Korupsi. Bandung: Refika Aditama.

Dimyati dan Moedjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djahiri, A.K. (2006), Budimansyah dan Syaifullah (ed). Esensi Pendidikan Nilai

Moral dan PKn dalam Era Globalisasi, 70 tahun Prof.Kosasih Djahiri,

Bandung: Lab PKn UPI.

Fattah, A (2008), Pembangunan Karakter Unggul Generasi Penerus Bangsa, Jakarta: PT Arga Publishing.

Gagne.R,M, Briggs,L.J, (1979). Principles ot instructional Design. Second Edition, New York: United States of America.

Gunawan, Ilham. (1990). Postur Korupsi di Indonesia. Bandung : Angkasa H. A. Syed. (1983). Sosiologi Korupsi. Jakarta: LP3S.


(2)

Apiek Gandamana, 2014

Implementasi Pendidikan Anti Korupsi Dalam Pembelajaran PKN Dan Habituasi Untuk Membangun Karakter Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hassan. Fuad. (2004). Pendidikan adalah Pembudayaa: dalam Pendidikan

Manusia Indonesia. Jakarta: Penerbit Kompas.

Hernowo. (2004). Quantum Writing: Cara Cepat Nan Bermanfaat Untuk

Merangsang Munculnya Potensi Menulis/Editor.v Bandung: Mizan

Learning Center.

Hoy, W.K., Tarter, C.,J.,& Kottkamp, R.B.(1991). Open School/Healthy

Schools: Measuring Organizational Climate. Newbury Park, CA: Sage

Kaelan. (2010). Pendidikan Kewaragnegaraan untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Paradigma.

Kesuma D., Darmawan C., Permana J. (2008). Korupsi dan Pendidikan Anti

Korupsi, Bandung: Pustaka Aulia Press

Klitgaard, Robert, Ronald Maclean-Abaroa dan H. Lindsey Parris. (2005).

Penuntun Pemberantasan Korupsi dalam Pemerintahan Daerah. Terjemahan Masri Maris. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Lickona, T (1992) Educating For Characting: How Our Schools Can Teach

Respect and Responsibility, New York: Batam Books

Megawangi, R (2004), Pendidikan Karakter: Solusi yang Tepat Membangun

Bangsa, Jakarta: BP Migas

Moleong, Lexy J. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Munib, Ahmad. (2004). Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: Unnes Press. Nasution, S. (2003).Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Nazir, Moh. (1998). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nurdjana, IGM. (2010). Sistem Hukum Pidana dan Bahaya Laten Korupsi

“Perspektif Tegaknya Keadilan Melawan Mafia Hukum”. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar

R. E. Baringbing. (2001). Catur Wangsa yang Bebas Kolusi Simpul Mewujudkan


(3)

Apiek Gandamana, 2014

Implementasi Pendidikan Anti Korupsi Dalam Pembelajaran PKN Dan Habituasi Untuk Membangun Karakter Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Revida, Erika. (2003). Korupsi di Indonesia: Masalah dan Solusinya. Medan: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,Universitas Sumatera Utara.

Rosidi, Ajip. (2009). Korupsi dan Kebudayaan. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya Sahetapy, J. E. (2005). Pisau Analisi Kriminologi. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Satori, Djam’an dan Aan Komariah. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sapriya. (2007). Perspektif Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Pendidikan

Karakter Menurut Para Ahli. Bandung: Sekolah Pasca Sarjana UPI

Sofhian, Subhan dan Asep Sahid Gatara.(2011). Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Fokus Media

Siddiq, M. D., Munawaroh, I. dan Sungkono. 2008. Pengembangan Bahan

Pembelajaran SD. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi

Departemen Pendidikan Nasional

Somantri, N. (1972). Metode Mengajar Civics, Bandung: IKIP Bandung

Sanjaya, W. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Sudjana, Nana dan Ibrahim. (1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Surya, M. (2004). Psikologi Pendidikan dan Pengajaran, Bandung: Pustaka Bani Quraisy

Suryopurnomo, Sapon. (2009). Pendidikan Antikorupsi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan.

Tanya, Bernard L. (2006). Hukum, Politik, dan KKN. Surabaya: Srikandi.

Wibowo, Agus. (2013). Pendidikan Antikorupsi di Sekolah Strategi Internalisasi


(4)

Apiek Gandamana, 2014

Implementasi Pendidikan Anti Korupsi Dalam Pembelajaran PKN Dan Habituasi Untuk Membangun Karakter Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Zuriah, N. (2008). Pendidikan Modal dan Budi Pekerti dalam Perspektif

Perubahan: Menggagas Platform Pendidikan Budi Pekerti Secara Kontekstual dan Futuristik. Jakarta: Bumi Aksara

Karya Ilmiah (Makalah, Skripsi, Tesis dan Disertasi) dan Jurnal

Annas, Khoirul. (2011). Implementasi Pendidikan Anti Korupsi di SMP Negeri 2

Semarang. Skripsi.

Educational Policy Newsletter of Education Policy Centers, Issue No.3. May (2004). Topic “Anti-corruption education.Transparency and

accountability in Education”.

Harmanto.(2012). Pengintegrasian Pendidikan Anti Korupsi dalam Pembelajaran

PKn Sebagai Penguat Karakter Bangsa (Studi Evaluasi Pengembangan Perangkat Pembelajaran Bermodel PAKEM di Sekolah Menengah Pertama). Disertasi pada Sekolah Pasca Sarjana UPI: tidak diterbitkan.

Harmanto & Yudiani, Djunaida Dewi. (2009). Pengintegrasian Pendidikan

Antikorupsi Melalui Pembelajaran PKn dan Budaya Sekolah. Jurnal

CIVICUS. Bandung:PKn UPI.

Muhlisin,(2012). Efektivitas Penerapan Pendidikan Anti Korupsi Dalam

Pembudayaan Karakter Jujur (Studi Kasus Di SMP Kanisius Keluarga Kudus). Disertasi pada Sekolah Pasca Sarjana UPI: tidak diterbitkan.

Sulistiani (2012). Penanaman Nilai-Nilai Anti Korupsi Dalam Pendidikan Di

MTS Al-Asror Patemon Gunungpati Semarang. Tesis pada Universitas

Negeri Semarang: tidak diterbitkan.

Sumiarti. (2007). Pendidikan Anti Korupsi. Jurnal: Insania STAIN Purwokerto

Dokumen

Desain Induk. (2010). Pembangunan Karakter Bangsa Tahun 2010-2015, Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.


(5)

Apiek Gandamana, 2014

Implementasi Pendidikan Anti Korupsi Dalam Pembelajaran PKN Dan Habituasi Untuk Membangun Karakter Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Handoyo,Eko.(2007). Sekolah Agen Sebagai Pendidikan Antikorupsi. Makalah di sampaikan Pada Acara Seminar Nasional Yang Diselenggarakan Oleh Pokja di Semarang Pada 18 Januari 2007

Hendarman Supandji. (2009). Peningkatan Pencegahan Tindak Pidana

Korupsi dalam Pelaksanaan Tugas Kejaksaan. Makalah disampaikan dalam Kuliah Umum di UNDIP Semarang, tanggal 27 Februari 2009.

Kesuma, D. (2004). Pendidikan Antikorupsi dalam Sistem Pendidikan

Nasional Indonesia Sebagai Sebuah Keniscayaan. Makalah disajikan

dalam Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia V di Surabaya 5-9 Oktober 2004.

Kementerian Pendidikan Nasional. (2010). Pengembangan Pendidikan Budaya

dan Karakter Bangsa. Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilia-Nilai Budaya Untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional.

. (2010). Buku Induk Pembangunan Karakter. Jakarta:

Kementerian Pendidikan Nasional.

. (2011). Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter

(Berdasarkan Pengalaman di Satuan Pendidikan Rintisan). Jakarta:

Kementerian Pendidikan Nasional.

. (2012). Pendidikan Antikorupsi Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Perguruan Tinggi.

. (2011). Integrasi Pendidikan Antikorupsi Pada Mata

Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan SMP/MTS Kelas VIII. Jakarta:

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

KPK. (2006). Mengenali dan Memberantas Korupsi. Jakarta : KPK

KPK. (2006_. Memahami untuk Membasmi-Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi. Jakarta : KPK

Yuwono, Teguh. (2008). Strategi Pembelajaran Antikorupsi di SMA-Membangun


(6)

Apiek Gandamana, 2014

Implementasi Pendidikan Anti Korupsi Dalam Pembelajaran PKN Dan Habituasi Untuk Membangun Karakter Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Nasional Strategi Pembelajaran Antikorupsi di Sekolah Menengah Atas Yang diselenggarakan Oleh Mahasiswa PPKn pada 27 Mei 2008.

Artikel

Baedowi, Ahmad. (2009). “Kurikulum Antikorupsi”. Media Indonesia, Edisi 16

Maret 2009.

B. Nusa, Ikrar. (2012). “Tiada Hari Tanpa Korupsi di Banggar DPR”. Media Indonesia, Edisi 2 Juli, h.

Wibowo, Agus. (2012). “Pendidikan dan Mentalitas Menerabas”. Media Indonesia, Edisi 8 Oktober 2012.

Undang-Undang dan Peraturan Perundang-Undangan

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara

yang Bersih dan Bebas KKN.

Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Permendiknas No 22 Tahun 2006 tantang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah

Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi


Dokumen yang terkait

Kinerja Aparatur Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat (BNP Jabar)

1 3 157

IMPLEMENTASI KARAKTER TANGGUNG JAWAB DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS VII SMP NEGERI 2 Implementasi Karakter Tanggung Jawab Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Kelas VII SMP Negeri 2 Banyudono Kabupaten Boyolali Tahun

0 3 16

PENGELOLAAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn) Pengelolaan Pendidikan Karakter Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) (Studi Situs SMP Negeri 5 Wonogiri).

0 4 18

PENGELOLAAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn) Pengelolaan Pendidikan Karakter Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) (Studi Situs SMP Negeri 5 Wonogiri).

0 4 21

PENGELOLAAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SEKOLAH DASAR Pengelolaan Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah Dasar Negeri Banyuyoso Kecamatan Grabag Kabupaten Purworejo.

0 0 13

PEMBINAAN KARAKTER KEWARGANEGARAAN MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN.

0 1 39

POLA INTEGRASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN HABITUASI DI SEKOLAH UNTUK MEMBANGUN KARAKTER SISWA: Studi Kasus Pada Madrasah Tsanawiyyah Negeri Sawahgede Cianjur.

0 0 68

B9 Pendidikan kewarganegaraan Untuk Membangun Wawasan Global

0 0 9

Pendidikan Kewarganegaraan dan Pendidikan Karakter Bangsa

0 4 26

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MEMBANGUN KARAKTER CINTA TANAH AIR SISWA DI SMP NEGERI KECAMATAN KEMBARAN - repository perpustakaan

1 0 16