HUBUNGAN ENVIRONMENTAL SUSTAINABILITY DAN ECONOMICAL BENEFITS PADA AKTIVITAS KUKUYAAN DAN ARUNG JERAM DI CIKAPUNDUNG.

(1)

No. Daftar FPIPS : 1774/ UN.40.2.5.1/ PL/ 2013

HUBUNGAN ENVIRONMENTAL SUSTAINABILITY DAN ECONOMICAL

BENEFITS PADA AKTIVITAS KUKUYAAN DAN ARUNG JERAM DI

CIKAPUNDUNG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pariwisata pada Program Studi Manajemen Resort & Leisure

Oleh:

Hendra Ramdhani 0900256

PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

No. Daftar FPIPS : 1774/ UN.40.2.5.1/ PL/ 2013

HUBUNGAN ENVIRONMENTAL

SUSTAINABILITY DAN ECONOMICAL

BENEFITS PADA AKTIVITAS KUKUYAAN DAN

ARUNG JERAM DI CIKAPUNDUNG

Oleh: Hendra Ramdhani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Hendra Ramdhani 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

No. Daftar FPIPS : 1774/ UN.40.2.5.1/ PL/ 2013

LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN ENVIRONMENTAL SUSTAINABILITY DAN ECONOMICAL

BENEFITS PADA AKTIVITAS KUKUYAAN DAN ARUNG JERAM DI

CIKAPUNDUNG

Oleh:

Hendra Ramdhani NIM. 0900256

Disetujui dan Disahkan Oleh : Pembimbing I

Prof. Dr. Gurniwan Kamil Pasya, M.Si NIP. 19610323 198603 1 002

Pembimbing II

Ahmad H. Galihkusumah, S.ST., MM NIP. 19810522 201012 1 006

Mengetahui,

Ketua Program Studi Manajemen Resort & Leisure UPI

FitriRahmafitria, SP.,M.Si. NIP. 19741018 200812 2 005


(4)

HUBUNGAN ENVIRONMENTAL SUSTAINABILITY DAN ECONOMICAL

BENEFITS PADA AKTIVITAS KUKUYAAN DAN ARUNG JERAM DI

CIKAPUNDUNG ABSTRAK

Oleh:

Hendra Ramdhani 0900256

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya rencana pengembangan aktivitas kukuyaan dan arung jeram di Cikapundung, yaitu sebuah aktivitas mengarungi sungai Cikapundung dengan menggunakan ban dalam bekas dan juga dengan menggunakan perahu karet. Pengembangan aktivitas tersebut harus bersifat berkelanjutan dengan berdasarkan pada konsep environmental sustainability (keberlanjutan lingkungan) dan economical benefits (manfaat ekonomi). Melalui penelitian ini, peneliti bertujuan untuk dapat mengidentifikasi konsep environmental sustainability dan economical benefits yang terdapat di Cikapundung serta untuk mengidentifikasi hubungan antara environmental sustainability dan economical benefits dalam pengembangan aktivitas kukuyaan dan arung jeram tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan eksploratif dengan tujuan untuk memecahkan masalah yang bersifat aktual. Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui observasi lapangan, wawancara, studi literatur, dan penyebaran kuesioner kepada 80 responden yang merupakan anggota komunitas Cikapundung yang aktif dalam pengembangan aktivitas kukuyaan dan arung jeram di Cikapundung. Data tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan metode pengukuran data dan penetapan skala likert guna mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa environmental sustainability dan economical benefits yang terdapat di Cikapundung masih belum tampak dan hubungan antara kedua variabel tersebut tergolong kedalam kategori yang cukup.

Kata Kunci: Pariwisata Berkelanjutan; Pengembangan Aktivitas Kukuyaan dan Arung Jeram; Environmental Sustainability; Economical Benefits; Sikap Masyarakat.


(5)

RELATIONSHIP ENVIRONMENTAL SUSTAINABILITY AND ECONOMICAL BENEFITS ON KUKUYAAN AND RAFTING ACTIVITY IN CIKAPUNDUNG

ABSTRACT By:

Hendra Ramdhani 0900256

This research is motivated by the development plan of kukuyaan and rafting activity in Cikapundung, which as a forded activity in Cikapundung river by using tires in the former and also using rubber boats. This development must be sustainable and based on environmental sustainability concept and also the economical benefits. Through this study, researchers aimed to identify the environmental sustainability concept and economical benefits contained in Cikapundung as well as to identify the relationship between environmental sustainability concept and economical benefits in this development plan. The method used in this study is descriptive and exploratory in order to solve the problems that are actual. The data in this study were collected through field observations, interviews, literature studies, and distributing questionnaires to 80 respondents who are active members of the community Cikapundung. These data then analyzed using methods of data measurement and determination of the Likert scale to measure attitudes, opinions, and one’s perception of social phenomena. Based on the result of this study concluded that environmental sustainability and economical benefits contained in Cikapundung still unlooked and unfelt by the local community and the relationship between the two variables classified into sufficient categories.

Keyword: Sustainability Tourism; Development of Kukuyaan and Rafting Activity; Environmental Sustainability; Economical Benefits; Resident’s Attitude.


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORI ... 9

2.1 Sustainable Tourism ... 9

2.2 Environmental Sustainability ... 12

2.3 Economical Benefits ... 24

2.4 Orisinalitas Penelitian ... 30

2.5 Kerangka Pemikiran ... 32


(7)

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

3.1 Lokasi Penelitian ... 35

3.2 Metode Penelitian ... 35

3.3 Populasi ... 37

3.4 Sampel ... 37

3.5 Jenis & Sumber Data ... 38

3.5.1 Data Primer ... 38

3.5.2 Data Sekunder ... 39

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 39

3.7 Metode Analisis Data ... 40

3.7.1 Pengukuran Data ... 40

3.72 Penetapan Skala ... 41

3.8 Operasional Variabel ... 42

3.9 Teknik Pengolahan Data ... 43

3.9.1 Uji Validitas ... 43

3.9.2 Uji Reliabilitas ... 46

3.9.3 Teknik Analisis Data ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 50

4.1 Gambaran Umum Cikapundung ... 50

4.2 Hasil Pembahasan ... 56

4.2.1 Konsep Environmental Sustainability di Cikapundung ... 56

4.2.2 Economical Benefits di Cikapundung ... 79

4.3 Analisis Korelasi Environmental Sustainability & Economical Benefits pada Aktivitas Kukuyaan dan Arung Jeram di Cikapundung ... 92


(8)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 94

5.1 Kesimpulan ... 94

5.2 Saran ... 95

DAFTAR PUSTAKA ... 98 RIWAYAT HIDUP PENELITI


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Potensi dampak akibat kegiatan pariwisata ... 17 Tabel 2.2 Orisinalitas Penelitian ... 30 Tabel 2.3 Hubungan Environmental Sustainability dan Economical

Benefits ... 33

Tabel 3.1 Operasional Variabel ... 42 Tabel 3.2 Interpretasi Koefisien Korelasi nilai r ... 44 Tabel 3.3 Hasil Pengukuran Uji Validitas Instrumen Penelitian

Environmental Sustainability ... 45

Tabel 3.4 Hasil Pengukuran Uji Validitas Economical Benefits ... 46 Tabel 3.5 Hasil Pengukuran Uji Realibilitas Instrumen Penelitian ... 48 Tabel 4.1 Karakteristik Jenis Kelamin Masyarakat Bantaran Sungai

Cikapundung ... 51 Tabel 4.2 Karakteristik Usia Masyarakat Bantaran Sungai

Cikapundung ... 52 Tabel 4.3 Karakteristik Pendidikan Masyarakat Bantaran Sungai

Cikapundung ... 53 Tabel 4.4 Karakteristik Pekerjaan Masyarakat Bantaran Sungai

Cikapundung ... 54 Tabel 4.5 Tanggapan Responden Terhadap Pernyataan Pertama

Variabel Environmental Sustainability ... 56 Tabel 4.6 Tanggapan Responden Terhadap Pernyataan Kedua

Variabel Environmental Sustainability ... 59 Tabel 4.7 Tanggapan Responden Terhadap Pernyataan Ketiga

Variabel Environmental Sustainability ... 61 Tabel 4.8 Tanggapan Responden Terhadap Pernyataan Keempat


(10)

Tabel 4.9 Tanggapan Responden Terhadap Pernyataan Kelima Variabel Environmental Sustainability ... 65 Tabel 4.10 Tanggapan Responden Terhadap Pernyataan Keenam

Variabel Environmental Sustainability ... 67 Tabel 4.11 Tanggapan Responden Terhadap Pernyataan Ketujuh

Variabel Environmental Sustainability ... 69 Tabel 4.12 Tanggapan Responden Terhadap Pernyataan Kedelapan

Variabel Environmental Sustainability ... 71 Tabel 4.13 Tanggapan Responden Terhadap Pernyataan Kesembilan

Variabel Environmental Sustainability ... 73 Tabel 4.14 Tanggapan Responden terhadap Variabel Environmental

Sustainability ... 75

Tabel 4.15 Tanggapan Responden terhadap Pernyataan Pertama

Variabel Economical Benefits ... 79 Tabel 4.16 Tanggapan Responden terhadap Pernyataan Kedua

Variabel Economical Benefits ... 81 Tabel 4.17 Tanggapan Responden terhadap Pernyataan Ketiga

Variabel Economical Benefits ... 83 Tabel 4.18 Tanggapan Responden terhadap Pernyataan Keempat

Variabel Economical Benefits ... 85 Tabel 4.19 Tanggapan Responden terhadap Pernyataan Kelima

Variabel Economical Benefits ... 87 Tabel 4.20 Tanggapan Responden terhadap Variabel Economical

Benefits... 89

Tabel 4.21 Korelasi antara Environmental Sustainability dan

Economical Benefits di masyarakat bantaran sungai


(11)

Tabel 4.22 T hitung korelasi antara Environmental Sustainability dan

Economical Benefits pada aktivitas kukuyaan dan arung


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Hubungan antara Sustainable Tourism dengan komponen lain dalam pariwisata ... 11 Gambar 2.2 Hubungan antara industri pariwisata, masyarakat, dan

lingkungan pendukung ... 14 Gambar 2.3 Hubungan lingkungan alam, keadaan ekonomi, dan dimensi

sosial ... 21 Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran ... 32 Gambar 3.1 Lokasi Penelitian ... 36 Gambar 4.1 Garis Kontinum Pernyataan Pertama Dari Variabel

Environmental Sustainability ... 57

Gambar 4.2 Garis Kontinum Pernyataan Kedua Dari Variabel

Environmental Sustainability ... 60

Gambar 4.3 Garis Kontinum Pernyataan Ketiga Dari Variabel

Environmental Sustainability ... 62

Gambar 4.4 Garis Kontinum Pernyataan Keempat Dari Variabel

Environmental Sustainability ... 64

Gambar 4.5 Garis Kontinum Pernyataan Kelima Dari Variabel

Environmental Sustainability ... 66

Gambar 4.6 Garis Kontinum Pernyataan Keenam Dari Variabel

Environmental Sustainability ... 68

Gambar 4.7 Garis Kontinum Pernyataan Ketujuh Dari Variabel


(13)

Gambar 4.8 Garis Kontinum Pernyataan Kedelapan Dari Variabel

Environmental Sustainability ... 72

Gambar 4.9 Garis Kontinum Pernyataan Kesembilan Dari Variabel

Environmental Sustainability ... 74

Gambar 4.10 Garis Kontinum pada Variabel Environmental

Sustainability ... 77

Gambar 4.11 Garis Kontinum Pernyataan Pertama Variabel Economical

Benefits ... 80

Gambar 4.12 Garis Kontinum Pernyataan Kedua Variabel Economical

Benefits ... 82

Gambar 4.13 Garis Kontinum Pernyataan Ketiga Variabel Economical

Benefits ... 84

Gambar 4.14 Garis Kontinum Pernyataan Keempat Variabel Economical

Benefits ... 86

Gambar 4.15 Garis Kontinum Pernyataan Kelima Variabel Economical

Benefits ... 88


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Format Kuesioner ... 101

LAMPIRAN 2 Coding Data ... 104

LAMPIRAN 3 Hasil Uji Validitas Variabel X1 Environmental Sustainability ... 106

LAMPIRAN 4 Hasil Uji Validitas Variabel X1 Economical Benefits ... 107

LAMPIRAN 5 Hasil Uji Realibilitas Environmental Sustainability ... 108

LAMPIRAN 6 Hasil Uji Realibilitas Economical Benefits ... 109

LAMPIRAN 7 Dokumentasi Aktivitas Kukuyaan dan Arung Jeram ... 110

LAMPIRAN 8 Tanda Tangan Pembimbing ... 111


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pariwisata telah mengalami perkembangan yang sangat pesat selama kurang lebih empat dekade terakhir sehingga saat ini pariwisata dianggap sebagai sebuah industri yang di dalamnya terdapat suatu sistem besar, dimana komponennya saling terkait antara satu komponen dengan yang lainnya. Selama satu dekade, pariwisata telah menjadi kekuatan yang sangat baik untuk dapat meningkatkan pendapatan ekonomi domestik. Hal tersebut didukung dengan adanya data yang menyatakan bahwa pariwisata saat ini telah menyumbangkan 10,4 % Gross Domestic Product (GDP) di dunia, dengan total US$ 5,49 miliar berdasarkan permintaan akan pariwisata di seluruh dunia, dan kebutuhan tenaga kerja sebanyak 214 juta pegawai di seluruh dunia (World Travel and Tourism Council ǀ WTTC ǀ 2004). WTTC bahkan memperkirakan bahwa pariwisata akan tumbuh dengan rata-rata 4,5 % setiap tahunnya antara tahun 2005-2014. Hal tersebut tentunya merupakan sebuah keunggulan besar bagi pariwisata itu sendiri yang akan terus meningkatkan arus globalisasi di seluruh dunia.

Kepariwisataan di Indonesia telah tumbuh menjadi suatu industri yang telah terbukti bisa menghasilkan pendapatan yang cukup besar untuk negara Indonesia secara umum dan bagi daerah yang mengembangkan pariwisata itu sendiri secara khusus. Kota Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang telah merasakan manfaat dari pariwisata. Salah satu indikator penilaian dari pernyataan tersebut adalah mulai banyaknya tempat-tempat tujuan wisata baru yang sengaja diciptakan oleh para pelaku pariwisata di Kota Bandung guna memberikan atraksi ataupun aktivitas baru di kota ini.


(16)

2

Kukuyaan merupakan salah satu atraksi dan juga aktivitas wisata yang akan dikembangkan di Kota Bandung. Atraksi dan aktivitas ini dilakukan di hulu sungai Cikapundung yang berada di kawasan Dago Atas. Kukuyaan ini merupakan kegiatan yang memanfaatkan ban dalam bekas sebagai alas dalam mengarungi sungai Cikapundung sejauh 2 km. Selain aktivitas kukuyaan, juga akan dikembangkan aktivitas arung jeram dengan menggunakan perahu karet ukuran besar yang juga mengarungi sungai Cikapundung sejauh 2 km yang dimulai dari kawasan Dago Atas.

Berdasarkan hasil pra penelitian, aktivitas kukuyaan ini pada awalnya dimaksudkan untuk membersihkan Sungai Cikapundung dari sampah. Seiring dengan tumbuhnya kesadaran para pelaku aktivitas ini tentang pariwisata, maka saat ini aktivitas kukuyaan diharapkan dapat menarik minat wisatawan untuk dapat berkunjung ke Sungai Cikapundung selain sebagai bentuk partisipasi wisatawan melestarikan dan turut menjaga kebersihan Sungai Cikapundung, melainkan juga untuk mencoba dan merasakan aktivitas kukuyaan itu sendiri.

Menurut hasil pra penelitian, didapatkan bahwa pengembangan aktivitas kukuyaan dan arung jeram ini didukung oleh LSM setempat terutama oleh Komunitas Cikapundung Bersih yang dikenal dengan nama Cikapundung Rehabilitation Program dan juga tentunya didukung oleh Pemerintah Kota Bandung. Dalam pengembangan atraksi dan aktivitas ini tentunya diharapkan harus bersifat berkelanjutan, sehingga dapat terus memberikan kontribusi bagi pendapatan daerah juga bagi kelestarian Sungai Cikapundung. Sungai Cikapundung sendiri merupakan sungai yang mengalir di tengah kota bandung dan berasal dari mata air di Gunung Bukit Tunggul, yang kemudian bertemu dengan dua sungai kecil yaitu Cikawari dan Cigulung. Berdasarkan hasil pra penelitian, Sungai Cikapundung melewati Sembilan kecamatan yakni kecamatan Cidadap, kecamatan Coblong, kecamatan Bandung Wetan, kecamatan Cicendo, kecamatan Sumur Bandung, kecamatan Regol, kecamatan Lengkong, kecamatan Margacinta dan kecamatan Bandung Kidul serta 13 kelurahan. Sungai Cikapundung merupakan salah satu anak sungai dari Sungai


(17)

3

Citarum dengan panjang 27 km. Sungai Cikapundung membentang melewati 3 kawasan administratif, dimana hulu Cikapundung berada di kawasan Bandung Utara yang termasuk wilayah kabupaten Bandung Barat, bagian tengah sungai berada di kawasan Kota Bandung dan bagian hilir yang kemudian bermuara di Sungai Citarum berada di teritori Kabupaten Bandung.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap beberapa ketua komunitas Cikapundung, dalam aktivitas kukuyaan dan arung jeram ini hanya terdapat 6 komunitas yang terdiri dari 8 individu yang benar-benar aktif terlibat dalam aktivitas ini. Komunitas di Cikapundung sendiri yang terlibat aktif dalam aktivitas ini memiliki jumlah anggota berkisar dari 30-40 individu. Jumlah tersebut hanya yang tertulis menjadi anggota. Namun dalam pelaksanaannya, anggota yang aktif turun hanya sekitar 10-20 anggota dari setiap komunitas. Komunitas yang turun dalam kegiatan skala besar yang biasanya berupa pembersihan Sungai Cikapundung adalah komunitas yang terletak di sekitar area sungai dan tidak seluruh komunitas menghadiri kegiatan tersebut.

Choi dan Sirakaya (2005) melakukan penelitian mengenai sustainable tourism yang mengukur bagaimana perilaku penduduk masyarakat mengenai pengembangan pariwisata berkelanjutan dilihat dari tolak ukur perilaku masyarakat tersebut. Choi dan Sirakaya (2005) mendapatkan hasil bahwa ada 7 tolak ukur yaitu, Environmental Sustainability, Social Cost, Economical Benefits, Community Participation, Long-term Planning, Visitor Satisfaction dan Community-Centered Economy, yang artinya keberlanjutan lingkungan, nilai sosial, keuntungan ekonomi, partisipasi masyarakat, perencanaan jangka panjang, kepuasan pengunjung dan ekonomi dengan pemusatan di masyarakat. Ketujuh hal tersebut diyakini adalah indikator-indikator dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan (Sustainable Tourism) yang merupakan dasar pengembangan yang patut diaplikasikan di perencanaan dan pengembangan aktivitas kukuyaan dan arung jeram di Cikapundung.


(18)

4

Saat ini Cikapundung sedang menghadapi permasalahan yang sangat kompleks dimana masih banyaknya sampah yang terdapat di sepanjang sungai. Hal tersebut tentunya memberikan dampak negatif bagi masyarakat kawasan sekitar karena akan mengganggu kenyamanan dan juga keindahan alam Cikapundung itu sendiri karena notabene sebuah lingkungan alam yang akan dikembangkan menjadi sebuah destinasi wisata diharuskan memiliki kebersihan lingkungan yang baik sebagaimana yang diungkapkan oleh Swarbrooke (1999: 49) yang menyatakan bahwa,”Tourism makes use of a range of natural resources, and in many cases, the core attraction of a

destination’s product may be natural resources, such as clean, pure mountain air and

land”. Pariwisata turut memanfaatkan sumber daya alam yang ada, dan dalam beberapa kasus, sumber daya alam sering dimanfaatkan sebagai atraksi utama yang ditawarkan dari sebuah kawasan, seperti halnya kebersihan, kemurnian udara pegunungan, dan tanah.

Menurut Rees mengutip dari Gunn dalam Choi dan Sirakaya (2005: 382) menyatakan bahwa,

”Sustainable community tourism needs to prevent the deterioration of the social, cultural and eclogical systems of a host communityTo succesfully implement sustainable community tourism, this paradigm requires integrated vision, policy, planning, management, monitoring, and social

learning processes”.

Disebutkan bahwa pariwisata berkelanjutan berbasis masyarakat perlu untuk menghindari kemunduran dari nilai sosial, budaya dan sistem ekologi di sekitar wilayah masyarakat tersebut. Dan untuk mendapatkan keberhasilan dalam aplikasi pariwisata berbasis masyarakat, paradigma yang dibutuhkan adalah penggabungan dari berbagai visi/ sudut pandang, ketentuan/peraturan, perencanaan, manajemen, pengawasan dan proses pembelajaran dalam bidang sosial. Maka berdasarkan hal tersebut pariwisata berkelanjutan yang berlandaskan masyarakat perlu memperhatikan 3 faktor penting yaitu sosial, budaya dan ekologi lingkungan. Sehingga hal ini pulalah yang memotivasi peneliti untuk meneliti kedua indikator


(19)

5

yang penting dalam pengembangan aktivitas kukuyaan dan arung jeram di Sungai Cikapundung sebagaimana yang diungkapkan oleh Choi dan Sirakaya (2005) yakni keadaan lingkungan yang berkelanjutandan juga manfaat ekonomi yang mungkin akan ditimbulkan dari kegiatan tersebut. Hal tersebut menandakan bahwa pentingnya sumber daya alam atau lingkungan keadaan sekitar dalam pengembangan sebuah kawasan wisata yang tentunya hal ini juga berperan dalam pengembangan aktivitas kukuyaan dan arung jeram yang notabene turut memanfaatkan Sungai Cikapundung sebagai lokasi aktivitas tersebut.

Selain itu, menurut Kandampully (2000) dalam Yu et al (2009: 57) menyatakan bahwa, ”Tourism is a major contributor to economic development in many parts of the world. Tourism contributes to income generation, new employment, and often

helps diversify the local economy”. Dikatakan pariwisata merupakan penyumbang utama dalam hal pembangunan ekonomi di banyak negara di dunia. Pariwisata berkontribusi dalam alur pendapatan, peningkatan kebutuhan tenaga kerja, juga turut membantu berbagai jenis peningkatan ekonomi kawasan tersebut. McIntyre (1993) dalam Yu et al (2009: 57) menyatakan bahwa,

”Sustainable tourism is defined as an alternative tourism form that

improves the quality of life of the host community, provides a high quality experience for visitors, and maintains the quality of environment on which both the host community and visitors depend. In summary, as a term, sustainable tourism seeks to minimize negative impacts on the local culture and natural environment while generating benefits for local

residents”

Kepariwisataan berkelanjutan merupakan sebuah alternatif dari pengembangan sebuah kawasan wisata yang dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat setempat, menyediakan pengalaman yang berkualitas bagi para pengunjung, dan menyediakan kualitas lingkungan yang bergantung kepada masyarakat dan juga pengunjung. Dengan kata lain, kepariwisataan berkelanjutan bermaksud untuk


(20)

6

meminimalisasi dampak negatif terhadap kebudayaan lokal dan juga lingkungan alam sekitar yang memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar kawasan tersebut.

Dalam penelitian kali ini, peneliti akan lebih fokus terhadap 2 faktor yang terdapat dalam 7 faktor sustainable tourism yang sebelumnya dikemukakan oleh Choi dan Sirakaya (2005) yakni faktor environmental sustainability (keberlanjutan lingkungan) dan economical benefits (Manfaat ekonomi/ Keuntungan Ekonomi). Berdasarkan pemaparan diatas, penting rasanya untuk mengetahui dan mengidentifikasi indikator environmental sustainability dan juga economical benefits dalam pengembangan aktivitas kukuyaan dan arung jeram di Sungai Cikapundung. Dalam hal environmental sustainability atau keberlanjutan lingkungan akan bergantung kepada usaha dari para pelaku kegiatan kukuyaan dan arung jeram ini dalam menjaga kualitas dari lingkungan itu sendiri dilihat dari keadaan masyarakat dan juga keadaan alamnya. Sehingga, perlu dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi konsep environmental sustainability yang dikembangkan agar tercapainya konsep sustainable tourism atau kepariwisataan berkelanjutan dalam pengembangan aktivitas kukuyaan dan arung jeram di Sungai Cikapundung. Economical benefits atau keuntungan ekonomi yang diperoleh dari pengembangan aktivitas kukuyaan dan arung jeram ini penting untuk diteliti guna mengetahui dampak ekonomi yang akan dirasakan oleh masyarakat sekitar Sungai Cikapundung juga manfaat yang akan dirasakan oleh pemerintah setempat, sehingga skripsi ini diberi judul:

HUBUNGAN ENVIRONMENTAL SUSTAINABILITY DAN ECONOMICAL

BENEFITS PADA AKTIVITAS KUKUYAAN DAN ARUNG JERAM DI


(21)

7

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, peneliti mengidentifikasikan masalah dalam penelitian ini bermula dari perencanaan pengembangan aktivitas kukuyaan dan arung jeram di Cikapundung. Baiknya sebelum melakukan pengembangan kegiatan wisata, dilakukan penelitian terlebih dahulu terkait dampak yang akan timbul dari pengembangan tersebut. Pengembangan yang tepat untuk dilakukan adalah pengembangan pariwisata dengan metode berkelanjutan sehingga kegaitan tersebut dapat dilakukan dalam jangka panjang tanpa merusak lingkungan sekitar. Berlandaskan metode pengembangan pariwisata berkelanjutan ditinjau dari sikap masyarakat yang dikemukakan oleh Choi dan Sirakarya (2005) disebutkan ada tujuh dimensi. Dikarenakan keterbatasan waktu yang dimiliki dalam penelitian ini, maka dari tujuh dimensi akan diperdalam menjadi dua dimensi yaitu environmental sustainability dan economical benefits. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini menjadi tiga hal, diantaranya:

1. Bagaimana konsep environmental sustainability dalam pengembangan aktivitas kukuyaan dan arung jeram di Cikapundung?

2. Bagaimana economical benefits yang diperoleh dari pengembangan aktivitas kukuyaan dan arung jeram di Cikapundung?

3. Bagaimana hubungan environmental sustainability dan economical benefits dalam pengembangan aktivitas kukuyaan dan arung jeram di Cikapundung?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini dapat dibagi kedalam dua hal, diantaranya:


(22)

8

1. Mengidentifikasi konsep environmental sustainability dalam pengembangan aktivitas kukuyaan dan arung jeram di Cikapundung.

2. Mengidentifikasi economical benefits yang diperoleh dari pengembangan aktivitas kukuyaan dan arung jeram di Cikapundung.

3. Mengidentifikasi hubungan environmental sustainability dan economical benefits dalam pengembangan aktivitas kukuyaan dan arung jeram di Cikapundung.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitin ini dapat dilihat dari beberapa aspek dibawah ini: 1. Bagi Peneliti

a. Memberikan pengetahuan dan pemahaman bagi peneliti mengenai sudut pandang masyarakat terhadap pengembangan pariwisata yang bersifat pariwisata berkelanjutan.

b. Menambah wawasan peneliti yang diharapkan dapat diaplikasikan saat peneliti terjun ke medan yang sebenarnya.

2. Bagi Komunitas dan Universitas Pendidikan Indonesia

a. Sebagai media informasi bagi Universitas Pendidikan Indonesia dalam penelitian selanjutnya.

b. Sebagai bahan masukan bagi komunitas mengenai konsep environmental sustainability dan economical benefits dalam tahap perencanaan dan pengembangan aktivitas kukuyaan dan arung jeram di Cikapundung.


(23)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi

Lokasi penelitian ini terletak sepanjang bantaran sungai cikapundung yang dimulai dari dago atas sampai dengan jalan taman sari dengan mengikuti aliran sungai cikapundung. Lokasi penelitian yang begitu panjang dikarenakan aktivitas kukuyaan dan arung jeram menggunakan jalur sungai cikapudung yang dimulai dari dago atas sampai dengan babakan siliwangi untuk rute aman. Di sepanjang bantaran Sungai Cikapudung terdapat komunitas-komunitas yang memiliki kesadaran secara alami dalam menjaga keasrian dan kebersihan Sungai Cikapundung sekaligus menjadi pelaku dalam kegiatan kukuyaan dan arung jeram.

3.2 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif deskriptif eksploratif. Penelitian menggunakan metode deskriptif dan eksploratif ini dilakukan dengan tujuan untuk pemecahan masalah yang bersifat aktual. Melalui metode ini peneliti akan mengumpulkan data guna dianalisa dan dideskripsikan secara tulisan tentang makna/arti data yang dikumpulkan terkait dengan variabel penelitian. Menurut Zikmund (2003:718) penelitian deskriptif adalah rancangan penelitian untuk menggambarkan karakteristik dari sebuah populasi atau fenomena yang sedang terjadi. Selanjutnya menurut Sekaran (2008:15) studi deskriptif dilakukan untuk mengetahui dan menjadi mampu untuk menjelaskan karakteristik variabel yang diteliti dalam suatu situasi, lalu studi eksploratif dilakukan jika tidak banyak yang diketahui mengenai situasi yang dihadapi, atau tidak ada informasi yang tersedia mengenai bagaimana masalah atau isu penelitian yang mirip diselesaikan di masa lalu. Penelitian secara deskriptif yang dilakukan pada penelitian


(24)

(25)

37

Dengan metode deskriptif eksploratif ini diharapkan peneliti dapat memperoleh deskripsi mengenai environmental sustainability dan economical benefits yang ditinjau dari sikap masyarakat bantaran Cikapundung terhadap kegiatan kukuyaan dan arung jeram.

Penelitian ini dilakukan dalam waktu kurang dari satu tahun, sehingga metode yang digunakan adalah cross sectional method, yaitu sebuah studi dapat dilakukan dengan data yang haanya sekali dikumpulkan,mungkin selama periode harian, mingguan, atau bulanan, dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian (Sekaran, 2007:177).

3.3 Populasi

Populasi menurut Sugiyono (2010: 389) adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Berdasarkan hasil pra penelitian, peneliti mendapatkan bahwa bantaran Cikapundung memiliki 43 komunitas yang terbagi kedalam wilayah hulu, tengah, dan hilir diantaranya wilayah hulu (dago atas), wilayah tengah (babakan siliwangi) sampai dengan wilayah hilir (braga). Dari hasil pra penelitian, peneliti pun mendapat hasil tentang komunitas yang masih aktif dan benar-benar terlibat dalam aktivitas kukuyaan dan arung jeram adalah 23 komunitas. Namun, fokus populasi penelitian ini adalah komunitas yang terdapat di sekitar jalur kukuyaan dan arung jeram sekaligus turut aktif dalam aktivitas tersebut, sehingga jumlah komunitas yang sesuai dengan penelitian ini berjumlah 6 komunitas.

3.4 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2012: 120). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagian anggota komunitas yang terlibat dalam aktivitas kukuyaan dan arung jeram


(26)

38

di bantaran Cikapundung dan anggota komunitas itu adalah masyarakat sekitar bantaran sungai.

Adapun metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan non probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/ kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2012:125).

Teknik sampling yang digunakan adalah Sampling Purposive yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2012:126). Hal yang dipertimbangkan dalam teknik sampling ini adalah jumlah masyarakat bantaran sungai yang tergabung dalam komunitas Cikapundung dan terlibat aktif dalam aktivitas kukuyaan dan arung jeram di sepanjang jalur aman untuk pelaksanaan aktivitas tersebut, sehingga jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebanyak 80 sampel.

3.5 Jenis dan Sumber Data 3.5.1 Data Primer

Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data pada pengumpul data (Sugiyono, 2008: 402). Selanjutnya menurut Sekaran (2011: 60) menyatakan bahwa sumber primer adalah sumber data yang mengacu pada informasi yang diperoleh dari tangan pertama oleh peneliti yang berkaitan dengan variabel minat untuk tujuan spisifik studi. Adapun menurut Umar (2005: 42) data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu ataupun perseorangan seperti dari wawancara atau pengisian kuesioner angket yang dilakukan oleh peneliti. Berdasarkan pemaparan para ahli diatas, maka data primer yang didapat dan digunakan dalam penelitian ini adalah data perolehan hasil jawaban kuesioner mengenai analisis environmental sustainability dan economical benefits ditinjau dari sikap masyarakat bantaran sungai Cikapundung terhadap kegiatan kukuyaan dan arung jeram serta wawancara terhadap setiap komunitas yang dijadikan sampel.


(27)

39

3.5.2 Data Sekunder

Sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada peneliti/pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen (Sugiyono, 2008: 402). Selanjutnya menurut Sekaran (2011: 60) sumber sekunder merupakan sumber data yang mencacu pada informasi yang dikumpulkan dari sumber yang telah ada. Sehingga dalam penelitian ini, data sekunder diperoleh dari jurnal, buku, dan profil komunitas yang didapat dari pihak komunitas.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Obsevasi lapangan, adalah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengunjungi tempat yang dijadikan objek penelitian. Menurut Sekaran (2011:110),

“Orang dapat diamati dalam lingkungan kerja mereka sehari -hari atau dalam situasi lab, dan aktivitas serta perilaku mereka atau item minat lainnya bisa dicatat atau direkam”.

Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi mengenai environmental sustainability dan economical benefits ditinjau dari sikap masyarakat terhadap aktivitas kukuyaan dan arung jeram.

2. Wawancara, adalah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mewawancara/ tanya jawab untuk memperoleh informasi mengenai isu yang diteliti (Sekaran, 2011: 67). Dalam penelitian ini wawancara dilakukan terhadap pihak komunitas di bantaran Cikapundung dan dilakukan secara tidak terstruktur.

3. Studi Literatur, adalah dokumentasi dari tinjauan menyeluruh terhadap karya publikasi dan nonpublikasi dari sumber sekunder dalam bidang minat khusus bagi peneliti (Sekaran, 2007: 82). Informasi tersebut didapat


(28)

40

oleh peneliti dari profil komunitas bantaran Cikapundung, buku-buku literatur dan jurnal yang memiliki keterkaitan dengan variabel maupun masalah dalam penelitian.

4. Kuesioner, adalah sejumlah pertanyaan secara tertulis yang akan dijawab oleh responden penelitian, agar peneliti memperoleh data lapangan/ empiris untuk memecahkan masalah penelitian dan menguji hipotesis yang telah diterapkan (Supardi, 2005:127). Selanjutanya menurut Sekaran (2011: 82) kuesioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang telah dirumuskan sebelumnya yang akan responden jawab, biasanya dalam alternatif yang didefinisikan dengan jelas. Adapun kuesioner yang digunakan di penelitian ini adalah kuesioner tertutup yaitu model pertanyaan dimana pertanyaan tersebut telah disediakan jawabannya, sehingga responden hanya memilih dari alternatif jawaban yang sesuai dengan pendapat atau pilihannya (Supardi, 2005: 133). Pengisian kuesioner dalam penelitian ini dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Peneliti memberikan kuesioner kepada ketua komunitas.

2) Ketua komunitas membagikan sejumlah kuesioner kepada anggota yang sesuai kategori.

3) Peneliti mengambil hasil kuesioner 2 hari setelah hari pemberian kuesioner.

4) Hasil yang diperoleh tersebut ditabulasi, diolah, dianalisis dan disimpulkan oleh penulis.

3.7 Metode Analisis Data 3.7.1 Pengukuran Data

Pengukuran skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengukuran skala ordinal, yaitu data yang tidak hanya mengkategorikan variabel-variabel


(29)

41

untuk menunjukan perbedaan di antara berbagai kategori tetapi juga mengurutkannya dalam beberapa cara. (Sekaran, 2006: 94).

3.7.2 Penetapan Skala

Dalam penelitian ini, Environmental Sustainability dan Economical benefits ditinjau dari sikap masyarakat bantaran Cikapundung terhadap kegiatan kukuyaan dan arung jeram akan di ukur menggunakan skala Likert. Menurut Sugiyono (2008: 93) skala Likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial.

Setiap pernyataan yang terkait dengan variabel dalam kuesioner akan diberikan 5 pilihan jawaban. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah environmental sustainability dan economical benefits. Adapun pilihan skor terhadap masing-masing pernyataan adalah sebagai berikut:

1. Nilai 5 menyatakan sangat setuju 2. Nilai 4 menyatakan setuju 3. Nilai 3 menyatakan biasa saja 4. Nilai 2 menyatakan tidak setuju 5. Nilai 1 menyatakan sangat tidak setuju

Peneliti menggunakan skala Likert 1-5 berlandaskan dari penelitian

terdahulu jurnal “Measuring Resident`s Attitude toward Sustainable Tourism Development of Sustainable Tourism Attitude Scale” (Choi dan Sirakarya :2005). Penggunaan skala Likert 1-5 digunakan agar peneliti mengetahui secara real hasil jawaban responden. Karena faktor keraguan dalam jawaban 3 (biasa saja) adalah real dan pasti terjadi. Responden dalam penelitian ini adalah anggota komunitas yang sekaligus adalah masyarakat bantaran Cikapundung.


(30)

42

3.8 Operasional Variabel

Tabel 3.1 Operasional Variabel

Konsep Variabel Indikator Nilai

Sustainable Tourism Choi dan Sirakaya (2005)

“Residents attitude scale toward

sustainability tourism :environmental sustainability, social cost, economical benefits, community participation, long-term planning and community centered economy”

Environmental sustainability

1. Tingkat kelestarian lingkungan masyarakat Cikapundung sudah terlindungi untuk masa sekarang dan masa yang akan datang

2. Tingkat keberagaman alam yang ada di Cikapundung sudah bernilai dan dilindungi 3. Tingkat pengembangan kepariwisataan di

Cikapundung sudah berusaha menitikberatkan pada konservasi lingkungan

4. Tingkat aktivitas wisata di Cikapundung sudah melindungi lingkungan masyarakat sekitar Cikapundung

5. Tingkat pengembangan pariwisata di Cikapundung sudah sejalan dengan keadaan alam dan juga budaya lingkungan sekitar kawasan.

6. Tingkat pengembangan kepariwisataan di Cikapundung sudah melindungi kealamian habitat flora dan fauna yang ada di sekitar kawasan setiap waktunya

7. Tingkat pembangunan kepariwisataan di Cikapundung sudah menunjukan etika menjaga lingkungan yang baik

8. Tingkat kebutuhan peraturan atau ketentuan tentang lingkungan sudah mampu meminimalisasi dampak negatif dari pengembangan kepariwisataan di Cikapundung

9. Tingkat pengembangan pariwisata di Cikapundung sudah mampu memperbaiki lingkungan untuk generasi yang akan datang

Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Economical Benefits

1. Pariwisata adalah kontibutor ekonomi yang kuat dalam masyarakat

2. Tingkat pembangunan pariwisata di Cikapundung sudah memberikan pemasukan bagi pemerintah lokal berupa pajak

3. Pariwisata sangat baik untuk kelangsungan ekonomi masyarakat di Cikapundung

4. Pembangunan pariwisata di Cikapundung turut menciptakan pasar yang baru bagi produk lokal

5. Pariwisata memperkuat keadaan ekonomi lokal 6. Pariwisata bermanfaat bagi industri lainnya

yang ada di masyarakat

Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Sumber: Diolah oleh peneliti (2013)


(31)

43

3.9 Teknik Pengolahan Data 3.9.1 Uji Validitas

Uji Validitas adalah sebuah cara untuk mengetahui indikator, instrumen atau alat yang digunakan dalam penelitian guna mengukur data yang diperlukan dalam penelitian. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid, valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2009: 248). Untuk mencari nilai validitas yaitu dengan cara mengkorelasikan antara skor pernyataan/ item instrumen dengan rumus Pearson Product Moment sebagai berikut :

Keterangan :

rxy = Koefisien korelasi

∑ x = Jumlah skor tiap item

∑ y = Jumlah skor total (seluruh item) n = Jumlah responden

Setelah koefisien korelasi atau rhitung diperoleh, kemudian dihitung kembali dengan Uji-t melalui rumus sebagai berikut :

Keterangan : rxy =


(32)

44

r = Koefisien korelasi hasil rhitung n = Jumlah responden

Validitas setiap instrumen/ pernyataan akan terbukti jika nilai rhitung lebih besar dari rtabel dan apabila hasil rhitung lebih kecil dibandingkan rtabel maka instrumen/ pernyataan dari kuesioner tersebut tidak valid. Jika instrumen itu valid, maka dapat dilihat seberapa kuat tingkat hubungan instrumen tersebut melalui kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya (r) sebagai berikut:

Tabel 3.2

Interpretasi Koefisien Korelasi nilai r

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,800 – 1000 Sangat kuat

0,600 - 0,799 Kuat

0,400 - 0,599 Cukup kuat

0,200 - 0,399 Rendah

0,000 - 0,199 Sangat rendah

Sumber : Sugiyono (2009)

Teknik penghitungan yang digunakan dalam menganalisis validitas instrumen/ pernyataan ini adalah menggunakan teknik korelasi biasa, yaitu korelasi antara skor-skor kuesioner dari peserta. Lalu diperlukan pengujian berikutnya yang menguji apakah koefisien validitas tersebut sesuai pada taraf tertentu. Oleh karena itu diperlukan nya koefisien validitas sebagai acuan valid tidaknya instrumen/pernyataan dalam kuesioner.

Dalam mengolah data peneliti menggunakan Microsoft Excel 2007 untuk mengolahnya dengan menggunakan rumus/ syntax dalam mengaplikasikan rumus penghitungan uji validitas instrumen penelitian tersebut. Untuk dapat lebih rinci dapat dilihat dalam tabel berikut


(33)

45

Tabel 3.3

Hasil Pengukuran Uji Validitas Instrumen Penelitian Environmental Sustainability

No Pernyataan Nilai

rhitung

Nilai rtabel

Ket.

1

Lingkungan alam di sekitar Sungai Cikapundung sudah terlindungi untuk masa sekarang dan masa yang akan datang.

0,615 0,361 Valid

2

Keberagaman alam yang ada di sekitar Sungai Cikapundung sudah bernilai dan dilindungi.

0,502 0,361 Valid

3

Pengembangan aktivitas kukuyaan dan arung jeram di Sungai Cikapundung sudah berlandaskan pada konservasi (perlindungan) lingkungan.

0,469 0,361 Valid

4

Aktivitas kukuyaan dan arung jeram di Sungai Cikapundung sudah melindungi keadaan lingkungan alam sekitar kawasan.

0,730 0,361 Valid

5

Aktivitas kukuyaan dan arung jeram di Sungai Cikapundung sudah sejalan dengan keadaan alam dan budaya di lingkungan sekitar kawasan.

0,605 0,361 Valid

6

Pengembangan aktivitas kukuyaan dan arung jeram di Sungai Cikapundung tidak mengganggu kealamian habitat margasatwa setiap waktu.

0,723 0,361 Valid

7

Pengembangan aktivitas kukuyaan dan arung jeram harus bisa menjaga lingkungan alam yang baik.

0,833 0,361 Valid

8

Peraturan standar lingkungan alam sangat diperlukan untuk mengurangi dampak negatif dari aktivitas kukuyaan dan arung jeram di Sungai Cikapundung.

0,494 0,361 Valid

9

Aktivitas kukuyaan dan arung jeram harus memperbaiki keadaan lingkungan alam untuk generasi yang akan datang.

0,581 0,361 Valid


(34)

46

Tabel 3.4

Hasil Pengukuran Uji Validitas Economical Benefits

No Pernyataan Nilai

rhitung

Nilai

rtabel

Ket.

1

Aktivitas kukuyaan dan arung jeram di Sungai Cikapundung turut menguatkan keadaan ekonomi Anda.

0,502 0,361 Valid

2

Aktivitas kukuyaan dan arung jeram di Sungai Cikapundung sangat baik untuk kelangsungan ekonomi Anda.

0,903 0,361 Valid

3

Aktivitas kukuyaan dan arung jeram di Sungai Cikapundung menciptakan produk baru bagi Anda.

0,613 0,361 Valid

4

Aktivitas kukuyaan dan arung jeram di Sungai Cikapundung membuat keadaan ekonomi masyarakat setempat menjadi beragam.

0,791 0,361 Valid

5

Pengembangan aktivitas kukuyaan dan arung jeram di Sungai Cikapundung turut bermanfaat bagi industri lain yang ada di sekitar Anda.

0,910 0,361 Valid

Sumber: Diolah oleh Peneliti (2013)

3.9.2 Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas adalah sebuah cara untuk menunjukan sejauh mana tingkat ketepatan atau kejelasan alat ukur/instrumen pengukuran dari suatu responden ke responden yang lain. Secara umum uji reliabilitas adalah uji yang membuktikan sejauh mana pernyataan dapat dipahami oleh responden sehingga tidak menyebabkan perbedaaan pemahaman terkait pernyataan tersebut.

Perhitungan reliabilitas pernyataan penelitian ini dilakukan dengan program Microsoft Office Excel 2007. Pengujian reliabilitas instrumen/alat penelitian dilakukan pada setiap skala environmental sustainability dan economical benefits yang ditinjau dari sikap masyarakat dalam pengembangan aktivitas kukuyaan dan arung jeram di Cikapundung.


(35)

47

Dalam uji reliabilitas ini penulis menggunakan metode Alpha dengan mengukur reliabilitas alat ukur dengan sekali pengukuran (Riduwan, 2007: 115). Rumus metode Alpha ini adalah sebagai berikut:

r11 =

Keterangan :

r11 = nilai reliabilitas

s1 = jumlah varian skor tiap item St = varian total

k = jumlah item

Untuk mencari nilai varian tiap skor item digunakan rumus sebagai berikut :

Si = Keterangan :

Si = varian skor tiap item

X2 = jumlah kuadrat item X

(∑ X)2 = jumlah item X dikuadratkan N = jumlah responden

Hasil perhitungan r11 dibandingkan dengan rtabel pada taraf nyata α = 5%, dengan kriteria kelayakan jika r11 > rtabel menyatakan reliabel dan sebaliknya jika r11 < rtabel menyatakan tidak reliabel. Bila keofeisien reliabilitas telah dihitung, maka untuk menyatakan hubungan bisa digunakan kriteria Guilford (1956), yaitu :

a. < 0,20 : hubungan yang sangat kecil dan bisa diabaikan b. 0,20 -< 0,40 : hubungan yang kecil (tidak erat)


(36)

48

d. 0,70 -<0,90 : hubungan yang erat (reliabel)

e. 0,90 -<1,00 : hubungan yang sangat erat (sangan reliabel)

Tabel 3.5

Hasil Pengukuran Uji Realibilitas Instrumen Penelitian

No Variabel Nilai r

hitung

Nilai r

Tabel Ket.

1 Environmental Sustainability 0,802 0,7 Reliabel

2 Economical Benefits 0,713 0,7 Reliabel

Sumber: Diolah oleh peneliti (2013)

3.9.3 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik uji korelasi Rank Spearman dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

di = Selisih rank xi dengan rank yi = Koefisien korelasi rank Spearman n = Jumlah responden

Korelasi sendiri merupakan studi yang membahas tentang derajat hubungan antara variabel-variabel. Ukuran yang dipakai untuk mengetahui derajat hubungan, terutama untuk data kuantitatif, dinamakan koefisien korelasi. Untuk memudahkan melakukan interpretasi mengenai kekuatan hubungan antara dua variabel peneliti memberikan kriteria sebagai berikut (Sarwono: 2006):

1. 0 : Tidak ada korelasi antara dua variable

2. >0 – 0,25 : Korelasi sangat lemah


(37)

49

4. >0,5 – 0,75 : Korelasi kuat

5. >0,75 – 0,99 : Korelasi sangat kuat


(38)

(39)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dalam penelitian ini merupakan bentuk jawaban dari setiap rumusan masalah yang telah dirumuskan pada bab1. Setelah melakukan penelitian ini, peneliti dapat menyimpulkan 3 hal yang sesuai dengan rumusan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya. Kesimpulan yang pertama adalah konsep environmental sustainability di Cikapundung yang merupakan tindakan melindungi, menjaga, dan melestarikan keadaan alam sekitar Cikapundung yang berupa keberagaman alam, flora, dan fauna yang terdapat di kawasan tersebut melalui pengembangan aktivitas kukuyaan dan arung jeram. Namun berdasarkan hasil penelitian, di kawasan ini belum tampak dan belum dirasakan oleh masyarakat sekitar karena melihat keadaan lingkungan Cikapundung yang memang masih kotor dan masih memiliki banyak tumpukan sampah. Hal tersebut tentunya dapat dijadikan tolak ukur bahwa keadaan lingkungan alam sekitar Cikapundung memang belum terlindungi, terjaga, dan juga terlestarikan. Namun demikian, dengan adanya rencana pengembangan aktivitas kukuyaan dan arung jeram di Cikapundung ini sudah mulai memberikan dampak yang positif dimana sudah adanya masyarakat Cikapundung yang tidak membuang sampah ke sungai. Dengan demikian kondisi sungai dapat membaik oleh aktivitas ini dikarenakan saat melakukan aktivitas ini masyarakat bantaran lain akan melihat dan secara tidak langsung menimbulkan kesadaran pada diri masyarakat lainnya untuk tidak membuang sampah ke sungai Cikapundung.

Economical benefits atau manfaat ekonomi yang diperoleh masyarakat dari pengembangan aktivitas kukuyaan dan arung jeram di Ckapundung secara umum masih belum dapat dirasakan. Dalam hal ini, manfaat ekonomi tersebut


(40)

95

oleh beberapa komunitas saja yang memang aktif melakukan aktivitas kukuyaan dan arung jeram di Cikapundung ini. Hal tersebut dapat terjadi karena pada saat ini konteks pengembangan aktivitas kukuyaan dan arung jeram ini masih bersifat perencanaan dan baru beberapa komunitas saja yang memang sudah aktif melakukan aktivitas tersebut. Dengan demikian, untuk saat ini aktivitas kukuyaan dan arung jeram ini memang belum memberikan manfaat ekonomi yang bersifat menyeluruh bagi masyarakat di Cikapundung, namun disamping itu semua dengan adanya rencana pengembangan aktivitas kukuyaan dan arung jeram ini dapat menciptakan produk baru bagi masyarakat sekitar yang bisa mereka tawarkan kepada wisatawan yang ingin berkunjung ke Cikapundung.

Hubungan environmental sustainability dan economical benefits pada aktivitas kukuyaan dan arung jeram di Cikapundung ini tergolong kedalam kategori cukup. Hal tersebut menandakan bahwa dalam pengembangan suatu aktivitas tertentu diperlukan adanya perencanaan yang terintegritas antara keberlanjutan lingkungan dengan manfaat ekonomi yang akan didapatkan sehingga pada akhirnya akan tercipta suatu konsep pariwisata berkelanjutan atau yang lebih dikenal dengan istilah sustainable tourism.

5.2 Saran

Saran dan masukan yang diberikan peneliti setelah melihat hasil penelitian yang didapat dari penyebaran kuesioner kepada 80 responden yang merupakan masyarakat sekaligus anggota komunitas yang aktif dalam aktivitas kukuyaan dan arung jeram di Cikapundung adalah sebagai berikut:

1. Dengan belum nampak dan dirasakannya konsep environmental sustainability di Cikapundung, maka peneliti menyarankan agar komunitas Cikapundung dapat melakukan penyuluhan kepada masyarakat Cikapundung secara umum yang memang belum memiliki kesadaran akan


(41)

96

pentingnya melindungi, menjaga, dan melestarikan keadaan alam sungai Cikapundung. Salah satu contoh yaitu adanya kegiatan kumpul komunitas secara rutin dalam seminggu untuk membicarakan perkembangan pada daerah komunitas masing-masing. Melalui kegiatan tersebut, para pemangku kepentingan di wilayah komunitas masing-masing dapat memberikan sedikit penyuluhan berupa diskusi dengan masyarakat sekitar agar dapat menimbulkan kesadaran dan juga keinginan untuk melindungi, menjaga, dan melestarikan keadaan alam Cikapundung sehingga pada akhirnya akan terwujud konsep environmental sustainability yang merupakan salah satu indikator dalam pengembangan kawasan yang berlandaskan kepada pariwisata berkelanjutan.

2. Anggota komunitas di Cikapundung harus mampu kreatif dalam menyikapi adanya rencana pengembangan aktivitas kukuyaan dan arung jeram di kawasan tersebut. Sudah diketahui bahwa aktivitas kukuyaan dan arung jeram ini merupakan produk baru yang dapat ditawarkan masyarakat kepada wisatawan, sehingga salah satu contoh sikap kreatif yang dapat dilakukan yaitu dengan membuat pernak-pernik unik yang dapat dijadikan cinderamata ataupun oleh-oleh khas Cikapundung yang dapat dijual kepada para wisatawan yang telah ikut melakukan aktivitas kukuyaan dan arung jeram. Hal tersebut tentunya akan memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar mengingat untuk saat ini masih belum nampaknya manfaat ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat sekitar kawasan Cikapundung. Dengan demikian, diharapkan Cikapundung akan memiliki brand tersendiri tentang salah satu destinasi wisata di sebuah Kota Besar yang menyajikan aktivitas kukuyaan dan arung jeram di Indonesia.

3. Dilakukannya regenarasi komunitas Cikapundung mengingat saat ini hanya segelintir masyarakat saja yang tergolong kedalam generasi muda


(42)

97

di Cikapundung ini. Hal tersebut dapat tercapai melalui generasi lama dari komunitas Cikapundung yang memberikan sosialisasi secara perlahan kepada generasi muda tentang keberadaan aktivitas kukuyaan dan arung jeram di Cikapundung agar mereka dapat menyadari pentingnya untuk menjaga kebersihan sungai Cikapundung. Salah satu contoh sosialisasi yang dapat dilakukan yaitu dengan mengajak generasi muda untuk ikut turun dalam program pembersihan sungai melalui aktivitas kukuyaan dan arung jeram setiap minggunya. Sehingga selain membersihkan sungai juga memberikan kesan tersendiri bagi generasi muda yang ikut melakukan aktivitas kukuyaan tersebut.

4. Penanaman pohon di daerah hulu Cikapundung pun dirasa perlu untuk mengontrol debit air dan kejernihan air sungai Cikapundung sehingga hal tersebut dapat memberikan dampak yang lebih baik bagi keberlangsungan lingkungan alam Cikapundung kedepannya dan menjadikan Cikapundung sebagai salah satu sungai yang bersih dan memiliki daya tarik tersendiri dengan dapat dilaksanakannya aktivitas kukuyaan dan arung jeram di kawasan tersebut.


(43)

DAFTAR PUSTAKA

Berlin Declaration (1997). The Berlin Declaration on Biological Diversity and Sustainable Tourism. International Conference of Environment Ministers on

Biodiversity and Tourism. March 6–8. Berlin, Germany: United Nations.

Bramwell, B., Henry, I., Jackson, G., Prat, A.G., Richards, G. and van der Straaten, J. (1996) (eds) Sustainable Tourism Management: Principles and Practice. Tilburg University Press, Tilburg. Netherlands.

Coccossis, H. (1996) Tourism and sustainability: perspectives and implications. In: Priestley, G.H., Edwards, J. and Coccossis, H. (eds) Sustainable Tourism? European Experiences. CAB International, Wallingford, pp. 1-21.

David, Fred R. (2009). MANAJEMEN STRATEGIS Konsep, Edisi 12. Jakarta : Salemba Empat

Frangialli, F. (2002). World Tourism Organization Statement, Secretary General of

the World Tourism Organization, the World Summit on Sustainable

Development, Johannesburg, South Africa.

Hall, 2003, Introduction to Tourism Dimension and Issues 4th Edition. Pearson Education Australia Unit 4, Level 2, 14 Aquatic Drive, Frenchs Forest NSW 2086

Hunter, C. and Green, H. (1995) Tourism and the Environment: a Sustainable Relationship. Routledge, London.

Kusnendi, 2008, Model – Model Persamaan Struktural Satu dan Multigroup Sampel dengan lisrel. Bandung: ALDABETA, cv.

McIntyre, G. (1993). Sustainable Tourism Development: Guide for Local Planners. Madrid, Spain: World Tourism Organization.

Oka A. Yoeti. (1996). Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa

Sekaran.2006. Research Methods for Business. Buku 1 edisi 4. Penerjemah Kwan Men Yon. Jakarta: Empat Salemba.

_______.2006. Research Methods for Business. Buku 2 edisi 4. Penerjemah Kwan Men Yon. Jakarta: Empat Salemba.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

_______, 2012, METODE PENELITIAN KUANTITATIF, KUALITATIF, DAN KOMBINASI (MIXED METHODS). Bandung: ALFABETA, cv.


(44)

99

Suharsimi Arikunto. 2009. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rinerka Cipta.

Slade, T. N. (1998). Seminar on Small Island Developing Nations: Their Vulnerability, Their Program of Action for Sustainable Development, Their Opportunity for Post Rome. Brussels, Belgium, September 1–2. Brussels, Belgium: European Center for Development Policy Management

Swarbrooke & Horner, 2001, Business Travel and Tourism. Butterworh – Heinemann, Linacre House, Jordan Hill, Oxford OX2 8DP, 225 Wildwood Avenue, Woburn, MA 01801 – 2041, A divisionof Reed Educational and Professional Publishing Ltd

Swarbrooke, J. (1999). Sustainable Tourism Management. Wallingford, UK.. CAB International

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan

United Nations (2001). Managing Sustainable Tourism Development: ESCAP Tourism Review. No. 22. New York: United Nations.

Wardiyanta, M. Hum. (2006). Metode Penelitian Pariwisata. Yogyakarta: Andi Weaver, D. (2006) Sustainable Tourism: Theory and Pr actice.

Butterworth-Heinemann, Oxford, UK

World Tourism Organisation (1993) Sustainable Tourism Development: Guide for Local Planners. WTO, Madrid

Jurnal

Choi & Sirakaya, (2005). “Measuring Residents` Attitude toward Sustainable Tourism: Development of Sustainable Tourism Attitude Scale”. Journal of Travel Research.

Hardin, G. (1968). “The Tragedy of the Commons.” Science, 162: 1243–48.

Harril, R. (2004). “Residents`s Attitudes toward Tourism Development: a Literature Review with Implications for Tourism Planning”. Journal of Planning Literature.

Hirsch, E. (2004). “Environment and economy: Mutual connections and diverse perspectives”. Anthropological Theory. 4, (4), 435–453.


(45)

100

Kandampully, Jay (2000). “The Impact of Demand Fluctuation on the Quality of

Service: A Tourism Industry Example.” ManagingService Quality, 10 (1):

10-18.

Singh et.al., (2007). “Attitude towards ecotourism and environmental advocacy:

Profiling the dimensions of sustainability”. Journal of Vacation Marketing. Yu et.al., (2009). “Measuring Residents` Attitude toward Sustainable Tourism : A

Reexamination of the Sustainable Tourism Attitude Scale”. Journal of Travel Research.


(1)

95

Hendra Ramdhani, 2013

oleh beberapa komunitas saja yang memang aktif melakukan aktivitas kukuyaan dan arung jeram di Cikapundung ini. Hal tersebut dapat terjadi karena pada saat ini konteks pengembangan aktivitas kukuyaan dan arung jeram ini masih bersifat perencanaan dan baru beberapa komunitas saja yang memang sudah aktif melakukan aktivitas tersebut. Dengan demikian, untuk saat ini aktivitas kukuyaan dan arung jeram ini memang belum memberikan manfaat ekonomi yang bersifat menyeluruh bagi masyarakat di Cikapundung, namun disamping itu semua dengan adanya rencana pengembangan aktivitas kukuyaan dan arung jeram ini dapat menciptakan produk baru bagi masyarakat sekitar yang bisa mereka tawarkan kepada wisatawan yang ingin berkunjung ke Cikapundung.

Hubungan environmental sustainability dan economical benefits pada aktivitas kukuyaan dan arung jeram di Cikapundung ini tergolong kedalam kategori cukup. Hal tersebut menandakan bahwa dalam pengembangan suatu aktivitas tertentu diperlukan adanya perencanaan yang terintegritas antara keberlanjutan lingkungan dengan manfaat ekonomi yang akan didapatkan sehingga pada akhirnya akan tercipta suatu konsep pariwisata berkelanjutan atau yang lebih dikenal dengan istilah sustainable tourism.

5.2 Saran

Saran dan masukan yang diberikan peneliti setelah melihat hasil penelitian yang didapat dari penyebaran kuesioner kepada 80 responden yang merupakan masyarakat sekaligus anggota komunitas yang aktif dalam aktivitas kukuyaan dan arung jeram di Cikapundung adalah sebagai berikut:

1. Dengan belum nampak dan dirasakannya konsep environmental sustainability di Cikapundung, maka peneliti menyarankan agar komunitas Cikapundung dapat melakukan penyuluhan kepada masyarakat Cikapundung secara umum yang memang belum memiliki kesadaran akan


(2)

pentingnya melindungi, menjaga, dan melestarikan keadaan alam sungai Cikapundung. Salah satu contoh yaitu adanya kegiatan kumpul komunitas secara rutin dalam seminggu untuk membicarakan perkembangan pada daerah komunitas masing-masing. Melalui kegiatan tersebut, para pemangku kepentingan di wilayah komunitas masing-masing dapat memberikan sedikit penyuluhan berupa diskusi dengan masyarakat sekitar agar dapat menimbulkan kesadaran dan juga keinginan untuk melindungi, menjaga, dan melestarikan keadaan alam Cikapundung sehingga pada akhirnya akan terwujud konsep environmental sustainability yang merupakan salah satu indikator dalam pengembangan kawasan yang berlandaskan kepada pariwisata berkelanjutan.

2. Anggota komunitas di Cikapundung harus mampu kreatif dalam menyikapi adanya rencana pengembangan aktivitas kukuyaan dan arung jeram di kawasan tersebut. Sudah diketahui bahwa aktivitas kukuyaan dan arung jeram ini merupakan produk baru yang dapat ditawarkan masyarakat kepada wisatawan, sehingga salah satu contoh sikap kreatif yang dapat dilakukan yaitu dengan membuat pernak-pernik unik yang dapat dijadikan cinderamata ataupun oleh-oleh khas Cikapundung yang dapat dijual kepada para wisatawan yang telah ikut melakukan aktivitas kukuyaan dan arung jeram. Hal tersebut tentunya akan memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar mengingat untuk saat ini masih belum nampaknya manfaat ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat sekitar kawasan Cikapundung. Dengan demikian, diharapkan Cikapundung akan memiliki brand tersendiri tentang salah satu destinasi wisata di sebuah Kota Besar yang menyajikan aktivitas kukuyaan dan arung jeram di Indonesia.


(3)

97

Hendra Ramdhani, 2013

di Cikapundung ini. Hal tersebut dapat tercapai melalui generasi lama dari komunitas Cikapundung yang memberikan sosialisasi secara perlahan kepada generasi muda tentang keberadaan aktivitas kukuyaan dan arung jeram di Cikapundung agar mereka dapat menyadari pentingnya untuk menjaga kebersihan sungai Cikapundung. Salah satu contoh sosialisasi yang dapat dilakukan yaitu dengan mengajak generasi muda untuk ikut turun dalam program pembersihan sungai melalui aktivitas kukuyaan dan arung jeram setiap minggunya. Sehingga selain membersihkan sungai juga memberikan kesan tersendiri bagi generasi muda yang ikut melakukan aktivitas kukuyaan tersebut.

4. Penanaman pohon di daerah hulu Cikapundung pun dirasa perlu untuk mengontrol debit air dan kejernihan air sungai Cikapundung sehingga hal tersebut dapat memberikan dampak yang lebih baik bagi keberlangsungan lingkungan alam Cikapundung kedepannya dan menjadikan Cikapundung sebagai salah satu sungai yang bersih dan memiliki daya tarik tersendiri dengan dapat dilaksanakannya aktivitas kukuyaan dan arung jeram di kawasan tersebut.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Berlin Declaration (1997). The Berlin Declaration on Biological Diversity and Sustainable Tourism. International Conference of Environment Ministers on Biodiversity and Tourism. March 6–8. Berlin, Germany: United Nations.

Bramwell, B., Henry, I., Jackson, G., Prat, A.G., Richards, G. and van der Straaten, J. (1996) (eds) Sustainable Tourism Management: Principles and Practice. Tilburg University Press, Tilburg. Netherlands.

Coccossis, H. (1996) Tourism and sustainability: perspectives and implications. In: Priestley, G.H., Edwards, J. and Coccossis, H. (eds) Sustainable Tourism? European Experiences. CAB International, Wallingford, pp. 1-21.

David, Fred R. (2009). MANAJEMEN STRATEGIS Konsep, Edisi 12. Jakarta : Salemba Empat

Frangialli, F. (2002). World Tourism Organization Statement, Secretary General of the World Tourism Organization, the World Summit on Sustainable Development, Johannesburg, South Africa.

Hall, 2003, Introduction to Tourism Dimension and Issues 4th Edition. Pearson Education Australia Unit 4, Level 2, 14 Aquatic Drive, Frenchs Forest NSW 2086

Hunter, C. and Green, H. (1995) Tourism and the Environment: a Sustainable Relationship. Routledge, London.

Kusnendi, 2008, Model – Model Persamaan Struktural Satu dan Multigroup Sampel dengan lisrel. Bandung: ALDABETA, cv.

McIntyre, G. (1993). Sustainable Tourism Development: Guide for Local Planners. Madrid, Spain: World Tourism Organization.

Oka A. Yoeti. (1996). Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa

Sekaran.2006. Research Methods for Business. Buku 1 edisi 4. Penerjemah Kwan Men Yon. Jakarta: Empat Salemba.

_______.2006. Research Methods for Business. Buku 2 edisi 4. Penerjemah Kwan Men Yon. Jakarta: Empat Salemba.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

_______, 2012, METODE PENELITIAN KUANTITATIF, KUALITATIF, DAN KOMBINASI (MIXED METHODS). Bandung: ALFABETA, cv.


(5)

99

Hendra Ramdhani, 2013

Suharsimi Arikunto. 2009. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rinerka Cipta.

Slade, T. N. (1998). Seminar on Small Island Developing Nations: Their Vulnerability, Their Program of Action for Sustainable Development, Their Opportunity for Post Rome. Brussels, Belgium, September 1–2. Brussels, Belgium: European Center for Development Policy Management

Swarbrooke & Horner, 2001, Business Travel and Tourism. Butterworh – Heinemann, Linacre House, Jordan Hill, Oxford OX2 8DP, 225 Wildwood Avenue, Woburn, MA 01801 – 2041, A divisionof Reed Educational and Professional Publishing Ltd

Swarbrooke, J. (1999). Sustainable Tourism Management. Wallingford, UK.. CAB International

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan United Nations (2001). Managing Sustainable Tourism Development: ESCAP

Tourism Review. No. 22. New York: United Nations.

Wardiyanta, M. Hum. (2006). Metode Penelitian Pariwisata. Yogyakarta: Andi Weaver, D. (2006) Sustainable Tourism: Theory and Pr actice.

Butterworth-Heinemann, Oxford, UK

World Tourism Organisation (1993) Sustainable Tourism Development: Guide for Local Planners. WTO, Madrid

Jurnal

Choi & Sirakaya, (2005). “Measuring Residents` Attitude toward Sustainable Tourism: Development of Sustainable Tourism Attitude Scale”. Journal of Travel Research.

Hardin, G. (1968). “The Tragedy of the Commons.” Science, 162: 1243–48.

Harril, R. (2004). “Residents`s Attitudes toward Tourism Development: a Literature Review with Implications for Tourism Planning”. Journal of Planning Literature.

Hirsch, E. (2004). “Environment and economy: Mutual connections and diverse perspectives”. Anthropological Theory. 4, (4), 435–453.


(6)

Kandampully, Jay (2000). “The Impact of Demand Fluctuation on the Quality of

Service: A Tourism Industry Example.” ManagingService Quality, 10 (1):

10-18.

Singh et.al., (2007). “Attitude towards ecotourism and environmental advocacy: Profiling the dimensions of sustainability”. Journal of Vacation Marketing. Yu et.al., (2009). “Measuring Residents` Attitude toward Sustainable Tourism : A

Reexamination of the Sustainable Tourism Attitude Scale”. Journal of Travel Research.