HUBUNGAN ANTARA RASA HUMOR DENGAN GAYA MANAJEMEN KONFLIK PADA REMAJA PERTENGAHAN: Studi Korelasional pada Siswa Etnis Sunda Kelas X dan XI di SMA Negeri 4 Bandung.

(1)

HUBUNGAN ANTARA RASA HUMOR DENGAN

GAYA MANAJEMEN KONFLIK PADA

REMAJA PERTENGAHAN

(Studi Korelasional pada Siswa Etnis Sunda Kelas X dan XI di SMA Negeri 4 Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi pada Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan

Disusun oleh: Aryan Pandam Raafi

(0907041)

JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


(2)

Studi Korelasi pada Remaja Pertengahan Etnis Sunda yang Tergabung dalam Kelas X dan XI di SMA Negeri 4 Bandung

Oleh

Aryan Pandam Raafi

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi pada Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan

© Aryan Pandam Raafi 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Aryan Pandam Raafi (0907041). Hubungan antara Rasa Humor dengan Gaya

Manajemen Konflik pada Remaja Pertengahan (Studi Korelasional Siswa Etnis Sunda Kelas X dan XI di SMA Negeri 4 Bandung). Skripsi. Jurusan Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung 2013.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji hubungan antara rasa humor dengan gaya manajemen konflik pada remaja pertengahan etnis Sunda yang tergabung dalam kelas X-XI di SMA Negeri 4 Bandung. Metode yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif dengan teknik korelasional. Teknik pengambilan data yang digunakan adalah dengan teknik purposive sampling. Pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan kuesioner Instrumen Sense of Humor dan Thomas-Kilmann Conflict Mode Instrument. Hasil penelitian ini antara lain: 1) Sebagian besar remaja pertengahan etnis Sunda memiliki sense of humor yang sedang; 2) Sebagian besar remaja pertengahan etnis Sunda memiliki gaya manajemen kolaborasi; 3) Tidak terdapat hubungan antara sense of humor dengan gaya menghindar pada remaja pertengahan etnis Sunda; 4) Tidak terdapat hubungan natara sense of humor dengan gaya kompetisi pada remaja pertengahan etnis Sunda; 5) Tidak terdapat hubungan antara sense of humor dengan gaya akomodasi pada remaja pertengahan etnis Sunda; 6) Tidak terdapat hubungan antara sense of humor dengan gaya kompromi pada remaja pertengahan etnis Sunda; 7) Terdapat hubungan yang signifikan antara sense of humor dengan gaya kolaborasi pada remaja pertengahan etnis Sunda. Beberapa rekomendasi dari penelitian ini antara lain: 1) Remaja pertengahan etnis Sunda agar dapat berlatih untuk mengasah keterampilan bernegosiasi dengan aktif dalam diskusi dan organisasi; 2) Sekolah diharapkan menambahkan pelatihan atau pendampingan dalam manajemen konflik; 3) Peneliti selanjutnya diharapkan untuk meninjau kembali instrumen yang memiliki nilai reliabilitas rendah, menambahkan variabel independen untuk mengkaji gaya manajemen konflik pada sampel remaja yang lebih luas, dan dapat dikaitkan dengan etnis lainnya yang ada di Indonesia.

Kata kunci: rasa humor, gaya manajemen konflik, remaja pertengahan, etnis


(6)

ABSTRACT

Aryan Pandam Raafi (0907041). Correlation Between Sense of Humor with

Conflict Mode Management among Middle Adolescence (Correlation Study among 1st and 2nd Grade Sundanese Middle-Adolescence Student of 4 Senior High School Bandung). Skripsi. Jurusan Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung 2013.

The purpose of this study is to determine correlation between sense of humor with conflict mode management among 1st and 2nd grade Sundanese middle-adolescence student of 4 Senior High School Bandung. The method used is based of quantitative research with correlation technique. Purposive sampling technique is used to choose participants in this study. Data were collected using questionnaire Sense of Humor Instrument and Thomas-Kilmann Conflict Mode Instrument. Results indicate: 1) Most of Sundanese Middle-Adolescence have a moderate sense of humor; 2) Most of Sundanese Middle-Adolescence have a collaborating conflict mode management; 3) There is no significant relation between sense of humor and avoiding conflict mode management among Sundanese Middle-Adolescence; 4) There is no significant rellation between sense of humor and competiting conflict mode management among Sundanese Middle-Adolescence; 5) There is no significant rellation between sense of humor and accomodating conflict mode management among Sundanese Middle-Adolescence; 6) There is no significant rellation between sense of humor and compromising conflict mode management among Sundanese Middle-Adolescence; 7) There is positive and significant corellation between sense of humor and collaborating conflict mode management among Sundanese Adolescence. This study recommends some points: 1) The Sundanese Middle-Adolescence are expected to train their negotiation skill by joining any discussion and organization; 2) The School are expected to add some training and guiding for

student’s conflict mode management; 3) Next researchers are expected to examine

the instrument which have a low reliability for the second time, and add other independent variables to examine conflict mode management in broader ethnic samples.

Key word: sense of humor, conflict mode management, middle-adolescence, Sundanese ethnic


(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR BAGAN ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GRAFIK ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian ... B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... C. Tujuan Penelitian ... D. Manfaat Penelitian ... E. Struktur Organisasi Skripsi ...

1 9 9 10 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Remaja Pertengahan ... B. Konsep Konflik ... C. Manajemen Konflik ... D. Rasa Humor (Sense of Humor) ... E. Hasil Penelitian yang Relevan ... F. Kerangka Berpikir dan Hipotesis Penelitian ...

13 20 24 34 41 43 BAB III METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian ... B. Desain Penelitian ... C. Metode Penelitian ...

49 49 50


(8)

E. Instrumen Penelitian ... F. Proses Pengembangan Instrumen ... G. Teknik Pengumpulan Data ... H. Pengolahan dan Analisis Data ...

54 58 64 64 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian (Pemaparan Data) ... B. Pembahasan ...

74 89 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... B. Saran ...

100 102 DAFTAR PUSTAKA ... 104 LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 109


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Remaja adalah masa transisi anak-anak menuju dewasa, yang juga merupakan tahap yang paling penting dan rawan. Remaja merupakan masa penuh gejolak emosi dan ketidakseimbangan, yang tercangkup dalam ungkapan “storm and stress”, yang diartikan bahwa seorang remaja mudah terkena pengaruh oleh lingkungan. Tingkatan remaja terdiri atas 3 (tahap), yakni remaja awal, pertengahan, dan akhir. Remaja pertengahan merupakan tahapan remaja yang mana remaja tersebut sudah mengalami beberapa perubahan besar dalam hidupnya (Wong, 2002).

Remaja pertengahan merupakan sebuah fase pada saat seorang anak memiliki tingkat hubungan dengan kedua orang tuanya di titik yang paling rendah, sehingga timbal balik positif antara kedua belah pihak ini sangatlah minim. Hal tersebut dikarenakan salah satunya adalah pihak orang tua yang memiliki standar-standar yang harus diikuti oleh anak. Akan tetapi, remaja telah mengalami banyak perubahan dalam kehidupan, salah satunya mengenai standar perilaku yang digunakan berdasar pada kelompok seusianya (peer group). Hal itu yang menjadi dasar dari adanya pertentangan atau konflik antara orang tua dengan remaja, yang mengakibatkan perasaan tertekan dan hubungan yang jauh antar keduanya (Wong, 2002).

Konflik merupakan suatu kondisi ketika seseorang mengalami pertentangan atau perbedaan dalam berbagai hal yang menjadi dasar akan kebutuhannya. Setiap orang akan mengalami konflik dalam kehidupannya, terutama ketika seseorang tersebut masuk ke dalam suatu kelompok (baik itu di lingkungan rumah, sekolah, ataupun kerja), individu tersebut tidak menutup kemungkinan akan mengalami suatu konflik yang disebabkan oleh adanya perbedaan. Misalnya, perbedaan pendapat, kebutuhan, perselisihan, dan lain sebagainya (Pickering, 2006).


(10)

Daniel Webster (Pickering, 2006) menjelaskan definisi dari konflik, yaitu sebagai sebuah persaingan atau pertentangan antara pihak-pihak yang tidak cocok antara satu dengan lainnya, atau juga keadaan dari perilaku yang bertentangan (contoh: perbedaan pendapat, pertentangan antar individu, atau pertentangan kepentingan), dan perselisihan akibat kebutuhan, keinginan, dorongan, atau tuntutan lainnya yang bertentangan. Dapat disimpulkan bahwa konflik berarti adanya beberapa pilihan yang saling bersaing satu sama lain atau tidak selaras, sehingga menimbulkan pertentangan antara salah satu pihak dengan yang lainnya.

Collins (Santrock, 2003) menjelaskan bahwa konflik orang tua dengan remaja adalah suatu situasi ketika banyak orang tua melihat remaja mereka berubah dari seorang anak penurut menjadi seseorang yang tidak menurut, menentang standar-standar orang tua, dan orang tua cenderung untuk berusaha mengendalikan dengan keras dan memberi banyak tekanan kepada remaja agar mentaati standar orang tua.

Sesuai dengan pernyataan Soekanto (Sarlito, 2008) yang memandang bahwa yang menjadi penyebab utama konflik orang tua dengan remaja adalah anak yang tidak dapat melakukan apa yang dikehendaki orang tuanya, karena anak semata-mata ingin mencari pengalaman dan berusaha untuk mencari jati diri. Pendapat ini juga didukung oleh Levy (1923, 1925), yang mendefinisikan penentangan sebagai perilaku menolak untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan otoritas dan perilaku yang sudah menjadi kebiasaan umum (Lestari, 2012).

Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh Jensen-Campbell & Graziano (2000), remaja diminta menulis catatan harian tentang interaksi sosial mereka, termasuk konflik yang mereka alami selama sehari-hari. Hasil selama studi 2 (dua) minggu, yaitu rata-rata remaja melaporkan satu sampai dua konflik setiap harinya. Konflik yang sering terjadi ini adalah antara kedua orang tuanya, kemudian saudaranya, dan jarangkali mereka mengalami konflik dengan kawannya (Sears, 2012).


(11)

Dikarenakan konflik menimbulkan emosi yang kuat, maka konflik tidak cocok dipakai sebagai dasar penyelesaian problem secara konstruktif. Eskalasi konflik jarang menguntungkan kepada suatu hubungan, khususnya jika menimbulkan sikap mau menang sendiri, keras kepala, dan penarikan diri dari hubungan. Lebih parahnya, konflik yang dapat menimbulkan pertikaian fisik dan kekerasan aktual (Sears, 2012).

Konflik antara remaja dan orang tua merupakan hal yang banyak mengundang perhatian dari para peneliti. Area yang menjadi perhatian adalah frekuensi terjadinya konflik antara kedua belah pihak, atau yang bisa disebut dengan tingkat konflik antara orang tua dengan remaja. Hal lain yang berhubungan adalah mengenai topik yang menjadi konflik dan cara yang digunakan untuk melakukan resolusi konflik, atau bagaimana salah satu dari mereka melakukan manajemen terhadap konflik. Pada penelitian Montemayor (1983), diketahui konflik antara orang tua dengan anak mencapai puncaknya pada remaja pertengahan, dan menurun pada masa remaja akhir (Lestari, 2012).

Dari penjelasan di atas didapatkan bahwa konflik merupakan aspek normatif dalam sebuah hubungan, sehingga adanya konflik dapat menyebabkan adanya dampak secara negatif, walaupun hal tersebut tidak otomatis. Suatu konflik baru akan berdampak negatif bila tidak dapat teratasi atau terkelola dengan baik. Oleh karena itu, pengelolaan konflik, manajemen konflik, atau resolusi konflik sangatlah diperlukan untuk diaplikasikan dengan tepat untuk menghindari adanya dampak negatif tersebut.

Menurut Rubin (1994), pengelolaan konflik sosial dapat dilakukan dalam berbagai cara, yaitu: penguasaan (domination, adalah ketika salah satu pihak memaksakan kehendaknya baik dilakukan secara fisik maupun psikologis), penyerahan (capitulation, adalah ketika salah satu pihak secara sepihak menyerahkan kemenangan kepada pihak lain), pengacuhan (inaction, adalah ketika salah satu pihak tidak melakukan apa-apa, sehingga cenderung untuk membiarkan terjadinya konflik), penarikan diri (withdrawal, adalah saat salah satu


(12)

pihak menarik diri dari keterlibatan dengan konflik), tawar-menawar (negotiation, adalah ketika pihak-pihak yang berkonflik saling bertukar gagasan, dan melakukan tawar-menawar untuk menghasilkan kesepakatan yang saling menguntungkan bagi masing-masing pihak), dan campur tangan pihak ketiga (third-party intervention, adalah saat ada pihak yang tidak terlibat konflik menjadi penengah untuk menghasilkan persetujuan pada pihak-pihak yang berkonflik). Dari penjelasan tersebut, hanya negosiasi dan pelibatan pihak ketiga sebagai penengah yang merupakan penanganan konflik yang bersifat konstruktif (Lestari, 2012).

Penelitian yang dilakukan oleh Susan J.T. Branje, et al. (2009), menjelaskan bahwa tingkat konflik antara remaja dengan orang tuanya sangatlah tinggi pada masa remaja pertengahan (middle adolescence). Setiap remaja dapat melakukan pengelolaan terhadap konflik yang sedang ia hadapi, namun caranya berbagai macam. Dalam penelitian ini, dapat diketahui secara mendasar bahwa jika seorang remaja mengelola konflik antara kedua orang tuanya dengan cara menarik diri, diartikan seseorang tersebut sedang mengalami konflik eksternal. Demikian juga dengan sebaliknya, jika seorang individu menggunakan penarikan diri dan juga gaya manajemen konflik lainnya, maka ia sedang mengalami konflik internal (Branje, et al., 2009).

Penggunaan manajemen konflik agar berdampak positif sangatlah beragam, tidak terpaku terhadap satu pemikiran seseorang, melainkan berdasarkan peneliti dan ahli-ahli lainnya, atau bahkan dengan caranya sendiri. Pengelolaan konflik ini sangatlah dipengaruhi oleh bagaimana kita memandang suatu permasalahan. Salah satunya adalah dengan rasa humor. Dalam hal ini, rasa humor berperan dalam proses merasakan, mengamati, dan mempersepsikan sebuah konflik atau permasalahan (Prasetyo, 2006).

Hasil studi yang dilakukan oleh Robin & Weiss (1980), menyatakan bahwa penyebab dasar dari adanya konflik antara orang tua dengan remaja adalah buruknya jalinan komunikasi antar kedua belah pihak. Setiap kali berinteraksi,


(13)

acap kali selalu bersinggungan secara negatif. Salah satu komponen yang dapat digunakan dalam menjalin komunikasi yang baik dan menghindari komunikasi serta interaksi yang negatif diperlukan rasa humor, sehingga menjadikan suasana keluarga tersebut tidak selalu dalam keadaan tertekan (Robin & Foster, 2003).

Dari pendapat di atas dapat diartikan bahwa ketika memandang sebuah perbedaan, konflik, atau sesuatu yang berpotensi membuat seseorang dalam keadaan tertekan dengan menggunakan rasa humor dapat menjadikan orang tersebut lebih merasa ringan atau bahkan hilang. Sense of humor yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sense of humor yang bersifat positif, bukan yang mengandung agresi maupun sarkasme (Robin & Foster, 2003).

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Nikko Novandi dikatakan bahwa rasa humor (sense of humor) dapat membantu mengatasi konflik yang ada dalam diri remaja. Konflik disini tidak lain adalah suatu perubahan yang terjadi pada remaja, dimana menuntut remaja untuk menyelesaikan permasalahan dan berusaha menyesuaikan diri dengan tuntutan yang ada, yaitu konflik pada „perilaku seksual‟. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa rasa humor seseorang dapat memengaruhi solusi dalam menghadapi konflik yang sedang ia hadapi (Novandi, 2012).

Selain itu, humor juga memiliki keterkaitan dengan faktor budaya dari seseorang. Sesuatu hal dapat dikatakan sebuah humor jika sebagian besar orang dalam suatu kebudayaan yang sama menilai bahwa hal tersebut dapat mengundang tawa dan senyum (Chapman & Foot, 1996). Begitu juga sebagian besar dari siswa siswi SMA Negeri 4 Bandung adalah berasal dari suku atau keturunan Sunda. Dalam budaya Sunda, terdapat banyak sekali istilah yang menggambarkan suatu keadaan tertawa, yakni nyeuleukeuteuk, ceuceuleukeuteukan, nyakakak, nyikikik, ngahaha, ngabarakatak, seuri leutik, imut, imut kanjut (tersipu malu), keom, dan lain sebagainya. Kata-kata tersebut bermacam-macam bentuknya, namun memiliki arti satu, yaitu tertawa. Hal


(14)

tersebut menggambarkan bahwa suku Sunda merupakan suku yang senang dengan tertawa (Rosidi, 2008).

Sesuatu yang dianggap lucu dan humor dalam suatu kebudayaan akan sangat mungkin dinilai berbeda dalam lingkungan atau budaya lain. Penggunaan bahasa, logat, gaya olah kata yang berbeda dapat menyebabkan orang lain yang dasar kebudayaannya berbeda tidak tertawa atau bahkan tersenyum sedikit pun. Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa suku Sunda merupaka suku yang sangat dikenal dengan istilah „beuki seuri‟ atau senang tertawa. Seni humor yang disebut juga „lulucon‟, „tatarucingan‟, dan „bobodoran merupakan beberapa seni dari karya-karya yang dilahirkan oleh suku Sunda (Rosidi, 2008).

Peneliti melakukan pengamatan secara informal terhadap fenomena yang terjadi di SMA Negeri 4 Bandung yang memiliki kesamaan dalam setiap tahunnya. Dimulai sejak tahun 2007, ketika banyak dari siswa kelas X-XII yang menggunakan toilet sekolah sebagai tempat untuk merokok bagi siswa laki-laki. Mereka melakukan hal tersebut atas dasar yang bermacam-macam, tetapi untuk sebagian siswa, mereka melakukan hal tersebut atas dasar bahwa dirinya sedang mengalami suatu masalah dengan keluarga, berbeda pendapat dan tujuan dengan orang tua, sehingga menurutnya dengan merokok dapat membantu menghilangkan tekanan yang ada di dalam pikirannya. Kondisi seperti ini dapat menggambarkan suatu bentuk konflik yang terjadi antara orang tua dengan remaja.

Tekanan akan konflik yang mereka rasakan ini disimpan dan dipendam di dalam dirinya sendiri. Mereka enggan untuk menyelesaikan permasalahan dan perbedaan pendapatnya tersebut, sehingga lebih memilih untuk melepaskan diri dari masalah, yang berakhir dengan perilaku merokok. Cara pengelolaan konflik seperti ini bukanlah suatu pertanda yang baik, karena dengan perilaku seperti itu seseorang tidak akan mengembangkan kepribadian positif yang dimilikinya (Lestari, 2012).


(15)

Peneliti kembali melakukan survey dan wawancara informal kepada pihak Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan dan juga guru BK (Bimbingan Konseling) pada tanggal 20 Nopember 2012 untuk mengklarifikasi hasil dari pengamatan yang dilakukan oleh peneliti. Hasil dari wawancara dan survey tersebut adalah benar, bahwa banyak siswa siswi yang bermasalah maupun tidak bermasalah pada sekolahnya memiliki konflik terhadap orang tua dan teman sebayanya sendiri. Sebagian besar dari mereka adalah siswa siswi yang bermasalah di sekolahnya, baik itu dalam hal perilaku, kedisiplinan, dan maupun akademik. Secara umum, pihak guru BK menjelaskan bahwa yang menjadi sumber utamanya sebagian besar adalah konflik antara orang tua dengan remaja (dalam hal ini siswa siswi di SMA Negeri 4 Bandung). Hal tersebut dikemukakan oleh para siswa yang diwawancara oleh pihak guru BK yang menjelaskan adanya perbedaan dalam berpendapat ketika menentukan suatu tujuan atau berperilaku tertentu antara mereka dengan orang tua. Hal ini juga sering terjadi antara satu remaja dengan remaja lainnya, namun perbedaan pendapat antara orang tua dengan remaja ini lebih mencolok.

Perbedaan pendapat yang sebagian besar mereka perdebatkan merupakan hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, dimulai dari aktivitas bangun tidur hingga malam hari. Mereka seringkali mengeluh ketika orang tuanya menyuruh untuk mandi pagi, padahal menurut mereka kondisi saat itu masih dingin sehingga enggan untuk segera mandi. Kemudian, sebelum pergi sekolah, orang tua seringkali protes akan pakaian yang digunakan oleh mereka, dalam hal kaos dalam hingga kaos kaki, begitupun dengan model potongan rambut mereka. Lalu, jika terlampau malam sampai rumah, orang tua selalu menanyakan dan melarang mereka untuk pulang malam tanpa alasan yang jelas, padahal kenyataannya mereka hanya berkumpul berbagi cerita dengan teman sebayanya, dan mereka sangat membutuhkan hal tersebut. Akan tetapi, orang tua selalu memaksakan kehendaknya dengan standar yang dianut olehnya tanpa mempertimbangkan pendapat anak remajanya.


(16)

Antara remaja satu dengan lainnya juga bukan suatu hal yang tabu jika terdapat suatu konflik, namun konflik antar remaja tidak terlalu menonjol. Mereka cenderung dapat menyelesaikannya dengan cepat dan baik, dikarenakan pada fase remaja merupakan saat-saat dimana mereka sedang membangun hubungan interpersonal baik dengan sesama maupun dengan berlawanan jenis (Santrock, 2003).

Suku Sunda juga dikenal dengan karakter yang suka bercanda dan periang. Hal tersebut seringkali ditemukan pada tokoh-tokoh dalam suku Sunda yang memiliki karakter jenaka dan mengundang tawa. Contoh tokoh tersebut adalah Kabayan dan tokoh dalam wayang golek, Cepot. Keduanya memiliki sifat riang, suka bercanda, dan banyak akal. Dari keterangan tersebut dapat diketahui bahwa suku Sunda memang memiliki rasa humor (sense of humor) yang tinggi terlepas dari usia dan jenis kelamin (www.wikipedia.com). Begitu juga dengan para remaja pertengahan suku Sunda yang tergabung dalam kelas X dan XI di SMA Negeri 4 Bandung, bukanlah hal yang tabu jika mereka memiliki rasa humor yang cukup tinggi dibandingkan dengan suku lainnya yang ada. Hal tersebut dikemukakan oleh para guru BK dan juga Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaaan yang menceritakan mengenai gambaran para remaja pertengahan suku Sunda yang sering menghabiskan waktu luang dengan bercanda atau yang seringkali disebut dengan heureuy. Ekspresi yang dimunculkan juga beraneka macam, ada yang tertawa, ada yang diam saja, ada juga yang terbahak-bahak, sehingga di saat waktu istirahat suasana di SMA Negeri 4 Bandung selalu ramai dengan canda tawa dari para remaja yang bersekolah disana.

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti merasa bahwa perlu diadakannya penelitian yang empirik mengenai rasa humor (sense of humor) yang dihubungkan dengan gaya manajemen konflik pada remaja pertengahan etnis Sunda. Peneliti memfokuskan kajian penelitian ini dengan judul “Hubungan antara Rasa Humor dengan Gaya Manajemen Konflik pada Remaja Pertengahan”, yang merupakan studi korelasional pada siswa etnis Sunda kelas XI di SMA Negeri 4 Bandung.


(17)

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa rasa humor (sense of humor) dapat memengaruhi perilaku seseorang dalam menghadapi suatu konflik yang dapat menimbulkan tekanan bagi dirinya. Begitu juga halnya dengan manajemen konflik atau resolusi konflik yang dapat dipengaruhi oleh tingkat rasa humor. Suku atau etnis Sunda merupakan suatu suku yang sangat dikenal dengan „beuki seuri‟, namun siswa/i yang sebagian besar berasal dari suku Sunda tidak sedikit yang memiliki konflik dengan orang tuanya, teman sebaya dan juga berperilaku melanggar aturan sebagai bentuk manajemen konflik. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan:

1. “Bagaimana gambaran rasa humor (sense of humor) para remaja pertengahan etnis Sunda yang tergabung di kelas X dan XI SMA Negeri 4 Bandung?”; 2. “Bagaimana gambaran gaya manajemen konflik para remaja pertengahan

etnis Sunda yang tergabung di kelas X dan XI SMA Negeri 4 Bandung?”; dan 3. “Bagaimana hubungan antara sense of humor dengan gaya manajemen

konflik para remaja pertengahan etnis Sunda yang tergabung di kelas X dan XI SMA Negeri 4 Bandung?”.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk memperoleh data empirik mengenai tingkat rasa humor (sense of humor) pada kalangan remaja pertengahan etnis Sunda yang tergabung di kelas X dan XI SMA Negeri 4 Bandung;

2. Memperoleh data empirik mengenai gaya manajemen konflik yang digunakan oleh remaja pertengahan etnis Sunda yang tergabung di kelas X dan XI SMA Negeri 4 Bandung; dan

3. Untuk menemukan hubungan antara tingkat rasa humor (sense of humor) dengan gaya manajemen konflik pada remaja pertengahan etnis Sunda yang tergabung di kelas X dan XI SMA Negeri 4 Bandung.


(18)

D. Manfaat/ Signifikansi Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi bidang keilmuan Psikologi:

Memberi masukan dan memperkaya konsep-konsep di bidang psikologi mengenai penggunaan rasa humor (sense of humor) dalam menangani konflik, terutama pada masa-masa perkembangan remaja yang mana dapat berpotensi melahirkan konflik lebih besar.

b. Bagi bidang keilmuan Kesehatan:

Memperkaya konsep dalam bidang kesehatan mengenai manfaat humor bagi kesehatan secara fisik maupun mental bagi setiap orang di berbagai usia.

c. Bagi bidang keilmuan Manajemen Diri:

Diharapkan juga konsep rasa humor yang merupakan hasil dari penelitian ini dapat digunakan dalam ilmu manajemen diri, terutama manajemen terhadap konflik yang sedang dihadapi oleh seseorang.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Remaja:

Diharapkan hasil dari penelitian ini, yakni mengenai rasa humor (sense of humor) yang dapat digunakan dalam menanggapi berbagai konflik yang sedang remaja alami, baik dengan orang tua, teman, maupun orang lain.

b. Bagi Orang Tua:

Memberikan mengenai manfaat dari humor, yang mana dapat digunakan dalam meningkatkan komunikasi antara orang tua dengan remaja, sehingga intensitas konflik yang terjadi dapat berkurang atau bahkan menjadikan hubungan yang harmonis dalam sebuah keluarga.


(19)

c. Bagi Praktisi Psikologi Perkembangan:

Menambah informasi dan gambaran tentang manfaat rasa humor dalam memahami kasus konflik antara remaja dan orang tua. Selain itu, dapat digunakannya konsep mengenai diperlukannya unsur rasa humor dalam melakukan komunikasi antar keduanya (remaja dengan orang tua) yang dapat mengurangi intensitas konflik yang mungkin terjadi.

d. Bagi Profesi lainnya:

Banyak profesi lainnya yang berpotensi untuk menimbulkan konflik, seperti atasan dan bawahan, hubungan dengan mitra, atau pun hubungan antar pekerja satu sama lain. Oleh karena itu, diharapkan juga dapat diterapkannya unsur rasa humor dalam melihat berbagai sisi kehidupan bagi semua orang dengan berbagai profesi dan berbagai usia.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Berikut adalah struktur penulisan dari setiap bab dan sub bab dalam penelitian ini.

BAB I: Pendahuluan

A. Latar Belakang Penelitian

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat Penelitian

E. Struktur Organisasi Skripsi

BAB II: Kajian Pustaka dan Kerangka Pemikiran BAB III: Metodologi Penelitian

A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian B. Desain Penelitian


(20)

D. Definisi Operasional E. Instrumen Penelitian

F. Proses Pengembangan Instrumen G. Teknik Pengumpulan Data H. Analisis Data

BAB IV: Hasil dan Pembahasan

A. Hasil Penelitian (Pemaparan Data) B. Pembahasan/Analisis Temuan BAB V: Kesimpulan dan Saran


(21)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi merupakan keseluruhan gejala/ satuan yang ingin diteliti. Setiap populasi mengandung populasi target dan populasi survey. Populasi taget merupakan batasan populasi yang sudah direncanakan oleh peneliti dalam rancangan penelitian, sedangkan populasi survey adalah batasan populasi yang ditemukan pada saat di lapangan, dan ada kemungkinan bahwa populasi ini berbeda dengan batasan targetnya (Prasetyo, 2010).

Populasi dalam penelitian ini adalah para remaja pertengahan suku Sunda yang sedang duduk pada kelas XI di SMA Negeri 4 Bandung. Hal ini didasari oleh beberapa pertimbangan yang dilakukan oleh peneliti, diantaranya adalah sebagian besar siswa SMA Negeri 4 Bandung berasal dari suku dan keturunan Sunda, serta kemudahan akses dan juga jangkauan subjek penelitian. Selain itu, peneliti juga tertarik untuk meneliti sekolah yang dahulu digunakan oleh peneliti sebagai tempat menuntut ilmu pada saat duduk di bangku SMA.

Sampel adalah bagian dari populasi yang ingin diteliti. Penarikan sampel dilakukan agar dapat menarik kesimpulan tentang sebuah populasi yang diteliti. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik penarikan sampel puposive yang juga disebut juga dengan judgemental sampling. Teknik ini digunakan dengan cara menentukan kriteria khusus terhadap sampel, sehingga pada penelitian ini akan dipilih beberapa kelas dari total 10 (sepuluh) kelas X-XI di SMA Negeri 4 Bandung yang mayoritas siswanya berada pada usia remaja pertengahan dan yang menjadi sampel adalah siswa dengan latar belakang bersuku bangsa Sunda (Prasetyo, 2010).

B. Desain Penelitian


(22)

gaya manajemen konflik. Proses analisis data dilakukan diawali dengan penyekoran data, selanjutnya dilakukan uji normalitas dan linieritas. Setelah itu, dilakukan uji korelasi yang menguji korelasi antara variabel independen dengan dependen dengan menggunakan uji korelasi product moment.

Visualisasi desain penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1 Desain Penelitian

Hubungan antara Rasa Humor dengan Gaya Manajemen Konflik pada Remaja Pertengahan

C. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2008).

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif korelasional, merupakan teknik statistik korelasi dipakai untuk mengatur seberapa besar tingkat hubungan antara variabel atau antara perangkat data (Alsa, 2007). Penelitian ini bersifat non eksperimental ex post facto sehingga penelitian ini tidak dilakukan pengontrolan atau manipulasi terhadap variabel-variabel yang akan diteliti, sehingga bertujuan untuk menguji teori yang ada (Latipun, 2010).

Sense of Humor

(X)

Jenis Gaya Manajemen Konflik (Y)


(23)

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah. Berikut adalah 2 (dua) buah variabel yang akan diteliti:

X : Rasa Humor (Sense of Humor) Y : Gaya Manajemen Konflik

2. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel

Dalam memperoleh pengukuran yang sesuai dan relevan dengan tujuan penelitian, maka diperlukanlah definisi yang dari setiap variabel berupa uraian konseptual. Adapun pengukuran dapat dilakukan setelah definisi operasional disusun. Berikut adalah definisi operasional dalam penelitian ini: a. Definisi Konseptual dan Operasional Rasa Humor (Sense of Humor)

1) Definisi Konseptual Rasa Humor (Sense of Humor)

A. J. Thorson & Powell F. mendefinisikan sense of humor adalah kemampuan untuk mengamati, menikmati, atau mengekspresikan apa yang lucu. Terdapat 4 (empat) aspek penting dari sense of humor, yakni (Thorson & Powell, 1997):

a) Humor production, yaitu kemampuan untuk menemukan humor pada setiap peristiwa dan berhubungan dengan perasaan diterima oleh lingkungan.

b) Coping with humor, yaitu bagaimana individu menggunakan humor untuk mengatasi emosi dan situasi yang stressful pada individu. c) Humor appreciation, yaitu kemampuan untuk mengapresiasikan

humor yang dihubungkan dengan internal locus of control seseorang, sebuah indikasi dari beberapa banyak individu mempersepsikan setiap peristiwa lucu sebagai bagian dari perilaku orang lain.


(24)

2) Definisi Operasional Rasa Humor (Sense of Humor)

Rasa humor dalam penelitian ini didefinisikan sebagai respon yang diberikan oleh siswa siswi Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung yang beretnis Sunda dengan bentuk membubuhkan nomor dari 1 sampai 7 terhadap suatu pesan yang mengandung humor. Angka 1 menunjukkan pesan yang menurutnya Tidak Lucu dan Diam/ Tidak Tertawa, demikian seterusnya hingga angka 7 yang menunjukkan bahwa pesan tersebut Sangat Lucu dan Tertawa.

Adapun dimensi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Humor production, yaitu kemampuan menemukan dan menangkap humor pada setiap cerita lucu dan menggelikan; dan

b) Attitude toward humor, yaitu kecenderungan siswa dan siswi untuk tersenyum, tertawa, atau terdiam ketika membaca cerita lucu.

Pesan atau cerita lucu yang menjadi stimulus menggunakan bahasa Sunda dan dirancang sedemikian rupa dengan bertujuan untuk memancing tawa setiap pembacanya. Respon yang diberikan oleh setiap responden yang akan menjadi pengukuran apakah seseorang tersebut memiliki rasa humor yang tinggi atau rendah. Jumlah nilai skor tinggi menunjukkan seseorang memiliki rasa humor yang tinggi, dan nilai rendah menunjukkan rasa humor yang rendah.

b. Definisi Konseptual dan Operasional Gaya Manajemen Konflik 1) Definisi Konseptual Gaya Manajemen Konflik

Gaya manajemen konflik adalah cara yang digunakan seseorang dalam menyelesaikan konflik atau juga disebut dengan resolusi konflik. Kenneth W. Thomas dan Ralp H. Kilmann (1974) mengemukakan bahwa gaya manajemen konflik yang digunakan seseorang didasarkan pada 2


(25)

manajemen dengan tingkat yang berbeda-beda. Thomas & Kilmann menetapkan 5 (lima) macam gaya manajemen konflik, yaitu (Wirawan, 2010):

a) Menghindar (Avoiding), yaitu kedua belah pihak yang terlibat konflik berusaha menghindari konflik;

b) Kompetisi (Competiting), yaitu merupakan gaya yang berorientasi pada kekuasaan, seseorang akan menggunakan kekuasaan yang dimilikinya untuk berusaha memenangkan konflik dengan lawannya; c) Mengakomodasi (Accomodating, yaitu salah satu pihak akan mengabaikan kepentingan dirinya sendiri dan berupaya untuk memuaskan kepentingan lawan konfliknya;

d) Kompromi (Compromising), yaitu kedua belah pihak yang terlibat konflik mencari alternatif titik tengah yang memuaskan sebagian dari keinginan mereka; dan

e) Kolaborasi (Collaborating), yaitu merupakan gaya bernegosiasi untuk menciptakan solusi yang sepenuhnya memuaskan pihak-pihak yang terlibat konflik.

2) Definisi Operasional Gaya Manajemen Konflik

Gaya manajemen konflik dalam penelitian ini didefinisikan sebagai cara yang digunakan oleh seorang remaja dalam mengelola konflik yang sedang ia hadapi. Adapun jenis-jenis gaya manajemen konflik yang digunakan bertolak dasar pada gaya manajemen Thomas dan Kilmann. Adapun jenis-jenis gaya manajemen konflik tersebut diantaranya adalah: a) Menghindar (Avoiding), yaitu kemampuan meninggalkan masalah

tanpa terselesaikan, kemampuan untuk mengesampingkan masalah, kemampuan untuk melupakan masalah yang menyakitkan hati, dan kemampuan menarik diri.


(26)

(dominan), dan kemampuan memengaruhi lawan konflik untuk mengikuti keinginannya.

c) Mengakomodasi (Accomodating), yaitu kemampuan melupakan keinginan diri sendiri dan kemampuan mengikuti keinginan lawan konflik.

d) Kompromi (Compromising), yaitu kemampuan menemukan jalan tengah, kemampuan bernegosiasi, dan mendengarkan dengan baik pendapat yang dikemukakan oleh lawan konflik.

e) Kolaborasi (Collaborating), yang diukur dalam jenis ini adalah kemampuan bernegosiasi, mendengarkan dengan baik pendapat yang dikemukakan oleh lawan konflik, dan bersifat terbuka dalam menganalisis masalah.

Alat ukur yang digunakan merupakan adaptasi dari Thomas-Kilmann Conflict Mode Instrument yang diterjemahkan oleh Dr. Wirawan, MSL., Sp.A., M.M., M.Si. Pengukuran jenis gaya manajemen konflik ini dapat dilihat dari besarnya skor yang diperoleh responden terhadap salah satu gaya manajemen konflik yang paling sesuai dengan pilihan dan perasaan responden.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian atau juga yang disebut dengan alat pengumpul data disusun dengan keperluan untuk memeroleh data yang sesuai (baik data kualitatif maupun kuantitatif). Data tersebut akan diolah untuk menjadi informasi yang dapat menjelaskan suatu gejala atau hubungan antar gejala (Danim, 2002). Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Instrumen Rasa Humor (Sense of Humor)

Alat ukur rasa humor ini disusun digunakan dalam mengukur tingkat rasa humor seseorang dengan beberapa stimulus yang mengandung humor. Dalam hal ini, peneliti mengkonstruksi sendiri alat ukurnya dengan berpedoman


(27)

teorinya, Chapman & Foot mengemukakan bahwa terdapat ciri-ciri pesan yang mengandung unsur humor, sehingga dapat dikembangkan menjadi sebuah alat ukur. Ciri dari suatu pesan tersebut adalah bahwa pesan tersebut dapat memancing tawa atau senyum; pesan tersebut dibuat dengan tujuan untuk memancing tawa dan senyum; dan anggota lain dari suatu kebudayaan yang sama setuju bahwa pesan tersebut masuk ke dalam salah satu contoh humor.

Berdasarkan ketiga dimensi tersebut, peneliti kemudian menyusun cerita-cerita yang mendukung dan didasari pada 3 (tiga) aspek pesan yang mengandung humor. Cerita dan gambar yang digunakan dikumpulkan oleh peneliti dengan berbagai sumber, yakni buku-buku humor populer dan juga internet. Jumlah cerita dan gambar yang dijadikan alat ukur berjumlah 30 (tiga puluh) item. Reliabilitas dari alat ukur tingkat rasa humor ini adalah 0,936 sehingga dapat dikatakan sangat reliabel.

Alat ukur tingkat rasa humor ini disusun dengan menggunakan rating scales dalam mempersepsikan setiap pesan dari sudut rasa humor. Responden yang terdiri dari remaja pertengahan diminta untuk menyatakan pikiran, perasaannya, dan juga ekspresi yang dimunculkan, respon disajikan dalam 7 (tujuh) tingkatan seperti berikut ini:

Tidak Sangat

Lucu lucu

1 2 3 4 5 6 7

Diam Tertawa

1 2 3 4 5 6 7

Gambar 3.2


(28)

Sistem penilaian pada tingkatan sense of humor diskor pada kontinum dengan nilai minimal 28 sampai dengan nilai maksimal 196 berdasarkan skor total. Berikut adalah sistematika pengkategorisasiannya.

a. Sense of Humor Tinggi =

b. Sense of Humor Sedang = c. Sense of Humor Rendah =

2. Instrumen Gaya Manajemen Konflik

Instrumen gaya manajemen konflik dalam penelitian ini digunakan dengan tujuan mengetahui jenis dari bermacam-macam gaya manajemen konflik yang ada. Macam-macam gaya tersebut berbeda antara satu dengan lainnya. Bukan hanya jenis antara satu gaya dengan lainnya, namun terdapat tingkatan dari gaya yang negatif hingga positif. Penentuan urutan dari negatif ke positif ini ditentukan oleh 2 (dua) dimensi. Kenneth W. Thomas dan Ralp H. Kilmann (1974) mengemukakan bahwa 2 (dua) dimensi tersebut adalah: (1) kerja sama (cooperativeness), dan (2) keasertifan (assertiveness). Hal yang membedakan antara satu dengan lainnya adalah tingkat dari kedua aspek tersebut, dari mulai rendah hingga pada tingkat tertinggi.

Berikut adalah instrumen yang berasal dari adaptasi Thomas-Kilmann Conflict Mode Instrument (diterjemahkan oleh Dr. Wirawan, MSL., Sp.A., M.M., M.Si.). Dalam hal ini, responden diminta untuk memilih salah satu dari dua pernyataan yang menurut mereka paling menggambarkan dirinya. Nilai reliabilitas pada instrumen ini berkisar antara 0,088-0,683.

Jawaban pada instrumen Gaya Manajemen Konflik diatas terdiri dari 2 (dua) buah pilihan, yakni A dan B. Setiap pernyataan mendukung salah satu gaya dari kelima gaya yang ada. Sistem penilaian pada setiap gaya manajemen diskor pada kontinum 0 sampai dengan 12. Berikut adalah sistematikanya.


(29)

Tabel 3.3

Sistem Penilaian Skor Alternatif Jawaban Instrumen

Tinggi 25%

Kolaborasi Kompromi Akomodasi Kompetisi Menghindar

100%

12 12 12 12

12 11 10 11 10

11 10 9 10 9

90%

10 7 9

9 8 8

80% Sedang

50%

70%

9 6

8 7

7 60%

5 6

8

7 6

50%

7 5

40% 4

6 5

4 30% 5 6 Rendah 25%

3 3

20% 5 4

4

2 3

10%

4

3 3

2 2 2 2

1 1 1 1 1

0 0 0 0 0


(30)

F. Proses Pengembangan Instrumen 1. Uji Validitas Instrumen

Asal kata validitas adalah dari kata validity, yang dapat diartikan dengan sejauhmana ketepatan atau kecermatan suatu alat ukur melakukan fungsi ukurnya. Suatu alat ukur dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau benar-benar mengukur aspek yang diukurnya. Sebaliknya, alat ukur yang memiliki nilai validitas rendah dapat diartikan bahwa data yang dihasilkan tidak relevan dengan tujuan pengukuran alat ukur tersebut (Azwar, 2010).

Dalam uji validitas isi, sesuai dengan namanya, yakni merupakan validitas yang diestimasi melalui pengujian terhadap isi atau konten tes dengan analisis rasional. Validitas isi berkaitan dengan kemampuan suatu instrument mengukur isi (konsep) yang harus diukur (Anastasi, 1988). Validitas isi dalam penelitian ini akan dilakukan oleh professional judgement. Inti dari validitas ini adalah untuk menjawab pertanyaan “sejauhmana item -item dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur”, atau juga “sejauhmana isi tes tersebut mencerminkan ciri atribut yang ingin diukur”. Hal tersebut dikarenakan sebuah tes haruslah komprehensif isinya dan juga memuat isi yang relevan dan tidak keluar dari batasan tujuan akhir (Azwar, 2010).

Peneliti meminta bantuan kepada tiga orang ahli dalam bidang psikologi perkembangan dan sosial, yaitu Dr. H. Mamat Supriatna, M.Pd., Dr. Tina Hayati Dahlan, M.Pd., Psi., dan Drs. H. M. Engkos Kosasih, M.Pd. Setelah tahapan di atas dilakukan, hal yang kemudian peneliti lakukan adalah melakukan perbaikan instrumen dan melakukan uji coba terhadap 54 orang sampel penelitian.

Dari kedua instrumen yang telah dianalisis oleh professional atau expert judgment terdapat beberapa perbaikan pada keduanya. Diantaranya adalah pada instrumen sense of humor, instrumen awalnya berjumlah 15 item, akhirnya ditambah jumlahnya menjadi 30 item. Pada instrumen gaya


(31)

mengalami perubahan jumlah item, melainkan hanya dilakukan perubahan secara redaksi kata.

2. Uji Reliabilitas Item

Reliability yang berasal dari kata rely dan ablity, merupakan penerjemahan dari kata reliabilitas. Suatu alat ukur yang reliabel adalah yang memiliki nilai reliabitas yang tinggi. Reliabilitas yang dimaksud adalah sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan untuk tetap digunakan di lain waktu (Azwar, 2010). Reliabilitas juga bisa diartikan sebagai konsistensi dari serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila dilakukan dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama akan diperoleh hasil yang sama (Anastasi, 1988).

Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan pendekatan Alpha Cronbach, dihitung dengan menggunakan bantuan program aplikasi SPSS version 15.0. for Windows Adapun rumus Alpha Cronbach adalah sebagai berikut (Azwar, 2010).

[ ] [ ∑ ] Keterangan:

α = Koefisien reliabilitas Alpha k = Banyaknya belahan tes

Sj2 = Varians belahan j; j = 1, 2, 3, ... Sx2= Varians skor tes

Menurut kriteria Guillford, koefisien reliabilitas Alpha Cronbach terbagi menjadi 5 kategori seperti yang tersaji pada tabel di bawah ini (Sugiyono,


(32)

Tabel 3.4

Kriteria Koefisien Reliabilitas Alpha Cronbach

Kriteria Koefisien Reliabilitas α

Sangat Reliabel > 0,900

Reliabel 0,700 – 0,900

Cukup Reliabel 0,400 – 0,700

Kurang Reliabel 0,200 – 0,400

Tidak Reliabel < 0,200

Selanjutnya, setiap item akan dilihat nilai corrected item-total correlation dengan menggunakan bantuan dari program aplikasi SPSS 15.0. for Windows Dari pengujian tersebut dapat diketahui mana saja item-item yang dapat dipertahankan untuk digunakan dalam instrumen akhir, dan item mana yang seharusnya dibuang karena tidak memenuhi batas minimal, yaitu 0.30. Akan tetapi, beberapa ahli berpendapat bahwa jika item yang memiliki nilai corrected item-total correlation 0.30, maka item tersebut harus diuji kembali, sedangkan yang harus dibuang adalah item dengan minimal nilai corrected item-total correlation sebesar 0.20.

Dengan berdasarkan pada kategorisasi koefisien reliabilitas yang telah disebutkan di atas, dapat diperoleh kesimpulan bahwa kedua instrumen yang ada dapat digunakan sebagai alat pengumpul data. Adapun hasil pengujian kedua instrumen tersebut adalah sebagai berikut.

Tabel 3.5. Nilai Reliabilitas Instrumen Sense of Humor Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

,936 28

Koefisien reliabilitas alpha cronbach pada instrumen sense of humor adalah 0,934. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa instrumen sense of humor


(33)

Berikutnya, instrumen yang diuji adalah gaya manajemen konflik, pada instrumen ini, dilakukan pengujian setiap gaya, dikarenakan akan terdapat error jika diuji secara bersamaan (5 gaya). Sebabnya adalah banyaknya nilai 0 yang nantinya akan memengaruhi nilai koefisien reliabilitasnya. Akan ada beberapa gaya yang cukup reliabel hingga tidak reliabel. Hal ini dikarenakan sampel merupakan populasi yang sama, yakni etnis sunda, sehingga kecenderungan memilih gaya yang sama cukup besar. Berikut adalah hasil pengujiannya.

Tabel 3.6. Nilai Reliabilitas Instrumen Gaya Manajemen Konflik (Menghindar)

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

,441 12

Koefisien reliabilitas alpha cronbach pada instrumen gaya manajemen konflik (menghindar) adalah 0,441. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa instrumen sense of humor ini cukup reliabel.

Tabel 3.7. Nilai Reliabilitas Instrumen Gaya Manajemen Konflik (Kompetisi)

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

,683 12

Koefisien reliabilitas alpha cronbach pada instrumen gaya manajemen konflik (kompetisi) adalah 0,683. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa instrumen sense of humor ini cukup reliabel.


(34)

Tabel 3.8. Nilai Reliabilitas Instrumen Gaya Manajemen Konflik (Akomodasi)

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

,649 12

Koefisien reliabilitas alpha cronbach pada instrumen gaya manajemen konflik (akomodasi) adalah 0,649. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa instrumen sense of humor ini cukup reliabel.

Tabel 3.9. Nilai Reliabilitas Instrumen Gaya Manajemen Konflik (Kompromi)

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

,445 12

Koefisien reliabilitas alpha cronbach pada instrumen gaya manajemen konflik (kompromi) adalah 0,445. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa instrumen sense of humor ini cukup reliabel.

Tabel 3.10. Nilai Reliabilitas Instrumen Gaya Manajemen Konflik (Kolaborasi)

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

,088 12

Koefisien reliabilitas alpha cronbach pada instrumen gaya manajemen konflik (kolaborasi) adalah 0,088. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa instrumen sense of humor ini tidak reliabel, dikarenakan jumlah sampel yang memilih item-item dalam gaya ini sangat sedikit.


(35)

Selanjutnya, setiap item akan dilihat nilai corrected item-total correlation dengan menggunakan bantuan dari program aplikasi SPSS version 15.0. for Windows Dari pengujian tersebut dapat diketahui mana saja item-item yang dapat dipertahankan untuk digunakan dalam instrumen akhir, dan item mana yang seharusnya dibuang karena tidak memenuhi batas minimal, yaitu 0.30. Akan tetapi, beberapa ahli berpendapat bahwa jika item yang memiliki nilai corrected item-total correlation 0.30, maka item tersebut harus diuji kembali, sedangkan yang harus dibuang adalah item dengan minimal nilai corrected item-total correlation sebesar 0.20.

Berdasarkan uji validitas dan reliabilitas yang telah dilakukan, dapat diketahui ada beberapa item yang tidak layak untuk digunakan, sehingga tidak diikutsertakan dalam proses pengambilan dan pengolahan data berikutnya. Terkecuali pada gaya manajemen konflik, beberapa item yang tidak layak tetap dipertahankan dikarenakan akan memengaruhi penilaian terhadap instrumen yang berupa adaptasi.

Tabel 3.11. Tabel Hasil Pengembangan Instrumen Sense of Humor

Dimensi Sub Dimensi No. Item yang

Layak

No. Item yang Tidak Layak

Sense of Humor Humor Production

2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13,

14, 15

1, 4

Attitude Toward Humor

16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27,


(36)

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner adalah suatu bentuk teknik pengumpulan data dengan cara memberikan suatu bentuk tertulis berupa pertanyaan maupun pernyataan yang diajukan kepada responden untuk menjawab atau memberikan tanggapannya (Gulo, 2000). Kuesioner yang dibagikan dilengkapi dengan data diri responden dan juga item-item pernyataan mengenai variabel yang sedang diteliti.

Peneliti menggunakan teknik kuesioner atas berbagai dasar pertimbangan, yaitu dikarenakan subjek yang cukup banyak (beberapa kelas), sehingga untuk mengefisiensikan waktu digunakanlah teknik ini agar data yang dibutuhkan dapat terkumpul secara efektif. Selain itu, pertimbangan peneliti untuk menggunakan kuesioner adalah karena dalam penelitian ini, peneliti ingin mendapatkan suatu gambaran yang empirik berupa angka, data empirik tersebut akan menjadi sumber dalam pengolahan data untuk dianalisis dan ditarik kesimpulan sebagai hasil dari penelitian.

H. Pengolahan dan Analisis Data 1. Verifikasi Data

a. Penyekoran

Penyekoran data dilakukan melalui 5 (lima) tahapan, yakni data coding (pengkodean data), data entering (pemindahan data ke komputer), data cleaning (pembersihan data), data output (penyajian data), dan data analyzing (analisis data). Pengkodean data adalah sebuah proses penyusunan secara sistematis terhadap data mentah (yang berada pada kuesioner) ke dalam bentuk yang dapat dibaca oleh komputer (Prasetyo, 2010). Pengkodean ini berupa perubahan dari huruf-huruf yang ada pada kuesioner menjadi bentuk angka sesuai dengan bobot masing-masing item. Berikut adalah skema dari tahap penyekoran.


(37)

ada kesalahan

tidak ada kesalahan

Gambar 3.3 Skema Penyekoran Data

Selanjutnya yang dilakukan adalah pemindahan data ke komputer yang telah berbentuk angka-angka. Caranya adalah dengan menggunakan coding sheet (lembar kode) atau bentuk lainnya. Program yang digunakan dalam pemindahan data ini adalah Microsoft Excel dan SPSS version 15.0. for Windows (Statistical Package for Social Science). Setelah pemindahan selesai, langkah berikutnya adalah melakukan pembersihan data. Langkah ini memastikan bahwa seluruh data yang telah dimasukkan ke dalam komputer sudah benar dan sesuai dengan yang sebenarnya (Prasetyo, 2010).

Lalu, setelah data yang dimasukkan telah benar, dilakukanlah Data Coding

Data Entering

Data Cleaning

Data Output: 1. Numerik 2. Grafik


(38)

langkah yang terakhir dalam proses pengolahan data adalah analisis data (data analyzing), yaitu suatu proses mengenai bagaimana menginterpretasikan data, kemudian menganalisis data dari hasil yang sudah ada pada tahap pengolahan data (Prasetyo, 2010). Mengenai analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini akan dijelaskan pada poin selanjutnya.

b. Analisis Data 1) Uji Normalitas

Uji normalitas data adalah sebuah pengujian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Normal dalam hal ini adalah ketika distribusi data tersebut berbentuk lonceng (bell shaped). Data yang dikatakan „baik‟ adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal, yaitu yang tidak menceng ke kanan maupun ke kiri (Santoso, 2010).

Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan aplikasi SPSS version 15.0 for windows dengan metode One-Sample Kolmogorov-Smirnov. Sebuah data dapat dikatakan memiliki penyebaran yang normal jika memiliki nilai Assym. Sig. (2-tailed) > 0,05. Berikut adalah hasil perhitungan dari penelitian ini.

Tabel 3.12. Hasil Uji Normalitas Data One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Sense of Humor

Gaya Manajemen Konflik Menghindar

Gaya Manajemen Konflik Kompetisi

N 100 100 100

Normal Parameters(a,b) Mean 117,7000 6,0700 3,8000

Std. Deviation 20,99952 2,27971 2,32683

Most Extreme Differences

Absolute ,070 ,111 ,155

Positive ,070 ,111 ,155

Negative -,066 -,081 -,114


(39)

Gaya Manajemen Konflik Akomodasi Gaya Manajemen Konflik Kompromi Gaya Manajemen Konflik Kolaborasi

100 100 100

5,7300 6,7600 7,6400

2,30877 2,00061 1,67284

,153 ,122 ,149

,153 ,118 ,149

-,096 -,122 -,132

1,535 1,223 1,490

,018 ,100 ,024

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.

Tabel di atas menggambarkan tentang nilai signifikansi (Asymp. Sig.) dari variabel sense of humor, gaya manajemen konflik yang terdiri dari gaya menghindar, gaya kompetisi, gaya akomodasi, gaya kompromi, dan gaya kolaborasi. Masing-masing dari seluruh variabel memiliki nilai signifikansi 0.712, 0.173, 0.017, 0.018, 0.100, dan 0.024. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa terdapat 3 gaya yang kurang berdistribusi normal, yaitu gaya kompetisi, gaya akomodasi, dan gaya kolaborasi. Hal tersebut dikarenakan adanya kecenderungan untuk memilih pilihan yang sama. Selanjutnya, untuk sense of humor, gaya menghindar, dan juga gaya kompromi dapat disimpulkan berdistribusi normal, dikarenakan lebih besar dari 0.05.

2) Uji Linearitas

Linearitas adalah sebuah keadaan dimana hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen bersifat linier atau garis lurus dalam range independen tertentu. Misalnya jika suatu variabel tertentu berada pada tingkat yang tinggi, maka variabel lainnya akan semakin tinggi atau rendah. Hubungan yang linier menggambarkan bahwa perubahan pada satu variabel akan cenderung diikuti oleh perubahan variabel lainnya dengan membentuk garis


(40)

variabel, baik penurunan maupun kenaikan yang terjadi pada kedua variabel tersebut (Santoso, 2010).

Uji linearitas pada penelitian ini SPSS version 15.0 for windows. Sepasang data dapat dikatakan memiliki hubungan yang linier apabila memiliki nilai Sig. Linearity < 0,05. Berikut adalah hasil perhitungan dari penelitian ini.

Tabel 3.13. Hasil Uji Linearitas antara Sense of Humor dengan Gaya Manajemen Konflik Menghindar

ANOVA Table

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Sense_of_Humor * Gaya_Manajemen_ Konflik_Menghindar

Between Groups (Combined)

6041,684 10 604,168 1,429 ,180

Linearity 80,015 1 80,015 ,189 ,665

Deviation

from Linearity

5961,669 9 662,408 1,567 ,137

Within Groups 37615,316 89 422,644

Total 43657,000 99

Hasil perhitungan pada tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai Sig. Linearity sebesar 0,137. Angka ini lebih besar dari 0,05 sehingga disimpulkan bahwa hubungan antara sense of humor dengan gaya menghindar tidak linier.

Tabel 3.14. Hasil Uji Linearitas antara Sense of Humor dengan Gaya Manajemen Konflik Kompetisi

ANOVA Table

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Sense_of_Humor * Gaya_Manajemen_ Konflik_Kompetisi

Between Groups (Combined)

5537,180 10 553,718 1,293 ,247

Linearity 701,062 1 701,062 1,637 ,204

Deviation

from Linearity

4836,118 9 537,346 1,255 ,273

Within Groups 38119,820 89 428,313


(41)

Hasil perhitungan pada tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai Sig. Linearity sebesar 0,273. Angka ini lebih besar dari 0,05 sehingga disimpulkan bahwa hubungan antara sense of humor dengan gaya kompetisi tidak linier.

Tabel 3.15. Hasil Uji Linearitas antara Sense of Humor dengan Gaya Manajemen Konflik Akomodasi

ANOVA Table

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Sense_of_Humor * Gaya_Manajemen_ Konflik_Akomodasi

Between Groups (Combined)

2874,334 10 287,433 ,627 ,787

Linearity 132,975 1 132,975 ,290 ,591

Deviation

from Linearity

2741,360 9 304,596 ,665 ,738

Within Groups 40782,666 89 458,232

Total 43657,000 99

Hasil perhitungan pada tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai Sig. Linearity sebesar 0,738. Angka ini lebih besar dari 0,05 sehingga disimpulkan bahwa hubungan antara sense of humor dengan gaya akomodasi tidak linier.

Tabel 3.16. Hasil Uji Linearitas antara Sense of Humor dengan Gaya Manajemen Konflik Kompromi

ANOVA Table

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Sense_of_Humor * Gaya_Manajemen_ Konflik_Kompromi

Between Groups (Combined)

7693,782 9 854,865 2,139 ,034

Linearity 17,302 1 17,302 ,043 ,836

Deviation

from Linearity

7676,480 8 959,560 2,401 ,021

Within Groups 35963,218 90 399,591


(42)

Hasil perhitungan pada tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai Sig. Linearity sebesar 0,021. Angka ini lebih kecil dari 0,05 sehingga disimpulkan bahwa hubungan antara sense of humor dengan gaya kompromi linier.

Tabel 3.17. Hasil Uji Linearitas antara Sense of Humor dengan Gaya Manajemen Konflik Kolaborasi

ANOVA Table

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Sense_of_Humor * Gaya_Manajemen_ Konflik_Kolaborasi

Between Groups (Combined)

3083,120 7 440,446 ,999 ,437

Linearity 2072,844 1 2072,844 4,700 ,033

Deviation

from Linearity

1010,275 6 168,379 ,382 ,889

Within Groups 40573,880 92 441,020

Total 43657,000 99

Hasil perhitungan pada tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai Sig. Linearity sebesar 0,889. Angka ini lebih besar dari 0,05 sehingga disimpulkan bahwa hubungan antara sense of humor dengan gaya kolaborasi tidak linier.

3) Uji Korelasi

Korelasi adalah hubungan antara variabel satu dengan lainnya yang digunakan pada suatu penelitian, sehingga dengan kata lain bahwa uji korelasi merupakan sebuah metode yang digunakan untuk menguji apakah satu variabel memiliki hubungan dengan variabel lain dalam suatu penelitian (Santoso, 2009).

Teknik yang digunakan dalam uji korelasi ini adalah rumus teknik korelasi Pearson’s Product Moment, dengan tujuan agar dapat dilihat korelasi item total kuesioner, yaitu konsistensi antara skor item dengan skor secara keseluruhan, yang dapat dilihat dari besarnya


(43)

perhitungan ini, peneliti menggunakan program aplikasi SPSS version 15.0. for Windows. Adapun rumus dari Pearson’s Product Moment adalah sebagai berikut (Azwar, 2010).

∑ ∑ ∑

√[∑ ∑ ] [∑ ] Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi variabel x dengan variabel y

xy = Jumlah hasil perkalian antara variabel x dan variabel y x = Skor item

y = Skor item

n = Jumlah subjek penelitian

Selanjutnya, perhitungan validitas dilakukan per-dimensi untuk mengukur angka validitasnya. Metode yang digunakan untuk mengukur kelayakan suatu faktor untuk dianalsis adalah Kaiser Meyer Olkin (KMO) Measure of Sampling Adequancy (MSA), Bartlett’s Test of Sphericity, dan Anti Image Correlation.

KMO-MSA adalah indeks yang digunakan untuk menguji ketepatan dan kelayakan sampel yang digunakan pada analisis faktor. Sebaliknya nilai KMO-MSA berada diantara 0.50-1.0 menunjukkan bahwa sampel yang digunakan dalam penelitian memadai dan proses analisis faktor dapat dilanjutkan. Jika persyaratan tersebut tidak terpenuhi, maka item yang diujikan belum dapat dilakukan analisis lebih mendalam.

Barlett’s test of sphericity merupakan uji statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis nol (Ho), yang diartikan variabel-variabel penelitian tidak berkorelasi di dalam populasi. Apabila nilai Barlett’s Test of Sphericity besar dan diikuti dengan signifikan < 0,05, maka Ho


(44)

multikolinearitas), sehingga secara keseluruhan model yang dibentuk layak untuk digunakan dan dianalisis.

Anti Image Correlation merupakan metode untuk mengukur kelayakan sampel per variabel. Merupakan korelasi parsial antara variabel penelitian yang digunakan untuk mengukur kelayakan sampel setiap variabel penelitian. Kecukupan sampel setiap variabel penelitian digunakan dengan nilai korelasi ≥ 0.50. Apabila nilai korelasi <0.50 maka variabel tersebut harus dieliminasi dan diadakan pengujian ulang dengan item yang telah terbuang (Santoso, 2010).

4) Uji Signifikansi

Uji signifikansi juga dilakukan dalam penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui apakah hubungan yang nantinya ditemukan berlaku untuk keseluruhan populasi atau tidak. Pada penelitian ini, uji signifikansi dilakukan dengan menggunakan bantuan aplikasi SPSS version 15.0 for windows, yang didasarkan pada besarnya angka Sig. yang dikonsultasikan dengan tingkat kesalahan, yakni α = 0,05. Apabila nilai Sig. < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa koefisien korelasi tersebut signifikan, sehingga hasilnya dapat berlaku pada populasi tempat dimana sampel diambil. Demikian juga dengan sebaliknya jika nilai Sig. > 0,05 dapat disimpulkan bahwa koefisien korelasi tidak signifikan, yang artinya bahwa terdapat adanya suatu kesamaan dalam suatu populasi yang mengakibatkan data tidak bervariasi (Santoso, 2010).


(45)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

1. Secara gambaran umum, sebagian besar remaja pertengahan etnis Sunda yang tergabung dalam kelas X dan XI di SMA Negeri 4 Bandung memiliki sense of humor yang sedang. Remaja pertengahan etnis Sunda dengan sense of humor yang sedang dapat diartikan memiliki kemampuan dalam menangkap dan juga mengekspresikan sesuatu hal yang mereka temui sebagai hal yang lucu, akan tetapi terkadang juga mereka tidak mampu menangkap dan mengekspresikan sesuatu yang lucu dalam hal tersebut.

2. Remaja pertengahan etnis Sunda yang tergabung dalam kelas X dan XI di SMA Negeri 4 Bandung memiliki kecenderungan gaya manajemen konflik kolaborasi. Oleh karena itu, para remaja pertengahan etnis Sunda yang memiliki gaya manajemen konflik kolaborasi ini dapat diartikan mempunyai kemampuan untuk menciptakan solusi integratif, merasa bahwa tujuan kedua belah pihak terlalu penting untuk dikompromikan, tujuan pihak yang terlibat konflik untuk mempelajari lebih jauh pandangan dari lawan konfliknya, dan kedua belah pihak sama-sama tidak merasa cukup memiliki kekuasaan dan sumber-sumber untuk memaksakan kehendak demi tercapainya tujuan.

3. Secara keseluruhan tidak terdapat hubungan antara rasa humor dengan gaya manajemen konflik, berikut adalah penjelasan lebih lanjut:

a. Tidak terdapat hubungan antara sense of humor dengan gaya manajemen konflik menghindar pada remaja pertengahan etnis Sunda di SMA Negeri 4 Bandung. Dapat diketahui bahwa peran dari sense of humor tidak berpengaruh pada gaya manajemen konflik menghindar, hal ini


(46)

Sunda yang mengedepankan eksplorasi tinggi dan pengambilan resiko terhadap apa yang mereka pilih.

b. Tidak terdapat hubungan antara sense of humor dengan gaya manajemen konflik kompetisi pada remaja pertengahan etnis Sunda di SMA Negeri 4 Bandung. Tidak adanya hubungan ini dapat disebabkan oleh faktor budaya yang cukup kental, yakni remaja pertengahan etnis Sunda yang mana secara garis besar menyukai humor dan berperangai halus, dan orang etnis Sunda tidak menyukai adanya konflik antara satu orang dengan lainnya.

c. Tidak ada hubungan antara sense of humor dengan gaya manajemen akomodasi pada remaja pertengahan etnis Sunda di SMA Negeri 4 Bandung. Tidak adanya hubungan ini dikarenakan gaya manajemen akomodasi tidak sesuai dengan karakteristik remaja pertengahan etnis Sunda yang memiliki kecenderungan untuk menunjukkan eksistensinya dalam berbagai hal, seperti pendapat, sikap, dan juga tindakan yang akan ia pilih.

d. Tidak ada hubungan antara sense of humor dengan gaya manajemen kompromi pada remaja pertengahan etnis Sunda di SMA Negeri 4 Bandung. Tidak adanya hubungan ini disebabkan oleh remaja pertengahan etnis Sunda yang memiliki karakteristik untuk menyelesaikan permasalahan dengan lawan konflik secara tidak berkepanjangan. Sedangkan pada gaya manajemen konflik kompromi, solusi yang didapat oleh kedua belah pihak merupakan solusi yang bersifat sementara. Karena bagi remaja laki-laki maupun perempuan, jika mereka tidak bisa menyelesaikan konflik yang ada dengan cepat dan tidak berkepanjangan, maka akan menjadi beban tersendiri, sedangkan teman sebaya yang mungkin menjadi lawan konflik adalah teman yang dapat berguna dalam perkembangan moral secara sosial.

e. Terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara sense of humor dengan gaya manajemen konflik kolaborasi pada remaja pertengahan


(47)

bahwa terdapat banyak kesamaan antara karakteristik gaya manajemen konflik kolaborasi dengan karakter dan juga budaya yang dimiliki oleh para remaja pertengahan etnis Sunda. Sebagian besar remaja pertengahan etnis Sunda yang memiliki sense of humor sedang mendekati tinggi menggunakan gaya manajemen konflik kolaborasi ketika dihadapkan pada sebuah konflik.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, maka terdapat beberapa saran atau rekomendasi yang diberikan oleh peneliti, yaitu sebagai berikut.

1. Bagi Remaja Pertengahan Etnis Sunda

Sebagian besar remaja pertengahan etnis Sunda memiliki tingkat rasa humor yang sedang. Diharapkan secara keseluruhan para remaja dapat terampil dalam mengelola konflik dengan menggunakan gaya manajemen yang positif, seperti banyak melakukan kegiatan diskusi santai, aktif dalam berorganisasi, dan secara seimbang berkumpul bersama keluarga serta teman sebaya, sehingga dapat mengembangkan kepribadian ke arah yang lebih baik.

2. Bagi Sekolah/Penyelenggara Pendidikan

Bagi pihak sekolah maupun instansi penyelenggara pendidikan diharapkan untuk menambahkan suatu pelatihan atau pendampingan yang dapat berguna bagi para siswanya dalam melatih keterampilan manajemen konflik. Terlebih bagi etnis Sunda yang pada dasarnya memiliki sense of humor sedang yang dapat bermanfaat sebagai keterampilan dalam mengelola konflik.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Pada bagian alat ukur instrumen gaya manajemen konflik perlu untuk ditinjau lebih mendalam dan dilakukan pemeriksaan kembali. Jika terdapat hasil reliabilitas yang kecil, maka sesegera mungkin untuk dilakukan revisi redaksi. Penilitian ini dapat juga dikembangkan dengan menambahkan variabel independen lain untuk mengkaji gaya manajemen konflik pada sample remaja


(48)

yang lebih luas, dan juga dapat dikaitkan dengan etnis lainnya yang terdapat di Indonesia.


(49)

DAFTAR PUSTAKA

Alsa, Asmadi. (2007). Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.

Anastasi, Anne. (1988). Psychological Testing (Sixth Edition). Canada: Macmillan Publishing Company.

Apte, M.L. (2002). Humor and Laugher: An Anthropological Approach (4th Edition). London: Cornell University Press.

Azwar, Saifudin. (2010). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.

Berg, Debra Vande & Steve Van Brockern. (1995). “Building Resilience through

Humor”. Journal of Emotional and Behavioral Problems, 4, 26-29.

Branje, Susan. S.T., et al. (2009). “Parent-adolescent Conflicts, Conflict

Resolution Types, and Adolescent Adjustment”. Journal of Applied

Developmental Psychology, 30, 195-204.

Chapman, Anthony J. & Hugh C. Foot. (1996). Humor and Laughter: theory, research, and applications. New York: John Wiley & Sons, Ltd.

Chapman, Anthony J. & Hugh C. Foot. (2007). Humor and Laughter. New Brunswick: Transaction Publishers.

Danim, Sudarwan. (2002). Riset Keperawatan: Sejarah dan Metodologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Deutsch, Morton, et.al. (2006). The Handbook of Conflict Resolution: Theory and Practice. San Francisco: Jossey-Bass A Wiley Imprint.

Ekajati, Suhardi Edi. (1984). Masyarakat Sunda dan Kebudayaannya. Jakarta: Grimukti Pusaka.

Gerungan, W.A. (2004). Psikologi Sosial. Bandung: PT Refika Aditama. Gulo, W. (2000). Metodologi Penelitian. Jakarta: Penerbit Grasindo.


(50)

Gunarsa, Singgih. (2008). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Penerbit BPK Gunung Mulia.

Hall, Calvin S. & Gardner Lindzey. (1985). Introduction to Theories of Personality. Canada: John Wiley & Sons, Inc.

Hill, Napoleon. (1996). Kaya Nasihat Bijaksana dalam Setahun. Jakarta: Binarupa Aksara.

Hurlock, B. Elizabeth. (2009). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Hofsteede, Wilhelmus M. F. (1992). Proses Pengambilan Keputusan di Empat Desa Jawa Barat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Ihsan, Helli. (2009). Metode Skala Psikologi. Bandung: Tidak diterbitkan.

Kartono, Kartini. (2008). Patologi Sosial II: Kenakalan Remaja. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Komaryatun & Hanna Djumhana Bastaman. (2008). “Hubungan antara Rasa Humor dengan Kreativitas Verbal pada Mahasiswa Fakultas Psikologi UI

Angkatan 2003”. Gifted Review: Jurnal Keterbakatan & Kreativitas. 02,

46-48.

Latipun. (2010). Psikologi Eksperimen (Edisi 2). Malang: UMM Press.

Lerner, Richard M. & Laurence Steinberg. (2009). Handbook of Adolescence Psychology: Third Edition. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.

Lestari, Sri. (2012). Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam Keluarga. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Leung. (2004). “The Destructive Potential of Humor in Psychothreapy”. American

Journal of Psychotherapy. 4. 127-131.

Losyk, Bob. (2005). Kendalikan Stres Anda! Cara Mengatasi Stres dan Sukses di Tempat Kerja. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Martin, Anthony Dio. (2010). UP Your Life. Depok: Penerbit Raih Asa Sukses (Penebar Swadaya Grup).


(51)

Martin, R.A. & H.M. Lefcourt. (1983). “Sense of Humor as a Moderator of the Relation between Stressor and Moods”. Journal of Personality and Social Psychology. 45. 121-129.

Mulyana. (2006). “Spiritualisme Jawa: Meraba Dimensi dan Pergulatan

Religiusitas Orang Jawa”. Jurnal Kebudayaan Jawa. 1, 126.

Munandar, S.C.U. (1996). “Humor: Makna Penelitian dan Penyembuhan”. Suatu Tinjauan Psikologis. Makalah Seminar Humor Nasional. Semarang.

National Safety Council. (1999). Stress Management (Terjemahan). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Neinstein, Lawrence S. et.al., (2008). Adolescence Health Care: A Practical Guide. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Novandi, Nikko. (2012). ”Hubungan antara Rasa Humor dengan Perilaku Seksual

pada Remaja”. E-Journal Psikologi Gunadarma, 4 & 20-21.

Paksi, Yopi Jalu. (2010). 101 Tips Kilat Berpikir Positif dan Berjiwa Besar. Jakarta: PT. Buku Kita.

Pickering, Peg. (2006). How to Manage Conflict: Kiat Menangani Konflik. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama.

Plant, Martin Andrew & Moira Plant. (1992). Risk-Takers: Alcohol, Drugs, Sex, and Youth. New York: Routledge.

Prasetyo, Bambang. (2010). Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rajawali Pres.

Robin, Arthur L. & Sharon L. Foster. (2003). Negotiating Parent-Adolescence Conflict: A Behavioral Family Systems Approach. New York: The Guilford Press.

Romero, Eric J. & Kevin W. Cruthirds. (2006). “The Use Humor in The

Workplace”. Journal of Academy of Management, 20, 58-69.

Rosidi, Ajip. (2008). Seuri Leutik: Kumpulan Lulucon. Bandung: PT Kiblat Buku Utama.


(52)

Santoso, Singgih. (2010). Statistik Multivariat. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Santoso, Singgih. (2009). Panduan Lengkap Menguasai Statistik dengan SPSS 17. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Santrock, W. John. (2007). Life-span Development (jilid II). Jakarta: Penerbit Erlangga.

Santrock, John W. (2003). Adolescence: Edisi Keenam. Jakarta: Penerbit Erlangga. Sarwono, Sarlito Wirawan. (2008). Psikologi Remaja. Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada.

Sears, O. David, et.al. (2012). Psikologi Sosial edisi kedua belas. Jakarta: Penerbit Kencana Prenada Media Group.

Smith, Wanda J., et.al. (2000). “Resolving Conflict with Humor in a Diversity

Context”. Journal of Managerial Psychology, Vol. 15 lss: 6, pp.606-625.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sunaryo. (2002). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Susanto, Budi. (2003). Identitas dan Postkolonialitas di Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Thorson, J.A., & Powell F. (1997). “Relationship of Death Anxiety and Sense of

Humor”. Psychological reports.

Tim Psikologi Online. (2009). Sense of Humor [Online]. Tersedia: http://psikologi-online.com/sense-of-humor (25 Desember 2011).

Wade, Carole & Carol Tavris. (2008). Psikologi (Jilid 1). Jakarta: Penerbit Erlangga.

Wangsa, Teguh G.H.W. (2010). Menghadapi Stres dan Depresi. Yogyakarta: Oryza.


(1)

yang lebih luas, dan juga dapat dikaitkan dengan etnis lainnya yang terdapat di Indonesia.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Alsa, Asmadi. (2007). Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.

Anastasi, Anne. (1988). Psychological Testing (Sixth Edition). Canada: Macmillan Publishing Company.

Apte, M.L. (2002). Humor and Laugher: An Anthropological Approach (4th

Edition). London: Cornell University Press.

Azwar, Saifudin. (2010). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.

Berg, Debra Vande & Steve Van Brockern. (1995). “Building Resilience through Humor”. Journal of Emotional and Behavioral Problems, 4, 26-29.

Branje, Susan. S.T., et al. (2009). “Parent-adolescent Conflicts, Conflict

Resolution Types, and Adolescent Adjustment”. Journal of Applied Developmental Psychology, 30, 195-204.

Chapman, Anthony J. & Hugh C. Foot. (1996). Humor and Laughter: theory,

research, and applications. New York: John Wiley & Sons, Ltd.

Chapman, Anthony J. & Hugh C. Foot. (2007). Humor and Laughter. New Brunswick: Transaction Publishers.

Danim, Sudarwan. (2002). Riset Keperawatan: Sejarah dan Metodologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Deutsch, Morton, et.al. (2006). The Handbook of Conflict Resolution: Theory and

Practice. San Francisco: Jossey-Bass A Wiley Imprint.

Ekajati, Suhardi Edi. (1984). Masyarakat Sunda dan Kebudayaannya. Jakarta: Grimukti Pusaka.

Gerungan, W.A. (2004). Psikologi Sosial. Bandung: PT Refika Aditama. Gulo, W. (2000). Metodologi Penelitian. Jakarta: Penerbit Grasindo.


(3)

Gunarsa, Singgih. (2008). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Penerbit BPK Gunung Mulia.

Hall, Calvin S. & Gardner Lindzey. (1985). Introduction to Theories of

Personality. Canada: John Wiley & Sons, Inc.

Hill, Napoleon. (1996). Kaya Nasihat Bijaksana dalam Setahun. Jakarta: Binarupa Aksara.

Hurlock, B. Elizabeth. (2009). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Hofsteede, Wilhelmus M. F. (1992). Proses Pengambilan Keputusan di Empat

Desa Jawa Barat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Ihsan, Helli. (2009). Metode Skala Psikologi. Bandung: Tidak diterbitkan.

Kartono, Kartini. (2008). Patologi Sosial II: Kenakalan Remaja. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Komaryatun & Hanna Djumhana Bastaman. (2008). “Hubungan antara Rasa

Humor dengan Kreativitas Verbal pada Mahasiswa Fakultas Psikologi UI

Angkatan 2003”. Gifted Review: Jurnal Keterbakatan & Kreativitas. 02,

46-48.

Latipun. (2010). Psikologi Eksperimen (Edisi 2). Malang: UMM Press.

Lerner, Richard M. & Laurence Steinberg. (2009). Handbook of Adolescence

Psychology: Third Edition. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.

Lestari, Sri. (2012). Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan

Konflik dalam Keluarga. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Leung. (2004). “The Destructive Potential of Humor in Psychothreapy”. American Journal of Psychotherapy. 4. 127-131.

Losyk, Bob. (2005). Kendalikan Stres Anda! Cara Mengatasi Stres dan Sukses di

Tempat Kerja. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Martin, Anthony Dio. (2010). UP Your Life. Depok: Penerbit Raih Asa Sukses (Penebar Swadaya Grup).


(4)

Martin, R.A. & H.M. Lefcourt. (1983). “Sense of Humor as a Moderator of the

Relation between Stressor and Moods”. Journal of Personality and Social Psychology. 45. 121-129.

Mulyana. (2006). “Spiritualisme Jawa: Meraba Dimensi dan Pergulatan Religiusitas Orang Jawa”. Jurnal Kebudayaan Jawa. 1, 126.

Munandar, S.C.U. (1996). “Humor: Makna Penelitian dan Penyembuhan”. Suatu

Tinjauan Psikologis. Makalah Seminar Humor Nasional. Semarang.

National Safety Council. (1999). Stress Management (Terjemahan). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Neinstein, Lawrence S. et.al., (2008). Adolescence Health Care: A Practical

Guide. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Novandi, Nikko. (2012). ”Hubungan antara Rasa Humor dengan Perilaku Seksual pada Remaja”. E-Journal Psikologi Gunadarma, 4 & 20-21.

Paksi, Yopi Jalu. (2010). 101 Tips Kilat Berpikir Positif dan Berjiwa Besar. Jakarta: PT. Buku Kita.

Pickering, Peg. (2006). How to Manage Conflict: Kiat Menangani Konflik. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama.

Plant, Martin Andrew & Moira Plant. (1992). Risk-Takers: Alcohol, Drugs, Sex,

and Youth. New York: Routledge.

Prasetyo, Bambang. (2010). Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rajawali Pres.

Robin, Arthur L. & Sharon L. Foster. (2003). Negotiating Parent-Adolescence

Conflict: A Behavioral Family Systems Approach. New York: The Guilford

Press.

Romero, Eric J. & Kevin W. Cruthirds. (2006). “The Use Humor in The Workplace”. Journal of Academy of Management, 20, 58-69.

Rosidi, Ajip. (2008). Seuri Leutik: Kumpulan Lulucon. Bandung: PT Kiblat Buku Utama.

Ross, A. (1998). The Language of Humor. New York & London: John Hopkins University Press.


(5)

Santoso, Singgih. (2010). Statistik Multivariat. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Santoso, Singgih. (2009). Panduan Lengkap Menguasai Statistik dengan SPSS 17. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Santrock, W. John. (2007). Life-span Development (jilid II). Jakarta: Penerbit Erlangga.

Santrock, John W. (2003). Adolescence: Edisi Keenam. Jakarta: Penerbit Erlangga. Sarwono, Sarlito Wirawan. (2008). Psikologi Remaja. Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada.

Sears, O. David, et.al. (2012). Psikologi Sosial edisi kedua belas. Jakarta: Penerbit Kencana Prenada Media Group.

Smith, Wanda J., et.al. (2000). “Resolving Conflict with Humor in a Diversity Context”. Journal of Managerial Psychology, Vol. 15 lss: 6, pp.606-625.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sunaryo. (2002). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Susanto, Budi. (2003). Identitas dan Postkolonialitas di Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Thorson, J.A., & Powell F. (1997). “Relationship of Death Anxiety and Sense of Humor”. Psychological reports.

Tim Psikologi Online. (2009). Sense of Humor [Online]. Tersedia: http://psikologi-online.com/sense-of-humor (25 Desember 2011).

Wade, Carole & Carol Tavris. (2008). Psikologi (Jilid 1). Jakarta: Penerbit Erlangga.

Wangsa, Teguh G.H.W. (2010). Menghadapi Stres dan Depresi. Yogyakarta: Oryza.


(6)

Warnaen, Suwarsih. (1987). “Pandangan Hidup Orang Sunda Seperti Tercermin dalam Tradisi Lisan dan Sastra Sunda”. Penelitian Tahap II, Konsistensi dan Dinamika, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Bagian Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Sunda.

Wikipedia. (2013). Suku Sunda [Online]. Tersedia:

http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Sunda (25 Pebruari 2013).

Wirawan. (2010). Konflik dan Manajemen Konflik: Teori, Aplikasi, dan

Penelitian. Jakarta: Salemba Humanika.

Wong, Donna L. et al. (2002). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong, Ed. 6,

Vol. 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Yusuf, Syamsu. (2009). Mental Hygiene: Terapi Psikospiritual untuk Hidup Sehat


Dokumen yang terkait

Pengukuran Sefalik Indeks Etnis Batak dan Cina pada Siswa-Siswi Kelas X dan Kelas XI SMA Swasta Santo Thomas 1 Medan Tahun Pelajaran 2010-2011

0 31 46

HUBUNGAN ANTARA POLA KELEKATAN DENGAN KECERDASAN EMOSI PADA REMAJA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 KARANGANYAR

3 50 179

HUBUNGAN ANTARA RASA HUMOR DENGAN STRES KERJA Hubungan antara Rasa Humor dengan Stress Kerja pada Wanita Pekerja.

0 2 17

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA MENGENAI PEMANFAATAN INTERNET SEHAT DENGAN PERILAKU SISWA DALAM MENGGUNAKAN INTERNET : Studi Deskriptif Korelasional pada Siswa Kelas XI di SMA Negeri 2 Bandung.

1 4 52

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PADA REMAJA : Studi Korelasional Pada Siswa Kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Bandung.

0 2 45

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DENGAN EFIKASI DIRI PADA REMAJA DALAM PEMILIHAN JURUSAN : Studi Korelasional pada Siswa Kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Bandung.

3 9 47

HUBUNGAN ANTARA PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA: Studi Deskriptif Korelasional pada Siswa Kelas X di SMA Negeri 5 Bandung.

0 3 54

Hubungan Antara Gaya Pengasuhan Orangtua dan Asertivitas Pada Remaja di SMA "X" Bandung.

0 0 36

HUBUNGAN ANTARA RASA HUMOR DENGAN KREATIVITAS BELAJAR PADA SISWA KELAS X SMK NEGERI 36 DI JAKARTA UTARA - Repository Fakultas Ekonomi UNJ

0 0 9

BAB I PENDAHULUAN - HUBUNGAN ANTARA RASA HUMOR DENGAN KREATIVITAS BELAJAR PADA SISWA KELAS X SMK NEGERI 36 DI JAKARTA UTARA - Repository Fakultas Ekonomi UNJ

0 0 8