STUDI DESKRIPTIF TERHADAP ORIENTASI BELAJAR ORANG DEWASA PADA PESERTA PELATIHAN TEKNIS PENGOLAHAN BAGI NON APARATUR DI BBPP LEMBANG.

(1)

STUDI DESKRIPTIF TERHADAP ORIENTASI BELAJAR ORANG DEWASA PADA PESERTA PELATIHAN TEKNIS PENGOLAHAN BAGI

NON APARATUR DI BBPP LEMBANG

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan Luar Sekolah

Oleh

Jesika Kumala Sari 1002002

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2014


(2)

Studi Deskriptif Terhadap Orientasi

Belajar Orang Dewasa Pada Peserta

Pelatihan Teknis Pengolahan Bagi Non

Aparatur

Oleh

Jesika Kumala Sari

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Jesika Kumala Sari 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

LEMBAR PENGESAHAN JESIKA KUMALA SARI

STUDI DESKRIPTIF TERHADAP ORIENTASI BELAJAR ORANG DEWASA PADA PESERTA PELATIHAN TEKNIS PENGOLAHAN BAGI

NON APARATUR DI BBPP LEMBANG

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Dr. Jajat S. Ardiwinata, M.Pd. NIP. 19590826 198603 1 003

Pembimbing II

Dr. Yanti Shantini, M.Pd. NIP. 19730128 20050 1 2001

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah

Dr. Jajat S. Ardiwinata, M.Pd. NIP. 19590826 198603 1 003


(4)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

UCAPAN TERIMAKASIH ... v

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Rumusan Masalah ... 9

D. Tujuan Penelitian ... 9

E. Manfaat Penelitian ... 9

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Pendidikan Luar Sekolah ... 11

1. Definisi Pendidikan Luar Sekolah ... 11

2. Komponen, Proses dan Tujuan Pendidikan Luar Sekolah ... 12

3. Pelatihan dalam Pendidikan Luar Sekolah ... 15

B. Konsep Pelatihan ... 16

1. Definisi Pelatihan atau Training ... 16

2. Pendekatan Pelatihan ... 17

3. Melaksanakan Proses Pelatihan ... 18


(5)

Jesika Kumala Sari, 2014

C. Konsep Pendidikan Orang Dewasa ... 23

1. Pengertian Pendidikan Orang Dewasa... 23

2. Menilai kebutuhan dan minat ... 23

D. Konsep Orientasi Belajar ... 24

1. Pengertian Orientasi Belajar ... 24

2. Asumsi Mengenai Belajar Mengajar ... 27

3. Asumsi dan Implikasinya ... 28

4. Kecerdasan Emosional ... 34

BABIII METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 36

1. Lokasi Penelitian ... 36

2. Subjek Penelitian ... 36

B. Desain Penelitian ... 36

1. Tahap Pra-Lapangan ... 36

2. Tahap Pekerjaan Lapangan ... 37

3. Tahap Analisis Data... 37

4. Tahap Penulisan Laporan ... 37

C. Metode Penelitian ... 37

D. Definisi Operasional ... 38

E. Instrumen Penelitian ... 39

F. Teknik Pengumpulan Data ... 40

1. Observasi ... 40

2. Wawancara ... 40

3. Studi dokumentasi ... 41

4. Triangulasi ... 41

G. Analisis Data ... 42

1. Pengumpulan data ... 43

2. Reduksi data ... 43


(6)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 45

1. Latar Belakang Sejarah BBPP Lembang ... 45

2. Visi, misi dan Motto Lembaga ... 46

3. Keadaaan fasilitas personal dan kelengkapan lingkungan kerja di lembaga ... 47

4. Personalia ... 48

5. Identitas Informan Penelitian ... 49

B. Hasil Penelitian ... 49

1. Potensi Diri dan Kebutuhan Peserta Pelatihan ... 49

a. Kesadaran diri ... 49

b. Pengaturan diri ... 50

c. Motivasi ... 51

d. Empati ... 52

e. Keterampilan sosial ... 53

f. Meningkatkan kesejahteraan ... 54

g. Meningkatkan produktivitas kerja ... 55

2. Implementasi Peserta Pelatihan ... 55

a. Reaksi ... 55

b. Belajar ... 55

c. Behavior ... 56

d. Hasil ... 57

3. Rumusan Orientasi Belajar Bagi Peserta Pelatihan ... 58

a. Orientasi pengetahuan ... 58

b. Orientasi tujuan pribadi ... 58

c. Orientasi tujuan masyarakat ... 59

d. Orientasi keinginan untuk bersosialisasi ... 61


(7)

Jesika Kumala Sari, 2014

4. Tindak Lanjut Kegiatan Pelatihan ... 62

a. Jenis kegiatan ... 62

b. Langkah-langkah kegiatan ... 63

c. Pihak terkait ... 64

d. Waktu tindak lanjut ... 64

e. Tempat tindak lanjut ... 64

C. PEMBAHASAN ... 64

1. Potensi Diri dan Kebutuhan Peserta Pelatihan ... 64

2. Implementasi Peserta Pelatihan ... 71

3. Rumusan Orientasi Belajar Bagi Peserta Pelatihan ... 74

4. Tindak Lanjut Kegiatan Pelatihan ... 81

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 84

B. Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

ABSTRAK

Penelitian ini dilatar belakangi oleh ketertarikan penulis akan pembelajaran orang dewasa pada pelatihan teknis pengolahan bagi non aparatur yang dilaksanakan di BBPP Lembang. Menjadi pendekatan dalam pembelajaran pada pelatihan ini mendorong peneliti untuk mengkaji lebih lanjut tentang orientasi belajar dari peserta. Orientasi belajar itu sendiri merupakan arah tindakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai potensi kehidupan dan kebutuhan untuk bisa menghadapi permasalahan yang dialami. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh gambaran tentang: 1) potensi diri dan kebutuhan yang dihadapi peserta pelatihan, 2) implementasi hasil pelatihan oleh peserta pelatihan, 3) upaya merumuskan orientasi belajar peserta pelatihan 4) tindak lanjut pelatihan.

Tinjauan konseptual teoritik penelitian ini mencakup konsep pendidikan luar sekolah, konsep pelatihan, konsep pendidikan orang dewasa, dan konsep orientasi belajar.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dan menggunakan pendekatan kualitatif dengan subyek penelitian widyaiswara dan peserta pelatihan. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, studi dokumentasi, dan triangulasi data di BBPP Lembang.

Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut : (1) peserta pelatihan sudah memahami akan potensi diri mereka. Tetapi, dari kelima indikator yang diteliti, hasil yang paling dominan yaitu indikator motivasi, empati dan keterampilan sosial. Sedangkan dari aspek kebutuhan yang dihadapi, peserta sudah mengerti akan kebutuhan pengetahuan dan keterampilan untuk meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas kerja peserta. (2) peserta pelatihan akan langsung mengimplementasikan di kehidupan dan kegiatan sehari-hari peserta dari apa yang sudah di pelajari selama kegiatan pelatihan berlangsung. Karena peserta sudah memiliki keterampilan dalam membuat inovasi baru dari hasil pertanian. (3) widyaiswara membuat rumusan orientasi belajar sudah sesuai dengan kebutuhan dan harapan peserta pelatihan. Orientasi belajar yang lebih difokuskan adalah orientasi pengetahuan dan pemenuhan kebutuhan. (4) widyaiswara akan mengadakan tindak lanjut kepada peserta pelatihan setelah kegiatan pelatihan selesai. Dan kegiatan tindak lanjut akan dilaksanakan setelah tiga bulan setelah pelatihan selesai. Kegiatan tindak lanjut ini berlangsung selama empat hari dan kegiatannya dilaksanakan di daerah asal peserta pelatihan. Rekomendasi terhadap orientasi belajar orang dewasa ini diharapkan peserta lebih memahami potensi diri mereka secara keseluruhan dan kebutuhan yang dihadapi, serta diharapkan mengaplikasikan apa yang sudah dipelajari dari kegiatan pelatihan di kehidupan sehari-hari. Serta widyaiswara membuat orientasi belajar untuk peserta lebih baik lagi agar sesuai dengan kebutuhan peserta. Dan lembagapun harus mendukung agar dapat menghasilkan peserta yang berkualitas. Kata kunci: Orientasi belajar orang dewasa, Pelatihan teknis pengolahan.

1. Penulis Penanggung Jawab 2. Penulis Penanggung Jawab


(9)

Jesika Kumala Sari, 2014

ABSTRACT

This research is motivated by the author's interest toward adult learning orientation on participants processing non technical training for non apparatus that was conducted in BBPP Lembang. Being in a learning approach to training encourages researchers to examine learn more about the orientation of the participants. Orientation learning is a course of action in the learning process to achieve the potential of life and necessity to cope with the problems experienced. The purpose of this study is to obtain an overview of: 1) potential and necessity that faced by the participants, 2) implementation of the results training by participants, 3) efforts to formulate a learning orientation participants 4) follow-up training.

Conceptual overview in this study covers the theoretical concept of non-formal education, training concept, the concept of adult education, and the concept of learning orientation.

The method used in this research is descriptive method, and uses a qualitative approach with research subjects, and they are trainers and participants. The techniques of collecting data used interview, observation, document study, and triangulation of data in BBPP Lembang. the results obtained the following conclusions: (1) will have to understand their own potential. However, from the five indicators studied, the dominant result is motivation indicator, empathy and social skills. While from the necessity aspect the participants have understand about the knowledge and skills to improve their welfare and productivity. (2) the participants of training will be implemented what have been learned during the training activities immediately in their life and daily activities. Because they already have skills in making new innovations of agricultural products. (3) widyaiswarahave make formulation of learning orientation in accordance with necessity and expectations of them. The orientation learning is more focuse to knowledge orientation. (4) widyaiswara will hold a follow-up to the participants after the training finished. And follow-up activities will be carried out on three months after the training completed. This follow-up activity lasted for four days and the activities conducted in their region. Recommendations toward adult learning orientation is expected that participants understand their overall potential and necessity, and can apply what they have learned of the training activities in daily life. And widyaiswara make learning orientation be better to participants in order to appropriate with their necessity. And the institution must support to produce excellent quality of the participants.


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Sumber daya manusia (SDM) merupakan aset yang sangat berharga dan sangat menentukan keberhasilan pembangunan suatu masyarakat atau bangsa. Namun, keberhasilan pembangunan suatu masyarakat atau bangsa ini juga banyak ditentukan oleh kualitas pribadi sumber daya manusianya. Pribadi sumber daya manusia yang berkualitas adalah pribadi yang kuat, tangguh, ulet, bijaksana, toleran, dapat bekerja secara mandiri maupun kelompok serta mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Maka dari itu mereka diberikan pelatihan atau pendidikan agar mempercepat proses penyesuaian dirinya. (Hagul, 1985, hlm. 15)

Menurut UU No. 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pengertian pendidikan disini menegaskan bahwa dalam pendidikan hendaknya tercipta sebuah wadah di mana peserta didik bisa secara aktif mempertajam dan memunculkan ke permukaan potensi-potensinya sehingga menjadi kemampuan-kemampuan yang dimilikinya secara alamiah. Berkaitan dengan pengertian pendidikan, ada tiga jenis pendidikan yaitu pendidikan formal, informal dan nonformal. Pendidikan juga terdapat perbedaan yang jelas antara pendidikan formal, pendidikan informal, dan pendidikan nonformal. Menurut definisi dan fungsi dari Pendidikan Non Formal sebagaimana yang tercantum di dalam UU Sisdiknas No.20 tahun 2003 yaitu:

“Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan yang diselenggarakan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang


(11)

2

Jesika Kumala Sari, 2014

hayat. Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional”.

Layanan pendidikan non formal diselenggarakan melalui satuan-satuan yang ada di pendidikan nonformal atau pendidikan luar sekolah. Salah satu satuan pendidikan luar sekolah adalah pelatihan, dimana pelatihan adalah upaya pembekalan bagi masyarakat dalam kehidupannya, dalam tujuan pelatihan dimaksudkan agar setiap orang yang telah mengikuti proses pendidikan dan pelatihan mampu untuk bekerja sesuai dengan pekerjaannya yang disyaratkan baik melalui bimbingan kerja, maupun berwiraswasta dan mandiri.

Dalam pengertian pelatihan yang dikemukakan Flippo dalam (Kartika, 2011, hlm. 8), bahwa pada dasarnya pelatihan merupakan suatu usaha pengetahuan dan keterampilan agar karyawan dapat mengerjakan suatu pekerjaan tertentu. Lebih jauh lagi Mills dalam (Kartika, 2011, hlm. 8) menjelaskan bahwa pelatihan yang dibarengi dengan penuh pengertian merupakan pendidikan lanjutan dan menjadi dasar yang lebih luas sehingga pekerja akan menjadi lebih terampil, lebih bahagia dalam pekerjaannya itu dan akan membuat dirinya sadar terhadap kesempatan-kesempatan untuk mencapai kemajuan atau bahkan untuk merubah latihannya sesuai dengan yang diinginkannya. Selanjutnya Mills menyatakan bahwa tujuan memperoleh skills, sikap, kebiasaan berfikir dan kualitas watak yang memungkinkan mereka dapat memahami pekerjaan-pekerjaannya dan dapat melakukannya secara efisiensi dan memuaskan.

Mengenai pendidikan nonformal di daerah pedesaan, sedikit sekali program yang menyelenggarakan pendidikan umum atau pendidikan dasar. Pada dasarnya yang bisa dilihat adalah program pemberantasan buta huruf di kalangan pedesaan yang diselenggarakan di kebanyakan negara berkembang. Pelatihan pertanian adalah satu jenis ragam pelatihan sesuai dengan kondisi lingkungan di pedesaan. Pelatihan pertanian sangat penting untuk masyarakat di pedesaan karena untuk menambah pengetahuan dan keterampilan tentang seluk beluk pertanian maupun olahan hasil


(12)

3

dari pertanian. Menurut (Manzoor, 1984, hlm. 30) pendidikan pertanian itu pada umumnya mengabaikan kenyataan tentang peranan penting kaum wanita dalam usaha pertanian, padahal golongan wanita merupakan sebagian besar dari angkatan kerja pertanian di negara-negara berkembang.

Menurut (Carmencita, 2008, hlm. 1) menyediakan pangan dalam jumlah yang cukup, bergizi dan aman merupakan prioritas utama bagi hampir semua negara di dunia. Kebijakan pangan umum untuk mencapai hal ini meliputi peningkatan program keluarga berencana untuk menekan laju pertumbuhan penduduk, peningkatan teknologi budidaya pertanian untuk menaikan produksi pangan dan peningkatan teknologi pengolahan pangan untuk memperbaiki efisiensi penggunaan bahan pangan. Dampak dari pengolahan pangan, termasuk sayur dan buah yang umumnya bersifat perishable adalah:

1. Memperpanjang periode ketersediaan pangan,

2. Memperbesar keaneka ragaman pangan yang dipasarkan, 3. Meningkatkan kemudahan penyajian,

4. Menekan harga jual, dan

5. Memperluas daerah pemasaran.

Pengolahan makanan adalah mengawetkan produk-produk yang perishable sehingga dapat disimpan dan dipasarkan sepanjang tahun di dalam maupun luar negri. Pengolahan makanan juga dapat mengubah bahan pangan menjadi produk-produk baru, produk-produk dengan gaya guna lebih tinggi atau produk-produk cepat saji. Semua metode pengolahan pangan dirancang dengan tujuan mencegah terjadinya perubahan pada karakterteristik pangan yang tidak dikehendaki. Sayuran dan buah pada umumnya bersifat sangat perishable sehingga memerlukan penanganan pasca-panen dan pengolahan menjadi berbagai produk olahan yang awet dan disukai. Kehilangan pasca-panen sayur dan buah dapat mencapai 5% sampai 50% ataupun lebih sebagai akibat dari infra-struktur yang buruk dan tidak tersedianya


(13)

metode-4

Jesika Kumala Sari, 2014

metode penanganan pasca-panen dan pengolahan yang memadai. (Carmencita, 2008, hlm. 1)

BBPP adalah salah satu lembaga yang melatih para petani dalam menunjang pengetahuan maupun keterampilan dalam hal pertanian. Menurut peraturan pertanian Nomor: 49/Permentan/OT.140/9/2011, tanggal 6 September 2011 tentang pedoman dan pelatihan pertanian aparatur dan non aparatur, juga disebutkan bahwa pelatihan ini sudah terakreditasi di BBPP Lembang. Petani adalah orang yang menanam, memanen dan mengolah atau yang mengurus semua tentang pertanian. Kebanyakan para petani buah dan sayur tidak semua mengerti dalam pengolahan pasca panen. Mereka hanya menjual dan belum ada inovasi baru untuk membuat keterampilan atau hasil panen menjadi bervariasi yang bernilai jual tinggi. Hanya beberapa petani sayur dan buah saja yang dapat memanfaatkan hasil pertanian yang diolah dengan baik.

Petani di indonesia secara kategori usia adalah orang dewasa. Di dalam sistem pendidikan, salah satu aspek penting yang perlu mendapat perhatian adalah pendidikan untuk orang dewasa. Tidak seharusnya pendidikan selalu berorientasi pada murid sekolah yang berusia relatif muda karena kenyataan di lapangan, tidak sedikit orang dewasa yang harus mendapat pendidikan, baik melalui pendidikan informal maupun nonformal. Peserta pelatihan pertanian ini adalah non aparatur atau yang biasa disebut dengan Petani. Petani atau non aparatur adalah orang dewasa sebagai peserta didik dalam kegiatan belajar tidak dapat diperlakukan seperti anak didik pada umumnya sehingga memerlukan pendekatan khusus, konsep, metode, dan strategi yang didasarkan pada asumsi atau pemahaman orang dewasa sebagai siswa.

Orang dewasa memiliki karakteristik yang berbeda dari karakteristik anak. Karakteristik orang dewasa yaitu, orang dewasa telah memiliki banyak pengalaman hidup, orang dewasa memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar, orang dewasa telah memiliki banyak peranan dan tanggung jawab, kurang kepercayaan pada kemampuan diri untuk belajar kembali, dan orang dewasa lebih beragam dari para pemuda. (Alexander, 1998)


(14)

5

Proses pembelajaran peserta pelatihan harus memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran yang digunakan pendidikan orang dewasa. Pendidikan orang dewasa berlangsung dalam bentuk pengarahan diri sendiri untuk memecahkan masalah (Suprijanto, 2007, hlm. 11) ada perbedaan antara anak-anak dan orang dewasa jika ditinjau berdasarkan umur, ciri psikologis, dan ciri biologis. Ditinjau dari segi umur, seseorang yang berumur antara 16-18 tahun dapat dikatakan sebagai orang dewasa dan yang kurang dari 16 tahun dapat dikatakan masih anak-anak. Ditinjau dari psikologis, seseorang yang dapat mengarahkan diri sendiri, tidak selalu tergantung pada orang lain, mau bertanggung jawab, mandiri, berani mengambil resiko, dan mampu mengambil keputusan, orang tersebut dikatakan telah dewasa secara psikologis. Sedangkan ditinjau dari ciri-ciri biologis, seseorang yang telah menunjukan tanda-tanda kelamin sekunder, orang tersebut dikatakan sudah dewasa secara biologis.

Menurut (Zaenudin, 2012, hlm. 2) manusia membutuhkan pengembangan diri sesuai minat dan bakatnya. Hal tersebut menyangkut ilmu pengetahuan dan keterampilan. Karenanya proses belajar tidak pernah berhenti sejak kanak-kanak sampai dewasa bahkan di usia tua. Manusia dewasa khususnya, senantiasa memerlukan tantangan dan pengalaman baru dari proses belajar yang mereka lakukan. Adapun proses belajar mengajar orang dewasa berbeda dengan proses belajar mengajar anak-anak. Untuk itulah diperlakukan suatu pendekatan untuk pengajaran bagi orang dewasa yang dikenal sebagai andragogi.

Konsep andragogi yaitu ilmu dan seni dalam membantu orang dewasa belajar. Dewasa ini di kalangan para ahli pendidikan orang dewasa telah berkembang baik di Eropa maupun di Amerika Utara, suatu teori mengenai cara mengajar orang dewasa. Untuk membedakan dengan pedagogi, maka teori baru tersebut dikenal dengan nama

andragogi yang berasal dari bahasa Yunani yaitu andr yang berati orang dewasa dan agogos yang berarti memimpin atau membimbing. Maka dengan demikian, andragogi


(15)

6

Jesika Kumala Sari, 2014

dirumuskan sebagai suatu ilmu dan seni dalam membantu orang dewasa belajar. (Zaenudin, 2012, hlm. 2)

Pendidikan tersebut diperuntukkan bagi orang-orang dewasa dalam lingkungan masyarakat, agar mereka dapat mengembangkan kemampuan, memperkaya pengetahuan, meningkatkan keterampilan dan profesi yang telah dimiliki, meperoleh cara-cara baru, serta mengubah sikap dan perilaku orang dewasa. Tujuan pendidikan ini ialah supaya orang-orang dewasa mampu mengembangkan diri secara optimal dan berpartisipasi aktif, malah menjadi pelopor di masyarakat, dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya yang terus berubah dan berkembang.

Salah satu teknik berhubungan antar manusia yang dapat digunakan dalam proses pengajaran, untuk meningkatkan kualitas hubungan individu dalam kelompok atau kelas, dengan pendekatan andragogi. Karena itu, agar peserta berpartisipasi aktif, dalam prosesnya menggunakan siklus belajar orang dewasa. Dengan demikian, banyak dilakukan kegiatan-kegiatan yang dapat memberi pengalaman belajar seperti melalui berbagai macam kegiatan. Proses kegiatan belajar ini harus berorientasi pada tujuan kegiatan belajar artinya bahwa kegiatan belajar direncanakan, dilaksanakan dan diarahkan untuk mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan sebelumnya oleh dan bersama warga belajar atau peserta pelatihan. pada orang dewasa, memiliki orientasi belajar cenderung berpusat pada pemecahan permasalahan yang dihadapi (Problem Centered Orientation). (Teomokole, 2010)

Hal ini dikarenakan belajar bagi orang dewasa merupakan kebutuhan untuk menghadapi permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan keseharian, terutama dalam kaitannya dengan fungsi dan peranan sosial orang dewasa. Selain itu, perbedaan asumsi ini disebabkan juga karena adanya perbedaan perspektif waktu. Bagi orang dewasa, belajar lebih bersifat untuk dapat dipergunakan atau dimanfaatkan dalam waktu segera. Sedangkan anak, penerapan apa yang dipelajari masih menunggu waktu hingga dia lulus dan sebagainya. Sehingga ada kecenderungan pada anak, bahwa belajar hanya sekedar untuk dapat lulus ujian dan


(16)

7

memperoleh sekolah yang lebih tinggi. Hal ini menimbulkan implikasi terhadap sifat materi pembelajaran atau pelatihan bagi orang dewasa, yaitu bahwa materi tersebut hendaknya bersifat praktis (menjawab kebutuhan) dan dapat segera diterapkan di dalam kenyataan sehari-hari.

Menurut Sheffield dalam (Azhari, 2011) orientasi belajar orang dewasa adalah prinsip utama yang memberi makna atau arah pada tindak atau proses pembelajaran yang berkelanjutan, yang dilakukan oleh pelajar dewasa. Dalam riset lanjutan yang dilakukan oleh Sheffield, ia menemukan lima orientasi belajar orang dewasa, yakni :

a. Orientasi Pengetahuan. b. Orientasi Tujuan Pribadi. c. Orientasi Tujuan Masyarakat.

d. Orientasi Keinginan untuk Bersosialisasi. e. Orientasi Pemenuhan Kebutuhan.

Dapat disimpulkan bahwa orientasi belajar orang dewasa adalah suatu sikap mengenai arah tindakan dalam proses pembelajaran yang berkelanjutan yang dilakukan oleh orang dewasa untuk mencapai potensi kehidupan. Hal ini dikarenakan belajar bagi orang dewasa merupakan kebutuhan untuk menghadapi dan menyelesaikan permasalahan yang dialami dalam kehidupan keseharian, terutama berkaitan dengan peran kerja atau peran sosialnya. Dalam implikasinya bahwa sifat materi pembelajaran orang dewasa lebih bersifat praktis dan dapat segera diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Karena peserta pelatihan yang didominasi oleh orang dewasa yang memiliki beragam usia dan memiliki kemampuan maupun pengalaman yang berbeda-beda dan juga mempunyai orientasi terhadap belajar. Sehingga melalui metode atau pendekatan pendidikan orang dewasa, peserta pelatihan dapat meningkatkan pengetahuan keterampilan dalam pengolahan hasil pertanian yang mereka panen setiap musimnya. Melalui pelatihan teknis pengolahan hasil buah dan sayur, mereka akan mendapatkan pengetahuan maupun keterampilan pengolahan hasil pertanian untuk usaha dan


(17)

8

Jesika Kumala Sari, 2014

peningkatan kualitas penjualan maupun pemasaran. Hal tersebut mendorong peneliti untuk mengkaji mengenai orientasi belajar pada petani sebagai orang dewasa pada peserta pelatihan teknis pengolahan bagi non aparatur di BBPP Lembang.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan hasil observasi lapangan, maka teridentifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Peserta pelatihan bersifat heterogen sehingga ada keanekaragaman diantara peserta pelatihan.

2. Peserta pelatihan merupakan orang dewasa yang sudah mempunyai konsep diri, yaitu kepribadian yang tidak bergantung kepada orang lain. Tetapi konsep diri disini tidak dijadikan dasar utama dalam pelaksanaan pelatihan teknis pengolahan.

3. Peserta pelatihan merupakan orang dewasa yang sudah mempunyai pengalaman yang banyak dan pengalaman ini dapat menjadi sumber yang penting. Namun, pengalaman peserta tersebut tidak selalu didasari oleh pengetahuan yang memadai sehingga dalam pelaksanaan pelatihan tidak dijadikan fokus utama. 4. Peserta pelatihan terdiri dari orang dewasa yang mempunyai kesiapan belajar

yang diprioritaskan pada tugas-tugas perkembangan dan peran sosialnya. Tugas yang diberikan kepada peserta hanya sebagai pendukung proses pelatihan. Dalam hal ini widyaiswara perlu menjelaskan hubungan antara materi yang akan disampaikan dengan tugas dan peran sosialnya.

5. Peserta pelatihan terdiri dari orang dewasa yang mempunyai orientasi terhadap belajar atau prospektif waktu dalam arti ingin secepatnya mengaplikasikan apa yang ia pelajari. Pada dasarnya, orientasi belajar adalah fokus utama yang harus


(18)

9

diterapkan dalam pelatihan. Karena orientasi belajar berpusat pada pemecahan masalah yang sedang dihadapi dalam kehidupan keseharian peserta. Sehingga dalam hal ini widyaiswara perlu memberikan gambaran tentang masalah mana saja yang bisa dipecahkan oleh materi yang akan disampaikan.

6. Peserta pelatihan belum pernah mengikuti pelatihan sejenis.

7. Widyaiswara dibalai besar pelatihan pertanian lembang memiliki tingkat pendidikan dan keahlian yang berbeda-beda, sehingga mampu mengembangkan metode pembelajaran yang berbeda-beda.

C. Rumusan Masalah Penelitian

1. Apakah peserta pelatihan memahami potensi diri dan kebutuhan yang dihadapi? 2. Apakah peserta pelatihan akan mengimplementasikan hasil pelatihan yang sudah

dipelajari setelah mengikuti pelatihan teknis pengolahan bagi non aparatur? 3. Apakah widyaswara merumuskan orientasi belajar bagi peserta pelatihan dalam

pelatihan teknis pengolahan bagi non aparatur?

4. Apakah widyaswara mengadakan tindak lanjut setelah diadakan pelatihan teknis pengolahan bagi non aparatur?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Untuk memperoleh gambaran tentang data dan informasi mengenai pemahaman peserta pelatihan terhadap potensi diri dan kebutuhan yang dihadapinya.

2. Untuk memperoleh gambaran tentang data dan informasi mengenai implementasi hasil pelatihan yang telah dipelajari setelah mengikuti pelatihan teknis pengolahan bagi non aparatur.

3. Untuk memperoleh gambaran tentang data dan informasi mengenai merumuskan orientasi belajar oleh widyaiswara bagi peserta sebelum diadakannya pelatihan teknis pengolahan bagi non aparatur.

4. Untuk memperoleh gambaran tentang data dan informasi mengenai tindak lanjut setelah diadakannya pelatihan teknis pengolahan bagi non aparatur.


(19)

10

Jesika Kumala Sari, 2014 E. Manfaat Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat teoritis, diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan informasi mengenai suatu proses pembelajaran pelatihan dengan menggunakan pendekatan pendidikan orang dewasa khususnya mengenai orientasi belajar orang dewasa dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan membantu memecahkan masalah pada orang dewasa.

2. Manfaat secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak penyelenggara program pelatihan, widyaiswara dan peserta pelatihan.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan selanjutnya, maka berikut ini adalah rencana peneliti membagi pokok-pokok pembahasan yang terdiri dari:

1. BAB I Pendahuluan terdiri dari Latar Belakang Penelitian, Identifikasi Masalah Penelitian, Rumusan Masalah Penilitian, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian dan Struktur Organisasi Skripsi.

2. BAB II Kajian Pustaka terdiri dari Konsep Pendidikan Luar Sekolah, Konsep Pelatihan, Konsep Pendidikan Orang Dewasa, Konsep Orientasi Belajar.

3. BAB III Metode Penelitian terdiri atas Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian, Desain Penelitian dan Justifikasi, Metode Penelitian dan justifikasi, Definisi Operasional, Instrumen Penelitian, Proses Pengembangan Instrumen, Teknik Pengumpulan Data dan Alasan Rasionalnya, Analisis Data.

4. BAB IV Hasil penelitian dan Pembahasan terdiri atas Pengolahan atau Analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah Penelitian, Pertanyaan Penelitian, Hipotesis, Tujuan Penelitian dan Pembahasan atau Analisis Temuan.


(20)

11

5. BAB V Simpulan dan Saran terdiri dari penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian.


(21)

12


(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian di laksanakan di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang Bandung. BBPP merupakan lembaga pelatihan yang mengembangkan pelatihan teknis, fungsional dan kewirausahaan di bidang pertanian. BBPP beralamat di Jl. Kayu Ambon No.82 Lembang, Bandung Barat.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah sesuatu yang terkait dengan hal yang akan diteliti. Sedangkan sumber data ialah suatu hal, benda, atau tempat dimana peneliti mengamati, membaca, atau bertanya tentang data. Penentuan sumber data pada orang yang diwawancarai dilakukan secara purposive, menurut Sugiyono (Sugiyono, 2013 , hlm. 52) purposive dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu, purposive

sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan

tertentu. Dalam penelitian ini sumber data berasal dari penyelenggara pelatihan, peserta pelatihan dan widyaswara di BBPP Lembang. Subjek penelitian disini berjumlah empat orang. Terdiri dari dua widyaswara dan dua peserta pelatihan.

B. Desain Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa tahap yaitu sebagai berikut:

1. Tahap Pra-Lapangan

Tahap pertama yang dilakukan oleh peneliti yaitu melakukan observasi langsung ke lokasi penelitian dan mengobservasi pada pelatihan yang menjadi bahan penelitian. Tempat penelitian ini dilakukan di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang. Yang berlokasi di jalan kayuambon no.82 Lembang Kabupaten Bandung Barat, 40391. Selanjutnya peneliti melakukan perizinan kepada pihak-pihak


(23)

37

Jesika Kumala Sari, 2014

terkait atau kepada pihak BBPP Lembang. Peneliti juga sering berkonsultasi kepada penyelenggara diklat, Widyaswara maupun petugas terkait lainnya agar penelitian yang sedang dilakukan dapat berjalan sesuai rencana. Peneliti juga melakukan wawancara kepada pihak-pihak yang terkait mengenai penelitian yang sedang dilakukan.

2. Tahap Pekerjaan Lapangan

Tahap pekerjaan lapangan merupakan bagian yang harus dilakukan oleh peneliti di lokasi penelitiannya. Tugas yang dilakukan pada tahap pekerjaan lapangan adalah mengumpulkan data melalui teknik-teknik yang sudah disusun dan direncanakan sesuai prosedur penelitian dan kondisi yang ada di lapangan.

3. Tahap Analisis Data

Tahap analisis data dalam penelitian, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu. Pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah observasi, wawancara, studi dokumentasi.

4. Tahap Penulisan Laporan

Tahap penulisan laporan adalah tahapan gabungan dari pengumpulan data dan analisis data. pada tahap penulisan laporan ini, peneliti mengolah data dari awal sampai akhir sesuai dengan teori dan data empiriknya.

C. Metode Penelitian

Menurut (Arikunto, 2000, hlm. 309), metode deskriptif merupakan sebuah metode penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada. Yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Dalam penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau keadaan. Peneliti menggunakan metode tersebut karena metode tersebut


(24)

38

pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama, yaitu menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek dan subjek yang diteliti secara tepat.

Metode penelitian deskriptif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memaparkan tentang orientasi belajar orang dewasa pada peserta pelatihan teknis pengolahan bagi non aparatur. Pada penulisannya pun lebih mengarah pada pengumpulan dan penyusunan data mengenai potensi diri dan kebutuhan yang dihadapi, implementasi hasil pelatihan, upaya widyaiswara dalam merumuskan orientasi belajar dan tindak lanjut pelatihan.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. (Sugiyono, 2013 , hlm. 9) menyatakan bahwa:

“Pendekatan kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat

postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan

makna dari pada generalisasi.”

Pendekatan kualitatif digunakan untuk melibatkan peneliti langsung pada kehidupan nyata subjek yang diteliti yaitu terlibat langsung dilapangan dan mengumpulkan data dan informasi yang sesuai dengan fokus masalah yang diteliti.

D. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan istilah-istilah dalam penelitian, maka penulis memberikan penjelasan umum maupun definisi operasional dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut.

1. Orientasi belajar orang dewasa

Orientasi belajar orang dewasa adalah arah tindakan dalam proses pembelajaran yang berkelanjutan yang dilakukan oleh orang dewasa untuk mencapai potensi kehidupan. Hal ini dikarenakan belajar bagi orang dewasa merupakan kebutuhan untuk bisa menghadapi dan menyelesaikan permasalahan yang dialami dalam kehidupan keseharian, terutama berkaitan dengan peran kerja atau peran sosialnya. Dalam implikasinya, bahwa sifat materi pembelajaran orang dewasa lebih bersifat


(25)

39

Jesika Kumala Sari, 2014

praktis dan dapat segera diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga petani yang sudah dibekali ilmu selama proses pelatihan, mereka sudah seharusnya mengaplikasikan hasil yang sudah dipelajari dalam pelatihan.

2. Pelatihan teknis pengolahan

Pelatihan teknis pengolahan merupakan pelatihan salah satu cara penanganan buah-buahan dan sayuran pada saat produksi melimpah yaitu dengan mengolahnya menjadi berbagai macam produk olahan buah dan sayur sehingga memiliki daya simpan yang lebih panjang dan jangkauan pemasarannya akan lebih luas. Pelatihan teknis pengolahan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan peserta pelatihan.

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti ini siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan. Validasi terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi validasi terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasana terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki obyek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya. Yang melakukan validasi adalah peneliti sendiri, melalui evaluasi diri seberapa jauh pemahaman terhadap metode ini, penguasaan teori dan wawasan terhadap bidang yang diteliti, serta kesiapan dan bekal memasuki lapangan. Menurut Nasution dalam Sugiyono (2013, hlm. 223) menyatakan:

“Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.”


(26)

40

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat difahami bahwa, dalam penelitian kualitatif pada awalnya dimana permasalahan belum jelas dan pasti, maka yang menjadi instrumen adalah peneliti sendiri. Tetapi setelah masalahnya yang akan dipelajari jelas, maka dapat dikembangkan suatu instrumen.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

1. Observasi

Menurut Nasution dalam Sugiyono (2013, hlm. 226) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih, sehingga nbenda-benda yang sangat kecil (proton dan elektron) maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan jelas. Sanafiah Faisal dalam Sugiyono (2013, hlm. 226) mengklasifikasikan observasi menjadi observasi berpartisipasi (participant observation), observasi yang secara terang-terangan dan tersamar (overt observation dan covert observation), dan observasi yang tak berstruktur (unstructured observation), selanjutnya Susan Stainback dalam Sugiyono (2013, hlm. 226) membagi observasi berpartisipasi menjadi empat, yaitu

pasive participaton, moderate participation, active participation, dan complete participation.

Peneliti melakukan observasi dalam proses pelatihan kepada peserta pelatihan. Yang diobservasi peneliti adalah melihat potensi diri peserta pelatihan. Seperti mulai dari kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosialnya. 2. Wawancara


(27)

41

Jesika Kumala Sari, 2014

Ensberg dalam Sugiyono (2013, hlm. 231) mengatakan bahwa wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal0hal dari responden yang lebih mendalam. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi. Dalam penelitian ini, peneliti sering menggabungkan teknik observasi partisipatif dengan wawancara mendalam. Selama melakukan observasi, peneliti juga melakukan interview kepada orang-orang yang ada di dalamnya.

Peneliti mewawancarai peserta pelatihan maupun widyaiswara sebagai narasumber untuk menjawab pertanyaan peneliti mengenai:

a. Potensi diri dan kebutuhan peserta pelatihan. b. Implementasi dari hasil pelatihan

c. Upaya widyaiswara dalam merumuskan orientasi belajar bagi peserta pelatihan. d. Tindak lanjut pelatihan.

3. Studi Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain.studi dokumen adalah pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Dalam hal dokumen Bogdan dalam Sugiyono (2013, hlm.240) menyatakan


(28)

42

broadly to refer to any first person narrative produced by an individual which describes his or her own actions, experience and belief”.

4. Triangulasi

Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenernya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.

Dalam hal triangulasi, Susan Stainback dalam Sugiyono (2013, hlm.241)

menyatakan bahwa “the aims is not determine the truth about some social phenomenon, rather the purpose of triangulation is to increase one’s understanding

of what ever is being investigated”. Tujuan dari triangulasi bukan untuk mencari

kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi lebih pada peningkatan pemahaman

peneliti terhadap apa yang telah ditemukan. Selanjutnya Bogdan menyatakan “what

the qualitative researcher is interested in is not truth perse, but rather perspectives. Thus, rather than trying to determine the “truth” of people’s perceptions, the purpose of corroboration is to help reserchers increase their understanding and the probability that their finding will be seen as credible or worthy of concideration by others”.

Tujuan penelitian kualitatif memang bukan semata-mata mencari kebenaran, tetapi lebih pada pemahaman subyek terhadap dunia sekitarnya. Dalam memahami dunia sekitarnya, mungkin apa yang dikemukakan informan salah, karena tidak sesuai dengan teori, tidak sesuai dengan hukum.

Peneliti melakukan triangulasi data dengan membandingkan data yang diperoleh dari subjek penelitian yakni dari wawancara, observasi dan studi dokumentasi.


(29)

43

Jesika Kumala Sari, 2014

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai dilapangan. Dalam hal ini Nasution

dalam Sugiyono (2013, hlm. 245) menyatakan “Analisis telah mulai sejak

merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Analisis data menjadi pegangan bagi

penelitian selanjutnya sampai jika mungkin, teori yang “grounded”, namun dalam

penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data. Infact, data analysis in qualitative research is

an on going activity that occures throughout the investigative process rather than after process. Dalam kenyataannya, analisis data kualitatif berlangsung selama proses

pengumpulan data dari pada setelah selesai pengumpulan data. 1. Pengumpulan data

Pengumpulan data adalah proses dalam memperoleh data dari hasil observasi, wawancara dan hasil studi dokumentasi yang dialami oleh peneliti itu sendiri. Pengumpulan data ini menyangkut semua hal yang berhubungan dengan penelitian yang secara alamiah dan berhubungan dengan kegiatan penyelenggaraan pelatihan teknis pengolahan hasil buah dan sayur di BBPP Lembang.

2. Reduksi Data

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan, semakin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperti komputer mini, dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu. Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh


(30)

44

tujuan yang akan dicapai. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada temuan. Oleh karena itu, kalau peneliti dalam melakukan penelitian, menemukan segala sesuatu yang dipandang asing, tidak dikenal, belum memiliki pola, justru itulah yang harus dijadikan perhatian perhatian peneliti dalam melakukan reduksi data.

3. Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini

Miles and Huberman dalam Sugiyono (2013, hlm. 249) menyatakan” the most frequent form of display data for qualitative reserch data in the past has been

narrative text”. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam

penelitian adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplay data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami tersebut.


(31)

45


(32)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini peneliti akan mengemukakan simpulan dan saran berdasarkan temuan hasil penelitian dan uraian bab-bab sebelumnya mengenai masalah yang

diteliti yaitu: “Studi Deskriptif Terhadap Orientasi Belajar Orang Dewasa Pada Peserta Pelatihan Teknis Pengolahan Bagi Non Aparatur Di BBPP Lembang”.

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah diungkapkan pada bab IV, peneliti dapat menyimpulkan hasil penelitian ini sebagai berikut:

1. Potensi Diri dan Kebutuhan Peserta Pelatihan

Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa peserta pelatihan memahami potensi diri mereka. Dari aspek potensi diri yang diteliti memiliki lima indikator. Yaitu indikator kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial. Tetapi yang paling dominan dari lima indikator yang diteliti adalah indikator motivasi, empati dan keterampilan sosial. Dilihat dari kesadaran diri, peserta pelatihan merasa dirinya memiliki kemampuan dan kepercayaan diri yang kuat dari petani lainnya, tetapi ada juga peserta yang merasa sadar jika kemampuannya kurang dari petani lainnya sehingga kepercayaan dirinyapun ikut menurun. Tetapi dalam hal ini, widyaiswara memberikan kesimpulan jika pada dasarnya mereka memiliki kemampuan lebih dari petani lainnya sehingga dapat dipilih untuk menjadi peserta pelatihan teknis pengolahan bagi non aparatur di BBPP Lembang. Peserta pelatihan mampu mengatur dirinya untuk terus berusaha dalam melaksanakan pekerjaannya hingga tercapainya tujuan yang mereka harapkan terutama dalam hal meningkatkan nilai ekonomi atau pendapatan. Peserta pelatihan memiliki motivasi yang tinggi untuk mengikuti pelatihan teknis pengolahan ini dikarenakan banyak keuntungan dan tujuan yang mereka harapkan dari pelatihan ini. Mereka berharap jika pengetahuan dan keterampilannya dapat lebih baik dan meningkat sehingga hasil olahan yang di


(33)

85

Jesika Kumala Sari, 2014

produksi dapat di olah menjadi berbagai macam inovasi dan memiliki nilai jual yang tinggi. Motivasi disini bukan hanya dari keinginan peserta sendiri tetapi hal ini di dukung oleh pihak luar seperti dinas setempat yang memberikan motivasinya dalam bentuk moril maupun materil. Peserta pelatihan mempunyai empati yang baik. Semua peserta pelatihan mampu memahami dan mampu menyelaraskan diri dengan peserta lainnya walaupun peserta berasal dari berbagai macam daerah yang berbeda. Tetapi hal ini tidak menjadi penghambat untuk mereka. Peserta pelatihan memiliki keterampilan sosial yang bagus. Karena mereka mampu untuk memimpin dan menyelesaikan masalah dalam kerja tim. Hal ini dikarenakan para peserta yang terpilih mengikuti pelatihan teknis pengolahan ini, merupakan ketua kelompok tani di daerahnya masing-masing.

Pada aspek kebutuhan, memiliki dua indikator yaitu indikator meningkatkan kesejahteraan dan indikator produktivitas kerja. Peserta pelatihan membutuhkan pengetahuan dan keterampilan yang lebih baik dari sebelumnya. Hal ini dikarenakan, mereka ingin pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari dapat membuat produk-produk olahan yang memiliki nilai jual tinggi sehingga dapat membantu peserta dalam hal peningkatan pendapatan para petani. Peserta lebih disiplin dan menghargai waktu dalam bekerja. Peserta menyadari jika produktivitas lebih baik, maka pendapatan yang dihasilkan juga akan meningkat. Sehingga permasalahan yang dihadapi di kehidupannya akan mudah terselesaikan dengan baik.

Peserta pelatihan sudah memahami kebutuhan yang dihadapi. Seperti kebutuhan akan pengetahuan, keterampilan yang dapat mendukungnya dalam menambah dan meningkatkan pendapatan yang lebih baik dari sebelumnya. Sehingga kesejahteraan yang diharapkan akan tercapai dan terpenuhi. Sama halnya dengan produktivitas kerja, peserta pelatihan sudah mulai mengetahui bagaimana cara meningkatkan produktivitas kerja mereka dalam hal disiplin waktu agar dapat bekerja lebih produktif. Sehingga pekerjaan yang dilakukan akan mendapatkan hasil yang sesuai dengan kebutuhan yang dihadapi di kehidupan sehari-hari.


(34)

86

2. Implementasi Hasil Pelatihan

Peserta pelatihan akan mengimplementasikan hasil pelatihan yang sudah diajarkan selama kegiatan pelatihan berlangsung. Hal ini ditunjang dari pengetahuan, keterampilan dan sikap yang sudah lebih baik dan meningkat dari sebelumnya. Khususnya dalam hal keterampilan, peserta sudah dapat membuat inovasi-inovasi baru dari produk hasil olahan pertanian. Sehingga para peserta akan langsung mengimplementasikan di kehidupan mereka dalam mengolah hasil pertanian sesuai dengan potensi di daerah mereka masing-masing agar produk yang dihasilkan memiliki nilai jual dan kualitas yang lebih baik sehingga pendapatanpun akan meningkat.

Peserta senang mengikuti kegiatan pelatihan teknis pengolahan ini. Peserta juga akan mengimplementasikan hasil pelatihan yang sudah diajarkan selama proses pelatihan di kehidupan mereka. Kegiatan yang dilakukan oleh widyaswara sesuai dengan materi-materi yang seharusnya dipelajari oleh peserta pelatihan khususnya dalam materi pengolahan hasil pertanian. Perilaku peserta mulai berubah jauh lebih baik, serta meningkat dalam pengetahuan dan keterampilannya. Hasil yang didapat selama kegiatan pelatihan ini yaitu, meningkatnya produktivitas kerja peserta pelatihan dan dalam hal ini widyaiswara memberikan materi-materi pengetahuan maupun keterampilannya sehingga peserta dapat lebih disiplin untuk bekerja dan menjadi lebih produktif lagi.

3. Orientasi Belajar Peserta Pelatihan

Widyaiswara merumuskan orientasi belajar sudah sesuai dengan orientasi belajar peserta dalam memenuhi kebutuhan yang diharapkan. Ada lima indikator yang diteliti. Seperti indikator orientasi pengetahuan, orientasi tujuan pribadi, orientasi tujuan masyarakat, orientasi keinginan untuk bersosialisasi, dan orientasi pemenuhan kebutuhan. Tetapi, orientasi belajar yang dirumuskan lebih fokus kepada orientasi


(35)

87

Jesika Kumala Sari, 2014

pengetahuan dan pemenuhan kebutuhan. Widyaswara merumuskan materi pengetahuan yang akan diberikan kepada peserta pelatihan sesuai dari hasil identifikasi kebutuhan, yaitu tentang pengolahan hasil. Pengetahuan ini sangat penting untuk mengetahui cara-cara pengolahan. Widyaswara membuat tujuan dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta yang akan menjamin kemajuan profesi peserta sebagai petani yang lebih unggul dari petani lainnya. Selain itu juga, akan meningkatkan nilai pendapatan peserta dari pembekalan pengetahuan dan keterampilan yang sudah dipelajari selama pelatihan.

Peserta pelatihan menjadi lebih efektif, peka terhadap masalah yang ada dimasyarakat, mapun membantu melayani masyarakat dalam hal pertanian ataupun dalam membagikan ilmunya untuk membantu masyarakat lainnya, yang masih kurang pengetahuannya dalam hal pengolahan pertanian. Peserta diberikan motivasi agar mampu menjadi petani yang lebih baik dan unggul agar kesejahteraannya meningkat dan dapat berkontribusi untuk kemajuan daerahnya. Selain itu, peserta mampu memenuhi kebutuhan pribadi maupun kebutuhan kelompok. Peserta dibekali ilmu untuk mengetahui cara-cara dalam mengolah hasil pertanian, maupun pemasarannya. Sehingga akan mendapatkan nilai tambah dalam hal pendapatan. Jika dalam kepentingan kelompok, peserta dapat membagi ilmunya kepada anggota kelompok lainnya dan dapat bekerjasama dalam bidang pertanian yang dalam mengolah hasil pertanian demi kemajuan daerah. Dalam orientasi pemenuhan kebutuhan, peserta pelatihan mampu memecahkan masalah yang dihadapi peserta pelatihan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti, dalam membuat inovasi-inovasi dari pengolahan hasil pertanian agar peserta mempunyai kegiatan-kegiatan yang positif dan juga dapat menambah nilai pendapatan peserta pelatihan. Sehingga orientasi belajar yang dirumuskan oleh widyaiswara akan tepat maupun terlaksana dengan baik dan sesuai yang dengan kebutuhan peserta pelatihan.


(36)

88

Berdasarkan hasil penelitian, bahwa dari jenis kegiatan yang dilakukan peserta pelatihan di dalam kegiatan sehari-harinya yaitu mengimplementasikan atau menerapkan ilmu-ilmu yang sudah diajarkan selama proses pelatihan yang sudah berlangsung kepada anggota-anggota di kelompok tani yang ada di daerahnya. Pengetahuan dan keterampilannya diterapkan sesuai dengan potensi daerahnya masing-masing. Langkah-langkah yang dilakukan peserta pasca pelatihan yaitu mulai dari meminta izin untuk membuka usaha, pengemasan dan pelabelan produk yang dihasilkan dan melakukan pemasaran agar produk yang dihasilkan dapat terjual. Pihak yang akan mengadakan tindak lanjut ini adalah pihak widyaswara, penyelenggara diklat yang sudah melakukan kegiatan diklat. Kegiatan tindak lanjut ini diadakan tiga bulan setelah kegiatan pelatihan berlangsung. Sedangkan waktu pelaksanaannya empat hari. Berdasarkan tempat tindak lanjut, diadakan di tempat tinggal atau di daerah peserta pelatihan berasal. Pihak widyaswara maupun pihak lembaga terkait akan mengadakan tindak lanjut/bimbingan lanjutan setelah kegiatan pelatihan ini selesai. Untuk melihat dan menilai bagaimana hasil dari pelatihan yang sudah dilaksanakan sebelumnya.

B. Saran

Setelah mengkaji dari hasil penelitian mengenai studi analisis terhadap orientasi belajar orang dewasa pada peserta pelatihan teknis bagi non aparatur di BBPP Lembang. maka diungkapkan beberapa saran yang diharapkan berguna bagi semua pihak.

1. Pihak Lembaga Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang.

a. Diadakan pelatihan teknis pengolahan hasil buah dan sayur bagi non aparatur tiap tahunnya. Hal ini berguna untuk menambah pengetahuan, maupun keterampilan peserta pelatihan dalam hal pengolahan hasil pertanian.

b. Diharapkan lembaga BBPP Lembang ini lebih meningkatkan kualitas pelatihan agar dapat menghasilkan peserta pelatihan yang berkualitas pula.


(37)

89

Jesika Kumala Sari, 2014

2. Widyaiswara

a. Widyaiswara harus lebih baik lagi dalam membuat orientasi belajar bagi peserta pelatihan agar semua yang dirumuskan sesuai dan tidak ada yang terlewatkan.

b. Widyaiswara dan peserta harus lebih kompak lagi dalam pelaksanaan pembelajaran agar proses pelatihan berlangsung dengan baik dan sesuai tujuan.

3. Peserta Pelatihan.

a. Peserta pelatihan diharapkan lebih mengenali potensi secara menyeluruh dan kebutuhan yang dihadapinya.

b. Peserta pelatihan diharapkan untuk mengimplementasikan pengetahuan, sikap maupun keterampilan yang sudah diajarkan selama pelatihan di kehidupan sehari-hari.


(38)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber buku :

Carmencita. (2008). Teknologi Pengolahan Buah dan Sayur. Bandung: Widya Padjajaran.

Depdiknas, (2003). Undang-undang RI No 20 Tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional. Bandung

Hagul, P. (1985). Pembangunan Desa dan Swadaya Masyarakat . Jakarta : CV Rajawali .

Kamil. (2010). Model Pendidikan dan Pelatihan (konsep dan aplikasi). Bandung : Alfabeta.

Kartika, I. (2011). Mengelola Pelatihan Partisipatif. Bandung: Alfabeta.

Latif, A. (2007). Pendidikan Berbasis Nilai Kemasyarakatan . Bandung : PT Refika Aditama .

Lunadi, A. (1993). Pendidikan Orang Dewasa . Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Manzoor, P. d. (1984). Pembangunan Desa dan Lembaga Masyarakat. Jakarta: Rajawali.

Sudjana. (2001). Pendidikan Luar Sekolah . Bandung : Falah Production.

Sudjana. (1983). Strategi Kegiatan Belajar Mengajar Dalam Pendidikan

Nonformal . Bandung : Theme 76.

Sugiyono. (2013 ). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D. Bandung : Alfabeta .


(39)

Jesika Kumala Sari, 2014

Uno, H. (2006). Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran . Jakarta: PT Bumi Aksara .

Zaenudin. (2012). Andragogi . Bandung : Angkasa Bandung. Sumber internet :

Alexander. (1998, Januari). Pengertian dan beberapa asumsi dasar. Dipetik Mei 15, 2014, dari Pengertian dan beberapa Asumsi dasar: http://08-

048mutia.blogspot.com/2010/02/pengertian-dan-beberapa-asumsi-dasar.html

Azhari, R. (2011, februari 22). Pendidikan Orang Dewasa dan Orientasi Belajar

Orang dewasa. Dipetik mei 15, 2014, dari Pendidikan Orang Dewasa dan

Orientasi Belajar Orang Dewasa: [online]

http://azharirafnel.blogspot.com/2011/11/pendidikan-orang-dewasa-dan-orientasi.html

Knowles. (2007). Diambil kembali dari pendidikan orang dewasa [online] tersedia: https://prari007luck.wordpress.com/tag/orientasi-belajar/

Teomokole. (2010). Dipetik 2014 , dari pendekatan-pendidikan-orang-dewasa [online] tersedia : http://Teomokole.blogspot.com/2010/10/pendekatan-pendidikan-orang-dewasa.html


(1)

2. Implementasi Hasil Pelatihan

Peserta pelatihan akan mengimplementasikan hasil pelatihan yang sudah diajarkan selama kegiatan pelatihan berlangsung. Hal ini ditunjang dari pengetahuan, keterampilan dan sikap yang sudah lebih baik dan meningkat dari sebelumnya. Khususnya dalam hal keterampilan, peserta sudah dapat membuat inovasi-inovasi baru dari produk hasil olahan pertanian. Sehingga para peserta akan langsung mengimplementasikan di kehidupan mereka dalam mengolah hasil pertanian sesuai dengan potensi di daerah mereka masing-masing agar produk yang dihasilkan memiliki nilai jual dan kualitas yang lebih baik sehingga pendapatanpun akan meningkat.

Peserta senang mengikuti kegiatan pelatihan teknis pengolahan ini. Peserta juga akan mengimplementasikan hasil pelatihan yang sudah diajarkan selama proses pelatihan di kehidupan mereka. Kegiatan yang dilakukan oleh widyaswara sesuai dengan materi-materi yang seharusnya dipelajari oleh peserta pelatihan khususnya dalam materi pengolahan hasil pertanian. Perilaku peserta mulai berubah jauh lebih baik, serta meningkat dalam pengetahuan dan keterampilannya. Hasil yang didapat selama kegiatan pelatihan ini yaitu, meningkatnya produktivitas kerja peserta pelatihan dan dalam hal ini widyaiswara memberikan materi-materi pengetahuan maupun keterampilannya sehingga peserta dapat lebih disiplin untuk bekerja dan menjadi lebih produktif lagi.

3. Orientasi Belajar Peserta Pelatihan

Widyaiswara merumuskan orientasi belajar sudah sesuai dengan orientasi belajar peserta dalam memenuhi kebutuhan yang diharapkan. Ada lima indikator yang diteliti. Seperti indikator orientasi pengetahuan, orientasi tujuan pribadi, orientasi tujuan masyarakat, orientasi keinginan untuk bersosialisasi, dan orientasi pemenuhan


(2)

87

pengetahuan dan pemenuhan kebutuhan. Widyaswara merumuskan materi pengetahuan yang akan diberikan kepada peserta pelatihan sesuai dari hasil identifikasi kebutuhan, yaitu tentang pengolahan hasil. Pengetahuan ini sangat penting untuk mengetahui cara-cara pengolahan. Widyaswara membuat tujuan dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta yang akan menjamin kemajuan profesi peserta sebagai petani yang lebih unggul dari petani lainnya. Selain itu juga, akan meningkatkan nilai pendapatan peserta dari pembekalan pengetahuan dan keterampilan yang sudah dipelajari selama pelatihan.

Peserta pelatihan menjadi lebih efektif, peka terhadap masalah yang ada dimasyarakat, mapun membantu melayani masyarakat dalam hal pertanian ataupun dalam membagikan ilmunya untuk membantu masyarakat lainnya, yang masih kurang pengetahuannya dalam hal pengolahan pertanian. Peserta diberikan motivasi agar mampu menjadi petani yang lebih baik dan unggul agar kesejahteraannya meningkat dan dapat berkontribusi untuk kemajuan daerahnya. Selain itu, peserta mampu memenuhi kebutuhan pribadi maupun kebutuhan kelompok. Peserta dibekali ilmu untuk mengetahui cara-cara dalam mengolah hasil pertanian, maupun pemasarannya. Sehingga akan mendapatkan nilai tambah dalam hal pendapatan. Jika dalam kepentingan kelompok, peserta dapat membagi ilmunya kepada anggota kelompok lainnya dan dapat bekerjasama dalam bidang pertanian yang dalam mengolah hasil pertanian demi kemajuan daerah. Dalam orientasi pemenuhan kebutuhan, peserta pelatihan mampu memecahkan masalah yang dihadapi peserta pelatihan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti, dalam membuat inovasi-inovasi dari pengolahan hasil pertanian agar peserta mempunyai kegiatan-kegiatan yang positif dan juga dapat menambah nilai pendapatan peserta pelatihan. Sehingga orientasi belajar yang dirumuskan oleh widyaiswara akan tepat maupun terlaksana dengan baik dan sesuai yang dengan kebutuhan peserta pelatihan.


(3)

Berdasarkan hasil penelitian, bahwa dari jenis kegiatan yang dilakukan peserta pelatihan di dalam kegiatan sehari-harinya yaitu mengimplementasikan atau menerapkan ilmu-ilmu yang sudah diajarkan selama proses pelatihan yang sudah berlangsung kepada anggota-anggota di kelompok tani yang ada di daerahnya. Pengetahuan dan keterampilannya diterapkan sesuai dengan potensi daerahnya masing-masing. Langkah-langkah yang dilakukan peserta pasca pelatihan yaitu mulai dari meminta izin untuk membuka usaha, pengemasan dan pelabelan produk yang dihasilkan dan melakukan pemasaran agar produk yang dihasilkan dapat terjual. Pihak yang akan mengadakan tindak lanjut ini adalah pihak widyaswara, penyelenggara diklat yang sudah melakukan kegiatan diklat. Kegiatan tindak lanjut ini diadakan tiga bulan setelah kegiatan pelatihan berlangsung. Sedangkan waktu pelaksanaannya empat hari. Berdasarkan tempat tindak lanjut, diadakan di tempat tinggal atau di daerah peserta pelatihan berasal. Pihak widyaswara maupun pihak lembaga terkait akan mengadakan tindak lanjut/bimbingan lanjutan setelah kegiatan pelatihan ini selesai. Untuk melihat dan menilai bagaimana hasil dari pelatihan yang sudah dilaksanakan sebelumnya.

B. Saran

Setelah mengkaji dari hasil penelitian mengenai studi analisis terhadap orientasi belajar orang dewasa pada peserta pelatihan teknis bagi non aparatur di BBPP Lembang. maka diungkapkan beberapa saran yang diharapkan berguna bagi semua pihak.

1. Pihak Lembaga Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang.

a. Diadakan pelatihan teknis pengolahan hasil buah dan sayur bagi non aparatur tiap tahunnya. Hal ini berguna untuk menambah pengetahuan, maupun keterampilan peserta pelatihan dalam hal pengolahan hasil pertanian.


(4)

89

2. Widyaiswara

a. Widyaiswara harus lebih baik lagi dalam membuat orientasi belajar bagi peserta pelatihan agar semua yang dirumuskan sesuai dan tidak ada yang terlewatkan.

b. Widyaiswara dan peserta harus lebih kompak lagi dalam pelaksanaan pembelajaran agar proses pelatihan berlangsung dengan baik dan sesuai tujuan.

3. Peserta Pelatihan.

a. Peserta pelatihan diharapkan lebih mengenali potensi secara menyeluruh dan kebutuhan yang dihadapinya.

b. Peserta pelatihan diharapkan untuk mengimplementasikan pengetahuan, sikap maupun keterampilan yang sudah diajarkan selama pelatihan di kehidupan sehari-hari.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber buku :

Carmencita. (2008). Teknologi Pengolahan Buah dan Sayur. Bandung: Widya Padjajaran.

Depdiknas, (2003). Undang-undang RI No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Bandung

Hagul, P. (1985). Pembangunan Desa dan Swadaya Masyarakat . Jakarta : CV Rajawali .

Kamil. (2010). Model Pendidikan dan Pelatihan (konsep dan aplikasi). Bandung : Alfabeta.

Kartika, I. (2011). Mengelola Pelatihan Partisipatif. Bandung: Alfabeta.

Latif, A. (2007). Pendidikan Berbasis Nilai Kemasyarakatan . Bandung : PT Refika Aditama .

Lunadi, A. (1993). Pendidikan Orang Dewasa . Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Manzoor, P. d. (1984). Pembangunan Desa dan Lembaga Masyarakat. Jakarta: Rajawali.

Sudjana. (2001). Pendidikan Luar Sekolah . Bandung : Falah Production.

Sudjana. (1983). Strategi Kegiatan Belajar Mengajar Dalam Pendidikan Nonformal . Bandung : Theme 76.

Sugiyono. (2013 ). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D. Bandung : Alfabeta .


(6)

Uno, H. (2006). Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran . Jakarta: PT Bumi Aksara .

Zaenudin. (2012). Andragogi . Bandung : Angkasa Bandung. Sumber internet :

Alexander. (1998, Januari). Pengertian dan beberapa asumsi dasar. Dipetik Mei 15, 2014, dari Pengertian dan beberapa Asumsi dasar: http://08-

048mutia.blogspot.com/2010/02/pengertian-dan-beberapa-asumsi-dasar.html

Azhari, R. (2011, februari 22). Pendidikan Orang Dewasa dan Orientasi Belajar Orang dewasa. Dipetik mei 15, 2014, dari Pendidikan Orang Dewasa dan

Orientasi Belajar Orang Dewasa: [online]

http://azharirafnel.blogspot.com/2011/11/pendidikan-orang-dewasa-dan-orientasi.html

Knowles. (2007). Diambil kembali dari pendidikan orang dewasa [online] tersedia: https://prari007luck.wordpress.com/tag/orientasi-belajar/

Teomokole. (2010). Dipetik 2014 , dari pendekatan-pendidikan-orang-dewasa [online] tersedia : http://Teomokole.blogspot.com/2010/10/pendekatan-pendidikan-orang-dewasa.html


Dokumen yang terkait

PERAN WIDYAISWARA DALAM MENINGKATKAN MINAT BELAJAR PESERTA PENDIDIKAN DAN LATIHAN PERLINDUNGAN TANAMAN BAGI APARATUR DI BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIAN (BBPP) LEMBANG.

0 14 24

PENERAPAN PRINSIP BELAJAR ORANG DEWASA DALAM PELATIHAN DESA MANDIRI PANGAN BAGI APARATUR DI BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIAN (BBPP) LEMBANG.

0 1 38

UPAYA WIDYAISWARA DALAM MENUMBUHKAN KREATIVITAS MENGOLAH BUAH MANGGIS BAGI PETANI PADA DIKLAT TEKNIS AGRIBISNIS HORTIKULTURA DI BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIA (BBPP) LEMBANG.

0 4 39

PENGARUH MOTIVASI DAN PERSEPSI PESERTA TERHADAP HASIL PEMBELAJARAN PESERTA DIKLAT TEKNIS BUDIDAYA KRISAN POTONG DI BBPP LEMBANG BANDUNG.

0 0 42

STUDI TENTANG PELAKSANAAN KURIKULUM DIKLAT TEKNIS AGRIBISNIS JAGUNG DI BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIAN (BBPP) LEMBANG, JAWA BARAT.

0 1 7

Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja Karyawan: Studi Kasus pada Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang.

0 1 22

Studi Deskriptif Mengenai Orientasi Masa Depan Bidang Pernikahan Pada Individu Dewasa Awal yang Orang Tuanya Bercerai (Studi Deskriptif Mengenai Orientasi Masa Depan Bidang Pernikahan Pada Mahasiswa Universitas "X" Bandung yang Orang Tuanya Bercerai).

2 14 51

Strategi Pembelajaran Partisipatif bagi Belajar Orang Dewasa

0 0 2

strategi pembelajaran alternatif bagi belajar orang dewasa

0 0 1

STUDI DESKRIPTIF TERHADAP ORIENTASI BELAJAR ORANG DEWASA PADA PESERTA PELATIHAN TEKNIS PENGOLAHAN BAGI NON APARATUR DI BBPP LEMBANG - repository UPI S PLS 0810113 Title

0 0 3