PERAN PROGRAM SEKOLAH DEMOKRASI DALAM MEMBINA CIVIC PARTICIPATION PESERTA DIDIK :Studi Deskriptip Analitik terhadap Program Sekolah Demokrasi, LSM PEREKAT Demokrasi, Tangerang Selatan:.

(1)

PERAN PROGRAM SEKOLAH DEMOKRASI DALAM MEMBINA

CIVIC PARTICIPATION PESERTA DIDIK

(Studi Deskriptip Analitik terhadap Program Sekolah Demokrasi, LSM PEREKAT Demokrasi, Tangerang Selatan)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh :

Muhammad Yunus Maulana 1 0 0 6 4 4 5

JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014


(2)

PERAN PROGRAM SEKOLAH DEMOKRASI DALAM MEMBINA

CIVIC PARTICIPATION PESERTA DIDIK

(StudiDeskriptipAnalitikterhadap Program SekolahDemokrasi, LSM PEREKAT Demokrasi, Tangerang Selatan)

Oleh

Muhammad Yunus Maulana

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada FakultasPendidikandanIlmuPengetahuanSosial

© Muhammad Yunus Maulana2014 Universitas Pendidikan Indonesia

April 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

PERAN PROGRAM SEKOLAH DEMOKRASI DALAM MEMBINA

CIVIC PARTICIPATION PESERTA DIDIK

(StudiDeskriptipAnalitikterhadap Program SekolahDemokrasi, LSM PEREKAT Demokrasi, Tangerang Selatan)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEHPEMBIMBING:

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Aim Abdulkarim, M.Pd

NIP. 19590714 198601 1 001

Pembimbing II

Prof. Dr. H. A. AzisWahab, M. A.

NIP. 19430401 196709 1 001

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed


(4)

Panitiaujianterdiridari : 1. Ketua

Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si.

NIP. 19700814 199402 1 001

2. Sekertaris

Prof. Dr. H. Sapriya, M. Ed.

NIP. 196308021988031001

3. Penguji : Penguji I

Prof. Dr. H. Dasim Budimansyah, M.Si.

NIP. 19620316 198803 1 003

Penguji II

Dr. Prayoga Bestari, M.Si.

NIP. 19750414 200501 1 001

Penguji III

Dr. Hj. KomalaNurmalina, M.Pd.


(5)

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

Maulana Muhammad Yunus. , 2014. The Role of SouthTangerang Democracy School Program in Cultivating Civic Participation (an Analytical

Descriptive through, democracy school program, NGO PEREKAT Demokrasi, South Tangerang)

The biggest challenge post-reform government of the Republic of Indonesia is a democratic demands at each joint government and society. In response, governments and communities around the joints must be collaborative in the nation and participate in building a democratic state. Civic education as the formal education that prepares citizens to be able to participate in the development of democracy, it still leaves the task to other joints in the government and society to do the coaching. South Tangerang Democracy School program is one of the main forms of education that support coaching citizentship civic participation of citizens. Researchers in this case decided to conduct a study of South Tangerang Democracy School program with the formulation of the problem, among others: (1) How to fostering civic participation conducted by the Democracy School South Tangerang?; (2) How Democracy School curriculum developed South Tangerang in teaching and learning participation as a Civics coaching learners?; (3) How does the development of civic participation learners Democracy School South Tangerang?; (4) How do the problems encountered during the process of fostering participation in the School of Civics Democracy South Tangerang?; (5) How alleviation issues conducted during the development process of civic participation of learners in South Tangerang Democracy School?. The study was conducted using a qualitative approach with descriptive analytical method. The approach and methods used should be able to peel and present exposure fostering civic participation activities conducted by the Democracy School program South Tangerang following things concerned in accordance with the formulation of the problem. Thus the results of these studies indicate that: (1) Democracy Schools Program South Tangerang to guide civic participation in the program year through the implementation of adult education methods to shape and outclasinclass learning that is directly in contact with the South Tangerang City public issues, (2) The curriculum is South Tangerang Democracy School program was developed based on the knowledge transformation and democratic values that can be applied as a form of capital that intelligent citizens, critical and participatory; (3) The ability of a growing range in the aspects of both the ability to interact participation, monitoring and influencing the political process , (4) serious problems regarding budget dihaapi systemically threaten the sustainability of the program (5) The solution to the serious problems that seek funding agencies also plan to distribute the program into a program with a small scale by sub-program material.


(6)

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

PERNYATAAN PENULIS LEMBAR HAK CIPTA

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 12

E. Penjelasan Istilah ... 13

F. Asumsi Dasar Penelitian ... 16

G. Metodologi Penelitian ... 17

H. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 19

I. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 27

BAB II TINJAUAN TEORITIS ... 28

A. Pendidikan Kewargenegaraan ... 28

1. Pengertian Pendidikan Kewargenegaraan ... 28

2. Pendidikan Kewargenegaraan sebagai Pendidikan Demokrasi ... 35

B. Civic Perticipation ... 41

1. Pengertian Civic Participation ... 41

2. Unsur-unsur dalam Civic Participation ... 43

3. Tujuan dan Manfaat Pendidikan Civic Participation ... 54


(7)

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Bentuk Kegiatan Pendidikan Civic Participation ... 56

C. Sejarah, Tujuan dan Sasaran Sekolah Demokrasi……. ... 61

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 62

A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 62

1. Pendekatan Penelitian ... 62

2. Metode Penelitian ... 63

B. Teknik Pengumpulan Data ... 65

1. Observasi Kualitatif ... 65

2. Wawancara Kualitatif... 66

3. Studi Dokumentasi ... 67

4. Studi Literatur ... 67

C. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 68

1. Lokasi Penelitian ... 68

2. Subjek Penelitian ... 68

D. Tahap Penelitian ... 70

1. Persiapan Penelitian ... 70

2. Perizinan Penelitian ... 70

3. Pelaksanaan Penelitian ... 71

4. Pengolahan dan Analisis data ... 71

5. Penyusunan Laporan ... 71

E. Validitas Data ... 67

1. Memperpanjang Masa Observasi... 72

2. Mengadakan Member Check ... 72

3. Triangulasi ... 73

F. Tahap Analisis Data ... 73

1. Data Reduction (Reduksi Data) ... 74

2. Data Display (Penyajian Data) ... 74


(8)

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 76

A. Deskripsi Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan ... 76

1. Sejarah Lahirnya Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan ... 76

2. Tujuan dan Sasaran Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan ... 77

3. Struktur Pengelola Program Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan ... 79

4. Daftar Peserta Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan Tahun 2011-2013 ... 79

5. Tahapan Seleksi Peserta Program Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan ... 86

6. Kurikulum dan Program Pembinaan di Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan ... 89

7. Aturan Peserta Program Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan ... 95

B. Deskripsi Hasil Penelitian... 98

1. Deskripsi Hasil Wawancara ... 98

2. Deskripsi Hasil Studi Dokumentasi ... 148

3. Deskripsi Hasil Observasi... 158

C. Analisis Hasil Penelitian ... 164

1. Program Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan dalam Membina Civic Participation ... 164

2. Pengembangan Kurikulum dalam Pembinaan Civic Participation Peserta Program Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan ... 183

3. Perkembangan Civic Participation Peserta Didik Program Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan ... 196


(9)

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Permasalahan yang Dihadapi Selama Pembinaan Civic Participation pada Program Sekolah

Demokrasi Tangerang Selatan ... 205

5. Penanggulangan Permasalahan yang Dilakukan Selama Proses Pembinaan Civic Participation pada Program Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan ... 208

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 213

A. Kesimpulan ... 213

1. Kesimpulan Umum ... 213

B. Saran ... 216

1. Bagi Pemerintah Kota Tangerang Selatan... 216

2. Bagi Pengurus Program Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan ... 217

3. Bagi Jurusan Pendidikan Kewargenegaraan FPIPS UPI ... 218

4. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 218

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 4.1. Tahapan Seleksi Peserta

Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan ... 87

2. Gambar 4.2. Kegiatan Kelas, Program Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan ... 159

3. Gambar 4.3. Kegiatan TalkShow Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan ... 161

4. Gambar 4.4. Kegiatan Inisiasi Peserta Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan ... 162

5. Gambar 4.5. Skema Pelaksanaan Program Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan ... 167

6. Gambar 4.6. Hierarki Kurikulum Program Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan ... 184

DAFTAR TABEL 1. Tabel 1.1. Ketrampilan Kewarganegaraan : Komponen Ketrampilan Partisipasi ... 25

2. Tabel 2.1. Bentuk-bentuk Partisipasi ... 34

3. Tabel 2.2. Pola Hubungan Ornop dan Negara ... 52

4. Tabel 4.1. Pengelola Program Sekolah Demokrasi Tnggerang Selatan ... 79

5. Tabel 4.2. Daftar Peserta, Tahun 2011 ... 80

6. Tabel 4.3. Daftar Peserta, Tahun 2012 ... 82

7. Tabel 4.4. Daftar Peserta, Tahun 2013 ... `84

8. Tabel 4.5. Program Inclass Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan ... 92

9. Tabel 4.6. Program Outclass Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan ... 93

10.Tabel 4.7. Reduksi Hasil Wawancara Alasan Pembinaan Civic Participation ... 100

11.Tabel 4.8. Reduksi Hasil Wawancara, Pembinaan Kemampuan Interaksi... 101

12.Tabel 4.9. Reduksi Hasil Wawancara, Pembinaan Kemampuan Interaksi... 103

13.Tabel 4.10. Reduksi Hasil Wawancara, Pembinaan Kemampuan Interaksi ... 104

14.Tabel 4.11. Reduksi Hasil Wawancara, Pembinaan Kemampuan Interaksi ... 106

15.Tabel 4.12. Reduksi Hasil Wawancara, Pembinaan Kemampuan Monitoring... 108

16.Tabel 4.13. Reduksi Hasil Wawancara, Pembinaan Kemampuan Monitoring... 109

17.Tabel 4.14. Reduksi Hasil Wawancara, Pembinaan Kemampuan Mempengaruhi Proses Politik ... 111 18.Tabel 4.15. Reduksi Hasil Wawancara,


(11)

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pembinaan Kemampuan Mempengaruhi Proses Politik ... 113 19.Tabel 4.16. Reduksi Hasil Wawancara,

Pembinaan Kemampuan Mempengaruhi Proses Politik ... 115 20.Tabel 4.17. Reduksi Hasil Wawancara,

Pembinaan Kemampuan Mempengaruhi Proses Politik ... 116 21.Tabel 4.18. Reduksi Hasil Wawancara,

Pembinaan Kemampuan Mempengaruhi Proses Politik ... 118 22.Tabel 4.19. Reduksi Hasil Wawancara,

Pembinaan Kemampuan Mempengaruhi Proses Politik ... 120 23.Tabel 4.20. Reduksi Hasil Wawancara,

Alasan Pembentukan Kurikulum ... 123 24.Tabel 4.21. Reduksi Hasil Wawancara,Keberadaan Konten Pembinaan

Civic Participation dalam Kurikulum ... 124 25.Tabel 4.22. Reduksi Hasil Wawancara, Bentuk Pembinaan Civic Participation Yang Tertera dalam Kurikulum ... 126 26.Tabel 4.23. Reduksi Hasil Wawancara, Sasaran Program Sekolah Demokrasi

Berdasarkan Kurikulum ... 128 27.Tabel 4.24. Reduksi Hasil Wawancara, Sumbangsih Narasumber dalam

Pembinaan Civic Participation ... 130 28.Tabel 4.25. Reduksi Hasil Wawancara, Evaluasi Kurikulum Program

Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan ... 132 29.Tabel 4.26. Reduksi Hasil Wawancara, Kriteria Peserta


(12)

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu proses dimana transfer pengetahuan juga pembentukan pengalaman belajar dengan tujuan untuk mencetak sumber daya manusia yang berkualitas. Proses pendidikan yang baik dianggap sebagai sarat suatu Negara menjadi Negara yang maju. Setiap Negara memiliki program pendidikan yang mengacu pada tujuan pendidikan Nasional.

Konsepsi umum mengenai tujuan pendidikan Nasional tercantum dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang antara lain :

“Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa

dan mengambangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.”

Manusia sebagai sasaran dari pendidikan yang dalam konteks Negara Republik Indonesia selanjutnya kita sebut sebagai Warganegara. Secara tidak langsung Tujuan Pendidikan Nasional kita mengarah pada pembentukan smart and good cizen.“Pendidikan merupakan fenomena yang bersisfat universal”, demikian ungkap Aristoteles dalam buku filsafat politiknya. Apa yang dikemukakan Aristoteles tersebut adalah benar adanya, bahwa pendidikan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari keberadaan dan kelangsungan berbagai Negara. Lewat pendidikan, akan dihasilkan warga masyarakat dan warga Negara yang cerdas, terampil dan mampu berpartisipasi dalam kehidupan bangsa dan Negaranya (Syaifullah dan Sri Wuryan,2009 : 147).


(13)

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam rangka mewujudkan smart and good citizen pemerintah Negara Republik Indonesia telah semenjak lama memasukan program mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan menjadi bagian inheren dari instrummentasi pendidikan nasional dalam lima status :

1. Sebagai mata pelajaran sekolah;

2. Sebagai mata pelajaran di perguruan tinggi;

3. Sebagai salah satu cabang pendidikan disiplin ilmu pengetahuan sosial dalam kerangka program pendidikan guru;

4. Sebagai program pendidikan politik yaitu sebagai suatu crash program; 5. Sebagai kerangka konseptual dalam bentuk pemikiran individual dan

kelompok pakar terkait, yang dikembangkan sebagai landasan dan kerangka berfikir mengenai pendidikan kewarganegaraan. (Ganeswara, 2002 : 1)

Cogan (1999:4) yang dikutip dalam buku panduan kuliah Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan tinggi Ganjar M Ganeswara dan Wilodati (2002:1) mengemukakan bahwa civic education sebagai “…the foundational course work in school designed to prepare young citizens for an active role in

their communities in their adult lives”, yaitu suatu mata pelajaran dasar di

sekolah sebagai yang dirancang untuk mempersiapkan warganegara muda, agar kelak setelah dewasa dapat berperan aktif dalam masyarakatnya.

Sejarah mencatat bahwa tahun 2004 merupakan momentum yang sangat penting dalam perkembangan demokrasi di Indonesia sekaligus menjadi sejarah politik di Indonesia.Sebuah momentum pelaksanaan demokrasi secara langsung yang belum pernah ada sepanjang perjalanan kenegaraan dan perpolitikan di Republik. Tahun 2004 menjadi gerbang awal bagi demokrasi di Republik, dengan demikian doktrin demokrasi yang mulai dihembuskan menjamin warga Negara dalam kebebasan berfikir, berbicara dan berserikat sehingga tidak ada lagi halangan apapun dalam wacana pengembangan sepenuhnya kemampuan-kemampuan manusia terutama dalam hal lain yang terkait dengan kenegaraan, seperti kontribusi dalam politik baik aktif maupun pasif, baik dalam pemilihan umum maupun dalam mempengaruhi public policysupaya berpihak pada hati dan nurani rakyat.


(14)

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Namun seiring berjalannya praktek demokrasi langsung dan gemuruh dari gelombang propaganda kebebasan, mulai bermunculan pertanyaan dari publik.Ketika momen pemilihan umum tahun 2004, calon yang dipandang kredibel dan memiliki visi dan misi yang jelas dalam membangun bangsa, seperti Amien Rais, suaranya berada di urutan paling belakang (Santosa, 2010:7).Hendra Nurtjahjo (2008:127) mengemukakan bahwa Korupsi, kolusi dan Nepotisme yang disandarkan pada pemenuhan hak sendiri dengan mengorbankan hak-hak orang atau warga lain adalah bentuk penghianatan terhadap rakyat banyak, sehingga korupsi sampai kapan pun adalah bentuk penyimpangan yang tidak dapat ditolelir oleh etika demokrasi. Demikian pula dengan demonstrasi (hak unjuk rasa), tidak boleh melampaui dan melanggar hak warga lainnya dalam berekspresi.Walaupun demonstrasi adalah alat penting dari demokrasi, namun penggunaan alat ini dapat tidak sesuai dengan etika demokrasi, bahkan dapat kontraproduktif terhadap pembangunan demokrasi itu sendiri.Kemudian fakta money politic begitu nyata terasa menjelma menjadi serangan fajar pra-pemilihan umum dan dianggap mampu memobilisasi suara rakyat sehingga mutlak terkantongi.Pengkhianatan terhadap kedaulatan rakyat yang dilakukan para pejabat Negara seolah menjadi cacatnya praktek demokrasi Republik.

Hal yang harus disadari, demokrasi yang menjunjung tinggi kebebasan politik itu senantiasa mempunyai peluang untuk memberlakukan hal-hal yang tidak adil, serta pelanggaran terhadap martabat kemanusiaan.Dalam demokrasi yang demikian itu, hukum tidak menempatkan moralitas (etika) di dalam dirinya. Hukum hanya akan menjadi tukang pukul setia dari kelompok elite-oligarkis yang berkuasa atas nama rakyat (mayoritas) (Nurtjahjo, 2008:128)

Permasalahan demokrasi di Republik memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan proses belajar pembelajaran yang telah dibahas dalam alinea pertama terutama keterkaitannya dengan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, baik yang berada di jenjang sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas atau kejuruan dan di perguruan


(15)

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tinggi. Permasalahan tersebut sarat dengan kekurangan dan kelebihan dari pembelajaran pendidikan kewarganegaraan, terutama pada konteks pembelajaran demokrasi.

Kehidupan berbangsa dan bernegara yang dipandang sangat kompleks itu dilihat dari realitas kehidupan masyarakat Indonesia yang sarat akan mobilisasi-mobilisasi masa demi kepentingan politis suatu golongan. Sedangkan cita-cita pendidikan Nasional khususnya pendidikan kewarganegaraan adalah mewujudkansmart and good citizen. Smart and good citizen adalah warga Negara yang menguasai persoalan (well-informed/enlightened) yang didukung oleh kompetensi kewarganegaraan yakni civic knowledge, civic disposition, civic skill yang memadai, memiliki komitmen (commited) terhadap cita-cita, nilai, konsep dan prinsip demokrasi untuk kesejahteraan dan keadilan, dan bertanggung jawab (responsible) sebagai warganegara yang diwujudkan dalam keikutsertaannya dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik (Winataputra, 2012:8).

Winataputra (2012:70) dalam Seminar dan Lokakarya Pendidikan Kewarganegaraan, Tanggal 27-28 Mei 2005, di Operation Room, Gedung Rektorat UNPAR Bandung, mengemukakan bahwa secara tradisional, khususnya di Indonesia baik dalam rangka mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan (PPKn) atau sebelumnya Pendidikan Moral Pancasila (PMP); Pendidikan Pancasila dan kewiraan Nasional di perguruan tinggi; maupun dalam rangka Penataran P-4, demokrasi terkesan lebih banyak diajarkan atau “tought” dan bukan dipelajari atau “learned” dengan peran guru/dosen/manggala yang lebih dominan. Karena itu situasi kelasnya pun, dengan meminjam istilah Flanders (1972) lebih bersifat “dominative” dan bukan “integrative”. Oleh karena itu dapat dipahami mengapa bangsa Indonesia dalam berbagai lapisan sosial terkesan belum bisa menjalankan cita-cita nilai, dan prinsip demokrasi (Asia Foundation:1998 dalam Winataputra.


(16)

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Senada dengan pemaparan diatas, bahwasannya pendidikan kewarganegaraan sebagai salahsatu wahana pembelajaran demokrasi belum begitu memberikan hasil memuaskan.Terutama dalam membina partisipasi warganegara yang dalam wacana penelitian ini partisipasi dalam konteks kenegaraan.Pendapat Huntington (1991) yang dikutip oleh Sri Wuryan (2009:95) bahwa proses demokratisasi menyangkut partisipasi warga Negara, karena perlu penyiapan warga Negara agar dapat berpartisipasi secara cerdas dan bertanggungjawab.

Masyarakat yang memiliki hak berfikir, berpendapat dan berserikat seharusnya mampu menjadi agen untuk mengontrol kinerja pemerintah terutama dalam masalah kebijakan.Selain itu mampu berpartisipasi aktif dalam pemilihan umum, artian partisipasi aktif menelaah dan menentukan siapa yang layak dan siap dari sudut pandang objektif warganegara terhadap kejelasan visi dan misi calon pemimpin. Juga mampu melayangkan kritik terhadap kinerja pemerintah lewat surat kabar atau pun aksi demonstrasi yang sesuai prinsip demokrasi etis. Tetapi kenyataan dilapangan dominasi partai penguasa dan pemegang modal besar lah yang memobilisasi isu dan pergerakan masyarakat. Dengan demikian semenjak tahun 1945 hingga sekarang masih menunjukan kondisi “undemocratic democracy” (Sumantri:1998 dalam Winataputra, 2012:75), yakni suatu keadaan dimana perangkat demokrasinya sudah ada, tetapi semangat perwujudannya masih jauh dari cita-cita demokrasi, yang memang dirasakan selalu menimbulkan kontroversi atau paradoksal antara realita dengan norma, antara yang dilihat, didengar dan dialami dengan yang diajarkan/ diceramahkan/ dipidatokan.Untuk membangun partisipasi masyarakat sebagai bagian dari cita-cita demokrasi salah satunya adalah mewujudkan pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan demokrasi.

Pendidikan kewarganegaraan tidak lah berkonsentrasi pada lingkup yang terbatas di jenjang pendidikan formal, namun oleh karena konteks pendidikan kewarganegaraan bersinggungan dengan kehidupan berbangsa dan


(17)

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bernegara, diperlukan kontribusi lingkungan informal dalam menunjang tujuan dari pendidikan kewarganegaraan untuk mecetak smart and good citizen. Dengan demikian kali ini kita berbicara tentang pendidikan kewarganegaraan sebagai citizenship education yang memiliki cakupan yang lebih luas. Berikut pendidikan kewarganegaraan tersebut dijelaskan sebagai

Citizenship Education or Education for Citizenship dengan penjelasan, “…both these in school experiencess as well as out of school or non

formal/informal learning which takes place in the family, the religious organization, community organizations, the media, etc which help to shape the totality of the citizen”. (Cogan, 1999:4).

Pada penjelasan tersebut kita dapat terangkan bahwa setiap sendi dalam kehidupan masyarakan harus memiliki andil dalam menyokong suksesi tujuan pendidikan kewarganegaraan.Sehingga konsentrasi kajian dari pendidikan kewarganegaraan tidak hanya dapat dilakukan pada lingkungan pendidikan formal saja, tetapi dapat melebarkan sayap pada setiap elemen kehidupan berbangsa dan bernegara yang bersifat informal dipandang dari perspektif pendidikan.Dalam konteks pendidikan kewarganegaraan itu, kita dapat kaji kontribusi atau peran dari keluarga, organisasi keagamaan, organisasi masyarakat, media juga bagian lain dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang dapat dikategorikan kepada wahana dimana pendidikan kewarganegaraan berperan.

Maka dari itu peneliti berinisiatif untuk mencari referansi dalam rangka memberikan sumbangsih terhadap rekonseptualisasi pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan demokrasi yang pada kali ini menekankan pada aspek pembinaan partisipasi dari warga Negara.Peneliti juga melatarbelakangi penelitiannya dengan anggapan bahwa konsep pendidikan demokrasi sebagai konsep baru pendidikan kewarganegaraan belum dianggap mumpuni untuk membina civic participation.Dan dengan dilakukannya penelitian ini peneliti hendak menggali konsep, model dan metode pendidikan kewarganegaraan yang dilakukan di luar pendidikan formal.Dengan demikian


(18)

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diharapkan pengembangan pendidikan kewarganegaraan yang efektif dan strategis dapat terimplementasikan.

Dari hasil prapenelitian yang dilakukan peneliti, ditemukan suatu konsep pendidikan demokrasi yang diwujudkan dalam program sekolah demokrasi.Sekolah ini bernama Sekolah Demokrasi Tangerang Selatanyang berlokasi di Kompleks Golden Roads Blok C 33 nomer 9 ITC BSD Tangerang Selatan.Sekolah demokrasi didirikan oleh Komunitas Indonesia untuk Demokrasi (KID) yang berkerjasama dengan lembaga tingkat lokal yang disebut Implementing Agency (IA). Program Sekolah Demokrasi sampai tahun 2011 ini telah diselenggarakan di 8 (delapan) kabupaten atau Kota, yaitu Kota Batu (Propinsi Jawa Timur), Kabupaten Belu (Propinsi Nusa Tenggara Timur), Kabupaten Pangkep (Propinsi Sulawesi Selatan), Kabupaten Ogan Ilir (Propinsi Sumatera Selatan), Kota Tangerang Selatan (Propinsi Banten), Kabupaten Sanggau (Propinsi Kalimantan Barat), Kabupaten Aceh Utara ( Propinsi Aceh), Kabupaten Jayapura (Prop. Papua).

LSM PEREKAT Demokrasi sebagai Implementing Agency program Sekolah Demokrasi pada sektor Tangerang Selatan memiliki tujuan pada Anggaran dasar LSM PEREKAT Demokrasi, BAB III Pasal 8, dengan isi sebagai berikut :

1. Mewujudkan Masyarakat yang kritis, dinamis dan partisipatifdalam sistem demokrasi;

2. Mewujudkan sistem yang transparan, akuntabel dan berpihak pada masyarakat miskin dan marjinal;

3. Mendorong peleyanan publik yang demokratis dan bias diakses oleh semua lapisan masyarakat dan berperspektid gender. (Akta Notaris, 2010:06 : Yendra Wiharja, S.H., M.H.)

Sekolah Demokrasi untuk di wilayah Tangerang ini telah berjalan selama lima tahun, empat tahun di Kabupaten Tangerang dan pada tahun 2012 berpindah lokasi ke Kota Tangerang Selatan.

Sekolah Demokrasi dirancang setidaknya bertujuan untuk mendorong, mengembangkan, dan memperkuat warganegara aktif berpolitik guna mengisi


(19)

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lembaga-lembaga demokrasi dan membangun kultur demokratis. Sementara tujuan khusus yang juga hendak dicapai yakni pertama, merumuskan demokrasi kontekstual berbasis pada lokalitas dengan hukum-hukum demokrasi secara universal. Kedua, mengembangkan Sekolah Demokrasi sebagai sarana lahirnya warga yang emansipatif dan aktif dalam proses demokratisasi ditingkat lokal maupun nasional. Ketiga, mengembangkan kesadaran kritis warga masyarakat akan hak-hak sosial, politik, ekonomi dan sosial-budaya berbasiskan pada konstitusi melalui-proses-pengorganisasian-di

-tingkat-komunitas. (Online:http://www.demokrasitangerang.or.id).

Hal yang dianggap menarik dari konsep sekolah demokrasi tersebut adalah proses pembelajaran dengan metode yang sistematis. Metode

pembelajaran menyandarkan pada pendekatan peran serta

(partisipatory).Konsep yang dianut dalam metode ini adalah dengan menggunakan pendekatan pendidika untuk orang dewasa (adult education) yang semua materi pendidikan berbasiskan pengalaman dan pengetahuan peserta ajar itu sendiri.Dengan demikian diharapkan juga transformasi relasi

“knowledge power”.Derivasi dari metode pendidikan ini adalah konsep-konsep

pengelolaan kelas yang demokratis dan partisipatif dengan mengedepankan semangat saling menghargai, persamaan, kebebasan dan kesetaraan antara fasilitator, pengelola dengan peserta dan juga antar peserta sendiri.

Pembelajaran dilakukan setiap hari sabtu dan minggu dengan waktu efektif dari jam 09.00-17.00 WIB. Secara umum metode pembelajaran meliputi, ceramah, diskusi interaktif, simulasi, permainan, penugasan, studi kasus, kunjungan lapangan, diskusi kelas, pemutaran film dan sebagainya.

Berdasarkan pada pemaparan Manager Program sekolah demokrasi Tangerang Selatan, Dedy Ramanta, materi disusun berdasarkan tahap yang harus dimuliki oleh peserta yaitu pemahaman, kesadaran, komitmen dan aksi/tindakan.Dalam kategorisasi setiap ukuran capaian setiap materi diharapkan mengandung nilai, pengetahuan dan keterampilan.Penyampaian


(20)

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diharapkan selalu meliputi usaha membongkar paradigm, dialog dengan kondisi empiris, konsep umum yang berlaku dan peletakan milestones pemahaman baru bagi peserta atas sebuah masalah/materi.

Hasil dari kegiatan ini adalah peserta menguasai materi da nada respon (baik positif atau negative) dari peserta didik atas materi. Indicator hasilnya adalah, tersampaikannya substansi materi sekolah demokrasi, peserta dapat menjawab pertanyaan dari narasumber atau fasilitator, adanya interaksi yang kondusif antara narasumber/fasilitator dengan peserta, peserta memahami alur berfikir dalam proses pembelajaran, peserta aktif mengikuti pembelajaran dari awal hingga akhir, peserta mempunyai keterampilan tambahan dalam kegiatan social politiknya, peserta menginternalisir nilai-nilai demikrasi dan peserta mempunyai daya kritis baik pada lingkungannya, proses persekolahan, materi dan metode persekolahan.

Adapun dalam metode lain, yaitu metode kunjungan lapangan memiliki indikator sebagai berikut, terjadinya dialog antara peserta didik dengan kelompok sasaran kunjungan, peserta memperoleh pembelajaran dan pengalaman dari kelompok sasaran kunjungan, peserta didik mengetahui permasalahan yang dihadapi kelompok sasaran kunjungan dan interaksi peserta dengan kelompok sasaran kunjungan dapat menjadi embrio jaringan kerja antara peserta sekolah demokrasi dan kelompok sasaran kunjungan.

Secara khusus, pengelola dan fasilitator telah membuat silabus pada setiap materi pembelajaran. Silabus tersebut akan menjadi panduan sekaligus alat monitoring dan evaluasi terhadap materi dan proses pembelajaran juga output dari materi tersebut. Pada akhir pembelajaran dilakukan post testsebagai upaya melihat sejauh mana hasil proses persekolahan yang didapat peserta salama satu tahun. Adapun indicator dari tes tersebut adalah, peserta mampu menjawab dengan konsisten dan argumentative soal yang diberikan.

Selain pembelajaran di dalam kelas dilaksanakan pula kegiatan pembelajaran diluar kelas, seperti salahsatunya yang telah dijelaskan diatas


(21)

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yaitu kunjungan lapangan. Selain kegiatan kunjungan lapangan, kegiatan luar kelas lainnya adalah outbound, dialog publik yang dilaksanakan oleh peserta yang dilibatkan sebagai panitiadengan tujuan menambah keterampilan peserta didik. Ada pula Talkshowyang pelaksanaannya dilakukan dengan kerjasama pada salah satu stasiun radio yang berada di wilayah Kota Tangerang Selatan.Selain itu ada juga kegiatan penerbitan yang dilakukan sebanyak tiga kali dalam satu tahun program. Penerbitan dilakukan oleh peserta didik dengan pendampingan, supervise dan fasilitasi pengelola. Peserta akan dibagi secara bergilir untuk menjadi sebuah pengelola terbitan. Adapun lain daripada yang telah dijelaskan diatas, kegiatan pembelajaran lain yang diselanggarakan Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan yaitu kegiatan inisiasi peserta, kegiatan ini dilakukan dengan membagi peserta kedalam beberapa kelompok. Masing-masing kelompok akan membuat kegiatan yang berasal dari inisiatif mereka sendiri (Ramanta,2011: IV-X)

Dengan demikian peneliti hendak merancang suatu penelitian yangdiharapkan memberikan kontribusi terhadap rekonseptualisasi dan pengembangan Pendidikan Kewaganegaraan sebagai Pendidikan Demokrasi,terutama ikhwal pembinaan partisipasi warganegara.Maka dari itu peneliti meluruskan niat untuk melakukan penelitian terhadap “PERAN PROGRAM SEKOLAH DEMOKRASI DALAM MEMBINA CIVIC PARTICIPATION PESERTA DIDIK (Studi Deskriptip Analitik terhadap Program Sekolah Demokrasi, LSM PEREKAT Demokrasi, Tangerang Selatan)”.

B. Rumusan Masalah

Penelitian ini memiliki rumusan permasalahan secara umum yaitu mempertanyakan bagaimana peran Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan dalam Membina civics participation peserta didiknya ?.


(22)

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Cakupan permasalahan yang sangat luas tersebut mendorong peneliti untuk megidentifikasi rumusan masalah kedalam rumusan yang lebih khusus supaya penelitian lebih terarah pada tujuan dari penelitian. Adapun Rumusan Masalah Secara Khusus adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Pembinaan civic participation yang dilakukan oleh Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan?;

2. Bagaimana kurikulum yang dikembangkan Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan dalam proses belajar pembelajaran sebagai upaya pembinaan civics participation peserta didik?;

3. Bagaimana perkembangan civic participation peserta didik Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan?;

4. Bagaimana permasalahan yang dihadapiselama proses pembinaan civics participationdi Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan?; 5. Bagaimana penanggulangan permasalahan yang dilakukan selama

proses pembinaan civic participation peserta didik di Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan?.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang seyogyanya harus tercapai oleh peneliti merujuk pada rumusan permasalahan yang telah dipaparkan, antara lain :

1. Untuk mengetahui Pembinaan civic participation yang dilakukan oleh Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan;

2. Untuk mengetahui kurikulum yang dikembangkan Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan dalam proses belajar pembelajaran sebagai upaya pembinaan civics participation;

3. Untuk mengetahui perkembangan civic participation peserta didik Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan;


(23)

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Menganalisis permasalahan yang dihadapi selama proses pembinaan civics participation di Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan;

5. Untuk Mengetahui penanggulangan permasalahan yang dilakukan selamaproses pembinaan civic participationdi Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan.

D. Manfaat Penelitian

Garis besar manfaat dari penelitian yang hendak dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Penelitian Perspektif Teoritis

Penelitian ini memiliki manfaat dan diharapkan kontributif dalam pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan Demokrasi.Terutama dalam konteks penelitian ini, yaitu memberikan sumbangsih pemikiran baik tekstual maupun kontekstual terhadap Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan demokrasi yang membina civic participation peserta didik.Sehingga dengan demikian cita-cita pembelajaran kewarganegaraan dalam membina smart and good citizen dapat terwujud.

Penelitian ini pun dapat menjadi dasar pemikiran pengembangan model pendidikan kewarganegaraan yang diselenggarakan di luar pendidikan formal.

2. Manfaat Penelitian Perspektif Praktis

Sebelu pada manfaat dari penelitian ini, kita tinjau terlebih dahulu

seting dari pendidikan demokrasi itu sendiri antara lain “school-based

democracy education”, yakni pendidikan demokrasi dalam konteks atau


(24)

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yakni pendidikan demokrasi dalam konteks atau yang berbasis kehidupan masyarakat (Winataputra, 2012:72). Maka dari itu manfaat saya tinjau dari kedua seting besar tersebut, yang antara lain :

a. Bangi Guru dan Dosen Pendidikan Kewarganegaraan, hasil penelitian ini memberikan referensi dalam menerapkan dan merekonseptualisasi praktek pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan demokrasi.

b. Menjadi referansi pendidikan demokrasi bagi Lembaga Swadaya Masyarakat maupun Organisasi Masyarakat atau Organisasi Kepemudaan sebagai perwujudan civil society dalam membina civic participation baik terhadap kadernya maupun publik yang menjadi sasaran program atau aksi sosialnya.

c. Hasil Penelitian ini sebagai contoh yang menjadi modal pengembangan praktek pembinaan civic participation melalui

wahana pendidikan demokrasi dalam pendidikan

kewarganegaraan maupun pendidikan demokrasi di masyarakat. Gagasan tersebut dapat diimplementsikan kedalam sebuah lembaga pendidikan kewarganegaraan yang bergerak di luar pendidikan formal, yang dalam konteks tersebut pendirian LSM yang fokus membina smart and good citizent.

E. Penjelasan Istilah 1. Peran

Peran merupakan aspek dinamis dari suatu kedudukan (statis) hal ini erat kaitannya dengan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam menjalankan suatu peranan (Soekanto, Soerjono, 1999:153).

2. Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan

Sekolah Demokrasi merupakan program yang diselenggarakan oleh Komunitas Indonesia untuk Demokrasi (KID) bekerjasama dengan


(25)

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berbagai lembaga di tingkat lokal. Program ini sampai saat ini diadakan di beberapa kabupaten yaitu Malang, Lembata, Jeneponto, Tangerang dan Banyuasin, Aceh, Papua. Semenjak Tahun 2007 Program Sekolah Demokrasi sudah berlangsung di Kabupaten Tangerang dengan lokasi di kompleks Citra Raya Kabupaten Tangerang. Program Sekolah Demokrasi di Kabupaten Tangerang sudah berakhir pada tahun 2010.

Semenjak tahun 2011, KID bekerjasama dengan Perekat Demokrasi akan menyelenggarakan program Sekolah Demokrasi di Tangerang Selatan. Secara umum program Sekolah Demokrasi di Tangerang Selatan tidak jauh berbeda dengan yang ada di Kabupaten Tangerang.

Aktivitas Sekolah Demokrasi yang utama adalah melakukan kegiatan persekolahan.Persekolahan diselenggarakan dengan berbagai metode untuk agar peserta tidak hanya sekedar mampu mendapatkan pengetahuan tentang demokrasi tetapi juga nilai dan mampu melakukan praktek demokrasi di lingkungan terdekatnya.Selain menyelenggarakan kegiatan persekolahan di dalam kelas, Sekolah Demokrasi juga menyelenggarakan kegiatan seperti seminar, diskusi publik, talkshow, menulis, dan sebagainya.

Sekolah Demokrasi adalah sebuah media untuk “tahu” dan

mendalami wacana demokrasi serta realitas yang selama ini berkembang.Kami yakin bahwa peningkatan kualitas wacana adalah jalan efektif untuk perluasan partisipasi politik menuju masyarakat yang demokratis.Oleh karena itu yang paling penting adalah keikutsertaan dan keaktifan para peserta Sekolah Demokrasi dalam berdialog tentang DEMOKRASI, bukan-permasalahan-administrasi-dan-struktural. (online:http://www.demokrasitangerang.or.id)


(26)

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pembinaan pada dasarnya adalah “upaya pendidikan baik formal maupun non formal yang dilaksanakan secara sadar, terencana, terarah dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan, membimbing, dan mengembangkan satu dasar-dasar kepribadian yang seimbang utuh dan selaras antara pengetahuan dan keterampilan, sesuai dengan bakat, kecenderungan, keinginan serta kemampannya sebagai bekal untuk selanjutnya atas prakarsa sendiri menambah dan meningkatkan dan mengembangkan dirinnya, sesamanya maupun lingkungannya kearah tercapainya martabat, mutu dan kemampuan manusiawi yang optimal dan pribadi-yang-mandiri.”-(B.-Simanjuntak

-1990:84).

4. Civic Participation

Civic dan civics secara etimologis berasal dari suku kata bahasa Yunani yaitu civicusyang diartikan citizen atau penduduk dari sebuah kota (polis). Uraian kritis dikemukakan oleh Soetandjo Wignjosoebroto (2002 : 494-496) yang dikemukakan Kokom Komalasari (2009:1) menggambarkan hal tersebut sebagai pengaruh konsep polis pada masa Yunani Purba karena terjemahan tersebut arti harfiahnya adalah warga negara.

Participation adalah kosakata dari bahasa inggris yang berarti partisipasi.Lazimnya partisipasi diartikan sebagai keterlibatan dan keikutsertaan dalam suatu kegiatan tertentu.

Civic participation diposisikan dalam paradigm baru daripada tugas Pendidikan Kewarganegaraan sebagaimana dikemukakan oleh Sapriya dan Winataputra (2010: 1.2) yang dikutip oleh Dadang Sundawa dalam disertasinya (2012), antara lain sebagai wahana utama serta esensi pendidikan demokrasi yang dilaksanakan melalui: civic intelligence, yaitu kecerdasan dan daya nalar warga negara baik dalam dimensi spiritual,


(27)

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

rasional, emosional, maupun sosial; civic responsibility, yaitu kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara yang bertanggung jawab, dan civic participation, yaitu kemampuan berpartisipasi warganegara atas dasar tanggung jawab, baik secara individual, sosial, maupun sebagai pemimpin hari depan.

5. Peserta Didik

Definisi istilah ini didapatkan dari sumber yuridis dalam Pasal 1, ayat 16 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang antara lain, Peserta didik adalah anggota masyarakat yang yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan

jenis pendidikan tertentu.”

F. Asumsi Dasar Penelitian

Menurut SurakhmanAnggapan dasar atau postulat adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyidik (Arikunto, 1993:60).Asumsi dasar ini menjadi salah atu hal yang dapat mengarahkan penelitian ini pada harapan yang ingin di capai oleh peneliti. Dengan demikian berdasar pendangan peneliti, dapat dirumuskan beberapa anggapan dasar dalam penelitian ini, antara lain :

1. Perlu adanya rekonseptualisasi ulang terhadap pembelajaran pendidikan kewarganegaraan yang membelajarkan kaidah dan etika demokrasi sebatas materi konseptual menjadi lebih kontekstual. Rekonseptualisasi pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan demokrasi harus membawa peserta didik pada kondisi dimana mereka belajar mengenai demokrasi dalam kondisi kelas yang demokratis sebagai upaya membina civic participation, sehingga peserta didik siap untuk berperan serta dalam praktek demokrasi republik dengan bekal wawasan dan etika demokrasi yang telah dibelajarkan. Seperti dalam pandangan mengenai paradigma baru bagi program pendidikan


(28)

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang antara lain yaitu pengembangan kelas sebagai “democratic laboratory”, lingkungan sekolah/ kampus sebagai “micro cosmos of democracy”, dan masyarakat luar sebagai “open global classroom”

yang memungkinkan siswa dapat belajar demokrasi dalam situasi berdemokrasi, dan untuk tujuan melatih diri sebagai warganegara

yang demokratis atau “learning democracy, in democracy, and for democracy” (Winataputra, 2012:84)

2. Adanya hubungan yang determinis antara pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan demokrasi dengan pembinaan civic participation. Pengembangan dimensi civic virtue merupakan landasan bagi pengembangan civic participation yang memang merupakan tujuan akhir dari civic education (Winataputra, 2012:80). 3. Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan merupakan wahana

pendidikan demokrasi yang mengembangkan pembinaan terhadap civic participation, baik pembinaan wawasan yang bersifat tekstual maupun kontekstual.

4. Dugaan atas penerapan konsepsi lerning democracy, in democracy, and for democracy dalam pembelajaran di Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan menggunakan metode yang dikembangkan sekolah tersebut dianggap sebagai inovasi dalam pendidikan demokrasi di Republik dalam rangka membina demokrasi dan civic participation dari peserta didik. Dengan demikan metode pembelajaran demokrasi yang dilakukan di Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan dapat diadopsi setelah ditelaah dan didapati kelebihan dan kekurangannya sebagai bahan pengembangan pendidikan pancasila sebagai pendidikan demokrasi.

5. Pentingnya internalisasi pemikiran atas implementasi pendidikan demokrasi dalam berbagai sendi civil society baik di jenjang pendidikan formal maupun yang berbasis sosial. Pendidikan demokrasi yang diimplementasikan merupakan hasil komparasi


(29)

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

demokrasi dan etika berdasarkan nilai-nilai kearifan pancasila sebagai groundnormdari Republik.

G. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan dan Metode Penelitian

Berdasarkan apa yang hendak diteliti berdasar pada rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka penelitian ini diputuskan menggunakan pendekatan kualitatif. Melalui penelitian ini peneliti akan mendapatkan kemantapan dalam penelitian berdasarkan pada hal yang peneliti alami. Penelitian dengan pendekatan ini pun mampu menggali wawasan tentang sesuatu yang baru sedikit diketahui (Strauss dan Corbin 2009:5).Alasan pemilihan pendekatan kualitatif tersebut sesuai dengan rumusan dari permasalahan yang diajukan peneliti.Adapun hakikat penelitian kualitatif menurut Moleong (2010:6) adalah:

Penelitian kulitatif merupakan penelitian yang bermaksud memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, presepsi, motivasi, tindakan dan lain secara holistic dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Sehingga dengan demikian peneliti dapat menyelami lebih dalam subjek penelitian.Maka didapatilah fakta-fakta yang akurat dan dapat dianalisis secara mendalam pula.

Sedang motode yang digunakan adalah metode deskriptif yang mana didefinisikan oleh Whintney (1960) yang dikutip oleh Nazir dalam bukunya Metode Penelitian (2005), metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat.Penelitian deskriptif mempelajarai masalah-masalah dalam masyarakat serta tatacara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta


(30)

proses-Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena. Dalam metode deskriptif, peneliti bisa saja membandingkan fenomena-fenomena tertentu sehingga merupakan suatu setudi komparatif, adakalanya peneliti mengadakan klasifikasi, seerta penelitian terhadap fenomena-fenomena dengan menetapkan suatu setandar atau suatu norma tertentu sehingga banyak ahli menamakan metode deskriptif ini dengan nama survei normatif (normative survey). Dengan metode deskriptif ini juga diselidiki kedudukan (status) fenomena atau factor dan melihat hubungan antara satu factor dengan factor yang lain. Karenanya, metode deskriptif juga dinamakan studi status (satus study) (online:http://blog.uin-malang.ac.id/muttaqin/2010/11/28/10/).

Peneliti menganggap metode ini sangat tepat digunakan dalam memaparkan fakta-fakta secara menyeluruh dari hasil penelitian.Kemudian dianalisi dengan metode analitik dengan harapan dapat membandingkan kenyataan yang telah didapatkan dengan teori yang digunakan sebagai referensi dalam mengungkapkan kebenaran atas suatu masalah yang telah dirumuskan mengenai peran dari Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan dalam membina civic participation peserta didik.

H. Kerangka Pemikiran Penelitian

Pendidikan kewarganegaraan tidak lah berkonsentrasi pada lingkup yang terbatas di jenjang pendidikan formal, namun oleh karena konteks pendidikan kewarganegaraan bersinggungan dengan kehidupan berbangsa dan bernegara, diperlukan kontribusi lingkungan informal dalam menunjang tujuan dari pendidikan kewarganegaraan untuk mecetak smart and good citizen. Dengan demikian kali ini kita berbicara tentang pendidikan kewarganegaraan sebagai citizenship education yang memiliki cakupan yang lebih luas. Berikut pendidikan kewarganegaraan tersebut


(31)

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dijelaskan sebagai Citizenship Education or Education for Citizenship dengan penjelasan,

“…both these in school experiencess as well as out of school or

non formal/informal learning which takes place in the family, the religious organization, community organizations, the media, etc which help to shape the totality of the citizen”. (Cogan, 1999:4). Pada penjelasan tersebut kita dapat terangkan bahwa setiap sendi dalam kehidupan masyarakan harus memiliki andil dalam menyokong suksesi tujuan pendidikan kewarganegaraan.Sehingga konsentrasi kajian dari pendidikan kewarganegaraan tidak hanya dapat dilakukan pada lingkungan pendidikan formal saja, tetapi dapat melebarkan sayap pada setiap elemen kehidupan berbangsa dan bernegara yang bersifat informal dipandang dari perspektif pendidikan.Dalam konteks pendidikan kewarganegaraan itu, kita dapat kaji kontribusi atau peran dari keluarga, organisasi keagamaan, organisasi masyarakat, media juga bagian lain dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang dapat dikategorikan kepada wahana dimana pendidikan kewarganegaraan berperan.

Pernyataan Soekarno yang dikutip Yudi Latif (Latif, 2011:410)

menjelaskan “bahwa demokrasi-politik sahaja, belum menyelamatkan

rakyat. Bahkan di negeri-negeri, sebagai Inggeris, Nederland, Perancis, Amerika dll., dimana demokrasi telah dijalankan, kapitalisme merajalela dan kaum Marhaen-nya papa-sengsara! Kaum nasionalis Indonesia tidak

boleh mengeramatkan “demokrasi” yang demikian itu” (1932; 1965:173).

Dalam suatu Negara demokratis, partisipasi warganegara merupakan syarat pokok atau utama yang mesti dilakukan oleh setiap warga negaranya dalam proses politik. Mewujudkan kehidupan masyarakat yang demokratis dengan sendirinya akan mengalami hambatan manakala warganegaranya tidak partisipatif dalam proses dan kegiatan pengambilan keputusan negaranya. Namun sebaliknya jika warganegara mampu melibatkan dirinya atau ikut serta dalam proses pengambilan


(32)

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

keputusan politik, maka akan mendorong terwujudnya kehidupan msyarakat yang demokratis (Wuryan, Sri dan Syaifullah, 2009:70). Seperti dikemukakan oleh Winataputra (2012:80) Pengembangan civic participation memang merupakan tujuan akhir dari civic education.

Cogan (1999 : 4) yang dikutip dalam buku panduan kuliah Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan tinggi Ganjar M Ganeswara dan Wilodati (2002:1) mengemukakan bahwa civic education sebagai “…the foundational course work in school designed to prepare young citizens for an active role in their communities in their adult lives”, yaitu suatu mata pelajaran dasar di sekolah sebagai yang dirancang untuk mempersiapkan warganegara muda, agar kelak setelah dewasa dapat berperan aktif dalam masyarakatnya.

Pendapat Huntington (1991) yang dikutip oleh Sri Wuryan (2009:95) bahwa proses demokratisasi menyangkut partisipasi warga Negara, karena perlu penyiapan warga Negara agar dapat berpartisipasi secara cerdas dan bertanggungjawab.

Kehidupan berbangsa dan bernegara yang dipandang sangat kompleks itu dilihat dari realitas kehidupan masyarakat Indonesia yang sarat akan mobilisasi-mobilisasi masa demi kepentingan politis suatu golongan. Sedangkan cita-cita pendidikan Nasional khususnya pendidikan kewarganegaraan adalah mewujudkansmart and good citizen. Smart and good citizen adalah warga Negara yang menguasai persoalan (well-informed/enlightened) yang didukung oleh kompetensi kewarganegaraan yakni civic knowledge, civic disposition, civic skill yang memadai, memiliki komitmen (commited) terhadap cita-cita, nilai, konsep dan prinsip semokrasi untuk kesejahteraan dan keadilan, dan bertanggung jawab (responsible) sebagai warganegara yang diwujudkan dalam keikutsertaannya dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik (Winataputra, 2012:8).


(33)

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sebagai wahana demokratisasi melalui program pendidikan formal dan informal, pendidikan demokrasi dan HAM memerlukan perangkat pengalaman belajar (learning experiences), seperti kurikulum/program belar dan pembelajaran yang secara programatik dapat memandu terjadinya proses pengembangan cita-cita, nilai, konsep dan prinsip demokrasi dalam diri peserta didik. Untuk itu diperlukan upaya sestematis dan sistemik untuk merancang kurikulum pembelajaran yang secara konseptual menjadi wahana pendidikan demokrasi dalam konteks pembangunan masyarakat yang demokratis. Oleh karena itu diperlukan proses rekonseptualisasi pendidikan kewarganegaraan dalam konteks pendidikan demokrasi Indonesia (Winataputra, 2012:71).

Pengembangan “civil society” atau “masyarakat madani” bagi Indonesia sengat erat kaitannya dengan demokratisasi, khususnya dalam rangka perluasan fungsi dan optimalisasi peran aktif dari warganegara yang harus dilakukan dengan cerdas dan baik dala membangun masyarakat yang benar-benar demokratis sesuai dengan konteks negaranya, maka tidak dapat dipungkiri betapa pentingnya pendidikan demokrasi bagi warganegara, yang memungkinkan setiap warganegara dapat belajar demokrasi melalui praktek kehidupan yang demokratis, untuk membangun tatanan dan praksis kehidupan demokrasi yang lebih baik di masa mendatang atau learning democracy, in democracy, and for democracy (APCEC:2000). Dengan demikian kualitas kehidupan demokrasi dalam masyarakat madani Indonesia semakin lama semakin meningkat (Winataputra 2012:192).

Menurut Penelitian Gandal dan Finn (1992) bukan saja dinegara yang sedang berkembang tetapi juga di Negara yang sudah maju education for democracy atau pendidikan demokrasi memang dianggap penting, tetapi dalam kenyataannya, mereka katakana :…it is often taken for granted or ignored- sering dianggap enteng atau dilupakan. Oleh karena itu ditegaskan (Gandal and Finn,1992:2) bahwa, democracy does not teach


(34)

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

itself. If the strengths, benefits, and responsibilities of democracy are not made clear to citizens, they will be ill-equipped to defend it. Dengan kata lain, demokrasi tidak bisa mengajarkannya sendiri. Jika kekuatan, kemanfaatan, dan tanggung jawab demokrasi tidak dipahami dan dihayati dengan baik oleh warganegara, sukar diharapkan mereka mau berjuang untuk mempertahankannya. Oleh karena itu ditekankannya lebih lanjut bahwa: Education for democracy, therefore, must be approached in a conscious and serious manner- pendidikan demokrasi harus disikapi secara sadar dan sungguh-sungguh (Winataputra 2012:192).

Implikasi dari pendangan tersebut, maka diperlukan pendidikan demokrasi yang baik yang memungkinkan warganegara mengerti, menghargai kesempatan dan tanggungjawabnya sebagai warganegara yang demokratis. Pendidikan tersebut menurut Gandal dan Finn (1992:3) …seek not only to familiarize people with the precepts and practices democracy, but also to produce citizens who are principled, independent, inquisitive, and analytic in their outlook. Yakni pendidikan yang bukan hanya sekedar memberikan pengetahuan dan praktek demokrasi, tetapi juga menghasilkan warganegara yang berpendirian teguh, mandiri, memiliki sikap selalu ingin tahu, dan berpandangan jauh ke depan. Namun demikian diingatkannya bahwa pendidikan demokrasi ini jangan hanya dilihat sebagai “isolated subject” yang diajarkan dalam waktu terjadwal yang cenderung diabaikan lagi, tetapi it is linked to nearly everythimg else that students learn in school-whether it be history, civics, ethnics, or economics- and too much that goes on outside of school. Jadi janganlah hanya dilihat sebagai mata pelajaran yang terisolasi, tetapi harus dikaitkan dengan banyak hal yang dipelajari siswa, mungkin dalam mata pelajaran sejarah, kewarganegaraan, etika, atau ekonomi, dan lebih banyak terjadi di luar sekolah. Dengan kata lain …good democracy education is a part of good education in general- pendidikan demokrasi yang baik adalah bagian dari pendidikan yang baik secara umum (Winataputra, 2012:192-193).


(35)

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berkenaan dengan hal tersebut dirasakan (Gandal and Finn, 1992:4-5) perlu dikembangkannya model school-based democracy education paling tidak dalam empat alternative bentuk.Pertama, perhatian yang cermat diberikan kepada the root and branches of the democratic idea atau landasan dan bentuk-bentuk demokrasi. Kedua, adanya kurikulum yang dapat memfasilitasi siswa untuk mengeksplorasi …how the ideas of democracy have been translated into institution and practices around the world and through the ages- bagaimana ide demokrasi telah diterjemahkan ke dalam bentuk-bentuk dan praktik diberbagai belahan bumi dalam berbagai kurun waktu. Dengan demikian sisa akan mengetahui dan memahami kekuatan dan kelemahan demokrasi dalam berbagai konteks ruang dan waktu. Ketiga, adanya kurikulum yang memungkinkan siswa dapat mengeksplorasi sejarah demokrasi di Negaranya untuk dapat menjawab persoalan apakah kekuatan dan kelemahan demokrasi yang diterapkan di Negaranya dalam berbagai kurun waktu.Keempat, tersedianya kesempatan bagi siswa untuk memahami kondisi demokrasi yang diterapkan di Negara-negara di dunia, sehingga para siswa memiliki wawasan yang luas tentang aneka ragam sistem sosial demokrasi dalam berbagai konteks.

Adapun visi dari pendidikan demokrasi yaitu, sebagai wahana substantive, pedagogis, dan sosial-kultural untuk membangun cita-cita, nilai, konsep, prinsip, sikap, dan keterampilan demokrasi dalam berbagai konteks.Dengan wawasan dan pengalamannya itu baik secara sendiri sendiri maupun bersama-sama warganegara mempu memberikan kontribusi yang bermakna bagi peningkatan kualitas demokrasi dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia.Inilah makna dari

“learning democracy, through democracy, and for democracy”.

Bertolak dari bermuara pada visi tersebut dirumuskanlah misi pendidikan demokrasi sebagai berikut:


(36)

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Memfasilitasi warganegara untuk mendapatkan berbagai akses kepad dan menggunakan secara cerdas berbagai sumber informasi (tercetak, terekam, tersiar, elektronik, kehidupan dan lingkungan) tentang demokrasi dalam teori dan praktek untuk berbagai konteks kehidupan sehingga ia memiliki wawasan yang luas dan memadai (well-informed).

2. Memfsilitasi wrganegara untuk dapat melakukan kajian konseptual dan operasional secara cermat dan bertanggungjawab terhadap berbagai cita-cita, instrumentasi, dan praksis demokrasi guna mendapatkan keyakinan dalam melakukan pengambilan keputusan individual dan atau kelompok dalam kehidupannya sehari-hari serta berargumentasi atas keputusannya itu.

3. Mefasilitasi warganegara untuk memperoleh dan memanfaatkan kesempatan berpartisipasi secara cerdas dan bertanggungjawab dalam praksis kehidupan demokrasi di lingkungannya, seperti mengeluarkan pendapat, berkumpul dan berserikat, memilih, serta memonitor dan mempengaruhi kebijakan public (Winataputra, 2012:194-195)

Civic participation diposisikan dalam paradigma baru dari pada tugas Pendidikan Kewarganegaraan sebagaimana dikemukakan oleh Sapriya dan Winataputra (2010: 1.2) yang dikutip oleh Dadang Sundawa dalam disertasinya (2012) antara lain sebagai wahana utama serta esensi pendidikan demokrasi yang dilaksanakan melalui: civic intelligence, yaitu keceerdasan dan daya nalar warga Negara baik dalam dimensi spiritual, rasional, emosional, maupun sosial; civic responsibility, yaitu kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara yang bertanggung jawab, dan civic participation, yaitu kemampuan berpartisipasi warganegara atas dasar tanggung jawab, baik secara individual, sosial, maupun sebagai pemimpin hari depan.Pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan demokrasi diharapkan mencapai tujuan akhirnya yaitu pembentukan civic participation.

Unsur-unsur civic participationhasil dari pembahasan yang dilakukan oleh Center for Civic Education dalam National Standard for Civic and Government (1994 : 127-135). Antara lain uraian diambil dalam garis besar yaitu, partisipasi warganegara dalam interaksi terhadap objek


(37)

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

politik dan pemerintahan, partisipasi warganegara dalam monitoring objek politik dan pemerintahan dan partisipasi warganegara dalam mempengaruhi proses politik. Adapun secara lebih terperinci dapat kita uraikan sebagai berikut :

Tabel 1.1.

Ketrampilan Kewarganegaraan : Komponen Ketrampilan Partisipasi

UNSUR KETRAMPILAN PARTISIPASI WARGA NEGARA

1. Berinteraksi (termasuk berkomunikasi tentunya) terhadap obyek

yang berkaitan dengan masalah

– masalah publik, yang termasuk dalam ketrampilan ini, al.:

– bertanya, menjawab, berdiskusi dengan sopan santun;

– menjelaskan artikulasi kepentingan;

– membangun koalisi, negoisasi, kompromi;

– mengelola konflik secara damai;

– mencari konsensus.

2. Memantau/memonitor masalah politik dan pemerintahan terutama

dalam penanganan persoalanpersoalanpublik ,yang termasuk ketrampilan ini al. :

– Menggunakan berbagai sumber informasi seperti perpustakaan, surat kabar, TV, dll untukmengetahui persoalan-persoalan publik;

– Upaya mendapatkan informasi tentang persoalan publik dari kelompok – kelompokkepentingan, pejabat pemerintah,

lembaga-lembaga pemerintah. Misalnya dengan caramenghadiri berbagai pertemuan publik seperti : pertemuan organisasi siswa, komite sekolah, dewan sekolah, pertemuan desa/BPD,

pertemuan wali kota, LSM, dan organisasi kemasyarakatan lainnya.


(38)

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

maupun informal, yang termasukketrampilan ini al.:

– Melakukan simulasi tentang kegiatan : kampanye, pemilu, dengar pendapat di DPR/DPRD,pertemuan wali kota, lobby, peradilan;

– Memberikan suara dalam suatu pemilihan;

– Membuat petisi;

– Melakukan pembicaraan/memberi kesaksian di hadapan lembaga publik;

– Bergabung atau bekerja dalam lembaga advokasi untuk memperjuangkan tujuan bersama ataupihak lain;

– Meminta atau menyediakan diri untuk menduduki jabatan tertentu.

Sumber : Diolah dari Center for Civic Education (1994). National Standard for Civics andGovernment, p. 127-135.

I. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan yang berlokasi di Komplek Ruko Golden Road Blok C33 No 9, ITC BSD, Serpong, Kota Tangerang Selatan.

2. Subjek Penelitian

Pada kesemua strategi penelitian yang hendak dilakukan peneliti tidak lain yang akan menjadi sumber data penelitian yaitu Program Manager, finance Manager, Program Officer, Staff Program officer, Administration Staff dan peserta didik Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan. Juga yang utama Sekolah tersebut dari mulai perencanaan hingga proses belajar pembelajarannya.


(39)

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik


(40)

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Mengkaji prilaku dari kelompok membutuhkan ketekunan dan kesabaran dari seorang peneliti. Hal terkait mendorong peneliti untuk terjun langsung menjadi bagian dari objek penelitian. Walaupun intensitas keterlibatan tidak menjadi jaminan dari hasil penelitian, kali ini peneliti bermaksud untuk menggali secara mendalam proses prilaku yang terjadi dalam kelompok sebagai objek penelitian dari peneliti. Berdasarkan apa yang hendak diteliti berdasar pada rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka penelitian ini diputuskan menggunakan pendekatan kualitatif. Melalui penelitian ini peneliti akan mendapatkan kemantapan dalam penelitian berdasarkan pada hal yang peneliti alami. Penelitian dengan pendekatan ini pun mampu menggali wawasan tentang sesuatu yang baru sedikit diketahui (Strauss dan Corbin 2009:5). Alasan pemilihan pendekatan kualitatif tersebut sesuai dengan rumusan dari permasalahan yang diajukan peneliti. Adapun hakikat penelitian kualitatif menurut Moleong (2010:6) adalah:

“Penelitian kulitatif merupakan penelitian yang bermaksud memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, presepsi, motivasi, tindakan dan lain secara holistic dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah”.

Bogdan dan Taylor dalam Basrowi dan Suwandi (2008:1) mengemukakan pengertian pendekatan kualitatif, sebagai berikut :

“Penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati.Pendekatan kualitatif diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh)”.


(41)

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena dalam penelitian ini, peneliti berusaha menggambarkan hasil penelitian atau fenomena-fenomena yang diteliti yang kemudian digambarkan ke dalam bentuk uraian-uraian sekolah demokrasi Tangerang Selatan dalam membina civic participation peserta didiknya.

Sejalan dengan hal tersebut, Bogdan dan Taylor dalam Suwandi dan Basrowi (2008: 22) mengungkapakan harapan dari pendekatan kualitatif, sebagai berikut :

“Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan suatu uraian mendalam tentang ucapan, tulisan dan atau perilaku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat dan atau suatu organisasi tertentu dalam suatu setting konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistik”.

Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama. Moleong (2007: 132), menyatakan bahwa :

“Dalam penelitian kualitatif manusia adalah instrumen utama karena ia menjadi segala bagi keseluruhan proses penelitian, ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana, pengumpul data, analisis data, analisis penafsiran dan pada akhirnya ia menjadi pelopor hasil penelitiannya”.

Jadi selama proses penelitian ini peneliti akan lebih banyak melakukan komunikasi dengan subjek penelitian di Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan. Dalam penelitian ini lebih mengungkapkan secara deskriptif hasil penelitian yang akan dicapai.

2. Metode Penelitian

Secara harfiah, kata metodologi berasal dari bahasa Yunani yang

terdiri dari kata “mefha” yang berarti melalui, “hodos” yang berarti jalan atau cara, dan kata “logos” yang berarti ilmu pengetahuan. Metodologi penelitian


(42)

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

adalah suatu cara yang digunakan dalam mencari sesuatu hal dengan menggunakan logika berpikir sehingga diperoleh suatu hasil yang diinginkan.

Masyhuri dan Zainuddin (2008: 151), menjelaskan mengenai pengertian metode, yaitu:

“Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi adalah suatu pengkajian dalam memperoleh peraturan-peraturan suatu metode. Jadi, metodologi penelitian adalah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian”. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalahmetode deskriptif analitis yaitu metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, fenomena-fenomena yang sedang terjadi dan berhubungan dengan kondisi masa kini. Metode deskriptif yang mana didefinisikan oleh Whintney (1960) yang dikutip oleh Nazir dalam bukunya Metode Penelitian (2005), metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajarai masalah-masalah dalam masyarakat serta tatacara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena. Dalam metode deskriptif, peneliti bisa saja membandingkan fenomena-fenomena tertentu sehingga merupakan suatu setudi komparatif, adakalanya peneliti mengadakan klasifikasi, seerta penelitian terhadap fenomena-fenomena dengan menetapkan suatu setandar atau suatu norma tertentu sehingga banyak ahli menamakan metode deskriptif ini dengan nama survei normatif (normative survey). Dengan metode deskriptif ini juga diselidiki kedudukan (status) fenomena atau faktor dan melihat hubungan antara satu faktor dengan faktor yang lain. Karenanya, metode deskriptif juga dinamakan studi status (satus study) (online:http://blog.uin-malang.ac.id/muttaqin/2010/11/28/10/).


(43)

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Peneliti menganggap metode ini sangat tepat digunakan dalam memaparkan fakta-fakta secara menyeluruh dari hasil penelitian. Kemudian dianalisi dengan metode analitik dengan harapan dapat membandingkan kenyataan yang telah didapatkan dengan teori yang digunakan sebagai referensi dalam mengungkapkan kebenaran atas suatu masalah yang telah dirumuskan mengenai peran dari Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan dalam membina civic participation peserta didik.

B. Teknik Pengumpulan Data

Adapun data-data yang diperlukan oleh peneliti, secara teknik dapat diperoleh melalui beberapa kegiatan teknik pengumpulan data yang akan digunakan sebagai berikut :

1. Observasi Kualitatif

Observasi atau pengamatan ialah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung (Ngalim Purwanto, 1985 dalam Basrowi & Suwandi, 2008: 93). Sedangkan alasan secara metodologis bagi penggunaan observasi atau pengamatan ialah: pengamatan mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan, dan sebaginya; pengamatan memungkinkan pembentukan pengetahuan yang diketahui bersama, baik dari pihaknya maupun dari pihak subjek.Strategi ini merupakan observasi yang didalamnya peneliti langsung turun kelapangan untuk mengamati perilaku dan aktivitas individu-individu di lokasi penelitian. Dalam pengamatan ini, peneliti merekam/mencatat baik dengan cara terstruktur maupun semiterstruktur (Creswell, 2012:267). Observasi kualitatif ini dilakukan terhadap proses baik belajar pembelajaran dikelas dan luar kelas juga kegiatan diluar pembelajaran yang dilakukan pengurus dari Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan.


(1)

219

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dapatmenjadikontribusinyatabagiparalulusan,selaindirinyaberkipra hdalamranahpendidikan formal sebagaipendidik.

4. BagiPenelitiSelanjutnya

a. Kajianterhadap program SekolahDemokrasiTangerang Selatan tidaklahberhentisampaidisini. Namunmasihbanyak yang dapatdikajiyaitu, bagaimanaperan program terhadappembangunandemokrasi Kota Tangerang Selatan, kajiandariberbagaipersepsiterhadapkeberadaan program tersebutjugakajianlebihmendalamterhadapkontendaripembelajaran yang diimplementasikan program SekolahDemokrasi.

b. Hendaknyapenelitiberikutnyamengembangkanberntukpendidikanw argenegara informal dengan basis penguatannilaiPancasiladalam proses pembinaannya.


(2)

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1996, ProsedurPenelitianSuatuPendekatanPraktek, Jakarta: RinekaCipta.

Aziz Wahab, A. 2011. TeoridanLandasanPendidikanKewarganegaraan, Bandung: Alfabeta

B. Simandjuntak. 1980, PengantarKriminologidanPatologiSosial, Bandung: Tarsito.

BasrowidanSuwandi.2008, MemahamiPenelitianKualitatif. Jakarta: RinekaCipta. Branson, Margaret S. 1999. Belajar “Civic Education” dariAmerika. Yogyakarta:

LKiS

Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-dasarIlmuPolitik. Jakarta: GramediaPustakaUtama

Budimansyah, Dasim. (2010).

PenguatanPendidikanKewarganegaraanUntukMembangunKarakterBangs a. Bandung: WidyaAksara Press.

Center for Civic Education. 1994. National Standards for Civic and Government, Calabasas: CCE.

Cogan, J.J.1999.Developing the Civic Society: The Role of Civic Education.Bandung: CICED.

Corbin, Juliet & Strauss, Anslem. 2009. Dasar-dasarPenelitianKualitatif: Tata langkahdanTeknik-teknikTeorisasi Data. Yogyakarta: PustakaPelajar. Creswell, John W. 2012. RESEARCH DESIGN; PendekatanKualitatif,

Kuantitatif, dan Mixed.Yogyakarta: PustakaPelajar.

D’Agostino, Maria J. (2006). Social Capital: Lessons from a Service-Learning Program. Center For Civic Engagement. Park University International


(3)

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gaffar, Afan. 1999. Politik Indonesia: TransisiMenujuDemokrasi. Yogyakarta: PustakaPelajar

Ganeswara, Ganjar M &Wilodati. 2002.

PanduanKuliahPendidikanKewarganegaraanUntukPerguruanTinggi. Bandung: Yasindo Multi Aspek.

Kalidjernih, F. 2009. PusparagamKonsepdanIsuKewarganegaraan. Bandung: WidiaAksaraPers

Kerr, David. (1999). Citizenship Education: An International Comparison. England: National Foundation for Educational Research-NFER.

Komalasari, Kokom&Syaifullah. 2009. Kewarganegaraan Indonesia: Konsep, PerkembangandanMasalahKontemporer. Bandung: LaboratoriumPKn FPIPS UPI

Latif, Yudi. 2011. Negara Paripurna :Historisitas, Rasionalitas, danAktualitasPancasila. Jakarta: PT. GramediaPustakaUtama.

Moleong, J, Lexy.2010. MetodologiPenelitianKualitatif. Bandung: PT RemajaRosdakarya Offset.

Nasution.(1996). MetodePenelitianNaturalistik-Kualitatif. Bandung: Tarsito. Nurtjahjo, Hendra. 2008. FilsafatDemokrasi. Jakarta: PT. BumiAksara

Quigley, C.N. Buchanan Jr. J.H. & Bahmueller, C.F. eds. (1991).Civitas: A Framework for Civic Education.Calabasas: Center for Civic Education. Ramanta, Dedi. 2011. BukuPaanduanSekolahDemokrasiTangerang

Selatan.Tangerang Selatan: PerekatDemokrasibekerjasamadengan KID Santosa, Kholid O. 2010. PraktekDemokrasiLangsung di Indonesia. Bandung:


(4)

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sapriya&Udin S. Winataputra. 2004. PendidikanKewarganegaraan: Model PengembanganMateridanPembelajaran. Bandung: LaboratoriumPKn FPIPS UPI.

Soerjono, Soekanto. 1999. Sosiologi: sebagaiSuatuPengantar. Jakarta: Raja Grafindo.

Suryadi C, Adi. 2006. Rekonstruksi Civil Society: WacanadanAksiOrnop di Indonesia. Jakarta: LP3ES

Syaifullahdan SriWuryan. 2009. IlmuKewarganegaraan (CIVICS). Bandung: LaboratoriumPendidikanKewarganegaraan, UPI.

WinataputradanBudimansyah. (2007). Civic Education: Konteks, Landasan, Bahan Ajar, danKulturKelas. Bandung: Program StudiPKn SPs UPI.

Winataputra, Udin S. 2012.

PendidikanKewarganegaraandalamPerspektifPendidikanuntukMencerdas kanKehidupanBangsa, (Gagasan, Instrumentasi, danPraksis). Bandung: WidyaAksara Press.

Zainuddindan Masyhuri.2008.MetodologiPenelitian

(PendekatanPraktisdanAplikatif). Bandung: PT RefikaAditama

SumberYuridis

Undang-undangnomor 20 tahun 2003 TentangSistemPendidikanNasional

AktaNotaris, Nomor 08.- : YendraWiharja, S.H., M.H., PendirianPerkumpulan PEREKAT Demokrasi. 2010.


(5)

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Fachruddin. 2005. Educating for Democracy: Ideas and Practices of Islamic Civil Society Association in Indonesia.Dissertation at University of Pittsburgh Sundawa, Dadang. 2012. MembangunKecerdasanBerdemokrasiWarga Negara

MudaMelaluiPerwujudanKelasPKnsebagaiLaboratoriumDemokrasi. DisertasipadaUniversitasPendidikan Indonesia: TidakDiterbitkan

SumberJurnal

L. Bray, Bernard and Larry W. Chappel. (2005).Civic Theater for Civic Education. In Journal of Political Science Education. Volume 1, Number 1, 2005 (p.83-108).

Naval, Concepcion; Print, Murray & Veldhuis, Ruud. (2002).Education for Democratic Citizenship in the New Europe: Context and Reform.European Journal of Education. Vol. 37. No. 2.

Sumber Online

[Online] Tersedia :http://www.demokrasitangerang.or.id

[Online] Tersedia: http://blog.uin-malang.ac.id/muttaqin/2010/11/28/10/ [28 November 2010]

[Online]Tersedia: http://www.antaranews.com/berita/308625/parpol-harus-mampu-terjemahkan-keinginan-masyarakat


(6)

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu