HUBUNGAN AKTIVITAS JASMANI DAN KONDISI BIOPSIKOSOSIAL PADA KELOMPOK USIA LANJUT GASIBU KOTA BANDUNG.

(1)

PADA KELOMPOK USIA LANJUT GASIBU KOTA BANDUNG SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Oleh : Faisal Rojabi

0705018

JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Hubungan Aktivitas Jasmani Dan Kondisi

Biopsikososial Pada Kelompok Usia Lanjut

Gasibu Kota Bandung

Oleh Faisal Rojabi

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Faisal Rojabi 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

0705018

HUBUNGAN AKTIVITAS JASMANI DAN KONDISI BIOPSIKOSOSIAL PADA

KELOMPOK USIA LANJUT GASIBU KOTA BANDUNG

Disetujui dan disahkan oleh :

Pembimbing I

dr. LUCKY ANGKAWIDJAYA R, M.Pd NIP. 197103282000121001

Pembimbing II

Drs. H. YUS SOLIHIN YUSAKARIM, M.Ed NIP. 195003111978101001

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Drs. MUDJIHARTONO, M.Pd NIP. 196508171990011001


(4)

vi Faisal Rojabi, 2014

Hubungan Aktivitas Jasmani Dan Kondisi Biopsikososial Pada Kelompok Usia Lanjut Gasibu Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK………..……… i

KATA PENGANTAR……….……….. ii

UCAPAN TERIMA KASIH……….……… iii

DAFTAR ISI………...……… vi

DAFTAR TABEL………..……… DAFTAR GAMBAR……….……… viii viii DAFTAR LAMPIRAN………..……… ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……….……….. 1

B. Masalah Penelitia ...………... 6

C. Tujuan Penelitian………. 6

D. Manfaat Penelitian……….……….. 6

BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. B. C. D. E F. G. H. I. Aktivitas Jasmani……….………….……….. Lansia………. Hubungan Aktivitas Jasmani dengan Komponen Usia Lanjut

Masalah Kesehatan Pada Lansia…….………..

Manusia Sebagai Makhluk Biopsikososial………. 1. Manusia sebagai Makhluk Biologis

2. Manusia Sebagai Makhluk Psikologis 3. Manusia Sebagai Makhluk Sosial 4. Kebutuhan Dasar Biologis Pada Lansia 5. Psikososial Pada Lansia

Hubungan Aktivitas Jasmani dan Biopsikososial Penelitian yang Relevan

Anggapan Dasar Hipotesis Penelitian 8 20 23 25 28 29 31 32 35 38 41 43 45 46

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Objek, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi 2. Objek 3. Populasi 4. Sampel 47 47 47 47 47


(5)

B. Desain Penelitian…..………....………... 48 C. Metode Penelitian……… 49

D. Definisi Operasional………..……….. 49

E. Instrumen Penelitian………..………

F. Pengajuan Instrumen Penelitian………

G. Teknik dan Alat Pengumpulan Data……….

51 56 5

BAB IV HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

A. Deskripsi Data Hasil Angket…..….………... 62

1. Tingkat Aktivitas Jasmani 2. Kondisi Biopsikososial 3. Uji Hipotesis

B. Diskusi Pembahasan Hasil Penelitian………..……..….

62 71 78 82

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan……….. 85 B. Saran……… 85

DAFTAR PUSTAKA……….………... 87

LAMPIRAN


(6)

viii Faisal Rojabi, 2014

Hubungan Aktivitas Jasmani Dan Kondisi Biopsikososial Pada Kelompok Usia Lanjut Gasibu Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Definisi Operasional….………...… 44 Tabel 3.2 Rekapitulasi Data………..……….. 52 Tabel 3.3

Tabel 3.4

Persentase Jawaban………...………..

Interpretasi Nilai Korelasi……… 54 55

Tabel 4.1 Hasil Kuisioner Pada Aktivitas Jasmani..……… 57 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Tabel 4.11 Tabel 4.12 Tabel 4.13 Tabel 4.14 Tabel 4.15 Tabel 4.16 Tabel 4.17

Hasil Pengelompokkan Kelas Berdasarkan Jawaban Responden………...………... Hasil Jawaban Responden (1)……….. Hasil Jawaban Responden (2)……….. Hasil Jawaban Responden (3)……….. Hasil Jawaban Responden (4)……….. Hasil Jawaban Responden (5)……….. Hasil Jawaban Responden (6)……….. Hasil Jawaban Responden (7)……….. Hasil Jawaban Responden (8)……….. Hasil Jawaban Responden (9)……….. Hasil Jawaban Responden (10)……… Hasil Jawaban Responden (11)……… Hasil Pengelompokkan Kelas Berdasarkan Jawaban Responden……… Hasil Tigkat Biopsikososial Berdasarkan Jawaban

Responden……… Hasil Uji Korelasi Aktivitas Jasmani dengan Biopsikososial

58 58 59 60 61 61 62 63 63 64 65 66 72 75 76


(7)

Halaman Gambar 2.1 Sifat Relatif Kebugaran Jasmani……...……… 12 Gambar 3.1 Langkah-langkah penelitian……….………. 42 Gambar 4.1 Distribusi Normal Aktivitas Jasmani..……….. 74 Gambar 4.2 Hasil Uji Distribusi Normal Aktivitas Jasmani


(8)

x Faisal Rojabi, 2014

Hubungan Aktivitas Jasmani Dan Kondisi Biopsikososial Pada Kelompok Usia Lanjut Gasibu Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Kisi-kisi……… x

2 Angket Uji Coba……….. xiii

3 Uji Validitas Angket Uji Coba……… xx

4 Data Hasil Uji Validitas……….. xxii

5 Uji Reliabilitas………. xviii

6 Angket Setelah Uji Coba………. xxix

7 Tabel Input Data……….. xxxiii 8

9

Hasil Pengolahan Data……… Dokumentasi Penelitian

xxxvii xxxix


(9)

i

Setiap manusia memerlukan gerak dalam kehidupannya sebagai pertanda kehidupan, bergerak dalam hal kegiatan sehari-hari merupakan serangkaian aktivitas jasmani seperti berjalan, berlari dan melompat. Perubahan aktivitas akan berbeda jika seseorang memiliki usia lanjut yang akan memilih olahraga yang aman seperti berjalan kaki, senam atau olahraga yang tidak menimbulkan gangguan terutama pada persendian. Pola hidup yang sehat seperti rutin berolahraga akan menunjang tingkat kemampuan aktivitas jasmani para lansia, dengan kesehatan yang baik maka akan menunjang kegiatan jasmani dapat dilakukan secara teratur. Akan tetapi para lansia mengalami hambatan untuk melakukan aktivitas jasmani dan kondisi ini dapat mempengaruhi kondisi biopsikososial para lansia tersebut.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Aktivitas Jasmani dengan Kondisi Biopsikososial pada Kelompok Usia Lanjut di Gasibu Kota Bandung.

Metode yang digunakan dalam penelititan ini adalah metode penelitian deskriptif analitik. Populasi adalah komunitas usia lanjut Gasibu yang berjumlah 60. Teknik pengambilan sampling purposive yaitu aktif terlibat dalam kegiatan jasmani sebanyak 40 lansia.

Berdasarkan hasil pengujian Nilai hasil uji signifikansi 0.002 artinya koefisien korelasi signifikan secara statistik. Nilai uji signifikansi koefisien korelasi diperoleh t-hitung sebesar 3.40 yang lebih besar dari t-tabel (dk=40-1, α=0,95) = 2.708. Artinya, Ho yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan

positif dan signifikan antara aktivitas jasmani dengan kondisi biopsikososial ditolak dan menerima Ha yang menyatakan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara aktivitas jasmani dan kondisi biopsikososial

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa: terdapat hubungan yang signifikan Aktivitas Jasmani dan Kondisi Biopsikososial pada Kelompok Usia Lanjut di Gasibu Kota Bandung.


(10)

i

Faisal Rojabi, 2014

Hubungan Aktivitas Jasmani Dan Kondisi Biopsikososial Pada Kelompok Usia Lanjut Gasibu Kota Bandung

PHYSICAL ACTIVITY AND

BIOPSYCHOSOCIAL CONDITIONS

RELATIONSHIPS OF ELDERLY GROUP IN GASIBU

BANDUNG CITY

Faisal Rojabi

1

, Lucky Angkawidjaya

2

, Yus Solihin

3

Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Indonesia

Abstrac

Every human being requires a motion in his life as a sign of life, engaged in everyday activities is a series of physical activities such as walking, running and jumping. Changes in activity would be different if someone had elderly who will choose a safe exercise such as walking, gymnastics or sports that do not cause interference, especially in the joints. A healthy lifestyle such as regular exercise will support the level of physical activity of the elderly. Good health will support physical activity which is can be done on a regular basis. However, the elderly experience barriers to physical activity and this condition can affect the biopsychosocial condition of the elderly. The purpose of this study was to determine the Relationships between Physical Activity And Biopsychosocial condition in Group of Elderly in Gasibu Bandung City. The method used in this study is a descriptive analytic method. The population is the elderly Gasibu communities totaling 60 persons. The sampling technique that is used in this study is Purposive sampling technique which is actively engaged in physical activity by 40 persons. Based on the results, the Value of significance of test is 0,002 it means the correlation coefficient is statistically significant. values of Significance correlation coefficient test obtained t count at 3,40 which is higher than t-table (df = 40-1, α = 0.95) = 2,708. It means Ho which states that, there is no significant positive relationship between physical activity and the biopsychosocial conditions, is rejected, and accept Ha which states that there is a positive and significant relationship between physical activity and the biopsychosocial conditions. The conclude from the results of the study: there is a significant relationship between Physical Activity And Biopsychosocial Conditions of the Elderly Group in Gasibu Bandung City.


(11)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap manusia memerlukan gerak dalam kehidupannya sebagai pertanda kehidupan, bergerak dalam hal kegiatan sehari-hari merupakan serangkaian aktivitas jasmani seperti berjalan, berlari dan melompat. Kegiatan jasmani yang dilakukan berbeda sesuai dengan usia, dimana tahapan usia dimulai yang dari anak-anak hingga masa lansia. Pada masa anak-anak aktivitas berlari atau bermain adalah hal yang biasa. Berbeda dengan remaja yang lebih banyak melakukan aktivitas berkelompok dan berpetulang seperti berolahraga dalam bentuk kelompok misalkan sepakbola, bermain futsal atau melakukan cross country. Perubahan aktivitas akan berbeda jika seseorang memiliki usia lanjut yang akan memilih olahraga yang aman seperti berjalan kaki, senam atau olahraga yang tidak menimbulkan gangguan terutama pada persendian. Maka setiap aktivitas jasmani itu berbeda-beda sesuai dengan karakteristik usia.

Usia memiliki hubungan dengan aktivitas jasmani, kegiatan jasmani itu sendiri ditujukan untuk meningkatkan kualitas kesehatan atau meningkatkan kebugaran dan prestasi. Inti kegiatan jasmani adalah menjaga kesehatan atau meningkatkan kualitas kehidupan. Aktivitas jasmani manusia yang mengalami masa peningkatan dari masa anak-anak menuju dewasa kemudian mengalami penurunan pada saat memasuki masa lansia. Setiap orang memiliki kebutuhan berbeda terhadap kegiatan jasmani sesuai dengan usia yang dimiliki. Tingkat kebutuhan terhadap aktivitas jasmani manusia itu sendiri dibutuhkan guna menunjang kegiatan dalam kehidupan yang dapat dilakukan secara teratur. Kegiatan jasmani yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki secara teratur, berlari, bersepeda, senam atau berenang penting dilakukan untuk menjaga kesehatan. Tanpa adanya kegiatan olahraga sulit untuk menjaga kesehatan atau sebaliknya orang yang sehat mampu melakukan kegiatannya dengan baik.


(12)

2

Faisal Rojabi, 2014

Hubungan Aktivitas Jasmani Dan Kondisi Biopsikososial Pada Kelompok Usia Lanjut Gasibu Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Aktivitas jasmani akan membuat kehidupan menjadi bermakna dan sebaliknya bila aktivitas jasmani kurang baik maka aktivitas menjadi terhambat dan kualitas hidup sebagai manusia berkurang maka dari itu kesehatan sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup manusia

Dengan adanya kegiatan olahraga dan asupan gizi serta beristirahat yang teratur maka kesehatan akan terjaga yang akhirnya memberi kebaikan pada kualitas kehidupannya. Begitupun sebaliknya, rendahnya kesehatan akan mengurangi kemampuan tubuh untuk melakukan aktivitas jasmani khususnya pada para lansia. Pola hidup yang sehat seperti rutin berolahraga akan menunjang tingkat kemampuan aktivitas jasmani para lansia, dengan kesehatan yang baik maka akan menunjang kegiatan jasmani dapat dilakukan secara teratur. Kegiatan jasmani bagi para lansia dilakukan dengan memperhatikan kondisi fisik maupun mental para lansia. Kegiatan jasmani yang dipilih adalah kegiatan yang aman dan menyenangkan terutama untuk menghindari perasaan sepi misalkan jarang berinteraksi dengan keluarga, hanya tinggal berdua dengan istri di rumah bahkan seorang diri ditemani pembantu. Pada saat yang sama tubuh tidak lagi memiliki sistem kekebalan atau kondisi fisik yang biasa melakukan kegiatan layaknya individu yang berusia lebih muda. Para lansia perlu menjaga kesehatannya agar tidak tergantung kepada orang lain serta mampu melakukan aktivitas jasmaninya secara teratur.

Berbeda dengan seseorang yang masih berusia muda, para lansia sangat rentan dengan masalah kesehatan, oleh karena itu pemeliharaan kesehatan di kalangan lansia merupakan faktor yang sangat penting diperhatikan. Kebutuhan terhadap kesehatan baik jasmani dan rohani perlu mendapatkan perhatian penuh karena disisi lain kehidupan para lansia tampaknya mulai merasa terasing dari kehidupan karena sudah tua, merasa tidak berdaya dan hanya bergantung kepada yang lebih muda.

Pemeliharaan kesehatan melalui aktivitas jasmani pada lansia adalah memelihara dan/atau meningkatkan kemandirian dalam peri kehidupan didalam biopsikososialnya, dimana biopsikososial itu adalah pendekatan yang berpendapat bahwa biologis,psikologis dan faktor sosial berperan dalam kontek penyakit yaitu


(13)

secara biologis menjadi (lebih) mampu menjalani kehidupannya secara mandiri, tidak tergantung pada bantuan orang lain. Kemandirian tidak lagi mudah untuk dicapai sebagaimana layaknya masa muda. Kemampuan fisik berkurang dan sangat membutuhkan bantuan orang lain dalam hal tertentu, kemandirian tersebut dibutuhkan oleh para lansia dan kemudian tidak akan terlalu membebani orang lain karena lansia itu sendiri mampu melakukan aktivitasnya di kesehariannya dalam hal tertentu tanpa adanya bantuan orang lain.

Secara psikologik dilihat dari usianya sebagai lansia, para lansia membutuhkan kegiatan jasmani yang berbeda. Ditambah dengan berbagai macam beban psikologis misalnya post-power syndrome terutama pada saat memasuki masa pensiun. Setelah tidak bekerja para lansia mengalami masa yang cukup berat terlebih bagi para lansia terutama yang sebelumnya memiliki jabatan tinggi atau memiliki kekuasaan baik dalam pekerjaan maupun dalam kegiatan organisasi. Melalui kegiatan jasmani seperti berjalan santai, senam, berbaur dengan sesama lansia mampu menumbuhkan rasa percaya diri dan membuat para lansia tidak merasa terasing. Sebenarnya para lansia lebih mampu bersosialisasi dengan masyarakat lingkungannya sehingga masih dapat menyumbangkan manfaat dari pengetahuan dan pengalaman hidupnya, bukannya menjadi beban bagi keluarga dan/atau masyarakatnya. Seperti dinyatakan Walgito (2002, hlm.40) bahwa: “dalam lingkungan masyarakat ini adanya interaksi individu satu dengan lain akan berpengaruh terhadap perkembangan individu.” Lansia yang sehat mampu melakukan kegiatan jasmani begitupun sebaliknya, kegiatan jasmani akan membuat badan, jiwa dan secara sosial menjadi lebih baik. Para lansia memiliki waktu luang cukup untuk berinteraksi dan berbagi pengalaman dan dengan interaksi yang dilakukan dalam masyarakat akan mendorong sosialisasi pengalaman para lansia yang sangat berharga untuk diberikan kepada generasi yang lebih muda. Berbagi pengalaman melalui kegiatan jasmani akan menempatkan para lansia sebagai bagian penting dalam struktur masyarakat.

Para lansia diharapkan memiliki jadwal atau kegiatan olahraga yang rutin dilakukan, selain bermanfaat dari sisi jasmani, olahraga rutin akan bermanfaat bagi perkembangan rohani terutama dalam membangun biopsikososial seperti


(14)

4

Faisal Rojabi, 2014

Hubungan Aktivitas Jasmani Dan Kondisi Biopsikososial Pada Kelompok Usia Lanjut Gasibu Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kemandirian secara fisik, tumbuhnya rasa percaya diri dan kemampuan bersosialisasi dengan lingkungan.Kegiatan olahraga tidak dapat dilakukan seorang diri karena bisa berbahaya atau justru menambah rasa sepi. Olahraga bagi lansia biasanya dilakukan bersama komunitas. Hal ini umumnya ditujukan agar para lansia dapat bertemu dan saling berkomunikasi satu sama lain.

Olahraga bagi lansia berbeda baik tujuan maupun prosesnya para lansia (usia 60 tahun keatas) tidak boleh melakukan gerakan-gerakan maksimal atau gerakan eksplosif maksimal karena lansia rawan cedera, biasanya olahraga yang dilakukan adalah berjalan kaki hal ini dapat dilakukan oleh lansia atau senam dengan durasi waktu dan jarak yang ditempuh atapun kegiatan lainnya seperti berlari/Jogging.

Hasil observasi terhadap kegiatan olahraga yang dilaksanakan bagi para lansia pada kelompok lansia di gasibu terdapat beberapa hal yang menjadi perhatian mengenai bagaimana kondisi biopsikososial para lansia yang mengikuti olahraga secara rutin di gasibu. Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa hanya sebagian kecil para lansia yang mengikuti olahraga secara rutin minimal 3x hingga 5x dalam seminggu. Hal ini terjadi karena jadwal kegiatan rutin bagi para lansia terbatas akan tetapi bagi para lansia yang mampu mengikuti kegiatan tersebut secara rutin merupakan sebuah kegiatan yang menjadi bagian dari kesehariannya. Evaluasi terhadap kegiatan olahraga belum dilakukan secara berkala serta bagaimana hubungannya terhadap kondisi biopsikososial terutama dalam kehidupan sehari-hari. Para lansia terkadang terisolir dan merasa depresi karena memiliki ketergantungan terhadap lingkungannya.

Berdasarkan data yang dilansir oleh Departemen Kesehatan RI pada tahun 2012 menunjukan bahwa kesehatan lansia merupakan salah satu prioritas dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Studi epidemiologi tentang depresi diantara lansia komunitas melaporkan tingkat yang sangat bervariasi mulai 2% hingga 44%. Gejala-gejala depresi dialami hampir 5-10% dari semua orang yang berumur lebih dari 60 tahun. Gejala depresi muncul akibat keterlambatan penyesuaian terhadap kehilangan baik pekerjaan, penghasilan, pasangan hidup, kemampuan fungsi fisik dan melemahnya silaturahmi dengan keluarga (http://klinikberjalan.blogspot.com/2013/06 diakses 8 juli2013).


(15)

Aktivitas jasmani dalam bentuk olahraga secara rutin bagi para lansia sangat penting dan berpengaruh positif terhadap kesehatannya. Sebaliknya dengan dimilikinya kesehatan yang baik, para lansia dapat melakukan kegiatan jasmani secara teratur dan sesuai dengan kebutuhannya. Seperti dinyatakan oleh komariah (2004, hlm.48) bahwa :

…dengan melakukan olahraga kesehatan, maka perbaikan akan terlihat pada mobilitas, gerakan-gerakan tangan, serta pola dan kemampuan berjalan. Perbaikan juga dijumpai dalam tingkat sejahtera rohani yang diukur dari optimism, sikap moral, rasa keberdayaan diri, dan mampu mandiri dalam kehidupan sehari-hari secara bio-psiko-sosiologik

Secara umum tujuan olahraga bagi lansia adalah pemeliharaan dan peningkatan kemandirian dan mobilitas dalam peri kehidupan bio-psikososial sehari-hari, pencegahan dan penyembuhan penyakit non-infeksi, pengendalian berat badan dan pengaturan diet, peningkatkan semangat dan kualitas hidup.

Tujuan tersebut akan sulit dicapai tanpa adanya kegitatan aktivitas jasmani/olahraga dan kurangnya kesehatan yang dimiliki. Olahraga dengan intensitas yang teratur yang sesuai dengan kondisi para lansia agar tujuan dapat tercapai. Para lansia yang sehat mampu melakukan kegiatan jasmani seperti berjalan mengelilingi lapangan atau berlari tanpa khawatir cedera atau kelelahan. Kegiatan jasmani dan kesehatan biopsikososial memiliki hubungan yang tidak dapat dipisahkan.

Kehidupan sosial maupun kondisi biopsikososial para lansia jarang diungkap sebagai kajian ilmiah dan keadaan tersebut harus diobservasi secara mendalam agar dapat diungkapkan bagaimana gambaran biopsikososial para lansia terutama dalam kehidupan sehari-hari. Gambaran yang jelas akan memberikan pengetahuan untuk mendorong kesadaran masyarakat mengenai keadaan para lansia dan meningkatkan kesadaran bahwa para lansia tetap bisa produktif dan tetap bisa berkarya. Kajian mengenai tingkat biopsikososial di Kota Bandung merupakan bagian dari upaya mengembangkan ilmu tentang aktivitas jasmani bagi kesehatan dalam bentuk biopsikososial bagi lansia yang masih kurang.


(16)

6

Faisal Rojabi, 2014

Hubungan Aktivitas Jasmani Dan Kondisi Biopsikososial Pada Kelompok Usia Lanjut Gasibu Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hasil penelitian yang dilakukan Wulandari pada tahun 2011 (undip.ac.id/32877/1/Ayu_Fitri.pdf diakses 8 juli 2013 ) terhadap kejadian dan tingkat depresi terhadap usia lanjut studi perbandingan di panti wreda dan komunitas menunjukan bahwa terdapat perbedaan kejadian dan tingkat depresi pada lanjut usia yang tinggal di panti wreda dan komunitas. Partisipasi sosial kurang, partisipasi sosial cukup, gangguan fungsional sedang berhubungan dengan kejadian depresi pada lanjut usia di panti wreda. Komunitas usia lanjut memiliki pengaruh terhadap rendahnya kejadian dan tingkat depresi .

Berdasarkan latar belakang tersebut serta pentingnya penelitian mengenai dampak olahraga terhadap kehidupan sosial para lansia serta permasalahan yang umum terjadi pada program lansia maka peneliti mengambil judul penelitian:

”Hubungan Aktivitas Jasmani dan Kondisi Biopsikososial pada Kelompok Usia lanjut Gasibu Kota Bandung

B. Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka yang menjadi masalah penelitian adalah:

1. Apakah terdapat hubungan yang signifikan Aktivitas Jasmani dan Kondisi Biopsikososial (Biophysical-Psychosocial) pada Kelompok Usia Lanjut di Gasibu Kota Bandung)?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang diajukan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Hubungan Aktivitas Jasmani dan Kondisi Biopsikososial pada Kelompok Usia Lanjut di Gasibu Kota Bandung

D. Manfaat Penelitian

Penulis berharap semoga dari penelitian yang dilakukan ini, dapat bermanfaat.


(17)

1. Secara teoritis, dapat dijadikan sumbangan informasi dan keilmuan mengenai olahraga dan dampaknya terhadap perkembangan biopsikososial para lansia yang mengikuti kegiatan jasmani secara rutin terutama dalam kehidupan sehari-hari atau turut mengembangkan ilmu tentang Geriatri.

2. Secara praktis, dapat dijadikan acuan bagi para pelatih atau penyusun program olahraga rutin dikalangan lansia serta menjadi salah satu acuan bagi masyarakat untuk mengembangkan olahraga bagi para lansia dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan para lansia.

Bagi para lansia hasil penelitian dapat dijadikan dasar untuk meningkatkan kesadaran pentingnya berolahraga secara rutin dalam rangka meningkatkan kondisi biopsikososial.


(18)

47

Faisal Rojabi, 2014

Hubungan Aktivitas Jasmani Dan Kondisi Biopsikososial Pada Kelompok Usia Lanjut Gasibu Kota Bandung

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi, Objek, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi

Lokasi pada penelitian ini bertempat di Taman Monumen Gasibu Bandung kemudian pada penelitian ini menguji bagaimana hubungan aktivitas jasmani dan kondisi biopsikososial. Pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Juni 2014.

2. Objek

Adapun yang menjadi objek penelitian ini yaitu seluruh anggota usia lanjut yang tergabung dalam komunitas Gasibu.

3. Populasi

Populasi dalam suatu penelitian merupakan salah satu wilayah sumber data yang dijadikan sebagai subjek penelitian. Abduljabar, (2010, hlm.35) menyatakan bahwa yang di maksud populasi adalah: ”sekumpulan objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. litian (pengamatan)”. Populasi menurut Ridwan (2009, hlm.6) yaitu: ”Populasi merupakan subjek atau objek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan

dengan masalah penelitian.” Lutan dkk. (2011, hlm.83) menegaskan bahwa:

”Populasi selalu merupakan sekelompok orang-orang, siswa, guru-guru, atau

individu lain yang mempunyai karakteristik tertentu.

Jadi dengan kata lain populasi bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek itu. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah komunitas usia lanjut Gasibu yang berjumlah 60.

4. Sampel

Menurut Abduljabar (2010, hlm.37) yang dimaksud dengan sampel adalah: ”bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi”. Maka sampel


(19)

dalam penelitian ini adalah anggota komunitas yang berjumlah 40 anggota yang terdiri dari 10 sample wanita dan 30 sample pria dengan menggunakan teknik pengambilan sampling purposif yaitu aktif terlibat dalam kegiatan jasmani selama lebih dari 1 tahun.

B. Desain Penelitian

Menurut Nazir (2005, hlm.84), desain penelitian adalah: “Semua proses yang

dilakukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian.” Dalam pengertian

lebih sempit, desain desain penelitian hanya pengumpulan dan analisa data saja. Dalam desain penelitian terdapat beberapa proses yang tercakup didalamnya. Adapun langkah-langkah pada proses penelitian yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1

Langkah-langkah Penelitian Sumber Lutan et al.(2007: 201)

Pemilihan Masalah

Penentuan Sampel penelitian

Pengumpulan Data Menentukan Instrumen

penelitian

Prosedur dan Desain Penelitian

Analisis dan Interpretasi data


(20)

49

Faisal Rojabi, 2014

Hubungan Aktivitas Jasmani Dan Kondisi Biopsikososial Pada Kelompok Usia Lanjut Gasibu Kota Bandung

C. Metode Penelitian

Metode penelitian dilakukan untuk memperoleh relevansi antara prosedur dan alat penelitian yang digunakan agar tujuan dapat tercapai dengan baik. Dan merupakan pedoman atau langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penelitian yang akan membawa peneliti kepada suatu kesimpulan penelitian yang merupakan pemecahan dari masalah yang diteliti.

Langkah-langkah dalam suatu penelitian disebut prosedur penelitian atau metode penelitian. Dalam metode penelitian akan terkandung beberapa alat serta teknik tertentu yang digunakan untuk menguji suatu hipotesis penelitian, hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sugiyono (2008, hlm.12) menyatakan bahwa,

Metode merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang objektif, valid dan reliabel dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada gilirannya dapat dipergunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi.

Metode yang digunakan dalam penelititan ini adalah metode penelitian deskriptif. Metode deskriptif digunakan untuk menjawab rumusan masalah. Data yang dipelajari adalah data yang diambil dari sampel dari populasi tersebut, sehingga ditemukan deskripsi dan hubungan-hubungan antar variabel.

D. Definisi Operasional

Definisi Operasional pada penelitian adalah unsur yang terkait dengan variabel. Operasional Variabel merupakan kegiatan menjabarkan variabel ke dalam indikator yang dijadikan rujukan atau pedoman dalam penyusunan instrumen penelitian. Menurut Sugiyono (2012, hlm.38) “variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.”

Definisi operasional Variabel penelitian ini adalah :

1. Aktivitas jasmani, adalah sejumlah kegiatan fisik yang dilakukan berdasarkan karakteristik kelompok lansia yang dilakukan secara teratur, seperti yang


(21)

dikutip dari Moeloek & Tjokronegoro (1983, hlm.18) menyatakan bahwa: “ Tiap kegiatan fisik akan menimbulkan perubahan fisiologis sesuai dengan beban yang diberikan kepada tubuh terutama perubahan pada sistem kardiovaskuler.”

2. Biopsikososial adalah suatu keadaan fisik, psikis dan sosial yang melekat pada sekumpulan orang. Pendekatan biopsikososial menekankan pentingnya pemahaman kesehatan manusia dan penyakit yang mempertimbangkan faktor biologis, psikologis, dan sosial serta interaksi yang kompleks dalam memahami kesehatan dan penyakit.

Berikut adalah Definisi operasional dari masing masing variabel dapat terlihat dari tabel berikut :

Tabel 3.1 Definisi operasional

Variabel Indikator

Aktivitas Jasmani Memiliki rutinitas dalam melaksanakan kegiatan aktivitas jasmani dengan berolahraga

Melaksanakan kegiatan berolahraga sesuai dengan kemampuan fisik dan usia

Melaksanakan olahraga dengan durasi waktu yang telah ditentukan dalam setiap sesi pelaksanaannya

Biopsikososial (Biologis)

Kemampuan diri dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari Kemampuan motorik yang berubah

Gangguan pada kemampuan organ-organ tubuh (panca indera,sendi,tulang,otot)

Mudah lelah

Riwayat penyakit geriatri

Kemampuan kognitif yang berubah

Kecukupan kebutuhan (dasar fisiologis) makan istirahat/tidur


(22)

51

Faisal Rojabi, 2014

Hubungan Aktivitas Jasmani Dan Kondisi Biopsikososial Pada Kelompok Usia Lanjut Gasibu Kota Bandung

Biopsikososial (Psikologis)

Mempunyai harga diri yang tinggi. Merasa lebih mudah untuk sedih Mudah merasa kesepian

Kemampuan dalam mengontrol rasa cemas dan emosi Menilai kehidupannya berarti.

Menerima nilai dan keunikan orang lain. Kemandirian

Kebiasaan dan perilaku pada masa saat masih muda Pendekatan diri secara spiritual dengan Tuhan

Aktif dalam minat/kesenangan dan aktivitas yang positif Menyiapkan diri menerima datangnya kematian.

Menyiapkan diri ditinggalkan anak/keluarga Biopsikososial

(Sosial)

Merasa dicintai dan berarti dalam keluarga.

Berpartisipasi dalam kegiatan sosial didalam masyarakat. Memiliki kegiatan sosial di kelompok usia lanjut

Melaksanakan pemeriksaan kesehatan secara rutin di pelayanan kesehatan

Terbuka dan berbagi cerita dengan sesama usia lanjut Menjaga keharmonisan dalam keluarga

F. Instrumen Penelitian

Diperlukan alat ukur untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian yang dapat memberikan kontribusi bagi penelitian yang dilaksanakan Nurhasan (2007, hlm.5) mengemukakan bahwa :

Pengukuran adalah proses pengumpulan data/ informasi dari suatu obyek tertentu, dalam proses pengukuran diperlukan suatu alat ukur. Alat ukur ini berupa a) Tes dalam bentuk-bentuk pertanyaan, b) tes dalam bentuk psikomotor, c) berupa skala sikap dan berupa alat ukur yang bersifat standar misalnya ukuran meter, berat, ukuran suhu derajat Fahrenheit (“F), derajat Celcius (“C).

Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka pemecahan masalah dan mencapai tujuan penelitian. Dalam


(23)

penelitian ini, yang dimaksud teknik pengumpul data adalah cara-cara yang dipergunakan untuk memperoleh data-data empiris yang dapat dipergunakan untuk mencapai tujuan penelitian. Untuk mengumpulkan data-data yang dimaksud tersebut, diperlukan adanya suatu alat pengumpul data yang disebut instrumen penelitian.

Teknik atau instrumen pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket atau kuesioner. Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna, lebih lanjut mengenai pengertian kuesioner Sugiyono (2009, hlm.199) mengatakan bahwa: “kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis

kepada responden untuk dijawabnya”. Jenis angket yang digunakan dalam

penelitian ini adalah angket tertutup, yang mana dalam angket tertutup ini pertanyaan atau pernyataan-pernyataan telah memiliki alternatif jawaban sehingga responden hanya tinggal memilih.

G. Pengujian Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian dan penilaian. Pengujian instrumen ini dilakukan melalui pengujian validitas dan reabilitas.

1. Uji Validitas

Berkaitan dengan pengujian validitas Suharmini Arikunto (2006, hlm.168) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan uji validitas adalah “suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan dan kesahihan suatu instrumen. Instrumen yang valid memiliki validitas yang tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang memiliki validitas yang rendah”.

Tujuan dilakukannya uji validitas yaitu untuk menguji sejauh mana item kuesioner yang valid dan mana yang tidak. Hal ini dilakukan dengan cara mencari korelasi setiap item pertanyaan dengan skor total pernyataan untuk hasil jawaban responden yang mempunyai skala pengukuran ordinal minimal serta pilihan


(24)

53

Faisal Rojabi, 2014

Hubungan Aktivitas Jasmani Dan Kondisi Biopsikososial Pada Kelompok Usia Lanjut Gasibu Kota Bandung

jawaban lebih dari dua pilihan, perhitungan korelasi antara pertanyaan kesatu dengan skor total digunakan alat uji korelasi Pearson (product moment coefisient of correlation) dengan rumus:

] ) ( ][ ) ( [ ) )( ( ) ( 2 2 2 2 i i i i i i i i xy Y Y N X X N Y X Y X N r           

(Uep Tatang S. dan sambas Ali M, 2011:117) Keterangan :

xy

r

= Koefisien korelasi antara Variabel X dan Y N = Jumlah responden

i

X = Nomor item ke i

i

X

 = Jumlah skor item ke i 2

1

X = Kuadrat skor item ke i 2

i

X

 = Jumlah dari kuadrat item ke i

Y

 = Total dari jumlah skor yang diperoleh tiap responden 2

i

Y = Kuadrat dari jumlah skor yang diperoleh tiap responden

2

i

Y

 = Toral dari kuadrat jumlah skor yang diperoleh tiap responden

i iY

X

 = Jumlah hasil kali item angket ke i dengan jumlah skor yang diperoleh tiap respoden

Langkah kerja yang dapat dilakukan dalam rangka mengukur validitas instrumen penelitian adalah sebagai berikut :

a. Menyebarkan instrumen yang akan diuji validitasnya, kepada responden yang bukan responden sesungguhnya. Banyaknya responden untuk uji coba intrumen sekitar 30 orang responden.

b. Mengumpulkan data hasil uji coba instrumen.

c. Memeriksa kelengkapan data, untuk memastikan lengkap tidaknya lembaran data yang terkumpul. Termasuk di dalamnya memeriksa kelengkapan pengisian item angket.


(25)

d. Membuat tabel pembantu untuk menempatkan skor-skor pada item yang diperoleh. Dilakukan untuk mempermudah perhitungan atau pengolahan data selanjutnya.

e. Memberikan/menempatkan skor (scoring) terhadap item-item yang sudah diisi pada tabel pembantu.

f. Menghitung jumlah skor item yang diperoleh oleh masing-masing responden. g. Menghitung nilai koefisien korelasi product moment untuk setiap butir/item

angket dari skor-skor yang diperoleh.

2. Uji Reliabilitas

Pengujian alat pengumpulan data kedua adalah pengujian realibilitas instrumen. Uji reliabilitas dimaksudkan untuk melihat konsistensi dari instrumen sebagai alat ukur dalam mengungkapkan fenomena dari sekelompok individu meskipun dilakukan dalam waktu yang berbeda sehingga hasil suatu pengukuran dapat dipercaya.

Formula yang dipergunakan untuk menguji reliabilitas instrumen dalam penelitian ini adalah Koefisien Alfa dari Cronbach, yaitu sebagai berikut:

             2 2 11 1 1 t i k k r 

Dimana : Rumus varians sebagai berikut :

N N X X 2 2 2 ) (    

(Uep Tatang S. dan sambas Ali M, 2011:123-124) Keterangan :

11

r = Reliabilitas instrumen/koefisien alfa

k = Banyaknya bulir soal 2

i

 = Jumlah varians bulir 2

t


(26)

55

Faisal Rojabi, 2014

Hubungan Aktivitas Jasmani Dan Kondisi Biopsikososial Pada Kelompok Usia Lanjut Gasibu Kota Bandung

X

 = Jumlah skor N = Jumlah responden

Langkah kerja yang dapat dilakukan dalam rangka mengukur reliabilitas instrumen penelitian adalah sebagai berikut :

1. Menyebar instrumen yang akan diuji realibilitasnya, kepada responden yang bukan responden sesungguhnya.

2. Mengumpulkan data hasil uji coba instrumen.

3. Memeriksa kelengkapan data, untuk memastikan lengkap tidaknya lembaran data yang terkumpul. Termasuk di dalamnya memeriksa kelengkapan pengisian item angket.

4. Membuat tabel pembantu untuk menempatkan skor-skor pada item yang diperoleh. Dilakukan untuk mempermudah perhitungan atau pengolahan data selanjutnya.

5. Memberikan/menempatkan skor (scoring) terhadap item-item yang sudah diisi responden pada tabel pembantu.

6. Menghitung jumlah skor item yang diperoleh oleh masing-masing responden. 7. Menghitung kuadrat jumlah skor item yang diperoleh oleh masing-masing

responden.

8. Menghitung jumlah skor masing-masing item yang diperoleh.

9. Menghitung jumlah kuadrat skor masing-masing item yang diperoleh. 10.Menghitung nilai varians masing-masing item dan varians total

11.Menghitung nilai koefisien alfa.

12.Membuat kesimpulan, dengan cara membandingkan nilai hitung r dan nilai tabel r. Kriterianya : 1. jika r11 hitung > r tabel, maka reliabel

2. jika r11 hitung ≤ r tabel, maka tidak reliabel

H. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik analisis data merupakan cara melaksanakan analisis terhadap data, dengan tujuan mengolah data tersebut menjadi informasi, sehingga karakteristik atau sifat-sifat datanya dapat dengan mudah dipahami dan bermanfaat untuk


(27)

menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan penelitian, baik yang berkaitan deskripsi data maupun untuk membuat induksi, atau menarik kesimpulan tentang karakteristik populasi (parameter) berdasarkan data yang diperoleh dari sampel (statistik).

Adapun tujuan dilakukannya analisis data antara lain: (a) mendeskripsikan data, dan (b) membuat induksi atau menarik kesimpulan tentang karakteristik populasi, atau karakteristik populasi berdasarkan data yang diperoleh dari sampel (statistik). Untuk mencapai tujuan analisis data tersebut maka langkah-langkah atau prosedur yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Tahap mengumpulkan data, dilakukan melalui instrumen pengumpulan data. 2. Tahap editing, yaitu memeriksa kejelasan dan kelengkapan pengisisan

instrumen pengumpulan data.

3. Tahap koding, yaitu proses identifikasi dan klasifikasi dari setiap pertanyaan yang terdapat dalam instrumen pengumpulan data menurut variabel-variabel yang diteliti. Dalam tahap ini dilakukan pemberian kode atau skor untuk setiap opsi dari setiap item berdasarkan pembobotan sebagai berikut: untuk jawaban positif rangking pertama dimulai dari skor yang terbesar sampai yang terkecil dan untuk jawaban negatif rangking pertama dimulai dari skor yang terkecil sampai dengan yang terbesar. Nilai atau bobot untuk setiap jawaban positif diberi skor 3-2-1, dan untuk jawaban negatif diberi skor 1-2-3.

Pengukuran dalam kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala Likert dan dibuat dengan system tertutup, artinya tanggapan unutk setiap pertanyaan telah disediakan dan responden hanya tinggal memberi tanda checklist pada kolom tanggapan sesuai dengan pendapat responden masing-masing.

4. Tahap tabulasi data, yaitu mencatat atau entri data ke dalam tabel induk penelitian. Dalam hal ini hasil koding dituangkan ke dalam tabel rekapitulasi secara lengkap untuk seluruh item setiap Variabel.

Tabel 3.2 Rekapitulasi Data


(28)

57

Faisal Rojabi, 2014

Hubungan Aktivitas Jasmani Dan Kondisi Biopsikososial Pada Kelompok Usia Lanjut Gasibu Kota Bandung

n

x

x

Responden Kuisioner Jumlah

1 2 3 4 5 ………… N 1

2 3 4 . . N

Jumlah

Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan dua macam teknik yaitu teknik analisis data deskriptif dan teknik analisis data inferensial.

1. Analisis Data Deskriptif

Beberapa penyajian data yang akan dikemukakan pada penelitian untuk analisis deskriptif adalah Tabel data interval (hasil angket) dan Grafik Batang. Tabel tersebut diperoleh melalui pengukuran gejala pusat.

Pengukuran gejala pusat menggunakan teknik statistik modus (nilai yang paling banyak muncul), Median (nilai tengah) dan mean (rata-rata hasil jawaban) untuk menjelaskan kelompok yang didasarkan pada gejala pusat dari kelompok jawaban dengan rumus sebagai berikut: Mencari nilai rata-rata dari setiap variabel, digunakan rumus sebagai berikut :

a.

Keterangan:

x = Nilai rata-rata yang dicari  = Jumlah dari

x = Skor mentah n = Jumlah sampel b. Mencari modus dengan rumus


(29)

Mo = b + P (

Dimana Mo : modus

b : batas kelas dengan frekuensi terbanyak p : panjang Interval kelas

b1 : Frekuensi pada kelas modus (frekuensi pada kelas interval yang

terbanyak)

b2 :Frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas berikutnya

c. Menghitung median dipergunakan rumus: Md = b + P (

d. Menghitung simpangan baku untuk mengetahui skor yang diperoleh oleh tiap sampel dengan mempergunakan rumus berikut :

1 2 1       

n x x S Keterangan:

S = Simpangan baku yang dicari  = Jumlah dari

x1 = Nilai data mentah

x = Nilai rata-rata n = Jumlah sample

e. Pengelompokkan kelas berdasarkan angket jawaban responden berdasarkan disusun dan disajikan sebagai berikut :

1) Nilai indeks maksimum = 1 x jumlah pertanyaan x jumlah responden 2) Nilai indeks maksimum = 5 x jumlah pertanyaan x jumlah responden 3) Interval = Nilai indeks maksimum – nilai indeks

minimum

4) Jarak interval =

5 Interval ang JumlahJenj Interval


(30)

59

Faisal Rojabi, 2014

Hubungan Aktivitas Jasmani Dan Kondisi Biopsikososial Pada Kelompok Usia Lanjut Gasibu Kota Bandung

f. Penafsiran terhadap kemampuan dilakukan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut

Tabel 3.3 Presentase jawaban

No Persentase Keterangan 1.

2. 3. 4. 5. 6. 7.

0 %

1 % - 24 % 25 % - 49 % 50 % 51 % - 74 % 75 % - 99 % 100 %

Tidak ada Sebagian kecil Hampir setengah Setengahnya Sebagian besar Hampir seluruhnya Seluruhnya

2. Pengujian Hipotesis

Hipotesis yaitu merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya masih harus di uji secara empiris dan dengan pengujian tersebut maka akan didapat suatu keputusan untuk menolak atau menerima suatu hipotesis. Sedangkan pengujian hipotesis adalah suatu prosedur yang akan menghasilkan suatu keputusan dalam menerima atau menolak hipotesis ini.

1. Menentukan rumusan hipotesis dan

: R = 0 : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas Jasmani dengan Biopsikososial

: R ≠ 0 : Terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas Jasmani dengan Biopsikososial

2. Untuk menguji hipotesisi maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: a. Menguji normalitas data menggunakan uji kenormalan Lilliefors. Rumus

yang digunakan adalah dengan uji kenormalan secara non parametrik yang dikenal dengan uji Liliefors.


(31)

b. Menghitung koefisien korelasi sederhana jika data berdistribusi normal dan jika data tidak berdistribusi normal maka menggunakan uji non parametrik dengan menggunakan rumus:

  

 

2

 

2



 

2

 

2

Y Y n X X n Y X XY n xy r          

Keterangan:

rxy = Korelasi yang dicari

n = Jumlah Sampel X = Jumlah X Y = Jumlah Y

XY = Jumlah X kali Y X2 = Jumlah X2 Y2 = Jumlah Y2

c. Meninterpretasikan korelasi. Interpretasi Koefisien Korelasi berdasarkan interpretas Sugiyono (2007 : 183)

Tabel 3.4

Interpretasi Nilai Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0.199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000

Sangat rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat

d. Menguji signifikansi koefisien korelasi (uji-t) dengan menggunakan rumus:

t

hitung =


(32)

61

Faisal Rojabi, 2014

Hubungan Aktivitas Jasmani Dan Kondisi Biopsikososial Pada Kelompok Usia Lanjut Gasibu Kota Bandung

t = Nilai t hitung yang dicari r = Koefisien korelasi variabel n = Banyaknya sample

Pengujian statistik uji-t dimaksudkan untuk mengetahui tingkat koefisien atau hubungan dari masing-masing variabel. Dengan kriteria pengujian hipotesis diterima jika –t(1-1/2α) < t < t(1-1/2α). Pada taraf nyata α = 0.05 dengan dk = n- 1 dalam hal lain jika hitung lebih besar dari t tabel maka Ho ditolak.


(33)

85

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan terdapat hubungan antara aktivitas jasmani dan kondisi biopsikososial pada kelompok usia lanjut di Gasibu Kota Bandung.

B. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan yang diperoleh maka dapat disarankan sebagai berikut:

a. Bagi para instruktur atau pelatih yang menangani olahraga kesehatan bagi lansia diharapkan untuk memberikan jenis aktivitas jasmani yang lebih bervariatif dengan durasi dan intensitas yang cukup sehingga tingkat biopsikososial semakin baik. Hal ini dimaksudkan agar selain menjaga kesehatan baik secara fisik dan psikisnya, para lansia juga mampu mandiri dalam kehidupannya sehari-hari dan tidak dianggap sebagai orangtua yang tidak mampu.

b. Diharapkan dengan adanya hasil dari penelitian ini dapat medorong para lansia untuk terbiasa berolahraga secara rutin dan teratur.


(34)

86

Faisal Rojabi, 2014

Hubungan Aktivitas Jasmani Dan Kondisi Biopsikososial Pada Kelompok Usia Lanjut Gasibu Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Diharapkan semakin banyak komunitas yang memberikan dukungan untuk para lansia agar tetap dapat melaksanakan kegiatannya dan memenuhi kebutuhan biopsikososialnya terlebih dikota-kota besar yang sering membuat para lansia stress dengan aktivitasnya.

d. Setelah diperoleh hasil penelitian bahwa terdapat hubungan antara aktivitas jasmani dan kondisi biopsikososial pada lansia, diharapkan dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh dari aktivitas jasmani terhadap kondisi biopsikososial bagi para lansia.


(35)

87

A. (2013) Konsep Manusia Sebagai Makhluk Biopsikososial tersedia di: http//

http//:kebidanantingkata.blogspot.com/2013/10 /konsep-manusia-sebagai-makhluk-bio.html [diakses 10 september 2014]

Abdul Jabar, B. (2010). Landasan Ilmiah pendidikan Intelektual dalam Pendidikan Jasmani. Bandung: Rizqi

Alwasilah, A. C. (2009). Pokoknya Kualitatif. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya Andri. (2011). Konsep Biopsikososial pada Keluhan Psikosomatik. J Indon Med

Assoc,Vol. 61, No. 9, September 2011, hlm 375. Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana. Jakarta

Astari et al., (2012) Pengaruh Senam Lansia Terhadap Tekanan Darah Lansia Dengan Hipertensi Pada Kelompok Senam Lansia Di Banjar Kaja Sesetan Denpasar Selatan, PSIK FK Universitas Udayana Denpasar. http://www.google.co.id/url?q=http;//ojs.unud.ac.id/index.phpcoping/article /download/6123/4623&5a=u& [diakses 12 januari 2014]

Ardianto, A. (2009). Perbedaan Tingkat Kemandirian Lanjut Usia Di Panti Sosial Tresna Werdha Abiyoso Yogyakarta Dengan Yang Tinggal Di Masyarakat Di Dusun Gamping Lor Sleman: Yogyakarta :Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Arikunto, Suharmini. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Azizah, Lilik Ma’rifatul. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu

Budiman, I. (2006). Perbandingan Pengaruh Latihan Daya Tahan Aerobik dengan Parameter Laktat dan Denyut Nadi. JKM. Vol. 6, No. 1, Juli 2006, hlm. 13-19. Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha. Bandung Buletin Sehat. (2010,10, Januari). Berbagai Penyakit Degeneratif. Tersedia di:


(36)

88

Faisal Rojabi, 2014

Hubungan Aktivitas Jasmani Dan Kondisi Biopsikososial Pada Kelompok Usia Lanjut Gasibu Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dunia fitness. (2010,24, Mei). Memperkaya Program Latihan dengan Cross Training. Tersedia di: http://duniafitnes.com/. [diakses 20 maret 2014]

Ghoer, Fariha Salma. (2012). Pembinaan Kemandirian Lansia Melalui Terapi Modalitas SalahSatu Konteks Pendidikan Non Formal di Panti Sosial Tresna Werdha (PTSW). Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung

Giriwijoyo, Santosa. (2007). Ilmu Faal Olahraga. Bandung: FPOK UPI Bandung Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis Dalam Coaching.

Jakarta: Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan

Hartmann, Doug. and Kwauk, C. (2011). Sport and Development: An Overview, Critique, and Recontructions. Journal of Sport & Socialissues 35: hlm. 284-305

Husdarta ( 2011). Manajemen pendidikan Jasmani. Bandung : Alpabeta Ibrahim dan Komardin. (2007). Psikologi Kepelatihan. Bandung: FPOK

Indriyani, P. et al., (2007) “Pengaruh Latihan Fisik; Senam Aerobik Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Penderita Dm Tipe 2 Di Wilayah Puskesmas Bukateja Purbalingga”. Media Ners, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2007, hlm. 49 - 99

Irawan, M. A. (2007) “Metabolisme Energi Tubuh & Olahraga Sport”, Science Brief. Volume 01 (2007) No. 07, hlm. 1-5

Junaidi, S. (2011) “Pembinaan Fisik Lansia melalui Aktivitas Olahraga Jalan Kaki”, Jurnal Media Ilmu Keolahragaan Indonesia, Volume 1. Edisi 1, hlm. 17-21

Karyono, T. H. dan Kriswanto, E. S. (2006). “Peningkatan Kapasitas Sistem Anaerobik Anak Usia 9 Sampai 10 Tahun Melalui Latihan Naik Turun Bangku”. Jurnal Olahraga Prestasi, Volume 2, Nomor 1, Januari 2006, hlm. 17 – 27


(37)

Kadir, A. (2007). “Olahraga Pada Usia Lanjut (Lansia)”. Wijaya Kusuma. Volume I, Nomor 1, Januari 2007, hlm. 63-68

Komariah, Lilis. (2004). Motivation and Participation of Elderly In Sports Health and The Influence to The Physical Fitness. Tesis. Sekolah Pascasarjana. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Leila, G. (2002) Stres Dan Kepuasan Kerja. Karya Tulis Ilmiah. Fakultas Psikologi. Universitas Sumatera Utara. Medan

Lutan, et al., (2007). Metode Penelitian Pendidikan Dalam Pelatihan Olahraga. Bandung: FPOK UPI

Maqsalina, M. (2007). Pengaruh Latihan Aerobik Terhadap Perubahan Vo2 Max Pada Siswa Sekolah Sepak Bola Tugu Muda Semarang Usia 12-14 Tahun. Skripsi. Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro. Semarang

Maryam, R. Siti, dkk (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika

Moeloek, Dangsina dan Tjokronegoro, Arjatmo. (1984). Kesehatan dan Olahraga. Fakultas Kedokteran. Universitas Indonesia. Depok

Nazir, M. (1988). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nia (2012, 12, Desember). Gizi dan Penyakit Degeneratif. Tersedia di: http://www.rsudkudus.com/gizi-dan-penyakit-degeneratif/. [diakses 8 mei 2014]

Nurhasan, Hasanudin. (2007). Tes dan Pengukuran keolahragaan. Bandung: FPOK UPI

Nur, Saidah. (2010). Pengaruh penyuluhan gizi terhadap, status gizi, pekembangan fisikdan psikososial. Tesis. Fakultas kedokteran, Universitas Sebelas Maret. Surakarta

Ohman, A. and Soares, J (1998). Emotional Conditioning To Masked Stimuli: Unconsciously Originiated Expectancies For Aversive Outcomes


(38)

90

Faisal Rojabi, 2014

Hubungan Aktivitas Jasmani Dan Kondisi Biopsikososial Pada Kelompok Usia Lanjut Gasibu Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Following Nonrecognized Fear-Relevant Stimuli. Journal Of Experimental Psychology. General, 127, hlm. 69-82

Oktaria, (2013) Kesepian Pada Pria Usia Lanjut Yang Melajang. Karya Tulis Ilmiah. Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma. Depok

Pontoh, L.P. et al., (2013). “Pengaruh Senam Bugar Lanjut Usia Terhadap Kadar Kolesterol”. Jurnal Biomedik (JBM), Volume 5, Nomor 1, Suplemen, Maret 2013, hlm. 93-97

Ramzallina, Rahim B. (2008). Tahap Anaerobic Threshold di Kalangan Atlet Olahraga Lelaki Jarak Dekat Peringkat Negeri. Tesis. Fakulti Pendidikan. Universiti Teknologi Malaysia

Ridwan (2009). Pengantar Statistika Sosial. Bandung : Alfabeta

Rinajumita (2011). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kemandirian Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Lampasi Kecamatan Payakumbuh Utara. Karya Tulis Ilmiah. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat. Fakultas Kedokteran Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Andalas. Padang

Romamdlani, R. (2013). “Hubungan Dukungan Keluarga Dan Kemandirian Lansia Dengan Konsep Diri Lansia Di Kelurahan Bambankerep Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang”. Jurnal Keperawatan Komunitas . Volume 1, No. 1, Mei 2013; hlm. 18-23

Santoso, H. dan Ismail, A. (2009). Memahami Krisis Usia Lanjut. Jakarta: Gunung Mulia

Sarafino, Edward P. dan Smith, Timothy W. (2012) Health Psychology Biopsychosocial Interactions. Asia: Wiley

Sastropanoelar, S. (1999). Pelatihan Jasmani untuk Usia Lanjut. Mimbar Pendidikan No. 2/XVIII/1999. Surakarta


(39)

Subijanto et al., (2013). Pembinaan Posyandu Lansia Guna Pelayanan Kesehatan Lansia. Modul Field Lab. Fakultas Kedokteran. Universitas Sebelas Maret. Surakarta

Sugiyono (2010). Statistik dan Penelitian. Bandung : Alfabeta

(2010). Metoda Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sumantri, Bambang. ( 2012, 22, Maret) Perkembangan Emosional Pada Lanjut Usia Tersedia di: .http://mantrinews.blogspot.com/2012/03/perkembangan-emosional-pada-lanjut-usia.html [diakses pada 20 juni 2014]

Sumardiyanto et al., (2010). Sejarah dan Filsafat Olahraga. Bandung: FPOK Suryana, Dewangga A. (2012). Dampak Olahraga Rutin Masyarakat Terhadap

Kebugaran Jasmani. Skripsi. Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung

Syam, Amir. (2010). Hubungan Antara Kesehatan Spiritual denganKesehatan Jiwa Pada Lansia Muslim di Sasana Tresna Werda KBPR Jakarta Timur. Tesis. Fakultas Ilmu Keperawatan. Universitas Indonesia. Depok

Tambariki, J. L. (2012). “Latihan Fisik Dan Kualitas Hidup Pada Lansia Di Kecamatan Dimembe, Kabupaten Minahasa Utara”. Jku, Volume 1, No. 1, Juni 2012

Tamher S, dan Noorkasiani (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Walgito, Bimo. (2002). Pengantar Psiklogi Umum. Yogyakarta: Andi Offset Wigati Abdullah, M. (2008). Sosiologi. Jakarta: Grasindo

Wijayanti. (2008). “Hubungan Kondisi Fisik Rtt Lansia Terhadap Kondisi Sosial

Lansia Di Rw 03 Rt 05 Kelurahan Tegalsari, Kecamatan Candisari”. Enclosure. Volume 7, No. 1 Maret 2008, hlm. 38-49


(40)

92

Faisal Rojabi, 2014

Hubungan Aktivitas Jasmani Dan Kondisi Biopsikososial Pada Kelompok Usia Lanjut Gasibu Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Wikipedia. (2012). Biopsychosocial Model. Tersedia di: http://en.wikipedia.org/wik i/ Biopsychosocial_Model. [diakses 20 Juli 2013]

Wulandari, A. F. S. (2011) Prevalence And Degree Of Depression Among elderly people: A comparison study between residents of nursing home and those based in the community. Program Pendidikan Sarjana Kedokteran. Fakultas Kedokteran, Universitas Dipenogoro. Semarang http://undip.ac.id/32877/1/ayu-fitri.Pdf [8 juli 2013]

Yusuf, Y. (2007). “Pengaruh Latihan Aerobik Terhadap Kesegaran Jasmani Dan Respons Imun pada lansia di pln distribusi”. Wijaya Kusuma, Volume 1, Nomor 2, Juli 2007, hlm. 25


(1)

makhluk-bio.html [diakses 10 september 2014]

Abdul Jabar, B. (2010). Landasan Ilmiah pendidikan Intelektual dalam Pendidikan Jasmani. Bandung: Rizqi

Alwasilah, A. C. (2009). Pokoknya Kualitatif. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya Andri. (2011). Konsep Biopsikososial pada Keluhan Psikosomatik. J Indon Med

Assoc,Vol. 61, No. 9, September 2011, hlm 375. Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana. Jakarta

Astari et al., (2012) Pengaruh Senam Lansia Terhadap Tekanan Darah Lansia Dengan Hipertensi Pada Kelompok Senam Lansia Di Banjar Kaja Sesetan Denpasar Selatan, PSIK FK Universitas Udayana Denpasar. http://www.google.co.id/url?q=http;//ojs.unud.ac.id/index.phpcoping/article /download/6123/4623&5a=u& [diakses 12 januari 2014]

Ardianto, A. (2009). Perbedaan Tingkat Kemandirian Lanjut Usia Di Panti Sosial Tresna Werdha Abiyoso Yogyakarta Dengan Yang Tinggal Di Masyarakat Di Dusun Gamping Lor Sleman: Yogyakarta :Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Arikunto, Suharmini. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Azizah, Lilik Ma’rifatul. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu

Budiman, I. (2006). Perbandingan Pengaruh Latihan Daya Tahan Aerobik dengan Parameter Laktat dan Denyut Nadi. JKM. Vol. 6, No. 1, Juli 2006, hlm. 13-19. Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha. Bandung Buletin Sehat. (2010,10, Januari). Berbagai Penyakit Degeneratif. Tersedia di:


(2)

Dunia fitness. (2010,24, Mei). Memperkaya Program Latihan dengan Cross Training. Tersedia di: http://duniafitnes.com/. [diakses 20 maret 2014] Ghoer, Fariha Salma. (2012). Pembinaan Kemandirian Lansia Melalui Terapi

Modalitas SalahSatu Konteks Pendidikan Non Formal di Panti Sosial Tresna Werdha (PTSW). Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung

Giriwijoyo, Santosa. (2007). Ilmu Faal Olahraga. Bandung: FPOK UPI Bandung Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis Dalam Coaching.

Jakarta: Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan

Hartmann, Doug. and Kwauk, C. (2011). Sport and Development: An Overview, Critique, and Recontructions. Journal of Sport & Socialissues 35: hlm. 284-305

Husdarta ( 2011). Manajemen pendidikan Jasmani. Bandung : Alpabeta Ibrahim dan Komardin. (2007). Psikologi Kepelatihan. Bandung: FPOK

Indriyani, P. et al., (2007) “Pengaruh Latihan Fisik; Senam Aerobik Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Penderita Dm Tipe 2 Di Wilayah Puskesmas Bukateja Purbalingga”. Media Ners, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2007, hlm. 49 - 99

Irawan, M. A. (2007) “Metabolisme Energi Tubuh & Olahraga Sport”, Science Brief. Volume 01 (2007) No. 07, hlm. 1-5

Junaidi, S. (2011) “Pembinaan Fisik Lansia melalui Aktivitas Olahraga Jalan Kaki”, Jurnal Media Ilmu Keolahragaan Indonesia, Volume 1. Edisi 1, hlm. 17-21

Karyono, T. H. dan Kriswanto, E. S. (2006). “Peningkatan Kapasitas Sistem Anaerobik Anak Usia 9 Sampai 10 Tahun Melalui Latihan Naik Turun Bangku”. Jurnal Olahraga Prestasi, Volume 2, Nomor 1, Januari 2006, hlm. 17 – 27


(3)

Kadir, A. (2007). “Olahraga Pada Usia Lanjut (Lansia)”. Wijaya Kusuma. Volume I, Nomor 1, Januari 2007, hlm. 63-68

Komariah, Lilis. (2004). Motivation and Participation of Elderly In Sports Health and The Influence to The Physical Fitness. Tesis. Sekolah Pascasarjana. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Leila, G. (2002) Stres Dan Kepuasan Kerja. Karya Tulis Ilmiah. Fakultas Psikologi. Universitas Sumatera Utara. Medan

Lutan, et al., (2007). Metode Penelitian Pendidikan Dalam Pelatihan Olahraga. Bandung: FPOK UPI

Maqsalina, M. (2007). Pengaruh Latihan Aerobik Terhadap Perubahan Vo2 Max Pada Siswa Sekolah Sepak Bola Tugu Muda Semarang Usia 12-14 Tahun. Skripsi. Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro. Semarang

Maryam, R. Siti, dkk (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika

Moeloek, Dangsina dan Tjokronegoro, Arjatmo. (1984). Kesehatan dan Olahraga. Fakultas Kedokteran. Universitas Indonesia. Depok

Nazir, M. (1988). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nia (2012, 12, Desember). Gizi dan Penyakit Degeneratif. Tersedia di: http://www.rsudkudus.com/gizi-dan-penyakit-degeneratif/. [diakses 8 mei 2014]

Nurhasan, Hasanudin. (2007). Tes dan Pengukuran keolahragaan. Bandung: FPOK UPI

Nur, Saidah. (2010). Pengaruh penyuluhan gizi terhadap, status gizi, pekembangan fisikdan psikososial. Tesis. Fakultas kedokteran, Universitas Sebelas Maret. Surakarta

Ohman, A. and Soares, J (1998). Emotional Conditioning To Masked Stimuli: Unconsciously Originiated Expectancies For Aversive Outcomes


(4)

Following Nonrecognized Fear-Relevant Stimuli. Journal Of Experimental Psychology. General, 127, hlm. 69-82

Oktaria, (2013) Kesepian Pada Pria Usia Lanjut Yang Melajang. Karya Tulis Ilmiah. Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma. Depok

Pontoh, L.P. et al., (2013). “Pengaruh Senam Bugar Lanjut Usia Terhadap Kadar Kolesterol”. Jurnal Biomedik (JBM), Volume 5, Nomor 1, Suplemen, Maret 2013, hlm. 93-97

Ramzallina, Rahim B. (2008). Tahap Anaerobic Threshold di Kalangan Atlet Olahraga Lelaki Jarak Dekat Peringkat Negeri. Tesis. Fakulti Pendidikan. Universiti Teknologi Malaysia

Ridwan (2009). Pengantar Statistika Sosial. Bandung : Alfabeta

Rinajumita (2011). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kemandirian Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Lampasi Kecamatan Payakumbuh Utara. Karya Tulis Ilmiah. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat. Fakultas Kedokteran Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Andalas. Padang

Romamdlani, R. (2013). “Hubungan Dukungan Keluarga Dan Kemandirian Lansia Dengan Konsep Diri Lansia Di Kelurahan Bambankerep Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang”. Jurnal Keperawatan Komunitas . Volume 1, No. 1, Mei 2013; hlm. 18-23

Santoso, H. dan Ismail, A. (2009). Memahami Krisis Usia Lanjut. Jakarta: Gunung Mulia

Sarafino, Edward P. dan Smith, Timothy W. (2012) Health Psychology Biopsychosocial Interactions. Asia: Wiley

Sastropanoelar, S. (1999). Pelatihan Jasmani untuk Usia Lanjut. Mimbar Pendidikan No. 2/XVIII/1999. Surakarta


(5)

Subijanto et al., (2013). Pembinaan Posyandu Lansia Guna Pelayanan Kesehatan Lansia. Modul Field Lab. Fakultas Kedokteran. Universitas Sebelas Maret. Surakarta

Sugiyono (2010). Statistik dan Penelitian. Bandung : Alfabeta

(2010). Metoda Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sumantri, Bambang. ( 2012, 22, Maret) Perkembangan Emosional Pada Lanjut Usia Tersedia di: .http://mantrinews.blogspot.com/2012/03/perkembangan-emosional-pada-lanjut-usia.html [diakses pada 20 juni 2014]

Sumardiyanto et al., (2010). Sejarah dan Filsafat Olahraga. Bandung: FPOK Suryana, Dewangga A. (2012). Dampak Olahraga Rutin Masyarakat Terhadap

Kebugaran Jasmani. Skripsi. Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung

Syam, Amir. (2010). Hubungan Antara Kesehatan Spiritual denganKesehatan Jiwa Pada Lansia Muslim di Sasana Tresna Werda KBPR Jakarta Timur. Tesis. Fakultas Ilmu Keperawatan. Universitas Indonesia. Depok

Tambariki, J. L. (2012). “Latihan Fisik Dan Kualitas Hidup Pada Lansia Di Kecamatan Dimembe, Kabupaten Minahasa Utara”. Jku, Volume 1, No. 1, Juni 2012

Tamher S, dan Noorkasiani (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Walgito, Bimo. (2002). Pengantar Psiklogi Umum. Yogyakarta: Andi Offset Wigati Abdullah, M. (2008). Sosiologi. Jakarta: Grasindo

Wijayanti. (2008). “Hubungan Kondisi Fisik Rtt Lansia Terhadap Kondisi Sosial

Lansia Di Rw 03 Rt 05 Kelurahan Tegalsari, Kecamatan Candisari”. Enclosure. Volume 7, No. 1 Maret 2008, hlm. 38-49


(6)

Wikipedia. (2012). Biopsychosocial Model. Tersedia di: http://en.wikipedia.org/wik i/ Biopsychosocial_Model. [diakses 20 Juli 2013]

Wulandari, A. F. S. (2011) Prevalence And Degree Of Depression Among elderly people: A comparison study between residents of nursing home and those based in the community. Program Pendidikan Sarjana Kedokteran.

Fakultas Kedokteran, Universitas Dipenogoro. Semarang

http://undip.ac.id/32877/1/ayu-fitri.Pdf [8 juli 2013]

Yusuf, Y. (2007). “Pengaruh Latihan Aerobik Terhadap Kesegaran Jasmani Dan Respons Imun pada lansia di pln distribusi”. Wijaya Kusuma, Volume 1, Nomor 2, Juli 2007, hlm. 25