Hubungan antara Aktivitas Fisik dengan Tingkat Kognitif Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan

(1)

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK DENGAN

TINGKAT KOGNITIF LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL

TRESNA WERDHA BUDI MULIA 4 MARGAGUNA

JAKARTA SELATAN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh:

NUR NAFIDAH

NIM: 1110104000033

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014 M/1435 H


(2)

(3)

iii SCHOOL OF NURSING

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE

ISLAMIC STATE UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Undergraduated Thesis, July 2014

Nur Nafidah, NIM: 1110104000033

Relationship between Physical Activity with the Level of Cognitive in Elderly in Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan

xix + 62 pages, 8 tables, 2 charts, 8 attachments ABSTRACT

Process of getting older is a natural process because it is the final stage in a journey of life. The elderly population is increasing, both in other countries or in Indonesia. The elderly generally suffer some changes, including changes in the function of biological, social and cognitive. Cognitive function plays an important role in memory and most of the daily activities, especially physical activity. The decresing physical activity has been expressed as a form to trigger the decreasing cognitive function in the elderly.

This study was to determine the relation ship between physical activity with level of cognitive in the elderly. Respondents were taken from elderly aged over 60 years who living in Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan. This research is aquantitative analytical cross-sectional design. The sampling technique using total sampling with 118 elderly as sample size. The data was taken by instruments such as Mini Mental State Examination (MMSE) and Physical Activity Scale for the Elderly (PASE) questionnaires. Data was analyzed by univariate and bivariate chi square test. The results of the analysis showed that there is a relation ship between physical activity with level of cognitive in elderly (p-value = 0.000).

Key Word: Physical Actity, Cognitive Level, Elderly Bibliography: 81 (1992 - 2013)


(4)

iv

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Juli 2014

Nur Nafidah, NIM: 1110104000033

Hubungan antara Aktivitas Fisik dengan Tingkat Kognitif Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan

xix + 62 halaman, 8 tabel, 2 bagan, 8 lampiran ABSTRAK

Proses menjadi tua merupakan suatu kejadian yang alami karena hal ini merupakan tahap akhir dalam sebuah perjalanan hidup. Populasi lanjut usia semakin meningkat, baik di negara lain maupun di Indonesia. Lanjut usia pada umumnya mengalami beberapa perubahan, diantaranya perubahan fungsi biologis, sosial dan kognitif. Fungsi kognitif memegang peranan penting dalam memori dan sebagian besar aktivitas sehari - hari khususnya aktivitas fisik. Penurunan aktivitas fisik telah dinyatakan sebagai suatu bentuk untuk memicu terjadinya penurunan fungsi kognitif pada lanjut usia.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dengan tingkat kognitif lanjut usia. Responden dalam penelitian ini adalah lanjut usia yang berusia di atas 60 tahun yang tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan. Jenis penelitian ini adalah analitik kuantitatif dengan desain cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 118 lanjut usia. Pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) dan Physical Activity Scale for the Elderly (PASE). Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat berupa distribusi frekuensi dan analisis bivariat berupa uji chi square.Hasil analisis didapatkan bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik dengan tingkat kognitif lanjut usia (p-value = 0,000).

Kata Kunci: Aktivitas Fisik, Tingkat Kognitif, Lanjut Usia Referensi: 81 (1992 - 2013)


(5)

PERI\TYATAA}I PERSETUJUAI\I Skripsi dengnn Judul

IIUBT]NGAN AITTARA

AKTfYITAS

FISIK

DENGAI\I

TINGKAT

KOGnIIIIT

LANJUT

USIA

DI PANTI

SOSIAL TNESNA

WERDIIA BT]I}I

MULIA

4

MARGAGI]NA JAKARTA

SELATAIY

Telah Disetujui dan Diperiksa oleh Pembimbing Skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Disusun Oleh:

I\TUR

NAIIDAII

IIIIM: 11r0r04fi)0033

Pembimbi$g

I

fu/t

Tien

ca#Leh.

nrt{. Yenita Asus. M.Kcqr. So.Mat. P,hI) It[P:19720608 200604 2 001

PROGRAM STUDI ILMU KE.PERAWATANI TAKULTAS KEDOICTERAN DAIY ILMU KESAHATAI\T T]NTVERSITAS ISLAM

NIGERI

SYARIF

HIDAYATI]LLAII

JAKA,RTA. 201410{

fi435lc


(6)

HUBT'NGAI\I

AIT{TARA

AKTTVTIAS

MSIK

I}ENGANI

TINGKAT

KOGnttflT

LANJUT USIA DI

PAI\TTI

SOSIAL TRESNA

WERDHA BUDI MI'LIA

4

MARGAGT'NA

JAKARTA SELATAI\I

Telah disusrm dan dipertahaakan dihad.*o penguji oleh:

NgrlJtArrpAH

ffi

Pe,mbimbing

I

r)

ltut

ti"o

cZL"n

nm.{.

Penguji

I

--'--<

-.tt-?

Krlvadi. PhI)

I\iIP: 1971D03 200fl)l

I Uf,

Yenita Aqu* MJ(en.. Sn.M*L. PhI) ITIP: 19720608

2fi)fM

2 001

Yenitr Atug. MJ(ep.. Sn Mrt . PhI)

It[P:

1972m08 2m6M 2 001

Penguji

III


(7)

l

LEMBAR PENGE,SAHAN Skripsi dengan Judul

HUBI]NGAI\I

ANTARA AKTTVITAS

tr.ISIK

I}ENGAN

TINGKAT

KOGNITIF LANJUT

USIA

DI PAI\ITI

SOSIAL

TRESNA

WERI}IIA

BUI}I

MULIA

4

MARGAGUNA

JAI(ARTA

SELATANT

Telah disrsun dan dipertahaokaa dihadapan penguji oleh: ryIlBNArIp,,{,H

lllMr

1110l04mm33

Mengetatrui,

Kefira hogram Studi Ihnu Keperawatan

Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

IilP; 19790520

2m90r 1012


(8)

viii

Tempat, Tanggal Lahir : Jombang, 31 Maret 1992

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat :

Telepon : 089604328510

E-mail : nersnurnafidah@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

1. 1997-1998 : TK Kenanga Dukuh Klopo 2. 1998-2004 : SDN III Dukuh Klopo 3. 2004-2007 : SMPN II Peterongan 4. 2007-2010 : MA Al-Bairuny Jombang 5. 2010-2014 :

Dsn. Kapringan Ds. Dukuh Klopo RT 006 RW 003 Peterongan Jombang

S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta


(9)

ix

Cinta tanpa Syarat

Setelah ribuan tahun menyinari bumi, matahari tidak pernah berkata,

“Kamu hutang sama Saya”. Lihatlah dampak dari cinta tanpa syarat semacam ini. Memberi kehidupan pada seluruh makhluk di dunia (Jalaluddin Rumi). Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, kupersembahkan karya sederhana ini

untuk orang yang sangat kukasihi dan kusayangi.

Ibunda dan Ayahanda Tercinta

Ibu, Ayah tercinta, engkaulah motivator terbesar dalam hidupku.

Sebagai tanda bakti, hormat dan rasa terima kasih yang tiada terhingga kupersembahkan karya kecil ini kepada Ibu dan Ayah yang telah memberikan kasih sayang, mendoakanku, menasehatiku, segala dukungan dan atas semua pengorbanan dan

kesabaran sampai kini cinta kasih yang tiada terhingga.

Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat Ibu dan Ayah bahagia. Terima Kasih Ibu.... Terima Kasih Ayah...

Adikku

Untuk adikku, tiada yang paling mengharukan saat kumpul bersamamu, walaupun sering bertengkar tapi hal itu selalu menjadi warna yang tak akan bisa tergantikan, terima kasih atas doa dan motivasi selama ini, hanya karya kecil ini yang dapat aku

persembahkan.

Sahabat Seperjuanganku

Buat sahabat - sahabatku, terima kasih atas bantuan, doa, nasihat, hiburan, traktiran, motivasi dan semangat selama ini.

Para Pahlawan tanda Tanda Jasaku Terima kasih para guru dan para dosenku untuk semua ilmu, didikan dan pengalaman

yang sangat berarti. Semoga menjadi ilmu yang barokah dan bermanfaat. Aamiin Aamiin Ya Robbal’alamin.


(10)

x

Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, pencipta alam semesta, penguasa isi jagat raya, pemberi kebahagiaan serta tidak pernah berhenti memberikan limpahan taufiq, nikmat, hidayah dan karuniaNya. Shalawat dan salam selalu terlimpahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat serta pengikut ajaran beliau hingga akhir jaman. Atas nikmat dan rahmat Allah SWT, penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan antara Aktivitas Fisik dengan

Tingkat Kognitif Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha 4 Margaguna Jakarta

Selatan”.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis telah berusaha untuk menyajikan suatu karya ilmiah yang rapih dan sistematik sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Penulis menyadari bahwa penyajian skripsi ini jauh dari sempurna. Hal ini dikarenakan masih terbatasnya pengetahuan, pengalaman dan kemampuan penulis dalam melihat fakta, memecahkan masalah yang ada, serta mengeluarkan gagasan ataupun saran - saran. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang berguna untuk menyempurnakan skripsi ini akan penulis terima dengan hati terbuka dan rasa terima kasih.

Telah banyak pihak yang memberikan dorongan, bantuan serta doa yang tak terhingga nilainya sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan tepat pada waktunya. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:


(11)

xi

1. Prof. DR (hc). dr. Muhammad Kamil Tadjuddin, Sp. And., selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, M.KM, selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan dan selaku dosen pembimbing akademik, terima kasih untuk beliau yang telah membimbing dan memberi motivasi selama masa perkuliahan ini.

3. Ibu Tien Gartinah, MN. dan Ibu Yenita Agus, M.Kep., Sp.Mat., PhD selaku dosen pembimbing skripsi, terima kasih untuk beliau yang telah meluangkan waktu serta memberi arahan dan bimbingan dengan sabar kepada penulis selama proses pembuatan skripsi ini.

4. Segenap staf pengajar dan karyawan di lingkungan Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah memberikan ilmu kepada peneliti selama masa perkuliahan ini.

5. Segenap jajaran staf dan karyawan akademik serta perpustakaan Fakultas yang telah banyak membantu dalam pengadaan referensi - referensi sebagai bahan rujukan.

6. Seluruh staf Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan yang telah memberikan kesempatan pada peneliti untuk melakukan penelitian.

7. Kedua orang tua, Bapak Muhammad Waras dan Ibu Munawaroh yang telah mendidik, mencurahkan cinta kasih dan sayang serta mendoakan keberhasilan penulis. Tak lupa adikku tersayang, Umi Fadilah dan seluruh keluarga besar yang selalu memberikan semangat tanpa pamrih.


(12)

xii

9. Kementerian Agama RI yang telah memberikan beasiswa penuh selama proses perkuliahan ini.

10.Sahabat - sahabat “Pelangi“ (Desy, Fitri, Naila, Nina) dan sahabat - sahabat terbaik Adelina dan Alif yang berjalan dan berjuang bersama, memberi motivasi, menghibur, memberi inspirasi serta mengundang canda dan tawa di setiap hari - hari penulis.

11.Teman - teman, kakak - kakak dan adik - adik Program Studi Ilmu Keperawatan, CSS MoRA serta semua pihak yang telah mendoakan dan membantu selama proses penyusunan skripsi ini.

Pada akhirnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulis ini masih jauh dari sempurna, namun penulis harapkan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukan.

Jakarta, Juli 2014


(13)

xiii DAFTAR ISI

COVER ...i

LEMBAR PERNYATAAN ...ii

ABSTRACT ...iii

ABSTRAK ...iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN …...v

LEMBAR PENGESAHAN ...vi

RIWAYAT HIDUP ...viii

LEMBAR PERSEMBAHAN ...ix

KATA PENGANTAR ...x

DAFTAR ISI ...xiii

DAFTAR SINGKATAN ...xvi

DAFTAR TABEL ...xvii

DAFTAR BAGAN ...xviii

DAFTAR LAMPIRAN ...xix

BAB I PENDAHULUAN ...1

A.Latar Belakang ...1

B.Rumusan Masalah ...7

C.Pertanyaan Penelitian ...7

D.Tujuan Penelitian ...8

1. Tujuan Umum ...8

2. Tujuan Khusus ...8


(14)

xiv

1. Pengertian Lanjut Usia ...10

2. Perubahan Fisik pada Lanjut Usia ...11

B.Aktivitas Fisik pada Lanjut Usia ...12

1. Pengertian Aktivitas Fisik ...12

2. Manfaat Aktivitas Fisik ...13

3. Jenis Aktivitas Fisik pada Lanjut Usia ...13

C.Fungsi Kognitif pada Lanjut Usia ...16

1. Pengertian Kognitif ...16

2. Struktur dan Fungsi Otak Lanjut Usia ...17

3. Aspek - Aspek Fungsi Kognitif ...19

4. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Fungsi Kognitif ...23

D.Penelitian Terkait ...27

E. Kerangka Teori ...29

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS ...30

A.Kerangka Konsep ...30

B.Definisi Operasional ...31

C.Hipotesis Penelitian...33

BAB IV METODE PENELITIAN ...34

A.Desain Penelitian ...34

B.Waktu dan Lokasi Penelitian ...34

C.Populasi dan Sampel ...34

D.Instrumen Penelitian ...35

E. Uji Validitas dan Reliabilitas ...37

F. Metode Pengumpulan Data ...40

G.Pengolahan Data ...41

H.Metode Analisis Data ...42


(15)

xv

BAB V HASIL PENELITIAN ...45

A.Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...45

B.Hasil Analisis Univariat ...48

C.Hasil Analisis Bivariat ...50

BAB VI PEMBAHASAN ...53

A.Analisis Variabel Aktivitas Fisik dan Tingkat Kognitif...53

B.Analisis Data Demografi ...55

C.Analisis Korelasi antara Aktivitas Fisik dan Tingkat Kognitif ...58

D.Keterbatasan Penelitian ...59

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ...60

A.Kesimpulan ...60

B.Saran ...61 DAFTAR PUSTAKA


(16)

xvi

BDNF : Brain Derived Neurotrophic Factor

BKKBN : Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Depkes : Departemen Kesehatan

FITT : Frequency, Intensity, Time, Type

GPPAQ : The General Practice Physical Activity Questionnaire IGF-1 : Insuline Like Growth Factor

IL : Interleukin

KESBANGPOL : Kesatuan, Kebangsaan dan Politik Lansia : Lanjut Usia

MENKOKESRA : Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Kesejahteraan Rakyat MMSE : Mini Mental State Kognitif

PAI : Physical Activity Index

PASE : Phycical Activity for the Elderly pH : Potential of Hydrogen

PSTW : Panti Sosial Tresna Werdha

SD : Sekolah Dasar

SMP : Sekolah Menengah Pertama SMA : Sekolah Menengah Atas

PT : Perguruan Tinggi

ROM : Range of Motion

SUSENAS : Survei Sosial Ekonomi Nasional TNF-α : Tumor Necrosis Factor Alpha UPT : Unit Pelaksanaan Teknis WHO :World Heath Organization


(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Halaman

3.1 Definisi Operasional Penelitian 31

5.1 Klasifikasi Ruangan PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan

47

5.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan

48

5.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan

48

5.4 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pendidikan Terakhir di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan

49

5.5 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Aktivitas Fisik di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan

50

5.6 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Kognitif di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan

50

5.7 Korelasi Aktivitas Fisik dan Tingkat Kognitif Lanjut Usia di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan


(18)

xviii

Halaman

2.1 Kerangka Teori 29


(19)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Perizinan Penelitian 2. Informed Consent

3. Kuesioner Penelitian

4. Hasil Analisis Uji Validitas dan Reliabilitas 5. Rekapitulasi Jawaban Penelitian

6. Hasil Analisis Univariat 7. Hasil Analisis Bivariat


(20)

1

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Proses menjadi tua merupakan suatu kejadian yang alami dan setiap orang akan mengalaminya, karena hal ini merupakan tahap akhir dalam sebuah perjalanan hidup (Papilia, 2008). Manusia berupaya memenuhi kebutuhan hidup yang layak, baik dalam aspek fisik, materi, mental dan emosional. Semakin terpenuhi kebutuhan tersebut semakin sejahtera dan berpengaruh terhadap bertambahnya usia harapan hidup (Soeroer & Muchtar, 2008 dalam Nurhidayati dkk., 2012).

Masa dewasa akhir atau lanjut usia adalah periode perkembangan yang bermula pada usia 60 tahun yang berakhir dengan kematian. Masa ini adalah masa penyesuaian diri atas berkurangnya kekuatan dan kesehatan, menatap kembali kehidupan, masa pensiun dan penyesuaian diri dengan peran - peran sosial (Santrock, 2006). Menurut Martono & Pranarka (2009) menua adalah suatu proses menurunnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri, mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.

Menurut Undang - Undang No.13 Tahun 1998 tentang Kesejahtaraan Lanjut Usia, seseorang dikatakan lanjut usia apabila telah mencapai usia 60 tahun. Penetapan batas usia seperti itu terkait erat dengan usia harapan hidup (UHH) penduduk Indonesia. Berdasarkan data bahwa pada tahun 1980 UHH masih 52,2 tahun, tahun 1990 UHH 59,8 tahun, tahun 1995 UHH 63,6 tahun,


(21)

2

tahun 2000 UHH 64,5 tahun, tahun 2010 UHH 67,4 tahun dan tahun 2020 UHH sekitar 71,1 tahun.

Seiring dengan peningkatan harapan hidup, jumlah penduduk dunia bertambah dari sekitar 6,5 milyar di tahun 2006 menjadi 7 milyar di tahun 2012. Penambahan tersebut diikuti dengan peningkatan jumlah penduduk berusia 60 tahun ke atas, yaitu sebesar 694 juta jiwa (WHO, 2002). Di Asia, beberapa negara yang mempunyai populasi lanjut usia terbesar adalah Jepang 21,5%, Hongkong 14,0%, Singapura 10,8% dan Cina 9,8% (Soejono, 2000 dalam Narulita, 2009).

Jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia dari hasil sensus penduduk yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pada tahun 2000 UHH mencapai 67 tahun dari populasi lanjut usia yang diperkirakan 17 juta orang. Pada tahun 2006 kurang lebih sebesar 19 juta orang (8,90%), tahun 2010 diperkirakan sebesar 23,9 juta orang (9,97%) dan tahun 2020 diperkirakan sebesar 28,8 juta orang (11,34%) (Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Kesejahteraan Rakyat (MENKOKESRA), 2009). Di Indonesia, proporsi lanjut usia meningkat dari 4,7% (tahun 2002) menjadi 5,1% (tahun 2008) dan akan terus meningkat mencapai 11,34% di tahun 2020 dari jumlah seluruh penduduk yang diperkirakan sebesar 234.181.400 jiwa (BPS, 2009).

Lanjut usia adalah orang yang mengalaami perubahan struktur dan fungsi serta sistem biologisnya dikarenakan usia yang sudah lanjut. Perubahan ini dapat berlangsung mulus jika mengalami perubahan yang normal atau semestinya, sehingga tidak menimbulkan gangguan sistem atau fungsi baik sebagian bahkan total. Menua dalam proses biologis adalah proses terkait


(22)

waktu yang berkesinambungan, sangat bervariasi dan bersifat individual (Aswin, 2003).

Banyak perubahan yang terjadi pada lanjut usia, diantaranya perubahan komposisi tubuh, otot, tulang dan sendi, sistem kardiovaskular serta respirasi. Pada lanjut usia, ada penurunan massa otot, perubahan distribusi darah ke otot, penurunan potential of Hydrogen (pH) dalam sel otot, otot menjadi lebih kaku dan ada penurunan kekuatan otot. Dengan melakukan aktivitas fisik atau olahraga dapat meningkatkan kekuatan otot, massa otot, perfusi otot dan kecepatan konduksi saraf ke otot (Wojtek, 2000).

Bagian yang tidak terlepas dari status kesehatan yaitu status fungsional. Status fungsional merupakan kemampuan seseorang dalam menjalankan aktivitas sehari-hari secara sehat. Konsep ini terintegrasi dalam tiga domain utama, yaitu fungsi biologis, psikologis (kognitif dan afektif) serta sosial. Salah satu komponen psikologis dalam diri individu yaitu fungsi kognitif yang meliputi perhatian, persepsi, berpikir, pengetahuan dan daya ingat (Saladin, 2007). Penuaan menyebabkan penurunan sensorik dan motorik pada susunan saraf pusat, termasuk juga otak mengalami perubahan struktur dan biokimia (Depkes RI, 2004).

Selain perubahan fisik, lanjut usia juga mengalami penurunan fungsi kerja otak. Berat otak pada lanjut usia umumnya menurun 10 - 20%. Penurunan ini terjadi pada usia 30 - 70 tahun (Fatmah, 2010). Diperkirakan juga bahwa sepertiga orang dewasa akan mengalami penurunan fungsi kognitif secara bertahap yang dikenal sebagai gangguan kognitif ringan seiring dengan bertambahnya usia (Rendah, 2004).


(23)

4

Fungsi kognitif merupakan bagian terbesar dalam otak. Pada umumnya, fungsi kognitif dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti merokok, konsumsi alkohol, kurangnya aktivitas fisik, depresi, gangguan fungsi fisik dan kurangnya dukungan sosial berhubungan dengan penurunan fungsi kognitif (McGuire et al., 2007). Salah satu faktornya adalah aktivitas fisik yang dapat menstimulasi faktor tropik dan neuronal growth yang memungkinkan faktor - faktor ini yang menghambat penurunan fungsi kognitif dan dimensia (Yaffe dkk., 2001).

Penurunan fungsi kognitif akan menyebabkan gangguan pada sistem saraf pusat, yaitu pengurangan massa otak dan pengurangan aliran darah otak. Selanjutnya akan menyebabkan astrosit berploriferasi sehingga neurotransmitter (dopamin dan serotonin) akan berubah. Perubahan pada

neurotransmitter ini akan meningkatkan aktivitas enzim monoaminoksidase

(Pranarka, 2006). Hal ini akan membawa dampak pada melambatnya proses sentral dan waktu reaksi sehingga fungsi sosial dan okupasional akan mengalami penurunan yang signifikan pada kemampuan sebelumnya. Hal inilah yang membuat lanjut usia menjadi kehilangan minat pada aktivitas hidup sehari - hari mereka. Lanjut usia menjadi memerlukan beberapa bantuan untuk melakukan beberapa aktivitas yang semula mereka mampu untuk melakukannya sendiri (McGilton, 2007).

Fungsi kognitif memegang peranan penting dalam memori dan sebagian besar aktivitas sehari - hari. Dampaknya, fungsi fisik dan psikis lanjut usia akan terganggu. Pada tahun 2008 rasio ketergantungan lanjut usia yang bisa digolongkan dalam penurunan kemandirian adalah 13,72% (Survei Sosial


(24)

Ekonomi Nasional, 2009). Gangguan yang terjadi pada fungsi fisik meliputi menurunnya fungsi panca indera, minat dan fungsi organ seksual serta kemampuan motorik. Gangguan yang terjadi pada fungsi psikis meliputi lanjut usia menjadi sering mengalami perasaan rendah diri, bersalah atau merasa tidak berguna lagi, apalagi bila mereka telah ditinggal mati oleh pasangan hidupnya (Pieter & Lubis, 2010).

Penelitian selama satu tahun tentang kaitan latihan fisik terhadap fungsi kognitif pada kelompok usia berisiko (70 - 89) oleh Williamson dkk. (2008) di Amerika Serikat menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai kognitif yang berasosiasi dengan peningkatan fungsi fisik. Secara spesifik, penelitian Matthew dkk. (2004) dengan latihan Taichi pada usia 68 - 84 tahun menunjukkan adanya hubungan yang positif. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Undang - Undang No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan yaitu kesehatan lanjut usia diarahkan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kemampuan lanjut usia agar tetap produktif dan juga lanjut usia yang sehat, mandiri, sejahtera lahir dan batin (Depkes RI, 2006), dimanapun lanjut usia berada seperti tinggal dengan keluarga atau berada di panti sosial.

Setiap panti sosial memiliki berbagai macam aktivitas yang diperuntukkan bagi para lanjut usia agar dapat mengurangi berbagai permasalahan yang diderita. Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan terdapat berbagai macam kegiatan, salah satunya adalah aktivitas fisik. Aktivitas fisik merupakan pergerakan tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi kesehatan mental bernilai positif bagi daya tahan tubuh seorang lanjut usia. Contoh aktivitas fisik


(25)

6

lanjut usia adalah berbelanja, melakukan aktivitas ringan, membersihkan rumah, mencuci pakaian, dan lain - lain (Mathuranath, 2004). Menurut Barnes (2004) penurunan aktivitas fisik telah dinyatakan sebagai suatu bentuk untuk memicu terjadinya penurunan fungsi kognitif pada lanjut usia.

Hasil studi pendahuluan di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan terdapat sebanyak 203 lanjut usia. Peneliti melakukan pengkajian fungsi kognitif kepada 5 lanjut usia dengan menggunakan kuesioner baku Mini Mental State Examination (MMSE). Didapatkan hasil bahwa 3 diantaranya lanjut usia yang aktif (mampu melakukan aktivitas fisik secara mandiri) didapatkan skor fungsi kognitif yang baik, sedangkan 2 lanjut usia lainnya yang renta (hanya bisa beraktivitas di atas tempat tidur dan aktivitas sehari - hari dibantu teman sekamar atau petugas panti) didapatkan skor fungsi kognitif di bawah rata - rata normal yang diartikan bahwa lanjut usia tersebut mengalami gangguan fungsi kognitif ringan.

Disimpulkan bahwa lanjut usia yang mengalami penurunan aktivitas dan masih ketergantungan dalam memenuhi kebutuhan sehari - hari cenderung mengalami penurunan fungsi kognitif. Dari penjelasan tersebut, peneliti ingin melakukan penelitian tentang hubungan antara aktivitas fisik dengan tingkat kognitif lanjut usia di Panti Sosial Tresna Werdha Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan.


(26)

B.Rumusan Masalah

Secara individu proses penuaan dapat menimbulkan berbagai masalah fisik, biologis, mental maupun sosial ekonomi, oleh karena itu dengan meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia harus diupayakan agar kelompok lanjut usia ini tetap mempunyai kondisi fisik dan mental yang prima (Depkes RI, 2003). Menurut Barnes (2004) penurunan aktivitas fisik telah dinyatakan sebagai suatu bentuk untuk memicu terjadinya penurunan fungsi kognitif pada lanjut usia. Berdasarkan uraian tersebut, bagaimana “Hubungan antara Aktivitas Fisik dengan Tingkat Kognitif Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan”.

C.Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana demografi lanjut usia (usia, jenis kelamin dan pendidikan terakhir) di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan?

2. Bagaimana gambaran aktivitas fisik lanjut usia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan?

3. Bagaimana gambaran tingkat kognitif lanjut usia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan?

4. Apakah ada hubungan antara aktivitas fisik dengan tingkat kognitif lanjut usia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan?


(27)

8

D.Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dengan tingkat kognitif lanjut usia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui demografi lanjut usia (usia, jenis kelamin dan pendidikan terakhir) di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan.

b. Mengetahui gambaran aktivitas fisik lanjut usia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan.

c. Mengetahui gambaran tingkat kognitif lanjut usia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan.

d. Mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dengan tingkat kognitif lanjut usia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan.

E.Manfaat Penelitian

1. Bagi Pendidikan Ilmu Keperawatan

a. Hasil penelitian ini dapat menambah literatur mengenai hubungan aktivitas fisik dengan tingkat kognitif lanjut usia.

b. Memberikan informasi mengenai aktivitas fisik dengan tingkat kognitif lanjut usia.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai rujukan tambahan untuk melakukan pengabdian kepada masyarakat.


(28)

2. Bagi Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Jakarta Selatan

Meningkatkan peran panti werdha dalam memberikan motivasi kepada lanjut usia untuk melakukan dan mengikuti berbagai kegiatan serta meningkatkan kualitas program kegiatan di panti sosial.

3. Bagi Praktisi Kesehatan

Meningkatkan pelayaan kesehatan atau keperawatan dengan memotivasi lanjut usia dalam melakukan aktivitas fisik untuk mempertahankan fungsi kognitif lanjut usia.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data dasar, menambah informasi dan sebagai rujukan bagi peneliti lain untuk kepentingan pengembangan ilmu yang berkaitan dengan aktivitas fisik dan tingkat kognitif pada lanjut usia.


(29)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Lanjut Usia

1. Pengertian Lanjut Usia

Lanjut usia (lansia) merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Menua (menjadi tua = aging) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan - lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Dharmojo, 2009). Menurut Undang - Undang No.13 Tahun 1998 tentang Kesejahtaraan Lanjut usia, seseorang dikatakan lanjut usia apabila telah mencapai usia 60 tahun.

Menurut World Heath Organization (WHO, 2006) lanjut usia meliputi usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 - 59 tahun, usia lanjut (elderly) ialah 60 - 74 tahun, usia tua (old) ialah 75 - 90 tahun dan usia sangat tua (very old) ialah diatas 90 tahun, sedangkan menurut Notoatmodjo (2007), lanjut usia dibagi menjadi empat kelompok, kelompok usia dalam masa virilitas yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan keperkasaan fisik dan kematangan jiwa (45 - 54 tahun), kelompok lanjut usia dini yaitu kelompok yang baru memasuki lanjut usia (55 - 64 tahun), kelompok lanjut usia (65 tahun ke atas), kelompok lanjut usia risiko tinggi yaitu lanjut usia yang berusia lebih dari 70 tahun.


(30)

2. Perubahan Fisik pada Lanjut Usia

Banyak perubahan yang terjadi pada lanjut usia, diantaranya perubahan komposisi tubuh, otot, tulang dan sendi, sistem kardiovaskular serta respirasi. Pada lanjut usia, ada penurunan massa otot, perubahan distribusi darah ke otot, penurunan potential of Hydrogen (pH) dalam sel otot, otot menjadi lebih kaku dan ada penurunan kekuatan otot. Dengan melakukan aktivitas fisik atau olahraga dapat meningkatkan kekuatan otot, massa otot, perfusi otot dan kecepatan konduksi saraf ke otot (Wojtek, 2000).

Massa tulang menurun 10% dari massa puncak tulang pada usia 65 tahun dan 20% pada usia 80 tahun. Pada wanita, kehilangan massa tulang lebih tinggi, kira-kira 15 - 20% pada usia 65 tahun dan 30% pada usia 80 tahun. Laki - laki kehilangan massa tulang sekitar 1% per tahun sesudah usia 50 tahun, sedangkan wanita mulai kehilangan massa tulang pada usia 30-an dengan laju penurunan 2 - 3% per tahun sesudah menopause (Ambardini, 2009).

Tulang, sendi dan otot saling terkait, jika sendi tidak dapat digerakkan sesuai dengan Range of Motion (ROM) maka gerakan menjadi terbatas sehingga fleksibilitas menjadi komponen esensial dari program latihan bagi lanjut usia. Jika suatu sendi tidak digunakan, maka otot yang melintasi sendi akan memendek dan mengurangi ROM. Latihan fleksibilitas dapat meningkatkan kekuatan tendon dan ligamen, mempertahankan kekuatan otot yang melintasi sendi, mengurangi nyeri pada kasus osteoartritis sehingga ROM bisa dipertahankan (Ambardini, 2009).


(31)

12

B.Aktivitas Fisik pada Lanjut Usia 1. Pengertian Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan energi. Penurunan aktivitas fisik merupakan faktor risiko independen untuk penyakit kronis dan secara keseluruhan diperkirakan menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010). Menurut Fatmah (2010) aktivitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik dan mental, serta mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari. Jadi, aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik dan mental.

Aktivitas fisik termasuk mobilitas merupakan salah satu faktor yang ada hubungannya dengan fungsi kognitif. Beberapa studi melaporkan bahwa usia lanjut yang mengalami kesulitan melakukan pergerakan fisik atau gangguan gerak, akan terjadi perbedaan dalam jumlah skor fungsi kognitifnya. Efek aktivitas fisik termasuk mobilitas ada hubungannya dengan menurunnya risiko penyakit kardiovaskular dan efek secara langsung juga kepada saraf, sehingga berdampak pada fungsi kognitif, sehingga apabila terdapat gangguan gerak,maka dapat mengakibatkan penurunan gangguan fungsi kognitif yang lebih besar dibandingkan dengan yang tidak mengalami gangguan (Yaffe et al., 2001).


(32)

2. Manfaat Aktivitas Fisik

Menurut Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2006), aktivitas fisik secara teratur memiliki efek yang menguntungkan terhadap kesehatan yaitu :

a) Terhindar dari penyakit jantung, stroke, osteoporosis, kanker, tekanan darah tinggi, kencing manis dan lain - lain.

b) Berat badan terkendali.

c) Otot lebih lentur dan tulang lebih kuat.

d) Bentuk tubuh menjadi ideal dan proporsional. e) Lebih percaya diri.

f) Lebih bertenaga dan bugar.

g) Secara keseluruhan keadaan kesehatan menjadi lebih baik. h) Dapat mempengaruhi kesehatan otak dan fungsi kognitif.

Karena hubungan antar kedua hal tersebut terkait dengan beberapa faktor yang semuanya terkait dengan kapasitas beraktivitas fisik dalam peningkatan fungsi otak, meningkatkan pertumbuhan pembuluh kapiler di sekitar neuron yang memberi oksigen dan gizi dari darah, meningkatkan kerapatan sinapsis dan meningkatkan efek kolinergis positif (Nelson, 2006).

3. Jenis Aktivitas Fisik pada Lanjut Usia

Aktivitas fisik yang bermanfaat untuk kesehatan lanjut usia sebaiknya memenuhi kriteria FITT (frequency, intensity, time, type). Frekuensi adalah seberapa sering aktivitas dilakukan dan berapa hari dalam seminggu. Intensitas adalah seberapa keras suatu aktivitas dilakukan. Biasanya


(33)

14

diklasifikasikan menjadi intensitas rendah, sedang dan tinggi. Waktu mengacu pada durasi, seberapa lama suatu aktivitas dilakukan dalam satu pertemuan, sedangkan jenis aktivitas adalah jenis - jenis aktivitas fisik yang dilakukan (Ambardini, 2009).

Ada 3 macam aktivitas fisik lanjut usia menurut Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2006), yaitu:

a. Ketahanan (Endurance)

Aktivitas fisik yang bersifat untuk ketahanan yang dapat membantu kesehatan jantung, paru - paru, otot dan sistem sirkulasi darah tetap sehat serta membuat kita lebih bertenaga. Untuk mendapatkan ketahanan maka aktivitas fisik yang dilakukan selama 30 menit setiap hari (4 - 7 hari per minggu).

Contoh beberapa kegiatan yang dapat dipilih seperti: 1) Berjalan kaki

2) Lari ringan 3) Berenang 4) Senam

5) Bermain tenis

6) Aktivitas duduk (membaca, menonton televisi dan lain - lain) 7) Berkebun dan kerja di taman.

b. Kelenturan (Flexibility)

Aktivitas fisik yang bersifat untuk kelenturan dapat membantu pergerakan lebih mudah, mempertahankan otot tubuh tetap lemas (lentur) dan sendi berfungsi dengan baik. Untuk mendapatkan


(34)

kelenturan maka aktivitas fisik yang dilakukan selama 30 menit setiap hari (4 - 7 hari per minggu).

Contoh beberapa kegiatan yang dapat dipilih seperti: 1) Peregangan kaki atau tangan

2) Beribadah (shalat) 3) Senam Taichi dan yoga 4) Mencuci pakaian atau piring 5) Mengepel lantai.

c. Kekuatan Otot (Strength Muscle)

Aktivitas fisik yang bersifat untuk kekuatan dapat membantu kerja otot tubuh dalam menahan sesuatu beban yang diterima, tulang tetap kuat dan mempertahankan bentuk tubuh serta membantu meningkatkan pencegahan terhadap penyakit seperti osteoporosis. Untuk mendapatkan kelenturan maka aktivitas fisik yang dilakukan selama 30 menit setiap hari (2 - 4 hari per minggu).

Contoh beberapa kegiatan yang dapat dipilih seperti:

1) Push-up, pelajari teknik yang benar untuk mencegah otot dan sendi dari kecelakaan

2) Naik turun tangga 3) Angkat beban/berat 4) Membawa belanjaan


(35)

16

C.Fungsi Kognitif pada Lanjut Usia 1. Pengertian Kognitif

Kognitif berasal dari bahasa Latin, yaitu cognitio yang artinya adalah berpikir. Hal ini merujuk kepada kemampuan seseorang dan mengerti dunianya, yang dicapai dari sejumlah fungsi yang kompleks termasuk orientasi terhadap waktu, tempat dan individu, kemampuan aritmatika, berfikir abstrak, kemampuan fokus untuk berpikir logis (Pincus dkk., 2003).

Menurut Ramdhani (2008), kognitif adalah kepercayaan seseorang tentang sesuatu yang didapatkan dari proses berfikir. Proses yang dilakukan adalah memperoleh pengetahuan dan manipulasi pengetahuan melalui aktivitas mengingat, menganalisis, memahami, menilai, membayangkan dan berbahasa. Kapasitas atau kemampuan kognisi biasa diartikan sebagai kecerdasan atau inteligensia.

Pengertian lain dari kognitif menurut Sulianti (2000) adalah kemampuan pengenalan dan penafsiran seseorang terhadap lingkungannya berupa perhatian, bahasa, memori, visuospasial dan fungsi memutuskan. Penurunan dari fungsi kognitif biasanya berhubungan dengan penurunan fungsi belahan otak kanan yang berlangsungnya lebih cepat daripada yang kiri. Tidak heran bila pada para lanjut usia terjadi penurunan berupa kemunduran daya ingat visual, sulit berkonsentrasi dan cepat beralih perhatian. Juga terjadi kelambanan pada tugas motorik sederhana seperti berlari, mengetuk jari, kelambanan dalam persepsi sensoris serta dalam reaksi tugas kompleks. Sifat gangguan ini sangat individual, tidak sama


(36)

tingkatnya satu orang dengan orang lain. Kemunduran yang paling dominan ditemui adalah menurunnya kemampuan memori atau daya ingat.

Fungsi kognitif merupakan satu proses mental manusia yang meliputi perhatian persepsi, proses berpikir, pengetahuan dan memori. Sebanyak 75% dari bagian otak besar merupakan area kognitif (Saladin, 2007). Kemampuan kognitif seseorang berbeda dengan orang lain. Dari hasil penelitian diketahui, bahwa kemunduran subsistem yang membangun proses memori dan belajar mengalami tingkat kemunduran yang tidak sama. Memori merupakan proses yang rumit karena menghubungkan masa lalu dengan masa sekarang (Lumbantobing, 2006).

2. Struktur dan Fungsi Otak Lanjut Usia

Di dalam otak manusia, diperkirakan terdapat 1 trilyun sel otak. Sebanyak 100 milliar sel otak tersebut adalah sel otak aktif sementara sisanya adalah sel pendukung. Perkembangan otak menjadi tua terbukti dapat berlanjut terus sampai usia berapapun jika saja otak memperoleh stimulus yang terus menerus, baik fisik maupun mental. Hal ini disebut juga kemampuan plastisitas otak yang terjadi juga pada lanjut usia (Kusumoputro, 2003).

Proses menua sehat (normal aging) secara fisiologis juga terjadi kemunduran fungsi kognitif seperti kemunduran daya ingat (memori) terutama memori kerja (working memory) yang amat berperan dalam aktivitas hidup sehari - hari. Selain itu fungsi belahan otak sisi kanan sebagai pusat intelegensi dasar akan mengalami kemunduran lebih cepat daripada belahan otak sisi kiri sebagai pusat inteligensi kristal yang


(37)

18

memantau pengetahuan. Dampak dari kemunduran belahan otak sisi kanan pada lanjut usia antara lain adalah kemunduran fungsi kewaspadaan dan perhatian. Kedua belah hemisfer berbeda fungsi, namun setiap individu mempunyai kecenderungan untuk lebih banyak menggunakan salah satu belah hemisfer dalam menyelesaikan masalah hidup dan pekerjaan. Perkembangan otak menjadi tua sehingga terjadi kemunduran fungsi hemisfer kanan lebih cepat daripada hemisfer kiri maka mereka akan mengalami hambatan kemampuan fungsional (Katzman, 1992).

Diantara fungsi otak yang menurun secara linier seiring dengan bertambahnya usia adalah fungsi memori berupa kemunduran dalam kemampuan penamaan dan kecepatan mencari kembali informasi yang telah tersimpan dalam pusat memori. Penurunan ini terjadi pada kemampuan kognitif dan tidak mempengaruhi rentang hidup yang normal (Strub & Black, 1992).

Perubahan atau gangguan memori pada penuaan otak hanya terjadi pada aspek tertentu, sebagai contoh memori primer (memori jangka pendek) relatif tidak mengalami perubahan pada penambahan usia, sedangkan pada memori sekunder (memori jangka panjang) mengalami perubahan yang bermakna. Artinya, kemampuan untuk mengirimkan informasi dari memori jangka pendek ke jangka panjang mengalami kemunduran dengan penambahan usia (Petersen et al., 1992).


(38)

3. Aspek - Aspek Fungsi Kognitif a. Orientasi

Orientasi dinilai dengan pengacuan pada personal, tempat dan waktu. Orientasi terhadap personal merupakan kemampuan seseorang dalam menyebutkan namanya sendiri ketika ditanya. Orientasi tempat dinilai dengan menanyakan negara, provinsi, kota, gedung dan lokasi dalam gedung. Sedangkan orientasi waktu dinilai dengan menanyakan tahun, musim, bulan, hari dan tanggal. Karena perubahan waktu lebih sering daripada tempat, maka waktu dijadikan indeks paling sensitif untuk disorientasi (Goldman, 2000).

b. Atensi

Atensi merupakan kemampuan untuk bereaksi atau memperhatikan suatu stimulus tertentu (spesifik) dengan mampu mengabaikan stimulus lain baik internal maupun eksternal yang tidak perlu atau tidak dibutuhkan. Atensi dan konsentrasi sangat penting dalam mempertahankan fungsi kognitif, terutama dalam proses belajar. (Plassman dkk., 2010).

1) Mengingat Segera

Aspek ini merujuk pada kemampuan seseorang untuk mengingat sejumlah kecil informasi selama ≤ 30 detik dan mampu untuk mengeluarkannya kembali.

2) Konsentrasi

Aspek ini merujuk pada sejauh mana kemampuan seseorang untuk memusatkan perhatiannya pada satu hal (Goldman, 2000).


(39)

20

c. Bahasa

Fungsi bahasa merupakan kemampuan yang meliputi empat parameter, yaitu :

1) Kelancaran

Kelancaran merujuk pada kemampuan untuk menghasilkan kalimat dengan panjang, ritme dan melodi yang normal. Suatu metode yang dapat membantu menilai kelancaran pasien adalah dengan meminta pasien menulis atau berbicara spontan.

2) Pemahaman

Pemahaman merujuk pada kemampuan untuk memahami suatu perkataan atau perintah, dibuktikan dengan mampunya seseorang untuk melakukan perintah tersebut.

3) Pengulangan

Kemampuan seseorang untuk mengulangi suatu pernyataan atau kalimat yang diucapkan seseorang.

4) Penamaan

Penamaan merujuk pada kemampuan seseorang untuk menamai atau objek beserta bagian - bagiannya (Goldman, 2000). d. Memori

Memori adalah proses bertingkat dimana informasi pertama kali harus dicatat dalam area korteks sensorik kemudian diproses melalui sistem limbik untuk terjadinya pembelajaran baru. Secara klinik memori dibagi menjadi tiga tipe dasar, yaitu:


(40)

1) Immediate memory, merupakan kemampuan untuk merecall stimulus dalam interval waktu beberapa detik.

2) Recent memory, merupakan kemampuan untuk mengingat kejadian sehari - hari (misalnya tanggal, nama dokter, apa yang dimakan saat sarapan atau kejadian - kejadian baru) dan mempelajari materi baru serta mencari materi tersebut dalam rentang waktu menit, jam, hari, bulan dan tahun.

3) Remote memory, merupakan rekoleksi atau mengingat kembali kejadian yang terjadi bertahun tahun yang lalu (tanggal lahir, sejarah, nama teman dan lain - lain).

e. Visuospasial

Kemampuan visuospasial dapat dievaluasi melalui kemampuan konstruksional seperti menggambar atau meniru berbagai macam gambar (lingkaran, kubus dan lain - lain) dan menyusun balok - balok. Semua lobus berperan dalam kemampuan konstruksi ini tetapi lobus parietal terutama hemisfer kanan mempunyai peran yang paling dominan. Menggambar jam sering digunakan untuk skrining kemampuan visuospasial dan fungsi eksekutif dimana berkaitan dengan gangguan di lobus frontal dan parietal.

Pasien diminta untuk menggambar jam berbentuk lingkaran kemudian ditulis dengan angka yang lengkap, jika gambar jam digambar terlalu kecil sehingga angka - angkanya tidak muat, hal ini mencerminkan gangguan pada perencanaan. Selanjutnya pasien diminta untuk menggambar jarum pukul 11.10 pasien dengan gangguan fungsi


(41)

22

eksekutif akan menunjuk jarum pada angka 10 dan 11 (Plassman dkk., 2010).

f. Fungsi Eksekutif

Fungsi eksekutif adalah kemampuan seseorang dalam pemecahan masalah. Kemampuan eksekutif diperankan oleh lobus frontal, tetapi pengalaman klinis menunjukkan bahwa semua sirkuit yang terkait dengan lobus frontal juga menyebabkan sindroma lobus frontal, diperlukan atensi, bahasa, memori dan visuospasial sebagai dasar untuk menyusun kemampuan kognitif (Plassman dkk., 2010).

Istilah penurunan kognitif sebenarnya menggambarkan perubahan kognitif yang berkelanjutan, beberapa dianggap masih dalam spektrum penuaan normal, sementara yang lainnya dimasukkan dalam kategori gangguan ringan. Untuk menentukan gangguan fungsi kognitif, biasanya dilakukan penilaian terhadap satu domain atau lebih seperti memori, orientasi, bahasa dan fungsi eksekutif. Temuan dari berbagai penelitian klinis dan epidemiologis menunjukkan bahwa faktor biologis, perilaku, sosial dan lingkungan dapat berkontribusi terhadap risiko penurunan fungsi kognitif (Plassman dkk., 2010).

g. Kalkulasi


(42)

4. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Fungsi Kognitif a. Status Kesehatan

Salah satu faktor penyakit yang mempengaruhi penurunan kognitif lanjut usia adalah hipertensi. Peningkatan tekanan darah kronis dapat meningkatkan efek penuaan pada struktur otak, meliputi reduksi substansia alba dan grisea di lobus prefrontal, penurunan hipokampus, meningkatkan hiperintensitas substansia alba di lobus frontalis. Angina pektoris, infarkmiocard, penyakit jantung koroner dan penyakit vaskular lainnya juga dikaitkan dengan memburuknya fungsi kognitif (Briton & Marmot, 2003 dalam Myres, 2008).

b. Usia

Faktor usia dapat berhubungan dengan fungsi kognitif. Sesuai dengan penelitain Lumbantobing (2006) yang menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada otak akibat bertambahnya usia antara lain fungsi penyimpanan informasi hanya mengalami sedikit perubahan. Suatu penelitian yang mengukur kognitif pada lanjut usia menunjukkan skor di bawah cut off skrining adalah sebesar 16% pada kelompok usia 65 - 69 tahun, 21% kelompok usia 70 - 74 tahun, 30% pada kelompok usia 75 - 79 tahun dan 44% pada usia di atas 80 tahun. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya hubungan positif antara usia dan penurunan fungsi kognitif (Scanlan et al., 2007).

c. Status Pendidikan

Kelompok dengan pendidikan rendah tidak pernah lebih baik dibandingkan kelompok dengan pendidikan lebih tinggi (Scanlan et al.,


(43)

24

2007). Pengaruh pendidikan yang telah dicapai seseorang atau lanjut usia dapat mempengaruhi secara tidak langsung terhadap fungsi kognitif seseorang termasuk pelatihan. Berdasarkan teori reorganisasi anatomis menyatakan bahwa stimulus eksternal yang berkesinambungan akan mempermudah reorganisasi internal dari otak. Tingkat pendidikan seseorang mempunyai pengaruh terhadap penurunan fungsi kognitif (Sidiarto, 2003).

d. Jenis Kelamin

Wanita lebih berisiko mengalami penurunan kognitif. Hal ini disebabkan adanya peranan level hormon seks endogen dalam perubahan fungsi kognitif. Reseptor estrogen telah ditemukan dalam area otak yang berperan dalam fungsi belajar dan memori, seperti hipokampus. Rendahnya level estradiol dalam tubuh telah dikaitkan dengan penurunan fungsi kognitif umum dan memori verbal. Ekstradiol diperkirakan bersifat neuroprotektif dan dapat membatasi kerusakan akibat stres oksidatif serta terlihat sebagai protektor sel saraf dari toksisitas amiloid pada pasien Alzheimer (Yaffe dkk., 2007 dalam Myers, 2008).

e. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik dapat mempertahankan aliran darah otak dan mungkin juga meningkatkan persediaan nutrisi otak (Yaffe dkk., 2001). Pada latihan atau aktivitas fisik beberapa sistem molekul yang dapat berperan dalam hal yang bermanfaat pada otak. Faktor - faktor neurotrofik kebanyakan yang berperan dalam efek yang bermanfaat


(44)

tersebut. Faktor neurotrofik itu terutama Brain Derived Neurotrophic Factor (BDNF), karena dapat meningkatkan ketahanan dan

pertumbuhan beberapa tipe dari neuron, meliputi neuron glutamanergik. BDNF berperan sebagai mediator utama dari efikasi sinaptik, penghubungan sel saraf dan plastisitas sel saraf (Cotman dkk., 2002).

Aktivitas fisik memungkinkan mempertahankan kesehatan vaskular otak dengan menurunkan tekanan darah, meningkatkan profil lipoprotein, mendukung produksi endotel nitrat oksidasi dan memastikan perfusi otak cukup. Demikian pula, muncul bukti hubungan antara insulin dan amimoid menunjukkan bahwa manfaat aktivitas aerobik pada resistensi insulin dan glukosa intolerance, mungkin ini merupakan mekanisme yang lain dimana aktivitas fisik dapat mencegah atau menunda penurunan fungsi kognitif (Weuve dkk., 2004).

Power (2006) menjelaskan bahwa ada 3 mekanisme yang dapat menjelaskan manfaat pendidikan, latihan atau aktivitas fisik dan lingkungan yaitu angiogenesesis pada otak, perubahan synaptic reverse dan menghilangkan penumpukan amiloid. Suatu studi menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi latihan atau aktivitas fisik terhadap fungsi kognitif. Latihan atau aktivitas fisik menyebabkan hipertropi hipokampus yang nantinya akan memiliki fungsi prevenif terhadap degenerasi neuronal. Latihan atau aktivitas fisik juga dapat menyebabkan produksi faktor pertumbuhan seperti BDNF yang telah diketahui untuk memperbesar neurogenesis dan efek positif terhadap


(45)

26

kognitif. Latihan atau aktivitas fisik dapat menyebabkan respon terhadap BDNF, neurogenesis dan fungsi kognitif melalui Insuline Like Growth Factor-1(IGF-1).

Latihan atau aktivitas fisik tersebut juga berhubungan dengan inflamasi dimana kontraksi otak memproduksi Interleukin-6 (IL6), Interleukin-8 (IL8), Interleukin-15 (IL15) dan Tumor Necrosis Factor

Alpha (TNF-α) yang selanjutnya mempengaruhi fungsi kognitif. Klotho protein atau gen dapat dipengaruhi aktivitas fisik melalui faktor pertumbuhan seperti IGF-1 dimana efek klotho pada otak tampak seperti neuroprotektif dan mencegah kehilangan neuro dopaminergik dalam substansia nigra. Terakhir, aktivitas fisik yang diperantai oleh produksi IGF-1 meregulasi kadar β amiloid melalui peningkatan clearance plexus cloroideus (Foster dkk., 2011).

Seseorang yang melakukan olahraga dan aktivitas fisik dapat meningkatkan jumlah endorphin dalam tubuh. Endorphin sebagai neurotransmitter yang dibutuhkan untuk menghindari stres dan mental

yang lebih baik. Selain meningkatkan jumlah endorphin, juga dapat meningkatkan kadar norepinefrin dan serotonine, dimana mekanisme ini berguna untuk meningkatkan suasana hati atau mood. Hal ini juga didukung dengan penelitian sebelumnya, lanjut usia yang melakukan aktivitas fisik termasuk berjalan kaki secara teratur dalam jangka waktu lama dapat meningkatkan kemampuan kognitif dan mengurangi penurunan gangguan kognitif (Arisman, 2004).


(46)

D.Penelitian Terkait

1. Totok Budi Santoso dan Alfina Shofia Nur Rohmah (2011) dalam

“Gangguan Gerak dan Fungsi Kognitif pada Wanita Lanjut Usia”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara gangguan gerak dan fungsi kognitif pada wanita lanjut usia di Panti Werdha Surakarta. Menggunakan desain penelitian cross sectional kuantitatif dengan menggunakan instrumen Katz Indeks untuk menilai gangguan gerak dan Mini Mental State Examination (MMSE) untuk menilai tingkat kognitif

lanjut usia. Sampel penelitian berjumlah 36 lanjut usia. Hasil perhitungan uji chi square diperoleh nilai signifikan (p-value = 0,001). Perbandingan nilai probabilitas aktual lebih kecil dari probabilitas yang diisyaratkan (0,000 < 0,05). Berdasarkan kriteria tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan antara gangguan gerak dengan fungsi kognitif lanjut usia.

2. Maulina Sri Rizky (2011) dalam thesis “ Hubungan Tingkat Pendidikan dan

Aktivitas Fisik dengan Fungsi Kognitif Lansia di Kelurahan Darat”.

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan pengumpulan sampel dengan metode purposive sampling non probability di Kelurahan Darat Kota Medan. Fungsi kognitif dinilai dengan menggunakan Mini Mental State Examination (MMSE) dan Addenbrooke’s Cognitive Examination Revision (ACE-R), sedangkan untuk aktivitas fisik dinilai

dengan menggunakan The General Practice Physical Activity Questionaire (GPPAQ). Berdasarkan hasil skor MMSE dijumpai hubungan yang signifikan dengan usia (p = 0,0001), tingkat pendidikan (p = 0,0001) dan aktivitas fisik (p = 0,0001). Sedangkan untuk skor ACE-R dijumpai


(47)

28

hubungan yang signifikan dengan usia (p = 0,0001), tingkat pendidikan (p = 0,0001) dan aktivitas fisik (p = 0,0001). Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara tingkat pendidikan dan aktivitas fisik dengan fungsi kognitif lanjut usia.


(48)

E.Kerangka Teori

Bagan 2.6: Kerangka Teori Penelitian

Kombinasi Teori Goldman (2000); PPK Depkes RI (2006); Scanlan et al.,(2007); Myres (2008); Fortes (2011); Plassman dkk. (2011).

Fungsi Kognitif Fungsi Fisik

Penurunan / Perubahan Fisik pada Lanjut Usia Lanjut Usia

Aspek - Aspek Fungsi Kognitif:

1. Orientasi (personal, waktu dan tempat) 2. Atensi (mengingat

dan konsentrasi) 3. Bahasa (kelancaran,

pemahanan,

pengulangan dan naming)

4. Memory (immediate, recent dan remotecontrol) 5. Visuospasial 6. Eksekutif 7. Kalkulasi (Goldman (2000); Plassman dkk. (2011)) Faktor - Faktor yang

Mempengaruhi Fungsi Kognitif: 1. Status Kesehatan 2. Usia

3. Status Pendidikan 4. Jenis Kelamin

(Myres, 2008; Scanlan et al., 2007; Fortes, 2011) Jenis - Jenis Aktivitas Fisik

Lanjut Usia: 1. Ketahanan (Endurance) 2. Kelenturan (Flexibility)

3. Kekuatan Otot (Strength Muscle)

(Pusat Promosi Kesehatan Depkes RI, 2006)


(49)

30 BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DEFINISI OPERASIONAL

A.Kerangka Konsep Penelitian

Konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel (Nursalam, 2008). Dalam penelitian ini mengkaji dua variabel yang terdiri dari satu variabel bebas (independen) yaitu aktivitas fisik lanjut usia dan satu variabel terikat (dependen) yaitu tingkat kognitif lanjut usia. Di bawah ini digambarkan mengenai kerangka konsep yang akan dilakukan peneliti di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan.

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Aktivitas Fisik Lanjut Usia

1. Ketahanan 2. Kelenturan 3. Kekuatan Otot

Tingkat Kognitif Lanjut Usia

1. Orientasi 2. Atensi 3. Bahasa 4. Memori 5. Visuospasial 6. Eksekutif 7. Kalkulasi


(50)

31 B. Definisi Operasional Penelitian

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

1 Usia Lamanya masa hidup responden yang dihitung berdasarkan tanggal lahir sampai dengan ulang tahun terakhir.

Wawancara Kuesioner 1= 60 – 74 tahun

2 = 75 – 90 tahun 3 = > 90 tahun

Ordinal

2 Jenis Kelamin

Identitas responden penelitian sesuai dengan kondisi biologis dan fisik.

Wawancara Kuesioner 1 = Laki - Laki

2 = Perempuan

Nominal

3 Pendidikan Terakhir

Jenjang pendidikan formal terakhir responden.

Wawancara Kuesioner 1 = SD

2 = SMP 3 = SMA 4 = PT


(51)

32

No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

4 Aktivitas Fisik Lanjut Usia

Pergerakan anggota tubuh lanjut usia yang meliputi ketahanan, kelenturan dan kekuatan otot. Mengajukan pertanyaan melalui kuesioner. -Modifikasi kuesioner Physical Activities Scale for the Elderly (PASE). -Kuesioner ini terdiri

dari 8 item pertanyaan.

Penentuan aktivitas fisik lanjut usia menggunakan nilai mean sebagai cut of point dengan kategori:

1. < Mean = Aktivitas Fisik Kurang.

2. ≥ Mean = Aktivitas Fisik Baik.

Ordinal

5 Tingkat Kognitif

Kemampuan

seseorang yang terdiri dari aspek orientasi, atensi, bahasa, memori, visuospasial, eksekutif dan kalkulasi. Mengajukan pertanyaan melalui kuesioner.

-Kuesioner paten MMSE (Mini Mental State Examination). -Kuesioner ini terdiri

dari 30 item pertanyaan.

1. SD  ≥ 23 = Kognitif Baik atau < 23 = Kognitif Buruk.

2. SMP  ≥ 25 = Kognitif Baik dan <25 = Kognitif Buruk.

3. SMA ke atas ≥ 26 = Kognitif Baik atau < 26 Kognitif Buruk.


(52)

33

penelitian (Nursalam, 2008). Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. H0 = Tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dengan tingkat kognitif pada lanjut

usia.


(53)

34 BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN A.Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan cross sectional yaitu pengambilan data variabel independen (aktivitas fisik lanjut usia) dan variabel dependen (tingkat kognitif) yang dilakukan pada satu waktu atau bersamaan (Setiadi, 2007).

B.Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Juni tahun 2014 di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan. Alasan peneliti memilih Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan sebagai lokasi penelitian karena terdapat cukup banyak jumlah lanjut usia, letaknya yang terjangkau dan belum dilakukan penelitian tentang hubungan aktivitas fisik dengan tingkat kognitif lanjut usia di Panti tersebut. C.Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Setiadi, 2007).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua lanjut usia yang tercatat di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan dengan jumlah 205 lanjut usia.


(54)

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2007). Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2008). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel

sama dengan populasi (Sugiyono, 2007). Jadi, total sampel berdasarkan kriteria inklusi yang digunakan adalah 118 orang dari 205 lanjut usia.

Adapun sampel yang diambil harus memiliki kriteria sebagai berikut: a) Lanjut usia yang berusia ≥ 60 tahun.

b) Lanjut usia yang sudah menetap di panti lebih dari 30 hari. c) Lanjut usia yang mampu berkomunikasi verbal dengan baik. d) Lanjut usia yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian.

e) Lanjut usia yang berpendidikan minimal sekolah dasar (SD) atau sederajat.

f) Lanjut usia yang tidak mengalami gangguan kejiwaan. D.Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data atau informasi dari responden, peneliti menggunakan instrumen penelitian berupa lembar kuesioner. Kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila


(55)

36

peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden (Sugiyono, 2007).

Instrumen dalam penelitian ini merupakan data primer yang diambil melalui dua kuesioner, yaitu:

1. Instrumen pertama berupa pertanyaan mengenai data demografi responden yang terdiri dari usia, jenis kelamin dan pendidikan terakhir.

2. Mini Mental State Examinatian (MMSE)

Mini Mental State Examinatian (MMSE) adalah metode pemeriksaan

untuk menilai fungsi kognitif yang telah digunakan secara luas oleh para praktisi untuk praktik klinik maupun penelitian. MMSE diperkenalkan oleh Folstein pada tahun 1975. MMSE digunakan sebagai alat untuk mendeteksi adanya gangguan kognitif pada seseorang atau individu, mengevaluasi perjalanan suatu penyakit yang berhubungan dengan proses penurunan kognitif dan memonitor respon terhadap pengobatan (Turana, 2004).

MMSE sangat reliabel untuk menilai gangguan fungsi kognitif dan dapat digunakan secara luas sebagai pemeriksaan yang sederhana untuk mendiagnosis adanya gangguan fungsi kognitif. MMSE terdiri dari 30 pertanyaan, terbagi menjadi 11 domain dengan rincian, orientasi waktu, tempat, registrasi, atensi dan kalkulasi, mengingat, menamai, pengulangan, pemahaman, membaca, menulis serta menggambar (Folstein, 1993 dalam Setyopranoto dkk., 2000). Penilaian baik buruknya fungsi kognitif didasarkan atas nilai potong yang disesuaikan dengan tingkat pendidikan terakhir responden. Dinilai baik jika nilainya ≥ 23 untuk sekolah dasar (SD),


(56)

menengah atas (SMA) ke atas, sedangkan dinilai buruk jika nilainya < 23 untuk sekolah dasar (SD), < 25 untuk sekolah menengah pertama (SMP) dan < 26 untuk sekolah menengah atas (SMA) ke atas (Turana, 2011). 3. Physical Activities Scale for the Elderly (PASE)

Physical Activities Scale for Elderly (PASE) merupakan kuesioner untuk menilai aktivitas fisik lanjut usia. PASE terdiri dari tiga macam aktivitas, yaitu leisure time activity (aktivitas waktu luang) yang terdiri dari 6 pertanyaan, house hold activity (aktivitas rumah tangga) yang terdiri dari 3 pertanyaan dan work related activity (aktivitas relawan) yang terdiri dari 1 pertanyaan. Peneliti memodivikasi kuesioner PASE, dikarenakan kuesioner PASE kurang relevan dengan kegiatan atau aktivitas fisik yang ada di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan. Peneliti mengambil 8 pertanyaan dari kategori aktivitas waktu luang dan aktivitas rumah tangga. Penentuan jawaban kuesioner menggunakan skala Likert, dimana jawaban responden menggunakan rentang skala 0 sampai 3 yaitu tidak pernah (0), jarang (1), kadang-kadang (2) dan sering (3).

E.Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas

Uji validitas adalah ketepatan dan kecermatan instrumen dalam menjalankan fungsi ukurnya (Azwar, 2012). Uji validitas merupakan suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Dalam hal ini, beberapa item pertanyaan dapat digunakan untuk


(57)

38

mengungkapkan variabel yang diukur tersebut. Uji ini dilakukan dengan menghitung korelasi antara masing-masing skor item pertanyaan dari setiap variabel dengan total skor variabel tersebut (Hidayat, 2007). Perhitungan dilakukan dengan rumus korelasi Pearson Product Moment.

Pengambilan keputusan dilakukan dengan melihat hasil perhitungan t hitung. Apabila t hitung > t tabel, maka pertanyaan tersebut valid, sedangkan apabila t hitung < t tabel, maka petanyaan tidak valid. Uji validitas ini juga bisa dilakukan dengan pengujian validitas konstruksi dengan analisis faktor dan mengkorelasikan skor item instrumen dalam satu faktor dengan skor total. Bila korelasi tiap faktor tersebut positif dan besarnya 0,3 ke atas maka faktor tersebut merupakan konstruksi yang kuat (Sugiyono, 2010).

Pada penelitian ini, uji coba instrumen dilakukan pada tanggal 15 Mei 2014. Uji coba dilakukan terhadap 30 lanjut usia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur dengan hasil tiap - tiap item pertanyaan pada variabel aktivitas fisik yang menggunakan kuesioner PASE, berkisar antara 0,365 sampai 0,645. Nilai t hitung ini kemudian dibandingkan dengan t tabel Pearson Product Moment pada signifikan 5% dengan uji 2 ekor (two tailed) dan n = 30, yaitu sebesar 0,361. Dari uji ini, item 5 dan 8 dinyatakan tidak valid karena nilai t hitung kurang dari 0,361 sehingga item - item ini tidak bisa digunakan. Selanjutnya, dilakukan uji validitas yang kedua tanpa menggunakan item 5 dan 8 didapatkan suatu hasil t hitung tiap-tiap item pertanyaan yang berkisar antara 0,365 sampai 0,645 dan semua item pertanyaan dinyatakan valid karena nilai t hitung


(58)

lebih besar dari 0,361. Jadi, kesimpulannya item pertanyaan 5 dan 8 dihilangkan dari kuesioner karena dianggap tidak valid sehingga total keseluruhan pertanyaan tentang aktivitas fisik lanjut usia sebanyak 8 pertanyaan.

2. Uji Reliabilitas

Setelah mengukur validitas, peneliti perlu mengukur reabilitas data apakah alat ukur dapat digunakan atau tidak. Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Uji reliabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan pada tingkat kepercayaan dan dapat diandalkan (Arikunto, 2006). Hal ini berarti sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan dua kali atau lebih dengan alat ukur yang sama. Pengukuran reliabilitas menggunakan bantuan software computer dengan rumus Alpha Cronbach. Suatu variabel dikatakan reliabel jika Alpha Cronbach > 0,60 (Hidayat, 2007).

Pada penelitian ini, uji reliabilitas pada variabel aktivitas fisik lanjut usia menghasilkan nilai α = 0,707. Selanjutnya, dilakukan uji reliabilitas ulang tanpa menggunakan item pertanyaan 5 dan 8 menghasilkan nilai

α = 0,723. Nilai Alpha Cronbach > 0,60. Sedangkan, uji reliabilitas pada variabel tingkat kognitif lanjut usia yang menggunakan rumus KR-20

menghasilkan nilai α = 0,821282. Jadi, kedua instrumen ini dianggap reliabel, dapat dipercaya dan dapat diandalkan.


(59)

40

F. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei hingga Juni 2014. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dengan menggunakan kuesioner. Ada beberapa tahap yang dilakukan dalam pengambilan data dalam penelitian ini, yaitu :

1. Tahap pertama, peneliti menentukan permasalahan, subjek penelitian, tempat penelitian, tujuan dan manfaat penelitian serta menentukan judul penelitian. Peneliti mengajukan surat izin dari Fakultas untuk diberikan kepada pihak KESBANGPOL (Kesatuan, Kebangsaan dan Politik) Walikota Jakarta Selatan dan pihak Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan.

2. Setelah perizinan penelitian disetujui oleh pihak KESBANGPOL (Kesatuan, Kebangsaan dan Politik) Walikota Jakarta Selatan dan pihak Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan, peneliti terlebih dahulu melakukan studi pendahuluan terkait penelitian yang akan dilakukan. 3. Selanjutnya peneliti menyusun proposal skripsi dan melakukan ujian

seminar proposal skripsi.

4. Selanjutnya peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen pada 30 lanjut usia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung. 5. Setelah instrumen penelitian dinyatakan valid dan reliabel, peneliti

melakukan koordinasi dengan Kepala di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan untuk mendapatkan calon responden sesuai dengan kriteria inklusi.


(60)

6. Setelah peneliti mendapatkan calon responden sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan, peneliti melakukan informed consent terhadap calon responden.

7. Setelah responden menandatangani lembar persetujuan, responden diberikan penjelasan mengenai cara pengisian kuesioner dan dianjurkan bertanya apabila ada pertanyaan atau pernyataan yang kurang jelas.

8. Waktu pengisian kuesioner kurang lebih selama 15 menit untuk masing - masing responden. Responden diharapkan menjawab seluruh pertanyaan di dalam kuesioner.

9. Kuesioner yang telah diisi selanjutnya diolah dan dianalisis oleh peneliti. G.Pengolahan Data

Hidayat (2007) mengungkapkan bahwa dalam penelitian terdapat langkah-langkah pengolahan data yang harus ditempuh. Adapun tahap-tahap pengolahan data meliputi :

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul. Kegiatan yang dilakukan dalam editing adalah pengecekan dari sisi kelengkapan, relevansi dan konsistensi jawaban. Kelengkapan data diperiksa dengan cara memastikan bahwa jumlah kuesioner yang terkumpul sudah memenuhi jumlah sampel minimal yang ditentukan dan memeriksa apakah setiap pertanyaan dalam kuesioner sudah terjawab dan jelas. Relevansi dan konsistensi jawaban


(61)

42

diperiksa dengan cara melihat apakah ada data yang bertentangan dengan data lain.

2. Coding

Coding merupakan pemberian kode numerik terhadap data yang

terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari

suatu variabel. 3. Entry Data

Entry data adalah kegiatan memasukkan data dari kuesioner ke dalam

paket program komputer agar dapat dianalisis, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel kontingensi. 4. Cleaning Data

Pembersihan data merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan ke dalam komputer untuk memastikan data telah bersih dari kesalahan sehingga data siap dianalisis.

H.Metode Analisis Data 1. Analisis Univariat

Analisis univariat merupakan analisis tiap variabel yang dinyatakan dengan menggambarkan dan meringkas data dengan cara ilmiah dalam bentuk tabel atau grafik (Setiadi, 2007). Variabel pada penelitian ini meliputi data demografi (usia, jenis kelamin dan pendidikan terakhir),


(62)

variabel independen (bebas) yaitu aktivitas fisik lanjut usia dan variabel dependen (terikat) yaitu tingkat kognitif lanjut usia.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat berguna untuk melihat hubungan dua variabel (Umar, 2003) yaitu untuk melihat hubungan variabel aktivitas fisik lanjut usia dan variabel tingkat kognitif lanjut usia. Analisis bivariat yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu uji chi square. Uji chi square digunakan untuk mengadakan pendekatan dari beberapa faktor atau mengevalusi frekuensi yang diselidiki atau frekuensi hasil observasi frekuensi yang diharapkan dari sampel apakah terhadap hubungan atau perbedaan yang signifikan atau tidak (Ridwan, 2007).

Peneliti menggunakan derajat kepercayaan 95% sehingga jika nilai p ≤

0,05 berarti hasil perhitungan statistik bermakna (signifikan) atau menunjukkan ada hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen dan apabila nilai p > 0,05 berarti hasil perhitungan statistik tidak bermakna atau tidak ada hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen.

I. Etika Penelitian

Penelitian ini menggunakan manusia sebagai subjek sehingga tidak boleh bertentangan dengan etik (Setiadi, 2007). Pada penelitian ini, peneliti meyakinkan bahwa responden perlu mendapat perlindungan dari hal - hal yang merugikan selama penelitian dengan memperhatikan aspek - aspek self determination, privacy, anonymity, confidentially dan protection from


(63)

44

discomfort (Polit, 2006). Berikut ini adalah beberapa prinsip etik yang

digunakan peneliti selama penelitian berlangsung: 1. Self Determination (Penentuan Diri Sendiri)

Responden diberikebebasan untuk menentukan apakah bersedia atau tidak mengikuti kegiatan penelitian dengan sukarela setelah semua informasi yang berkaitan dengan penelitian dijelaskan dengan menandatangani lembar informed consent yang telah disediakan.

2. Privacy (Pribadi)

Peneliti menjaga kerahasiaan atas informasi yang diberikan responden untuk kepentingan penelitian.

3. Anonymity (Tanpa Nama)

Selama kegiatan penelitian, nama responden dirahasiakan, sebagai gantinya digunakan inisial dan nomor responden.

4. Confidentially (Kerahasiaan)

Peneliti menjaga kerahasiaan identitas responden dan informasi yang diberikan. Semua catatan dan data responden disimpan sebagai dokumentasi penelitian.

5. Protection from Discomfort (Perlindungan dari Ketidaknyamanan)

Kenyamaan responden selama penelitian dijamin. Peneliti menekankan kenyamanan responden selama mengikuti penelitian. Jika responden merasa tidak nyaman, peneliti mempersilahkan responden untuk menghentikan partisipasinya.


(64)

45

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan merupakan Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) bidang kesejahteraan sosial lanjut usia Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta. Sebagai lembaga pelayanan kesehatan masyarakat, PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan adalah lembaga pemerintah yang memberikan pelayaan kepada masyarakat, khususnya lanjut usia yang tidak mampu atau kurang beruntung dengan sumber dana Anggaran Pemerintah Belanja Negara (APBN) provinsi DKI Jakarta. PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan merupakan salah satu panti sosial milik pemerintah yang berada di wilayah Jakarta Selatan tepatnya di Jl. Margaguna No. 1 Radio Dalam, Kelurahan Gandaria Selatan, Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan.

Tujuan dari PSTW adalah agar terbinanya tata kehidupan dan penghidupan lanjut usia terlantar sehingga dapat mempertahankan identitas kepribadian dan memberikan jaminan kehidupannya secara lahir dan batin. 1. Visi dan Misi PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan:

a. Visi PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan

Penyandang masalah kesejahteraan sosial khususnya lanjut usia terlantar di DKI Jakarta terantas dalam kehidupan yang layak dan berguna.


(65)

46

b. Misi PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan

1) Mencegah, mengurangi tumbuh kembang dan meluasnya masalah kesejahteraan sosial lanjut usia terlantar.

2) Mengentaskan penyandang masalah kesejahteraan sosial lanjut usia terlantar dalam kehidupan yang layak dan berguna.

3) Membina dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam melaksanakan kesejahteraan sosial.

4) Meningkatkan kualitas pelayanan lanjut usia terlantar yang meliputi kesehatan fisik, sosial, mental dan agama.

2. Program Kegiatan PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan

a. Bimbingan rohani untuk agama islam sebanyak 4 kali dalam seminggu dan untuk agama kristen sekali dalam seminggu.

b. Olahraga, senam lanjut usia sebanyak 2 kali dalam seminggu (hari selasa dan hari jumat).

c. Bimbingan keterampilan seperti menjahit, membuat keset, membuat bunga dan menyulam taplak meja.

d. Pelayanan kesehatan.

e. Kesenian seperti qosidah, angklung dan karaoke. f. Rekreasi.

g. Penyaluran kembali lanjut usia ke keluarga dan pemakaman atau pemulasaran.

PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan memiliki sepuluh ruangan untuk lanjut usiayang terdiri dari tiga ruangan khusus laki - laki,


(1)

LAMPIRAN 6 HASIL ANALISIS SPSS UNIVARIAT

A. Uji Normalitas Data

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Aktivitas Fisik Lansia

Kognitif Lansia

N 118 118

Normal Parametersa,b Mean 1,47 1,58

Std. Deviation ,501 ,496

Most Extreme Differences

Absolute ,358 ,380

Positive ,358 ,301

Negative -,323 -,380

Kolmogorov-Smirnov Z 3,887 4,124

Asymp. Sig. (2-tailed) ,000 ,000

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

B. Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

N Valid 118

Missing 0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid

Percent

Cumulative Percent Val

id

Laki-laki 47 39,8 39,8 39,8

Perempuan 71 60,2 60,2 100,0

Total 118 100,0 100,0

C. Usia

Usia

N Valid 118

Missing 0

Mean 70,38

Median 69,50

Mode 70

Std. Deviation 7,913

Minimum 60

Maximum 95

Usia

Frequency Percent Valid

Percent

Cumulative Percent

Val id

Usia Lanjut 87 73,7 73,7 73,7

Usia Tua 29 24,6 24,6 98,3

Usia Sangat Tua 2 1,7 1,7 100,0


(2)

D. Pendidikan Terakhir

Pendidikan Terakhir

N Valid 118

Missing 0

Pendidikan Terakhir

Frequency Percent Valid

Percent

Cumulative Percent

Val id

SD 95 80,5 80,5 80,5

SMP 14 11,9 11,9 92,4

SMA 5 4,2 4,2 96,6

PT 4 3,4 3,4 100,0

Total 118 100,0 100,0

E. Fungsi Kognitif

Kognitif

N Valid 118

Missing 0

Kognitif Lansia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid

Baik 50 42,4 42,4 42,4

Buruk 68 57,6 57,6 100,0

Total 118 100,0 100,0

F. Aktivitas Fisik

Aktivitas Fisik Lansia N

Median

Valid 118

Missing 0

15,00

Aktivitas Fisik Lansia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Val

id

Baik 62 52,5 52,5 52,5

Kurang 56 47,5 47,5 100,0


(3)

LAMPIRAN 7 HASIL ANALISIS SPSS BIVARIAT

Usia * Kognitif Lansia Crosstabulation

Kognitif

Total

Baik Buruk

Usia 60 – 74 tahun Count 41 46 87

% of Total 34.7% 39.0% 73.7%

75 – 90 tahun Count 9 20 29

% of Total 7.6% 16.9% 24.6%

>90 tahun Count 0 2 2

% of Total .0% 1.7% 1.7%

Total Count 50 68 118

% of Total 42.4% 57.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 3.802a 2 .149

Likelihood Ratio 4.582 2 .101

Linear-by-Linear Association 3.631 1 .057

N of Valid Cases 118

a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .85.

Jenis Kelamin * Kognitif Lansia Crosstabulation

Kognitif Lansia

Total

Baik Buruk

Jenis Kelamin Laki - Laki Count 22 25 47

% of Total 18.6% 21.2% 39.8%

Perempuan Count 28 43 71

% of Total 23.7% 36.4% 60.2%

Total Count 50 68 118


(4)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .629a 1 .428

Continuity Correctionb .364 1 .546

Likelihood Ratio .628 1 .428

Fisher's Exact Test .452 .273

Linear-by-Linear Association .624 1 .430

N of Valid Cases 118

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19.92. b. Computed only for a 2x2 table

Pend.Terakhir * Kognitif Lansia Crosstabulation

Kognitif Lansia

Total

Baik Buruk

Pend.Terakhir SD Count 37 58 95

% of Total 31.4% 49.2% 80.5%

SMP Count 8 6 14

% of Total 6.8% 5.1% 11.9%

SMA Count 3 2 5

% of Total 2.5% 1.7% 4.2%

PT Count 2 2 4

% of Total 1.7% 1.7% 3.4%

Total Count 50 68 118

% of Total 42.4% 57.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 2.439a 3 .486

Likelihood Ratio 2.412 3 .491

Linear-by-Linear Association 1.550 1 .213

N of Valid Cases 118

a. 4 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.69.


(5)

Aktivitas Fisik Lansia * Kognitif Lansia Crosstabulation

Expected Count

Kognitif Lansia Total

Baik Buruk

Aktivitas Fisik Lansia

Baik 26,3 35,7 62,0

Kurang 23,7 32,3 56,0

Total 50,0 68,0 118,0

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Aktivitas Fisik Lansia *

Kognitif Lansia 118 100,0% 0 0,0% 118 100,0%

Crosstabulation

Kognitif Lansia Total

Baik Buruk

Aktivitas Fisik Lansia

Baik Count 44 18 62

% of Total 37,3% 15,3% 52,5%

Kurang Count 6 50 56

% of Total 5,1% 42,4% 47,5%

Total Count 50 68 118

% of Total 42,4% 57,6% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 43,747a 1 ,000

Continuity Correctionb 41,314 1 ,000

Likelihood Ratio 47,988 1 ,000

Fisher's Exact Test ,000 ,000

Linear-by-Linear

Association 43,376 1 ,000

N of Valid Cases 118

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 23,73. b. Computed only for a 2x2 table


(6)

Correlations

Aktivitas Fisik Lansia

Kognitif Lansia

Spearman's rho

Aktivitas Fisik Lansia

Correlation Coefficient 1,000 ,609**

Sig. (2-tailed) . ,000

N 118 118

Kognitif Lansia

Correlation Coefficient ,609** 1,000

Sig. (2-tailed) ,000 .

N 118 118