Efek hepatoprotektif jangka panjang ekstrak etanol 70% biji atung (Parinarium glaberrimum Hassk.) pada tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

EFEK HEPATOPROTEKTIF JANGKA PANJANG EKSTRAK ETANOL 70%
BIJI ATUNG (Parinarium glaberrimum Hassk.) PADA TIKUS JANTAN GALUR
WISTAR TERINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi

Oleh :
Aloysius Alpha Dewo Suryo Kusharyadi
NIM : 138114167

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


EFEK HEPATOPROTEKTIF JANGKA PANJANG EKSTRAK ETANOL 70%
BIJI ATUNG (Parinarium glaberrimum Hassk.) PADA TIKUS JANTAN GALUR
WISTAR TERINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi

Oleh :
Aloysius Alpha Dewo Suryo Kusharyadi
NIM : 138114167

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017

i


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk :
Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa membimbing dan memberi pencerahan
Keluarga tercinta yang senantiasa memberi kasih sayang
Teman-teman serta sahabat yang senantiasa mendukung
Almamaterku tercinta Universitas Sanata Dharma
iv


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat,
serta kasih-Nya yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan naskah skripsi yang
berjudul “EFEK HEPATOPROTEKTIF JANGKA PANJANG EKSTRAK ETANOL 70%
BIJI ATUNG (Parinarium Glaberrimum Hassk.) PADA TIKUS JANTAN GALUR
WISTAR TERINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA” dengan baik sebagai salah satu
syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) di Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini tidak akan
berjalan dengan lancar tanpa adanya dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada:
1.

Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa membimbing dan memberi pencerahan, serta
mengajarkan arti bersyukur ketika penulis mengalami kebuntuan.

2.

Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt, selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma yang telah memberikan izin dan arahan kepada penulis.

3.

Ibu Yunita Linawati, M.Sc.,Apt. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak
membantu dalam berbagai ilmu, pengetahuan, dan wawasan, serta bersedia meluangkan
waktu, tenaga dan pikiran untuk berdiskusi dan mengarahkan penulis dalam penyusunan
skripsi ini.

4.


Ibu Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt. selaku dosen penguji atas semua saran, dan
dukungan yang membangun.

5.

Ibu Dr. Yustina Sri Hartini Apt. selaku dosen penguji atas semua saran, dan dukungan
yang membangun.

6.

Ibu Agustina Setiawati M.Sc.,Apt. serta Bapak Florentinus Dika Octa Riswanto M.Sc.
selaku Dosen Pembimbing Akademik.

7.

Ibu Dr.Dewi Setyaningsih M.Sc.,Apt. selaku kepala Laboratorium Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ijin penggunaan fasilitas
laboratorium untuk kepentingan skripsi ini.

8.


Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas
Gajah Mada, yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian menggunakan
hewan uji.

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9.

Pak Heru, Pak Kayat, Pak Parjiman, Pak Wagiran, dan Pak Mus selaku laboran, serta
Mas Sigit (HGT) atas bantuan dan dukungannya kepada penulis saat pengerjaan skripsi

10. Seluruh Dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan
ilmu pengetahuan dan bimbingan kepada penulis selama proses perkuliahan.
11. Keluarga tercinta di rumah, Bapak Fransiskus Xaverius Slamet Kusharyadi S.E., Ibu
Agnes Tego Sih Trining Suryani S.H., Adik-adik Gabriella Christina Faradiba
Arumdani Wikanthiningtyas, Priscilla Priska Aulia Rahma Dewi Lestari, Rafael Raka
Widyatama Surya Kusharyadi, yang senantiasa memberikan cinta, doa, dukungan,

perhatian, dan semangat kepada penulis.
12. Teman-teman seperjuangan skripsi ATUNG SQUAD : Willy Juneidi Sine, Gregorius
Kevin Besari, Vania Jesica Ongkers, Willy Sandjojo. Tetangga meja sebelah MAN :
Meliana Liu, Ajeng Dwi Kartikasari, Masrial Zalukhu. Serta PENUNGGU LAB FF :
Theodorus K. Dau, Natasha Q. Ferdinand, Kendhi Swandanu, Titi Estetikaningtyas,
Marcellina Dwinanda, Dendi P. Anggomantio, yang senantiasa berjuang bersama dan
saling memberikan semangat serta motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
13. KONTRAKAN BERSINAR : Willy Juneidi Sine, Wendy Felix, Galih Permadi,
Yohanes Hastya, Morgan Wahyu Pratama, Benediktus Adi, Edwin Tesalonika, Patric
Piere Eswindi, MEDICINE MAN, 石中 萌絵, serta Budi Yuli Selviana, atas waktu,
semangat, motivasi dan penghiburan yang diberikan untuk penulis selama ini.
14. Teman-teman FSM D 2013, FST 2013 dan semua angkatan 2013 yang telah bersamasama berjuang dalam menjalani berbagai suka dan duka di Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma.
15. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
“Tiada gading yang tak retak”, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna. Sehingga penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak. Akhir kata, diharapkan skripsi ini dapat bermanfaat
dalam pengembangan ilmu pengetahuan, terutama ilmu kefarmasian.

Yogyakarta, 8 April 2017


Penulis

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...........................................................................................................i
PERSETUJUAN PEMBIMBING…......................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................................iii
HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................................................iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………………………………………….v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH……………………....vi
PRAKATA……………………………………………………………………………..….vii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………….ix
DAFTAR TABEL…………………………………………………………………………..x
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………………….xi
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………………....xii

ABSTRACT..………………………………………………………………………………xiii

ABSTRAK…………………………………………………………………………...…...xiv
PENDAHULUAN…………………………………………………………………..............1
METODE PENELITIAN…………………………………………………………………...2
HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………………………………..7
KESIMPULAN…………………………………………………………………………....16
SARAN………………………………………………………………………………...….16
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………...17
LAMPIRAN…………………………………………………………………………...…..19
BIOGRAFI PENULIS………………………………………………………......................37

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel I.


Komposisi reagen ALT (Diasys®)….………………………………………..6

Tabel II.

Komposisi reagen AST (Diasys®)….………………………………………..6

Tabel III.

Perbedaan Kenaikan Aktivitas ALT Setelah Induksi Karbon Tetraklorida
Dosis 2 mL/kgBB pada Pencuplikan Darah Jam ke-0,24, dan 48 jam...........10

Tabel IV.

Perbedaan Kenaikan Aktivitas AST Setelah Induksi Karbon Tetraklorida
Dosis 2 mL/kgBB pada Pencuplikan Darah Jam ke-0,24, dan 48 jam...........10

Tabel V.

Uji Efek Hepatoprotektif Jangka Panjang Ekstrak Etanol 70% Biji
Parinarium glaberrimum Hassk....................................................................11


Tabel VI.

Perbandingan Aktivitas ALT Kelompok Kontrol dan Perlakuan Jangka
Panjang Ekstrak Etanol 70% Biji Parinarium glaberrimum Hassk pada Tiga
Peringkat Dosis.............................................................................................12

Tabel VII.

Perbandingan Aktivitas AST Kelompok Kontrol dan Perlakuan Jangka
Panjang Ekstrak Etanol 70% Biji Parinarium glaberrimum Hassk pada Tiga
Peringkat Dosis.............................................................................................12

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Aktivitas ALT Tikus Setelah Diinduksi Karbon Tetraklorida Dosis 2 mL/kgBB
pada Jam ke-0, 24, dan 48 jam……………..……………………………………8
Gambar 2. Aktivitas AST Tikus Setelah Diinduksi Karbon Tetraklorida Dosis 2 mL/kgBB
pada Jam ke-0, 24, dan 48 jam……………..……………………………………9
Gambar 3. Pohon Atung (Parinarium glaberrimum Hassk.)…………...…………………22
Gambar 4. Biji Atung (Parinarium glaberrimum Hassk.) yang Belum Dikupas….............22
Gambar 5. Serbuk Biji Atung (Parinarium glaberrimum Hassk.)…...................................22
Gambar 6. Ekstrak Kental Etanol 70% Biji Atung (Parinarium glaberrimum Hassk.).......22
Gambar 7. Kadar Air Serbuk (Replikasi 1)..........................................................................26
Gambar 8. Kadar Air Serbuk (Replikasi 2)..........................................................................26
Gambar 9. Kadar Air Serbuk (Replikasi 3)…......................................................................26
Gambar 10.Grafik Purata Aktivitas ALT Kelompok Perlakuan Ekstrak Etanol 70% Biji
Atung (Parinarium glaberrimum Hassk.)..........................................................34
Gambar 11.Grafik Purata Aktivitas AST Kelompok Perlakuan Ekstrak Etanol 70% Biji
Atung (Parinarium glaberrimum Hassk.)..........................................................34

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.

Surat Ethical Clearance…............................................................................20

Lampiran 2.

Surat Determinasi Tanaman Parinarium glaberrimum Hassk......................21

Lampiran 3.

Bahan Uji Pembuatan Ekstrak Etanol 70% Biji Atung (Parinarium
glaberrimum Hassk.).....................................................................................22

Lampiran 4.

Surat Legalitas Penggunaan SPSS.................................................................23

Lampiran 5.

Surat Keterangan Hewan Uji.........................................................................24

Lampiran 6.

Perhitungan Rendemen Ekstrak Etanol 70% Biji Parinarium glaberrimum
Hassk.............................................................................................................25

Lampiran 7.

Penetapan Kadar Air Serbuk Biji Parinarium glaberrimum Hassk…...........26

Lampiran 8.

Perhitungan Penetapan Peringkat Dosis Ekstrak Etanol 70% Biji Atung
(Parinarium glaberrimum Hassk.)................................................................27

Lampiran 9.

Analisis Statistik ALT dan AST Waktu Pencuplikan Darah.........................28

Lampiran 10. Analisis Statistik ALT dan AST Kelompok Perlakuan Ekstrak Etanol 70%
Biji Atung (Parinarium glaberrimum Hassk.)..............................................31
Lampiran 11. Grafik Purata Aktivitas ALT dan AST Kelompok Perlakuan Ekstrak Etanol
70% Biji Atung (Parinarium glaberrimum Hassk.)......................................34
Lampiran 12. Perhitungan Persen Hepatoprotektif.............................................................35
Lampiran 13. Perhitungan Konversi Dosis Untuk Manusia................................................36

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

Liver is the largest metabolic organ in the body. Liver could be damaged by
hepatotoxins, such as carbon tetrachloride (CCl4) which is metabolized by cytochrome P450
enzyme in reticulum endoplasmic of the liver cells and became a radical compound called
trichloromethylperoxy that may damage the liver. Therefore, antioxidant has an important
role to neutralize free radicals and protect the liver. Atung seed (Parinarium glaberrimum
Hassk.) have polifenolic compounds which were used as antioxidant which can neutralize
the free radicals. Therefore, atung seed can be used as hepatoprotective agent. The purpose
of the research is to prove long-term hepatoprotective effect of atung seed (Parinarium
glaberrimum Hassk.) 70% ethanolic extract on carbon tetrachloride-induced wistar male
rats.
The research is purely experimental research with randomized complete direct
sampling design. A total of thirty wistar male rats, age 2-3 months, weights 160-250g, were
divided randomly into six groups in the same amount. Group I (hepatotoxin controlledgroup) was given carbon tetrachloride 2 mL/kgBW in olive oil with ratio 1:1 through
intraperitoneal (i.p) route 24 hours before measuring ALT and AST activities. Group II
(negative controlled-group) was given olive oil 2 mL/kgBW through intraperitoneal (i.p)
route 24 hours before measuring ALT and AST activities. Group III was given 70% ethanolic
extract of atung seed dose 3.0 g/kgBW through peroral (p.o) route within six days
continuously, on seventh day blood samples were taken through sinus orbitalis to measure
ALT and AST activities. Groups IV-VI was given 70% ethanolic extract of atung seed at
three dose series, 1.0 ; 1.73 ; and 3.0 g/kgBW through peroral (p.o) route within six days
continuously, on seventh day carbon tetrachloride 2 mL/kgBW was administered through
intraperitoneal (i.p) route. After 24 hours, blood samples were taken through sinus orbitalis
to measure ALT and AST activities. Data of ALT and AST activities were analyzed using
Kolmogorov-Smirnov, One Way ANOVA, then post-hoc LSD.
The result shows that long-term administration of 70% ethanolic extract of atung
seed (Parinarium glaberrimum Hassk.) at doses 1.0 ; 1.73 ; and 3.0 g/kgBW have
hepatoprotective effects on carbon tetrachloride-induced wistar male rats.
Keywords : Parinarium glaberrimum Hassk., 70% ethanolic extract, ALT, AST, carbon
tetrachloride, long-term.

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK
Hati merupakan organ pemetabolisme terbesar di dalam tubuh. Hati dapat
mengalami kerusakan yang disebabkan oleh senyawa hepatotoksin. Salah satu senyawa
hepatotoksin yaitu karbon tetraklorida (CCl4) dimetabolisme oleh enzim sitokrom P450
dalam retikulum endoplasma sel hati menjadi senyawa radikal triklorometilperoksi yang
dapat merusak hati. Diperlukan adanya senyawa antioksidan untuk menangkal senyawa
radikal bebas untuk mencegah kerusakan hati. Biji atung (Parinarium glaberrimum Hassk.)
memiliki kandungan senyawa polifenol yang bersifat sebagai antioksidan sehingga dapat
menangkal radikal bebas. Oleh sebab itu, biji atung dapat digunakan sebagai agen
hepatoprotektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek hepatoprotektif jangka
panjang ekstrak etanol 70% biji atung (Parinarium glaberrimum Hassk.) pada tikus jantan
galur wistar terinduksi karbon tetraklorida.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental murni dengan rancangan
acak lengkap pola searah. Hewan uji yang digunakan pada penelitian ini yaitu tikus jantan
galur Wistar berumur 2-3 bulan dengan berat badan 160-250g sebanyak tiga puluh ekor yang
dibagi menjadi enam kelompok. Kelompok I (kontrol hepatotoksin) diberikan karbon
tetraklorida 2 mL/kgBB dalam pelarut olive oil dengan perbandingan 1:1 secara
intraperitoneal (i.p) 24 jam sebelum pengukuran aktivitas ALT dan AST. Kelompok II
(kontrol negatif) diberikan olive oil 2 mL/kgBB secara i.p 24 jam sebelum pengukuran
aktivitas ALT dan AST. Kelompok III diberikan ekstrak etanol 70% biji atung dosis 3,0
g/kgBB secara peroral (p.o) selama enam hari berturut-turut, kemudian dilakukan
pengambilan darah dari sinus orbitalis pada hari ketujuh untuk pengukuran aktivitas ALT
dan AST. Kelompok IV-VI diberikan ekstrak etanol 70% biji atung secara p.o dengan tiga
peringkat dosis yaitu 1,0 ; 1,73 ; dan 3,0 g/kgBB selama enam hari berturut-turut, kemudian
dilakukan pemberian karbon tetraklorida 2 mL/kgBB secara i.p. pada hari ketujuh. 24 jam
setelah pemberian karbon tetraklorida, dilakukan pengambilan darah dari sinus orbitalis
untuk pengukuran aktivitas ALT dan AST. Data aktivitas ALT dan AST dianalisis statistik
dengan uji Kolmogorov-Smirnov dilanjutkan dengan One Way ANOVA dan post-hoc LSD.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian jangka panjang ekstrak etanol 70%
biji atung (Parinarium glaberrimum Hassk.) dosis 1,0 ; 1,73 ; dan 3,0 g/kgBB memiliki efek
hepatoprotektif pada tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida.
Kata Kunci : Parinarium Glaberrimum Hassk., ekstrak etanol 70%, ALT, AST, karbon
tetraklorida, jangka panjang.

xiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PENDAHULUAN
Hati merupakan organ terbesar dengan berat sekitar 2% dari berat tubuh yang
berfungsi untuk detoksifikasi racun dan obat yang masuk ke dalam tubuh melalui mekanisme
penyerapan zat-zat xenobiotik dengan total sekitar 80% melalui vena porta hepatika
(Sibulesky, 2013). Oleh sebab itu, hati rentan mengalami kerusakan. Ada beberapa jenis
kerusakan hati, yaitu: steatosis (perlemakan hati), nekrosis (kematian hepatosit), kolestasis
(penyumbatan saluran empedu oleh batu empedu), dan sirosis (terbentuknya jaringan parut
yang disebabkan oleh adanya kolagen di seluruh bagian hati) (Lu, 1995). Salah satu
penyebab kerusakan hati yaitu senyawa radikal bebas yang dapat masuk ke dalam tubuh
dimana salah satu senyawa radikal bebas yang dapat masuk melalui rute intraperitoneal dan
dapat menyebabkan kerusakan hati yaitu karbon tetraklorida (Friedman dan Keeffe, 2011).
Karbon tetraklorida merupakan senyawa model hepatotoksin dengan tipe kerusakan
steatosis pada manusia (Sulistianto, Harini, dan Handajani, 2004). Karbon tetraklorida
masuk ke dalam peredaran darah dan masuk ke hati melalui vena porta hepatika, kemudian
karbon tetraklorida dioksidasi oleh enzim sitokrom P-450 2E1 di dalam hati menjadi radikal
triklorometil (CCl3•) yang apabila berikatan dengan oksigen, maka akan membentuk radikal
triklorometilperoksi (CCl3O2•) yang reaktivitasnya tiga kali lipat lebih besar dibandingkan
dengan radikal triklorometil sehingga menyebabkan steatosis hati dan enzim ALT dan AST
akan keluar dari dalam hepatosit menuju aliran darah (Timbrell, 2008). Untuk menghentikan
aktivitas radikal bebas dari karbon tetraklorida, maka diperlukan antioksidan yang dapat
berikatan dengan senyawa radikal bebas yang reaktif dan mengubah senyawa radikal bebas
menjadi bentuk yang kurang reaktif dan tidak mudah merusak hepatosit (Rahman et al.,
2012). Dari sekitar 10.000 senyawa yang dapat ditemukan di dalam tanaman, beberapa
diantaranya memiliki aktivitas antioksidan (Zhang et al., 2015). Salah satu tanaman yang
memiliki aktivitas antioksidan dan diduga memiliki efek hepatoprotektif (melindungi hati)
yaitu tanaman atung (Parinarium glaberrimum Hassk).
Menurut Sarastani et al., (2002), ekstrak etanol biji atung memiliki aktivitas
antioksidan yang berasal dari senyawa fenolik yang terkandung di dalamnya. Senyawa
fenolik memiliki gugus hidroksil dan gugus benzena di dalamnya yang dapat berperan
sebagai antioksidan karena gugus hidroksil pada senyawa fenolik bersifat sebagai Hydrogen
donor yang baik sehingga dapat bereaksi dengan Reactive Oxygen Species (ROS) dan

1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Reactive Nitrogen Species (RNS) pada reaksi terminasi, sehingga dapat memutus rantai

pembentukan radikal bebas dan mencegah terjadinya kerusakan hati (Pereira et al., 2009).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pemberian jangka panjang ekstrak
etanol 70% biji atung (Parinarium glaberrimum Hassk.) memiliki efek hepatoprotektif pada
tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental murni dengan rancangan
acak lengkap pola searah.
Bahan dan Alat
Bahan penelitian yang digunakan yaitu tikus jantan galur Wistar berumur 2-3 bulan
dengan berat badan 160-250 gram, biji atung (Parinarium glaberrimum Hassk.), karbon
tetraklorida (Merck®), olive oil (Bertolli™), CMC-Na 1%, aqua bidestilata , reagen ALT
(Diasys®) dan reagen AST (Diasys®). Alat yang digunakan yaitu oven (Memmert®), mesin
penyerbuk, ayakan, orbital shaker , rotary evaporator (Buchi®), waterbath (Memmert®),
erlenmeyer, labu alas bulat, corong Buchner, cawan porselen, stopwatch, vacuum, gelas
beker, gelas ukur, tabung reaksi, labu ukur, batang pengaduk, pipet tetes, mikropipet, blue
tip, pipet 1 mL, glasfirn, timbangan analitik (Ohaus®), sentrifuge, spuit injeksi p.o dan
syringe, spuit i.p dan syringe, pipa kapiler hematokrit (Merck®), tabung effendorf, vortex

(Genie®), mortir-stamper, moisture balance (Kern®), microlab 200 (Merck®).
Metode
Penelitian ini menggunakan tikus jantan galur Wistar (usia 2-3 bulan, berat 160-250
g) sebagai hewan uji yang diperoleh dari UD.Wistar, Bantul. Sedangkan biji atung
(Parinarium glaberrimum Hassk.) yang belum dikupas diperoleh dari Universitas Pattimura,
Ambon 3 bulan setelah jatuh dari pohon.
Pembuatan Ethical Clearance
Pembuatan Ethical Clearance dilakukan di Komisi Etik Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Determinasi tanaman atung (Parinarium glaberrimum Hassk.)
Determinasi tanaman atung (Parinarium glaberrimum Hassk.) dilakukan di
Laboratorium Sistematika Tumbuhan Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Pengumpulan, pengeringan, dan pembuatan ekstrak
Buah atung (Parinarium glaberrimum Hassk.) yang sudah tua (3-4 bulan setelah
jatuh dari pohon, kering, dan berwarna kecoklatan) dipecahkan menggunakan pemecah biji,
kemudian bijinya diiris tipis dan dikeringan menggunakan oven (50oC, 148 jam). Setelah
kering, kemudian diserbuk menggunakan mesin penyerbuk. Kemudian dilakukan maserasi
dengan menimbang 10 g serbuk biji atung dalam 100 mL etanol 70% di atas orbital shaker
selama 3 hari dengan kecepatan 140 rpm. Hasil maserasi kemudian disaring dan filtratnya
dipekatkan menggunakan vacuum rotary evaporator , kemudian diuapkan di atas waterbath
menggunakan cawan porselen hingga bobot tetap, dimana menurut Kustantinah et al. (2008),
bobot tetap didapatkan apabila perbedaan dua kali penimbangan setelah dikeringkan selama
1 jam tidak melebihi 0,5 mg pada timbangan analitik.
Pembuatan CMC-Na 1%
CMC-Na 1% digunakan untuk mendipersikan ekstrak etanol 70% biji atung sebelum
diberikan pada hewan uji. Pembuatan CMC-Na 1% dilakukan dengan cara sebanyak satu
gram CMC-Na didispersikan dalam 100 mL aquadest (Rowe, Sheskey, dan Owen, 2006).
Penetapan kadar air
Sebanyak 200 mg sampel serbuk biji atung dimasukkan ke dalam piringan Moisture
Balance, diratakan, dipanaskan hingga 120oC dan didiamkan selama satu menit terhitung

dari saat suhu mencapai 120oC. Kemudian kadar air akan langsung ditetapkan oleh Moisture
Balance. Penetapan kadar air dilakukan dengan tiga kali replikasi.

Pembuatan larutan karbon tetraklorida konsentrasi 50% dan penetapan dosis ekstrak
Untuk membuat larutan karbon tetraklorida dengan konsentrasi 50%, karbon
tetraklorida dilarutkan ke dalam olive oil dengan perbandingan volume 1:1 (Janakat dan AlMerie, 2002).

3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pada penetapan dosis ekstrak, bobot tertinggi tikus yang digunakan yaitu 250 g dan
volume pemberian maksimum peroral yaitu 5 mL. Konsentrasi tertinggi ekstrak yang dapat
dispuit dan tidak menyebabkan kematian digunakan sebagai dosis tertinggi, sedangkan
konsentrasi terendah ekstrak yang masih dapat menurunkan aktivitas ALT dan AST
digunakan sebagai dosis terendah. konsentrasi tertinggi dan terendah yang didapatkan secara
berturut-turut yaitu 15% dan 5% sehingga dosis tertinggi dan terendah ekstrak secara
berturut-turut yaitu 3,0 g/kgBB dan 1,0 g/kgBB. Kemudian dosis tengah ditentukan
menggunakan faktor pengali dengan rumus:
�=
Sehingga, � =

3−1



/
/

�−1






� ���
�ℎ

(Nastiandari, 2016)

= 1,73

Dari faktor pengali, didapatkan dosis tengah yaitu D = 1 g/kgBB x 1,73 = 1,73 g/kgBB.
Penentuan volume pemberian menggunakan rumus: Dosis (g/kgBB) x Berat Badan (kgBB)
= Konsentrasi Ekstrak (g/mL) x Volume Pemberian (mL).
Uji pendahuluan
Dosis hepatotoksin karbon tetraklorida untuk menginduksi kerusakan hati tikus
jantan galur Wistar adalah 2 mL/kgBB dengan perbandingan volume CCl4 dan olive oil yaitu
1:1. (Janakat dan Al-Merie, 2002).
Penetapan waktu pencuplikan darah menggunakan sembilan ekor tikus yang dibagi
dalam tiga kelompok perlakuan. Kelompok I diambil darahnya dari sinus orbitalis pada jam
ke-0, sedangkan kelompok II dan III diambil darahnya dari sinus orbitalis secara berturutturut pada jam ke-24 dan 48 setelah pemejanan karbon tetraklorida secara intraperitoneal.
Setelah darah diambil, kemudian dilakukan pengukuran aktivitas ALT dan AST di
Laboratorium Biokimia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Pengelompokan dan perlakuan hewan uji
Tiga puluh ekor tikus jantan galur Wistar dibagi dalam enam kelompok secara acak
sama banyak, dipuasakan selama 24 jam, kemudian diberi perlakuan yang berbeda pada
setiap kelompok. Kelompok I (kontrol hepatotoksin) diberi larutan karbon tetraklorida
dalam olive oil (1:1) dosis 2 mL/kgBB secara intraperitoneal 24 jam sebelum pengambilan
4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

darah dari sinus orbitalis untuk penetapan kadar ALT dan AST. Kelompok II (kontrol
negatif) diberi olive oil dosis 2 mL/kgBB secara intraperitoneal 24 jam sebelum
pengambilan darah dari sinus orbitalis untuk penetapan kadar ALT dan AST. Kelompok III
(kontrol ekstrak) diberi ekstrak etanol 70% biji atung dosis tertinggi (3,0 g/kgBB) secara
peroral selama enam hari, kemudian pada hari ketujuh dilakukan pengambilan darah dari
sinus orbitalis untuk penetapan kadar ALT dan AST. Kelompok IV-VI (kelompok ekstrak)
diberi dosis 1,0 ; 1,73 ; dan 3,0 g/kgBB secara peroral selama enam hari, kemudian pada hari
ketujuh diberi induksi CCl4 dosis 2 mL/kgBB secara intraperitoneal. Setelah 24 jam,
dilakukan pengambilan darah dari sinus orbitalis untuk penetapan kadar ALT dan AST.
Penetapan kadar ALT dan AST
Darah diambil dari sinus orbitalis dan ditampung dalam tabung Eppendorf, kemudian
di-sentrifugasi selama 15 menit dengan kecepatan 8000 rpm. Supernatant diambil 100µL
menggunakan mikropipet dan ditampung dalam tabung reaksi. Untuk pengukuran kadar
ALT, 100 µL serum dicampurkan dengan 1000 µL reagen I, divortex 5 detik, kemudian
didiamkan 5 menit lalu dicampur dengan 250 µL reagen II dan divortex selama 5 detik,
kemudian dibaca serapannya menggunakan Microlab 200 pada λ = 340 nm (Norutama,
2015).
Sedangkan untuk pengukuran kadar AST, 100 µL serum dicampurkan dengan 1000
µL reagen I, divortex 5 detik, kemudian didiamkan 5 menit lalu dicampur dengan 250 µL
reagen II dan divortex selama 5 detik, kemudian dibaca serapannya menggunakan Microlab
200 pada λ = 340 nm (Norutama, 2015). Komposisi reagen ALT dan AST adalah sebagai

berikut:

5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tabel I. Komposisi reagen ALT (Diasys®)
Komposisi reagen ALT
Reagen I (pH 7,15) :
TRIS buffer
L-Alanin
LDH (Lactate dehydrogenase)

Konsentrasi
140 mmol/L
700 mmol/L
≥2300 mmol/L

Reagen II :
2-oxoglutarate
NADH

85 mmol/L
1 mmol/L

Pyridoxal-5-phosphate FS
(pH 9,6) :
Good’s buffer
Pyridoxal-5-phosphate

100 mmol/L
13 mmol/L

Tabel II. Komposisi reagen AST (Diasys®)
Komposisi reagen AST
Reagen I (pH 7,65) :
TRIS buffer
L-Aspartat
MDH (Malate dehydrogenase)
LDH (Lactate dehydrogenase)
Reagen II :
2-oxoglutarate
NADH
Pyridoxal-5-phosphate FS
(pH 9,6) :
Good’s buffer
Pyridoxal-5-phosphate

Konsentrasi
110 mmol/L
320 mmol/L
≥800 mmol/L
≥1200 mmol/L
65 mmol/L
1 mmol/L

100 mmol/L
13 mmol/L
(Wardani, 2014)

Tata cara analisis hasil
Data ALT dan AST dianalisis statistik menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov untuk
melihat normalitas distribusi data, dilanjutkan dengan One Way ANOVA dan post-hoc LSD
untuk melihat homogenitas varians dan perbandingan antar kelompok. Persen efek
hepatoprotektif dihitung dengan rumus :
ALT =
AST =





[

� � � �

[

� �

� � �

� �























� � �

� �

� �

� �

� −

� � �

� −

� �

]

� �
]

� �

×

×

%

%

(Wijaya, 2013)
6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HASIL DAN PEMBAHASAN
Determinasi tanaman
Tujuan determinasi tanaman yaitu membuktikan bahwa tanaman yang digunakan
adalah benar merupakan tanaman atung (Parinarium glaberrimum Hassk.). Hasil
membuktikan bahwa tanaman yang digunakan benar merupakan tanaman atung dengan
nama Latin Parinarium glaberrimum Hassk. (Lampiran 2).
Pengumpulan, pengeringan, dan pembuatan ekstrak
Pada pengumpulan biji atung, biji yang dikumpulkan yaitu biji atung yang sudah tua
(3-4 bulan setelah jatuh dari pohon, kering, dan berwarna kecoklatan). Hal ini disebabkan
karena terdapat kandungan polifenol yang maksimal pada biji atung yang sudah tua
(Moniharapon, 1998).
Pengeringan menggunakan oven pada suhu 50oC bertujuan agar simplisia yang
digunakan dapat lebih tahan lama saat disimpan, dan menurut Kustantinah et al. (2008),
simplisia dikeringkan pada suhu kurang dari 60oC.
Pada pembuatan ekstrak etanol 70% biji atung, metode ekstraksi yang digunakan
yaitu maserasi dengan pelarut etanol 70%. Menurut Mojzer (2016) pada umumya senyawa
polifenol dapat diekstraksi dengan maserasi mengunakan pelarut etanol yang disebabkan
karena polifenol memiliki gugus –OH yang dapat berikatan dengan gugus –OH pada etanol
(prinsip like dissolve like), sehingga senyawa polifenol dapat diekstraksi.
Penggunaan rotary evaporator pada pembuatan ekstrak etanol 70 % biji atung
bertujuan untuk memekatkan ekstrak cair dengan prinsip: (1). menguapkan pelarut pada
tekanan rendah sehingga titik didih pelarut menjadi lebih rendah sehingga pelarut lebih
mudah diuapkan, (2). memutar labu alas bulat agar panas yang dihasilkan lebih merata pada
setiap bagian ekstrak, (3). pemanasan untuk menguapkan pelarut ekstrak (Hunt, 2013).
Penggunaan waterbath pada pembuatan ekstrak etanol 70 % biji atung bertujuan
untuk menguapkan pelarut yang masih tersisa dalam ekstrak hingga benar-benar kering.
Pembuatan CMC-Na 1%
CMC-Na 1% digunakan untuk mendispersikan ekstrak. Hal ini disebabkan karena
ekstrak berbentuk semipadat dan sukar larut dalam air sehingga sulit untuk diberikan kepada
hewan uji. Oleh sebab itu diperlukan CMC-Na 1% untuk mendispersikan ekstrak agar dapat

7

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

diberikan kepada hewan uji karena CMC-Na 1% dapat berfungsi sebagai suspending agent
yang dapat mendispersikan ekstrak (Rowe, Sheskey, dan Owen, 2006).
Penetapan kadar air
Penetapan kadar air bertujuan untuk mengetahui kadar air dalam serbuk biji atung
agar memenuhi standar persyaratan serbuk yang baik yaitu kurang dari 10% (Kustantinah et
al., 2010). Kadar air yang diperoleh sebesar 6,52% sehingga memenuhi persyaratan serbuk

yang baik (Lampiran 7).
Uji pendahuluan
Tujuan uji pendahuluan yaitu menetapkan waktu pencuplikan darah hewan uji dan
menetapkan dosis ekstrak biji atung. Data aktivitas ALT dan AST pada penetapan waktu
pencuplikan darah dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2.
Gambar 1. Aktivitas ALT Tikus Setelah Diinduksi Karbon Tetraklorida Dosis 2
mL/kgBB pada Jam ke-0, 24, dan 48 jam.

Keterangan: SE = Standar Error
n = 9 ekor tikus dibagi dalam tiga kelompok sama banyak

8

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 2. Aktivitas AST Tikus Setelah Diinduksi Karbon Tetraklorida Dosis 2
mL/kgBB pada Jam ke-0, 24, dan 48 jam.

Keterangan: SE = Standar Error
n = 9 ekor tikus dibagi dalam tiga kelompok sama banyak
Berdasarkan gambar 1 dan 2, aktivitas ALT dan AST pada jam ke-24 menunjukan
aktivitas tertinggi dibandingkan dengan aktivitas ALT dan AST pada jam ke-0 dan jam ke48. Aktivitas ALT pada jam ke-24 mengalami kenaikan tiga kali lipat dibandingkan aktivitas
ALT pada jam ke-0, sedangkan aktivitas AST jam ke-24 mengalami kenaikan dua kali lipat
dibandingkan aktivitas AST pada jam ke-0. Pada jam ke-48, aktivitas ALT dan AST secara
berturut-turut mengalami penurunan tiga kali lipat dan dua kali lipat. Dengan demikian maka
diperoleh waktu dimana karbon tetraklorida memberikan kerusakan hati paling besar yaitu
pada jam ke-24. Menurut Anderson et al. (1999), hal ini disebabkan karena pada jam ke-24
karbon tetraklorida sudah sepenuhnya dimetabolisme oleh enzim sitokrom P-450 2E1 di
dalam hati menjadi metabolit yang reaktif yang dapat menginduksi peroksidasi lipid dan
menyebabkan enzim ALT dan AST keluar dari hepatosit menuju ke peredaran darah.
Sedangkan pada jam ke-48, hasil metabolisme CCl4 sudah memasuki tahap eliminasi
khususnya melalui urin, sehingga tidak dapat menginduksi peroksidasi lipid dan tidak terjadi
peningkatan terhadap aktivitas ALT dan AST.

9

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tabel III. Perbedaan Kenaikan Aktivitas ALT Setelah Induksi Karbon Tetraklorida
Dosis 2 mL/KgBB pada Pencuplikan Darah Jam ke-0, 24, dan 48 jam
ALT
Jam ke-0
Jam ke-24
Jam ke-48
0
BB
BTB
24
BB
BB
48
BTB
BB
Keterangan : BB = Berbeda Bermakna (p0,05)
Data aktivitas ALT dianalisis menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dan
didapatkan distribusi normal (p>0,05), kemudian dilanjutkan dengan levene test

dan

didapatkan varians homogen (p=0,224), dilanjutkan dengan uji LSD yang menunjukan
perbedaan antar kelompok perlakuan. Hasilnya menunjukan bahwa pada jam ke-24 aktivitas
ALT menjadi lebih tinggi, berbeda bermakna terhadap jam ke-0 dan jam ke-48. Sedangkan
pada jam ke-0 dan jam ke-48 aktivitas ALT memiliki aktivitas yang hampir sama sebab pada
jam ke-48 terjadi penurunan aktivitas ALT hingga mendekati nilai normal. Sehingga, pada
hasil statistik aktivitas ALT pada tabel II, kerusakan hati paling tinggi terjadi pada jam ke24 yang ditandai dengan puncak tertinggi aktivitas ALT pada jam ke-24 dibandingkan
dengan jam ke-0 dan jam ke-48.
Tabel IV. Perbedaan Kenaikan Aktivitas AST Setelah Induksi Karbon Tetraklorida
Dosis 2 mL/kgBB pada Pencuplikan Darah Jam ke-0, 24, dan 48 jam
AST
Jam ke-0
Jam ke-24
Jam ke-48
0
BB
BTB
24
BB
BB
48
BTB
BB
Keterangan : BB = Berbeda Bermakna (p0,05)
Data aktivitas AST dianalisis dengan uji Kolmogorov-Smirnov dan didapatkan
distribusi normal (p>0,05), kemudian dilanjutkan dengan levene test dan didapatkan varians
homogen (p=0,064), dilanjutkan dengan uji LSD yang menunjukan perbedaan perbedaan
antar kelompok perlakuan. Hasilnya menunjukan bahwa pada jam ke-24 aktivitas AST
menjadi lebih tinggi, berbeda bermakna terhadap jam ke-0 dan jam ke-48. Sedangkan pada
jam ke-0 dan jam ke-48 aktivitas AST memiliki aktivitas yang hampir sama sebab pada jam
ke-48 terjadi penurunan aktivitas AST yang signifikan hingga mendekati nilai normal.
Sehingga, pada hasil statistik aktivitas AST pada tabel III, kerusakan hati paling tinggi terjadi
10

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

pada jam ke-24 yang ditandai dengan puncak tertinggi aktivitas AST pada jam ke-24
dibandingkan dengan jam ke-0 dan jam ke-48. Dari hasil analisis data aktivitas ALT dan
AST tersebut maka jam ke-24 ditetapkan sebagai waktu pencuplikan darah hewan uji yang
dilakukan pada perlakuan selanjutnya.
Tujuan penetapan dosis ekstrak biji Parinarium glaberrimum Hassk yaitu
menentukan peringkat dosis yang digunakan dalam penelitian ini. Penetapan dosis ekstrak
biji Parinarium glaberrimum Hassk berdasarkan berat badan maksimal tikus yang
digunakan (250 g), konsentrasi maksimal ekstrak biji Parinarium glaberrimum Hassk (15%)
dan volume pemberian maksimal pada tikus (5 mL). Didapatkan dosis tertinggi ekstrak biji
Parinarium glaberrimum Hassk yaitu 3,0 g/kgBB dan dosis terendah ekstrak biji Parinarium
glaberrimum Hassk sebesar 1,0 g/kgBB. Sedangkan dosis tengah didapatkan menggunakan

faktor pengali dan didapatkan dosis tengah sebesar 1,73 g/kgBB. Sehingga diperoleh tiga
peringkat dosis yaitu 1,0 ; 1,73 ; dan 3,0 g/kgBB.
Uji efek hepatoprotektif
Tabel V. Uji Efek Hepatoprotektif Jangka Panjang Ekstrak Etanol 70% Biji
Parinarium glaberrimum Hassk.
Persen
Persen
Aktivitas
Aktivitas
Kelompok
hepatoprotektif hepatoprotektif
ALT±SE (U/L) AST±SE (U/L)
AST (%)
ALT (%)
I

193,40 ± 7,81

554,60 ± 15,39

-

-

II

42,00 ± 2,43

110,60 ± 5,78

-

-

III

47,60 ± 4,01

115,60 ± 3,75

-

-

IV

90,20 ± 4,97

268,20 ± 23,77

68,16

64,51

V

68,00 ± 5,19

200,40 ± 11,89

82,83

79,78

VI

53,80 ± 3,15

145,80 ± 9,69

92,21

92,07

Keterangan :
I
: Kelompok kontrol hepatotoksin (karbon tetraklorida 2 mL/kgBB)
II
: Kelompok kontrol negatif (olive oil 2 mL/kgBB)
III
: Kelompok kontrol ekstrak biji Parinarium glaberrimum Hassk 3,0 g/kgBB
IV
: Kelompok perlakuan dosis 1,0 g/kgBB 6 hari + CCl4 2 mL/kgBB
V
: Kelompok perlakuan dosis 1,73 g/kgBB 6 hari + CCl4 2 mL/kgBB
VI
: Kelompok perlakuan dosis 3,0 g/kgBB 6 hari + CCl4 2 mL/kgBB

11

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tabel VI. Perbandingan Aktivitas ALT Kelompok Kontrol dan Perlakuan Jangka
Panjang Ekstrak Etanol 70% Biji Parinarium glaberrimum Hassk pada Tiga
Peringkat Dosis
Kelompok
I
II
III
IV
V
VI

I
BB
BB
BB
BB
BB

II
BB
BTB
BB
BB
BTB

III
BB
BTB
BB
BB
BTB

IV
BB
BB
BB
BB
BB

V
BB
BB
BB
BB

VI
BB
BTB
BTB
BB
BTB

BTB

Tabel VII. Perbandingan Aktivitas AST Kelompok Kontrol dan Perlakuan Jangka
Panjang Ekstrak Etanol 70% Biji Parinarium glaberrimum Hassk pada Tiga
Peringkat Dosis
Kelompok
I
II
III
IV
V
VI
I
BB
BB
BB
BB
BB
II
BB
BTB
BB
BB
BTB
III
BB
BTB
BB
BB
BTB
IV
BB
BB
BB
BB
BB
V
BB
BB
BB
BB
BB
VI
BB
BTB
BTB
BB
BB
Keterangan :
I
: Kelompok kontrol hepatotoksin (karbon tetraklorida 2 mL/kgBB)
II
: Kelompok kontrol negatif (olive oil 2 mL/kgBB)
III
: Kelompok kontrol ekstrak biji Parinarium glaberrimum Hassk 3,0 g/kgBB
IV
: Kelompok perlakuan dosis 1,0 g/kgBB 6 hari + CCl4 2 mL/kgBB
V
: Kelompok perlakuan dosis 1,73 g/kgBB 6 hari + CCl4 2 mL/kgBB
VI
: Kelompok perlakuan dosis 3,0 g/kgBB 6 hari + CCl4 2 mL/kgBB
BTB : Berbeda Tidak Bermakna (p>0,05)
BB
: Berbeda Bermakna (p0,05) antara nilai aktivitas ALT dan AST pada jam ke-0 dan jam ke-24. Oleh karena itu,
maka dapat disimpulkan bahwa pemberian olive oil sebagai pelarut hepatotoksin tidak
berpengaruh terhadap peningkatan aktivitas ALT dan AST, sehingga kelompok kontrol
negatif (olive oil) dapat digunakan sebagai patokan pada penelitian ini untuk dibandingkan
terhadap kelompok lainnya.
Tujuan pengukuran aktivitas ALT dan AST pada kelompok kontrol hepatotoksin
(kelompok I) yaitu mengetahui pengaruh pemberian karbon tetraklorida 2 mL/kgBB
terhadap aktivitas ALT dan AST. Hasil pengukuran aktivitas ALT pada kelompok kontrol
hepatotoksin yaitu 193,40 ± 7,81 U/L memberikan perbedaan bermakna (p0,05) terhadap kontrol negatif (olive oil 2 mL/kgBB) yaitu
110,60 ± 5,78. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak etanol 70% biji
Parinarium glaberrimum Hassk dosis tertinggi (3,0 g/kgBB) sebagai kontrol ekstrak tidak

memberikan pengaruh terhadap aktivitas ALT dan AST.
Hasil pengukuran aktivitas ALT kelompok IV yaitu 90,20 ± 4,97 U/L yang secara
statistik berbeda bermakna (p

Dokumen yang terkait

Efek hepatoprotektif jangka pendek infusa biji atung (Parinarium glaberimum Hassk) pada tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida.

0 0 68

Efek hepatoprotektif jangka panjang infusa biji atung (Parinarum glaberimum Hassk.) pada tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida.

0 1 65

Efek hepatoprotektif jangka pendek ekstrak etanol 70% biji atung (Parinarium glaberimum Hassk.) pada tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida.

0 0 49

Efek hepatoprotektif jangka panjang ekstrak etanol 70% biji atung (Parinarium glaberrimum Hassk.) pada tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida.

0 0 54

Efek hepatoprotektif jangka pendek infusa biji atung (Parinarium glaberimum Hassk) pada tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida

0 2 66

Efek hepatoprotektif infusa daun macaranga tanarius L. pada tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida.

0 0 108

Efek hepatoprotektif jangka panjang ekstrak metanol-air biji persea americana mill. terhadap aktivitas alt-ast serum pada tikus jantan wistar terinduksi karbon tetraklorida.

0 1 155

Efek hepatoprotektif jangka panjang infusa biji atung (Parinarum glaberimum Hassk.) pada tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida

0 0 63

Efek hepatoprotektif jangka pendek ekstrak etanol 70% biji atung (Parinarium glaberimum Hassk.) pada tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida

0 0 47

Efek hepatoprotektif ekstrak etanol daun swietenia mahagoni (l.) jacq. pada tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida - USD Repository

0 0 112