FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR KATAK DAN UDANG DI JAWA TIMUR.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
EKSPOR KATAK DAN UDANG DI J AWA TIMUR

USULAN PENELITIAN
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur
Untuk Menyusun Skripsi S-1
Jurusan Ekonomi Pembangunan

Oleh :
MUHAMMAD BUSTHOMI
0611010077/FE/IE

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL " VETERAN"
J AWA TIMUR
2011

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


KATA PENGANTAR

Assalamu' alaikum Wr. Wb.
Pertama-tama peneliti panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah
SWT serta sholawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW,
yang telah melimpahkan berkah, rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi yang
peneliti susun dengan judul " Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor
Katak dan Udang di J awa Timur" ini dapat terselesaikan.
Skripsi ini peneliti susun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional
"Veteran" Jawa Timur.
Peneliti menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini sering kali
menghadapi hambatan dan keterbatasan dalam berbagai hal. Oleh karena itu
dalam kesempatan ini peneliti ucapkan terima kasih tak terhingga kepada Bapak
Prof. Dr. Syamsul Huda, MT., selaku Dosen Pembimbing Utama telah banyak
meluangkan waktunya dalam memberikan suatu bimbingan, pengarahan,
dorongan, masukan-masukan, dan saran dengan tidak bosan-bosannya kepada
peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Selain itu peneliti juga menyampaikan
rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP., selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur yang telah memberikan banyak
bantuan berupa sarana fasilitas perijinan guna pelaksanaan skripsi ini.

i
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Pembangunan Nasional "VETERAN" Jawa Timur.
3. Bapak Drs. Ec. Wiwin Priana, MT selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur.
4. Bapak dan Ibu, beserta keluarga tercinta yang telah memberikan motivasi,
do'a, mendidik, membesarkan serta membiayai pendidikan hingga sekarang ini
sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.
5. Istri tercinta Mega Andriyani yang telah memberikan semangat dan dorongan
moral serta spiritualnya yang telah tulus kepada peneliti selama pengerjaan
skripsi ini.
6. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen serta staf karyawan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional "VETERAN" Jawa Timur yang telah
dengan ikhlas memberikan banyak ilmu pengetahuannya selama masa

perkuliahan dan pelayanan akademik bagi peneliti.
7. Bapak-bapak dan ibu-ibu staf Bank Indonesia Cabang Surabaya, Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Cabang Surabaya dan Badan Pusat Statistik
cabang Surabaya, yang telah memberikan banyak informasi dan data-data
yang dibutuhkan untuk mengadakan penelitian dalam penyusunan skripsi ini.
8. Seluruh mahasiswa dari Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Pembangunan
Nasional "Veteran" Jawa Timur, serta semua pihak yang tidak bisa peneliti
sebutkan satu persatu yang selalu memotivasi, membantu, dan mendukung
peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

ii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Semoga Allah SWT berkenan dan memberikan balasan, limpahan rahmat,
serta karunia-Nya, atas segala amal kebaikan serta bantuan yang telah diberikan.
Akhir kata, besar harapan bagi peneliti semoga skripsi ini dapat,
bermanfaat bagi pembaca, baik sebagai bahan kajian maupun sebagai salah satu
sumber informasi dan bagi pihak-pihak lain yang membutuhkan.
Wassalamu' alaikum Wr. Wb


Surabaya, Maret 2011

Peneliti

iii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................

i

DAFTAR ISI ..............................................................................................

iv

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................


vii

DAFTAR TABEL ......................................................................................

viii

DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................

ix

ABSTRAKSI ..............................................................................................

x

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ...................................................................


1

1.2. Rumusan Masalah ..............................................................

3

1.3. Tujuan Penelitian ...............................................................

3

1.4. Manfaat Penelitian ..............................................................

3

TINJ AUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ..................................................

4


2.1.1. Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian
Sekarang ................................................................

7

2.2. Landasan Teori ...................................................................

7

2.2.1. Perdagangan Internasional .......................................

7

2.2.1.1.Pengertian Perdagangan Internasional ..........

7

2.2.1.2.Penyebab Timbulnya Perdagangan
Internasional ...............................................


8

2.2.1.3.Keuntungan Perdagangan Internasional........

9

2.2.1.4.Cara Memasuki Pasar Luar Negeri ...............

10

iv
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.2.1.5.Teori Perdagangan Internasional ..................

14

2.2.1.6.Ekspor .........................................................


18

2.2.2. PDRB (Produk Domestik Regional Bruto)...............

21

2.2.2.1.Pengertian PDRB .........................................

21

2.2.2.2.Struktur Pembentukan PDRB .......................

21

2.2.2.3.PDRB Menurut Lapang Usahanya ...............

22

2.2.2.4.PDRB Menurut Andilnya Faktor-faktor
Produksi ......................................................


22

2.2.2.5.PDRB Menurut Jenis Penggunaan ...............

24

2.2.2.6.Perhitungan PDRB.......................................

26

2.2.2.7.Nilai Tambah Bruto, Cara Penyajian dan
Angka Indeks ...............................................

28

2.2.2.8.Kegunaan Statistik Produk Statistik Domestik

BAB III


Regional Bruto.............................................

31

2.2.2.9.Teori Keunesian (Harrod-Domar) ................

32

2.2.3. Kurs Valuta Asing ...................................................

35

2.2.4. Inflasi ......................................................................

40

2.3. Kerangka Pikir ....................................................................

46

2.4. Hipotesis .............................................................................

49

METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ...................

50

3.2. Teknik Penentuan Sampel ...................................................

51

3.3. Teknik Pengumpulan Data ..................................................

51

v
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB IV

3.4. Teknik Analisa Data dan Uji Hipotesis................................

52

3.4.1. Teknik Analisa Data ................................................

52

3.4.2. Uji Hipotesis ...........................................................

53

3.5. Uji Asumsi Klasik ...............................................................

56

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ..........................................

60

4.1.1. Kondisi Geografis di Jawa Timur ........................

60

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ..................................................

61

4.2.1. Perkembangan Jumlah Ekspor Katak dan Jumlah Ekspor
Udang .......................................................................

61

4.2.2. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto......

62

4.2.3. Perkembangan Kurs Valuta Asing ............................

63

4.2.4. Perkembangan Tingkat Inflasi ..................................

64

4.3. Analisis Asumsi Regresi Klasik (BLUE / Best Linier Unbiased

BAB V

Estimator) ...............................................................

65

4.3.1. Analisis Dan Pengujian Hipotesis ...............................

69

4.3.2. Uji Hipotesis Secara Parsial........................................

70

4.3.3. Pembahasan ...............................................................

72

KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ..........................................................................

73

5.2. Saran....................................................................................

74

DAFTAR PUSTAKA

vi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR KATAK DAN UDANG
DI JAWA TIMUR
Oleh

:

Muhammad Busthomi

ABSTRAKSI

Ekspor merupakan salah satu instrumen pendukung dalam perekonomian, ekspor dapat
meningkatkan kondisi perekonomian, akan tetapi pada kenyataannya kegiatan ekspor masih
banyak kendalanya. Pada penelitian ini membahas salah satunya adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi ekspor katak dan udang di Jawa Timur. Dimana menggunkan variabelvariabel penelitian yaitu PDRB, Kurs Valas dan Inflasi yang dapat diambil kesimpulan
bahwa jumlah ekspor katak mempunyai hasil koefisien yang lebih besar daripada jumlah
ekspor udang. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah ekspor katak adalah sektor yang paling
dominan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur. Hal ini disebabkan
karena katak sekarang banyak diminati di negara-negara Asia dan katak mempunyai harga
yang lebih murah dibandingkan dengan udang sehingga ekspor katak lebih menguntungkan
daripada ekspor udang. Ketiga variabel yang digunakan yakni PDRB, Kurs Valas dan Inflasi
berpengaruh secara imultan dan nyata terhadap jumlah ekspor katak dan udang. Sedangkan
variabel yang paling dominan terhadap jumlah ekspor katak adalah Kurs Valas. Ini
disebabkan karena Kurs merupakan ukuran bagi importir maupun eksportir untuk melakukan
ekspor. Sedangkan variabel yang terhadap jumlah ekspor udang adalah inflasi karena naik
turunya inflasi jadi ukuran tinggi rendahnya harga bahan baku produksi di Jawa Timur. Oleh
karena itu perlu adanya kinerja yang baik dari pemerintah untuk meningkatkan sektor ekspor
tersebut.

Kata kunci

: PDRB, Kurs Valas dan Inflasi, jumlah ekspor katak dan ekspor udang

x
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Dengan semakin berkembangnya kegiatan budidaya air tawar, maka
komoditi tersebut semakin menjadi peranan utama di masyarakat, khususnya
di Jawa Timur, nantinya diharapkan dengan semakin berkembangnya
komoditi ini akan semakin memberikan kesempatan bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat (Yanuar, 2006:122).
Adapun pada saat ini yang menjadi daya tarik adalah ekspor katak,
dimana menurut data yang diperoleh, katak hidup yang di ekspor berukuran
4-5 ekor per kg, sehat dan tidak cacat, tampilan katak sangat diperhatikan
karena dijual hidup-hidup, dengan demikian penanganan pengiriman yang
baik harus sangat diperhatikan. Pengiriman katak dilakukan menggunakan
wadah berupa kotak yang terlihat dari Styrofoam dengan ukuran
50x30x35cm dan berat 1 kg dengan diisi 60 ekor katak, adapun
pemesanan/ekspor yang dilakukan hanya katak saja yang diisi dengan 125
katak per kotak. Pemasaran katak tidak sekedar Singapura saja tapi sudah ke
wilayah Hongkong dan kawasan Eropa (Anwar, 2007:93).
Selain katak, komoditi yang juga sedang banyak diminati adalah
ekspor komoditi udang, padahal ini Jawa Timur sangat mengandalkan
Sidoarjo sebagai daerah penghasil komoditi udang terbanyak. Adapun

1
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

jumlah komoditi yang diekspor Jawa Timur adalah sebagai berikut:


Jumlah Ekspor Katak terbesar pada tahun 2002 sebesar 31875 juta US$
dan Jumlah Ekspor Katak yang terendah yaitu pada tahun 2005 sebesar
10432 juta US$, Perkembangan Jumlah Ekspor Katak terbesar terjadi
pada tahun 2006 sebesar 51,31 % dan terendah sebesar - 62,73 % terjadi
pada tahun 2005.



Jumlah Ekspor Udang terbesar pada tahun 2002 sebesar 1004,4 juta
US$ dan Jumlah Ekspor Udang yang terendah yaitu pada tahun 2008
sebesar 71,9 juta US$. Perkembangan Jumlah Ekspor Udang terbesar
terjadi pada tahun 2005 sebesar 17,70 % dan terendah sebesar -92,18 %
terjadi pada tahun 2008.
Adapun jumlah rata-rata ekspor katak dalam 10 tahun terakhir adalah

21153,5 juta US$.

Sedangkan rata-rata ekspor udang dalam 10 tahun

terakhir adalah 538,15 juta US$.
Dari data tersebut menunjukkan jika komoditi ekspor katak maupun
udang merupakan bisnis yang menguntungkan, karena mengalami kenaikan
dari tahun ke tahun. Perkembangan ekspor ini diharapkan nantinya semakin
cerah mengingat kondisi Indonesia merupakan negara agraris, sehingga
sangat mendukung budidaya pengembangan komoditi tersebut, dengan
semakin berkembangnya dua komoditi ini di Jawa Timur diharapkan dapat
merangsang perkembangannya di daerah-daerah lainnya.
Sesuai dengan penjabaran tersebut maka judul penelitian ini "FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Ekspor Katak dan Udang di Jawa Timur".

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

Maka penelitian ini dititikberatkan pada faktor-faktor yang memperngaruhi
jumlah ekspor katak dan jumlah ekspor udang di Jawa Timur.

1.2. Rumusan Masalah
a. Apakah PDRB, Nilai tukar/kurs dan inflasi berpengaruh terhadap jumlah
ekspor katak dan jumlah ekspor udang di Jawa Timur ?
b. Manakah yang berpengaruh paling dominan terhadap jumlah ekspor
katak dan ekspor udang di Jawa Timur ?

1.3. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui pengaruh PDRB Nilai tukar/kurs dan inflasi terhadap
jumlah ekspor katak dan jumlah ekspor udang di Jawa Timur.
b. Untuk mengetahui mana yang pengaruh lebih Dominan terhadap jumlah
ekspor katak dan jumlah ekspor udang di Jawa Timur.

1.4. Manfaat Penelitian
a. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Perdagangan dan Perindustrian
dalam rangka kegiatan ekspor yang melibatkan dua komoditi tersebut.
b. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang banyaknya jumlah
ekspor katak dan udang di Jawa Timur.
c. Sebagai bahan masukan bagi penelitian selanjutnya yang melakukan
penelitian berkaitan dengan jumlah ekspor katak dan udang di Jawa
Timur.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian-penelitian terdahulu yang berkenaan dengan ekspor
sangat membantu dalam penelitian ini, penelitian ini dilakukan oleh :
1. Arianingrum (2000:46) dengan judul “Penelitian Faktor-faktor Yang
mempengaruhi Nilai Ekspor Udang di Jawa Timur Ke Jepang”.
Penelitian ini menggunakan model regresi linear berganda dimana nilai
ekspor udang sebagai variabel terikat (Y) dan harga ekspor pesaing
(X1), nilai tukar rupiah terhadap dollar (X2), tingkat inflasi (X3), sebagai
variabel bebas.
Hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas secara
simultan dilakukandengan uji F yang menghasilkan Fhitung = 4,804,
sedangkan Ftabel = 4,07 sehingga Fhitung > Ftabel . Hal ini berarti ketiga
variabel bebas tersebut secara bersama-sama berpengaruh secara nyata
terhadap nilai ekspor udang di Jawa Timur. Selanjutnya untuk
penyelidikan hubungan masing-masing variabel bebas secara parsial
terhadap variabel terikat digunakan Uji t. Dari pengolahan data tersebut
diperoleh thitung variabel nilai ekspor Negara pesaing = 2,789 ; nilai tukar
rupiah terhadap dollar = 2,885; tingkat inflasi =-2,224 dari ketiga
variabel tersebut yang paling berpengaruh terhadap nilai ekspor udang
di Jawa Timur adalah nilai tukar rupiah terhadap dollar.

4
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

2. Tajerin (2004) dengan judul " Penelitian Daya Saing Udang Indonesia
di Pasar Internasional: Sebuah analisis Dengan Pendekatan pangsa Pasar
Menggunakan Model Ekonometrika". Yang

menyatakan bahwa

persaingan pemasaran ekspor udang antara Negara-negara produsen
di pasar impor ditemui di Negara jepang dan Amerika serikat. Di
kedua

pasar

tersebut,

udang

Indonesia

mendominasi

pasar.

Walaupun demikian udang Thailand di Amerika serikat mempunyai
potensi untuk berkembang. Sedangkan di Jepang, udang sisa dunia
menjadi ancamman potensial bagi Indonesia. Di Pasar Prancis,
Spanyol dan Italia, udang Indonesia mempunyai petensi untuk
menggeser udang sisa Dunia (ROW). Di Perancis, tuan juga
berperan sebagai pesaing bagi udang.
3. Sanjaya (2007) dengan judul "Penelitian Analisis beberapa faktor yang
berpengaruh Terhadap Volume Ekspor Kopi Profinsi Bali Periode
1990-2006". Yang menyebutkan bahwa harga rata-rata ekspor kopi,
kurs dollsr Amerika Serikat dan kebijakan ekspor kopi secara
serempak berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor kopi
Provinsi Bali periode 1990-2006. Pada periode yang sama kedua
variable bebas tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap
volume ekspor kopi Provinsi Bali perioe 1990-2006, dengan volume
ekspor sesudah kebijakan ekspor lebih rendah daripada periode
sebelum kebijakan ekspor diberlakukan. Variabel Kurs Dollar
Amerika

Serikat

merupakan

variable

yang

paling

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

dominan

6

berpengaruh terhadap volume ekspor kopi provinsi Bali periode
1990-2006 dan nilai Standarized Coefficientt Beta dari kebijakan
ekspor kopi adalah sebesar 0,831 yang merupakan nilai absolute
Standarized Coefficientt Beta yang tertinggi jika dibandingkan
dengan nilai Standarized Coefficientt Beta dari variable lainnya.
Mengingat kegiatan ekspor kopi Bali sangat peka terhadap isu negatif
(seperti kopi Bali tercemar mercury, dan lain-lain), disarankan
kepada pemerintah untuk memperhatikan variable-variabel harga
rata-rata ekspor kopi, kurs dollar Amerika Serikat dan kebijakan
ekspor

dalam

mengambil

kebijakan,

sehingga

tetap

dapat

meningkatkan penerimaan devisa bagi Provinsi Bali yang bersumber
dari ekspor kopi. Peningkatan kualitas kopi juga perlu terus
dilakukan untuk meningkatkan daya saing kopi Bali di pasaran
Internasional. Kegiatan bimbingan dan penyuluhan kepada petani
kopi perlu diintensiflcan, karena dalam budidaya kopi selain
dibutuhkan keterampilan dan pengalaman juga dituntut ketekunan
dan ketelitian dalam penanganannya. Dan bagi pihak eksportir Kopi
Bali perlu menjalin kerjasama dengan pemerintah atau instansiinstansi

teknis

terkait,

dan

eksportir-eksportir

lainnya

untuk

memperluas pangsa pasar komoditas kopi di mancanegara melalui
Badan Pengembangan Ekspor nasional (BPEN) atau perwakilan
importer diatas perdagangan dan Pusat Perdagangan Indonesia.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

2.1.1. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang yaitu
terletak pada variabel Y1 ekspor katak, Y2 ekspor udang dan X1 PDRB,
X2 nilai tukar, X3 inflasi. Pada penelitian ini dibahas mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi ekspor katak dan ekspor udang di Jawa
Timur.

2.2. Landasan Teori
2.2.1. Perdagangan Internasional
2.2.1.1. Pengertian Perdagangan Internasional
Perdagangan atau pertukaran dalam ilmu ekonomi diartikan
secara khusus sebagai proses tukar menukar yang didasarkan atas
kehendak sukarela dari masing-masing pihak. Perdagangan hanya akan
terjadi apabila terdapat keuntugan atau manfaat dan pihak lain yang
merasa tidak dirugikan (Dumairy, 2001 : 8).
Perdagangan internasional adalah transaksi dagang diantara para
subyek ekonomi Negara yang satu dengan subyek ekonomi Negara yang
lebih baik mengemasi barang dan jasa. (Sobri, 2003 : 122).
Dalam teori Adcam Smith, dasar pemikiran teori ini adalah
perdagangan internasional akan terjadi jika setiap Negara yang terlibat
mendapatkan keuntungan mutlak dan perdagangan tersebut, dan
keuntungan mutlak tersebut terjadi karena adanya perbedaan yang
sifatnya juga mutlak, yakni perbedaan biaya produksi antar Negara untuk

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

jenis barang yang sama. (Tambunan, 2004:56).
Dari

pengertian

diatas

dapat

diambil

kesimulan

bahwa

perdagangan internasional merupakan proses tukar menukar barang dan
jasa yang dilakukan secara sukarela dan menguntungkan masing-masing
pihak mempunyai kebebasan untuk menentukan untung rugi dari
pertukaran dari sudut kepentingan masing-masing dan kemudian
menentukan apakah kedua belah pihak mau melakukan pertukaran.
2.2.1.2. Penyebab Timbuluya Perdagangan Internasional
Secara garis besar hal-hal yang dapat menyebabkan timbulnya
perdagangan, baik yang dilakukan oleh suatu daerah dalam wilayah suatu
Negara maupun yang dilakukan oleh suatu Negara dengan Negara lain
adalah sebagi berikut :
a. Adanya perbedaan kelangkaan
Kebutuhan manusia pada umumnya tidak terbatas, baik jenis maupun
jumlahnya.

Dengan

adanya

perbedaan

kebutuhan

ini

dapat

menyebabkan adanya permintaan terhadap suatu jenis barang
maupun jasa yang berbeda antara daerah satu dengan daerah yang
lain. Hal ini berlaku untuk suatu daerah maupun suatu Negara.
Akibat dari timbulnya tingkat kelangkaan maka suatu daerah maupun
suatu Negara akan dihadapkan pada "problem of choice" untuk
memenuhi kebutuhanya.
b. Adanya perbedaan faktor produksi
Dengan adanya perbedaan dalam hal kepemilikan factor produksi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

maka suatu daerah maupun suatu Negara akan mengalami
perbedaan tingkat kemakmuran pada daerahnya. Hal ini seperti
yang

menyebabkan

mengadakan

suatu

hubungan

daerah

perdagangan

maupun
dengan

suatu

Negara

daerah

maupun

Negara lain untuk memnuhu kebutuhannya.
c. Perbedaan komparatif dari harga suatu barang
Dengan adanya perbedaan komparatif dari harga suatu barang
ataupun output yang dihasilkan oleh suatu daerah atau Negara
maka dari itulah yang akan menimbulkan terjadinya perdagangan.
Harga komparatif adalah perbedaan dan tingkat harga barang A
dengan harga barang B yang ada pada suatu daerah atau Negara
dibandingkan dengan harga dari barang A dengan harga barang B
yang ada pada suatu daerah atau Negara lain, (Tambunan,
2004: 47).
2.2.1.3. Keuntungan Perdagangan Internasional
Disamping itu terdapat beberapa factor keuntungan yang menjadi
pendorong bagi semua Negara di dunia untuk melakukan perdagangan
luar negeri. Dari factor-faktor tersebut empat yang terpenting menurut
(Sukirno,2002 : 344 ), antara lain :
a. Memperoleh barang yang tidak apat dihasilkan didalam negeri.
b. Mengimpor teknologi yang lebih modem dari Negara lain.
c. Memperluas pasar produk-produk dalam negeri.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

d. Memperoleh keuntungan dari spesialisasi.
2.2.1.4. Cara Memasuki Pasar Luar Negeri
a. Ekspor
Ekspor adalah barang dan jasa yang diproduksi didalam
negeri dan dibeli oleh orang-orang asing dari berbagai Negara.
(Samuelson dan Nordhaus, 2004 : 325)


Manfaat dan Tujuan Ekspor
Menurut Amir (2005 : 325), manfaat dan tujuan ekspor adalah :
a. Meningkatkan

pendapatan

devisa

negara

yang

akan

memperlancar arus barang impor dan roda pemerintahan.
b. Memperluas manfaat sumberdaya nasional seperti daya alam,
tenaga kerja dan teknologi.
c. Memperluas pasar dari pasar domestik menjadi seluas pasar
global sehhingga memungkinkan produksi optimal dan
optimalisasi laba.
d. Dapat memanfaatkan "idle capity" dari kapasitas terpasang
suatu industry pada saat pasaraa dalam negeri melemah,
sehingga dapat mencegah penganggaran modal dan tenaga
kerja atau mengisi kebutuhn musiman.
e. Terbiasa dalam persaingan yang ketat di pasar internasional,
sehingga akan sangat mendorong tingkat efesiaensi, inovasi,
produktivitas, pengembangan dan restrukturisi teknologi.
f. Mencicil uang di luar negeri.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11



Kendala-kendala Ekspor
Menurut Amir (2005 : 30 ), kendala ekspor adalah semua hal
yang menghalangi kelancaran ekspor, baik yang bersumber dari
dalam negeri maupun yang sengaja diadakan oleh para
pengimpor. Kendala ekspor yang berasal dari dalam negeri,
diantaranya :
1. Birokrasi

yang

bertele-tele,

menghambat

kelancaran

perizinan.
2. Pungutan Liar (pungli) yang mengakibatkan ekonomi biaya
tinggi, yang melemahkan daya saing.
3. Rendahnya

disiplin

nasional,

yang

menghancurkan

produktifitas, integritas, dan bonafiditas eksportir nasional.
b. Turnkey Project
Turnkey Project adalah kontaktor yang menangani project
secara detail untuk klien asing, meliputi pelatihan operasi personel,
dan menangani klien asing yang merupakan kunci para pekerja yng
siap untuk beroperasi. Dengan kata lain spesialisasi perusahaan di
bidang desain dan kontruksi dalam memulai turnkey project
kontraktor setuju untuk menangani setiap detail proyek untuk klien
asing meliputi pelatihan operasi personel. Pada penyelesaian suatu
kontark, klien sing adalah pemegang kunci sebuah pabrik yang siap
untuk beroperasi penuh, karena itu disebut turnkey. Ini sebenarnya
aalah tujuan teknologi prows ekspor untuk Negara lain. Dalam

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

pengertian ini merupakan jenis khusus dari ekspor. Keunggulan
turnkey adalah adanya prows kompleks wears teknologi yang
mensyaratkan ketrampilan yang siap pakai, misalnya pengilangan
minyak, atau baja. Kelebihan pokok turnkey project yaitu
merupakan somber return ekonomi yang tinggi. Disamping itu ada
jugs kelemahan pada turnkey project yang pada umumnya tidak
dapat tetap berada di pasar internasivnal amok jangka panjang.
(Rusdin, 2002 : 37)
c. Lisensi
Perjanjian lisensi adalah suatu perjanjian lisensi (lisensar)
yang member hak intangible property kepada pernegang lisensi
(lisensi) secara sungguh-sungguh adalah periode waktu yang khusus
dan sebagai penggantinya pemberi lisensi (lisence). Property
intangible mencakup, paten, penemuan, formula, prows design, hak
cipta, merek dagang. Keunggulan melakukan lisensi adalah
perlembangan Maya resiko dari perdagangan menjadi semakin
rendah. Namun kelemahanya adalah tidak adanya pengawasan
terhadap teknologi dan ketidakmampuan melakukan koordinasi
dalam strategi global.
d. Waralaba (Franchising)
Pada dasarnya adalah bentuk khusus dari lisensi dimana
pemberi lisensi tidak hanya menjual intangible property kepada
pemegang franchising (umumnya merek dagang) tetapi juga

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

termasuk persetujuan pemegang franchising yang ada melalui
peraturan yang ketat tentang bagaimana bisnis ini dilakukan.
Pemberi franchising juga akan sering

membantu pemegang

franchising untuk menjalankan bisnisnya pada konsep bisnis yang
sedang berjalan. Sebagaimana yang terjadi pada lisensi, pemegang
franchising biasanya menerima pembayaran royalty yang jumlahnya
sama

dengan

persentasi

pendapatan

pemegang

franchising.

Keuntungan melakukan cara ini sama dengan melakukan lisensi
yaitu perkembangan biaya dan resiko yang rendah. Namun ada juga
kelemahan yang biasa terjadi yaitu tidak adanya pengawasan terhadap
kualitas produk.
e. J oint Venture
Joint Venture adalah tanggung jawab bersama dalam
mendirikan sebuah perusahaan yang secara bersrna-sama dimiliki
oleh dua atau lebih perusahaan independent. Hampir semua jenis
Joint Venture adalah dengan kepemilikan 50/50, dimana ada dua
pihak,

masing-masing

Keunggulan

yang

memiliki

diperoleh

bagian

dalam

kepemilikan

melakukan

50%.

perdagangan

internasional dengan cara ini adalah dapat berbagi biaya dan resiko
pengembangan dari usaha yang dilakukan. Tetapi ada juga
kerugianya yaitu tidak ada pengawasan terhadap teknologi yang
digunakan.
f. Kepemilikan Anak Perusahaan Secara keseluruhan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

Adalah suatu kepemilikan kantor cabang secara keseluruhan
yang merupakan perusahaan memiliki 100% saham. Mendirikan
kantor cabang yang demikian dapat dilakukan melalui dua cara.
Perusahaan dapat didirikan perusahaan yang baru di Negara tersebut
atau perusahaan dapat mengambil alih perusahaan yang telah ada
(akuisisi)

dan

menggunakan

perusahaan

tersebut

untuk

mempromosikan produknya dipasar Negara tersebut. Keuntungan
yang dapt diperoleh dalam melakukan cara ini adalah adanya
perlindungan terhadap teknologi juga mampu merealisasi ekonomi
lokal dan ekonomi pengalaman.

Namun kendalanya adalah

membutuhkan biaya tinggi dan resiko rendah yang mungkin terjadi
cukup besar. (Rusdin, 2002 : 46)
2.2.1.5. Teori Perdagangan Internasional
1. The Propotional factor Dari Heckscher-Ohlin
Dalam perdagangan internasional ada salah satu teori yang
menguatkan tentang penjelasan perdagangan internasional. Teori ini
dikemukakan oleh Eli Heckscher dan bertil Ohlin, yang lebih dikenal
dengan teori Heckscher-Ohlin. Clleh karena teori ini sangat
menekankan saling keterkaitan antara perbedaan proporsi factorfaktor produksi antar Negara dan perbedaan proporsi penggunaannya
dalam memproduksi berbagai macam barang, maka teori ini disebut
juga teori proporsi factor produksi. (Factor proportion theory).
(Krugman dan Obstfeld,2000 : 84)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

Menurut Tambunan (2004 : 66-68), produk yang berbeda
membutuhkan jumlah yang berbeda dari factor produksi tersebut.
Perbedaan tersebut disebabkan oleh teknologi yang menentukan cara
mengkombinasikan factor-faktor produksi yang berbeda untuk
membuat suatu produk.

Gambar 1 : Teori Proporsi faktor Produksi

Sumber : Tambunan.

2004,

Globalisasi

dan

Perdagangan

Internasional, Penerbit Ghalia Indonesia, Bogor, hal. : 67

Gambar diatas menjelaskan bahwa suatu produk dengan promosi
faktornya. Ada dua jenis produk yaitu A dan B, serta dua macam factor
produksi yaitu tenaga kerja (TK) dan modal (K). Untuk membuat 1 unit
barang A membutuhkan 4 TK dan 1 K, sedangkan untuk membuat B
diperlukan 4 TK dan 2K. Oleh sebab itu, A membutuhkan lebih banyak
TK per satu unit K relatif terhadap B. A dapat diklasifikasikan sebagai
barang padat karya dan B sebagaii barang padat modal. Proporsi factor

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

adalah suatu ukuran relatif dan hanya ditentukan pada basis dari apa
yang dibutuhkan oleh relatif B, bukan terhadap jumlah spesifik dari TK
dan K. Harga dari factor produksi yang menentukan perbedaan biaya
produksi, dan harga dari faktor produksi ditentukan dengan ketersediaan
dari factor tersebut. Dalam teori TK dan K adalah dua faktor produksi
yang independen. Artinya, sifat dan relasi antara TK dan K adalah
subtitusi. Salah satu asumsi dari teori H-4 adalah bahwa faktor produksi
tidak bisa bergerak antar Negara. Oleh karena itu, kekayaan suatu Negara
atas faktor-faktor produksi menentukan biaya relative dari factor-factor
tersebut

dibandingkan

dengan

Negara

lain.

Alasan

terjadinya

perdagangan antar Negara menurut Teori H-O adalah perbedaan kondisi
penawaran dalam negeri antar Negara. Negara-negara mempunyai cita
rasa dan preferensi yang sama, kualitas factor produksi yang sama,
penggunaan teknologi yangg lama tetapi berbeda dalam ketersediaan
factor-factor produksi. Perbedaan ini mengakibatkan perbedaan dalam
barge relative dari factor produksi ante Negara. Tiap Negara akan
berspealisasi pada jenis barang tertentu dan mengekspornya yang bahan
baku atau factor produksii utamanya berlimpah atau harganya murah di
Negara tersebut dan mengimpor barang-barang yang bahan baku atau
factor produksi utamanya langka atau mahal. Dalam teori ini ada
berbagai kelemahan, yaitu tenaga kerja dianggap sebagai factor yang
paling homogeny dan domonan. Namun kenyataan menunjukkan bahwa
tenaga kerja bervariasi menurut jenisnya dan derajat pendidikannya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

(Tambunan,2004 : 66-69).
2. Opportunity Cost Theory dari G. Herbeerler
Teori opportunity cost dari G. herberler menjelaskan bahwa
terjadinya bisnis internasional disebabkan adanya spesialisasi dan
perbedaan harga suatu produk karena terdapat perbedaan kemampuan
produksi dan perbedaan selera konsumen.
Dalam hal ini, bisnis internasional dapat terjadi antara dua
Negara kerena hal-hal sebagai berikut :
a. Kemampuan produksi sama, tetap selera konsumen berbeda
Bila kemampuan produksi sama maka supply relative
sama akhirnya harga barang sejenis akan sama pula di dua
Negara atau perusahaan. Misalnya supplay barang A dan barang
B di Negara I dan II, sedangkan selera berbeda di dua Negara.
Contohnys barang A lebih diminati di Negara I dan barang B
lebih diminati di negara II. Hal ini menyebabkan barang A lebih
mahal di Negara I dan harga barang B lebih mahal di Negara II.
Keadaan ini akan menyebabkan terjadi bisnis internasional.
b. Kemampuan produksi bebeda, tetapai selera konsumen sama
Bila kemampuan produksi berbeda maka supplay akan
berbeda, akhirnya harga bamag sejenis akan berbeda pula di dua
Negara atau perusaahan. Misalnya supplay barang A di Negara I
banyak clan barang b di Negara II banyak. Sedangkan selera
sama di dua Negara baik untuk barang A maupun barang B di

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

kedua Negara. Hal ini menyebabkan harga barang A akan lebih
murah dan barang bahkan lebih mahal di Negara I dan
sebaliknya, harga barang B lebih murah dan barang A akan lebih
mahal di negara Il. Keadaan ini akan menyebabkan terjadinya
perdagangan internasional.
c. Kemampuan produksi maupun selera konsumen berbeda
Bila kemanpuan produksi berbeda, maka supplay akan
berbeda, akhimya harga barang scjeis akan berbeda pula di dua
negara atau perusahaan. Misalnya, supplay barang A di Negara
I banyak dan barang B di Negara II banyak sedangkan selera
atau permintaan konsumen bebeda di dua Negara. Misalnya,
barang A lebih disukai di Negara II dan barang B disukai di
Negara A. Hal ini menyebabkan harga barang A akan lebih
mahal di Negara II dan sebaliknya harga barang B akan lebih
mahal di Negara I. Keadaan ini seperti akan menyebabkan
terjadinya perdagangan internasional. (Handy, 2004:45)

2.2.1.6. Ekspor
Pengertian dari ekspor adalah barang dan jasa yang diproduksi di
dalam negeri dan dibeli oleh orang-orang asing dari berbagai Negara.
(Samuelson dan Nordhaus, 2004: 325).
Yang dimaksud dengan ekspor adalah menegluarkan barangbarang dari peredaran dalam masyarakat dan mengirimkan keluar negeri

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

sesuai dengan ketentuan pemerintah dan mengharapkan pembayaran
dalam valuta asing. (Amir, 2005: 209)
Menurut Amir (2005 : 11), ekspor mempunyai beberapa komoditi
(barang yang akan diperdagangkan), ciri-ciri umum suatu komoditi ekspor
adalah :
1. Mempunyai surplus atau kelebihan produksi dalam arti total produksi
belum dapat dikonsumsi seluruhnya I dalam negeri.
2. Mempunyai keunggulan tertentu seperti karena langka, murah, mutu
dibandingkan dengan komoditi serupa yang serupa diproduksi Negara
lain.
3. Komoditi itu sengaja diproduksi untuk tujuan ekspor.
4. Komoditi itu memperoleh ijin pemerintah untuk diekspor.
Menurut Amir (2005 : 361), manfaat dan tujuan ekspor adalah :
a. Meningkatkan pendapatan deisa Negara yang akan memperlancar arus
barang impor dan roda pemerintahan.
b. Memperluas manfaat sumber daya nasional seperti sumber daya alam,
tenaga kerja dan teknologi.
c. Memperluas pasar dari pasar domestic menjadi seluas pasar global
sehingga memungkinkan produksi optimal dan optimalisasi laba.
d. Dapat memanfaatkan "idle capity" dari kapasitas terpasang suatu
industry pada saat pasaran dalam negeri melemah, sehingga dapat
mencegah penganggaran modal dan tenaga kerja atau untuk mengisi
kebutuhan musiman.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

e. Terbiasa dalam persaingan yang ketat di pasar internasional,
sehingga

akan

sangat

mendorong

tingkat

efeisiensi,

inovasi,

produktifitas, pengembangan dan restrukturisi teknologi.
f. Mencicil utang di luar negeri.
Menurut Amir (2005 30), kendala ekspor adalah semua hal yang
menghalangi kelancaran ekspor, baik yang bersumber dari dalam negeri
maupun yang sengaja diadakan oleh para pengimpor. Kendala ekspor yang
berasal dari dalam negeri, diantaranya :
1. Birokrasi yang bertele-tele, yang menghambat kelancaran perizinan.
2. Pungutan liar (pungli) yang mengakibatkan ekonomi biaya tinggi,
yang melemahkan daya saing.
3. Rendahnya disiplin nasional, yang menghancurkan produktifitas,
integritas, dan bonafiditas esportir nasional.
Kendala ekspor yang sengaja dilakukan oleh Negara pengimpor, yaitu:
1. Common external Tares tariff bea masuk tinggi yang dipasang oleh
Negara-negara anggota pasar bersama Eropa yang diberlakukan
terhadap Negara luar terasuk Indonesia.
2. British Commonwealth Preference, yaitu tarif bea masuk impor
yang

khusus

diberikan

Inggris

kepada

Negara-negara

bekas

dominion Inggris seperti Australia, Singapore, kanada dan lain-lain.
Sehingga tidak dapat dinikmati oleh Negara-negara luar seperti
Indonesia.
3. Quota system yang ditetapkan untuk impor hasil pertanian dan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

industri yang merupakan pembatasan bagi perkebangan ekspor
Indonesia.
4. Keharusan sertifikasi dan prosedur impor yang berlebihan untuk
mempersulit impor yang diberlakukan oleh Negara-negara maju seperti
Amerika serikat.

2.2.2. PDRB (Produk Domestik Regional Bruto)
2.2.2.1. Pengertian PDRB
Produk domestik Regional Bruto adalah senbagai salah satu
indicator pembengunan regional yang berfungsi sebagai tolak ukur dalam
melihat tingkat kemakmuran suatu daerah tertentu dalam menghasilkan
pendapatan atau balas jasa kepada factor-faktor yang ikut serta dalam
proses produksi di daerah setempat. (Dumairy, 2001 : 38)
2.2.2.2. Struktur Pembentukan PDRB
Untuk dapat memberi gambaran sampai seberapa jauh peranan
masing-masing sektor ekonomi memeberi andil dalam berprodusi, atau
samapai seberapa jauh peranan faktor-faktor produksi dalam proses
produksi atau bagaimana komposisi penggunaan produk-produk yang
dihasilkan tadi, maka biasanya PDRB disajikan dalam 3 bentuk.
(Anonim, 2006 : 19)
1. PDRB menurut lapangan usaha (by industrial origins)
2. PDRB menurut andilnya factor-faktor produksi
3. PDRB menurut jenis penggunaan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

2.2.2.3. PDRB Menurut Lapangan Usahanya
Penyajian dalam bentuk ini dapat memberikan gambaran tentang
peranan masing-masing sector dalam memberikan andilnya pada PDRB.
Karena itu unit-unit produksi dikelompokkan ke dalam sektor-sektor
antara lain : (Anonim, 2006 : 19)

1. Pertanian
2. Pertambangan dan Penggalian
3. Industri pengolahan
4. Listrik, Gas dan Air bersih
5. Konstrksi
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran
7. Pengangkutan dan Komunikasi
8. Keuangan, persewaan dan Jasa Perusahaan
9. Jasa-jasa
2.2.2.4. PDRB Menurut Andilnya Faktor-Faktor Produksi
Penyajian dalam bentuk ini dapat memberikan gambaran tentang
peranan masing-masing factor produksi dalam memberikan andilnya
pada PDRB. Karena itu disajikan balas jasa yang diterima oleh masingmasing factor produksi yaitu dalam bentuk : (Anonim, 2006 : 20)
1. Upah / Gaji
Yang tercakup disini adalah balas jasa factor produksi buruh/pegawai
yang meliputi :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

a. Upah/gaji baik berup uang maupun barang sebelum dipotong
pajak upah, dana pension, asuransi kesehatan.
b. Pembayaran yyang berbentuk hadiah, premi, bonus dan segala
macam tunjangannya.
c. Social security contribution, meliputi pembayaran kontribusi
yang dilakuka oleh pengusaha untuk keperluan pegawaipegawainya, misalnya untuk dana asuransi, ana kesehatan dan
dana pension dan sebagainya.
2. Pendapatan Perorangan
Pendapatan Perorangan adalah pendapatan yang ditimbulkan oleh
unit-unit produksi yang tidak bebentuk perusahaan.
3. Sewa Tanah
Yang tercakup disini adalah pendapatan yang ditimbulkan oleh :
a. Ikut sertanya factor produksi tanah dalam proses produksi.
Dengan tidak memperhatikan apa tanah itu digunakan, maka sewa
yang timbul dimasukkan dalam rental income ini.
b. Pemilikan hak paten, hak cipta, merk dagang dan sebangsanya
dimasukan dalam item ini.
4. Keuntungan
Yang termasuk disini adalah keuntungan perusahaan sebelum
dipotong pajak perusahaan dan pajak langsung lainnya dan
sebelumdibagikan kepada deviden.
5. Bunga Netto

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

Bunga netto mencakup bunga atas piutang maupun surat-surat
berharga lainya yang diterima oleh penduduk maupun pemerintah,
dikurangi bunga atas hutang pemerintah kepada penduduk jika hutang
tersebut dipakai untuk konsumsi pemerintah misalnya untuk biaya
perang.

2.2.2.5. PDRB Menurut J enis Penggunaan
Penyajian dalam bentuk ini dapat memberika gambaran
bagaimana barang dan jasa yang telah diproduksi itu digunakan oleh
berbagai golongan dalam masyarakat, maka penyajianya akan berbentuk :
(Anonim, 2006: 23)
a. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
Yang mencakup pengeluaran yang dilakukan rumah tangga untuk
membeli barang-barang dan jasa tanpa melihat durability dari barang
dan jasa itu, dikurangi penjualan dari barang bekas netto (penjualanpenjualan barang bekas netto), dengan mengecualikan pengeluaran
yang bersifat transfer, pembelian tanah dan rumah.
b. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
Item ini mencakup pengeluaran rutin untuk pembelan barang dan jasa
dari pihak lain yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah, dikurangi hasil penjualan barang dan jasa yang
dilakukan oleh pemerintah.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

c. Pembentukan Modal Tetap
Pembentukan modal tetap ini mencakup besarnya modal yang
ditanam selama satu tahun, baik oleh pemerintah, swasta, lembaga
swasta yang tidak mencari untung maupun rumah tangga, dikurangi
dengan jumlah penjualan barang-barang modal bekas selama tahun
yang sama.

d. Perubahan Stok
Perubahan stok adalah barang-barang yang diproduksi sendiri
maupun yang diimpor pada tahun itu, tapi belum sempat dipakai
sampai akhir tahun masih disimpan sebagai stok.
e. Ekspor Netto
Ekspor netto adalah selisih antara ekspor dan impor dari barang dan
jasa. Ekspor barang dan jasa meliputi ekspor barang yang dijual ke
luar negeri ( di luar daerah yang dihitung PDRB-nya), dimana
termasuk didalamnya barang-bang dagangan, jasa tansport, asuransi
dan jasa-jasa lain.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

26

2.2.2.6. Perhitungan PDRB
Perlu diketahui bahawa perhitungan PDRB dapat ditinjau dari
4 segi pendekatan (Approach) yaitu : (Anonim, 2006 : 15)
1. Pendekatan Produksi (production approach)
Adalah merupaan jumlah nilai produksi barang dan jasa akhir yang
dihasilkan oleh unit-unit produksi didalam suatu daerah dalam jangka
tertentu (biasanya dalam 1 tahun). (Anonim, 2006 : 5)
Pendekatan dengan cara ini dilakukan untuk mendapatkan Nilai
Tambah Bruto (Gross Value Added) atau disingkat NTB. (Anonim,
2006: 15)
NTB = 0 – BA
Dimana,
NTB

= Nilai tambah dari suatu produksi barang atau jasa.

0

= Nilai output suatu barang atau jasa

BA

= Nilai biaya antara yang digunakan dalam proses produksi

2. Pendekatan Pendapatan
Pendekatan dengan cara ini dapat dilakukan secara langsung
menjumlahkan yaitu jumlah balas jasa factor produksi yang berupa
upah/gaji, bunga netto, sewa tanah dan keuntungan. (Anonim, 2006 :
16)
3. Pendekatan Pengeluaran
Adalah merupakan jumlah yang dilakukan untuk konsumen rumah
tangga dan lembaga social swasta yang tidak mencari untung,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

27

konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestic ruto,
perubahan stok dan eksport nett di suatu daerah dalam jangka waktu
tertentu. (Anonim, 2006 : 5)
Pendekatan ini digunakan untuk menghitung nilai barang dan jasa
yang digunakan oleh berbagai golongan dalam masyarakat. Barang
dan jasa yang diproduksi akan digunakan untuk keperluan konsumsi,
pembentukan modal (investasi) dan ekspor. Barang-barang yang
digunakan ada yang berasal dari produksi dari dalam daerah dan yang
berasal dari luar daerah / impor, maka yang dihitung hanya nilai
barang dan jasa yang bersal dari domestic saja, maka komponen nilai
biaya diatas perlu dikurangi dengan nilai impor sehingga komponen
nilai ekspor diatas menjadi nilai ekspor netto. (Anonim, 2006 : 17)
PDRB = C + I + G (X – M)
Dimana,
C = Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
I = Pembentukan Modal Tetap
G = Pengeluaran Konsumsi Pemeritah
X = Nilai Ekspor
M = Nilai Impor
4. Pendekatan Alokasi
Adalah dikenal dengan metode alokasi merupakan metode untuk
menghasilkan Pendapatan Nasional menjadi Pendapatan Regional
dengan Indikator rasio tertentu. (Anonim,2001 :10)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

28

2.2.2.7. Nilai Tambah Bruto, Cara Penyajian, dan Angka Indeks
Nilai tambah bruto (NTB) adalah nilai yang didapatkan dari
pengurangan nilai output dengan biaya antaranya yang dirumuskan :
(Anonim, 2006 : 33)
NTB = O – BA
Dimana,
NTB = Nilai tambah dari suatu produksi barang atau jasa
O

= Nilai Output suatu barang atau jasa

BA

= Nilai biaya antara yang digunakan dalam proses produksi

Pengertian NTB ini sangat penting karena PDRB itu tidak lain adalah
penjumlahan dari seluruh NTB dari seluruh unit produksi yang berada
pada suatu daerah tertentu dalam kurun waktu tertentu. (Anonim, 2006 :
34)
Agregat-agregat pendaptan regional juga disajikan dalam bentuk angkaangka persentase dan angka-angka indeks yang diterangkan sebagai
berikut :
1. Peranan sektoral adalah suatu angka yang disajikan dalam bentuk
persentase dengan cara membagi nilai masing-masing sector dengan
nilai seluruh PDRB dikalikan 100% pada tahun yang bersangkutan.
Penghitungan peranan sektoral ini dapat diperoleh dari rumus :
Pi =

PDRBi
9

∑ PDRBi

× 100%

i =1

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

29

Dimana,
Pi

= Peranan Sektor i

PDRB

= PDRB faktor i

2. Indeks perkembangan adalah angka indeks diperoleh dengan
membagi nilai-nilai pada masing-masing tahun dengan nilai pada
tahun dasar yang dikalikan 100. Angka indeks ini diperoleh dari
rumus :

Ipit =

PDRBit
×100
PDRBi 0

Dimana :
IPit

= Indeks perkembangan sector I tahun t

PDRBit

= PDRB sector I pada tahun t

PDRBi0 = PDRB sector I pada tahun dasar
3. Indeks berantai adalah angka indeks yang diperoleh denggan
membagi nilai-nilai pada masing-masing tahun dengan nilai pada
tahun sebelumnya yang dikalikan 100.

IBit =

PDRBit
× 100
PDRBi (t −1)

Dimana :
IBit

= Indeks perkembangan sector I tahun t

PDRBit

= PDRB sector I pada tahun t

PDRBi(t-1) = PDRB sector I pada tahun t-i

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

30

4. Angka laju pertumbuhan adalah angka berbenntuk persentase yang
diperoleh dengan mengurangkan indeks berantai ADHK dengan 100
yang dirumuskan sebagai berikut :
GROWTHit = (IBit ADHK – 100)%
Dimana :
GROWTHit

= Pertumbuhan sector I tahun t

IBit ADHK

= Indeks berantai ADHK sector I tahun i

5. Indeks harga implicit adalah indeks yang diperoleh dengan membagi
nilai atas dasar harga y