ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI EKSPOR UDANG JAWA TIMUR KE AMERIKA ABSTRAKSI.

(1)

SKRIPSI

Diajukan Oleh : ACHMAD KURNIAWAN

05110100189/FE/IE

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

NILAI EKSPOR UDANG JAWA TIMUR KE AMERIKA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Diajukan Oleh : ACHMAD KURNIAWAN

0511010189/FE/IE

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(3)

Disusun Oleh : ACHMAD KURNIAWAN

0511010189/FE/IE

Telah Dipertahankan Dihadapan Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 25 Februari 2010

Pembimbing Utama Tim Penguji :

Ketua

Drs.Ec.Arief Bachtiar,Msi Dr. Syamsul Huda,MT Sekretaris

Drs.Ec.Arief Bachtiar,Msi Anggota

Drs. Ec. H. M. Taufik, MM Mengetahui

Dekan Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

Jawa Timur

Dr. H. Dhani Ichsanuddin Nur, MM NIP.030 202 389


(4)

KEMISKINAN DI KOTA SURABAYA

Yang diajukan :

ACHMAD KURNIAWAN 0511010189/FE/IE

Telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh :

Pembimbing Utama

Drs.Ec.Arief Bachtiar,Msi Tanggal :…………..

Mengetahui

Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan

Drs.Ec.Marseto DS,MSi NIP.030 208 439


(5)

Yang diajukan :

ACHMAD KURNIAWAN 0511010189/FE/IE

disetujui untuk ujian skripsi oleh :

Pembimbing Utama

Drs.Ec.Arief Bachtiar,Msi Tanggal :…………..

Mengetahui

An Dekan Fakultas Ekonomi Wakil Dekan I

Drs.Ec.Saiful Anwar,MSi NIP.030 194 437


(6)

NILAI EKSPOR UDANG JAWA TIMUR KE AMERIKA

Usulan penelitian

Diajukan Oleh : ACHMAD KURNIAWAN

0511010189/FE/IE

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(7)

Dengan memanjatkan syukur alhamdulilah atas kehadirat ALLAH SWT dengan rahmat dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul :

“ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI EKSPOR UDANG JAWA TIMUR KE AMERIKA”

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur”.

Pennyusunan skripsi tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada :

1. Bapak Drs.Ec.Arief Bachtiar, Msi, selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan masukan-masukan yang berarti bagi penulis.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Dr. H. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur. 4. Bapak Drs. Ec. Marseto D.S, Msi, selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi

Studi Pembangunan Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran”


(8)

Nasional “Veteran” Jawa Timur. Yang telah dengan ikhlas memberikan ilmu dan pelayanan akademik bagi penulis dan semua mahasiswa UPN.

6. Bapak dan Ibu tercinta yang telah sabar mendidik dan membesarkan dengan penuh kasih sayang baik moral, material, maupun spiritual. Dan semua keluarga besar yang telah menemani dan memberi dorongan penuh dalam terselesaikannya skripsi ini dan tak lupa teman-teman semuanya. Semoga mendapatkan pahala yang besar dari Allah SWT.

Akhir kata yang dapat terucapkan semoga penyusunan skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dan pihak-pihak lain yang membutuhkan, semoga Allah SWT memberikan balasan setimpal.

Wassallamu’alaikum Wr.Wb

Surabaya 16 - 02 - 2010 Penyusun


(9)

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

ABSTRAKSI ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumasan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ………... 6

2.2. Landasan Teori ………... 9

2.2.1 Pengertian Perdagangan Internasional ………... 9

2.2.1.1 Timbulnya Perdagangan Internasional ... 11

2.2.1.2 Sumber Manfaat Perdagangan ... 13

2.2.2 Teori-teori Perdagangan Internasional ………... 14

2.2.2.1 Teori Perbedaan Biaya Mutlak / Absolute Advantage ... 14


(10)

Dibandingkan/Law of Comparative Cost ... 15

2.2.2.3 Law of Reciprocal Demand ... 17

2.2.2.4 Permintaan dan Penawaran Dalam Perdagangan ... 18

2.2.3 Pengertian Ekspor ... 21

2.2.3.1 Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Nilai Ekspor ... 21

2.2.3.2 Jenis Ekspor ... 22

2.2.3.3 Cara Pemasaran Barang ke Luar Negeri ... 24

2.2.4 Teori Produksi ... 25

2.2.4.1 Pengertian Produksi ... 25

2.2.4.2 Arti dan Tujuan Produksi ... 27

2.2.4.3 Teori Produksi ... 28

2.2.5 Teori Kurs Valuta Asing ... 29

2.2.5.1 Pengertian Kurs Valuta Asing ... 29

2.2.5.2 Keseimbangan Kurs ... 29

2.2.5.3 Ketidakseimbangan Kurs... 30

2.2.6 Pengertian Gross Domestic Product ... 30

2.2.7 Teori Harga ... 32

2.2.7.1 Pengertian Harga ... 32

2.2.7.2 TujuanPenentuan Harga ... 32


(11)

2.2.8 Kurva-J ... 35

2.2.9 Purchasing Power Parity ... 37

2.2.9.1 Teori Purchasing Power Parity (PPP) ... 37

2.2.9.2 Sebab-sebab Gugurnya Purchasing Power Parity ... 39

2.2.10 Luas Lahan ... 40

2.3 Kerangka Pikir ……….……….... 41

2.4 Hipotesis ...………... 45

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ……… 46

3.2 Teknik Penentuan Sampel ………. 48

3.3 Teknik Pengumpulan Data ……… 48

3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ……… 49

3.4.1 Teknik Analisis ……….. 49

3.4.2 Uji Hipotesis ……….. 50

3.5 Pendekatan Asumsi BLUE ………....……… 53


(12)

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ………. 57

4.1.1 Keadaan Geografis, Luas Wilayah dan Kondisi Alam di Jawa Timur ……….. 57

4.1.2 Keadaan Perekonomian di Jawa Timur ………... 58

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ………... 59

4.2.1 Perkembangan Ekspor Udang ke Amerika …………. 60

4.2.2 Perkembangan Kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika ……… 61

4.2.3 Perkembangan Jumlah Produksi Udang Jatim …….... 62

4.2.4 Perkembangan Harga Rata-rata Ekspor Udang ……... 63

4.2.5 Perkembangan GDP Amerika ……….. 64

4.2.6 Perkembangan Luas Lahan Tambak ……… 64

4.3 Hasil Analisis Asumsi Regresi Klasik ………. 66

4.3.1 Analisis dan Pengujian Hipotesis ………. 70

4.3.2 Uji Hipotesis secara Simultan ……….. 73

4.3.3 Uji Hipotesis secara Parsial ……….. 75

4.3.4 Pembahasan ……….. 83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 96

5.2 Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... xiii


(13)

2. Kurva Penawaran ……….. 19

3. Kurva-J ……….. 36

4. Kerangka Pikir Konseptual Ekspor Udang Jawa Timur

ke Amerika …... 44 5. Distribusi Daerah Penerimaan / Penolakan Hipotesis

secara Simultan ..……….………... 52 6. Distribusi Daerah Penerimaan / Penolakan Hipotesis

secara Simultan ..……….………... 53 7. Statistik Durbin Watson ……….……... 56 8. Kurva Statistik Durbin Watson ………. 67 9. Distribusi Kriteria Penerimaan/Penolakan Hipotesis secara simultan .. 74 10.Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Faktor Kurs Rupiah

terhadap Dollar Amerika (X1) terhadap Ekspor Udang ke Amerika …. 76 11.Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Faktor Jumlah Produksi

Udang Jatim (X2) terhadap Ekspor Udang ke Amerika ………. 78 12.Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Faktor Harga Rata-rata

Ekspor Udang (X3) terhadap Ekspor Udang ke Amerika ……….. 79 13.Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Faktor GDP

Amerika (X4) terhadap Ekspor Udang ke Amerika ……… 81


(14)

Tambak (X5) terhadap Ekspor Udang ke Amerika ……… 82


(15)

Tahun 1999-2008 ... 60

Tabel 2 : Perkembangan Kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika Tahun 1999-2008 ... 61

Tabel 3 : Perkembangan Jumlah Produksi Udang Jatim Tahun 1999-2008 ... 62

Tabel 4 : Perkembangan Harga Rata-rata Ekspor Udang Tahun 1999-2008 ... 63

Tabel 5 : Perkembangan GDP Amerika Tahun 1999-2008 ... 64

Tabel 6 : Perkembangan Luas Lahan Tambak Tahun 1999-2008 ... 65

Tabel 7 : Tes Multikolinier ... 68

Tabel 8 : Tes Heterokedastisitas dengan Korelasi Rank Spearman Korelasi ... 69

Tabel 9 : Hasil Analisis Variabel Kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika (X1), Jumlah Produksi Udang Jatim (X2), Harga Rata-rata Ekspor Udang (X3), GDP Amerika (X4) dan Luas Lahan Tambak (X5) terhadap Ekspor Udang ke Amerika (Y) ... 70

Tabel 10 : Analisis Varian (ANOVA) ... 73


(16)

Amerika (X1), Jumlah Produksi Udang Jatim (X2),

Harga Rata-rata Ekspor Udang (X3), GDP Amerika (X4)

dan Luas Lahan Tambak (X5) terhadap Ekspor Udang

ke Amerika (Y) ... 75 Tabel 12 : Harga pakan udang ... 86


(17)

Program SPSS 13.00

Lampiran 2 : Variables Entered/Removed

Model Summary

Lampiran 3 : ANOVA

Coeffficients

Lampiran 4 : Coeffficients Correlations Lampiran 5 : NonparametricCorrelations Lampiran 6 : Data Input


(18)

EKSPOR UDANG JAWA TIMUR KE AMERIKA ABSTRAKSI

ACHMAD KURNIAWAN

Salah satu dari sekian banyak sektor non migas yang saat ini terus diusahakan dan diharapkan dapat merubah devisa bagi negara karena prospek yang menjanjikan adalah komoditi udang. Komoditi udang ini adalah komoditi andalan dari sektor pertanian. Jawa Timur telah lama dikenal sebagai daerah produksi udang, maka akan sangat menguntungkan apabila udang digunakan sebagai komoditas ekspor. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk menganalisa kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika (X1), jumlah produksi udang Jawa Timur (X2), harga rata-rata ekspor (X3), GDP Amerika (X4), luas lahan (X5) terhadap nilai ekspor udang Jawa Timur ke Amerika.

Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Surabaya, Jawa Timur, selama sepuluh tahun mulai dari tahun 1999-2008. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Analisis Regresi Linier Berganda. Hasil analisis tersebut kemudian dianalisis dengan uji-t dan uji-f statistik.

Hasil analisis menunjukkan perhitungan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda diketahui bahwa dalam pengujian secara simultan antara variable bebas kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika (X1), jumlah produksi udang Jawa Timur (X2), harga rata-rata ekspor (X3), GDP Amerika (X4), luas lahan (X5) terhadap nilai ekspor udang Jawa Timur ke Amerika (Y) diperoleh f = 6,834> ftabel = 6,26, yang berarti bahwa secara keseluruhan faktor-faktor variable bebas berpengaruh secara simultan dan nyata terhadap nilai ekspor udang Jawa Timur ke Amerika. Sedangkan berdasarkan hasil pengujian secara parsial variable kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika tidak berpengaruh secara nyata dan positif terhadap nilai ekspor udang Jawa Timur ke Amerika dengan nilai t 2,216 < 2,376, jumlah produksi udang Jawa Timur tidak berpengaruh secara nyata dan positif terhadap nilai ekspor udang Jawa Timur ke Amerika dengan nilai t -0,592 < -2,376, harga rata-rata ekspor tidak berpengaruh secara nyata dan positif terhadap nilai ekspor udang Jawa Timur ke Amerika dengan nilai thitung -1,047 < -2,376, GDP Amerika tidak berpengaruh secara nyata dan positif terhadap nilai ekspor udang Jawa Timur ke Amerika dengan nilai thitung 1,661 < 2,376, luas lahan memiliki pengaruh yang nyata dan positif terhadap nilai ekspor udang Jawa Timur ke Amerika dengan nilai t -2,953 > -2,376.

hitung

hitung

hitung

hitung

Kata Kunci : Nilai ekspor (Y), kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika (X1), jumlah produksi udang Jawa Timur (X2), harga rata-rata ekspor (X3), GDP Amerika (X4), luas lahan (X5)


(19)

Penerbit, PPM, Jakarta.

Anonim, 2009, Nilai Ekspor Udang Jawa Timur ke Amerika, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Jawa Timur, Surabaya.

---, 2003, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Udang jawa Timur Ke Jepang, UPN “Veteran” Jawa Timur Surabaya

---, 2009, Jumlah Luas Tambak Menurut Luas Kotor / Luas Bersih Dan Kabupaten Kabupaten / Kota, Dinas Pertanian dan Kelautan Propinsi Jawa Timur, Surabaya

---, 2004, Strategi Memasuki Pasar Ekspor, Penerbit PPM Jakarta.

Boediono, 1991, Ekonomi Internasional, Edisi ketiga, Penerbit BPFE-UII Yogyakarta.

Ball A, Donald, Mc Culloch H, Wendell, 2000, Bisnis Internasional I, Penerbit : Salemba IV Mc. Grow Hill Book Co.

Gujarati, Damodar, 1995, Ekonometrika Dasar, Edisi Pertama, Cetakan Keenam, Terjemhan Sumarmo Zain, Penerbit Erlangga.

Jamli, Ahmad, 1993, Keuangan Internasional, Penerbit BPFE-UGM, Yogyakarta. Kinnear, C Thomas, Taylor, R James, 1992, Riset Pemasaran, Penerbit :

Erlangga, Jakarta.

Krugman, Paul R,1994, Keuangan Internasional, Edisi Kesatu, Cetakan Kesatu, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Levi, D Maurice, 1996, Keuangan Internasional Buku I, Penerbit : Mc Graw-Hill Book Co, Andi Yogyakarta.

Lipsey, 2001, Pengantar Makro Ekonomi, Edisi Kedelapan, Erlangga, Jakarta. Lindert, Peter H, Kindleberger, Charles P, 1993, Ekonomi Internasional, Penerbit

Erlangga, Jakarta.


(20)

xiv

Ekspor Udang Segar Beku Jawa Timur Ke Jepang, Skripsi FE UPN Jawa Timur, Surabaya.

Rosyidi, Suherman, 1999, Pengantar Teori Ekonomi ( Pendekatan kepada Teori Ekonomi Mikro dan Makro ), Penerbit Duta Jasa, Surabaya.

---, 2004, Pengantar Teori Ekonomi ( Pendekatan kepada Teori Ekonomi Mikro dan Makro ), Penerbit Duta Jasa, Surabaya.

Samuelson, 2003, Pengantar Teori Ekonomi Mikro, Penerbit Media Global Edukasi

Salvatore, 1997, Ekonomi Internasional, Edisi Kelima, Penerbit Erlangga, Jakarta. Sobri, 2001. Ekonomi Internasional ( Teori Masalah dan Kebijakannya ),

Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta.

Soediyono, 2000, Pengantar Ekonomi Makro, Penerbit : Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Soekarwati, 2002, Prinsip DasarEkonomi Pertanian, Penerbit Rajawali

Sudrajat S.W, M, 1998, Mengenal Ekonometrika Pemula, Penerbit C.V. Armico, Bandung.

Sukirno, Sadono, 2002, Pengantar Teori Makro Ekonomi, Edisi Kedua, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sulistiowati, 2005, Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Tambak Di Kabupaten Gresik, Skripsi FE UPN Jawa Timur, Surabaya.


(21)

1.1 Latar Belakang

Perdagangan luar negeri merupakan salah satu aspek penting dalam setiap perekonomian negara. Pola perdagangan luar negeri cenderung berubah-ubah dan diperkirakan berlangsung selama dasa warsa mendatang yang ditandai semakin rumitnya perilaku ekonomi dunia serta terjadinya krisis ekonomi yang berkepanjangan, berakibat tidak hanya pada negara-negara maju, tetapi juga langsung mengenai pada negara-negara berkembang seperti Indonesia.

Indonesia yang menganut sistem ekonomi terbuka, memasuki konsep yang luas untuk mengadakan hubungan perdagangan dengan negara lain baik ekspor maupun impor. Upaya tersebut tidak lain guna peningkatan penerimaan devisa dan menciptakan kesempatan kerja yang lebih besar, disamping untuk menunjang stabilitas ekonomi yang merupakan prasyarat bagi kelangsungan pembangunan nasional. Hal ini dapat dilihat pada sektor non migas kita yang mengalami peningkatan yang cukup menggembirakan dalam beberapa waktu terakhir (Anonim 2000 : 1).

Salah satu dari sekian banyak sektor non migas yang saat ini terus diusahakan dan diharapkan dapat merubah devisa bagi negara karena prospek yang menjanjikan adalah komoditi udang. Komoditi udang ini


(22)

 

adalah komoditi andalan dari sektor pertanian. Jawa Timur telah lama dikenal sebagai daerah produksi udang, hal ini dibuktikan dengan banyaknya kuota jumlah kota atau daerah yang berada di kawasan Jawa Timur yang menjadi daerah produksi udang misalnya Kodya Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Bangkalan, Sampang, Pamekasan, Sumenep, Tuban, Lamongan, Pasuruan, Probolinggo, Situbondo, Banyuwangi, Muncar, Jember, Lumajang, Malang, Tulungagung dan Pacitan. Dengan banyaknya daerah yang berpotensi besar sebagai penghasil udang maka akan sangat menguntungkan apabila udang digunakan sebagai komoditas ekspor. Penerimaan devisa dari komoditi udang setiap tahun meningkat.

Dengan adanya peningkatan tersebut dapat diketahui dari data yang ada nilai ekspor udang Jawa Timur ke Amerika periode 1999-2008. Pada tahun 1999 nilai ekspor udang di Jawa Timur ke Amerika mencapai $ 81.168.675. Pada tahun 2000 nilai ekspor udang meningkat menjadi $ 115.335.942. Pada tahun 2001 nilai ekspor udang mengalami penurunan menjadi $107.543.855. Pada tahun 2002 nilai ekspor udang mengalami penurunan drastis menjadi $ 59.216.000. Pada tahun 2003 nilai ekspor udang meningkat kembali mencapai $ 73.443.814. Pada tahun 2004 nilai ekspor udang meningkat menjadi $ 106.785.458. Pada tahun 2005 nilai ekspor udang mengalami penurunan menjadi $ 89.075.170. Pada tahun 2006 nilai ekspor udang mengalami peningkatan menjadi $ 92.572.526.

Pada tahun 2007 nilai ekspor udang mengalami penurunan menjadi $ 146.694.545. Dan sedangkan pada tahun 2008 nilai ekspor udang


(23)

mengalami peningkatan lagi menjadi $162.191.901. Dari data tersebut dapat dilihat setiap tahunnya nilai ekspor udang Jawa Timur ke Amerika mengalami fluktuasi yang lebih pada peningkatan. ( Anonim, 2008 : 1)

Bila melihat kenaikan nilai ekspor udang Jawa Timur ke Amerika telah cukup menggembirakan, namun demikian perlu disadari bahwa perdagangan udang di Indonesia masih mempunyai kendala yang cukup berat yaitu sering mempunyai sisa produksi setiap tahunnya. Oleh karena itu perlu didorong dengan upaya-upaya pengembangan ekspor, maka salah satu alternatif untuk mengatasi dalam meningkatkan ekspor udang, pemerintah menetapkan pada peningkatan mutu (kualitas) udang, dalam membatasi meluasnya areal udang. Dengan kebijakan baru ini tampak prospek ekonomi di Indonesia tampaknya akan menjadi cerah. Pertama karena harga udang akan meningkat dan kedua jumlah produksi udang meningkat pula.

Berikut ini adalah jumlah luas tambak Jawa Timur 5 tahun terakhir ( 2004-2008 ). Tahun 2004 luas tambak Jawa Timur adalah 57.343,89 Ha. Tahun 2005 turun menjadi 56.550,08 Ha. Pada tahun 2006 juga mengalami penurunan yaitu 55.046,52 Ha. Luas tambak pada tahun 2007 yaitu 51.609,37 Ha. Dan pada tahun 2008 menjadi 53.971,57 Ha.

( Anonim, 2008 : 27)

Dengan demikian meningkatnya jumlah produksi udang Jawa Timur diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dalam mengekspor


(24)

 

udang yang secara langsung dapat meningkatkan nilai ekspor udang Jawa Timur ke Amerika.

Disamping itu, dipasar dunia komoditi ekspor Indonesia mendapat serangan atau hambatan sehingga perkembangannya pada umumnya di pengaruhi oleh negara lain yang juga menghasilkan komoditi yang sama. Sementara itu perbedaan nilai tukar mata uang antar negara merupakan salah satu hambatan dari perdagangan internasional, sehingga perbedaan nilai tukar mata uang asing inilah yang dapat menimbulkan keuntungan dari adanya perdagangan internasional (Anonim 2000 : 3).

Turunnya nilai kurs valuta asing, karena secara teoritik akan meningkatkan nilai ekspor di Jawa Timur, khususnya udang sehingga akan menambah devisa negara yang nantinya dapat meningkatkan perekonomian Indonesia yang sedang krisis. Karena harga komoditi ekspor udang di Jawa Timur di nilai murah oleh konsumen diluar negeri. Disisi lain dalam hubungannya dengan ekonomi nasional, apabila nilai kurs valuta asing menurun maka inflasi akan naik. Oleh sebab itu diharapkan Jawa Timur lebih meningkatkan ekspornya.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut :

a. “Apakah ada pengaruh antara, nilai Kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika, jumlah produksi udang Jawa Timur, harga


(25)

rata-rata ekspor, GDP Amerika, dan Luas lahan berpengaruh terhadap nilai ekspor udang Jawa Timur ke Amerika?”.

b. “Manakah dari keempat faktor yang paling dominan pengaruhnya terhadap nilai ekspor udang Jawa Timur ke Amerika?”.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara nilai Kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika, jumlah produksi udang Jawa Timur, harga rata-rata ekspor, GDP Amerika, dan Luas lahan berpengaruh terhadap nilai ekspor udang Jawa Timur ke Amerika.

b. Untuk mengetahui faktor apakah yang berpengaruh dominan terhadap nilai ekspor udang Jawa Timur ke Amerika.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijaksanaan di bidang ekspor dan pengembangan ilmu pengetahuan dalam berbagai sektor perikanan.

b. Sebagai bahan informasi bagi instansi terkait dalam pertimbangan menyusun kebijaksanaan ekspor.


(26)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu

Kegiatan pengembangan ekspor mempunyai potensi yang besar bagi suatu negara, sebab hasil komoditi ekspor akan menambah sumber devisa negara. Dari tahun ke tahun keuntungan ekspor semakin meningkat, sehingga dapat mengetahui keadaan ekonomi negara dalam dunia perdagangan internasional. Dengan melihat hasil ekspor komoditi non migas meningkat, ternyata dapat dikatakan bahwa peranan ekspor dalam perdagangan internasioanal membawa dampak positif. Hal ini telah dibuktikan oleh beberapa peneliti yang telah membuktikan masalah ekspor terbesar antara lain :

a. Sutanto, (2002)

Penelitian yang berjudul “Analisis beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan ekspor non migas Indonesia”, memiliki tujuan untuk mengetahui adanya pengaruh antara independent variabel terhadap dependent variabel. Dimana hasil penelitian yang dicapai secara kualitaif menunjukkan hasil pengaruh secara signifikan dari variabel kurs (X1) dan variabel output total dari sektor industri (X2), sedangkan variabel inflasi (X3) menunjukkan adanya pengaruh secara signifikan terhadap ekspor non migas Indonesia, dengan hasil penelitian Fhitung = 142,188 > Ftabel = 4,35.

Sedangkan berdasarkan uji t menunjukkan thitung kurs dollar terhadap


(27)

rupiah sebasar 2,249, untuk output total dari sektor industri sebesar 14, untuk inflasi sebesar 2,017. Sedangkan

t

tabel sebesar 2,365, dapat

disimpulkan untuk variabel kurs dollar terhadap rupiah dan output total secara parsial berpengaruh terhadap sektor non migas di Indonesia, lain halnya dengan variabel inflasi tidak berpengaruh terhadap ekspor non migas di Indonesia karena inflasi memungkinkan untuk berpengaruh terhadap kurs dollar terhadap rupiah sehingga dari dua variabel bebas yang saling berpengaruh akan menimbulkan gejala multikolinieritas.

b. Martha dan Suwarno, (2002)

Diambil dari jurnal yang berjudul “Usaha peningkatan ekspor udang di Kabupaten Gresik”. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari studi kepustakaan yang berdasarkan laporan tahunan baik Bank Indonesia, kantor Badan Statistik Jawa Timur, Dinas Perikanan dan Perindustrian Kabupaten Gresik. Variable yang dipergunakan terdiri dari variable terikat yaitu ekspor udang di Kabupaten Gresik (Y), sedangkan variable bebasnya yaitu luas lahan tambak (X1), harga udang (X2) dan fasilitas kredit (X3). Data dianalisis dengan menggunakan model regresi linier berganda, pengujian dilakukan secara simultan dengan menggunakan uji F dan secara parsial dengan menggunakan uji t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan ada hubungan yang nyata dan positif antara variabel bebas lahan tambak (X1). Harga udang (X2), dan fasilitas kredit (X3) terhadap peningkatan ekspor udang di kabupaten


(28)

Gresik. Sedangkan secara parsial variabel luas lahan (X1) dan variabel harga udang (X2) berpengaruh secara nyata dan positif terhadap peningkatan ekspor udang di Kabupaten Gresik.

c. Sarwedi, (2003)

Jurnal ekonomi yang membahas tentang “Pengaruh Pembangunan Ekonomi Terhadap Ekspor Non Migas Indonesia”. Dalam penelitiannya jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari berbagai instansi antara lain, Nota Keuangan Anggaran dan Belanja Negara, Statsitik Ekonomi dan Keuangan BI, Statistik Indonesia, dan International Financial Statistic. Data yang digunakan merupakan data runtut waktu (time series) kuartalan 1983 kuartal 1 hingga 1997 kuartal IV. Data yang tidak tersedia dalam bentuk kuartalan akan diinterpolasi.

d. Tajerin & Mohammad Noor, (2004 : 177-191)

Jurnal ekonomi yang membahas tentang “Daya Saing Udang Indonesia Di Pasar Internasional”. Dalam penelitiannya jenis data yang digunakan adalah time series dari tahun 1987-2000. Data diperoleh dari FAO, Infofish dan BPS berbagai terbitan. Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa persaingan pemasaran ekspor udang antara negara-negara produsen di pasar impor ditemui di negara Jepang dan Amerika Serikat. Di kedua pasar tersebut, udang Indonesia mendominasi pasar. Walaupun demikian udang Thailand di Amerika Serikat mempunyai potensi untuk berkembang. Sedangkan di Jepang, udang Sisa Dunia menjadi ancaman potensial bagi Indonesia. Di pasar Perancis, Spanyol dan Italia, udang


(29)

Indonesia mempunyai potensi untuk menggeser udang Sisa Dunia (ROW). Di Perancis, tuna juga berperan sebagai pesaing bagi udang.

e. Salomo dan Hutabarat, (2007)

Penelitian ini berjudul “Peranan Perdagangan Internasional Sebagai Salah Satu Sumber Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”. Dalam penelitian ini Pendapatan Domestik Bruto (PDB) sebagai variabel terikat (Y) dan variabel bebas (X) antara lain real kspor (X1), real impor (X2), nilai tukar real rupiah terhadap dollar (X3), jumlah pekerja (X4) dan krisis yang melanda (X5). Penelitian ini menggunakan analisis kointegrasi. Dalam jankga panjang ekspor, impor, nilai tukar real, jumlah pekerja dan krisis berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

f. Tingka, (1998)

“Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor kopi Jawa Timur ke Jepang”. Menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara variabel bebas harga rata-rata ekspor (X1), income perkapita Jepang (X2), harga saing (X3), kurs dollar Amerika terhadap Rupiah (X4). Hal ini diketahui dari uji F yaitu diperoleh Fhitung = 215,007 > Ftabel = 19,25 sedangkan secara parsial

veriabel harga rata-rata ekspor berpengaruh secara positif terhadap ekspor kopi dengan menggunakan uji T dimana

t

hitung = 19,89 <

t

tabel = 4,303.

Variabel income perkapita Jepang secara nyata terhadap ekspor kopi sebesar

t

hitung = 7,082 >

t

tabel = 4,303. Sedangkan veriabel kurs Dollar


(30)

sebesar

t

hitung = 1,274 <

t

tabel = 4,303. Karena ini dapat meningkatkan

produksi kopi supaya dapat berkembang dengan baik.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pengertian Perdagangan Internasional

Perdagangan luar negeri merupakan suatu proses tukar menukar yang didasarkan atas kehendak sukarela dari masing-masing pihak. Pertukaran yang terjadi karena paksaan, ancaman perang dan sebagainya tidak termasuk dalam arti perdagangan yang dimaksud dalam hal ini. Melainkan masing-masing pihak harus mempunyai kebebasan untuk menentukan untung rugi pertukaran tersebut dari sudut kepentingan masing-masing, dan kemudian menentukan apakah ia mau melakukan pertukaran atau tidak (Boediono;1991;10).

Negara sebetulnya tidak berdagang dengan negara lain, melainkan yang melakukan perdagangan adalah penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain. Penduduk ini bisa seorang warga biasa, bisa sebuah perusahaan ekspor, bisa sebuah perusahaan impor, bisa sebuah perusahaan industri, bisa sebuah perusahaan negara, dan bisa pula departemen pemerintah.

Perdagangan luar negeri hanyalah istilah kependekatan bagi kegiatan pertukaran antar penduduk suatu negara dengan penduduk di negara lain. Jadi perdagangan internasional tidak berbeda dengan pertukaran antara dua orang didalam suatu negara, hanya perbedaannya


(31)

adalah dalam perdagangan internasional orang satu kebetulan tinggal dinegara lain.(Boediono,1991:19).

Perdagangan internasional menunjukkan suatu hubungan ekonomi antar negara di dunia yang saling menimbulkan ketergantungan. Hal ini sangat penting terhadap peningkatan kesejahteraan hidup hampir semua negara didunia, sebagian besar negara didunia mengekspor sejumlah barang, jasa serta faktor produksi untuk ditukarkan dengan impor barang, jasa serta faktor produksi lain yang hanya dapat diproduksi dengan cara kurang efisien atau tidak dapat diproduksi sama sekali (Salvatore 1992 : 1)

Perdagangan internasional dapat didefinisikan terdiri dari kegiatan-kegiatan perniagaan dari suatu negara asal (Country Of Origin) yang melintasi perdagangan menuju suatu negara tujuan (Country Of Destination) dengan melakukan perpindahan barang dan jasa, perpindahan modal, tenaga kerja, dan perpindahan teknologi (Waluyo 1995 : 3).

Dari ketiga definisi diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa perdagangan internasional merupakan pertukaran barang dan jasa antara negara di dunia melalui kegiatan ekspor dan impor, dimana dalam lintas perdagangan ini biasanya berdasarkan keunggulan komparatif yang dimiliki negara-negara dalam menyediakan produk-produk tertentu, yang memberikan dasar dari suatu pembagian kerja internasional.

2.2.1.1 Timbulnya Perdagangan Internasional

Timbulnya Perdagangan Internasional disebabkan oleh adanya perbedaan antara permintaan dan penawaran akan sesuatu barang di negara


(32)

yang satu dengan negara yang lain perbedaan atau ketidaksamaan faktor-faktor produksi itu. Dalam segi permintaan, permintaan itu dapat disebabkan oleh jumlah dan jenis keperluan, jumlah pendapatan / incoming, kegunaan / taste, dan sebagainya.

Dimana sebab-sebab timbulnya perdagangan internasional disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut :

a. Perbedaan tingakat kejarangan/scarcity.

Apakah disuatu negara, tingkat scarcity lebih rendah dari pada negara lain maka daerah ini akan mengalir barang-barang ke negara lain yang scarcitynya lebih tinggi. Selama masih terdapat perbedaan scarcity antara negara yang satu dengan negara yang lain. Selama itu pula akan timbul hubungan ekonomi dari daerah yang kurang scarce ke daerah yang lebih scarce.

b. Perbedaan Faktor Produksi

Perbedaan faktor produksi antara negara yang satu dengan negara yang lain akan menyebabkan negara-negara itu menjadi negara surplus dan negara yang minus, perbedaan-perbedaan faktor produksi itu selanjutnya akan menimbulkan perbedaan tingkat produktivitas tiap negara yang mungkin dicapai.


(33)

c. Perbedaaan Komperative Dari Harga Barang

Selama ada perbedaan komparatif dari pada harga barang-barang, selama itu pula akan timbul arus ekonomi yang mengalir antar daerah. Perbedaan harga komparatif merupakan perbedaan harga yang diperbandingkan. (Sobri, 2001 : 6).

2.2.1.2 Sumber Manfaat Perdagangan

Dengan adanya perdagangan bisa memberikan keuntungan kepada semua pihak, meskipun jumlah barang-barang yang tersedia secara keseluruhan sama sekali tidak berubah. Dimana pembagian manfaat dari perdagangan antara pihak-pihak yang melakukan pertukaran / perdagangan ditentukan oleh kekuatan masing-masing dalam proses tawar menawar. Keuntungan dari pertukaran timbul karena adanya :

a. Perbedaan selera antara konsumen-konsumen

b. Perbedaan dalam jumlah awal dan barang-barang yang dimiliki.

Perubahan pola konsumsi barang-barang bagi masing-masing konsumen yang lebih sesuai dengan selera mereka meningkatkan kepuasan semua pihak tanpa ada yang merasa dirugikan. Perubahan pola tersebut bisa dicapai dengan dimungkinkannya pertukaran bebas antara kedua belah pihak (Boediono : 1991 : 14)

Menurut Wolfgang Stolper dan Paul Samuelson mengemukakan bahwa perdagangan membagi suatu negara, yang disatu pihak terdiri dari


(34)

orang-orang yang benar-benar menerima manfaat dari perdagangan dan dipihak lainnya terdiri dari orang yang dirugikan.

Dengan asumsi yang dikemukakan bahwa peralihan dari tidak adanya perdagangan ke arah perdagangan bebas pasti akan meningkatkan penghasilan yang diperoleh faktor produksi yang diasumsikan secara intensif dalam industri yang harganya meningkat (yaitu lahan, alam) dan menurunkan penghasilan faktor produksi yang digunakan secara intensif dalam industri yang harganya menurun (yaitu tenaga kerja), tanpa memandang barang mana yang lebih disenangi untuk dikonsumsi (Lindert dan Kindleberger, 1993 : 77).

Oleh karena menghindari terjadinya perbedaan dalam penerimaan manfaat dari faktor produksi yang dimiliki maka salah satu pola yang dibutuhkan bahwa semakin suatu faktor produksi di spesialisasikan atau di konsentrasikan dalam produksi untuk ekspor akan semakin besar perolehan manfaat faktor tersebut dari perdagangan, sebaliknya faktor yang dikonsentrasikan pada produksi barang-barang pengganti impor maka akan semakin besar pula kerugian dari perdagangan.

2.2.2 Teori-teori Perdagangan Internasional

2.2.2.1 Teori Perbedaaan Biaya Mutlak / Absolute Advantage : Adam Smith Berdasarkan pokok pikiran Adam Smith dalam teori perdagangan internasional bahwa hubungan perniagaan antara negara pada umumnya, tersedia karena terdapat perbedaan biaya mutlak, yaitu perbedaan biaya


(35)

yang terjadi/ditimbulkan oleh faktor-faktor khusus yang dimiliki oleh suatu negara dan tidak dimiliki oleh negara lain, misalnya faktor keadaan dan kekayaan alam yang menguntungkan suatu negara.

Akibat perbedaan-perbedaan biaya mutlak tersebut, maka untuk sejenis barang dapat dihasilkan dengan biaya lebih murah dari pada negara lain. Perbedaan biaya mutlak itu kemudian memberikan keuntungan yang mutlak (Absolute Advantage) kepada negara yang bersangkutan.

Jadi dapat disimpulkan keuntungan mutlak itu diperoleh karena adanya perbedaaan-perbedaan yang mutlak sifatnya, yaitu perbedaan biaya yang disebabkan karena adanya perbedaan faktor produksi antar negara yang satu dengan negara yang lain, jadi keuntungan mutlak (Absolute Advantage) timbul karena adanya perbedaan biaya mutlak, menurut konsep perbedaan biaya mutlak, setiap negara akan mengkhususkan diri (mengadakan spesialisasi) dalam memproduksi barang-barang yang memberikan keuntungan mutlak. Dengan kata lain bahwa suatu negara akan mengimpor barang-barang yang diproduksinya sendiri kurang menguntungkan atau merugikan (Sobri, 2001 : 23).

2.2.2.2 Teori Perbedaan Biaya yang Dibandingkan / Law of Comparative Cost : David Ricardo

Menurut Ricardo berpendapat bahwa didunia ini, disuatu pihak terdapat negara yang faktor produksinya, seperti tenaga kerja dan alam lebih menguntungkan, dan di pihak lain ada negara yang faktor produksinya tidak atau kurang menguntungkan dibandingkan negara


(36)

pertama, sehingga dalam menghasilkan beberapa barang itu negara pertama lebih unggul dan telah produktif daripada negara kedua, bahkan negara kedua, itu tertinggal dalam menghasilkan beberapa barang tertentu. Dengan demikian menurut Adam Smith dalam konsep perbedaan biaya mutlak, kedua belah pihak Negara itu tidak dapat mengadakan hubungan pertukaran atau perdagangan. Tetapi menurut David Ricardo sekalipun suatu Negara itu tertinggal dalam segala rupa, ia dapat juga ikut serta dalam perdagangan internasional asalkan Negara itu menghasilkan sejenis barang yang paling produktif dibandingkan dengan Negara yang lainnya. Jelasnya, menurut “Teori Perbedaan Biaya Mutlak” salah satu dari

Negara yang melakukan perdagangan internasional itu harus mutlak lebih produktif dalam menghasilkan sejenis barang.

Selain itu David Ricardo juga berpendapat bahwa pelaksanaan pertukaran barang yang satu dengan yang lain sudah barang tentu tidak dapat dipisahkan dengan prisip-prinsip penawaran dan permintaan dari pihak yang melakukan pertukaran itu. Spesialisasi yang timbul karena alasan Absolute Advantage ataupun alasan yang bersifat Comparativee Advantage, merupakan salah satu dalam pertukaran, yaitu pihak penawarannya. Sedangkan permintaan barulah dikemukakan oleh J.S Mill dalam teorinya yang terkenal dengan nama Law Of Recripocal Demand (Sobri, 2001 : 26)


(37)

2.2.2.3 Law Of Reciprocal Demand : John Stuart Mill (1806-1873)

Teori perdagangan internasional dan J.S Mill bersifat melanjutkan teori comparative cost dari Ricardo, yaitu melanjutkan dengan jalan mencari letak titik keseimbangan pertukaran antar dua barang yang saling dipertukarkan oleh dua Negara.

Untuk mencapai keseimbangan, seharusnya ada keseimbangan penawaran dan permintaan. Pada kenyataannya penawaran dan permintaan menentukan jumlah barang yang diekspor dan barang yang diimpor, sekaligus menentukan harga barang yang dipertukarkan.

Menurut J.S Mill mengemukakan pendapatnya tentang The Equation Of Intenational Demand. Dimana pada prinsipnya, keseimbangan pertukaran antara kedua barang itu terjadi bila jumlah barang yang diminta oleh suatu negara (A) kepada negara lain (B), sama dengan jumlah barang yang diminta oleh suatu negara B atas barang-barang yang dihasilkan oleh negara A. Jadi antar dua negara A dan B itu saling memerlukan. Permintaan atas suatu barang yang dihasilkan oleh negara lain haruslah dapat dipenuhi, bila besarnya permintaan itu sama dengan jumlah yang ditawarkan oleh negara tersebut dalam hal ini dapat dinyatakan bahwa Ricardo mengemukakan faktor supply (penawaran), dan J.S Mill mengemukakan faktor demand (permintaan) sehingga terbentuklah keseimbangan (Sobri, 2001 : 36)


(38)

2.2.2.4 Permintaan dan Penawaran Dalam Perdagangan

Perdagangan antar negara dapat dipandang dari segi permintaan dan penawaran. Tegasnya perdagangan internasional terjadi karena adanya perbedaaan Permintaan dan Penawaran. Sisi permintaan dan setiap pasar ditentukan oleh selera dan pendapatan para konsumen. Dimana selera konsumen sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan, dan karenya tingkat pendapatan perkapita suatu bangsa menentukan jenis barang-barang yang akan diminta. Kendala selera dan pendapatan ini menentukan bagaimana kuantitas barang yang diminta akan bereaksi terhadap perubahan harga.

Gambar 1 : Kurva Permintaan

P1

Q1 Q1 Q

P

P2

Sumber : Samuelson, (2003). Pengantar Teori Ekonomi Mikro, Media Global Edukasi

Sedangkan sisi penawaran dari setiap pasar ditentukan oleh biaya produksi dan kualitas faktor-faktor produksi dalam negara satu dengan negara lain.


(39)

Gambar 2 : Kurva Penawaran

P

S

Q1 Q2 Q3 P3

P2 P1

Q

Sumber : Samuelson, (2003). Pengantar Teori Ekonomi Mikro, Media Global Edukasi

Begitu mengetahui kurva permintaan yang menghubungkan jumlah barang yang diminta terhadap harganya, dapat dikombinasikan dengan kurva penawaran yang diturunkan dari kondisi biaya. Hal ini dimaksudkan untuk memperlihatkan efek perdagangan internasional terhadap produksi, konsumsi dan harga (Lindert dan Kindleberger, 1993:48).

Dalam perdagangan internasional, keinginan untuk memperdagangkan suatu barang adalah perbedaan (horizontal) antara permintaan dan penawaran dalam jalur perdagangan akan menentukan harga barang dan kualitas yang dihasilkan, diperdagangkan, dan dikonsumsikan. Harga akhir yang diciptakan oleh perdagangan dapat ditentukan jika analisis mengandung kurva permintaan dan penawaran, hanya ada satu nisbah (rasio) perdagangan dimana permintaan dunia dan


(40)

penawaran dunia berada dalam keseimbangan (Lindert dan Kindleberger, 1993:50).

Pergeseran atau perubahan permintaan luar negeri dapat terjadi dimana permintaan hasil-hasil produksinya mengalami perubahan. Perubahan permintaan luar negeri disebabkan antara lain oleh : faktor-faktor penawaran saingan kita, perubahan pendapatan luar negeri itu sendiri, dan faktor-faktor dalam penawaran kita sendiri.

Perubahan-perubahan itu misalnya perubahan harga penawaran, perubahan kualitas atau mutu barang yang ditawarkan. Demikian pula bila saingan-saingan kita menawarkan barang ekspornya dengan harga yang lebih rendah, maka permintaannya akan bertambah dan permintaan barang ekspor kita akan berkurang. Berubahnya pendapatan luar negeri dengan sendirinya juga akan menyebabkan berubahnya permintaan barang-barang ekspor kita (income elasticity of demand). Bila pendapatan luar negeri itu bertambah, maka mereka akan berpindah pilihannya kepada barang-barang yang lebih baik, sebaliknya bila pendapatan berkurang perubahan permintaan itu akan menuju barang-barang yang kualitasnya lebih rendah. Kedua hal tersebut menyebabkan permintaan barang kita berkurang. Selanjutnya bila permintaan atas barang kita berkurang, ekspor kita pun berkurang. Oleh sebab itu bila pengurangan ekspor kita ini menjadikan tekanan neraca pembayaran internasional kita.


(41)

Karena itu untuk terhindar dari tekanan permintaan ini, maka dapat dilakukan dengan menjaga kestabilan harga komoditi serta peningkatan akses dan mutu barang yang ditawarkan (Sobri, 2001:185)

2.2.3 Pengertian Ekspor

Pengertian Ekspor adalah suatu barang, jasa atau aset modal yang dijual keluar negeri di pasar internasional, kemudian diperoleh penerimaan dalam mata uang asing, jadi dalam hal ini ekspor merupakan bagian dari kegiatan perdagangan internasional (Sobri, 2001:256).

Ekspor dapat didefinisikan kedalam dua klasifikasi yaitu : (1) Ekspor barang merupakan penjualan produk riil kepada pembeli asing, (2) Eskpor jasa merupakan pendapatan investasi yang diperoleh dari luar negeri selama tenggang waktu tertentu (Levi 1996:293).

Ekspor merupakan suatu kegiatan menjual beberapa produksi regular suatu negara kepada negara lain tanpa mengikatkan suatu sumber daya manusia atau keuangan dalam jumlah besar (Ball dan Culloch 2000:91).

Dari ketiga definisi diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa ekspor merupakan suatu kegiatan menjual produk-produk dalam negeri kepasar internasional, dalam upaya peningkatan penerimaan devisa negara. 2.2.3.1 Faktor-faktor Yang Dapat Mempengaruhi Nilai Ekspor

Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nilai ekspor adalah : (Soediyono, 1992:194).


(42)

a. Meningkatnya tingkat kemakmuran masyarakat.

b. Tingkat inflasi didalam negeri lebih rendah dari pada tingkat inflasi yang terjadi di negara-negara yang banyak mengimpor barang-barang ekspor kita.

c. Kurs devisa efektif yang berlaku bagi barang-barang ekspor menguntungkan.

d. Peningkatan efisiensi produksi di dalam negeri dalam artian yang luas, yang dapat mengakibatkan produsen-produsen barang ekspor dengan harga yang sama dapat menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi.

e. Kegagalan produksi di negara-negara penghasil prduk yang bersaing dengan produk ekspor kita di pasar dunia.

f. Kebijaksanaan fiskal dan moneter yang sesuai dengan kebijaksanaan peningkatan ekspor.

Karena itu agar kegiatan ekspor kita dapat berjalan lancar maka sangat tergantung pada sumber daya alam dan tenaga kerja (Sumber Daya Manusia) dimana yang dapat dijadikan sebagai suatu keunggulan komperatif dalam peningkatan produktifitas dari barang-barang ekspor kita.

2.2.3.2 Jenis Ekspor

Dalam melaksanakan kegiatan ekspor dapat dilakukan dengan alternatif pilihan dari jenis eksor diantaranya adalah :


(43)

a. Ekspor Tidak Langsung

Mengekspor tidak langsung adalah mengekspor barang-barang dan jasa melalui berbagai jenis eksportir yang berbasis didalam negeri. Diantaranya para eksportir yang tersedia adalah (1) agen eksportir pabrikan, yang menjual untuk pabrikan (2) agen komisi ekspor yang membeli dan menjual untuk pelanggan-pelanggan mereka di luar negeri (3) pedagang ekspor, yang membeli dan menjual untuk rekening mereka sendiri (4) perusahaan internasional yang menggunakan barang-barang itu diluar negeri.

Akan tetapi dalam jenis ekspor tidak langsung ini, para eksportir tidak langsung membayar harga untuk jasa-jasa seperti (1) mereka akan membayar komisi untuk tiga jenis eksportir yang pertama (2) bisnis luar negeri bisa rugi apabila eksportir memutuskan untuk mengubah sumber pasokan mereka dan (3) perusahaan memberikan sedikit pengalaman dan transaksi-trnsaksi ini. Itulah sebabnya bagi para eksportir yang memulai dengan cara ini pada umumnya berubah pada jenis ekspor langsung, karena jenis ekspor tidak langsung dirasa kurang efisien.

b. Ekspor Langsung

Mengekspor langsung adalah mengekspor barang-barang dan jasa oleh perusahaan-perusahaan menunjuk karyawan yang bertanggungjawab dalam kegiatan ekspor barang atau jasa tetapi jika produk mereka berkembang kemudian dapat memutuskan untuk


(44)

mendirikan perusahaan penjualan. Dimana perusahaan inilah yang bertanggungjawab dalam proses/kegiatan ekspor, yang kemudian menyalurkannya kepada instansi-instansi yang berkaitan (Ball dan Culloch, 2000 : 92).

2.2.3.3 Cara Pemasaran Barang Keluar Negeri

Dalam melaksanakan pemasaran barang ke luar negeri dapat ditempuh beberapa cara antara lain sebagai berikut : (Amir, 1993 : 108). a. Ekpor Biasa

Dalam hal ini barang dikirm ke luar negeri sesuai dengan peraturan umum yang berlaku, yang ditujukan kepada pembeli diluar negeri untuk memenuhi suatu transaksi yang sebelumnya sudah diadakan dengan importir diluar negeri. Dengan peraturan devisa yang berlaku maka hasil devisa yang diperoleh dari ekspor ini dikuasai oleh pemerintah, sebagian eksporitr menerima pembayaran dalam pembayaran dalam mata uang Rupiah sesuai dengan kurs valuta asing yang berlaku.

b. Barter

Yang dimaksud dengan barter adalah pengiriman barang-barang ke luar negeri untuk ditukarkan langsung dengan barang-barang yang dibutuhkan dalam negeri. Dalam hal ini berarti pengririman barang, tidak menerima pembayaran dalam mata uang asing, tapi dalam bentuk barang yang dapat dijual didalam negeri untuk mendapatkan kembali pembayaran dalam mata uang Rupiah.


(45)

c. Konsinyasi

Yang dimaksud dengan konsinyasi adalah pengiriman barang ke luar negeri untuk dijual, sedangakan hasil penjualannya diperlakukan sama dengan hasil ekspor biasa. Jadi dalam hal ini barang dikirim keluar negeri bukan ditukarkan dengan barang lain seperti dalam hal barter, dan juga bukan untuk memenuhi transaksi yang sebelumnya sudah dilakukan seperti dalam hal ekspor biasa. Tegasnya didalam hal pengiriman barang sebagai barang konsinyasi belum ada pembeli yang tertentu diluar negeri.

d. Package / Deal

Dalam rangka memperluas pasaran hasil bumi, pemerintah ada kalanya mengadakan perjanjian (trade agreement) dengan salah satu negara yang mana ditentukan sejumlah barang ekspor ke negara itu dan sebaliknya dari negara itu akan diimpor barang yang kiranya dibutuhkan (Amir, 1993:113).

2.2.4 Teori Produksi 2.2.4.1 Pengertian Produksi

Produksi adalah setiap usaha yang menciptakan atau memperbesar daya guna barang. Untuk bias melakukan produksi, organisasi memerlukan tenaga kerja manusia, sumber-sumber alam, modal dalam segala bentuknya, serta kecakapan. Jadi semua unsur yang menopang usaha penciptaan nilai atau usaha memperbesar nilai barang, disebut faktor


(46)

produksi (Rosyidi, 1994 : 54). Jumlah produksi adalah besarnya hasil produksi yang dapat dihasilkan oleh setiap satuan input untuk memenuhi permintaan konsumen.

a. Faktor Produksi

Faktor Produksi adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia atau yang disediakan alam dan dapat dipergunakan untuk memproduksi berbagai jenis barang dan jasa yang mereka butuhkan. Faktor produksi tersebut dibedakan dalam 4 golongan, yaitu :

1. Tanah atau Sumber Daya Alam (SDA)

2. Tenaga kerja atau Sumber Daya Manusia (SDM)

3. Modal

4. Keahlian (skill) dan Kecakapan tata laksana (Rosyidi, 1994:54)

b. Fungsi Produksi

Masalah produksi untuk berbagai kegiatan produksi tidak lepas dari beberapa faktor produksi yang digunakan. Pada dasarnya usaha produksi merupakan usaha bagaimana input (masukan) atau lebih dialokasikan melalui proses sehingga menghasilkan output (keluaran) yang mempunyai nilai ekonomis yang lebih tinggi.

Dari segi ekonomi pengalokasian faktor-faktor produksi sehingga menjadi output (keluaran) dapat dianalisa melalui fungsi produksi,


(47)

yang dimaksud dengan fungsi produksi adalah menunjukkan sifat keterkaitan diantara faktor-faktor produksi dalam tingkat produksi yang diciptakan (Sukirno, 1995 : 23)

2.2.4.2 Arti dan Tujuan Produksi

Seperti kita ketahui, di masyarakat terdapat rumah tangga keluarga yang membutuhkan barang/jasa untuk keperluan konsumsi. Keperluan tersebut diharapkan dapat mencapai kegiatan produksi yang dihasilkan oleh dunia usaha.

Ditinjau dari kepentingan produsen, dapat dikatakan bahwa tujuan untuk melakukan suatu kegiatan produksi adalah untuk mendapatkan laba. Tujuan ini akan dapat tercapai kalau barang/jasa yang diproduksi sesuai dengan kepentingan masyarakat. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa sasaran kegiatan produksi harus ditujukan ke arah pelayanan kebutuhan masyarakat.

Pada jaman purba, barang-barang yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup dapat diambil begitu saja dari alam disekitarnya tanpa pengorbanan yang berarti. Hal itu antara lain karena barang-barang yang tersedia di alam semesta jumlahnya melebihi yang diperlukan penduduk. Kecuali itu kebutuhan hidup masyarakat masih sederhana yang pada umunya dapat dipenuhi dengan barang-barang yang langsung diambil di alam semsta.

Setelah mengalami pertambahan penduduk dan perkembangan teknologi secara terus menerus, situasi kehidupan masyarakat menjadi


(48)

berubah. Di satu pihak persediaan sumber daya alam main terbatas, di lain pihak jenis dan jumlah kebutuhan hidup menjadi makin terbatas. Barang-barang yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup tidak dapat diambil langsung dari alam, tetapi harus diproduksi terlebih dahulu (Suradjiman, 1996 : 28)

2.2.4.3 Teori Produksi

Teori produksi dalam ilmu ekonomi membedakan analisanya kepada dua pendekatan sebagai berikut :

 Teori produksi dengan satu faktor berubah

Teori produksi yang sederhana yang menggambarkan tentang hubungan diantara tingkat produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut.

 Teori produksi dengan dua faktor berubah

Dalam analisis ini dimisalkan terdapat dua jenis faktor produksi yang dapat berubah atau saling pertukaran penggunaannya, yaitu tenaga kerja dapat menggantikan modal atau sebaliknya modal dapat menggantikan tenaga kerja (Sukirno, 2002 : 193-197)


(49)

2.2.5 Teori Kurs Valuta Asing 2.2.5.1 Pengertian Kurs Valuta Asing

Kurs valuta asing adalah banyaknya uang dalam negeri yang diperlukan untuk membeli satu unit valuta asing tertentu (Sadono Sukirno 1995 : 23).

Kurs mempunyai kecenderungan untuk selalu bergerak mengikuti kondisi perekonomian secara global dan bersifat sangat peka terhadap perubahan-perubahan yang ekstrim. Kurs bergerak naik turun disebabkan oleh dua hal :

a. Bekerjanya mekanisme pasar (kurs mengambang)

b. Penetapan (kebijakan pemerintah) seperti devaluasi.

Naik turunnya kurs ini adalah jangka pendek yang mempunyai pengaruh langsung berupa fluktuasi harga barang-barang ekspor maupun barang-barang impor dalam negeri (yaitu bila harga tersebut dinyatakan dengan mata uang dalam negeri, misalnya Rupiah). Dalam jangka waktu pendek kita bisa mengharapkan melalui mekanisme harga bahwa volume ekspor meningkat sedangkan volume impor menurun.

2.2.5.2 Keseimbangan Kurs

Pada umumnya harus ditentukan oleh kurva permintaan dan penawaran dari mata uang asing tersebut. Permintaan valuta asing timbul karena mengimpor barang dan jasa dari luar negeri. Penawaran valuta asing timbul karena adanya ekspor barang dan jasa atau pinjaman luar negeri (Salvatore, 1994 : 141).


(50)

Menurut jumlah keseimbangan valuta asing yang stabil terjadi apabila permintaan valuta asing sama dengan penawarannya dan tidak tendensi bahwa kurs valuta asing akan berubah. Kelebihan penawaran mata uang yang secara artificial dipertahankan menyebabkan overheed. Dan keseimbangan eksternal dengan sistem kurs mengambang, dimana tidak ada campur tangan pemerintah harus menyesuaikan.

2.2.5.3Ketidakseimbangan Kurs

Otoritas moneter sering kali campur tangan dalam valuta asing untuk membatasi atau mencegah penyesuaian kurs valuta. Efek dari hal ini adalah untuk mempertahankan lebih rendah dari yang seharusnya (under valued).

Ketidakseimbangan kurs valuta asing yang dihasilkan mata uang yang disetujui secara internasional. Ketidakseimbangan eksternal dianggap sebagai fenomena moneter yang diakibatkan ketidakseimbangan stok permintaan dan penawaran (Ahmad, 1992 : 142)

2.2.6 Pengertian Gross Domestic Product

Berkat kemajuan perhubungan antar Negara, sekarang ini banyak perusahaan-perusahaan asing yang beroperasi dalam wilayah suatu Negara, dan mungkin ada juga perusahaan-perusahaan Negara itu yang beroperasi di negara-negara asing. Di Indonesia banyak sekali perusahaan-perusahaan asing yang beroperasi. Perusahaan-perusahaan-perusahaan ini


(51)

menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa mereka ini dihitung juga dalam perhitungan pendapatan nasional, sebagaian dari GDP.

GDP adalah hasil produksi barang-barang dan jasa-jasa orang-orang dan perusahaan-perusahaan asing (Partadiredja 1997 : 37-38).

GDP adalah nilai semua barang jadi yang diproduksi oleh faktor-faktor produksi dalam negeri (Dombusch 1993 : 30).

GDP adalah nilai barang dan jasa dalam suatu Negara yang diproduksikan oleh faktor-faktor produksi milik warga Negara tersebut dan Negara asing (Sukirno 1994 : 33).

Dari pengertian-pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa GDP merupakan nilai barang dan jasa yang diproduksi oleh faktor-faktor produksi dalam negeri.

Gross Domestic Product senantiasa dipakai sebagai alat pengukur pendapatan nasional dan juga sebagai gambaran kemajuan perekonomian suatu bangsa, penting untuk dipikirkan bahwa yang menghasilkan seluruh barang dan jasa disuatu Negara itu bukanlah mutlak hanya warga Negara itu sendiri, tetapi juga orang asing.

Semakin tinggi Gross Domestic Product suatu Negara menunjukkan adanya tingkat ekonomi Negara tersebut telah maju dan berkembang pesat yang pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.


(52)

2.2.7 Teori Harga 2.2.7.1 Pengertian Harga

Pengertian harga adalah suatu tingkatan penilaian yang pada tingkat itu barang yang bersangkutan dapat ditukarkan pada barang yang lain apapun bentuknya. (Rosyidi, 2004:237)

Suatu barang dikatakan berharga bila barang tersebut : a. Mempunyai kegunaan

Adalah kegunaan suatu barang akan menimbulkan permintaan terhadap barang tersebut.

b. Jumlah terbatas

Adalah kelangkaan suatu barang akan mendorong beberapa orang untuk memanfaatkan kelangkaan dengan menjualnya, dengan kata lain akan menimbulkan penawaran pada barang tersebut. Kesimpulan kelangkaan akan menimbulkan permintaan, sebagian barang ditentukan oleh bertemunya 2 kekuatan yaitu permintaan dan penawaran.

2.2.7.2 Tujuan Penentuan Harga

Harga barang untuk tujuan ekspor dapat ditentukan berdasarkan tujuan-tujuan penentuan harga sebagai berikut : (Waluyo, 1995 : 79)

a. Memaksimalkan efesiensi ekonomi, dalam hal ini bertujuan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya maka harga harus sama dengan biaya. Dengan demikian dapat memperoleh laba yang maksimal.


(53)

b. Mendistribusikan pendapatan. Harga dapat ditentukan untuk menyebarluaskan produk hasil dalam negeri. Dengan demikian penentuan harga sedemikian rupa agar semua lapisan pembeli dapat memperoleh barang yang dibutuhkan.

c. Menutup biaya. Memperoleh kembali biaya investasi dan mampu menutupi biaya operasi.

d. Membatasi permintaan. Hal ini dilakukan untuk membatasi produksi yang langka, maka penentuan harga hanya dapat dijangkau oleh pembeli golongan tertentu saja.

2.2.7.3 Mekanisme Harga

Problema ekonomi dasar adalah bagaimana menggunakan sumber-sumber ekonomi yang terbatas jumlahnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sebaik-baiknya. Problema tersebut bisa dijabarkan sebagai berikut :

1. Apa (what) yang diproduksi dan dalam jumlah berapa.

2. Bagaimana (how) faktor-faktor produksi yang tersedia harus digunakan untuk memproduksi barang-barang tersebut.

3. Untuk siapa (for whom) barang-barang tersebut diproduksi.

Mekanisme harga adalah proses yang berjalan atas dasar gaya (kekuatan) tarik-menarik antara konsumen-konsumen dan produsen-produsen yang bertemu di pasar. Hasil bersih dari kekuatan tarik-menarik tersebut adalah terjadinya harga untuk setiap barang dan untuk setiap faktor produksi. Pada suatu waktu, harga sesuatu barang mungkin naik karena gaya tarik


(54)

konsumen (karena sesuatu hal) menjadi lebih kuat, yaitu para konsumen meminta lebih banyak barang tersebut. Sebaliknya, harga sesuatu barang turun apabila permintaan para konsumen melemah.

2.2.7.4 Hukum Harga

Menurut Rosyidi (2004 : 312). Hukum harga (The law of Price) yaitu perubahan permintaan dan penawaran dapat dipengaruhi oleh tingkat harga. Disini menunjukkan hubungan yang sangat erat antara permintaan dan penawaran.

Adapun hukum harga ada dua, yaitu :

a. Hukum harga yang pertama (the first law of price) menerangkan pergeseran permintaan yang berbunyi “harga berubah-ubah secara langsung (searah) dengan perubahan permintaan”.

b. Hukum harga yang kedua (the second law of price) menerangkan pergeseran penawaran yang berbunyi “harga berubah-ubah secara berlawanan (berlawanan arah) dengan perubahan penawaran”.

2.2.7.5 Teori Harga (Bertil Ohlin Theory)

Bertil Ohlin berpendapat bahwa perdagangan internasional itu sebenarnya adalah masalah harga. Jelasnya, perbedaan hargalah yang menyebabkan timbulnya kegiatan perdagangan internasional. Oleh karena itu Bertil Ohlin membahas perdagangan internasional mengikuti jalur proses mekanisme pembentukan harga, yang sudah sendirinya harus menyelidiki faktor-faktor yang menentukan atau mempengaruhi permintaan dan penawaran atas barang tersebut. Perbedaan harga barang


(55)

yang menjadi dasar timbulnya perdagangan internasional, menurut Bertil Ohlin adalah disebabkan oleh perbedaan komposisi dan proporsi faktor- faktor produksi yang dimiliki oleh negara-negara di dunia ini.

Perbedaan faktor-faktor produksi dengan sendirinya akan menimbulkan perbedaan pula dalam tingkat produkivitas, jumlah dan jenis hasil produksi, jumlah penawaran faktor dan hasil serta perbedaan dalam kebutuhan atau permintaan. Jadi, logis apabila suatu negara melakukan spesialisasi produksi atas suatu barang atau jasa-jasa tertentu sesuai dengan kondisi dan situasi faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh negara tersebut, dalam artian bahwa dalam kombinasi faktor-faktor produksi untuk spesialisasi produk itu lebih banyak dipergunakan faktor-faktor produksi yang relatif banyak tersedia di negara tersebut, sehingga barang-barang hasil spesialisasi tersebut mudah untuk dipertukarkan atau diekspor ke negara lain.

2.2.8 Kurva –J

Analisa kurva J menerangkan bahwa keseimbangan suatu negara akan memburuk terlebih dahulu sebelum akhirnya mengikuti suatu depresiasi. Penjelasan dasar kurva J adalah bahwa elastisitas harga menjadi lebih besar dari waktu ke waktu.


(56)

Gambar 3 : Kurva J

... 0

Waktu

Sumber : Lipsey, (2001:383). Pengantar Makro Ekonomi Edisi Kedelapan, Erlangga, Jakarta.

Kurva J memperlihatkan bahwa keseimbangan perdagangan suatu negara menurun setelah nilai mata uangnya mendepresiasi namun dapat naik dari waktu ke waktu. Pengertian posisi keseimbangan perdagangan Brasil menyerupai huruf J, sehingga dinamakan kurva J. Pertama, mengikuti depresiasi, ketika elastisitas rendah maka keseimbangan perdagangan Brasil menurun sampai ke bagian bawah kurva J. Setelah satu periode, warga Brasil mengatur secara lebih lengkap atau teliti untuk meningkatkan nilai riil produk-produk luar negeri dan menurunkan produk-produk Brasil. Apabila kita samakan dengan kurva J maka keseimbangan perdagangan Brasil bergerak dari dasar menuju ke bagian paling atas dari huruf J tersebut, sehingga depresiasi yang dilakukan telah dianggap sukses.


(57)

2.2.9 Purchasing Power Parity

2.2.9.1 Teori Purchasing Power Parity (PPP)

Teori paritas daya beli menyatakan bahwa kurs antara dua mata uang dari dua negara sama dengan nisbah tingkat harga dari kedua negara yang bersangkutan, dimana tingkat harga adalah harga uang dari serangkaian barang atau jasa. Dengan demikian, teori paritas daya beli (PPP) memprediksi bahwa penurunan daya beli masyarakat daya beli mata uang domestik akan diiringi dengan depresiasi mata uangnya secara proporsional dalam pasar valuta asing. Begitu sebaliknya, PPP memprediksi bahwa kenaikan daya beli mata uang domestik akan dibarengi dengan apresiasi secara proporsional. (Krugman,1994 :120)

Pada dasarnya teori paritas daya beli (PPP) adalah sebuah metode estimasi jalan pintas atas kurs ekuilibrium ketika suatu negara mengalami ketidakseimbangan neraca pembayaran. Kebutuhan atas pengukuran serba cepat tersebut dikarenakan suatu negara biasanya tidak memiliki pemahaman atau informasi yang cukup mengenai bentuk yang sebenarnya atas kurva permintaan dan kurva penawaran valuta asing. Teori ini sengaja dikembangkan dan dipraktekkan untuk memperkirakan kurs ekuilibrium yang memungkinkan negara-negara kembali ke standar emas demi menyelamatkan perdagangan internasional yang dirusak gejolak harga berbagai komoditi dan kompetisi devaluasi setelah Perang Dunia Pertama. (Salvatore, 1997 : 124)


(58)

Penjelasan dari teori paritas daya beli (PPP) didasarkan pada hukum satu harga (law one price) yaitu hukum yang menyatakan bahwa dalam pasar-pasar kompetitif yang bebas dari biaya transportasi dan hambatan-hambatan resmi perdagangan (misal tarif, bea masuk, kuota dan lain-lain) bagi barang-barang identik (yang sama jenisnya) jika dijual di berbagai negara tentu memiliki harga yang sama apabila harganya dinyatakan dalam dalam mata uang yang sama pula (biasanya dikonversikan ke mata uang yang umum dipergunakan seperti dollar AS dengan kurs spot). (Krugman, 1994 :119)

Hukum satu harga diformulasikan sebagai berikut : (Nopirin, 1993 : 183) PRp x R = P$ dan R = PRp x P$

Dimana :

PRp = harga produk dalam rupiah

P$ = harga produk dalam dollar AS

R = kurs spot rupiah terhadap dollar

Doktrin paritas daya beli bermaksud menjelaskan penentuan kurs valuta asing keseimbangan berdasarkan harga dalam negeri dan luar negeri. Doktrin PPP menyatakan bahwa harga mata uang mencerminkan daya beli umumnya, tingkat kurs antar mata uang seharusnya mencerminkan daya beli internal relatif antar mata uang tersebut yang dinyatakan dalam tingkat harga umum relatifnya. (Jamli, 2001 : 204)


(59)

2.2.9.2 Sebab-sebab Gugurnya Purchasing Power Parity

Apa saja yang mengakibatkan kenyataan empiris yang ada bertentangan dengan PPP. Ada beberapa kelemahan mencolok dari logika yang terkandung dalam teori PPP mengenai kurs yang didasarkan pada dalil satu harga itu, yaitu :

a) Asumsi yang dianut oleh dalil satu harga bahwa biaya transpor dan pembatasan perdagangan bisa diabaikan, ternyata tidak dapat dipertahankan. Dalam kenyataan sesungguhnya, biaya transpor dan pembatasan perdagangan tidak bisa diabaikan. Pembatasan ini terkadang demikian tingginya sehingga menghambat sebagian perdagangan barang dan jasa antar negara.

b) Praktek-praktek monopolistik dan oligopolistik di berbagai pasar barang, bersama biaya transpor dan pembatasan perdagangan semakain memperlemah keterkaitan harga atas barang yang sama di berbagai negara.

c) Oleh karena data inflasi di berbagai negara didasarkan pada komoditi acuan yang berlainan, maka perubahan kurs tidak bisa diharapkan mampu mengimbangi selisih inflasi resmi (yang dilaporkan pihak pemerintah), biarpun tidak ada pembatasan perdagangan dan semua produk bisa diperdagangkan. (Krugman, 1994 : 135)


(60)

2.2.10 Luas Lahan

Luas lahan akan mempengaruhi skala usaha dan usaha ini pada akhirnya akan mempengaruhi efisien tidaknya suatu usaha perikanan. Seringkali dijumpai, meskipun lahan yang dipakai dalam suatu usaha perikanan itu luas, akan semkain tidak efisien lahan tersebut. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa luasnya lahan mengakibatkan upaya melakukan tindakan yang mengarah pada segi efisien akan berkurang, karena :

1. Lemahnya pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi seperti benih, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja.

2. Terbatasnya persediaan tenaga kerja disekitar daerah itu yang pada akhirnya akan mempengaruhi usaha perikanan tersebut.

3. Terbatasnya persediaan modal untuk membiayai usaha tersebut, dalam skala luas.

Sebaiknya pada luas lahan yang sempit, upaya pengusahaan terhadap faktor produksi semakin baik, penggunaan tenaga kerja tercukupi dan kebutuhan modal juga tidak terlalu besar, sehingga usaha perikanan semacam ini sering kali lebih efisien. ( Soekarwati , 2002 : 15 )


(61)

2.3 Kerangka Pikir

Indonesia tergolong Negara berkembang, yang sedang melakukan berbagai prerkembangan yang berkelanjutan. Tentunya untuk melaksanakan pembangunan ini memerlukan devisa Negara yang cukup besar, dalam peningkatan devisa Negara ini dapat ditunjang dengan peningkatan ekspor Indonesia. Salah satu komoditi ekspor Indonesia yang perlu mendapatkan perhatian adalah ekspor komoditi udang Indonesia, apalagi pada masa sekarang ini ekspor migas Indonesia mengalami kemerosotan. Dalam perekonomian Indonesia, udang mempunyai peran yang cukup strategis. Pertama : Kecenderungan masyarakat untuk mengkonsumsi udang dalam kehidupannya sangatlah berarti. Sehingga diperkirakan konsumsi udang akan terus meningkat. Kedua : bahan baku udang merupakan salah satu komoditi hasil laut, maka komoditi ini mempunyai prospek yang baik sebagai sumber devisa Negara dan sekaligus meningkatkan pendapatan bagi masyarakat dan Negara. Ketiga : Dalam proses produksi dan pengolahan mampu menciptakan kesempatan kerja dan sekaligus menciptakan lapangan kerja baru bagi kesejahteraan masyarakat.

Indonesia dikenal sebagai penghasil udang yang cukup besar di dunia, karena dirasa pangsa pasarnya cukup luas baik domestik maupun internasional. Nilai ekspor udang di Indonesia selama ini memang mengalami peningkatan yang ditunjang pula dengan peningkatan jumlah produksi udang. Sedangkan dimana jumlah produksi udang menunjukkan


(62)

kemampuan suatu Negara untuk menjual pruduk dalam negeri ke pasar luar negeri. Volume ekspor ini meningkat karena adanya desakan pemerintah dan kebutuhan udang baik domestik maupun internasional, sehingga akan berpengaruh terhadap peningkatan nilai ekspor udang di Indonesia.

Dalam perdagangan Internasional dinyatakan bahwa dalam pembayaran suatu transaksi dilakukan dengan bentuk harga mata uang asing dimana jika mata uang yang dipergunakan dalam Dollar AS maka nilai tukarnya adalah nilai Dollar AS yang berlaku pada saat itu. Dengan menunjukkan suatu bank untuk melakukan suatu transaksi dalam pembayaran bank yang berbentuk giro.

Kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika merupakan faktor yang mempengaruhi nilai ekspor udang di Jawa Timur. Dimana jika nilai tukar, dalam arti harga mata uang Rupiah terhadap US$ turun, maka akan memiliki kecenderungan terjadinya peningkatan permintaan ekspor lebih banyak sehingga akan berpengaruh pada peningkatan nilai ekspor udang Jawa Timur ke Amerika.

Meningkatnya jumlah produksi udang di Jawa Timur mampu mempengaruhi peningkatan ekspor udang, terutama negara Amerika sebagai tujuan negara ekspor Jawa Timur. Jumlah produksi adalah jumlah produk yang dihasilkan telah sesuai dengan kebutuhan dalam negeri dan yang telah di ekspor sesuai dengan hukum permintaan, makin tinggi harga suatu barang maka makin sedikit jumlah barang yang diminta dan


(63)

sebaliknya, semakin rendah harga barang maka semakin banyak barang yang diminta pula. Jumlah produksi berpengaruh terhadap nilai ekspor hal ini dapat dilihat apabila jumlah produksi mengalami kenaikan maka kemampuan ekspor udang yang dihasilkan mengalami kenaikan.

Harga rata-rata ekspor udang tinggi rendahnya dipengaruhi oleh tingkat permintaan dan penawaran, apabila harga udang meningkat maka permintaan konsumen akan menurun akibatnya dapat menurunkan jumlah produksi udang dari petani dan ini akan mempengaruhi penambahan pemasukan keuangan Negara. Sebaliknya apabila patokan harga yang rendah, maka permintaan konsumen akan udang meningkat dan petani udang sendiri akan berusaha meningkatkan jumlah produksinya yang kemudian akan mempengaruhi naiknya keuangan Negara ( Sobri,1997:42)

Luas lahan tambak merupakan tempat untuk budidaya udang, apabila luas tambak bertambah maka penebaran benih semakin banyak sehingga secara tidak langsung akan mempengaruhi peningkatan hasil produksi.

Selain Kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika, jumlah produksi, harga rata-rata, dan luas lahan, nilai ekspor udang Jawa Timur ke Amerika dipengaruhi pula oleh Gross Domestic Product Amerika. Di mana jika Gross Domestic Product Amerika mengalami peningkatan, hal ini berarti dan membantu menambah barang dan jasa yang diproduksi didalam negeri maka pendapatan perkapita akan meningkat, sehingga kesejahteraan


(64)

masyarakat terjaga dan berpengaruh pada nilai ekspor udang Jawa Timur ke Amerika (Soekirno, 1994:33)

Dari faktor-faktor yang mempengaruhi nilai ekspor udang Jawa Timur ke Amerika ini menunjukkan besarnya peranan ekspor dalam menunjang peningkatan pendapatan nasional sehingga kesejahteraan masyarakat akan terjaga. Hal tersebut dapat digambarkan dalam paradigma berikut :

Gambar 4 : Kerangka Pikir Konseptual Ekspor Udang Jawa Timur ke Amerika

Kurs Rupiah

terhadap US$ (X1) Jumlah Penawaran

Jumlah Produksi Udang Jawa Timur (X2)

Kemampuan Ekspor Udang

Harga Rata-rata

Ekspor (X3) Jumlah Permintaan

GDP Amerika (X4) Daya beli

Volume Ekspor Luas Lahan (X5)

Nilai Ekspor Udang Jawa Timur


(65)

2.4 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka dapat diambil suatu keputusan sementara terhadap masalah penelitian yang nantinya masih harus dibuktikan secara empiris yaitu :

a. Diduga bahwa kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika, jumlah produksi udang Jawa Timur, harga rata-rata ekspor, GDP Amerika, serta luas lahan berpengaruh terhadap nilai ekspor udang Jawa Timur ke Amerika.

b. Diduga faktor nilai GDP Amerika paling dominan pengaruhnya terhadap nilai ekspor udang Jawa Timur ke Amerika.


(66)

METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional dalam hal ini bertujuan untuk menjelaskan dan dalam menerangkan variabel-variabel penelitian secara operasional berdasarkan teori yang ada, maupun pengalaman-pengalaman empiris, dimana variabel-variabel yang ada menunjukkan hubungan-hubungan fungsional yang mendefinisikan ketergantungan dalam bentuk spesifik. Definisi operasional dan pengukuran varibel yang terdapat dalam penelitian ini dapat dibagi menjadi :

a. Varibel terikat atau variabel tidak bebas (dependent variabel)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah nilai ekspor udang Jawa Timur ke Amerika (Y). Nilai ekspor udang Jawa Timur ke Amerika menggambarkan hasil yang dicapai dari kegiatan ekspor udang ke luar negeri yang dinyatakan dalam nominal dengan satuan yang digunakan adalah USD.

b. Variabel Bebas (independent variabel)

1. Kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika (X1)

Kurs adalah perbandingan nilai tukar nominal antara Rupiah dengan Dollar Amerika. Variabel ini dinyatakan dalam Rupiah.


(67)

2. Jumlah Produksi Udang Jawa Timur (X2)

Jumlah produksi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah banyaknya produksi udang yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi Jawa Timur dan ekspor ke Amerika. Data jumlah produksi udang diperoleh dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan Jawa Timur dengan skala pengukuran dalam satuan Ton per tahun.

3. Harga Rata-rata Ekspor Udang (X3)

Harga rata-rata ekspor adalah harga yang ditentukan oleh pihak eksportir Jawa Timur yang dijual pada saat adanya transaksi atas dasar harga FOB (Free On Board), yang tercantum di Deperindag. Variabel ini diukur dalam satuan US$ per Kg.

4. GDP Amerika (X4)

GDP Amerika mengandung pengertian pendapatan nasional Amerika yang diketahui berdasarkan produksi barang dan jasa yang dihasilkan dengan menentukan dan menjumlahkan nilai produksi barang dan jasa yang diciptakan. Variabel ini diukur dalam satuan US$ per tahun.

5. Luas Lahan (X5)

Adalah luas areal tanah yang digunakan petani untuk membudidayakan udang mulai dari penanaman benih sampai masa panen. Variabel ini diukur dengan satuan Hektar (Ha).


(68)

3.2 Teknik Penentuan Sampul

Di dalam penelitian ini, data yang dipergunakan adalah data sekunder. Menurut definisi dari data sekunder merupakan data yang sudah dipublikasikan untuk konsumsi umum (Kinnear dan Taylor : 1992:139), dimana pada data sekunder ini dinyatakan dengan data berkala (time series data) dalam periode waktu 10 tahun yaitu dari tahun 1999-2008.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dalam beberapa langkah sesuai dengan prosedur yang berlaku. Adapun pengumpulan data sebagai berikut :

a) Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan ini, bertujuan untuk mendapatkan suatu informasi dan gambaran yang berkaitan langsung tentang ekspor udang, serta untuk mendapatkan dasar teori yang digunakan sebagai bahan acuan dari penelitian ini. Studi kepustakaan ini dilakukan dengan cara membaca berbagai literatur, makalah, jurnal, dan laporan-laporan yang berkaitan dengan penelitian ini, studi kepustakaan dilaksanakan dengan mendatangi berbagai perpustakaan yang ada di berbagai Universitas di Surabaya.

b) Studi Lapangan

Studi lapangan ini bertujuan untuk mendapatkan sejumlah data statistik yang diperlukan dalam penelitian ini.


(69)

Data yang diperlukan dalam penelitian ini didapatkan dari sejumlah instansi-instansi pemerintah yang berdomisili di Surabaya. Pengumpulan data ini dilaksnakan dengan teknik dokumenter yaitu dengan mengumpulkan sejumlah data statistik yang telah tersedia sebagai sumber data bagi keperluan penelitian ini. Teknik ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang perkembangan ekspor udang di Indonesia dewasa ini.

Adapun instansi-instansi yang telah membantu dalam pengumpulan data ini :

1. DISPERINDAG (Dinas Perindustrian dan Perdagangan) Propinsi Jawa Timur.

2. Kantor BPS (Badan Pusat Statistik) Jawa Timur. 3. Kantor Bank Indonesia cabang Surabaya.

4. Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa Timur.

3.4 Teknik Analisa dan Uji Hipotesa 3.4.1 Teknik Analisa

Untuk menganalisa pengaruh yang disebutkan dalam hipotesis diatas maka analisa data ini dilakukan dengan menggunakan :

1. Analisis Kuantitatif

Penelitian ini menggunakan model analisis linier berganda. Model ini untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat, yang secara matematis dirumuskan sebagai berikut :


(70)

Y = F ( X1,X2,X3,X4, X5 ,....,Xn)

Dalam penulisan penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda, bentuk perumusannya sebagai berikut :

Y = βo + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 +. . .

h Jawa Timur ekspor

a

ganggu (residual) 2. Ana

engan menggunakan pendekatan a sistematis maupun logis.

3.4.2. Uji H

X3, X4, X5 ) terhad p variabel terikat Y dengan prosedur sebgai berikut :

(3.1) Dimana:

Y = Nilai Ekspor udang Jawa Timur ke Amerika X1 = Kurs Dollar Amerika terhadap Rupia

X2 = Jumlah produksi udang

X3 = Harga rata-rata

X4 = GDP Amerik

X5 = Luas Lahan

βo = Konstanta

β1 2.β3.β4.β5 = Koefisien regresi

μ = Variabel peng lisis Kualitatif

Yaitu analisis data yang menggambarkan penganalisaan terhadap hal-hal yang menimbulkan masalah d

baik secar ipotesis

Untuk menguji pengaruh variabel bebas ( X1, X2, a


(71)

1. Uji F

secara :

hitung = . . . (Sudrajat,1998:94)

= (k, n-k-1) dengan ketentuan :

as / parameter regresi

β5 = 0 (Tidak terdapat pengaruh variabel bebas

salah satu estimator variabel bebas b

ahui apakah Ho diterima atau

inya variabel bebas secara keseluruhan mempengaruhi variabel terikat.

Uji F dipergunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas simultan terhadap variabel terikat dengan rumus sebagai berikut

KT Regresi KT Galat F

Dengan menggunakan derajat kebebasan n = Jumlah Sampel / pengamatan k = Jumlah variabel beb

KT = Kuadrat Tengah

Dengan formulasi hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternative (Hi) : Ho : β1 = β2 = β3 = β4 =

terhadap variabel terikat)

Hi : β1 ≠β2 ≠β3 ≠β4 ≠β5 ≠ 0 ( Paling tidak erpengaruh terhadap variabel terikat ) Uji F dipergunakan untuk menget ditolak dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Apabila Fhitung ≤ F tabel, maka Ho diterima dan Hi ditolak, artinya variabel bebas secara keseluruhan tidak mempengaruhi variabel terikat. 2. Apabila Fhitung ≥ Ftabel, maka Ho ditolak dan Hi diterima, art


(72)

Gambar 5 : Distribusi Daerah Penerimaan / Penolakan Hipotesis Secara Simultan

Penolakan

Sumber : metrika pemula, cetakan

kedua, CV Armico Bandung, Hal 94.

2. Uji t

as secara

Thitung = . . . (Gujarati, 1997 : 74 )

riabel bebas terhadap variabel

bebasan sebesar n-k-1, dalam persaman tersebut : Di a

H0 Daerah

Daerah penerimaan

H0

Sudrajat, MSW, 1988, Mengenal ekono

Uji t dipergunakan untuk menguji pengaruh variabel beb parsial terhadap variabel terikat dengan rumus sebagai berikut :

βi Se (βi)

Dengan formula hipotesis nol ( Ho ) dan hipotesis alternatif ( Hi ) : Ho : βi = 0 (tidak terdapat pengaruh va

terikat) Derajat ke

m na :

βi = Koefisien Regresi Se = Standart Error


(1)

4. Pembatasan dalam penerbitan SKA, untuk komoditi tertentu hanya bisa dilakukan di ipska tertentu.

Dewasa ini Pemerintah telah memperketat pengawasan terhadap produk komoditas ekspor terutama udang melalui regulasi yang mengatur tentang peneribitan surat keterangan asal (SKA) dan verifikasi barang dari negara pengimpor.

Pemerintah menunjuk PT Sucofindo (Persero) menjadi salah satu surveyor independen untuk memverifikasi/monitoring surat keterangan asal (SKA) perusahaan. Penerbitan SKA dilakukan karena diwajibkan oleh negara tujuan ekspor. Hasil verifikasi menjadi acuan Pemerintah untuk mengetahui terpenuhinya ketentuan asal barang dari negara pemberi preferensi. Penugasan pekerjaan verifikasi atas SKA dilatarbelakangi juga oleh penyalahgunaan SKA untuk produk bukan dari Indonesia, sehingga masih terjadi penolakan atas SKA Indonesia. Selain itu, permintaan verifikasi termasuk administatif dan teknis dari Uni Eropa dan Amerika Serikat kian meningkat.

Verifikasi SKA antara lain bertujuan untuk meningkatkan pelayanan dunia usaha, dan menghindarkan/mencegah penyalahgunaan dokumen SKA Indonesia serta meningkatkan kredibilitas Indonesia di negara tujuan ekspor.

Kontrol yang dilakukan Pemerintah diantaranya, melalui Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dan Perdagangan dengan


(2)

95

menempuh 3 langkah pencegahan praktik trans-shipment sebelum mengeluarkan SKA, yaitu : pengecekan eksportir, perubahan jenis barang yang diekspor, terjadinya lonjakan kapasitas produksi.

Berdasarkan peraturan Menteri Perdagangan No.17/M-DAG/PER/9/2005 tentang Penerbitan Surat Keterangan Asal untuk barang ekspor Indonesia, Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri berwenang untuk menetapkan Instansi Penerbit Surat Keterangan Asal dan pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab menandatangani SKA atau pejabat pengganti.

Praktik transshipment kemungkinan mudah terjadi melalui kawasan atau gudang berikat. Dokumen pemberitahuan ekspor barang (PEB) maupun surat muat kapal tidak dapat memastikan atau menjamin bahwa barang berasal dari Indonesia.

Menteri Koordinator Perekonomian mengatakan, pemerintah akan segera melakukan langkah-langkah untuk mengurangi terjadinya praktik transshipment ke sejumlah negara, termasuk ke AS. Kalau pemerintah tidak mengurangi praktik itu, tekanan negara-negara yang dirugikan dengan praktik tersebut akan tidak berkurang. Justru mereka akan mengancam dengan memberikan sanksi kepada eksportir Indonesia.


(3)

5.1 Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan pada bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan, berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda diketahui bahwa dalam pengujian secara simultan atau bersama-sama variable bebas, yaitu Kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika (X1), Jumlah Produksi Udang Jatim (X2), Harga Rata-rata Ekspor Udang (X3), GDP Amerika (X4) dan Luas Lahan Tambak (X5) terhadap variabel terikatnya Nilai Ekspor Udang Jawa Timur ke Amerika (Y) diperoleh F hitung = 6,834 > F tabel = 6,26 maka Ho ditolak dan Hi diterima, yang berarti bahwa secara keseluruhan faktor-faktor variabel bebas berpengaruh secara simultan dan nyata terhadap Nilai Ekspor Udang Jawa Timur ke Amerika.

2. Sedangkan berdasarkan hasil pengujian secara parsial variable Kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika, Jumlah Produksi Udang Jatim, Harga Rata-rata Ekspor Udang dan GDP Amerika tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Nilai Ekspor Udang Jawa Timur ke Amerika, hal ini dapat ditunjukkan pada uji t, dimana nilai thitung lebih kecil dari ttable pada tingkat signifikan α = 5% sehingga Ho diterima. Sedangkan hasil pengujian secara parsial variable Luas Lahan Tambak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Nilai Ekspor Udang Jawa Timur ke Amerika, hal


(4)

97

hitung lebih besar dari ttable pada tingkat signifikan α = 5% sehingga Ho ditolak.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka berikut ini diketahui beberapa saran sebagai bahan pertimbangan sebagai berikut :

1. Petani udang lebih meningkatkan kualitas serta menambah jumlah bibit udang yang berkualitas baik, sehingga menghasilkan udang yang baik untuk diekspor ke negara lain.

2. Pihak produsen atau pengusaha harus lebih melihat adanya peluang yang dapat menambah hasil Nilai Ekspor Barang Non Migas khususnya untuk ekspor udang.


(5)

xiii Penerbit, PPM, Jakarta.

Anonim, 2009, Nilai Ekspor Udang Jawa Timur ke Amerika, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Jawa Timur, Surabaya.

---, 2003, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Udang jawa Timur Ke Jepang, UPN “Veteran” Jawa Timur Surabaya

---, 2009, Jumlah Luas Tambak Menurut Luas Kotor / Luas Bersih Dan Kabupaten Kabupaten / Kota, Dinas Pertanian dan Kelautan Propinsi Jawa Timur, Surabaya

---, 2004, Strategi Memasuki Pasar Ekspor, Penerbit PPM Jakarta.

Boediono, 1991, Ekonomi Internasional, Edisi ketiga, Penerbit BPFE-UII Yogyakarta.

Ball A, Donald, Mc Culloch H, Wendell, 2000, Bisnis Internasional I, Penerbit : Salemba IV Mc. Grow Hill Book Co.

Gujarati, Damodar, 1995, Ekonometrika Dasar, Edisi Pertama, Cetakan Keenam, Terjemhan Sumarmo Zain, Penerbit Erlangga.

Jamli, Ahmad, 1993, Keuangan Internasional, Penerbit BPFE-UGM, Yogyakarta. Kinnear, C Thomas, Taylor, R James, 1992, Riset Pemasaran, Penerbit :

Erlangga, Jakarta.

Krugman, Paul R,1994, Keuangan Internasional, Edisi Kesatu, Cetakan Kesatu, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Levi, D Maurice, 1996, Keuangan Internasional Buku I, Penerbit : Mc Graw-Hill Book Co, Andi Yogyakarta.

Lipsey, 2001, Pengantar Makro Ekonomi, Edisi Kedelapan, Erlangga, Jakarta. Lindert, Peter H, Kindleberger, Charles P, 1993, Ekonomi Internasional, Penerbit


(6)

Ningtyas, Iska P, 2007, Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Ekspor Udang Segar Beku Jawa Timur Ke Jepang, Skripsi FE UPN Jawa Timur, Surabaya.

Rosyidi, Suherman, 1999, Pengantar Teori Ekonomi ( Pendekatan kepada Teori Ekonomi Mikro dan Makro ), Penerbit Duta Jasa, Surabaya.

---, 2004, Pengantar Teori Ekonomi ( Pendekatan kepada Teori Ekonomi Mikro dan Makro ), Penerbit Duta Jasa, Surabaya.

Samuelson, 2003, Pengantar Teori Ekonomi Mikro, Penerbit Media Global Edukasi

Salvatore, 1997, Ekonomi Internasional, Edisi Kelima, Penerbit Erlangga, Jakarta. Sobri, 2001. Ekonomi Internasional ( Teori Masalah dan Kebijakannya ),

Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta.

Soediyono, 2000, Pengantar Ekonomi Makro, Penerbit : Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Soekarwati, 2002, Prinsip DasarEkonomi Pertanian, Penerbit Rajawali

Sudrajat S.W, M, 1998, Mengenal Ekonometrika Pemula, Penerbit C.V. Armico, Bandung.

Sukirno, Sadono, 2002, Pengantar Teori Makro Ekonomi, Edisi Kedua, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sulistiowati, 2005, Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Tambak Di Kabupaten Gresik, Skripsi FE UPN Jawa Timur, Surabaya.