ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME EKSPOR MINYAK CENGKEH DI JAWA TENGAH SKRIPSI

VOLUME EKSPOR MINYAK CENGKEH DI JAWA TENGAH SKRIPSI

Oleh : SALWA NUR FITRIA H0307023 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

commit to user

VOLUME EKSPOR MINYAK CENGKEH DI JAWA TENGAH SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Oleh : SALWA NUR FITRIA H0307023 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2012

commit to user

commit to user

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan berkah dan rahmat-Nya kepada penulis, sehingga akhirnya penelitian ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rosulullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan orang-orang yang mengikuti Beliau sampai hari akhir nanti.

Penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Volume Ekspor Minyak Cengkeh Di Jawa Tengah” ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Ucapan terimakasih tersebut ingin Penulis sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ibu Dr. Ir. Sri Marwanti, MS selaku Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/ Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya Handayani, MP selaku Ketua Komisi Sarjana Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta, sekaligus dosen penguji yang telah banyak memberikan saran, masukan dan arahan kepada penulis.

4. Ibu Dr. Ir. Minar Ferichani, MP selaku dosen pembimbing akademik dan pembimbing utama skripsi yang selalu memberikan bimbingan, arahan, dan masukan kepada penulis.

5. Ibu Umi Barokah, SP, MP selaku dosen pembimbing pendamping yang senantiasa memberikan semangat, saran, bimbingan dan arahan kepada penulis.

6. Bapak/Ibu Dosen serta seluruh staf Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta atas ilmu yang telah diberikan dan bantuannya selama menempuh perkuliahan di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

commit to user

Perlindungan Masyarakat Provinsi Jawa Tengah, atas izin penelitian yang telah diberikan.

8. Seluruh jajaran kepengurusan dan staf Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, dan Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Provinsi Jawa Tengah atas bantuannya dalam menyediakan data-data serta informasi yang dibutuhkan penulis dalam penelitian ini.

9. Kedua orangtua tercinta Bapak Muhamad Djazuli (Alm) dan Ibu Hartati, Mbah Uti, kedua kakak Arief Rachman Hakim dan Muhammad Bisyri Musthofa, serta adik tersayang Shofiatu Al-Mukarromah. Terimakasih atas segala bentuk dukungan, motivasi, perhatian, kasih sayang, dan doa yang setiap saat dipanjatkan untuk kesuksesan penulis.

10. Calon imam penulis, atas segala bentuk perhatian, doa, kasih sayang dan dukungan sejak awal hingga terselesaikannya penelitian ini.

11. Kedua tangan kanan penulis, Primadani Setyo Prakoso dan Nurul Fadlillah, atas doa, pendampingan, dukungan dan motivasi yang luar biasa kepada penulis sejak awal hingga terselesaikannya penelitian ini.

12. Sahabat-sahabat setia penulis, PONKS: Lala, Dhea, Ratna dan Mumun. Terimakasih untuk jalinan persaudaraan, kebersamaan, dan tempat berbagi segala bentuk pahit manis perjuangan di kampus selama ini.

13. Para pejuang analisis ekspor Jawa Tengah: Prima, Yosep, Bela dan Adia, yang telah menjadi sarana diskusi dan berbagi solusi selama proses penyusunan penelitian ekspor kita.

14. Teman-teman HIBITU - Himpunan Bisnis 2007: Joko, Dedy, Antony, Nasir, Tyok, Diki, Rochmat, Adam, Maman, Nita Dwi, Istikomah, Helmi, Ferinika, Nurana, Clara, Sabila, Wahyuni, Maria, Echa, Aliyah, Peppy, Kiky, Nita Yudita, Sukma, dll. Terimakasih untuk segala pengalaman yang diberikan semasa kuliah dan bantuannya.

commit to user commit to user

16. Teman-teman BEM FP UNS Kabinet Pembaharuan dan Kabinet Revolusioner, yang telah banyak mengajarkan idealisme, kebersamaan, dan penggalian potensi diri.

17. Teman-teman FUSI FP UNS, yang telah banyak mengajarkan kejujuran, kerja keras dan ukhuwah.

18. Para hamster penetralisir stres: sippi, popo, cemil, cemol, moci, onyit, coki, unyil, 6 kawanan cendol dan 7 bayi mungil.

19. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam pengembangan diri dan membantu penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa karya ini masih memiliki banyak kekurangan, baik dalam penyajian maupun pembahasan. Dengan segala kerendahan hati, penulis berharap di balik kekurangan karya ini masih ada manfaat yang bisa diberikan baik bagi penulis sendiri, bagi pihak almamater, dan bagi pembaca.

Surakarta, Februari 2012

Penulis

commit to user

A. Keadaan Alam ..................................................................................... 34

B. Keadaan Penduduk dan Tenaga Kerja ................................................. 38

C. Keadaan Perekonomian ....................................................................... 41

D. Keadaan Pertanian ............................................................................... 42

E. Keadaan Umum Sub Sektor Perkebunan ........................................... 45

V. HASIL PENELITIAN

A. Kondisi Umum Minyak Cengkeh di Provinsi Jawa Tengah ................... 49

B. Volume Ekspor Minyak Cengkeh dan Variabel-variabel yang Mempengaruhi Volume Ekspor Minyak Cengkeh di Provinsi Jawa Tengah..................................................................................................... 49

C. Hasil Analisis Data ................................................................................. 61

VI. PEMBAHASAN

A. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Volume Ekspor Minyak Cengkeh Jawa Tengah............................................................................................ 69

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ............................................................................................. 75

B. Saran........................................................................................................ 75

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

commit to user

Tabel 1. Perbandingan Nilai Ekspor Migas dan Nonmigas Indonesia

Tahun 1999-2003 (Juta US $) .....................................................

Tabel 2. Komoditas Utama Ekspor Minyak Atsiri Indonesia dan Provinsi

Sentra Produksi ...........................................................................

Tabel 3. Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Tanaman Cengkeh

Provinsi Jawa Tengah, Tahun 1999-2003. ..................................

Tabel 4. Standar Nasional Indonesia Untuk Minyak Cengkeh (SNI 06-

2387-2006). .................................................................................

Tabel 6. Luas Penggunaan Lahan dan Jenis Pengairan di Provinsi Jawa

Tengah Tahun 2009 ....................................................................

Tabel 7. Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Provinsi Jawa Tengah

tahun 2005-2009 .........................................................................

Tabel 8. Kepadatan Penduduk di Provinsi Jawa Tengah tahun 2005-2009 39 Tabel 9. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Provinsi Jawa

Tengah tahun 2009 ......................................................................

Tabel 10. Angkatan Kerja Dan Bukan Angkatan Kerja di Provinsi Jawa

Tengah tahun 2005-2009. ...........................................................

Tabel 11. Perkembangan Produksi Komoditas Perkebunan Rakyat di

Provinsi Jawa Tengah, 2005-2009 ..............................................

Tabel 12. Perkembangan Volume Ekspor Minyak Cengkeh Jawa Tengah

Tahun 1987-2003 ........................................................................

Tabel 13. Perkembangan Volume Produksi Minyak Cengkeh Jawa

Tengah, Tahun 1987-2003 ..........................................................

Tabel 14. Perkembangan Harga Domestik Minyak Cengkeh Jawa Tengah,

Tahun 1987-2003 .......................................................................

Tabel 15. Perkembangan Harga Ekspor Minyak Cengkeh Jawa Tengah,

Tahun 1987-2003 ........................................................................

Tabel 16. Perkembangan Nilai Tukar Dolar Amerika Serikat Terhadap

Rupiah, Tahun 1987-2003...........................................................

Tabel 17. Rekapitulasi Variabel-Variabel Penelitian ..................................

Tabel 18. Analisis Varian Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap

Volume Ekspor Minyak Cengkeh Jawa Tengah .........................

Tabel 19. Analisis Pengaruh Masing-masing Variabel Bebas Terhadap

Volume Ekspor Minyak Cengkeh Jawa Tengah .........................

Tabel 20. Nilai Standar Koefisien Regresi Tiap Variabel Yang

Mempengaruhi Volume Ekspor Minyak Cengkeh Jawa Tengah

Tabel 21. Matriks Korelasi ..........................................................................

Tabel 22. Nilai Durbin-Watson ...................................................................

Tabel 23. Nilai Koefisien Elastisitas Variabel bebas yang Berpengaruh

Terhadap Volume Ekspor Minyak Cengkeh Jawa Tengah .........

commit to user

Gambar 1. Diagram Kerangka Teori Pendekatan Masalah ..........................

Gambar 2. Grafik Perkembangan Volume Ekspor Minyak Cengkeh Jawa

Tengah, Tahun 1987-2003. .........................................................

Gambar 3. Grafik Perkembangan Volume Produksi Minyak Cengkeh Jawa

Tengah, Tahun 1987-2003 ..........................................................

Gambar 4. Grafik Perkembangan Harga Domestik Minyak Cengkeh Jawa

Tengah, Tahun 1987-2003. .........................................................

Gambar 5. Grafik Perkembangan Harga Ekspor Minyak Cengkeh Jawa

Tengah, Tahun 1987-2003. .........................................................

Gambar 6. Grafik Perkembangan Nilai Tukar Dolar Amerika Serikat

Terhadap Rupiah, Tahun 1987-2003. .........................................

Gambar 7. Diagram Pencar (Scatter Plot) ....................................................

Gambar 8. Bagan Alur Pemasaran Minyak Atsiri ........................................

commit to user

Nomor

Judul

Lampiran 1. Rekapitulasi Data Variabel Tak Bebas dan Variabel-variabel

Bebas Yang Mempengaruhi Volume Ekspor Minyak Cengkeh Jawa Tengah, 1987-2003

Lampiran 2. Hasil Analisis Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Minyak Cengkeh Jawa Tengah

Lampiran 3. Perhitungan Indeks Harga Konsumen Tahun Dasar 2002 Lampiran 4. Pendeflasian Harga Domestik Minyak Cengkeh, Harga

Ekspor Minyak Cengkeh, dan Nilai Tukar Dollar Terhadap Rupiah.

Lampiran 5. Perhitungan Nilai Standar Koefisien Regresi Lampiran 6. Surat Ijin Penelitian Lampiran 7. Gambar Peta Provinsi Jawa Tengah Lampiran 8. Gambar Minyak Cengkeh di Jawa Tengah

commit to user

Umi Barokah, S.P., M.P. 3

ABSTRAK

Naskah publikasi ini disusun berdasarkan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah dan mengkaji tingkat elastisitas ekspor minyak cengkeh di Jawa Tengah. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode diskriptif analitis. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja di Provinsi Jawa Tengah. Data yang digunakan adalah data sekunder time series 17 tahun (1987-2003). Analisis data yang digunakan adalah regresi nonlinier berganda. Hasil analisis menunjukkan model volume ekspor

minyak cengkeh di Jawa Tengah adalah Y = 28,67 X 0,985 X -0,001 X 0,171 -0.457,

Model ini memiliki nilai R 2 sebesar 0,983 yang berarti 98,3% variasi variabel volume

ekspor minyak cengkeh di Jawa Tengah dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas produksi minyak cengkeh Jawa Tengah, harga domestik minyak cengkeh Jawa Tengah, harga ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah, nilai tukar Dolar Amerika Serikat terhadap Rupiah dan volume ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah tahun sebelumnya, dan 1,7% lainnya dijelaskan oleh variasi variabel diluar model. Hasil uji F diperoleh bahwa semua variabel yang diteliti secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap volume ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah. Hasil uji t menunjukkan variabel produksi minyak cengkeh Jawa Tengah, harga ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah, dan nilai tukar Dolar Amerika Serikat terhadap Rupiah secara individu berpengaruh terhadap volume

ekspor minyak cengkeh di Jawa Tengah. Kurs Dolar AS terhadap Rupiah memiliki nilai

koefisien regresi tertinggi. Elastisitas penawaran ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah bersifat inelastis terhadap variabel produksi minyak cengkeh Jawa Tengah, harga ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah, dan nilai tukar Dolar Amerika Serikat terhadap Rupiah.

Kata kunci: Faktor-faktor, ekspor, minyak cengkeh, elastisitas.

Keterangan

1. Mahasiswa Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas

Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan Nomor Induk Mahasiswa

H0307023

2. Dosen Pembimbing Utama

3. Dosen Pembimbing Pendamping

A. Latar Belakang

Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka dimana lalu lintas perekonomian internasional sangat penting dalam perekonomian dan pembangunan nasional. Syarat pembangunan ekonomi adalah kesejahteraan penduduk yang harus meningkat. Salah satu ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan ekonomi (Hakim, 2002).

Perdagangan internasional khususnya ekspor diyakini merupakan penggerak dalam pertumbuhan ekonomi. Ekspor merupakan kumpulan output yang sangat dominan dalam perdagangan internasional. Tanpa adanya jalinan kerjasama dengan negara lain, suatu negara akan kesulitan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Komoditas ekspor Indonesia terbagi atas komoditas minyak dan gas (migas) dan komoditas non minyak dan gas (nonmigas). Gambaran mengenai besarnya nilai ekspor migas dan nonmigas Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1 berikut: Tabel 1. Perbandingan Nilai Ekspor Migas dan Nonmigas Indonesia Tahun

1999-2003 (Juta US$) No Tahun

Migas

Nonmigas

Laju Pertumbuhan (%) Migas

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, 1999-2003.

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari tahun ke tahun nilai ekspor migas dan nonmigas Indonesia cenderung mengalami peningkatan. Peningkatan nilai ekspor migas tersebut diiringi dengan laju pertumbuhan yang berfluktuatif. Lain halnya pada nilai ekspor nonmigas, sama-sama mengalami kecenderungan yang meningkat namun laju pertumbuhan setiap tahunnya cenderung lebih stabil dari laju pertumbuhan komoditas migas. Selain laju

commit to user commit to user

Perkembangan ekspor nonmigas memiliki makna strategis bagi perekonomian nasional. Makna strategis pengembangan ekspor nonmigas bertolak dari kenyataan kondisi makro perekonomian Indonesia yang masih selalu dibayang-bayangi oleh rentannya kinerja di sektor eksternal, khususnya defisit transaksi neraca berjalan. Upaya meningkatkan ekspor nonmigas pun sangat strategis dilihat dari penyerapan tenaga kerja. Hal tersebut menjadikan puluhan juta pekerja menggantungkan pendapatannya pada kegiatan ekspor. Selain itu, ekspor nonmigas menghasilkan devisa yang dibutukan untuk pembiayaan kegiatan pembangunan. Keberhasilan meningkatkan ekspor nonmigas juga mencerminkan peningkatan daya saing nasional sekaligus merupakan salah satu indikasi timbulnya dinamikan positif dalam kewirausahana di tanah air (Basri, 1995).

Indonesia telah dikenal sebagai pusat rempah-rempah dunia. Salah satu produknya adalah minyak atsiri, yang merupakan salah satu komoditas ekspor nonmigas Indonesia. Di Indonesia terdapat 40 jenis minyak atsiri yang diperdagangkan dunia, sekitar 11 jenis diantaranya telah diekspor ke pasar dunia. Beberapa produk minyak atsiri Indonesia bahkan sangat dominan di pasar dunia, misalnya minyak nilam, akar wangi, pala, dan cengkeh. Kegiatan produksi minyak atsiri nasional melibatkan banyak pihak mulai dari petani penghasil bahan baku, industri kecil dan menengah penyulingan, pedagang, pengumpul sampai industri pengolahan lanjut dan eksportir (Dewan Atsiri Indonesia, 2006).

Minyak atsiri yang dihasilkan di dalam negeri memang diproduksi dengan tujuan ekspor sehingga boleh dikatakan bahwa jumlah yang diproduksi identik dengan jumlah ekspor. Minyak atsiri yang di olah di Indonesia hanya di tingkat hulu dengan cara tradisional. Justru industri yang memanfaatkan

commit to user commit to user

Sentra Produksi

No. Minyak Atsiri

Sentra Produksi

1. Minyak Nilam (Patchouli Oil) NAD, Sumatera Utara, Lampung, Bengkulu, Jawa Tengah

2. Minyak Akar Wangi (Vetiver Oil)

Jawa Barat

3. Minyak Pala (Nutmeg Oil) NAD, Sumatera Barat, Jawa Barat, Sulawesi Utara, Maluku

4. Minyak Cengkeh (Cloves Oil) Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DIY, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan

5. Minyak Sereh Wangi (Citronella Oil) Lampung, Jawa Barat, Jawa

Tengah, Jawa Timur 6. Minyak Kenanga (Cananga Oil)

Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DIY

7. Minyak Kayu Putih (Cajuput Oil) Jawa Timur, Maluku, Papua 8. Minyak Cendana (Sandal Wood Oil)

NTT

9. Minyak Kayu Manis (Cinamon Oil)

Sumatera Barat

Sumber: Sianipar, 2003. Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa Jawa Tengah merupakan salah satu sentra produksi komoditas utama ekspor minyak atsiri Indonesia. Jawa Tengah dan Jawa Barat memproduksi macam minyak atsiri paling banyak diantara sentra produksi minyak atsiri lainnya. Jenis-jenis minyak atsiri yang diproduksi dan diekspor oleh Provinsi Jawa Tengah berupa minyak nilam, minyak cengkeh, minyak sereh wangi, dan minyak kenanga. Diantara empat jenis minyak atsiri tersebut, minyak atsiri yang paling banyak diekspor oleh provinsi Jawa Tengah adalah minyak cengkeh karena tanaman penghasil minyak atsiri terbesar di Jawa Tengah adalah tanaman cengkeh.

Areal produksi tanaman cengkeh hampir tersebar di semua daerah di Indonesia mulai dari NAD sampai Papua dengan luas areal terluas di Jawa dan

commit to user commit to user

Jawa Tengah, Tahun 1999-2003.

Rata- 1999 rata 2000 2001 2002 2003

Luas

PTPN IX

PTPN IX

Produkti- vitas

PTPN IX

(Ton/Ha)

Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 1999-2003. Tabel 3 di atas menunjukkan luas lahan, produksi dan produktivitas

tanaman cengkeh yang berfluktuasi dari tahun ke tahun dengan kecenderungan menurun. Fluktuasi produksi tanaman cengkeh diduga akan mempengaruhi produksi minyak cengkeh, sehingga akan berpengaruh pada volume minyak cengkeh yang diekspor. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga dapat memicu terjadinya kegiatan ekspor. Selain itu, harga minyak cengkeh domestik yang lebih rendah dari harga minyak cengkeh di pasar internasional juga diduga juga dapat mempengaruhi volume ekspor minyak cengkeh di Jawa Tengah.

B. Perumusan Masalah

Perdagangan minyak atsiri dunia sangat dipengaruhi oleh situasi perekonomian internasional. Masalah utama yang dihadapi komoditas minyak atsiri Indonesia di pasaran internasional adalah tidak stabilnya mutu maupun supply . Hal ini terutama karena sebagian besar usaha produksi minyak atsiri masih dilakukan secara sangat sederhana, baik dalam budidaya tanamannya maupun pengolahan hasilnya. Efisiensi dan efektivitas usaha agribisnis minyak

commit to user commit to user

Volume ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi tersebut adalah produksi minyak cengkeh, harga minyak cengkeh domestik, harga ekspor minyak cengkeh, nilai tukar dolar AS terhadap rupiah, dan volume ekpor minyak cengkeh Jawa Tengah tahun sebelumnya. Produksi minyak cengkeh Jawa Tengah diduga berpengaruh karena bila produksi dalam negeri berkurang atau terhenti, maka akan mengurangi volume ekspor yang dapat ditawarkan. Harga ekspor dan harga domestik minyak cengkeh Jawa Tengah digunakan dalam penelitian ini, karena dalam hukum penawaran, jika harga meningkat maka akan meningkatkan jumlah penawaran. Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat merupakan faktor pendukung yang memungkinkan terjadinya perdagangan Internasional dan diduga mempengaruhi volume ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah, karena melemahnya nilai tukar rupiah dapat memicu para pelaku perdagangan internasional untuk meningkatkan jumlah produk yang diekspor. Jumlah ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah pada tahun sebelumnya juga diduga sebagai faktor yang mempengaruhi, karena naik turunnya jumlah ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah pada saat ini dapat diperkirakan oleh jumlah ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah pada tahun sebelumnya.

Dari uraian di atas, diperoleh rumusan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah faktor-faktor produksi minyak cengkeh Jawa Tengah, harga domestik minyak cengkeh Jawa Tengah, harga ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat, serta volume ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah tahun sebelumnya, mempengaruhi volume ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah?

commit to user

C. Tujuan Penelitian

Penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Volume Ekspor

Minyak Cengkeh Jawa Tengah ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Mengetahui apakah faktor-faktor produksi minyak cengkeh Jawa Tengah, harga domestik minyak cengkeh Jawa Tengah, harga ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat, serta volume ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah tahun sebelumnya, mempengaruhi volume ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah.

2. Mengetahui elastisitas penawaran ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah.

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi Penulis, penelitian ini diharapkan menambah wawasan Penulis terkait dengan bahan yang dikaji. Disamping itu, penelitian ini dimaksudkan sebagai bahan penyusunan skripsi yang merupakan salah satu syarat kelengkapan dalam meraih gelar sarjana di Fakultas Pertanian UNS.

2. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai tambahan informasi dan pembanding bagi penelitian masalah yang sejenis.

commit to user

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian JT. Yuhono dan Shinta Suhirman (2006) tentang “Status Pengusahaan Minyak Atsiri Dan Faktor-Faktor Teknologi Pascapanen yang Menyebabkan Rendahnya Rendemen Minyak” menyebutkan bahwa, tanaman atsiri umumnya diusahakan oleh petani dengan modal dan luasan terbatas serta kebanyakan menggunakan alat penyuling yang sederhana, sehingga mutu dan rendemen yang dihasilkan masih rendah. Pada umumnya, petani masih menggunakan ketel penyuling yang terbuat dari bekas drum atau plat besi, kecuali di Propinsi Banten, Jawa Barat dan Jawa Tengah sudah ada yang menggunakan alat penyulingan berteknologi cukup baik/maju (minyak nilam dan kenanga). Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya rendemen dan mutu minyak antara lain adalah bahan konstruksi alat penyuling, penyiapan/ penanganan bahan baku dan proses penyulingan.

Penelitian mengenai analisis ekspor komoditas pertanian pernah dilakukan antara lain oleh Fauzi (2007) dalam tesisnya yang berjudul “Analisis Volume Ekspor Komoditi Kakao Indonesia”. Jumlah sampel yang diambil pada penelitian ini sebanyak 21 dari rentang waktu tahun 1985-2005. Pengujian hipotesis sementara digunakan model analisis metode kuadrat terkecil biasa (OLS/Ordinary Least Square Method) dan diuji asumsi klasik untuk kelayakan uji regresi berganda. Sedangkan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel-variabel bebas terhadap volume ekspor kakao digunakan aplikasi model regresi berganda (log linier berganda).

Hasil uji koefisien determinasi (R 2 ) menunjukkan nilai sebesar 0,972, yang artinya sebesar 97,2% pengaruh variabel-variabel bebas terhadap volume ekspor kakao Indonesia dijelaskan oleh model ini. Hasil uji F menunjukkan bahwa nilai F hitung > dari F Tabel , yang artinya harga domestik, harga internasional, produksi nasional, dan kurs rupiah-dolar AS secara bersama- sama mempengaruhi volume ekspor kakao pada tingkat kepercayaan 95% (α=0,05). Sedangkan dari uji t dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05)

commit to user commit to user

Penelitian terdahulu memberikan beberapa sumbangan pemikiran terhadap penelitian ini. Penelitian JT. Yuhono dan Shinta Suhirman (2006) bermanfaat untuk mengetahui kendala-kendala yang sering terjadi dalam produksi komoditas ekspor dalam penelitian ini, yaitu minyak atsiri. Sedangkan penelitian ekspor yang telah dilakukan oleh Fauzi (2007) digunakan sebagai acuan untuk menentukan model analisis dan variabel-variabel dominan yang mempengaruhi ekspor.

B. Landasan Teori

1. Tanaman Cengkeh

Tanaman cengkeh untuk dapat tumbuh dan berproduksi memerlukan persyaratan lingkungan tumbuh yang spesifik. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap tanaman cengkeh antara lain adalah iklim, tinggi tempat dan jenis tanah.Curah hujan yang optimal untuk perkembangan tanaman cengkeh adalah 1.500 - 2.500 mm/tahun atau 2.500 – 3.500 mm/tahun dengan bulan kering kurang dari 2 bulan. Intensitas penyinaran

61 – 60 % dan suhu udara 22 - 28 °C serta tidak ada angin kencang sepanjang tahun.Tanaman cengkeh dapat ditanam dan masih berproduksi pada ketinggian tempat 0 – 900 m di atas permukaan laut (dpl). Namun demikian, makin tinggi tempat maka produksi bunga makin rendah tetapi pertumbuhan makin subur. Ketinggian tempat yang optimal untuk pembungaan tanaman cengkeh berkisar 200-600 m dpl.Tanah yang sesuai adalah yang gembur, lapisan olah minimal 1,5 m dan kedalaman air tanah lebih dari 3 m dari permukaan tanah serta tidak ada lapisan kedap air. Jenis tanah yang cocok antara lain Andosol, Latosol, Regosol dan Podsolik Merah. Selain jenis tanah, kemasaman tanah (pH) ikut berperan dalam hal memacu pertumbuhan tanaman. Kemasaman tanah yang optimum berkisar antara 5,5-6,5. Apabila pH tanah lebih rendah atau lebih tinggi maka pertumbuhan tanaman cengkeh akan terganggu karena penyerapan unsur

commit to user commit to user

2. Minyak Cengkeh

Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak eteris atau minyak terbang merupakan bahan yang bersifat mudah menguap (volatile), mempunyai rasa getir, dan bau mirip tanaman asalnya yang diambil dari bagian-bagian tanaman seperti daun, buah, biji, bunga, akar, rimpang, kulit kayu, bahkan seluruh bagian tanaman. Minyak atsiri selain dihasilkan oleh tanaman, dapat juga sebagai bentuk dari hasil degradasi oleh enzim atau dibuat secara sintetis. Minyak atsiri merupakan salah satu komoditas ekspor agroindustri potensial yang dapat menjadi andalan bagi Indonesia untuk mendapatkan devisa. Data statistik ekspor-impor dunia menunjukan bahwa konsumsi minyak atisiri dan turunannya naik sekitar 10% dari tahun ke tahun. Kenaikan tersebut terutama didorong oleh perkembangan kebutuhan untuk industri food flavouring, industri komestik dan wewangian (Polontalo, 2009).

Tanaman yang menghasilkan minyak atsiri meliputi sekitar 200 spesies (Ketaren, 1985), 40 spesies diantaranya terdapat di Indonesia (Rusli dan Hobir, 1990). Jenis minyak atsiri yang telah diproduksi dan beredar di pasar dunia saat ini mencapai 70-80 macam, 15 macam diantaranya berasal dari Indonesia (NAFED, 1993). Macam minyak atsiri yang berasal dari Indonesia tersebut antara lain adalah minyak nilam, minyak akar wangi, minyak pala, minyak cengkeh, minyak sereh wangi, minyak kenanga,

minyak kayu putih, minyak cendana, minyak kayu manis, lawang dan masoi. Minyak atsiri digunakan dalam berbagai industri parfum, kosmetik, makanan, minuman dan obat-obatan. Produk dari industri tersebut jenisnya

commit to user commit to user

Tanaman cengkeh mempunyai sifat khas karena semua bagian pohon mengandung minyak, mulai dari akar, batang, daun sampai bunga. Kandungan minyak cengkeh pada bagian-bagian tanaman tersebut bervariasi jumlahnya namun kadar minyak yang paling tinggi terdapat pada bagian bunga (20%) sedangkan bagian gagang dan daun mengandung sekitar 4–6 %. Cara penyulingan yang paling sederhana untuk mendapatkan minyak cengkeh adalah dengan penyulingan air dan uap dengan lama penyulingan sekitar 7–8 jam untuk daun basah dan 6-7 jam untuk penyulingan daun kering. Penggunaan tekanan bertahap mulai dari 1 bar sampai 2 bar dapat mempersingkat lama penyulingan menjadi 4–5 jam. Minyak daun cengkeh berupa cairan berwarna bening sampai kekuning- kuningan mempunyai rasa yang pedas, keras, dan berbau aroma cengkeh. Warnanya akan berubah menjadi coklat atau berwarna ungu jika terjadi kontak dengan besi atau akibat penyimpanan (Dewan Atsiri Indonesia, 2009).

3. Standar Mutu Minyak Cengkeh

Standar merupakan dokumen yang sangat penting dalam menentukan kualitas suatu bahan dengan persyaratan tertentu, yang meliputi persyaratan spesifikasi, prosedur dan aturan yang bersifat dinamis, sehingga perlu dikelola secara profesional dengan memperhatikan kebutuhan pengguna serta perkembangan teknologinya. Bila tidak

commit to user commit to user

Anonim (1975) Departemen Teknologi Hasil Pertanian Fayemeta IPB menyatakan bahwa setiap jenis minyak atsiri mempunyai sifat khas tersendiri dan sifat ini tergantung dari persenyawaan kimia yang menyusunnya. Sifat-sifat khas dan mutu minyak dapat berubah mulai dari minyak yang masih berada dalam bahan yang mengandung minyak, selama proses ekstraksi penyimpanan dan pemasaran. Karena itu penilaian mutu perlu dilakukan dengan cara menganalisa sifat fisika kimianya.

Tujuan dari menganalisa sifat fisika–kimia minyak atsiri adalah: 1) mendeteksi pemalsuan, 2) mengevaluasi mutu dan kemurnian minyak, dan

3) mengidentifikasi jenis dan kegunaan minyak. Penilaian mutu minyak atsiri dapat dilakukan dengan:

1. Pengujian mutu berdasarkan uji organoleptik Pemeriksaan secara organoleptik biasanya dilakukan dengan cara mencium bau (odor) dari minyak yang menguam di atas kertas kembang (blotting paper) . Cara pengujian ini dapat menentukan mutu dan pemalsuan minyak secara kualitatif.

2. Pengujian mutu berdasarkan uji sifat fisika-kimia Sifat fisik minyak atsiri merupakan suatu tetapan yang konstan pada kondisi yang tetap, dan sifat fisik ini digunakan untuk mengetahui kemurnian minyak. Analisa sifat kimia bertujuan untuk menentukan mutu dan persentase jumlah persenyawaan kimia yang terdapat dalam

commit to user commit to user

2387-2006). Karakteristik

Syarat Warna

Bau Bobot jenis 20 o C / 20 o C

Indeks bias ( n D 20 )

Kelarutan dalam etanol 70% Eugenol total

Beta caryophillene

Kuning – coklat tua Khas minyak cengkeh 1,025 – 1,049 1,528 – 1,535 1:2 jernih Minimum 78%, v/v Maksimum 17%

Sumber: Badan Standardisasi Nasional, 2006.

4. Teori Perdagangan Internasional

Dalam “Modul Pengantar Ekspor Impor” (Anonim, 2008) disebutkan bahwa perdagangan Internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dmaksud dapat berupa antar perorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Perdagangan internasional sangatlah rumit dan kompleks bila dibandingkan dengan pelaksanaan perdagangan di dalam negri. Kerumitan ini disebabkan oleh faktor-faktor antara lain:

1. Pembeli dan penjual terpisah oleh batas-batas kenegaraan

2. Barang harus dikirim dan diangkut dari suatu negara kenegara lainnya melalui bermacam peraturan seperti pabean, yang bersumber dari pembatasan yang dikeluarkan oleh masing-masing pemerintah.

commit to user commit to user

Menurut Sukirno (2008), manfaat perdagangan internasional adalah sebagai berikut:

1. Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan hasil produksi di setiap negara. Faktor-faktor tersebut diantaranya : Kondisi geografi, iklim, tingkat penguasaan iptek dan lain-lain. Dengan adanya perdagangan internasional, setiap negara mampu memenuhi kebutuhan yang tidak diproduksi sendiri.

2. Memperoleh keuntungan dari spesialisasi Sebab utama kegiatan perdagangan luar negeri adalah untuk memperoleh keuntungan yang diwujudkan oleh spesialisasi. Walaupun suatu negara dapat memproduksi suatu barang yang sama jenisnya dengan yang diproduksi oleh negara lain, tapi ada kalanya lebih baik apabila negara tersebut mengimpor barang tersebut dari luar negeri.

3. Memperluas pasar dan menambah keuntungan Terkadang, para pengusaha tidak menjalankan mesin-mesinnya (alat produksinya) dengan maksimal karena mereka khawatir akan terjadi kelebihan produksi, yang mengakibatkan turunnya harga produk mereka. Dengan adanya perdagangan internasional, pengusaha dapat menjalankan mesin-mesinnya secara maksimal, dan menjual kelebihan produk tersebut keluar negeri.

4. Transfer teknologi modern Perdagangan luar negeri memungkinkan suatu negara untuk mempelajari teknik produksi yang lebih efesien dan cara-cara manajemen yang lebih modern.

Perdagangan luar negeri terutama ekspor sangat penting peranannya dalam perekonomian Indonesia. Devisa yang diperoleh dari ekspor merupakan sumber pembiayaan pembangunan. Peningkatan penerimaan

commit to user commit to user

5. Ekspor

Ekspor adalah mengeluarkan barang-barang dari peredaran dalam masyarakat dan mengirimkan ke luar negeri sesuai ketentuan pemerintah dan mengharapkan pembayaran dalam valuta asing. Tujuan dilakukannya ekspor antara lain:

1. Meningkatkan laba perusahaan melalui perluasan pasar serta untuk memperoleh harga jual yang lebih baik (optimalisasi laba).

2. Membuka pasar baru di luar negeri sebagai perluasan pasar domestic (membuka pasar ekspor).

3. Memanfaatkan kelebihan ekspor terpasang (idle capacity).

4. Membiasakan diri bersaing dalam pasar internasional sehingga terlatih dalam persaingan yang ketat. (Amir, 2004) Suatu komoditi yang memiliki potensi untuk ekspor mempunyai ciri-ciri antara lain:

1. Mempunyai surplus produksi dalam arti kata total produksi belum dapat dikonsumsi seluruhnya di dalam negeri.

2. Mempunyai keunggulan-keunggulan tertentu seperti langka, murah, mutu, unik atau lainnya, bila disbandingkan dengan komoditi serupa yang diproduksi di negara lain.

3. Komoditi sengaja diproduksi untuk tujuan ekspor (outward looking industries) ataupun industri yang pindah lokasi (relocation industries).

4. Komoditi tersebut memperoleh izin pemerintah untuk di ekspor. (Amir, 2004) Menurut Polontalo (2009) dalam Minyak Atsiri Indonesia, Komoditi minyak atsiri yang diperdagangkan di dalam negeri adalah minyak atsiri dalam bentuk kasar (crude essential oil) yang hampir seluruhnya diproduksi oleh petani minyak atsiri atau industri kecil penyulingan yang

commit to user

Eksportir/industri manufaktur sebagai pelaku akhir dalam mata rantai perdagangan minyak atsiri di dalam negeri memperoleh minyak atisiri melalui pedagang perantara. Di antara pedagang perantara adalah juga “agen” atau perwakilan eksportir dan sebagian lain bersifat bebas. Pedagang perantara membeli minyak atsiri dari pedagang pengumpul yang berpangkal di daerah-daerah produsen. Pedagang pengumpul umumnya memberikan modal atau uang muka kepada petani/penyuling sehingga minyak yang dihasilkan oleh petani/penyuling harus dijual kepada pengumpul

ditentukan oleh pembeli/pengumpul berdasarkan mutu yang dinilai secara sepihak oleh pembeli secara subyektif (organoleptik), tidak berdasarkan mutu atau kadar atau kandungan senyawa esensial dalam produk minyak atsiri tersebut. Artinya, minyak yang bermutu baik atau kurang baik dihargai sama. Inilah yang menyebabkan penyuling melakukan pencampuran minyak atsiri bermutu rendah dengan yang bermutu baik atau bahkan penyuling enggan untuk memproduksi minyak yang bermutu baik.

Bahasan tentang perdagangan internasional tidak terlepas dari kegiatan ekspor impor. Dalam melakukan kegiatan ekspor impor tersebut perlu diperhatikan ketentuan-ketentuan yang berlaku di bidang tersebut. Dalam “Modul pengantar ekspor impor” (Anonim, 2008) disebutkan bahwa ketentuan umum di bidang ekspor biasanya meliputi hal-hal yang berhubungan dengan proses pengiriman barang ke luar negri. Ketentuan tersebut meliputi antara lain :

1. Ekspor Perdagangan dengan cara mengeluarkan barang dari dalam ke luar wilayah pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuanyang berlaku.

2. Syarat-syarat Ekspor

b. Memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)

c. Mendapat izin usaha dari Departemen Teknis/Lembaga Pemerintah Non-Departemen.

commit to user

- APE (Angka Pengenal Ekspor) untuk Eksportir Umum berlaku

lima tahun. - APES (Angka Pengenal Ekspor Sementara) berlaku dua tahun

- APET (Angka Pengenal Ekspor Terbatas) untuk PMA/PMDN

3. Eksportir Pengusaha yang dapat melakukan ekspor, yang telah memiliki SIUP atau izin usaha dari Departemen Teknis/LembagaPemerintah Non- Departemen berdasarkan ketentuan yang berlaku.

4. Eksportir Terdaftar (ET) Perusahaan yang telah mendapat pengakuan dari Menteri Perdagangan untuk mengekspor barang tertentu sesuai ketentuan yang berlaku.

5. Barang Ekspor Seluruh jenis barang yang terdaftar sebagai barang ekspor dan sesuai dengan ketentuan perpajakan dan kepabeanan yang berlaku.

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor

a. Produksi

Menurut Assoury (2008) pengertian produksi adalah kegiatan mentranspormasikan masukan (input) menjadi keluaran (output), tercakup semua aktifitas atau kegiatan menghasilkan barang dan jasa, serta kegiatan-kegiatan lain yang mendukung atau usaha untuk menghasilkan produksi tersebut.

Jenis-jenis proses produksi ada berbagai macam bila ditinjau dari berbagai segi. Proses produksi dilihat dari wujudnya terbagi menjadi proses kimiawi, proses perubahan bentuk, proses assembling, proses transportasi dan proses penciptaan jasa-jasa adminstrasi (Ahyari, 2002).

Proses produksi minyak atsiri dapat ditempuh melalui 3 cara, yaitu: (1) pengempaan (pressing), (2) ekstraksi menggunakan pelarut (solvent extraction), dan (3) penyulingan (destillation). Penyulingan merupakan metode yang paling banyak digunakan untuk mendapatkan

commit to user commit to user

b. Harga

Harga adalah suatu nilai tukar dari produk barang maupun jasa yang dinyatakan dalam satuan moneter. Harga merupakan salah satu penentu keberhasilan suatu perusahaan karena harga menentukan seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh perusahaan dari penjualan produknya baik berupa barang maupun jasa. Menetapkan harga terlalu tinggi akan menyebabkan penjualan akan menurun, namun jika harga terlalu rendah akan mengurangi keuntungan yang dapat diperoleh organisasi perusahaan (Anonim, 2008).

Dalam melaksanakan penetapan harga, berdasarkan pendapat Kotler (1996), maka produsen harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Kondisi pasar Dalam hal ini produsen harus memperhatikan secara mendalam kondisi pasar (monopoli atau persaingan bebas atau hal lainnya) yang akan dimasuki,

2. Harga produk saingan

3. Elastisitas permintaan dan besaran permintaan Elastisitas disini adalah mengetahui seberapa besar perubahan permintaan yang disebabkan dengan permintaan harga. Disamping

commit to user commit to user

c. Kurs Mata Uang Asing

Salah satu pokok perbedaan antara ekonomi internasional dengan bidang-bidang ekonomi lainnya adalah bahwa setiap negara memiliki mata uang sendiri-sendiri. Setiap mata uang biasanya dapat dikonversikan satu sama lainnya, namun harga relatif suatu mata uang bisa berubah setiap saat sehingga berdampak pula terhadap perdagangan atranegara (Krugman dan Obstfeld, 1997).

Devisa berwujud valuta asing. Valuta asing diperlukan untuk mengimpor barang- barang (barang konsumsi, bahan baku industri dan sektor produksi lainnya), melunasi jasa pihak asing, membiayai kantor kedutaan Indonesia di luar negeri, dan melunasi hutang luar negeri (Amir, 1991).

Valuta asing (foreign exchange) adalah mata uang asing yang diperlukan untuk melaksanakan transaksi internasional. Penawaran dan permintaan valuta asing muncul bersama di pasar mata uang asing dan menghasilkan tingkat pertukaran ekuilibrium (Mc Eachern, 2000).

7. Estimasi Fungsi Ekspor

Fungsi ekspor dapat diestimasikan melalui analisis regresi. Analisa regresi merupakan salah satu uji statistika yang memiliki dua jenis pilihan model yaitu linear dan non linear dalam parameternya. Model linear memiliki dua sifat yaitu regresi sederhana dan regresi berganda dengan kurva yang dihasilkan membentuk garis lurus, sedangkan untuk model non linear dalam parameternya bersifat kuadratik dan kubik dengan kurva yang dihasillkan membentuk garis lengkung. Regresi non linear model kuadratik merupakan hubungan antara dua peubah yang terdiri dari variabel dependen (Y) dan variabel independen (X) sehingga akan

diperoleh suatu kurva yang membentuk garis lengkung menaik (b 2 >0) atau

commit to user commit to user

(a). Polynomial : E(Y) = b 0 +b 1 X+b 2 X 2 ; (b). Exponential : E(Y) = b 0 b 1 X (c) . Logarithmic : Log E(Y) = b’ 0 b’ 1 X

Metode yang paling luas digunakan dalam analisis regresi adalah metode kuadrat terkecil biasa (method of ordinary least square, OLS). Metode tersebut dikemukakan oleh Carl Friedrich Gqauss, seorang ahli matematika bangsa Jerman. Dengan asumsi-asumsi tertentu, metode OLS mempunyai beberapa sifat statistik yang sangat menarik sehingga membuatnya menjadi metode analisis regresi yang paling kuat dan popular (Gujarati, 2002).

8. Elastisitas Penawaran

Penawaran adalah hubungan antara harga dan jumlah barang yang ditawarkan. Secara lebih spesifik, penawaran menunjukkan seberapa banyak produsen suatu barang mau dan mampu menawarkan per periode pada berbagai kemungkinan tingkat harga. Hukum penawaran menyatakan bahwa jumlah yang ditawarkan biasanya berhubungan secara langsung dengan harganya, hal lain diasumsikan konstan. Jadi, semakin rendah harganya, jumlah yang ditawarkan semakin sedikit; semakin tinggi harganya, semakin tinggi juga jumlah yang ditawarkan (Mc Eachern, 2000).

Menurut Mankiw (2000) dalam bukunya Pengantar Ekonomi jilid 1, hukum penawaran menyatakan bahwa kenaikan harga suatu barang akan menaikkan kuantitas atau tingkat penawarannya. Elastisitas penawaran terhadap harga mengukur seberapa banyak kuantitas penawaran atas suatu barang berubah mengikuti perubahan harga tersebut. Penawaran suatu barang dikatakan elastis jika perubahan harga menyebabkan perubahan kuantitas penawaran yang cukup besar. Sebaliknya, penawaran dikatakan tidak elastis apabila kuantitas penawaran itu sedikit saja berubah ketika

commit to user commit to user

% perubahan harga

Desmizar dan Iskandar (2004) mengartikan elastisitas penawaran sebagai suatu koefisien yang menjelaskan besarnya pengaruh perubahan jumlah barang yang ditawarkan akibat adanya perubahan harga. Jenis elastisitas penawaran yaitu:

a. Inelastis sempurna Nilai elastisitas penawarannya adalah nol (0).

b. Elastis unit Nilai elastisitas penawarannya sama dengan 1

c. Elastisitas sempurna Nilai elastisitas penawarannya nilainya tidak terbatas

d. Elastis Penawaran elastis jika persentase perubahan dari jumlah yang ditawarkan produsen melebihi persentase kenaikan atau penurunan harga.

e. Inelastis Penawaran inelastis jika jumlah yang ditawarkan produsen berubah dengan persentase yang lebih kecil daripada persentase perubahan harga.

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Kegiatan ekspor merupakan kegiatan yang memegang peranan penting bagi suatu negara. Ekspor dianggap penting karena merupakan salah satu sumber pendapatan negara. Salah satu sektor yang mampu memberikan sumbangan devisa bagi perekonomian Indonesia berasal dari sektor industri pengolahan yang berupa industri penyulingan minyak atsiri.

Volume ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah diduga dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Faktor-faktor tersebut diperkirakan adalah produksi minyak cengkeh, harga minyak cengkeh domestik, harga ekspor minyak cengkeh, nilai tukar dolar AS terhadap rupiah, dan volume ekpor minyak

commit to user commit to user

Model regresi mencerminkan pengaruh variabel bebas terhadap variabel tak bebas. Untuk hubungan ekspor dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya dapat dinyatakan dengan persamaan model regresi non linear berganda berbentuk kepangkatan. Metode analisis regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuadrat terkecil biasa (OLS). Metode tersebut menurut Gujarati (2002) menggunakan kriteria meminimumkan jumlah kuadrat residual (kesalahan pengganggu) sehingga menghasilkan penaksir yang dikenal sebagai penaksir kuadrat terkecil. Sifat dari penaksir tersebut adalah linier dan efisien (tak bias dan mempunyai varians minimum) atau BLUE (Best Liniar Unbiased Estimator). Analisis data dilakukan dengan bantuan komputer dan program SPSS.

Pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel tak bebas dianalisis dengan menggunakan prinsip elastisitas. Elastisitas merupakan konsep kuantitatif yang sangat penting untuk mengidentifikasi secara kuantitatif respon sebuah variabel karena pengaruh variabel lainnya. Koefisien dari variabel bebas merupakan nilai elastisitas masing-masing variabelnya (Sunaryo 2001).

Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka teori pendekatan masalah dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

commit to user

Gambar 1. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

D. Hipotesis

1. Diduga produksi minyak cengkeh Jawa Tengah, harga domestik minyak cengkeh Jawa Tengah, harga ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah, nilai tukar dolar AS terhadap rupiah, dan volume ekpor minyak cengkeh Jawa Tengah tahun sebelumnya berpengaruh terhadap volume ekspor minyak cengkeh di Jawa Tengah.

2. Diduga elastisitas penawaran ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah bersifat inelastis.

E. Asumsi-asumsi

Penelitian ini menggunakan asumsi bahwa variabel-variabel di luar model dianggap konstan (ceteris paribus).

Elastisitas penawaran ekspor minyak cengkeh di Jawa Tengah

Faktor-faktor yang berpengaruh: - Produksi minyak cengkeh di Jawa

Tengah - Harga domestik minyak cengkeh di Jawa Tengah - Harga ekspor minyak cengkeh - Nilai tukar USD terhadap rupiah - Volume ekspor minyak cengkeh di

Jawa Tengah tahun sebelumnya

Konsumsi

domestik

Konsumsi luar negeri

Volume ekspor minyak cengkeh

di Jawa Tengah

commit to user

1. Data volume dan nilai ekpor terbatas berdasarkan Pemberitahuan ekspor Barang (PEB) yang kegiatan ekpornya dilakukan melalui pelabuhan di seluruh wilayah Jawa Tengah.

2. Data yang dianalisis terbatas pada data sekunder berupa data time series dalam rentang waktu 17 tahun (tahun 1987-2003).

3. Data yang diteliti terbatas untuk pasar luar negeri.

4. Jenis minyak cengkeh yang diteliti terbatas berasal dari daun cengkeh.

G. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel

1. Ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah yaitu kegiatan menjual minyak cengkeh hasil produksi Provinsi Jawa Tengah ke luar negeri.

2. Volume ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah adalah jumlah minyak cengkeh yang diekspor dari Jawa Tengah ke luar negeri per tahun, dinyatakan dalam satuan kilogram (kg).

3. Produksi minyak cengkeh Jawa Tengah adalah jumlah minyak cengkeh yang dihasilkan di wilayah Jawa Tengah per tahun, dinyatakan dalam satuan kilogram (kg).