S PLB 0809239 Chapter1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian
Sistem vestibular merupakan salah satu dari tiga sistem yang berfungsi
untuk mempertahankan posisi tubuh dan keseimbangan. Kehilangan fungsi
vestibular dapat berakibat pada sulitnya berjalan ketika gelap atau pada
permukaan yang licin dan ketika keseimbangan harus dipertahankan dalam
kondisi yang sulit (misalnya berjalan meniti balok kayu yang sempit). Ketika
keseimbangan terganggu, seseorang mengalami kesulitan untuk mempertahankan
orientasi tubuh.
Sistem keseimbangan manusia bergantung pada telinga dalam, mata, dan
otot serta sendi untuk menyampaikan informasi yang dapat dipercaya tentang
pergerakan dan orientasi tubuh di dalam ruang. Reseptor vestibular terdapat pada
telinga bagian dalam yang berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan. Jika
telinga dalam atau elemen sistem keseimbangan lainnya rusak , posisi tubuh saat
berdiri maupun saat bergerak akan menjadi tidak seimbang.
Keseimbangan ini berkaitan dengan belajar, emosi dan lingkungan sosial,
dimana hal terpenting dalam setiap perkembangan anak adalah gerak.
Melalui gerakan akan dapat merangsang penginderaan begitu juga
sebaliknya, gerakan akan merangsang kegembiraan dan kewaspadaan

sebaliknya kegembiraan dapat dinyatakan dengan gerakan, gerakan
memungkinkan kontak sosial antar manusia, kontak sosial antar manusia
akan merangsang gerakan, gerakan merupakan dasar dari pengamatan dan
pengamatan merangsang rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu akan
menghasilkan pengalaman, dari pengalaman akan diperoleh pengetahuan
melalui pengamatan, dimana pengetahuan dari pengalaman merupakan
dasar kemampuan berpikir atau pemahaman dalam pengertian yang luas
(Schaefgen, 2008:9—11).
Gangguan keseimbangan merupakan salah satu gangguan yang jarang
dijumpai pada anak tunarungu, tetapi tidak menutup kemungkinan terdapat satu
atau bahkan lebih anak tunarungu yang mengalami masalah keseimbangan. Anak
tunarungu yang mempunyai masalah pada organ telinga bagian dalam, dimana
pusat vestibular (keseimbangan) ada, akan sangat terlihat pada sikap dan
Nindhita Insani E, 2015
PENERAPAN TERAPI SENSORI INTEGRASI PADA ANAK TUNARUNGU DENGAN GANGGUAN
KESEIMBANGAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

perilakunya. Pendengaran dan vestibular saling berpengaruh karena organ yang
dipakai sama-sama menggunakan reseptor yang letaknya di telinga bagian dalam.

Tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran
yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan,
terutama melalui indera pendengarannya (Somantri, 2006:93). Anak tunarungu
dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu tunarungu konduktif (hantaran), tunarungu
sensorineural (syaraf), dan tunarungu campuran.
Contohnya seperti kasus yang peneliti temukan di sekolah dan terapi anak
berkebutuhan khusus Risantya di Jalan Kota Baru Raya No. 30 Bandung. Di pusat
terapi ini ditemukan kasus anak tunarungu yang mengalami masalah dengan
keseimbangannya. Anak tunarungu tersebut mengalami kesulitan untuk
memposisikan tubuhnya dan tidak mampu berjalan dengan baik, bahkan tidak
mampu berdiri tegak.
Setelah melakukan observasi di lapangan, peneliti menemukan kasus anak
tunarungu yang mengalami hambatan dalam mengkoordinasikan gerakan dan
menyadari akan keberadaan tubuhnya, kedua hal ini berhubungan dengan sensori
atau penginderaan. Ada kasus dimana anak tunarungu tersebut masih terlihat ragu
dan ketakutan saat melangkah karena perbedaan warna ubin/lantai meskipun
tinggi lantai itu sama (datar). Anak tersebut juga belum mampu untuk berdiri
secara tegak, posisi tubuhnya masih terlihat goyah, dan seringkali kehilangan
keseimbangan.
Di Sekolah dan Terapi Anak Berkebutuhan Khusus Risantya tersebut,

terapi yang dilakukan untuk mengoptimalkan fungsi keseimbangan atau sistem
vestibular anak tunarungu yang mengalami masalah keseimbangan dengan terapi
sensori integrasi. Hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan terapis yang
menggunakan sensori integrasi menyebutkan bahwa penggunaan terapi sensori
integrasi itu berpengaruh pada vestibular atau keseimbangan anak tunarungu.
Schaefgen (2008:19) menyebutkan bahwa “Sensori integrasi adalah cara
pengolahan informasi yang diterima melalui penginderaan yang dikelola dan
direspons untuk menghasilkan tindakan yang diinginkan.”

Nindhita Insani E, 2015
PENERAPAN TERAPI SENSORI INTEGRASI PADA ANAK TUNARUNGU DENGAN GANGGUAN
KESEIMBANGAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Terapi sensori integrasi ini melibatkan tiga sistem utama dalam tubuh
yaitu sistem taktil atau indera peraba, sistem vestibular atau indera ruang depan,
dan sistem propioseptik. Dalam kasus ini, yang akan diteliti lebih lanjut penerapan
terapi sensori integrasi pada anak tunarungu dengan gangguan keseimbangan.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti ingin mengetahui lebih jelas
bagaimana pelaksanaan terapi sensori integrasi dalam intervensinya untuk anak

tunarungu yang memiliki masalah pada organ telinga bagian dalam terutama pada
organ keseimbangannya.

B. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas, fokus
penelitian ini adalah Penerapan Terapi Sensori Integrasi Anak Tunarungu dengan
Gangguan Keseimbangan di Sekolah dan terapi anak berkebutuhan khusus
risantya, yang selanjutnya disusun kedalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai
berikut:
1. Apakah

gejala

anak

tunarungu

yang

memiliki


gangguan

pada

keseimbangannya?
2. Bagaimanakah prosedur penggunaan terapi sensori integrasi pada anak
tunarungu dengan gangguan keseimbangan?
3. Media apa sajakah yang digunakan dalam metode sensori integrasi ini?
4. Bagaimanakah pandangan terapis terhadap hasil pemberian teori sensori
integrasi pada anak tunarungu dengan gangguan keseimbangan?
5. Hambatan dari terapi sensori integrasi ini, jika di terapkan pada anak
tunarungu?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penulisan penelitian ini adalah untuk mengetahui
gambaran yang jelas mengenai terapi sensori integrasi untuk anak tunarungu yang
mengalami gangguan keseimbangan.
Tujuan penelitian ini secara khusus adalah sebagai berikut.


Nindhita Insani E, 2015
PENERAPAN TERAPI SENSORI INTEGRASI PADA ANAK TUNARUNGU DENGAN GANGGUAN
KESEIMBANGAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Untuk mengetahui jenis ketunarunguan yang mana yang bisa diberikan
terapi sensori integrasi mengetahui apa sajakah gejala yang timbul pada
anak tunarungu yang memiliki gangguan keseimbangan.
2. Untuk mengetahui prosedur pelaksanaan terapi sensori integrasi pada anak
tunarungu dengan hambatan keseimbangan.
3. Untuk mengetahui media apa saja yang dipakai pada saat terapi sensori
integrasi berlangsung.
4. Untuk mengetahui pandangan terapis mengenai hasil pemberian terapi
sensori integrasi sebelum diberikan terapi sensori integrasi dan sesudah
diberikan terapi sensori integrasi.
5. Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan dari terapi sensori integrasi.

D. Manfaat Penelitian
Apabila hasil penelitian ini dapat mengungkap atau mendeskripsikan
bagaimana penerapan metode sensori integrasi dan berhasil mengoptimalkan

sistem vestibular (keseimbangan) pada anak tunarungu, penelitian ini diharapkan
memiliki kegunaan baik secara praktis, teoritis maupun bagi pengembangan
pribadi peneliti. Kegunaan yang dimaksud dapat diungkapkan sebagai berikut.
1. Manfaat Praktis
Dengan terdeskripsinya penerapan metode sensori integrasi pada anak
tuna rungu yang memiliki hambatan keseimbangan ini, dapat dijadikan bahanbahan masukan di dalam merancang pemberian materi a tau pembelajaran bagi
anak tunarungu yang memiliki permasalahan yang serupa dan menjadi salah

satu dasar bagi para guru, orang tua , maupun terapis dalam memberikan
kegiatan yang dapat dilakukan bagi anak tunarungu yang memilik i hambatan
pada keseimbangannya.
2. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini bisa menjadi salah satu acuan atau
pedoman mengenai apa yang dimaksudkan dengan terapi sensori integrasi itu
sendiri dan bagaimana penerapannya terhadap anak tunarungu yang memiliki
hambatan pada keseimbangannnya.
Nindhita Insani E, 2015
PENERAPAN TERAPI SENSORI INTEGRASI PADA ANAK TUNARUNGU DENGAN GANGGUAN
KESEIMBANGAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


3. Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan peneliti tentang sensori integrasi dan dapat mempraktikkan
metode tersebut di lapangan saat ditemukan kasus seperti itu.

E. Struktur Organisasi Skripsi
Dalam penulisan skrispi ini struktur organisasi yang digunakan terdiri atas
lima bab, yaitu sebagai berikut.
1. Bab I pendahuluan berisi latar belakang penelitian, perumusan masalah,
tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.
2. Bab II kajian teoritis.
3. Bab III metode penelitian berisi penjabaran yang rinci mengenai motode
penelitian, termasuk beberapa komponen berikut: lokasi dan subjek penelitian,
desain penelitian, metode penelitian, instrumen penelitian, pengembangan
instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan analisis data.
4. Bab IV hasil penelitian dan pembahasan te rdiri dari dua hal utama, yaitu
pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan yang berkaitan
dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian , dan
pembahasan serta temuan penelitian.

5. Bab V kesimpulan dan rekomendasi.

Nindhita Insani E, 2015
PENERAPAN TERAPI SENSORI INTEGRASI PADA ANAK TUNARUNGU DENGAN GANGGUAN
KESEIMBANGAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu