Kedudukan Perjanjian Agunan Tambahan Dalam Perjanjian Kredit Ekspor di Perbankan - Ubaya Repository
ABSTRAKSI
sebagai negara yang sedang berkembang mem-
Indonesia
butuhkan dana dalam pembinaan perekonomiannya. Perekonomian
d a n p e m b a n g u n a nd i
jaya,
sektor
pernah mengalami masa yang
lain
pada saat dana untuk keperluan tersebut
dari
sar dapat diperoleh
gas bumi, yang pada saat
dan stabiL
bumi tidak
Akan tetapj
stabi l,
penjualan
hasil
itu
sebagian be-
ekspor minyak dan
mempunyai harga yang tinggi
pada saat
sehingga tidak
ini
harga minyak dan gas
dapat diandalkan
Iagi
sebagai sumber dana yang memadai.
P e m e r .ni t a h I n d o n e s i a m e n y a d a r i b a h w a h a r u s d i c a r i k a n
upaya yang lain
untuk dapat mengganti kan kedudukan minyak
dan gas bumi sebagai pemberi dana yang paling
p e m b a n g u n a np e r e k o n o m ia n I n d o n e s i a
normal . Untuk itu
utama' agar
dapat tumbuh secara
Pemerintah Indonesia
pada saat
ini
sedang
m e n g g a la k k a n p e r d a g a n g a n e k s p o r n o n m i n y a k d a n g a s b u m i .
Untuk meningkatkan perdagangan ekspor non minyak dan
g a s b u m i , P e m e r i n t a h m e n y e d ia k a n f a s i I i t a s
berupa pemberian kredit
por yaitu
untuk melakukan usaha-usaha di
Selain
itu
kredit
pihak Bank-bank di
ekspor bagi eksportir
bidang ekspor.
Di dalam memberikan kredit
mengadakan perjanjian
ekspor ini
pihak Bank
ekspor dengan pihak eksportir.
d a l a m m e m b e l ik a n k r e d i t
por juga menghendaki adanya kepastian
k e m b a li
p e m b ia y a a n e k s -
eks-
bahwa uangnya akan
kepadanya. Adapun yang menjadi agunan pokok untuk
ekspor adalah barang-barang yang dibiayai
pelunasan kredit
dengan kredit
ekspor atau tagihan-tagihan
yang diperoleh
hasi I eksPor.
dari
meminta
Perbankan pihak Bank selain
Di dalam praktek
agunan pokok juga meminta agunan tambahan di
luar
barang-
Permintaan agunan tambahan di
luar
barang-
barang ekspor.
barang ekspor ini
an tersendi ri,
pihak Bank Pelaksana mengadakan perjanji-
yaitu
barang-barang ekspor.
antara
agunan tambahan di
Perjanjian
pihak Bank Pelaksana dengan pihak eksportir,
gaimana yang dimaksud di
luar
karena adanya kata sepakat
timbul
barang-barang ekspor ini
Iuar
agunan tambahan di
perjanjian
dalam pasal
seba-
1320 KUH Perdata yang
merumusKan:
empat
diperlukan
Untuk sahnya persetujuan-persetujuan
syarat :
1 . S e p a k a t m e r e k a y a n g m e n g ik a t d i r i n y a ;
2, Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
3. Suatu hal tertentu;
4. Suatu sebab yang.haIaI .
Berkaitan
dengan permintaan agunan oleh
Bank kepada eksportir,
ini
ada peraturan
pihak-pihak
perundang-undangan
yang melarang secara tegas adanya permintaan agunan tambahan di
luar
barang-barang ekspor.
Adapun peraturan
perundang
Edaran Bank Indonesia
undangan tersebut
adalah Surat
18/2/UKU tangngal
I September 1985 yang merumuskan :
Nomor
dengan kredit
Mengingat barang-barang yang dibiayai
yang diperoleh dari haekspor dan atau tagihan-tagihan
s i l e k s p o r i n i m e r u p a k a n j a m i n a n p o k o k y a n g d . ii k a t
sesuai dengan ketentuan yang berlaku maka pihak Bank
pelaksana tidak diperkenankan lagi meminta jaminan
tambahan kepada nasabah.
permasalahan yaitu
Dengan keadaan demikian maka timbul
Bagaimana kedudukan perjanjian
agunan tambahan di
dalam perjaniian
barang-barang ekspor di
:
luar
ekspor di-
kredit
dal am dunia Perbankan ?
ini
adalah disamping
untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat
u n t u k m e m p e r o le h
Adapun tujuan
gelar
Sarjana
penulisan
skripsi
Hukum, juga untuk mengetahui masalah pelaksa-
naan peraturan-peraturan
tentang
ekspor dalam prak-
kredit
t ek,
Metode yang dipergunakan dalam skripsi
pendekatan secara yuridis
n o r r n a ti f , y a i t u
'I
ah dengan meninjau peraturan
yaitu
Surat
Indonesia
Edaran Bank Indonesia,
Keputusan Direksi
Bank Indonesia,
Keuangan Republik
Indonesia
terdiri
dari
pendekatan masa-
Adapun peraturannya
Undang-undang Republik
Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan, Surat
Surat
Keputusan Menteri
dan KUH Perdata.
dipergunakan dalam skli pSi ini
adalah
perundang-undangan yang
dengan masalah yang dibahas.
berkaitan
ini
Data yang
berupa data sekunder yang
bahan hukum primer,
yaitu
peraturan
perundang-
undangan dan bahan hukum sekunder yang menjelaskan bahan
hukum primer
berupa Iiteratur-literatur,
Sarjana dan bahan perkuliahan
pendapat para
yang menjelaskan bahan hukum
p|rmer.
Metode pengolahan data yang digunakan adalah metode
deduktif
nya telah
yang bertolak
diyakini,
dari
proporsisi
yang berasal
dari
u m u my a n g k e b e n a r a n data sekunder.
Kemu-
pada suatu kesimpulan yang bersifat
dian berakhir
khusus
yang merupakan jawaban atas permasalahan yang dikemukakan'
diIakukan
Sedangkan analisis
laah sistematika
jutnya
peraturan
skri psi
perundang-undangan, yang selandalam bentuk
dipaparkan
data tersebut
hasi I anal isis
dengan mene-
secara kualitatif
secara di skri pt i f anal i st i s.
Jadwal waktu penulisan
yaitu
berapa fase,
:
- Persi apan
1(satu)
- P e n g u m p ua
l n data
1 ( satu ) bulan
- Anal i sa dat a
2 ( d u a ) m in g g u
-
2 (dua) bul an
L a p or a n
Dal am hal
dalam be-
dibagi
ini
skripsi
hasiI
ini
luar
agunan tambahan di
bulan
pembahasannyaadalah perjanjian
barang-barang ekspor yang dibuat
o ' le h p i h a k B a n k d e n g a n p i h a k e k s p o r t i r
yang berdasarkan
kata sepakat sebagaimana yang di rumuskan pasal
1320 KUH
Perdata dan mempunyai kekuatan mengikat sebagaimana yang
dirumuskan di
dalam pasal
hukum. Perjanjian
dengan Surat
Nomor 18/2/UKU tanggal
batal
luar
demi hukum, karena syarat
ini
tidak
karena itu
barang-barang ekspor ini
keempat di
dalam pasal
1320
dipenuhi.
Apabi 1a pihak debitur
dan ternyata
cacat
ini
Edaran Bank Indonesia
9 September 1985. oleh
agunan tambahan di
KUH Perdata
1 KUH Perdata
a g u n a n t a m b a h a n - ta m b a h a n i n ' i c a c a t h u k u m '
karena bertentangan
perjanjian
1338 ayat
wanprestasi
barang-barang yang dibiayai
atau cidera
dengan kredit
janj i
e k s p o r a t a u t a g i h a n - t a g i h a n y a n g d ' ip e r o l e h d a r i h a s i l
e k s p o r y a n g m e r u p a k a na g u n a n p o k o k k r e d i t
ekspor l(urang
mencukupi untuk melunasi hutang eksport i r (debitur).
pihak Bank bisa menyita harta benda lain
(eksportir)
Maka
dari debitur
d e n g a n b e r d a s a r k a n p a d a p a s a l 1 1 3 1 K U HP e r d a t a
y a n g m e r u m u s k a nb a h w a " S e g a l a k e b e n d a a n s i b e r u t a n g , b a i k
y a n g b e r g e r a k m a u p u ny a n g t a k b e r g e r a k , b a i k y a n g s u d a h a d a
m a u p u ny a n g a k a n d i k e m u d i a n h a r i ' m e n j a d i t a n g g u n g a n u n t u k
s e g al a p e r i k a t a n n y a p e r s e o r a n g a n "'
sebagai negara yang sedang berkembang mem-
Indonesia
butuhkan dana dalam pembinaan perekonomiannya. Perekonomian
d a n p e m b a n g u n a nd i
jaya,
sektor
pernah mengalami masa yang
lain
pada saat dana untuk keperluan tersebut
dari
sar dapat diperoleh
gas bumi, yang pada saat
dan stabiL
bumi tidak
Akan tetapj
stabi l,
penjualan
hasil
itu
sebagian be-
ekspor minyak dan
mempunyai harga yang tinggi
pada saat
sehingga tidak
ini
harga minyak dan gas
dapat diandalkan
Iagi
sebagai sumber dana yang memadai.
P e m e r .ni t a h I n d o n e s i a m e n y a d a r i b a h w a h a r u s d i c a r i k a n
upaya yang lain
untuk dapat mengganti kan kedudukan minyak
dan gas bumi sebagai pemberi dana yang paling
p e m b a n g u n a np e r e k o n o m ia n I n d o n e s i a
normal . Untuk itu
utama' agar
dapat tumbuh secara
Pemerintah Indonesia
pada saat
ini
sedang
m e n g g a la k k a n p e r d a g a n g a n e k s p o r n o n m i n y a k d a n g a s b u m i .
Untuk meningkatkan perdagangan ekspor non minyak dan
g a s b u m i , P e m e r i n t a h m e n y e d ia k a n f a s i I i t a s
berupa pemberian kredit
por yaitu
untuk melakukan usaha-usaha di
Selain
itu
kredit
pihak Bank-bank di
ekspor bagi eksportir
bidang ekspor.
Di dalam memberikan kredit
mengadakan perjanjian
ekspor ini
pihak Bank
ekspor dengan pihak eksportir.
d a l a m m e m b e l ik a n k r e d i t
por juga menghendaki adanya kepastian
k e m b a li
p e m b ia y a a n e k s -
eks-
bahwa uangnya akan
kepadanya. Adapun yang menjadi agunan pokok untuk
ekspor adalah barang-barang yang dibiayai
pelunasan kredit
dengan kredit
ekspor atau tagihan-tagihan
yang diperoleh
hasi I eksPor.
dari
meminta
Perbankan pihak Bank selain
Di dalam praktek
agunan pokok juga meminta agunan tambahan di
luar
barang-
Permintaan agunan tambahan di
luar
barang-
barang ekspor.
barang ekspor ini
an tersendi ri,
pihak Bank Pelaksana mengadakan perjanji-
yaitu
barang-barang ekspor.
antara
agunan tambahan di
Perjanjian
pihak Bank Pelaksana dengan pihak eksportir,
gaimana yang dimaksud di
luar
karena adanya kata sepakat
timbul
barang-barang ekspor ini
Iuar
agunan tambahan di
perjanjian
dalam pasal
seba-
1320 KUH Perdata yang
merumusKan:
empat
diperlukan
Untuk sahnya persetujuan-persetujuan
syarat :
1 . S e p a k a t m e r e k a y a n g m e n g ik a t d i r i n y a ;
2, Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
3. Suatu hal tertentu;
4. Suatu sebab yang.haIaI .
Berkaitan
dengan permintaan agunan oleh
Bank kepada eksportir,
ini
ada peraturan
pihak-pihak
perundang-undangan
yang melarang secara tegas adanya permintaan agunan tambahan di
luar
barang-barang ekspor.
Adapun peraturan
perundang
Edaran Bank Indonesia
undangan tersebut
adalah Surat
18/2/UKU tangngal
I September 1985 yang merumuskan :
Nomor
dengan kredit
Mengingat barang-barang yang dibiayai
yang diperoleh dari haekspor dan atau tagihan-tagihan
s i l e k s p o r i n i m e r u p a k a n j a m i n a n p o k o k y a n g d . ii k a t
sesuai dengan ketentuan yang berlaku maka pihak Bank
pelaksana tidak diperkenankan lagi meminta jaminan
tambahan kepada nasabah.
permasalahan yaitu
Dengan keadaan demikian maka timbul
Bagaimana kedudukan perjanjian
agunan tambahan di
dalam perjaniian
barang-barang ekspor di
:
luar
ekspor di-
kredit
dal am dunia Perbankan ?
ini
adalah disamping
untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat
u n t u k m e m p e r o le h
Adapun tujuan
gelar
Sarjana
penulisan
skripsi
Hukum, juga untuk mengetahui masalah pelaksa-
naan peraturan-peraturan
tentang
ekspor dalam prak-
kredit
t ek,
Metode yang dipergunakan dalam skripsi
pendekatan secara yuridis
n o r r n a ti f , y a i t u
'I
ah dengan meninjau peraturan
yaitu
Surat
Indonesia
Edaran Bank Indonesia,
Keputusan Direksi
Bank Indonesia,
Keuangan Republik
Indonesia
terdiri
dari
pendekatan masa-
Adapun peraturannya
Undang-undang Republik
Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan, Surat
Surat
Keputusan Menteri
dan KUH Perdata.
dipergunakan dalam skli pSi ini
adalah
perundang-undangan yang
dengan masalah yang dibahas.
berkaitan
ini
Data yang
berupa data sekunder yang
bahan hukum primer,
yaitu
peraturan
perundang-
undangan dan bahan hukum sekunder yang menjelaskan bahan
hukum primer
berupa Iiteratur-literatur,
Sarjana dan bahan perkuliahan
pendapat para
yang menjelaskan bahan hukum
p|rmer.
Metode pengolahan data yang digunakan adalah metode
deduktif
nya telah
yang bertolak
diyakini,
dari
proporsisi
yang berasal
dari
u m u my a n g k e b e n a r a n data sekunder.
Kemu-
pada suatu kesimpulan yang bersifat
dian berakhir
khusus
yang merupakan jawaban atas permasalahan yang dikemukakan'
diIakukan
Sedangkan analisis
laah sistematika
jutnya
peraturan
skri psi
perundang-undangan, yang selandalam bentuk
dipaparkan
data tersebut
hasi I anal isis
dengan mene-
secara kualitatif
secara di skri pt i f anal i st i s.
Jadwal waktu penulisan
yaitu
berapa fase,
:
- Persi apan
1(satu)
- P e n g u m p ua
l n data
1 ( satu ) bulan
- Anal i sa dat a
2 ( d u a ) m in g g u
-
2 (dua) bul an
L a p or a n
Dal am hal
dalam be-
dibagi
ini
skripsi
hasiI
ini
luar
agunan tambahan di
bulan
pembahasannyaadalah perjanjian
barang-barang ekspor yang dibuat
o ' le h p i h a k B a n k d e n g a n p i h a k e k s p o r t i r
yang berdasarkan
kata sepakat sebagaimana yang di rumuskan pasal
1320 KUH
Perdata dan mempunyai kekuatan mengikat sebagaimana yang
dirumuskan di
dalam pasal
hukum. Perjanjian
dengan Surat
Nomor 18/2/UKU tanggal
batal
luar
demi hukum, karena syarat
ini
tidak
karena itu
barang-barang ekspor ini
keempat di
dalam pasal
1320
dipenuhi.
Apabi 1a pihak debitur
dan ternyata
cacat
ini
Edaran Bank Indonesia
9 September 1985. oleh
agunan tambahan di
KUH Perdata
1 KUH Perdata
a g u n a n t a m b a h a n - ta m b a h a n i n ' i c a c a t h u k u m '
karena bertentangan
perjanjian
1338 ayat
wanprestasi
barang-barang yang dibiayai
atau cidera
dengan kredit
janj i
e k s p o r a t a u t a g i h a n - t a g i h a n y a n g d ' ip e r o l e h d a r i h a s i l
e k s p o r y a n g m e r u p a k a na g u n a n p o k o k k r e d i t
ekspor l(urang
mencukupi untuk melunasi hutang eksport i r (debitur).
pihak Bank bisa menyita harta benda lain
(eksportir)
Maka
dari debitur
d e n g a n b e r d a s a r k a n p a d a p a s a l 1 1 3 1 K U HP e r d a t a
y a n g m e r u m u s k a nb a h w a " S e g a l a k e b e n d a a n s i b e r u t a n g , b a i k
y a n g b e r g e r a k m a u p u ny a n g t a k b e r g e r a k , b a i k y a n g s u d a h a d a
m a u p u ny a n g a k a n d i k e m u d i a n h a r i ' m e n j a d i t a n g g u n g a n u n t u k
s e g al a p e r i k a t a n n y a p e r s e o r a n g a n "'