METODE PENDIDIKAN ISLAM

(1)

Metode Pendidikan Islam

2014

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Dikalangan mayarakat manusia yang berbudaya masyarakat modern, sistem dan metode pendidikan yang digunakan setaraf dengan kebutuhan atau tuntutan aspirasinya. Sistem dan metode tersebut diorientasikan kepada efektivitas dan efesiensi. Pada masyarakat primitive mempergunakan sistem dan cara sederhana sesuai dengan tingkat pengetahuan mereka. Sistem mereka menitik beratkan pada pemenuhan kebutuhan hidupnya sehari-hari, tanpa antisipasi orientasi ke masa depan dan tanpa memikirkan efektivitas dan efesiensi.

Sedangkan pada masyarakat yang telah menduduki tingkat hidup post-industrial, seperti masyarakat di beberapa Negara Barat atau di Negara Timur seperti Jepang. Proses pendidikan mereka dilaksanakan dalam sistem organisasi kelembagaan yang dikelola secara efektif dan efesien kearah tujuan yang ditetapkan. Orientasinya diarahkan kepada pengembangan ilmu dan teknologi canggih.

Islam sebagai agama wahyu, menuntut umat manusia yang berakal sehat walafiat untuk berusaha keras mendapatkan kesehteraan hidup di dunia dan kebahagiaan di akhirat sesuai dengan petunjuk wahyu Tuhan. Agama islam yang ajarannya berorientasi kepada kesejahteraan duniawi-ukhrawi sebagai kesinambungan tujuan hidup manusia, meletakkan iman dan takwa kepada Allah SWT sebagai landasan kehidupan umat manusia. Dengan disusunnya makalah ini bertujuan untuk mengetahui maksud pan pengertian metode pendidikan, metode pendidikan islam yang seharusnya, dan metode pendidikan islam pada zaman rosulullah.

Salah satu sarana yang efektif untuk membina dan mengembangkan manusia dalam masyarakat adalah pendidikan yang teratur, berdaya guna dan berhasil guna. Pendidikan islam di negeri kita perlu diorganisasikan atau dikelola secara rapi, efektif, dan efesien melalui sistem dan metode yang tepat.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud metode pendidikan islam?

2. Bagaimana sistem dan metode pendidikan islam yang seharusnya? 3. Bagaimana sistem dan metode pendidikan islam pada zaman rosulullah?


(2)

Metode Pendidikan Islam

2014

ISI

A. Sistem Pendidikan Islam

Sistem berasal dari bahasa Yunani “sistema” yang berarti suatu keseluruhan yang tersusun dari banyak bagian (whole compounded of several parts). Di antara bagian-bagian itu terdapat hubungan yang berlangsung secara teratur. Definisi sistem yang lain dikemukakan Anas Sudjana yang mengutip pendapat Johnson, Kost dan Rosenzweg sebagai berikut “Suatu sistem adalah suatu kebulatan/keseluruhan yang kompleks atau terorganisir; suatu himpunan atau perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yang membentuk suatu kebulatan/keseluruhan yang kompleks.” Menurut Campbel menyatakan bahwa sistem itu merupakan himpunan komponen atau bagian yang saling berkaitan yang bersama-sama berfungsi untuk mencapai suatu tujuan.

Menurut D.G. Ryans sistem adalah sejumlah elemen (obyek, orang, aktivitas, rekaman, informasi dan lain-lain) yang saling berkaitan dengan proses dan struktur secara teratur dan merupakan kesatuan organisasi yang berfungsi untuk mewujudkan hasil yang dapat diamati (dapat dikenal wujudnya) sedangkan tujuan yang tercapai. Menurut Sanafiah Faisal istilah sistem munuju kepada totalitas yang bertujuan dan tersusun dari rangkaian unsur dari komponen.

J.W. Getzel and E.G. Guba mengemukakan pada umumnya sistem sosial mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1) Terdiri dari unsur-unsur yang berkaitan anatara satu sama lainnya. 2) Berorientasi pada tujuan ( goal oriented ) yang telah ditetapkan.

3) Didalamnya terdapat peraturan – peraturan tata tertib berbagai kegiatan sebagainya.

Pengertian lainnya yang umum difahami di kalangan awam adalah bahwa sistem itu merupakan suatu cara untuk mencapai tujuan tertentu yang dalam penggunaannya bergantung pada berbagai faktor yang erat hubungannya dengan usaha pencapaian tujuan tersebut.

Dari keterangan diatas dapat dikatakan bahwa sistem merupakan hal penting yang harus dibangun untuk menjalankan / menggerakan maksud dari sebuah cita-cita atau sebuah pekerjaan yang akan kita lakukan.

B. Metode Pendidikan Islam

Sebelum lebih jauh kita membahas mengenai pengertian metode pendidikan Islam, maka kita harus mengetahui pengertian dari setiap kata tersebut. Maka dengan ini penulis menguraikan menjadi dua kata, yaitu kata metode dan kata pendidikan Islam.

Kata metode berasal dari bahasa Greek (Yunani) yang terdiri dari kata "meta" yang berarti melalui, dan kata "hodos" yang berarti jalan. Jadi metode berarti jalan yang dilalui.


(3)

Metode Pendidikan Islam

2014

Sebagaimana yang dikutip oleh Muhammad Noor Syam, secara teknis menerangkan bahwa metode adalah :

1. Suatu prosedur yang dipakai untuk mencapai suatu tujuan.

2. Suatu teknik mengetahui yang dipakai dalam proses mencari ilmu pengetahuan dari suatu materi tertentu.

3. Suatu ilmu yang merumuskan aturan-aturan dari suatu prosedur.

Istilah metode seringkali disamakan denagan istilah pendekatan, strategi, dan teknik sehingga dalam penggunaanya juga sering saling bergantian yang pada intinya adalah suatu cara untuk mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan atau cara yang cepat dan tepat untuk meraih tujuan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik.1

Selain itu ada pula yang menyebutkan Metode merupakan suatu alat dalam pelaksanaan pendidikan, yakni yang digunakan dalam penyampaian materi tersebut. Materi pelajaran yang mudah pun kadang-kadang sulit berkembang dan sulit diterima oleh peserta didik, karena cara atau metode yang digunakannya kurang tepat. Namun, sebaliknya suatu pelajaran yang sulit akan mudah diterima oleh peserta didik, karena penyampaian dan metode yang digunakan mudah dipahami, tepat dan menarik.

Dalam dunia pendidikan terdapat berbagai macam metode mengajar yang dalam penggunaannya harus disesuaikan dengan berbagai hal, seperti situasi dan kondisi kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung, fasilitas yang tersedia, dan sebagainya harus disesuaikan dengan tujuan pendidikan yang hendak dicapai.

Metode pendidikan islam adalah prosedur umum dalam penyampaian materi untuk mencapai tujuan pendidikan yang didasarkan atas asumsi tertentu tetang hakikat islam sebagai suprasistem.2

Adapun menurut Abudin Nata, (1997:91), metode Pendidikan Agama Islam adalah sebagai jalan untuk menanamkan pengetahuan agama pada diri seseorang sehingga terlihat dalam pribadi obyek sasaran, yaitu pribadi muslim. Atau dengan kata lain metode Pendidikan Agama Islam adalah sebagai cara untuk memahami, menggali, dan mengembangkan ajaran Islam, sehingga berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Namun dalam pelaksanaannya, faktor gurulah yang sangat menentukan keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Jadi bukan hanya terletak pada bentuk metode mengajar maupun pada fasilitas yang tersedia. Dengan demikian, keterampilan guru dalam penggunaan metode mengajar merupakan jaminan tercapainya tujuan pendidikan yang diharapkan secara efektif dan efisien.

1 . Dr. Muh Rofiq, M.Ag, Ilmu pendidikan Islam, halm. 90 2 . Dr. Muh Rofiq, M.Ag, Ilmu pendidikan Islam, halm. 91


(4)

Metode Pendidikan Islam

2014

Proses pendidikan Islam, metode mempunyai kedudukan sangat signifikan untuk mencapai tujuan bahkan metode sebagai seni dalam mentransfer ilmu pengetahuan atau materi pelajaran kepada siswa dianggap lebih signifikan dibanding dengan materi sendiri. Suatu realita bahwa cara penyampaian yang komunikatif lebih disenangi siswa walaupun sebenarnya materi yang disampaikan sesungguhnya tidak terlalu menarik. Sebaliknya, materi yang cukup baik, karena disampaikan dengan cara yang kurang menarik maka materi itu sendiri kurang dapat dicerna siswa. Oleh karena itu, penerapan metode yang sangat tepat akan mempengaruhi pencapaian keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Metode yang tidak tepat akan berakibat terhadap pemakaian waktu yang tidak efisien.

Manfaat Metode pendidikan islam bagi para guru:

1. Membahas tentang berbagai prinsip dan teknik-teknik serta pendekatan pengajaran yang digunakan, maka dengan mempelajari metodologi pendidikan islam seorang guru dapat memilih metode mana yang layak untuk dipakai dalam proses belajar mengajar.

2. Dapat mengetahui dan mempertimbangkan keunggulan dan kelemahan metode-metode pendidikan islam tersebut, sehingga dapat menyesuaikan metode-metode mana yang tepat untuk peserta didik agar kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung secara optimal dan tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.

3. Engan banyaknya meteri dan terbatasnya waktu untuk mencapaiikan meteri,maka seorang pendidik yang mengenal dan mengetahui metode pendidikan islam dapat merancang dan mendesain pengajaran, serta tujuan pengajaran dapat tercapai dengan sebaik-baiknya.

4. Dengan mengetahui metode pendidikan islam, maka seorang guru dapat memberikan kontribusi pengetahuan kepada peserta didik sebagai calon guru atau pendidik.3

Metode pendidikan Islam merupakan unsur dari sistem pendidikan Islam, keberadaannya penting dan memang harus diperhatikan oleh setiap orang yang terlibat dalam kegiatan pendidikan, baik itu guru maupun murid sebagai peserta didik. Secara sederhana kata metode dipahami sebagai suatu cara yang dapat ditempuh untuk mencapai tujuan. Dengan demikian dapat disebutkan bahwa metode pendidikan Islam adalah segala cara dan usaha yang sistematis dan pragmatis untuk mencapai tujuan pendidikan Islam, dengan melalui berbagai aktivitas yang melibatkan guru sebagai pendidik dan murid sebagai anak didik. Dalam perjalanan sejarah pendidikan Islam, metode pembelajaran 3. Sholeha dan Rada. Ilmu Pendidikan Islam. Hlm.110


(5)

Metode Pendidikan Islam

2014

yang diterapkan telah mengalami berbagai perubahan dan pengembangan. Di antara perkembangan yang terjadi pada metode pendidikan Islam,adalah yang terjadi diterapkan pada masa Islam klasik. Ahli sejarah mencatat, setidaknya ada beberapa bentuk metode pendidikan yang diterapkan yaitu : halaqah, hafalan, munazarah, ,mudzakarah, Imla’ dan rihlah ilmiah.

1. Halaqah

Bentuk yang paling sederhana pendidikan muslim pada masa awal adalah duduk melingkar. Ini merupakan pengalaman pendidikan yang khas dalam Islam dikenal dengan nama Halaqah, yang arti harfiahnya sebuah perkumpulan yang melingkar (pengkajian yang dilakukan dengan duduk melingkar). Dinamakan demikian, karena guru duduk di tengah-tengah sebuah mimbar atau bantal yang membelakangi tembok atau tiang, dan para pelajar duduk dengan membentuk setengah lingkaran di depan guru. Lingkaran tersebut dibentuk menurut tingkatnya, semakin tinggi tingkat seseorang pelajar,atau pelajar pengunjung, maka ia duduk paling dekat dengan gurunya. Dalam kegiatan berbentuk halaqah, murid yang lebih tinggi, pengetahuannya duduk dekat dengan Syeikh, sedangkan murid yang level pengetahuannya lebih rendah duduk sedikit lebih jauh dan mereka berusaha dengan keras untuk dapat mengubah posisi lebih dekat dengan Syeikhnya. Kegiatan perkuliahan di Halaqah, secara singkat berlangsung dalam rangkaian kegiatan berikut :Syeikh membuka perkuliahan dengan membaca basmallah, mengucap shalawat dan salam bagi Rasulullah. Disertai dengan memberikan dorongan kepada murid supaya menuntut ilmu, bersifat rendah hati dalam menuntut ilmu, dan berusaha menjalani hidup yang baik serta berbudi luhur. Kemudian dilanjutkan dengan memberikan penjelasan tentang materi pelajaran sambil menghubungkannya dengan topik yang telah dibahas sebelumnya. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Syeikh biasanya mendiktekan bahan pelajaran (al-Qur’an dan Hadits) kepada para murid, kemudian menjelaskannya serta menafsirkannya terutama pada bagian-bagian yang dipandang sukar dari hadits dan al-Qur’an. Sementara Syeikh memberikan penjelasan, para murid aktif menulis semua keterangan yang diberikan oleh Syeikh. Sebelum mengakhiri pembelajaran, Syeikh biasanya mengulang kembali apa yang telah dibacakan dan dijelaskan serta disesuaikan dengan catatan para murid dengan cara menyuruh seorang murid untuk membaca catatannya.


(6)

Metode Pendidikan Islam

2014

Kemudian mengakhiri pelajaran dengan membaca do’a. Kurikulum lingkaran studi(halaqah) sesuai dengan pengetahuan dan minat seorang Syekh, tergantung pada pengalamannya, dan biasa juga pada ijazah (pengakuan) dalam bidang keahliannya. Masa keterkaitan seorang murid dengan sebuah lingkaran studi (halaqah) tergantung kepada ketekunan dan target-targetnya sendiri. Ketika sudah tidak mencapai titik maksimal dalam belajar pada seorang guru, murid tersebut dapat beralih kepada guru lain. Sehingga seorang murid bisa saja menghabiskan masa hidupnya dalam perjalanan, beralih dari seoran guru (Syekh) ke guru(Syekh) lain yang terkenal.

2. Hafalan

Pada masa Islam klasik hafalan memiliki peranan penting dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini selain dikarenakan daya hafal bangsa Arab yang kuat, juga dikarenakan memang hanya hafalanlah yang efektif digunakan pada masa itu. Ditambah lagi pada masa itu media simpan ilmu pengetahuan belum memadai jumlah dan penyediaannya. Kondisi ini mempengaruhi metode pembelajaran yang diterapkan dalam kegiatan pendidikan Islam pada masa itu. Dalam catatan sejarah ditemukan bahwa anak-anak mulai belajar dengan menghafal bebeapa surat dari al-Qur’an dan kewajiban agama seperti sembahyang dan puasa. Hafalan merupakan cara yang harus ditempuh seseorang untuk dapat menguasai secara utuh berbagai tradisi yang diriwayatkan dari orang Arab terdahulu melintasi abad demi abad, termasuk dua naskah suci Islam al-Qur’an dan Sunnah, dan ilmu-ilmu keagamaan lainnya. Diya al-Din Ibn –‘Athir mengemukakan pentingnya penghafalan dalam ingatan agar dapat menemukan kembali unsur-unsur yang penting pada waktu dibutuhkan. Pengingatan kembali hanya mungkin terjadi dengan melakukan pengulangan- pengulangan dan praktek-praktek tertentu untuk memastikan bahwa materi-materi yang sudah dihafalkan tetap lekat dalam ingatan dan dapat berfungsi pada waktu yang dibutuhkan.

Menghafal sangat penting dalam hal pembelajaran, seseorang dapat menghafal apabila ada pemahaman terhadap konteks yang dihafal. Untuk memudahkan cara menghafal, al-Khatib menganjurkan agar murid selalu duduk pada posisi yang dapat mendengar secara jelas terhadap apa yang diucapkan guru. Selain itu suasana


(7)

Metode Pendidikan Islam

2014

haruslah tenang dan mendengarkan dengan seksama apa yang diucapkan guru. Pentingnya metode hafalan ini juga dirasakan para ilmuan sebagaimana komentar yang mereka utarakan berikut ini :

1. Qatada as-Sadusi mengatakan ia tidak pernah mendengar sesuatu tanpa menghafalnya.

2. Al-Hasan Ibn Zin Nun al-Shaghri mengatakan jika kamu tidak mengulangi sesuatu lima puluh kali, ia tidak akan tersimpan dalam ingatan.

3. Al-Ghazali merasakan betapa pentingnya menghafal ketika ia mengalami buku-bukunya dirampas perampok dalam perjalanan. Ia mengatakan ambillah semua hartaku, tapi jangan ambil buku-buku itu. Kejadian ini membuat beliau menghabiskan waktunya selama tiga tahun untuk menghafal. Melalui hafalannya itu ia tidak takut lagi untuk bepergian.

4. Ibn al-‘Allaf mengatakan bahwa kertas (buku) adalah tempat yang tidak baik untuk menyimpan ilmu pengetahuan. Memang diakui betapa berharganya ilmu pengetahuan, tapi disisi lain dikatakan bahwa hapalan labih penting lagi.

5. Abu Bakar Ibn al-Anbari mengatakan bahwa ia tidak pernah mengerti dari buku tapi selalu dari hafalan.

6. Ibn at-Tabban adalah seorang yang buta huruf namun ia melakukan dakwahnya melalui hafalan.

7. Ibn al-Munna pada usia 40 tahun cidera buta namun lancar pendengarannya sehingga ia mengajar dari apa yang diperolehnya lewat hafalan.

3. Mudzakarah

Dalam kajian ilmu-ilmu humaniora, istilah mudzakarah paling sering dalam arti diskusi ilmiah. Dalam suatu mudzakarah beberapa orang terlibat dalam suatu percakapan tentang suatu tema atau pelajaran tertentu ; mereka saling bertukar pendapat dan pengetahuan, agar setiap cendikia yang terlibat memperoleh manfaat, begitu pula orang yang hadir untuk mendengarkan saja.Istilah mudzakarah tidak


(8)

Metode Pendidikan Islam

2014

hanya digunakan dalam satu aspek saja, tetapi juga sering digunakan sebagai petunjuk percakapan yang dapat memberikan pertukaran ilmu pegetahuan (seperti seminar).Mudzakarah juga digunakan sebagai metode mempelajari dan mengahafal materi studi sastra khususnya ilmu qawa’id an-nahwu.

4. Munazharah

Munazharah merupakan suatu metode pendidikan Islam pada masa klasik, yaitu dengan cara berdiskusi. Makdisi menjelaskan bahwa munazharah merupakan suatu cara untuk menambah ilmu pengetahuan dengan cara mengundang orang lain dan memperdebatkan masing-masing pendapat yang disertai dengan argumentasi yang dapat dipertanggungjawabkan. Dalam munazharah, kepasihan lidah berbicara dan memiliki ilmu yang luas sangat dihandalkan. Perdebatan(munazharah) juga merupakan alat untuk mencapai kemajuan ilmu pengetahuan. Beberapa contoh ulama yang dicatat sebagai ahli munazarah.Imam Syafi’i, yang terkenal sebagai seorang yang suka melakukan munazarah untuk mencari kebenaran tentang satu soal tertentu. Ada fungsi dari munazarah ini yang sangat mendasar yaitu mengenai pemanfaatan orang yang memiliki keilmuan yang tinggi yang bisa dijadikan rujukan khususnya bidang keilmuan mulai dari zaman klasik sampai modern.

5. Metode Dikte (Imla’)

Metode ini dilaksanakan oleh guru dengan cara memberikan pelajaran dari hafalan, atau dari catatan yang telah ditulisnya lebih dahulu untuk dibacakan kepada para murid. Pendiktean dilakukan dengan lambat, yaitu satu alinea atau satu-satu hadits, disertai dengan menyebutkan sanadnya, dan para murid menuliskan apa yang di diktekan guru mereka. Setelah guru selesai mendiktekan materi pelajaran dan memberikan penjelasan atau penafsiran terhadap materi tersebut serta murid telah selesai mencatatnya dengan baik. Guru seringkali membacakan apa-apa yang telah didiktekannya. Atau disuruhnya salah seorang murid untuk membacakannya, lalu diberikan pembetulan-pembetulan jika terdapat kesalahan-kesalahan atau kekurangan-kekurangan pada penulisan para murid.


(9)

Metode Pendidikan Islam

2014

Rihlah Ilmiyah digunakan untuk setiap perjalanan guna menuntut ilmu,

mencari tempat belajar yang baik, mencari guru yang lebih bisa memimpin pelajaran dengan baik pula, atau juga perjalanan seseorang ilmuan ke berbagai tempat, apakah dia secara formal melakukan aktivitas akademis atau sebaliknya. Dengan demikian rihlah‘ilmiyah bisa saja mencakup sebuah perjalanan yang memang direncanakan untuk tujuan ilmiah (belajar, mengajar, diskusi, mencari kitab dan lain sebagainya), atau sekedar perjalanan biasa yang dilakukan oleh orang-orang yang terlihat dalam kegiatan keilmuan.Selanjutnya Hasan Asari juga menjelaskan tentang praktek Rihlah Ilmiyah dapat juga ditemukan dalam nas-nas dasar-dasar dasar agama Islam, baik dalam al-Qur’an maupun hadits. Abu Hamid al-Ghazali, misalnya, menganjurkan rihlah ilmiyah dan bahkan memandangnya sebagai pendukung penting yang dapat membantu keberhasilan seseorang dalam kegiatan menuntut ilmu pengetahuan. Begitu pula dengan Ibn Khaldun, dia melihat manfaat yang sangat besar dari praktek ini. Al-Khatib al-Baghdadi juga memandang rihlah ilmiyah memiliki relevansi yang sangat tinggi,khususnya dalam bidang hadis, sehingga ia menulis sebuah buku khusus membahas tema tersebut. Ibn ‘Abd al-Barr juga menyisipkan sebuah pembahasan mengenai praktek rihlah ilmiyah. Perkembangan rihlah ilmiyah ini juga ternyata tidak diketahui secara jelas kapan dimulainya, namun sejarah menunjukkan bahwasanya pada masa Rasulullah juga sudah ada karena beliau pernah mengutus sahabat Muaz Ibn Jabal ke negeri Yaman dengan tujuan sebagai guru. Rihlah Ilmiyah ini juga memiliki fungsi dalam peradaban intelektual Islam klasik.

C. Metode Pendidikan Islam Pada Masa Rosulullah

Awal dari pendidikan yang dijalankan oleh Nabi Muhammad SAW adalah tatkala beliau menerima perintah dari Allah SWT untuk menyeru kepada-Nya, sebagaimana terdapat dalam Al-Qur’an Surat Al Mudatsir (1-7) yang artinya :

“Hai orang yang berselimut, bangun, dan beri ingatlah. Hendalah engkau besarkan Tuhanmu dan bersihkanlah pakaianmu, tinggalkanlah perbuatan dosa, dan janganlah engkau memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu bersabarlah”.


(10)

Metode Pendidikan Islam

2014

Dengan turunnya perintah itu, mulailah Rasulullah berdakwah. Mulanya beliau melakukannya secara diam-diam di lingkungan keluarganya sendiri. Pertama beliau mengajak isterinya, Khadijah untuk beriman dan menerima petunjuk – petunjuk Allah SWT, kemudian diikuti oleh sepupunya Ali bin Abi Talib, dan Zaid bin haritsah dari kalangan budak. Lalu beliau mulai menyeru kepada sahabatnya yaitu Abu Bakar. Dan secara berangsur – angsur ajakan tersebut disampaikan secara lebih meluas, tetapi masih dikalangan keluarga dekat dari suku quraiys saja. Ajakan rasulullah antara lain untuk mempercayai Allah YME, tidak syirik, berakhlak mulia, dapat dipercaya, jujur, sekaligus berilmu. Setelah beberapa lama dakwah tersebut dilaksanakan secara individual turunlah perintah agar nabi menjalankan dakwah secara terbuka.

Dalam memberikan dakwah atau pendidikannya Nabi Muhammad menggunakan beberapa metode, diantaranya:

1. Metode Graduasi (Al Tadarruj)

Metode graduasi atau penahapan merupakan metode alqur’an dalam membina masyarakat, baik dalam melenyapkan kepercayaan dan tradisi jahiliyah maupun yang lain. Demikian pula dalam menanamkan aqidah, al qur’an juga menggunakan metode graduasi ini. Oleh sebab al qur’an diturunkan kepada rasul secara berangsur-angsur (bertahap), maka tidak heran juga ketika nabi menerapkan konsep tersebut dalam penyampaian pendidikannya.

2. Metode Levelisasi

Penyampaian materi pelajaran yang dilakukan Nabi Muhammad SAW sering berbeda antara orang satu dengan orang yang lain. Hal ini beliau lakukan, karena beliau sangat memperhatikan level-level atau peringkat dan kemampuan kecerdasan intelektual seseorang dalam menangkap sebuah pelajaran. Demikian dilakuakan dengan tujuan agar materi yang disampaikan beliau benar-benar bias diterima oleh peserta didik. Terkadang Rasulullah berbicara tidak hanya memperhatikan tingkat kecerdasan seseorang saja, melainkan juga memperhatikan kecerdasan emosionalnya.

3. Metode Variasi (Al-Tanwi’ Wa Al-Taghyir)

Untuk menghindari kejenuhan atau kebosanan para peserta didik, Nabi Muhammad SAW membuat variasi waktu dalam memberikan pelajaran kepada para sahabat.

Tidak hanya bervariasi dalam hal waktu, beliau juga memberikan variasi-variasi dalam penyampaian materi pelajaran. Karena yang beliau ajarkan adlah


(11)

Metode Pendidikan Islam

2014

wahyu dari Allah SAW yang pada saat itu sedang dalam proses diturunkan. Oleh sebab materi yang dikirimkan lewat wahyu itu bervariasi, maka secara otomatis pendidikan yang diajarkan Rasulullah bervariasi. Menurut Prof. Dr. Muhammad ‘Ajjal al Khatib, metode variasi ini, baik digunakan dalam materi pelajaran manapun.

4. Metode Keteladanan (Al Uswah wa Al Qudwah)

Ketika Rasulullah Muhammad SAW memberikan sebuah materi yang berkaitan pola perilaku atau tingkah laku yang berkaitan dengan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari, sebelum beliau menyampaikan kepada peserta didik, terlebih dahulu beliau melakukannya dalam perbuatan sehari-hari. Dengan hal demikian, maka peserta didik akan lebih cepat memahami ajaran Rasulullah.

Selain itu, dalam Al Qur’an juga telah disebutkab bahwa:

“sungguh telah ada bagi kalian pada diri Rasulullah suatu suri tauladan yang baik”. (Qs. Al-Ahzab: 21)

5. Metode Aplikatif ( At Tatbiqi Wa Al ‘Amali)

Apabila Rasulullah sudah memberikan teladan-teladan dalam ajaran-ajaran yang beliau sampaikan kepada peserta didik, maka pada gilirannya peserta didikpun langsung mempraktikan dan mengaplikasikan ajaran – ajaran itu dalam kehidupan sehari – hari. Pendidikan Nabi Muhammad SAW tidak sekedar menyampaikan materi pelajaran saja, melainkan juga langsung diamalkan.

6. Metode Pengulangan (Al Taqrir Wa Al Muraja’ah)

Metode pengulangan menjadi salah satu metode yang digunakan beliau, karena dianggap perlu dan penting untuk dilakukan khususnya dalam materi pelajaran yang penting-penting.

7. Metode Evaluasi (Al-Taqyim)

Sebuah metode yang digunakan oleh Rasul dalam penyampaian materi pelarannya, dimana beliau tidak hanya berhenti setelah sudah memberikan materi kepada peserta didik, akan tetapi beliau juga melakukan sebuah tindakan monitoring dan evaluating. Dalam hal ini, beliau mengawasi dan mengevaluasi mereka. Apabila terdapat kekeliruan, maka neliau langsung mengoreksinya. Oleh karena kekeliruan tersebut bisa diketahui langsung oleh beliau dan terkadang diketahui lewat laporan dari seseorang sahabat.


(12)

Metode Pendidikan Islam

2014

8. Metode Dialog (Al-Hiwar)

Metode pendidikan Rasulullah selanjutnya adalah Al Hiwar yaitu dialog, Tanya jawab. Dalam hal ini rasul, berperan sebagai penanya dan pendialog. Sementara peserta didiknya yang diajak dialog. Dengan metode ini, beliau membentuk peserta untuk melakukan perubahan yaitu dari tidak tahu menjadi mengetahui, kemudian dan memahami, dan yang selanjutnya sampai ke posisi meyakini. Metode ini banyak mewarnai system pendidikan Islam pada masa Rasulullah SAW.

9. Metode Analogi (Al-Qiyas)

Penerapan metode ini dalam pendidikan Rasul, disini beliau seringkali menyebutkan ungkapan-ungkapan dalam mengajarkan agama Islam kepada peserta didik.

10. Metode Cerita

Metode ini dikemas dengan cara bercerita. Untuk menanamkan ajaran-ajaran Islam kepada peserta didik, Rasul seringkali menuturkan kisah orang – orang terdahulu.

D. Metode Pendidikan Islam Pada Masa Klasik

a. Pendidikan Islam Masa Khulafa Al-Rasyidin [632-661 M/12-41 H]

Sistem pendidikan islam pada masa khulafa al-rasyidin di lakukan secara mandiri, tidak dikelola oleh pemerintah, kecuali pada masa khalifah umar ibn khattab yang turut campur dalam menambahkan kurikulum di lembaga kuttab. Para sahabat yang memiliki pengetahuan keagamaan membuka majelis pendidikan masing-masing, sehingga pada masa abu bakar misalnya, lembaga pendidikan kuttab mencapai tingkatan kemajuan yang berarti. Kemajuan lembaga kuttab ini terjadi ketika masyarakat muslim telah menaklukkan beberapa daerah dan menjalin kontak dengan bangsa-bangsa yang telah maju. Lembaga pendidikan ini sangat penting sehingga para ulama’ berpendapat bahwa mengajarkan al-qur’an merupakan fardlu kifayah

Menurut mahmud yunus, ketika peserta didik selesai mengikuti pendidikan di kuttab mereka melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yakni di masjid. Di masjid ini, ada dua tingkatan, yaitu tingkat mengengah dan tingkat tinggi. Yang membedakan diantarapendidikan itu adalah kualitas gurunya.

Pusat-pusat pendidikan pada masa khulafa al-rasyidin tidak hanya di madinah, tetapi juga menyebar di berbagai kota, seperti makah dan madinah (hijaz), kota bashrah


(13)

Metode Pendidikan Islam

2014

dan kufah (irak), kota damsyik dan palestina (syam), dan kota fistat (mesir). Di pusat-pusat daerah inilah pendidikan islam berkembang secara cepat.

Materi pendidikan yang di ajarkan pada masa Khalifah Al-Rasyidin sebelum masa Umar Ibn Khattab (w. 32 H./644 M) untuk Kuttab adalah:

a) Belajar membaca dan menulis b) Membaca al-qur’an dan menghafal

c) Belajar tentang pokok-pokok ajaran islam.

Ketika Umar Ibn Khattab di angkat menjadi khalifah, ia menginstruksikan kepada penduduk kota agar anak-anak di ajarkan Berenang, Mengendarai onta, Memanah dan Membaca dan menghafal syair-syair yang mudah dan peribahasa. Sedangkan materi pendidikan tingkat menengah dan tinggi terdiri dari:

a) Al-qur’andan tafsirnya

b) Hadits dan mengumpulkannya c) Fiqih (Tasyri)

Ilmu-ilmu yang dianggap duniawi dan ilmu filsafat belum di kenal sehingga pada masa itu tidak ada, dan lebih di fokuskan pada pemahaman al-qur’an dan hadits secara literal.

b. Pendidikan Islam Masa Dinasti Umayyah [41-132 H./661-750 M]

Pendidikan islam pada masa dinasti Umayyah ini hampir sama dengan pendidikan pada masa khulafa al-rasyidin, hanya saja ada sisi perbedaan dan perkembangan sendiri. Perhatian para raja di bidang pendidikan agaknya kurang memperlihatkan perkembangan yang maksimal, sehingga pendidikan berjalan tidak di atur oleh pemerintah, tetapi oleh para ulama’ yang memiliki pengetahuan yang mendalam. Kebijakan-kebijakan pendidikan yang di keluarkan oleh pemerintah hampir tidak di temukan. Jadi, sistem pendidikan islam ketika itu masih berjalan secara alamiah.

Karena kondisi ketika itu di warnai oleh kepentingan-kepentingan politis dan golongan, di dunia pendidikan, terutama di dunia sastra, sangat rentan dengan identitasnya masing-masing. Sastra arab, baik dalam bidang syair, pidato (khitabah) dan seni prosa, mulai menunjukkan kebangkitannya. Para raja mempersiapkan tempat balai-balai pertemuan penuh hiasan yang indah dan hanya dapat di masuki oleh kalangan sastrawan dan ulama’-ulama’ terkemuka.


(14)

Metode Pendidikan Islam

2014

Pada zaman ini, dapat disaksikan adanya gerakan penerjemahan ilmu-ilmu dari bahasa lain kedalam bahasa arab, tetapi penterjemahan itu sebatas pada ilmu-ilmu yang mempunyai kepentingan praktis, seperti ilmu kimia, kedokteran, falak, tatalaksana dan seni bangunan. Pada masa ini juga masih menyelenggarakan ilmu-ilmu yang di letakkan pada masa sebelumnya, seperti ilmu tafsir.

Bersamaan dengan itu, kemajuan yang diraih delam dunia pendidikan pada saat itu adalah di kembangkannya ilmu nahwu yang di gunakan untuk memberi tanda baca, pencetakan kaidah-kaidah bahasa dan periwayatan bahasa. Terjadi perbedaan mengenai penyusunan ilmu nahwu, tetapi disiplin ilmi ini menjadi ciri kemajuan tersendiri pada masa ini.

Hadits dan ilmu hadits mendapat perhatian secara serius, pentingnya periwayatan hadits sehingga dapat di pertanggung jawabkan baik secara ilmiah maupun secara moral mendapat perhatian luas. Namun keberhasilan yang di raihnya adalah semangat untuk mencari hadits, belum mencapai pada tahap kodifikasi.

Di bidang ilmu fiqih, secara garis besar dapat di bedakan menjadi dua kelompok, yaitu aliran ahli Al-Ra’y dan ahl Al-Hadits. Kelompok aliran pertama mengembangkan hukum islam dengan menggunakan analogi, bila terjadi masalah yang di tentukan hukumnya. Aliran kedua, ahl Al-Hadits, lebih berpegang pada dalil-dalil secara literal, bahkan aliran ini tidak akan memberikan fatwa jiaka tidak ada ayat Al-Qur’an atau hadits yang menerangkannya.

Diantara jasa dinasti Umayyah dalam bidang pendidikan menurut hasan langgulung adalah menekankan ciri ilmiah pada masjid sehingga menjadi pusat perkembangan ilmu perguruan tinggi dalam masyarakat Islam.

c. Pendidikan Islam Masa Dinasti Abbasiyah [132-656 H/750-1258 M]

Charles Michael Stanton berkesipulan bahwa sepanjang masa Klasik Islam, penentuan sistem dan kurikulum pendidikan berada di tangan ulama’, kelompok orang-orang yang berpengetahuan dan di terima sebagai otoritatif dalam soal-soal agama dan hukum, bukan di tentukan oleh struktur kekuasaan yang berkuasa.

Menurut Hasan Abd Al-‘Al, seorang ahli pendidikan islam alumni Universitas Thantha, dalam tesisnya menyebutkan tujuh lembaga pendidikan yang telah berdiri pada masa abbasiyah ini, terutama pada abad ke-4 hijriah. Ketujuh lembaga itu adalah:

a) Lembaga pendidikandasar (Al-Kuttab) b) Lembaga pendidikan masjid (Al-Masjid)


(15)

Metode Pendidikan Islam

2014

c) Kedai pedagang kitab (Al-Bawanit Al-Waraqin)

d) Tempat tinggal para sarjana (Manazil Al-‘Ulama) e) Sanggar seni dan sastra (Al-Shalunat Al-Adabiyah) f) Perpustakaan (Dawr Al-Kutub Wa Dawr Al-‘Ilm) g) Lembaga pendidikan sekolah (Al-Madrasah)

Semua institusi itu memiliki karakteristik tersendiri dan kajiannya masing-masing. Sungguhpun demikian, secara umum, seluruh lembaga pendidikan itu dapat di klasifikasikan menjadi tiga tingkatan.

Pertama, tingkat rendah yang terdiri dari kuttab, rumah, toko, pasar, serta istana.

Kedua, tingkat sekolah menengah yang mencakup masjid, sanggar seni, dan ilmu pengetahuan, sebagai lanjutan pelajaran di kuttab.

Ketiga, tingkat perguruan tinggi yang meliputi masjid, madrasah dan perpustakaan, seperti Bait Al-Hikmah di baghdad dan Dar Al-‘Ulum di kairo.

Pada tingkat rendah kurikulum yang di ajarkan meliputi membaca al-qur’an dan menghafalnya, pokok-pokok agama islam, menilis, membaca dan menghafal syair, berhitung dan pokok-pokok nahwu dan sharaf alakadarnya.

Pada jenjang menengah di sediakan pelajaran-pelajaran Al-Qur’an, Bahasa Arab Dan Kesusastraan, Fiqih, Tafsir, Hadits, Nahwu/Sharaf/Balaghah, Ilmu-Ilmu Eksakta, Mantiq, Falak, Tarikh, Ilmu-Ilmu Kealaman, Kedokteran, Dan Musik. Dan metode pengajarannya di sesuaikan dengan materi yang bersangkutan.

Jenjang pendidikan tingkat tinggi memiliki perbedaan di masing-masing lembaga pendidikan. Namun, secara umum lembaga pendidikan tingkat tinggi mempunyai dua fakultas, pertama, fakultas ilmu-ilmu agama serta bahasa dan sastra arab. Kedua, fakultas ilmu-ilmu Hikmah (Filsafat). Semua mata pelajaran di ajarkan di perguruan tinggi dan belum diadakan spesialisasi mata pelajaran tertentu.

Menurut Hasan Abd Al-‘Al metode pendidikan yang dilakukan pada jenjang tingkat tinggi ini meliputi Metode-Metode sebagai berikut:

a) Metode Ceramah (Al-Muhadlarah) : guru menyampaikan materi kepada semua mahasiswa dengan di ulang-ulang sehingga mahasiswa hafal terhadap apa yang dikatakannya. Dan pada metode ini terbagi menjadi dua cara, yaitu metode Dikte (Imla’) dan metode Pengajuan Kepada Guru (Qiraat ‘Ala Al Syaikj Aw Al-Ardl)


(16)

Metode Pendidikan Islam

2014

b) Metode Diskusi (Al-Munadzarah) : Di gunakan untuk menguji

argumentasi-argumentasi yang di ajukan sehingga dapat teruji.

c) Metode Koresponden Jarak Jauh (Al-Ta’lim Bi Al-Murasilah) : merupakan salah satu metode yang di gunakan oleh para mahasiswa yang menanyakan suatu masalah kepada guru yang jauh secara tertulis, lalu guru itu memberikan jawabannya secara tertulis pula.

d) Metode Rihlah ilmiah : metode ini dilakukan oleh para mahasiswa baik secara pribadi maupun secara kelompok dengan cara menandatangi guru di rumahnya untuk berdiskusi tentang suatu topik. Dan guru yang di datangi biasanya adalah guru yang dianggap memiliki keahlian dalam bidangnya.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Metode dalam Pendidikan Islam merupakan usaha dan kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka menyampaikan sebuah agama, dengan berdakwah, menyampaikan ajaran, memberi contoh, melatih keterampilan dan berbuat, menciptakan kepribadian Muslim.

Dalam rangka membentuk itu semua, kita perlu menggunakan metode-metode dalam penyampaian pembelajaran untuk mengajukan pendidikan Islam yang ada, misalnya dalam perkembangan kemajauan intelektual pendidikan.


(17)

Metode Pendidikan Islam

2014

DAFTAR PUSTAKA

Rofiq,Muh.2009. Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta:LkiS yogyakarta Sholeha dan Rada.2011. Ilmu Pendidikan Islam.Bandung: Alfabetha

http://hafiz12422029.wordpress.com/2013/05/29/kurikulum-sistem-dan-metode-pendidikan-klasik/

http://theworldofciah.blogspot.com/2012/11/metode-pendidikan-pada-masa-rosululloh.html http://wafiq-amali.blogspot.com/2011/10/pendidikan-islam-dalam-pemikiran-klasik.html


(1)

Metode Pendidikan Islam

2014

8. Metode Dialog (Al-Hiwar)

Metode pendidikan Rasulullah selanjutnya adalah Al Hiwar yaitu dialog, Tanya jawab. Dalam hal ini rasul, berperan sebagai penanya dan pendialog. Sementara peserta didiknya yang diajak dialog. Dengan metode ini, beliau membentuk peserta untuk melakukan perubahan yaitu dari tidak tahu menjadi mengetahui, kemudian dan memahami, dan yang selanjutnya sampai ke posisi meyakini. Metode ini banyak mewarnai system pendidikan Islam pada masa Rasulullah SAW.

9. Metode Analogi (Al-Qiyas)

Penerapan metode ini dalam pendidikan Rasul, disini beliau seringkali menyebutkan ungkapan-ungkapan dalam mengajarkan agama Islam kepada peserta didik.

10. Metode Cerita

Metode ini dikemas dengan cara bercerita. Untuk menanamkan ajaran-ajaran Islam kepada peserta didik, Rasul seringkali menuturkan kisah orang – orang terdahulu.

D. Metode Pendidikan Islam Pada Masa Klasik

a. Pendidikan Islam Masa Khulafa Al-Rasyidin [632-661 M/12-41 H]

Sistem pendidikan islam pada masa khulafa al-rasyidin di lakukan secara mandiri, tidak dikelola oleh pemerintah, kecuali pada masa khalifah umar ibn khattab yang turut campur dalam menambahkan kurikulum di lembaga kuttab. Para sahabat yang memiliki pengetahuan keagamaan membuka majelis pendidikan masing-masing, sehingga pada masa abu bakar misalnya, lembaga pendidikan kuttab mencapai tingkatan kemajuan yang berarti. Kemajuan lembaga kuttab ini terjadi ketika masyarakat muslim telah menaklukkan beberapa daerah dan menjalin kontak dengan bangsa-bangsa yang telah maju. Lembaga pendidikan ini sangat penting sehingga para ulama’ berpendapat bahwa mengajarkan al-qur’an merupakan fardlu kifayah

Menurut mahmud yunus, ketika peserta didik selesai mengikuti pendidikan di kuttab mereka melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yakni di masjid. Di masjid ini, ada dua tingkatan, yaitu tingkat mengengah dan tingkat tinggi. Yang membedakan diantarapendidikan itu adalah kualitas gurunya.

Pusat-pusat pendidikan pada masa khulafa al-rasyidin tidak hanya di madinah, tetapi juga menyebar di berbagai kota, seperti makah dan madinah (hijaz), kota bashrah


(2)

Metode Pendidikan Islam

2014

dan kufah (irak), kota damsyik dan palestina (syam), dan kota fistat (mesir). Di pusat-pusat daerah inilah pendidikan islam berkembang secara cepat.

Materi pendidikan yang di ajarkan pada masa Khalifah Al-Rasyidin sebelum masa Umar Ibn Khattab (w. 32 H./644 M) untuk Kuttab adalah:

a) Belajar membaca dan menulis b) Membaca al-qur’an dan menghafal

c) Belajar tentang pokok-pokok ajaran islam.

Ketika Umar Ibn Khattab di angkat menjadi khalifah, ia menginstruksikan kepada penduduk kota agar anak-anak di ajarkan Berenang, Mengendarai onta, Memanah dan Membaca dan menghafal syair-syair yang mudah dan peribahasa. Sedangkan materi pendidikan tingkat menengah dan tinggi terdiri dari:

a) Al-qur’andan tafsirnya

b) Hadits dan mengumpulkannya c) Fiqih (Tasyri)

Ilmu-ilmu yang dianggap duniawi dan ilmu filsafat belum di kenal sehingga pada masa itu tidak ada, dan lebih di fokuskan pada pemahaman al-qur’an dan hadits secara literal.

b. Pendidikan Islam Masa Dinasti Umayyah [41-132 H./661-750 M]

Pendidikan islam pada masa dinasti Umayyah ini hampir sama dengan pendidikan pada masa khulafa al-rasyidin, hanya saja ada sisi perbedaan dan perkembangan sendiri. Perhatian para raja di bidang pendidikan agaknya kurang memperlihatkan perkembangan yang maksimal, sehingga pendidikan berjalan tidak di atur oleh pemerintah, tetapi oleh para ulama’ yang memiliki pengetahuan yang mendalam. Kebijakan-kebijakan pendidikan yang di keluarkan oleh pemerintah hampir tidak di temukan. Jadi, sistem pendidikan islam ketika itu masih berjalan secara alamiah.

Karena kondisi ketika itu di warnai oleh kepentingan-kepentingan politis dan golongan, di dunia pendidikan, terutama di dunia sastra, sangat rentan dengan identitasnya masing-masing. Sastra arab, baik dalam bidang syair, pidato (khitabah) dan seni prosa, mulai menunjukkan kebangkitannya. Para raja mempersiapkan tempat balai-balai pertemuan penuh hiasan yang indah dan hanya dapat di masuki oleh kalangan sastrawan dan ulama’-ulama’ terkemuka.


(3)

Metode Pendidikan Islam

2014

Pada zaman ini, dapat disaksikan adanya gerakan penerjemahan ilmu-ilmu dari bahasa lain kedalam bahasa arab, tetapi penterjemahan itu sebatas pada ilmu-ilmu yang mempunyai kepentingan praktis, seperti ilmu kimia, kedokteran, falak, tatalaksana dan seni bangunan. Pada masa ini juga masih menyelenggarakan ilmu-ilmu yang di letakkan pada masa sebelumnya, seperti ilmu tafsir.

Bersamaan dengan itu, kemajuan yang diraih delam dunia pendidikan pada saat itu adalah di kembangkannya ilmu nahwu yang di gunakan untuk memberi tanda baca, pencetakan kaidah-kaidah bahasa dan periwayatan bahasa. Terjadi perbedaan mengenai penyusunan ilmu nahwu, tetapi disiplin ilmi ini menjadi ciri kemajuan tersendiri pada masa ini.

Hadits dan ilmu hadits mendapat perhatian secara serius, pentingnya periwayatan hadits sehingga dapat di pertanggung jawabkan baik secara ilmiah maupun secara moral mendapat perhatian luas. Namun keberhasilan yang di raihnya adalah semangat untuk mencari hadits, belum mencapai pada tahap kodifikasi.

Di bidang ilmu fiqih, secara garis besar dapat di bedakan menjadi dua kelompok, yaitu aliran ahli Al-Ra’y dan ahl Al-Hadits. Kelompok aliran pertama mengembangkan hukum islam dengan menggunakan analogi, bila terjadi masalah yang di tentukan hukumnya. Aliran kedua, ahl Al-Hadits, lebih berpegang pada dalil-dalil secara literal, bahkan aliran ini tidak akan memberikan fatwa jiaka tidak ada ayat Al-Qur’an atau hadits yang menerangkannya.

Diantara jasa dinasti Umayyah dalam bidang pendidikan menurut hasan langgulung adalah menekankan ciri ilmiah pada masjid sehingga menjadi pusat perkembangan ilmu perguruan tinggi dalam masyarakat Islam.

c. Pendidikan Islam Masa Dinasti Abbasiyah [132-656 H/750-1258 M]

Charles Michael Stanton berkesipulan bahwa sepanjang masa Klasik Islam, penentuan sistem dan kurikulum pendidikan berada di tangan ulama’, kelompok orang-orang yang berpengetahuan dan di terima sebagai otoritatif dalam soal-soal agama dan hukum, bukan di tentukan oleh struktur kekuasaan yang berkuasa.

Menurut Hasan Abd Al-‘Al, seorang ahli pendidikan islam alumni Universitas Thantha, dalam tesisnya menyebutkan tujuh lembaga pendidikan yang telah berdiri pada masa abbasiyah ini, terutama pada abad ke-4 hijriah. Ketujuh lembaga itu adalah:

a) Lembaga pendidikandasar (Al-Kuttab) b) Lembaga pendidikan masjid (Al-Masjid)


(4)

Metode Pendidikan Islam

2014

c) Kedai pedagang kitab (Al-Bawanit Al-Waraqin)

d) Tempat tinggal para sarjana (Manazil Al-‘Ulama) e) Sanggar seni dan sastra (Al-Shalunat Al-Adabiyah) f) Perpustakaan (Dawr Al-Kutub Wa Dawr Al-‘Ilm) g) Lembaga pendidikan sekolah (Al-Madrasah)

Semua institusi itu memiliki karakteristik tersendiri dan kajiannya masing-masing. Sungguhpun demikian, secara umum, seluruh lembaga pendidikan itu dapat di klasifikasikan menjadi tiga tingkatan.

Pertama, tingkat rendah yang terdiri dari kuttab, rumah, toko, pasar, serta istana. Kedua, tingkat sekolah menengah yang mencakup masjid, sanggar seni, dan ilmu pengetahuan, sebagai lanjutan pelajaran di kuttab.

Ketiga, tingkat perguruan tinggi yang meliputi masjid, madrasah dan perpustakaan, seperti Bait Al-Hikmah di baghdad dan Dar Al-‘Ulum di kairo.

Pada tingkat rendah kurikulum yang di ajarkan meliputi membaca al-qur’an dan menghafalnya, pokok-pokok agama islam, menilis, membaca dan menghafal syair, berhitung dan pokok-pokok nahwu dan sharaf alakadarnya.

Pada jenjang menengah di sediakan pelajaran-pelajaran Al-Qur’an, Bahasa Arab Dan Kesusastraan, Fiqih, Tafsir, Hadits, Nahwu/Sharaf/Balaghah, Ilmu-Ilmu Eksakta, Mantiq, Falak, Tarikh, Ilmu-Ilmu Kealaman, Kedokteran, Dan Musik. Dan metode pengajarannya di sesuaikan dengan materi yang bersangkutan.

Jenjang pendidikan tingkat tinggi memiliki perbedaan di masing-masing lembaga pendidikan. Namun, secara umum lembaga pendidikan tingkat tinggi mempunyai dua fakultas, pertama, fakultas ilmu-ilmu agama serta bahasa dan sastra arab. Kedua, fakultas ilmu-ilmu Hikmah (Filsafat). Semua mata pelajaran di ajarkan di perguruan tinggi dan belum diadakan spesialisasi mata pelajaran tertentu.

Menurut Hasan Abd Al-‘Al metode pendidikan yang dilakukan pada jenjang tingkat tinggi ini meliputi Metode-Metode sebagai berikut:

a) Metode Ceramah (Al-Muhadlarah) : guru menyampaikan materi kepada semua mahasiswa dengan di ulang-ulang sehingga mahasiswa hafal terhadap apa yang dikatakannya. Dan pada metode ini terbagi menjadi dua cara, yaitu metode Dikte (Al-Imla’) dan metode Pengajuan Kepada Guru (Qiraat ‘Ala Al Syaikj Aw Al-Ardl)


(5)

Metode Pendidikan Islam

2014

b) Metode Diskusi (Al-Munadzarah) : Di gunakan untuk menguji

argumentasi-argumentasi yang di ajukan sehingga dapat teruji.

c) Metode Koresponden Jarak Jauh (Al-Ta’lim Bi Al-Murasilah) : merupakan salah satu metode yang di gunakan oleh para mahasiswa yang menanyakan suatu masalah kepada guru yang jauh secara tertulis, lalu guru itu memberikan jawabannya secara tertulis pula.

d) Metode Rihlah ilmiah : metode ini dilakukan oleh para mahasiswa baik secara pribadi maupun secara kelompok dengan cara menandatangi guru di rumahnya untuk berdiskusi tentang suatu topik. Dan guru yang di datangi biasanya adalah guru yang dianggap memiliki keahlian dalam bidangnya.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Metode dalam Pendidikan Islam merupakan usaha dan kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka menyampaikan sebuah agama, dengan berdakwah, menyampaikan ajaran, memberi contoh, melatih keterampilan dan berbuat, menciptakan kepribadian Muslim.

Dalam rangka membentuk itu semua, kita perlu menggunakan metode-metode dalam penyampaian pembelajaran untuk mengajukan pendidikan Islam yang ada, misalnya dalam perkembangan kemajauan intelektual pendidikan.


(6)

Metode Pendidikan Islam

2014

DAFTAR PUSTAKA

Rofiq,Muh.2009. Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta:LkiS yogyakarta Sholeha dan Rada.2011. Ilmu Pendidikan Islam.Bandung: Alfabetha

http://hafiz12422029.wordpress.com/2013/05/29/kurikulum-sistem-dan-metode-pendidikan-klasik/

http://theworldofciah.blogspot.com/2012/11/metode-pendidikan-pada-masa-rosululloh.html http://wafiq-amali.blogspot.com/2011/10/pendidikan-islam-dalam-pemikiran-klasik.html