S FIS 1103023 Chapter1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mata pelajaran fisika merupakan salah satu mata pelajaran sains yang
dipelajari siswa di sekolah. Melalui pembelajaran fisika di sekolah, siswa belajar
berbagai konsep fisika. Pembelajaran fisika mengajak siswa untuk mengamati
gejala fisik yang dapat diselidiki penyebabnya. Menurut Permendikbud Nomor
81A tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum disebutkan bahwa,
“Di dalam pembelajaran, peserta didik didorong untuk menemukan
sendiri
dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek
informasi baru dengan yang sudah ada dalam ingatannya, dan
melakukan pengembangan menjadi informasi atau kemampuan yang
sesuai dengan lingkungan dan jaman tempat dan waktu ia hidup.”
Berdasarkan kutipan di atas maka dalam pembelajaran fisika siswa membangun
pengetahuannya

berdasarkan

pengetahuan


awal

yang

dimiliki oleh

Konstruksi pengetahuan beranjak dari pengetahuan awal siswa.

siswa.

Pengetahuan

awal tersebut kemudian dikembangkan dengan bertambahnya pengetahuan dari
konsep fisika yang sedang dipelajari siswa. Pengetahuan baru yang dimiliki oleh
siswa tersebut disesuaikan dengan lingkungan sehari-harinya.
Selama proses pembelajaran, siswa merupakan subjek yang aktif dalam
penggalian konsep fisika. Dalam Permendikbud Nomor 65 tahun 2013 tentang
Standar Proses disebutkan bahwa prinsip pembelajaran yang digunakan dari
peserta didik diberi tahu berubah menjadi peserta didik yang mencari tahu. Siswa

diberikan kesempatan untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran
fisika mengajak siswa untuk mengamati fenomena fisik yang terjadi dalam
kehidupan

sehari-hari.

Selanjutnya

muncul

dalam

benak

siswa

beberapa

pertanyaan yang berkaitan dengan fenomena tersebut. Pertanyaan tersebut dijawab
siswa melalui suatu penyelidikan ilmiah yang bertujuan untuk mengumpulkan

data percobaan. Selanjutnya siswa dapat mengasosiasikan pengetahuan yang
diperoleh

kemudian

mengkomunikasikan

pengetahuan

yang

diperoleh.

Siska Sukaesih, 2015
PENERAPAN MOD EL INKUIRI ABD UKTIF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN
LITERASI SAINS SISWA SMA PAD A MATERI HUKUM NEWTON
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

1


2

Pengalaman belajar tersebut penting untuk membentuk penguasaan konsep siswa.
Bruner (dalam Suyono dan Hariyanto, 2011) menjelaskan bahwa pengetahuan
baru yang didapat dari konstruksi pengetahuan terdahulu menciptakan makna dan
membuat siswa memahami secara mendalam dari informasi baru yang diperoleh.
Penguasaan

konsep

siswa

dikonstruksi

melalui

pengalaman

belajar


yang

dipersiapkan oleh guru.
Berdasarkan hasil wawancara guru fisika di salah satu SMA Negeri
Bandung

menyatakan

menjelaskan

bahwa

materi kepada

pembelajaran
siswa.

Siswa

dilakukan


guru

memperhatikan

dengan

cara

penjelasan

guru

kemudian mengerjakan soal-soal. Hal tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran
masih berpusat pada guru. Hal serupa juga ditemukan oleh Mulyani (2013) yaitu
dalam kesehariannya guru sering menyampaikan konsep fisika melalui metode
ceramah dan proses pembelajaran seringkali hanya menekankan pada pengerjaan
soal. Dari hasil observasi tersebut diketahui bahwa siswa adalah sebagai objek,
bukan


sebagai subjek

yang

aktif mengkonstruksi sendiri pengetahuannya.

Padahal pembelajaran yang dilakukan oleh guru sangat berpengaruh terhadap
pengalaman belajar siswa untuk memahami konsep secara mendalam. Hal ini
terbukti pada studi pendahuluan yang dilaksanakan di salah satu SMA Negeri
Bandung ditemukan bahwa 68,06% siswa yang nilainya di bawah batas KKM.
Temuan yang sama juga ditemukan oleh Hardiansyah (2010) yaitu hanya 30%
siswa yang lulus dari tiap ulangan harian yang diselenggarakan padahal soal yang
digunakan hanya berkisar C 1 dan C2 saja. Soal-soal tersebut hanya berkisar pada
pengetahuan dan pemahaman. Bila dibandingkan dengan penguasaan konsep,
soal-soal tersebut belum cukup memenuhi karena penguasaan konsep mencakup
ke tingkatan-tingkatan yang selanjutnya. Dari kenyataan tersebut dapat terlihat
bahwa masih rendahnya penguasaan konsep yang dimiliki oleh siswa.
Pembelajaran fisika di kelas tidak hanya sampai pada penguasaan konsep
saja. Pengetahuan yang diperoleh tersebut kemudian direfleksikan oleh siswa
sehingga siswa merasakan manfaat dari pengetahuan baru yang diperoleh. Hal ini

sesuai dengan Permendikbud

No.

81A tahun 2013 tentang Implementasi

Kurikulum bahwa bahan kajian/pelajaran diharapkan bermakna bagi peserta didik
yaitu bermanfaat karena dapat membantu peserta didik dalam kehidupan sehariSiska Sukaesih, 2015
PENERAPAN MOD EL INKUIRI ABD UKTIF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN
LITERASI SAINS SISWA SMA PAD A MATERI HUKUM NEWTON
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

3

hari. Hal senada juga dikemukakan oleh Suyono dan Hariyanto (2011, hlm. 17)
bahwa pengetahuan yang diberikan oleh guru dikembangkan untuk disesuaikan
dengan lingkungan, disesuaikan dengan perkembangan ilmu yang sedang terjadi
dan dipergunakan untuk menyelesaikan masalah keseharian. Siswa bukan hanya
dituntut


untuk

bisa mengerjakan soal fisika di kelas tetapi juga dapat

mengaplikasikan pengetahuan yang didapat untuk memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari. Pentingnya aplikasi pengetahuan dalam kehidupan seharihari juga didorong oleh adanya tantangan
dengan masalah lingkungan hidup

eksternal diantaranya isu yang terkait

serta kemajuan teknologi dan informasi

(Permendikbud No. 69 tahun 2013 tentang Kurikukum SMA-MA). Kemampuan
siswa untuk menerapkan pengetahuan ilmiah pada situasi dunia nyata disebut
sebagai literasi sains (American Association for the Advancement of Science,
dalam Gormally dkk, 2012).
Terdapat banyak definisi literasi sains sejak Paul de Hurd menggunakan
istilah ini tahun 1958. Organization for Economic Co-operation and Development
(2003) mendefinisikan literasi sains sebagai kemampuan untuk menggunakan
pengetahuan ilmiah, untuk mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan dan menarik

kesimpulan

berdasarkan bukti-bukti agar dapat memahami dan membantu

membuat keputusan tentang alam serta perubahan yang terjadi pada alam oleh
aktivitas manusia. Menurut National Research Council (dalam Gormally dkk,
2012), literasi sains

sebagai penggunaan bukti dan data untuk mengevaluasi

kualitas dari informasi dan argumen sains yang diajukan oleh ilmuwan dan media.
Definisi literasi sains menurut OECD dan NRC tersebut merupakan dua dasar
definisi literasi sains menurut Gormally dkk (2012) yaitu (1) Keterampilan
mengenali dan menganalisis penggunaan metode penyelidikan yang mengarah
pada pengetahuan ilmiah, dan (2) Keterampilan yang berhubungan dengan
mengorganisir, dan menafsirkan data kuantitatif dan informasi ilmiah. Di dalam
Permendikbud No. 81 A tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum disebutkan
bahwa peserta didik adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk secara
aktif
Ketika


mencari,
siswa

mengolah,
mencari

mengkonstruksi,

dan

mengolah

dan

informasi,

menggunakan pengetahuan.
siswa

perlu

mempunyai

keterampilan untuk mengidentifikasi pernyataan ilmiah dan validitas sumber yang
Siska Sukaesih, 2015
PENERAPAN MOD EL INKUIRI ABD UKTIF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN
LITERASI SAINS SISWA SMA PAD A MATERI HUKUM NEWTON
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

4

merupakan aspek keterampilan kategori pertama dari Gormally dkk. Siswa juga
perlu mempunyai keterampilan mengorganisir dan menafsirkan data kuantitatif
dan

informasi ilmiah selama mengkonstruksi pengetahuan,

misalnya melalui

penyelidikan ilmiah. Hal ini menjadi dasar dari penggunaan aspek keterampilan
sains menurut Gormally dkk dalam penelitian ini.
Dari pemaparan hasil wawancara
melatihkan

siswa

keterampilan

Selama pembelajaran guru dapat

literasi sains.

Keterampilan

yang dilatihkan

berkaitan dengan konten pelajaran yang sedang dipelajari siswa misalnya
keterampilan siswa mencari informasi yang benar dari suatu fenomena yang
diamati. Keterampilan tersebut bukan hanya akan bermanfaat di kelas selama
pembelajaran namun keterampilan tersebut dapat dipakai oleh siswa dalam
aktivitasnya. Akan tetapi hasil wawancara menunjukkan bahwa pembelajaran
yang lebih menekankan pada penyelesaian soal. Siswa kurang mendapatkan
pengalaman belajar untuk mengaitkan konsep ke kehidupan sehari-hari. Hal
serupa juga dikemukakan oleh Trianto (2009, hlm.6) bahwa

kenyataan di

lapangan siswa hanya menghafal konsep dan kurang mampu menggunakan
konsep tersebut jika menemui masalah dalam kehidupan nyata yang berhubungan
dengan konsep yang dimiliki. Kurangnya pengalaman belajar yang mengaitkan
konsep dengan kehidupan nyata menyebabkan rendahnya litersi sains siswa.
Berdasarkan hasil studi PISA pada tahun 2009 yang dilakukan terhadap sampel
acak anak Indonesia usia 15 tahun, diperoleh hasil bahwa rata-rata skor prestasi
literasi sains anak Indonesia adalah 383 yang menempatkan Indonesia pada 10
besar terbawah dari 65 negara yang ikut serta ( Balitbang, 2011). Hasil tersebut
menunjukkan bahwa pada umunya literasi sains anak Indonesia masih rendah.
Menurut

Ekohariadi (2009)

bahwa

anak

Indonesia masih rendah dalam

kemampuan literasi sains diantaranya mengidentifikasi masalah, menggunakan
fakta ilmiah, memahami sistem kehidupan dan memahami penggunaan peralatan
sains.
Penguasaan konsep dan literasi sains siswa yang rendah perlu ditangani
melalui suatu tindakan diantaranya dapat dimulai dengan memperbaiki proses
pembelajaran fisika di sekolah. Proses pembelajaran sains di kelas menjadi
bermakna apabila siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran dan dapat
Siska Sukaesih, 2015
PENERAPAN MOD EL INKUIRI ABD UKTIF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN
LITERASI SAINS SISWA SMA PAD A MATERI HUKUM NEWTON
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

5

mengaitkan pengalaman pembelajarannya dengan kehidupan sehari-hari. Dalam
rangka memperbaiki literasi sains siswa, Rustaman (2000) mengemukakan bahwa,
“Pembelajaran sains hendaknya memberikan kemampuan bernalar,
merencanakan dan melakukan penyelidikan ilmiah, menggunakan
pengetahuan yang sudah dipelajari untuk memahami gejala alam dan
perubahan alam yang terjadi disekitarnya.”
Pembelajaran tersebut salah satunya dapat dilakukan melalui pembelajaran
berbasis inkuiri dengan menggunakan Model Inkuiri Abduktif. Model inkuiri
abduktif

menggunakan

fenomena

untuk

metode

melakukan

scientific

eksplorasi,

dimana
memeriksa

siswa

dapat

mengamati

hipotesis-hipotesis

yang

berkaitan dengan fenomena, melakukan penyelidikan ilmiah untuk menyeleksi
hipotesis, kemudian memilih hipotesis terbaik berdasarkan kegiatan penyelidikan
ilmiah untuk menjelaskan fenomena. Salah satu tahapan dari model inkuiri
abduktif yaitu tahap examination (pemeriksaan). Pada tahap ini siswa melakukan
penyelidikan

ilmiah

yang

didalamnya

terdapat

kegiatan

mengidentifikasi

kebenaran suatu pernyataan ilmiah, mengevaluasi validitas sumber, menafsirkan
data dalam bentuk grafis, menggunakan statistik, menggunakan keterampilan
kuantitatif, serta membuat kesimpulan berdasarkan data kuantitatif. Keterampilan
tersebut merupakan aspek keterampilan literasi sains Gormally dkk. Selain itu,
selama melakukan penyelidikan ilmiah siswa juga diajak untuk memahami
konsep fisika yang muncul dalam penyelidikan ilmiah serta menganalisis hasil
temuan. Aspek mehamami dan menganalisis merupakan aspek dari penguasaan
konsep.
Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti ingin menyelidiki sejauh mana
penerapan Model Inkuiri Abduktif dengan melihat peningkatan penguasaan
konsep dan literasi sains siswa pada pembelajaran fisika. Oleh karena itu penulis
mengadakan penelitian yang berjudul “Penerapan Model Inkuiri Abduktif untuk
meningkatkan Penguasaan Konsep dan Literasi Sains Siswa SMA pada Materi
Hukum Newton”

Siska Sukaesih, 2015
PENERAPAN MOD EL INKUIRI ABD UKTIF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN
LITERASI SAINS SISWA SMA PAD A MATERI HUKUM NEWTON
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

6

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka pertanyaan
penelitian

dalam penelitian

ini adalah “Bagaimana peningkatan penguasaan

konsep dan literasi sains siswa setelah diterapkan Model Inkuiri Abduktif pada
materi Hukum Newton?”. Berdasarkan pertanyaan penelitian tersebut, maka
permasalahan dalam penelitian ini dapat dijabarkan secara operasional dalam
pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut.
1. Bagaimana peningkatan penguasaan konsep siswa setelah diterapkan Model
Inkuiri Abduktif pada pembelajaran di kelas?
2. Bagaimana peningkatan literasi sains siswa setelah diterapkan Model Inkuiri
Abduktif pada pembelajaran di kelas?

C. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut.
1. Peningkatan penguasaan konsep yang dimaksud yaitu peningkatan pada
sistem

kognitif

berdasarkan

taksonomi marzano

yang

meliputi aspek

mengingat, pemahaman, dan analisis.
2. Peningkatan Keterampilan literasi sains yang dimaksud dibatasi pada enam
keterampilan literasi sains menurut Gormally dkk (2012) meliputi (1)
Mengidentifikasi pernyataan ilmiah yang valid, (2) Mengevaluasi validitas
sumber, (3) Membaca dan menafsirkan data dalam bentuk grafis, (4)
Menyelesaikan
Memahami

masalah

dan

Membenarkan

menggunakan

menerjemahkan

inferensi,

prediksi,

keterampilan

dasar

penggunaan

dan

kesimpulan

kuantitatif
statistik,

(5)

dan

berdasarkan

(6)
data

kuantitatif.

D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Menyelidiki peningkatan penguasaan konsep siswa setelah diterapkan
Model Inkuiri Abduktif pada pembelajaran fisika di kelas

Siska Sukaesih, 2015
PENERAPAN MOD EL INKUIRI ABD UKTIF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN
LITERASI SAINS SISWA SMA PAD A MATERI HUKUM NEWTON
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

7

2. Menyelidiki peningkatan literasi sains siswa setelah diterapkan Model
Inkuiri Abduktif pada pembelajaran fisika di kelas
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Memberikan

alternatif

model

pembelajaran

untuk

meningkatkan

penguasaan konsep dan kemampuan literasi sains siswa dalam mata
pelajaran Fisika.
2. Memberikan gambaran mengenai penerapan Model Inkuiri Abduktif dan
sebagai referensi untuk dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai Inkuiri
Abduktif dengan variabel selain penguasaan konsep dan literasi sains .

Siska Sukaesih, 2015
PENERAPAN MOD EL INKUIRI ABD UKTIF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN
LITERASI SAINS SISWA SMA PAD A MATERI HUKUM NEWTON
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu