STUDI KASUS PEMBAJAKAN SOFTWARE DI INDONESIA
BELA NEGARA DI TINJAU DARI ASPEK
TEKNOLOGI INFORMASI
STUDI KASUS PEMBAJAKAN SOFTWARE DI INDONESIA
KELOMPOK IV
Nama
UMAM S
BAGUS HERMAWAN
SURYO
DEWI A
SURATMIN
ANDI W
MUNA
SRI SURANINGSIH
NIM
Jurusan
Teknik Informatika
Teknik Informatika
Teknik Informatika
Teknik Informatika
Teknik Informatika
Teknik Informatika
Teknik Informatika
Teknik Informatika
SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA KOMPUTER
SINUS SURAKARTA
2011
STUDI KASUS PEMBAJAKAN SOFTWARE DI INDONESIA
A. RUMUSAN KASUS
Pembajakan Software di Indonesia
B. URAIAN KASUS
APA?
Pembajakan Software, yang dimaksud dengan pembajakan disini adalah kegiatan
pemakaian, penggunaan dan pemanfaatan software yang didapatkan tidak dari
perusahaan yang telah membuatnya namun didapatkan dengan cara yang tidak diizinkan
seperti, mendownloadnya di web yang menyediakan software bajakan, mendapatkannya
dari teman, membeli software bajakan di tempat yang tidak berlisensi.
Software sendiri merupakan perangkat lunak yang terdapat di komputer, baik itu
software sistem operasi seperti windows xp, vista, dll maupun sistem aplikasi seperti
Microsoft office, photoshop, dll
MENGAPA?
Alasan orang masih melakukan pembajakkan software karena harga software yang masih
terbilang cukup mahal bagi pengguna komputer di Indonesia. Namun harus diakui kalau
penyebabnya adalah kurangnya kesadaran masyarakat untuk menghargai kekayaan
intelektual orang lain.
Saat ini software mahal bukan lagi alasan karena sudah adanya software open source
yaitu software yang mengizinkan penggunanya untuk memakai software tersebut secara
gratis.
Harus diingat kalau perilaku pembajakkan software ini telah merugikan Negara karena
seandainya masyarakat menggunakan software yang asli maka Negara akan
mendapatkan dana bea masuk yang cukup besar dari produsen software yang
memasarkan produknya di Indonesia.
Pembajakan software ini juga mencoreng nama Indonesia, BSA (Business Software
Alliance) menempatkan Indonesia di peringkat 12 sebagai Negara pelaku pembajakan
software tertinggi di Dunia di bawah Armenia (peringkat 1), Bangladesh (2), Azerbaijan
(3) dan Vietnam (11). Pembajakkan software juga telah membuat industi software lokal
menjadi lesu bahkan mereka lebih memilih menjual software buatannya ke luar negeri.
Kapan?
Pembajakkan software dapat terjadi kapan saja seiring perkembangan teknologi yang tak
ada hentinya. Pembajakkan software lebih sering terjadi saat software original tersebut
telah dirilis oleh perusahaan pembuatnya. Dalam beberapa waktu terjadi dimana software
bajakan sudah beredar di masyarakat walaupun software yang originalnya belum
dipasarkan oleh perusahaan pembuatnya.
Bagaimana?
Dapat dikatakan orang yang telah menginstall komputernya dengan software yang ia
dapatkan bukan dari perusahaan pembuatnya, menggunakan software bajakan untuk
1
kepentingan komersial atau orang yang menduplikasikan software tanpa izin dari
Perusahaan pemegang lisensi software tersebut maka ia adalah pembajak software.
Di mana?
Dalam kasus ini pembajakan software yang disoroti adalah di Indonesia yang menurut
BSA (Business Software Alliance) berada di peringkat 12 sebagai negara pembajak
software tertinggi di Dunia.
Siapa?
Berdasarkan BSA (Business Software Alliance) pembajakan software di Indonesia
dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar yang masih menganggap bila anggaran
belanja software dinilai memberatkan perusahaan padahal bisa saja perusahaan itu
melakukan kemitraan kerja bersama perusahaan pembuat software. Warnet dan
pengguna komputer pribadi menempati peringkat kedua pembajak software di Indonesia
setelah perusahaan-perusahaan besar. Disusul oleh toko penjual software tak berlisensi
sebagai peringkat tiga pembajak software.
C. IDENTIFIKASI FAKTOR DAN INDIKATOR
Identifikasi Faktor (penyebab):
Masih mahalnya harga software untuk standar masyarakat Indonesia
Kurangnya kesadaran untuk menghargai kekayaan intelektual orang lain
Sangat mudah untuk mendapatkan software bajakan
Kurangnya penegakkan hukum dan sanksi tegas bagi pengguna software bajakan
Identifikasi Indikator:
Masih mahalnya harga software untuk standar masyarakat Indonesia.
Hal ini memang disadari dan dapat dimaklumi karena memang tingkat kesejahteraan
masyarakat Indonesia masih banyak yang berada pada tingkatan dibawah standar.
Harga software dinilai masih cukup mahal bagi masyarakat Indonesia. Terlebih lagi
software yang ada biasanya dijual dalam mata uang US$ yang mana mata uang
Rupiah sangat jatuh harganya karena US$ terus saja naik kurs nya terhadap Rupiah.
Nilai mata uang Rupiah ini alasan yang masuk akal, bila dibandingkan dengan
Jepang, Singapura, Korea Selatan atau Taiwan yang mata uangnya hampir sebanding
dengan US Dollar memang ditemukan sangat kecil kasus pembajakan software di
Negara tersebut.
Harga sebuah software bahkan terkadang lebih mahal daripada harga satu set
perangkat komputer. Hal ini sebenarnya sah saja mengingat software merupakan hasil
intelektual pembuatnya. Namun yang masyarakat pikirkan hanya bagaimana cara
untuk mendapatkan komputer dan software dengan harga semurah mungkin tanpa
mempertimbangkan hal lainnya.
Kurangnya kesadaran untuk menghargai kekayaan intelektual orang lain.
Masih minimnya apresiasi masyarakat atas sebuah hasil karya orang lain lebih
disebabkan kurang sadarnya masyarakat bahwa sebuah karya seperti software tersebut
dibutuhkan waktu yang lama dan pasti kesulitan yang luar biasa untuk membuatnya.
Kurangnya apresiasi dikarenakan pendidikan masyararkat yang tergolong masih
rendah sehingga tidak mengerti betapa pentingnya arti sebuah intelektualitas dan
kreativitas dalam berkarya.
Kurangnya kesadaran untuk membeli software asli seperti ini lebih diperparah lagi
dengan harga software yang masih tergolong mahal tadi. Masyarakat tidak sadar
2
kalau software yang mereka gunakan itu telah memudahkan pekerjaannya sehingga
layak untuk dihargai dengan cara membeli software yang asli.
Sangat mudah untuk mendapatkan software bajakan.
Inilah salah satu hal penunjang masyarakat untuk memakai software bajakan. Di saat
harga software sangat mahal. Ternyata untuk mendapatkan software bajakan teramat
sangat mudah. Cukup dengan browsing di internet maka kita bisa mendownload
software bajakan.
Banyak situs di internet yang menyediakan software gratis dan yang harus dilakukan
oleh pengguna komputer hanyalah mendownloadnya untuk mendapatkan software
yang dinginkan. Baik situs luar negeri maupun situs lokal banyak menyediakan
software bajakan yang gratis dengan membawa nama sebagai situs file sharing maka
didalam situs tersebut dapat ditemukan berbagai file dan salah satunya software
bajakan tersebut.
Software bajakan juga banyak ditemui di mal atau pasar yang dikemas dalam bentuk
vcd ataupun dvd yang dihargai paling mahal sebesarnya Rp. 25.000 – Rp. 50,000,harganya sangat jauh lebih murah dibandingkan dengan software asli. Bahkan
software bajakan juga bisa didapatkan di tempat rental vcd/dvd yang saat ini
jumlahnya cukup banyak.
Dalam hal pergaulan dengan teman pun kadang software bajakan bisa didapatkan.
Tinggal mengcopy software dari teman dan menginstallnya di komputer kita.
Meminta copy software dari teman sama seperti meminjam buku dari teman. Begitu
banyak celah untuk mendapatkan software bajakan.
Kurangnya penegakkan hukum dan sanksi tegas bagi pengguna software bajakan.
Sampai saat ini Indonesia masih belum punya peraturan yang baku dalam mengatasi
masalah di bidang Teknologi Informasi khususnya tentang pembajakan software.
Aparat penegakkan hukum yang mengatasi masalah hukum di bidang IT pun adalah
kepolisian yang notabenenya dinilai kurang layak untuk penegakkan hukum di bidang
IT karena untuk mampu menegakkan hukum di bidang IT polisi harus mengerti
tentang peraturan dan etika dunia IT agar tidak terjadi salah tangkap.
Tidak jelasnya peraturan hukum bidang IT di Indonesia menjadi salah satu alasan
pembajakan software marak terjadi. Lain halnya dengan Amerika Serikat misalnya, di
sana ada aparat penegak hukum sendiri untuk mengatasi masalah hukum di bidang IT.
Untuk hal ini memang harus diakui kalau Indonesia masih tertinggal.
Para pengguna software bajakan merasa aman saja memakai barang illegal tersebut
Karena memang tidak ada aparat yang menegurnya, terlebih lagi tidak ada peraturan
hukum yang pasti untuk menangani kasus pembajakan software di Indonesia.
D. ANALISA KASUS
Kasus pembajakan software menjadi sering diperbincangkan oleh kalangan IT tanah air
karena menurut survey yang dilakukan oleh BSA (Business Software Alliance) menempatkan
Indonesia di peringkat 12 sebagai Negara pelaku pembajakan software tertinggi di Dunia di
bawah Armenia (peringkat 1), Bangladesh (2), Azerbaijan (3) dan Vietnam (11).
Memang ditemukan beberapa faktor yang menunjang hingga akhirnya didapatkan
kenyataan bahwa pembajakkan software sangat tinggi terjadi di Indonesia. Di tengah
kemajuan teknologi yang pesat memang dibutuhkan sebuah kebijaksanaan bagi pengguna
teknologi agar tindakannya tidak pernah merugikan orang lain maupun diri sendiri.
3
Alasan yang paling sering ditemukan adalah masih tergolong mahalnya harga software
bagi masyarakat Indonesia. Sebuah kenyataan yang memang tak bisa disanggah apalagi kurs
US$ yang biasanya dipakai dalam transaksi software memang sangat tinggi bila dikonversi ke
mata uang Rupiah.
Dalam perhitungan kasar bahkan bisa dikatakan kalau harga sebuah software lebih mahal
dibandingkan dengan harga satu set perangkat komputer. Harga sebuah software misalkan
harga software sistem operasi windows xp service pack 3 yang dibanderol seharga US$ 144
atau windows vista ultimate seharga US$ 211, itu baru software sistem operasi sedangkan
untuk software aplikasi seperti Microsoft office 2007 dijual dengan harga US$339
bandingkan dengan harga satu set komputer rakitan yang sudah terdiri dari CPU, monitor,
keyboard, mouse, speaker yang sudah bisa kita dapatkan seharga US$ 199. Harga software
yang sangat tinggi bahkan melebihi harga komputer memicu keengganan masyarakat untuk
membeli software asli.
Masyarakat tidak menyadari kalau software yang mereka gunakan telah memudahkan
pekerjaan mereka, maka sebenarnya software tersebut layak untuk dibeli secara legal. Yang
terjadi di masyarakat adalah msih minimnya apresiasi terhadap kekayaan intelektual.
Software yang dipakai merupakan hasil kreativitas dan kerja keras pengembang software
yang layak untuk dibayar dengan jumlah yang besar karena sepadan dengan tingkat
kesulitannya dan telah memberikan kemudahan bagi kita untuk menyelesaikan pekerjaan
dengan menggunakan software tersebut.
Kurangnya kesadaran untuk membeli software yang asli juga karena tingkat pendidikan
masyarakat yang masih minim. Masyarakat cenderung untuk mencari yang murah saja toh
yang murah juga bisa dipakai mengapa harus membeli yang mahal. Dalam membeli komputer
baik hardware maupun software lebih memilih yang paling murah tanpa memperhatikan
kualitas maupun penghargaan kepada orang yang telah membuat software komputer.
Lebih memprihatinkan lagi pada kenyataannya untuk mendapatkan software bajakan
ternyata sangat mudah. Banyak website-website file sharing di internet yang menyediakan
berbagai macam software bajakan yang untuk mendapatkannya kita cukup dengan cara
mendownloadnya saja.
Paham liberalisme yang dianut para pemilik website file sharing begitu terlihat. Mereka
tak peduli bila mereka menyediakan software bajakan, yang penting adalah websitenya
banyak pengunjungnya dengan begitu akan banyak pemasang iklan yang berminat untuk
memasang iklan di website tersebut.
Software bajakan juga dapat dijumpai di mal atau pasar dalam bentuk vcd/dvd dengan
harga paling mahal Rp. 25.000. Begitu mudahnya mendapatkan software bajakan. Di saat
software original harganya sangat mahal masyarakat pasti tergoda dengan software bajakan
karena dengan fungsi yang sama dengan software asli namun dapat di miliki dengan harga
lebih murah bahkan gratis.
Kurangnya apresiasi masyarakat terhadap kekayaan intelektual, di saat harga software
asli masih tergolong sangat mahal dan mudahnya untuk mendapatkan software bajakan
diperparah lagi dengan minimnya penegakkan hukum dan tidak ada sanksi tegas bagi para
pelaku pembajakan software.
4
Harus diakui Indonesia masih tertinggal dalam hal penanganan masalah di bidang
Teknologi Informasi atau dengan kata lain Indonesia kurang tanggap atas sesuatu hal yang
baru terjadi. Walaupun tergolong baru tetapi perkembangan teknologi tak terhentikan dan
terus melesat maju.
Untuk penanganan kasus di bidang IT tidak ada aparat khusus di Indonesia yang
dibentuk untuk menanganinya. Kepolisian diberikan wewenang oleh pemerintah untuk
mengatasi masalah IT. Namun sayangnya penunjukkan tersebut tidak diiringi dengan
pembekalan pengetahuan tentang IT kepada polisi dalam menjelaskan tugasnya, maka yang
terjadi saat ini sering terjadi kebingungan polisi bila ada yang melaporkan kasus tentang
masalah di bidang Teknologi Informasi.
Negara maju seperti Amerika Serikat memiliki aparat khusus untuk menangani masalah
di bidang teknologi informasi. Mereka memiliki undang-undang yang jelas untuk
mengaturnya tidak seperti di Indonesia. Hasilnya pembajakan software memiliki presentase
sangat kecil di AS yang memang notabenemya merupakan Negara maju produsen teknologi.
Tidak adanya aparat yang menangani masalah ini membuat kegiatan pembajakan
software terus berjalan. Pemerintah memegang peranan yang cukup penting dalam menangani
masalah pembajakan software. Harus ditemukan solusi yang efektif untuk menyelesaikan
masalah ini terlebih lagi nama Negara telah tercoreng karena kegiatan pembajakan software
ini.
E. SOLUSI
Banyak solusi yang dapat dilakukan seandainya masyarakat memiliki pemahaman dan
kebijaksanaan yang lebih baik dalam menggunakan maupun memanfaatkan teknologi.
Penggunaan komputer saat ini dilakukan dalam berbagai bidang dan berbagai lapisan
masyarakat. Konsumsi pada teknologi dapat memberikan manfaat yang baik seandainya
dilakukan dengan benar sesuai peraturan dan etika yang disepakati bersama.
Perlu adanya kesadaran masyarakat bahwa software telah memudahkan kita untuk
menyelesaikan pekerjaan. Karena itu keberadaan software harus dihargai dengan cara
membeli software yang asli berlisensi dari perusahaan pembuatnya. Harus diingat juga bahwa
software adalah hasil karya intelektualitas dan kreativitas pengembang software jadi secara
etika kita harus menghormati layaknya diri kita sendiri yang selalu ingin dihargai.
Untuk mengatasi harga software yang relatif tinggi, saat ini sudah banyak software yang
bersifat open source, yang memperbolehkan kita untuk menggunakannya dan
menggandakannya selama tidak digunakan untuk komersial lainnya maka software open
source ini gratis untuk digunakan oleh pemilik komputer.
Software open source yang banyak digunakan adalah linux dengan turunannya yang
terkenal adalah ubuntu. Saat ini sudah banyak perusahaan besar mulai beralih menggunakan
software open source di komputer kantornya. Software open source ini sengaja dibuat hampir
menyerupai software komersial agar mudah digunakan dan tidak diperlukan adaptasi yang
sulit bahkan software open source dinilai lebih aman karena jarang ditemukan virus yang bisa
merusak komputer dan data di dalamnya.
5
Saat ini software open source bisa didapatkan dengan cara mendownloadnya di internet
atau bisa saling berbagi dengan teman yang memakai software open source. Penggunaan
software open source telah menjadikan munculnya sebuah komunitas. Di komunitas pecinta
open source ini ada diskusi dan sharing pengetahuan mengenai perkembangan software open
source. Dari sebuah software open source kita bisa mendapat teman baru karena mengikuti
komunitas open source.
Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengapresiasi kekayaan intelektual,
BSA (Business Software Alliance) menyarankan untuk dilakukan dengan cara pendidikan.
Masyarakat harus diajarkan untuk tahu dan mau menghargai software. Metode ini telah
dilakukan di Singapura dan hasilnya tingkat pembajakan software di sana sangat sedikit dan
hampir tidak ada.
Pemerintah harus memberikan penyuluhan dan pengetahuan mengenai pentingnya
penghargaan kepada suatu kekayaan intelektual. Pendekatan yang dapat dilakukan adalah
dengan cara pendidikan atau memberikan pelajaran etika terhadap teknologi informasi di
sekolah. Pemerintah juga bisa memasang iklan yang mengajak masyarakat untuk menghindari
kegiatan pembajakan software. Dalam melakukan kampanye ini pemerintah dapat bekerja
sama dengan perusahaan produsen software.
Maraknya penjualan software bajakan di tempat publik seperti mal atau pasar dapat
diatasi sejalan dengan ditingkatkannya penegakkan hukum dan pemberian sanksi yang berat
bagi pelaku pembajakan software. Pemerintah harus memiliki keinginan yang kuat untuk
mengatasi kasus pembajakan software ini.
Saat ini pemerintah telah mengesahkan undang-undang nomor 19 tahun 2002 yang
mengatur tentang perlindungan perorangan/instansi mengenai hak cipta dan kekayaan
intelektual. Dalam Pasal 72 Ayat (3) disebutkan, barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak
memperbanyak penggunaan untuk kepentingan komersial suatu program komputer dipidana
dengan pidana penjara maksimal 5 tahun dan/atau denda maksimal Rp. 500.000.000,- (lima
Ratus Juta Rupiah).
Dengan disahkannya peraturan ini maka pemerintah telah memberikan perlindungan
kepada pemegang lisensi hak cipta untuk terhindar dari dilakukan pembajakan atas hasil
karyanya dalam hal ini software. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kegiatan pembajakan
software di Indonesia dan untuk meningkatkan produksi software dalam negeri.
Sebaiknya aparat penegak hukum dalam hal ini kepolisian, harus melakukan
pemeriksaan terhadap para penjual software bajakan seperti di mal atau pasar. Tindakan ini
harus lebih sering dilakukan lagi agar para penjual tersebut jera. Sanksi yang tegas harus
diberikan kepada penjual software bajakan karena telah merugikan banyak pihak.
Saat ini pemeriksaan terhadap software sudah banyak dilakukan misalnya di bandara,
mal dan tempat umum lainnya. Sebaiknya seiring dengan pemeriksaan yang sudah berjalan,
pihak kepolisian juga harus terus menambah pengetahuan tentang teknologi dan memahami
peraturan undang-undang hak cipta. Sehingga polisi bisa dengan tepat menangkap pelaku
software bajakan, bukan yang terjadi adalah salah tangkap.
Untuk menghindari softwarenya dibajak, para perusahaan produsen software telah
memiliki terobosan baru. Para pemilik software original diberikan fasilitas khusus seperti bisa
6
mengupdate softwarenya dengan versi terbaru secara gratis atau dengan memberikan fitur
tambahan bagi komputer dengan software original.
Masyarakat pengguna komputer juga harus sadar kalau memakai software bajakan maka
kemungkinan komputernya untuk terkena virus akan lebih besar. Software bajakan yang ada
di internet mungkin patut dicurigai, karena mungkin saja si pembajak software tersebut telah
menyisipkan virus di software bajakan yang kita download di internet.
Penggunaan software bajakan yang lebih beresiko terkena virus akan lebih berbahaya
lagi jika komputer yang kita gunakan adalah komputer yang menyimpan data-data penting,
data perusahaan misalnya. Dari sebuah software bajakan bisa saja lalu kita kehilangan datadata penting yang sangat berbahaya bila diketahui oleh orang lain.
Software original jelas lebih aman, karena kita langsung mendapatkannya dari produsen
software. Software original pun diyakini lebih baik kualitasnya karena bisa terus diupdate
sehingga kemampuannya terus berkembang seiring kemajuan yang berhasil dilakukan oleh
pengembang software tersebut.
Kebiasaan masyarakat untuk memakai software bajakan harus segera dihentikan, karena
telah merugikan banyak pihak. Pembajakan software ini telah membuat industri software
lokal lesu dan bahkan lebih memilih menjual softwarenya ke luar negeri. Negara juga
dirugikan dari kegiatan software ini.
Pemerintah sebaiknya memberikan contoh yang baik kepada masyarakat dengan cara
mulai menggunakan software original di kalangan kantor pemerintahan. Untuk meningkatkan
industri software tanah air, pemerintah harus lebih mendahulukan untuk membeli software
buatan dalam negeri sehingga produsen software lokal bisa terus berkembang.
Para perusahaan pengembang software dituntut untuk lebih kreatif lagi dalam
memasarkan produk mereka. Sehingga yang terjadi nanti adalah adanya kepuasan konsumen
karena mereka mendapatkan fasilitas yang sepadan dengan uang yang harus dikeluarkan
untuk membeli software. Maka yang terjadi adalah saling menguntungkan antara konsumen
dan produsen software original.
Harus dipahami dalam undang-undang hak cipta dalam pasal 15 disebutkan beberapa
kriteria pengecualian dari sanksi pembajakan software, yaitu:
1. Penggunaan ciptaan pihak lain untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya
ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah dengan tidak
merugikan kepentingan yang wajar dari pencipta;
2. Pengambilan ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun sebagian, guna keperluan
pembelaan di dalam atau di luar pengadilan;
3. Pengambilan ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun sebagian, guna keperluan :
a. Ceramah yang semata-mata untuk tujuan pendidikan dan ilmu pengetahuan.
b. Pertunjukan atau pementasan yang tidak dipungut bayaran dengan ketentuan tidak
merugikan kepentingan yang wajar dari pencipta.
4. Perbanyakan suatu ciptaan bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra dalam huruf braille
guna keperluan para tunanetra, kecuali jika perbanyakan itu bersifat komersial;
5. Perbanyakan suatu ciptaan selain program komputer, secara terbatas dengan cara atau
alat apa pun atau proses yang serupa oleh perpustakaan umum, lembaga ilmu
7
pengetahuan atau pendidikan, dan pusat dokumentasi yang nonkomersial semata-mata
untuk keperluan aktivitasnya;
6. Perubahan yang dilakukan berdasarkan pertimbangan pelaksanaan teknis atas karya
arsitektur, seperti ciptaan bangunan;
7. Pembuatan salinan cadangan suatu program komputer oleh pemilik program komputer
yang dilakukan semata-mata untuk digunakan sendiri.
Dari pasal tersebut bisa disimpulkan kalau penggunaan software bajakan masih diizinkan
selama untuk kepentingan pribadi dan bukan untuk tujuan komersial. Pengetahuan akan
peraturan ini sangat penting agar tidak terjadi salah tangkap pihak kepolisian terhadap
pengguna komputer. Pengguna komputer bisa saja ditangkap bila ia terbukti menggunakan
software bajakan untuk hal-hal yang tidak diizinkan seperti yang dituliskan pada peraturan
diatas.
8
TEKNOLOGI INFORMASI
STUDI KASUS PEMBAJAKAN SOFTWARE DI INDONESIA
KELOMPOK IV
Nama
UMAM S
BAGUS HERMAWAN
SURYO
DEWI A
SURATMIN
ANDI W
MUNA
SRI SURANINGSIH
NIM
Jurusan
Teknik Informatika
Teknik Informatika
Teknik Informatika
Teknik Informatika
Teknik Informatika
Teknik Informatika
Teknik Informatika
Teknik Informatika
SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA KOMPUTER
SINUS SURAKARTA
2011
STUDI KASUS PEMBAJAKAN SOFTWARE DI INDONESIA
A. RUMUSAN KASUS
Pembajakan Software di Indonesia
B. URAIAN KASUS
APA?
Pembajakan Software, yang dimaksud dengan pembajakan disini adalah kegiatan
pemakaian, penggunaan dan pemanfaatan software yang didapatkan tidak dari
perusahaan yang telah membuatnya namun didapatkan dengan cara yang tidak diizinkan
seperti, mendownloadnya di web yang menyediakan software bajakan, mendapatkannya
dari teman, membeli software bajakan di tempat yang tidak berlisensi.
Software sendiri merupakan perangkat lunak yang terdapat di komputer, baik itu
software sistem operasi seperti windows xp, vista, dll maupun sistem aplikasi seperti
Microsoft office, photoshop, dll
MENGAPA?
Alasan orang masih melakukan pembajakkan software karena harga software yang masih
terbilang cukup mahal bagi pengguna komputer di Indonesia. Namun harus diakui kalau
penyebabnya adalah kurangnya kesadaran masyarakat untuk menghargai kekayaan
intelektual orang lain.
Saat ini software mahal bukan lagi alasan karena sudah adanya software open source
yaitu software yang mengizinkan penggunanya untuk memakai software tersebut secara
gratis.
Harus diingat kalau perilaku pembajakkan software ini telah merugikan Negara karena
seandainya masyarakat menggunakan software yang asli maka Negara akan
mendapatkan dana bea masuk yang cukup besar dari produsen software yang
memasarkan produknya di Indonesia.
Pembajakan software ini juga mencoreng nama Indonesia, BSA (Business Software
Alliance) menempatkan Indonesia di peringkat 12 sebagai Negara pelaku pembajakan
software tertinggi di Dunia di bawah Armenia (peringkat 1), Bangladesh (2), Azerbaijan
(3) dan Vietnam (11). Pembajakkan software juga telah membuat industi software lokal
menjadi lesu bahkan mereka lebih memilih menjual software buatannya ke luar negeri.
Kapan?
Pembajakkan software dapat terjadi kapan saja seiring perkembangan teknologi yang tak
ada hentinya. Pembajakkan software lebih sering terjadi saat software original tersebut
telah dirilis oleh perusahaan pembuatnya. Dalam beberapa waktu terjadi dimana software
bajakan sudah beredar di masyarakat walaupun software yang originalnya belum
dipasarkan oleh perusahaan pembuatnya.
Bagaimana?
Dapat dikatakan orang yang telah menginstall komputernya dengan software yang ia
dapatkan bukan dari perusahaan pembuatnya, menggunakan software bajakan untuk
1
kepentingan komersial atau orang yang menduplikasikan software tanpa izin dari
Perusahaan pemegang lisensi software tersebut maka ia adalah pembajak software.
Di mana?
Dalam kasus ini pembajakan software yang disoroti adalah di Indonesia yang menurut
BSA (Business Software Alliance) berada di peringkat 12 sebagai negara pembajak
software tertinggi di Dunia.
Siapa?
Berdasarkan BSA (Business Software Alliance) pembajakan software di Indonesia
dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar yang masih menganggap bila anggaran
belanja software dinilai memberatkan perusahaan padahal bisa saja perusahaan itu
melakukan kemitraan kerja bersama perusahaan pembuat software. Warnet dan
pengguna komputer pribadi menempati peringkat kedua pembajak software di Indonesia
setelah perusahaan-perusahaan besar. Disusul oleh toko penjual software tak berlisensi
sebagai peringkat tiga pembajak software.
C. IDENTIFIKASI FAKTOR DAN INDIKATOR
Identifikasi Faktor (penyebab):
Masih mahalnya harga software untuk standar masyarakat Indonesia
Kurangnya kesadaran untuk menghargai kekayaan intelektual orang lain
Sangat mudah untuk mendapatkan software bajakan
Kurangnya penegakkan hukum dan sanksi tegas bagi pengguna software bajakan
Identifikasi Indikator:
Masih mahalnya harga software untuk standar masyarakat Indonesia.
Hal ini memang disadari dan dapat dimaklumi karena memang tingkat kesejahteraan
masyarakat Indonesia masih banyak yang berada pada tingkatan dibawah standar.
Harga software dinilai masih cukup mahal bagi masyarakat Indonesia. Terlebih lagi
software yang ada biasanya dijual dalam mata uang US$ yang mana mata uang
Rupiah sangat jatuh harganya karena US$ terus saja naik kurs nya terhadap Rupiah.
Nilai mata uang Rupiah ini alasan yang masuk akal, bila dibandingkan dengan
Jepang, Singapura, Korea Selatan atau Taiwan yang mata uangnya hampir sebanding
dengan US Dollar memang ditemukan sangat kecil kasus pembajakan software di
Negara tersebut.
Harga sebuah software bahkan terkadang lebih mahal daripada harga satu set
perangkat komputer. Hal ini sebenarnya sah saja mengingat software merupakan hasil
intelektual pembuatnya. Namun yang masyarakat pikirkan hanya bagaimana cara
untuk mendapatkan komputer dan software dengan harga semurah mungkin tanpa
mempertimbangkan hal lainnya.
Kurangnya kesadaran untuk menghargai kekayaan intelektual orang lain.
Masih minimnya apresiasi masyarakat atas sebuah hasil karya orang lain lebih
disebabkan kurang sadarnya masyarakat bahwa sebuah karya seperti software tersebut
dibutuhkan waktu yang lama dan pasti kesulitan yang luar biasa untuk membuatnya.
Kurangnya apresiasi dikarenakan pendidikan masyararkat yang tergolong masih
rendah sehingga tidak mengerti betapa pentingnya arti sebuah intelektualitas dan
kreativitas dalam berkarya.
Kurangnya kesadaran untuk membeli software asli seperti ini lebih diperparah lagi
dengan harga software yang masih tergolong mahal tadi. Masyarakat tidak sadar
2
kalau software yang mereka gunakan itu telah memudahkan pekerjaannya sehingga
layak untuk dihargai dengan cara membeli software yang asli.
Sangat mudah untuk mendapatkan software bajakan.
Inilah salah satu hal penunjang masyarakat untuk memakai software bajakan. Di saat
harga software sangat mahal. Ternyata untuk mendapatkan software bajakan teramat
sangat mudah. Cukup dengan browsing di internet maka kita bisa mendownload
software bajakan.
Banyak situs di internet yang menyediakan software gratis dan yang harus dilakukan
oleh pengguna komputer hanyalah mendownloadnya untuk mendapatkan software
yang dinginkan. Baik situs luar negeri maupun situs lokal banyak menyediakan
software bajakan yang gratis dengan membawa nama sebagai situs file sharing maka
didalam situs tersebut dapat ditemukan berbagai file dan salah satunya software
bajakan tersebut.
Software bajakan juga banyak ditemui di mal atau pasar yang dikemas dalam bentuk
vcd ataupun dvd yang dihargai paling mahal sebesarnya Rp. 25.000 – Rp. 50,000,harganya sangat jauh lebih murah dibandingkan dengan software asli. Bahkan
software bajakan juga bisa didapatkan di tempat rental vcd/dvd yang saat ini
jumlahnya cukup banyak.
Dalam hal pergaulan dengan teman pun kadang software bajakan bisa didapatkan.
Tinggal mengcopy software dari teman dan menginstallnya di komputer kita.
Meminta copy software dari teman sama seperti meminjam buku dari teman. Begitu
banyak celah untuk mendapatkan software bajakan.
Kurangnya penegakkan hukum dan sanksi tegas bagi pengguna software bajakan.
Sampai saat ini Indonesia masih belum punya peraturan yang baku dalam mengatasi
masalah di bidang Teknologi Informasi khususnya tentang pembajakan software.
Aparat penegakkan hukum yang mengatasi masalah hukum di bidang IT pun adalah
kepolisian yang notabenenya dinilai kurang layak untuk penegakkan hukum di bidang
IT karena untuk mampu menegakkan hukum di bidang IT polisi harus mengerti
tentang peraturan dan etika dunia IT agar tidak terjadi salah tangkap.
Tidak jelasnya peraturan hukum bidang IT di Indonesia menjadi salah satu alasan
pembajakan software marak terjadi. Lain halnya dengan Amerika Serikat misalnya, di
sana ada aparat penegak hukum sendiri untuk mengatasi masalah hukum di bidang IT.
Untuk hal ini memang harus diakui kalau Indonesia masih tertinggal.
Para pengguna software bajakan merasa aman saja memakai barang illegal tersebut
Karena memang tidak ada aparat yang menegurnya, terlebih lagi tidak ada peraturan
hukum yang pasti untuk menangani kasus pembajakan software di Indonesia.
D. ANALISA KASUS
Kasus pembajakan software menjadi sering diperbincangkan oleh kalangan IT tanah air
karena menurut survey yang dilakukan oleh BSA (Business Software Alliance) menempatkan
Indonesia di peringkat 12 sebagai Negara pelaku pembajakan software tertinggi di Dunia di
bawah Armenia (peringkat 1), Bangladesh (2), Azerbaijan (3) dan Vietnam (11).
Memang ditemukan beberapa faktor yang menunjang hingga akhirnya didapatkan
kenyataan bahwa pembajakkan software sangat tinggi terjadi di Indonesia. Di tengah
kemajuan teknologi yang pesat memang dibutuhkan sebuah kebijaksanaan bagi pengguna
teknologi agar tindakannya tidak pernah merugikan orang lain maupun diri sendiri.
3
Alasan yang paling sering ditemukan adalah masih tergolong mahalnya harga software
bagi masyarakat Indonesia. Sebuah kenyataan yang memang tak bisa disanggah apalagi kurs
US$ yang biasanya dipakai dalam transaksi software memang sangat tinggi bila dikonversi ke
mata uang Rupiah.
Dalam perhitungan kasar bahkan bisa dikatakan kalau harga sebuah software lebih mahal
dibandingkan dengan harga satu set perangkat komputer. Harga sebuah software misalkan
harga software sistem operasi windows xp service pack 3 yang dibanderol seharga US$ 144
atau windows vista ultimate seharga US$ 211, itu baru software sistem operasi sedangkan
untuk software aplikasi seperti Microsoft office 2007 dijual dengan harga US$339
bandingkan dengan harga satu set komputer rakitan yang sudah terdiri dari CPU, monitor,
keyboard, mouse, speaker yang sudah bisa kita dapatkan seharga US$ 199. Harga software
yang sangat tinggi bahkan melebihi harga komputer memicu keengganan masyarakat untuk
membeli software asli.
Masyarakat tidak menyadari kalau software yang mereka gunakan telah memudahkan
pekerjaan mereka, maka sebenarnya software tersebut layak untuk dibeli secara legal. Yang
terjadi di masyarakat adalah msih minimnya apresiasi terhadap kekayaan intelektual.
Software yang dipakai merupakan hasil kreativitas dan kerja keras pengembang software
yang layak untuk dibayar dengan jumlah yang besar karena sepadan dengan tingkat
kesulitannya dan telah memberikan kemudahan bagi kita untuk menyelesaikan pekerjaan
dengan menggunakan software tersebut.
Kurangnya kesadaran untuk membeli software yang asli juga karena tingkat pendidikan
masyarakat yang masih minim. Masyarakat cenderung untuk mencari yang murah saja toh
yang murah juga bisa dipakai mengapa harus membeli yang mahal. Dalam membeli komputer
baik hardware maupun software lebih memilih yang paling murah tanpa memperhatikan
kualitas maupun penghargaan kepada orang yang telah membuat software komputer.
Lebih memprihatinkan lagi pada kenyataannya untuk mendapatkan software bajakan
ternyata sangat mudah. Banyak website-website file sharing di internet yang menyediakan
berbagai macam software bajakan yang untuk mendapatkannya kita cukup dengan cara
mendownloadnya saja.
Paham liberalisme yang dianut para pemilik website file sharing begitu terlihat. Mereka
tak peduli bila mereka menyediakan software bajakan, yang penting adalah websitenya
banyak pengunjungnya dengan begitu akan banyak pemasang iklan yang berminat untuk
memasang iklan di website tersebut.
Software bajakan juga dapat dijumpai di mal atau pasar dalam bentuk vcd/dvd dengan
harga paling mahal Rp. 25.000. Begitu mudahnya mendapatkan software bajakan. Di saat
software original harganya sangat mahal masyarakat pasti tergoda dengan software bajakan
karena dengan fungsi yang sama dengan software asli namun dapat di miliki dengan harga
lebih murah bahkan gratis.
Kurangnya apresiasi masyarakat terhadap kekayaan intelektual, di saat harga software
asli masih tergolong sangat mahal dan mudahnya untuk mendapatkan software bajakan
diperparah lagi dengan minimnya penegakkan hukum dan tidak ada sanksi tegas bagi para
pelaku pembajakan software.
4
Harus diakui Indonesia masih tertinggal dalam hal penanganan masalah di bidang
Teknologi Informasi atau dengan kata lain Indonesia kurang tanggap atas sesuatu hal yang
baru terjadi. Walaupun tergolong baru tetapi perkembangan teknologi tak terhentikan dan
terus melesat maju.
Untuk penanganan kasus di bidang IT tidak ada aparat khusus di Indonesia yang
dibentuk untuk menanganinya. Kepolisian diberikan wewenang oleh pemerintah untuk
mengatasi masalah IT. Namun sayangnya penunjukkan tersebut tidak diiringi dengan
pembekalan pengetahuan tentang IT kepada polisi dalam menjelaskan tugasnya, maka yang
terjadi saat ini sering terjadi kebingungan polisi bila ada yang melaporkan kasus tentang
masalah di bidang Teknologi Informasi.
Negara maju seperti Amerika Serikat memiliki aparat khusus untuk menangani masalah
di bidang teknologi informasi. Mereka memiliki undang-undang yang jelas untuk
mengaturnya tidak seperti di Indonesia. Hasilnya pembajakan software memiliki presentase
sangat kecil di AS yang memang notabenemya merupakan Negara maju produsen teknologi.
Tidak adanya aparat yang menangani masalah ini membuat kegiatan pembajakan
software terus berjalan. Pemerintah memegang peranan yang cukup penting dalam menangani
masalah pembajakan software. Harus ditemukan solusi yang efektif untuk menyelesaikan
masalah ini terlebih lagi nama Negara telah tercoreng karena kegiatan pembajakan software
ini.
E. SOLUSI
Banyak solusi yang dapat dilakukan seandainya masyarakat memiliki pemahaman dan
kebijaksanaan yang lebih baik dalam menggunakan maupun memanfaatkan teknologi.
Penggunaan komputer saat ini dilakukan dalam berbagai bidang dan berbagai lapisan
masyarakat. Konsumsi pada teknologi dapat memberikan manfaat yang baik seandainya
dilakukan dengan benar sesuai peraturan dan etika yang disepakati bersama.
Perlu adanya kesadaran masyarakat bahwa software telah memudahkan kita untuk
menyelesaikan pekerjaan. Karena itu keberadaan software harus dihargai dengan cara
membeli software yang asli berlisensi dari perusahaan pembuatnya. Harus diingat juga bahwa
software adalah hasil karya intelektualitas dan kreativitas pengembang software jadi secara
etika kita harus menghormati layaknya diri kita sendiri yang selalu ingin dihargai.
Untuk mengatasi harga software yang relatif tinggi, saat ini sudah banyak software yang
bersifat open source, yang memperbolehkan kita untuk menggunakannya dan
menggandakannya selama tidak digunakan untuk komersial lainnya maka software open
source ini gratis untuk digunakan oleh pemilik komputer.
Software open source yang banyak digunakan adalah linux dengan turunannya yang
terkenal adalah ubuntu. Saat ini sudah banyak perusahaan besar mulai beralih menggunakan
software open source di komputer kantornya. Software open source ini sengaja dibuat hampir
menyerupai software komersial agar mudah digunakan dan tidak diperlukan adaptasi yang
sulit bahkan software open source dinilai lebih aman karena jarang ditemukan virus yang bisa
merusak komputer dan data di dalamnya.
5
Saat ini software open source bisa didapatkan dengan cara mendownloadnya di internet
atau bisa saling berbagi dengan teman yang memakai software open source. Penggunaan
software open source telah menjadikan munculnya sebuah komunitas. Di komunitas pecinta
open source ini ada diskusi dan sharing pengetahuan mengenai perkembangan software open
source. Dari sebuah software open source kita bisa mendapat teman baru karena mengikuti
komunitas open source.
Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengapresiasi kekayaan intelektual,
BSA (Business Software Alliance) menyarankan untuk dilakukan dengan cara pendidikan.
Masyarakat harus diajarkan untuk tahu dan mau menghargai software. Metode ini telah
dilakukan di Singapura dan hasilnya tingkat pembajakan software di sana sangat sedikit dan
hampir tidak ada.
Pemerintah harus memberikan penyuluhan dan pengetahuan mengenai pentingnya
penghargaan kepada suatu kekayaan intelektual. Pendekatan yang dapat dilakukan adalah
dengan cara pendidikan atau memberikan pelajaran etika terhadap teknologi informasi di
sekolah. Pemerintah juga bisa memasang iklan yang mengajak masyarakat untuk menghindari
kegiatan pembajakan software. Dalam melakukan kampanye ini pemerintah dapat bekerja
sama dengan perusahaan produsen software.
Maraknya penjualan software bajakan di tempat publik seperti mal atau pasar dapat
diatasi sejalan dengan ditingkatkannya penegakkan hukum dan pemberian sanksi yang berat
bagi pelaku pembajakan software. Pemerintah harus memiliki keinginan yang kuat untuk
mengatasi kasus pembajakan software ini.
Saat ini pemerintah telah mengesahkan undang-undang nomor 19 tahun 2002 yang
mengatur tentang perlindungan perorangan/instansi mengenai hak cipta dan kekayaan
intelektual. Dalam Pasal 72 Ayat (3) disebutkan, barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak
memperbanyak penggunaan untuk kepentingan komersial suatu program komputer dipidana
dengan pidana penjara maksimal 5 tahun dan/atau denda maksimal Rp. 500.000.000,- (lima
Ratus Juta Rupiah).
Dengan disahkannya peraturan ini maka pemerintah telah memberikan perlindungan
kepada pemegang lisensi hak cipta untuk terhindar dari dilakukan pembajakan atas hasil
karyanya dalam hal ini software. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kegiatan pembajakan
software di Indonesia dan untuk meningkatkan produksi software dalam negeri.
Sebaiknya aparat penegak hukum dalam hal ini kepolisian, harus melakukan
pemeriksaan terhadap para penjual software bajakan seperti di mal atau pasar. Tindakan ini
harus lebih sering dilakukan lagi agar para penjual tersebut jera. Sanksi yang tegas harus
diberikan kepada penjual software bajakan karena telah merugikan banyak pihak.
Saat ini pemeriksaan terhadap software sudah banyak dilakukan misalnya di bandara,
mal dan tempat umum lainnya. Sebaiknya seiring dengan pemeriksaan yang sudah berjalan,
pihak kepolisian juga harus terus menambah pengetahuan tentang teknologi dan memahami
peraturan undang-undang hak cipta. Sehingga polisi bisa dengan tepat menangkap pelaku
software bajakan, bukan yang terjadi adalah salah tangkap.
Untuk menghindari softwarenya dibajak, para perusahaan produsen software telah
memiliki terobosan baru. Para pemilik software original diberikan fasilitas khusus seperti bisa
6
mengupdate softwarenya dengan versi terbaru secara gratis atau dengan memberikan fitur
tambahan bagi komputer dengan software original.
Masyarakat pengguna komputer juga harus sadar kalau memakai software bajakan maka
kemungkinan komputernya untuk terkena virus akan lebih besar. Software bajakan yang ada
di internet mungkin patut dicurigai, karena mungkin saja si pembajak software tersebut telah
menyisipkan virus di software bajakan yang kita download di internet.
Penggunaan software bajakan yang lebih beresiko terkena virus akan lebih berbahaya
lagi jika komputer yang kita gunakan adalah komputer yang menyimpan data-data penting,
data perusahaan misalnya. Dari sebuah software bajakan bisa saja lalu kita kehilangan datadata penting yang sangat berbahaya bila diketahui oleh orang lain.
Software original jelas lebih aman, karena kita langsung mendapatkannya dari produsen
software. Software original pun diyakini lebih baik kualitasnya karena bisa terus diupdate
sehingga kemampuannya terus berkembang seiring kemajuan yang berhasil dilakukan oleh
pengembang software tersebut.
Kebiasaan masyarakat untuk memakai software bajakan harus segera dihentikan, karena
telah merugikan banyak pihak. Pembajakan software ini telah membuat industri software
lokal lesu dan bahkan lebih memilih menjual softwarenya ke luar negeri. Negara juga
dirugikan dari kegiatan software ini.
Pemerintah sebaiknya memberikan contoh yang baik kepada masyarakat dengan cara
mulai menggunakan software original di kalangan kantor pemerintahan. Untuk meningkatkan
industri software tanah air, pemerintah harus lebih mendahulukan untuk membeli software
buatan dalam negeri sehingga produsen software lokal bisa terus berkembang.
Para perusahaan pengembang software dituntut untuk lebih kreatif lagi dalam
memasarkan produk mereka. Sehingga yang terjadi nanti adalah adanya kepuasan konsumen
karena mereka mendapatkan fasilitas yang sepadan dengan uang yang harus dikeluarkan
untuk membeli software. Maka yang terjadi adalah saling menguntungkan antara konsumen
dan produsen software original.
Harus dipahami dalam undang-undang hak cipta dalam pasal 15 disebutkan beberapa
kriteria pengecualian dari sanksi pembajakan software, yaitu:
1. Penggunaan ciptaan pihak lain untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya
ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah dengan tidak
merugikan kepentingan yang wajar dari pencipta;
2. Pengambilan ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun sebagian, guna keperluan
pembelaan di dalam atau di luar pengadilan;
3. Pengambilan ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun sebagian, guna keperluan :
a. Ceramah yang semata-mata untuk tujuan pendidikan dan ilmu pengetahuan.
b. Pertunjukan atau pementasan yang tidak dipungut bayaran dengan ketentuan tidak
merugikan kepentingan yang wajar dari pencipta.
4. Perbanyakan suatu ciptaan bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra dalam huruf braille
guna keperluan para tunanetra, kecuali jika perbanyakan itu bersifat komersial;
5. Perbanyakan suatu ciptaan selain program komputer, secara terbatas dengan cara atau
alat apa pun atau proses yang serupa oleh perpustakaan umum, lembaga ilmu
7
pengetahuan atau pendidikan, dan pusat dokumentasi yang nonkomersial semata-mata
untuk keperluan aktivitasnya;
6. Perubahan yang dilakukan berdasarkan pertimbangan pelaksanaan teknis atas karya
arsitektur, seperti ciptaan bangunan;
7. Pembuatan salinan cadangan suatu program komputer oleh pemilik program komputer
yang dilakukan semata-mata untuk digunakan sendiri.
Dari pasal tersebut bisa disimpulkan kalau penggunaan software bajakan masih diizinkan
selama untuk kepentingan pribadi dan bukan untuk tujuan komersial. Pengetahuan akan
peraturan ini sangat penting agar tidak terjadi salah tangkap pihak kepolisian terhadap
pengguna komputer. Pengguna komputer bisa saja ditangkap bila ia terbukti menggunakan
software bajakan untuk hal-hal yang tidak diizinkan seperti yang dituliskan pada peraturan
diatas.
8