HIDUP MENGGEREJA KONTEKSTUAL SEBAGAI UPAYA MENGHAYATI HIDUP BERIMAN KRISTIANI DI INDONESIA MASA KINI SKRIPSI

  

H ID U P MEN GGEREJ A KON TEKS TU AL S EBAGAI U PAYA

MEN GH AYATI H ID U P BERIMAN KRIS TIAN I

D I IN D ON ES IA MAS A KIN I

S K R I P S I

  Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Disusun Oleh:

  

PETRU S RIN TO

  NIM : 021124017

  

P ROGRAM S TU D I ILMU P EN D ID IKAN

KEKH U S U S AN P EN D ID IKAN AGAMA KATOLIK

J U RU S AN ILMU P EN D ID IKAN

FAKU LTAS KEGU RU AN D AN ILMU P EN D ID IKAN

U N IVERS ITAS S AN ATA D H ARMA

YOGYAKARTA

2 0 0 7

  

PERSEMBAHAN

  Dengan segala ketulusan hati dan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kasih, Skripsi ini kupersembahkan

  Kepada: Lover of my soul JESUS CHRIST Hanya karena kasih karunia-Mu maka semuanya dapat kulalui.

  Semoga persembahan ini berkenan kepada-Mu.

  Bapak & Ibu Nasarius Abang Periyanto

  Kakak Mimiwati & Aneta M. Moses

  Keluarga Bapak Ranggono Para Katekis pewarta Yesus Kristus

  

MOTTO

“Tibi Nos Creavisti Domino et Irrequescit

Cor Nostreem do rec requiescat in Te.”

  (St. Agustinus, Confessiones) “Engkau menciptakan kami bagi-Mu ya Tuhan

  Maka resahlah hati kami Sampai kami beristirahat dalam Dikau.”

  

ABSTRAK

  Judul Skripsi HIDUP MENGGEREJA KONTEKSTUAL SEBAGAI

  

UPAYA MENGHAYATI HIDUP BERIMAN KRISTIANI DI INDONESIA

MASA KINI dipilih dengan berpangkal pada situasi hidup dalam masyarakat

  Indonesia, baik yang diakibatkan oleh perubahan alam maupun oleh perbuatan manusia. Dalam situasi seperti itu, masyarakat Indonesia mengalami persoalan hidup sosial dan guncangan sebagai umat beriman. Tidak jarang orang-orang dalam masyarakat berbuat menyimpang dari ajaran imannya karena bermacam- macam persoalan hidup seperti tekanan, desakan, ancaman dan hawa nafsu duniawi. Bertitik tolak pada situasi itu, maka skripsi ini dimaksudkan untuk membantu jemaat kristiani di Indonesia zaman sekarang dalam menghayati imannya.

  Persoalan mendasar dalam skripsi ini adalah bagaimana upaya menghayati hidup beriman kristiani yang dibangun berdasar ajaran dan teladan Yesus Kristus? Mengikuti pola hidup Kristus berarti menentukan sikap yang diambil dalam menghadapi pelbagai situasi hidup. Gereja sudah cukup lama menghadirkan dirinya dalam kehidupan masyarakat dengan situasi hidup sebagai konteksnya, namun umat belum mencapai kesadaran iman yang sungguh memadai dalam menanggapi berbagai tuntutan masyarakat pada masa sekarang. Untuk sampai kepada hal itu, maka diperlukan pendampingan terus-menerus yang dapat menuntun umat agar sampai kepada penghayatannya. Sehubungan dengan itu, maka ditawarkan cara penghayatan iman kristiani dengan menjalani hidup menggereja yang kontekstual. Melalui penjelasan tentang hidup menggereja kontekstual tersebut, akan diberikan gambaran bagi umat tentang bagaimana hidup yang mencerminkan diri sebagai anggota Gereja di tengah masyarakat.

  Pembahasan mengenai hidup menggereja secara kontekstual, mau memberi masukan kepada umat kristiani untuk secara terus menerus mewujudkan imannya dalam situasi hidup konkrit pada masa kini, di sini dan di manapun. Dengan mengkonkritkan sikap hidup yang diwariskan Yesus Kristus, diharapkan umat kristiani akan mampu memperkembangkan iman meskipun manusia telah menodai dirinya sebagai umat yang dikuduskan, asal manusia sendiri membuka diri kepada teladan dan ajaran yang telah diberikan-Nya. Untuk mempermudah umat dalam memahami upaya menghayati hidup beriman kristiani, maka ditawarkan katekese kontekstual. Melalui bentuk katekese tersebut diharapkan umat dapat lebih memahami hidup menggereja secara kontekstual sebagai bentuk penghayatan iman kristiani menanggapi masyarakat di tengah-tengah masyarakat Indonesia masa kini.

  

ABSTRACT

  This thesis entitled LIVING CONTEXTUALLY CONTEXTUAL AS

THE EFFORT TO UNDERSTAND THE FAITH LIFE OF CHRISTIANS

  

IN INDONESIA IN THIS ERA chosen was based on the situation of life of

  Indonesia people, both caused by the change of nature or by human action. In this situation like this, Indonesian people face a problem in the social life and a shock as the members of a religious community. Frequently people of God live in a life made to deviate different from teaching of their faith because of a various kind of life issues such as pressure, force, threat and worldly desire. Because of these, this thesis was aimed to help Christian people in Indonesia now to implemet their faith accordingly.

  The basic issue in this thesis are how the effort to understand the faith life of Christians based on the teaching and model of Jesus Christ? Following the life style of Christ means to take the attitude in facing various kinds of life condition. The Church has been a long time to make herself exist in people life contextually. However, the faithful are in the stage of adequate consciousness of faith in response to various demands of people in this era. To reach this situation guidance continuously is needed that the faithful develop their understanding. Relating to this to live in christian faith contextually is effored how to live this is done by providing Christians of by reflecting them selves as the members of church in the middle of people.

  The discussion on the life concept of church contextually wants to give the input to Christian people continuously to bring their faith into reality in the concrete life situation in this era, here and anywhere. By concreting the life of attitude inherited by Jesus Christ, it is hoped that Christians will be able to develop their faith though man has disgraced his holy life, if he opens himself to the teaching and model given by Him. To make Christians easier in understanding the faith life of Christian, contextual catechesese is offered. Trough the form of catecheses, it is hoped that Christians are more able to understand the life concept of Church contextually as a way of living Christian faith which is a response to how to live in such a life in Indonesia, this era.

KATA PENGANTAR

  Kata St. Paulus: Bertolong-tolonglah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus (Gal 6:2). Saling membantu dan menolong adalah kata-kata yang mudah diucapkan, namun tak mudah untuk dilaksanakan. Menjadi murid Kristus berarti dipanggil untuk melaksanakan tugas Gereja mengemban amanat Kristus melayani sesama yang membutuhkan pertolongan.

  Perkataan St. Paulus mengawali ungkapan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kasih, yang karena kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

HIDUP MENGGEREJA KONTEKSTUAL SEBAGAI UPAYA MENGHAYATI HIDUP BERIMAN KRISTIANI DI INDONESIA MASA KINI.

  Skripsi ini ditulis berdasarkan keprihatinan penulis terhadap situasi kehidupan di Indonesia saat ini, dan terinspirasi oleh buku “Hidup Menggereja Kontekstual” yang ditulis oleh J.B. Banawiratma (ed.). Meskipun hidup menggereja sudah merupakan kegiatan Gereja sepanjang sejarahnya, namun situasi hidup dari hari ke hari, dan dari waktu ke waktu selalu berubah dan menantang Gereja. Oleh karena itu penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi anggota Gereja dan katekis khususnya agar dapat memperkembangkan hidup menggerejanya secara kontekstual melalui katekese yang sesuai pula. Selain itu, skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dengan diiringi rasa syukur atas tersusunnya skripsi ini, pada kesempatan ini pula penulis dengan setulus hati mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Romo Drs. H.J. Suhardiyanto, S.J. selaku dosen pembimbing utama yang telah memberikan perhatian, meluangkan waktu dan membimbing penulis dengan penuh kesabaran, memberikan masukan yang berguna sehingga penulis dapat lebih termotivasi dalam menuangkan gagasan-gagasan dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.

  2. Romo Drs. F.X. Heryatno W.W., S.J., M.Ed. selaku Kaprodi, dosen pembimbing akademik, dan penguji skripsi yang telah membimbing, mengarahkan, dan menyemangati penulis selama studi sampai menyelesaikan skripsi di prodi IPPAK-FKIP-USD Yogyakarta.

  3. Ibu Dra. J. Sri Murtini, M.Si. selaku penguji yang telah berkenan untuk menguji skripsi ini dan membimbing dalam proses studi.

  4. Segenap staf dosen yang telah mendampingi selama studi di prodi IPPAK- FKIP-USD Yogyakarta.

  5. Bapak Nasarius dan ibunda Marsia A. di Randau Jeka. Terima kasih atas segala usaha keras untuk semuanya dan juga doanya bagiku hingga studi ini selesai.

  6. Saudara-saudariku: abang Periyanto, kak Mimiwati & Aneta, juga Moses yang telah memotivasi dan membantu baik secara moril maupun materiil hingga selesainya studi ini.

  7. Rekan-rekan studi di IPPAK-FKIP-USD. Terima kasih atas kebersamaannya dan telah membantu dengan caranya masing-masing.

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. iii HALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................................... iv MOTTO............................................................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.............................................................. vi ABSTRAK .......................................................................................................... vii ABSTRACT........................................................................................................ viii KATA PENGANTAR ........................................................................................ ix DAFTAR ISI....................................................................................................... xii DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xv

  BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1 A. Latar Belakang .................................................................................... 1 B. Rumusan Permasalahan ...................................................................... 6 C. Tujuan Penulisan................................................................................. 6 D. Metode Penulisan ................................................................................ 7 E. Sistematika Penulisan ......................................................................... 7 BAB II. GEREJA SETURUT TELADAN DAN AJARAN YESUS KRISTUS MENANGGAPI SITUASI KEHIDUPAN DI INDONESIA ZAMAN SEKARANG ......................................................................................... 8 A. Pengertian Gereja ................................................................................ 8

  1. Gereja Dalam Kitab Suci .............................................................. 9

  2. Gereja Menurut Konsili Vatikan II ............................................... 11

  B. Teladan dan Ajaran Yesus Kristus dalam Mewartakan Kerajaan Allah Pada Zaman-Nya ....................................................................... 14

  1. Yesus Kristus dan Tugas Perutusan-Nya ........................................ 14

  a. Yesus Putra Allah yang dikandung dari Roh Kudus................... 14

  b. Hidup, Karya, Sengsara, Wafat dan Kebangkitan-Nya .............. 15

  2. Teladan Yesus Kristus .................................................................... 21

  a. Yesus dan Teman-Teman-Nya.................................................... 23

  1. Komunitas Basis Kristiani ............................................................ 65

  F. Menghayati Iman Kristiani Dalam Hidup Menggereja....................... 85

  2. Intern Gereja ................................................................................. 84

  1. Ekstern Gereja............................................................................... 84

  E. Hambatan Menggereja di Indonesia Zaman Sekarang ....................... 84

  2. Lingkup Masyarakat ..................................................................... 78

  1. Lingkup Gerejawi ......................................................................... 76

  D. Tantangan Menggereja di Indonesia Zaman Sekarang ...................... 75

  C. Bidang-bidang yang Dapat Dijadikan Realisasi Hidup Menggereja .. 74

  3. Komunitas Basis Antariman ......................................................... 74

  2. Komunitas Basis Manusiawi......................................................... 72

  BAB III. HIDUP MENGGEREJA KONTEKSTUAL SEBAGAI PRAKSIS MENGHAYATI IMAN KRISTIANI .................................................. 60 A. Hidup Menggereja Kontekstual .......................................................... 60 B. Bentuk Hidup Menggereja .................................................................. 64

  b. Yesus dan Lawan-Lawan-Nya .................................................... 28

  D. Gereja Menanggapi Situasi Kehidupan di Indonesia Zaman Sekarang............................................................................................ 49

  2. Situasi Kehidupan Masyarakat....................................................... 45

  1. Lingkungan Alam........................................................................... 42

  C. Situasi Kehidupan Di Indonesia Zaman Sekarang.............................. 41

  e. Ajaran Yesus Tentang Sesama.................................................... 40

  d. Ajaran Yesus Menanggapi Harta Duniawi dan Kekhawatiran .. 38

  c. Ajaran Yesus Menanggapi Hukum Taurat.................................. 36

  b. Garam Dunia dan Terang Dunia ................................................. 35

  a. Sabda Bahagia............................................................................. 34

  3. Ajaran Yesus Kristus ...................................................................... 32

  c. Yesus dan Murid-Murid-Nya...................................................... 31

  1. Hidup Menggereja sebagai upaya menghayati Iman Kristiani ..... 86

  2. Hidup Menggereja Kontekstual Sebagai Praksis Perwujudan Iman Kristiani ................................................................................ 88

  BAB IV. KATEKESE KONTEKSTUAL SEBAGAI UPAYA MENGEM BANGKAN HIDUP MENGGEREJA KONTEKSTUAL DI INDONESIA MASA KINI ................................................................. 91 A. Hakikat Katekese ................................................................................ 92 B. Tujuan Katekese Kontekstual ............................................................. 98 C. Proses Katekese Kontekstual .............................................................. 99 D. Usulan Katekese Sebagai Alternatif untuk Mengembangkan Hidup Menggereja Kontekstual di Indonesia Masa Kini............................... 102 BAB V. PENUTUP............................................................................................. 119 A. Kesimpulan ......................................................................................... 119 B. Saran ................................................................................................... 121 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 123

DAFTAR SINGKATAN

  A. Singkatan Kitab Suci Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Lembaga Alkitab Indonesia Jakarta (2002). Alkitab Deuterokanonika halaman 6.

  B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja AG : Ad Gentes, dekrit tentang kegiatan misioner Gereja.

  DV : Dei Verbum, konstitusi dogmatis tentang Wahyu Ilahi. EN : Evangelii Nuntiandi, anjuran Apostolik Paus Paulus VI tentang Pewartaan Injil dalam dunia modern.

  GS : Gaudium et Spes, konstitusi pastoral tentang Gereja dalam dunia Modern.

  LG : Lumen Gentium, konstitusi dogmatis tentang Gereja. UR : Unitatis Redintegratio, Dekrit tentang Ekumenisme.

  C. Singkatan Lain Ansos : Analisis Sosial.

  Art. : Artikel ASCAP : American Social Commission On Asia Pacific.

  BCC : Basic Christian Community. BEC : Basic Ecclesial Community. CT : Catechesi Tradendae. Ed. : Editor

  HPH : Hak Pengusahaan Hutan. HTI : Hutan Tanaman Industri.

  ICG : International Crisis Group.

  IOM : International Organization for Migration. FABC : Federation of Asian Bishop Conference.

  IDRD : Institute of Dayakology Research and Development. KBAI : Komunitas Basis Antariman. KBG : Komunitas Basis Gerejawi. KBK : Komunitas Basis Kristiani. KBM : Komunitas Basis Manusiawi. KLMT : Kecil Lemah Miskin dan Tersingkirkan. KomKat : Komisi Kateketik. KWI : Konferensi Waligereja Indonesia. LBH APIK: Lembaga Bantuan Hukum Perempuan Indonesia untuk Keadilan LBI : Lembaga Biblika Indonesia.

  NKRI : Negara Kesatuan Republik Indonesia. PIR : Perkebunan Inti Rakyat. PKKI : Pertemuan Kateketik Keuskupan se-Indonesia. SAGKI : Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia. TKI : Tenaga Kerja Indonesia. TKW : Tenaga Kerja Wanita. UU : Undang Undang. YJP : Yayasan Jurnal Perempuan.

BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini akan dibahas mengenai Latar Belakang, Rumusan Permasalahan, Tujuan penulisan, Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan. Agar semakin memperjelas berikut ini adalah uraiannya. A. Latar Belakang Dalam berbagai aspek kehidupan, negeri Indonesia dewasa ini sedang

  mengalami transisi menuju suatu perubahan pola kehidupan bernegara. Pengaruh globalisasi dan modernitas sangat mendominasi pola pikir dan prilaku masyarakat Indonesia. Manusia berubah seturut perkembangan zaman. Ada usaha dari manusia untuk hidup lebih baik. Tetapi, ironisnya manakala usaha itu dilakukan dalam berbagai aspek atau bidang kehidupan, negeri Indonesia dewasa ini malah mengalami banyak hal yang kurang diharapkan.

  Kehadiran berbagai macam produk ilmu pengetahuan dan teknologi telah memberikan warna tersendiri dalam kehidupan manusia zaman sekarang.

  Harapannya adalah dengan munculnya berbagai macam produk ilmu pengetahuan dan teknologi, martabat dan nilai-nilai luhur kemanusiaan semakin dijunjung tinggi dan manusia semakin dimanusiakan oleh sesama manusia tetapi yang terjadi adalah sebaliknya.

  Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah banyak disalahgunakan orang-orang demi kepentingan diri sendiri. Di samping membawa dampak positif, kemajuan teknologi juga membawa dampak negatif bagi kehidupan manusia. Adapun contoh-contoh dampak negatif dari berbagai kemajuan teknologi adalah hubungan antara pribadi manusia satu dengan yang lain menjadi jauh karena kesibukan masing-masing dan manusia dengan alam kurang harmonis. Dengan kemajuan alat komunikasi, idealnya orang yang terpisah secara geografis dapat berkomunikasi, tetapi yang terjadi dewasa ini hubungan pribadi manusia yang dekat pun semakin jauh. Seiring dengan perputaran arus zaman, umat manusia dewasa ini juga dipengaruhi dan dibayang-bayangi oleh ketakutan, kecemasan dan kegelisahan akibat bencana alam dan kriminalitas.

  Bencana alam dalam hal ini misalnya banjir, gunung meletus, gempa bumi, lumpur panas, tsunami, angin topan, badai, dsb. Selain bencana alam yang sifatnya alamiah seperti yang telah disebutkan di atas, ada juga bencana yang timbul akibat perbuatan manusia yang tak bertanggung jawab. Contohnya tindakan kriminal itu misalnya pembunuhan, penganiayaan, perampokan, pemerkosaan, penculikkan, pemerasan, penipuan, penggusuran dan lain-lain. Situasi seperti itu menimbulkan ketakutan dan kecemasan yang mengakibatkan ketidakberdayaan dalam diri manusia sebagai makhluk yang mempunyai harkat dan martabat luhur yang mestinya diperjuangkan.

  Baik bencana alam maupun bencana yang merupakan akibat dari perbuatan manusia sendiri, keduanya telah memberikan pengaruh negatif pada sifat, karakter dan sikap manusia. Manusia yang adalah makhluk sosial sedikit demi sedikit mulai kehilangan jati dirinya karena satu sama lain mulai saling curiga, apatis, dan tidak saling percaya. Dan, di dalam dirinya manusia mulai kehilangan orientasi kepercayaan dan pengharapan akan hidup damai. Kehadiran Allah mulai manusia mulai goyah ketika segala sesuatu yang tak mengenakkan hati terjadi. Manusia merasa bahwa Allah sudah tidak peduli dengan hidup mereka. Dari itu semua, muncul pertanyaan iman yang mendasar “bila Tuhan itu baik, mengapa dunia ini begitu buruk?” (Surat Gembala KAS APP 2007). Kegoncangan iman yang terjadi dalam batin manusia menjadi semakin kuat dan mengakibatkan martabat manusia di hadapan Tuhan mudah dimanipulasi.

  Suara hati manusia mulai sulit didengarkan lagi sehingga manusia sebagai pribadi ciptaan Tuhan kerapkali melakukan tindakan yang tidak berorientasi pada nilai-nilai luhur hidup yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Menghadapi situasi masyarakat Indonesia yang demikian, sering membuat manusia berkonfrontasi dengan banyaknya persoalan yang datang dari dalam maupun dari luar pribadinya. Situasi ini terjadi juga dalam kehidupan umat kristiani. Meskipun umat kristiani selalu berpedoman pada amanat Injil yaitu iman, namun kadang-kadang penghayatan imannya tidak jujur. Jika bersikap jujur, iman sebenarnya cukup bagi umat krisiani untuk memperoleh pengharapan dan keselamatan dari Allah. Seperti yang tertulis dalam Iman Katolik (1996:160):

  Iman merupakan sikap manusia dalam berelasi dengan Allah. Iman merupakan suatu sikap penyerahan diri seutuhnya kepada Allah. Tetapi tidak hanya itu, iman memberi dasar pada harapan yang dinyatakan dalam kasih. Dengan iman orang menyambut Allah yang datang kepadanya, dengan harapan orang mau mendatangi Allah sendiri. Iman itu perlu dihayati dalam sikap hidup nyata. Namun, bagaimana orang kristiani zaman sekarang dapat beriman seutuhnya kepada Allah sementara banyak peristiwa duka yang menimpa? Dan bagaimana manusia dapat merasa hidup bebas di tengah berbagai himpitan kehidupan ini? Menyadari akan hal itu, penulis sebagai anggota Gereja turut memikirkan bagaimana cara menghayati hidup beriman kristiani di Indonesia pada masa kini. Dalam Pedoman Gereja Katolik Indonesia (1996:78) butir ke-118f ditulis:

  Pada dasarnya menggereja menghendaki kebersamaan dan menuntut penghayatan dalam persekutuan, bukan individualis serta juga tidak hanya mencari keselamatan diri sendiri. Gereja harus bersifat partisipatif, memelihara dan mengembangkan cita rasa katolik, kerasan sebagai anggota Gereja, dan penuh keterlibatan di dalam Gereja. Dengan segala cara ia rela berperan serta agar Gereja betul-betul hidup.

  Dengan berpedoman pada apa yang diungkapkan di atas, maka penulis mencoba menggagas hidup menggereja yang dapat menghantar umat kristiani pada penghayatan iman yang lebih hidup dengan menanggapi situasi hidup nyata. Walaupun situasi nyata yang dihadapi sangat sulit, namun mengingat ciri hakiki yang melekat pada sifatnya, Gereja tetap tidak boleh meninggalkan tugasnya membawa Kabar Gembira. Gereja harus terus mencari tanda yang memberi harapan keselamatan.

  Pewartaan kabar gembira mesti menyentuh hati, sehingga orang yang mendengarnya mampu mengadakan perubahan dari dalam, bukan hanya terbatas pada masing-masing pribadi tetapi juga orang-orang sebagai komunio. Pewartaan Injil bukannya suatu ilusi tanpa kenyataan melainkan suatu jawaban bagi semua orang yang rindu berjumpa dengan Allah. Dengan cara itu, Gereja tampil sebagai Gereja yang mau bersentuhan dengan keprihatinan sesama, dan mau berakar pada tempat di mana ia tinggal sebagai konteks.

  Gereja tidak lagi tampil sebagai suatu institusi yang kaku, melainkan sebagai bentuk persaudaraan iman yang membuka diri pada bimbingan Roh Kudus dan yang peka mendengarkan bisikan Tuhan, serta tanggap dalam tindakan iman, harapan, dan kasih. Gereja mau terlibat dengan permasalahan orang-orang di sekitar yang mau menjadi sesama bagi mereka yang memerlukan uluran tangannya. Tugas Gereja dalam perutusannya adalah mewartakan Kabar Gembira yakni warta keselamatan dan pembebasan yang datang dari Allah melalui Putra-Nya Yesus Kristus. Maka pewartaan Gereja harus berisikan kisah tentang Allah yang hadir menyertai manusia dan membebaskannya dari berbagai situasi yang membelenggu. Pewartaan tersebut akan semakin bermakna jika sungguh-sungguh dihayati dalam kehidupan sehari- hari. Bagi umat Kristiani teladan dan ajaran Yesus Kristus merupakan isi dari pewartaan yang perlu terus menerus dihayati.

  Dalam situasi di Indonesia dewasa ini, bagaimana teladan dan ajaran Yesus Kristus tersebut dihayati oleh Gereja? Bukan hal yang mustahil jika pola hidup umat Kristiani seperti pola hiudp Yesus, maka setiap persoalan tidak akan menjadi masalah besar yang dapat merenggut kebahagian. Dan, agar pewartaan semakin membumi diperlukan suatu pemikiran dan daya refleksi yang mendalam dari setiap pribadi umat kristiani.

  Untuk itu ada dua jalan yang harus ditempuh: pertama, wahyu Allah itu harus disesuaikan dengan situasi dan budaya masyarakat tertentu, karena wahyu Allah itu bukan sesuatu yang statis melainkan dinamis, cocok untuk segala situasi dan zaman. Kedua, dengan cara menelaah situasi lebih dahulu, menganalisa dan menerangkannya dalam terang wahyu Allah. Maka realitas perlu direfleksikan dalam perspektif iman. Karena hanya dengan demikian kehadiran Allah yang menyelamatkan dunia dapat dipahami dengan lebih manusiawi dan sederhana.

  Dalam hal ini Gereja menjadi mitra kerja Allah di dunia agar semua orang dapat mengalami bahwa Allah selalu menyapa umat-Nya dengan penuh kasih.

  Dan akhirnya, berdasarkan pemikiran yang telah diuraikan di atas, penulis mengambil judul skripsi HIDUP MENGGEREJA KONTEKSTUAL SEBAGAI

UPAYA MENGHAYATI HIDUP BERIMAN KRISTIANI DI INDONESIA MASA KINI.

  B. Rumusan Permasalahan

  1. Apa arti Gereja dan dasar pelayanannya menanggapi situasi kehidupan di Indonesia zaman sekarang?

  2. Apa arti hidup menggereja kontekstual sebagai upaya menghayati hidup beriman kristiani dalam situasi kehidupan di Indonesia masa kini?

  3. Katekese macam apa yang perlu dikembangkan sebagai upaya mengembangkan hidup menggereja di Indonesia masa kini?

  C. Tujuan Penulisan

  1. Menjelaskan arti Gereja dan dasar pelayanannya menanggapi situasi kehidupan di Indonesia zaman sekarang.

  2. Menjelaskan arti hidup menggereja kontekstual sebagai upaya menghayati hidup beriman kristiani dalam situasi kehidupan di Indonesia masa kini.

  3. Menunjukkan kemungkinan katekese yang perlu dikembangkan sebagai upaya mengembangkan hidup menggereja di Indonesia masa kini.

  4. Untuk memenuhi syarat kelulusan Sarjana Strata Satu (S-1) Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik (IPPAK) Universitas Sanata Dharma – Yogyakarta.

  D. Metode Penulisan

  Dalam penulisan skripsi ini yang penulis gunakan adalah metode deskriptif analitis, yaitu mengolah sumber bahan atau literer yang berkaitan dengan judul yang dikemukakan dan ditunjang oleh sumber kepustakaan mengenai Gereja, Hidup Menggereja Kontekstual dan Katekese yang relevan.

  E. Sistematika Penulisan Bab I.

  Bab ini berisi Pendahuluan, Latar Belakang Penulisan Skripsi, Rumusan Permasalahan, Tujuan Penulisan, Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan. Bab II. Bab ini berisi Pengertian Gereja, Teladan dan Ajaran Yesus Dalam Memaklumkan Kerajaan Allah Pada Zaman-Nya, Situasi Kehidupan di Indonesia, dan Gereja Menanggapi Situasi Kehidupan di Indonesia Dewasa Ini. Bab III. Bab ini berisi Hidup Menggereja Kontekstual, Bentuk Hidup Menggereja, Bidang-bidang Hidup Menggereja, Tantangan Menggereja di Indonesia Zaman Sekarang, Hambatan Menggereja di Indonesia Zaman Sekarang, dan Menghayati Hidup Beriman Kristiani. Bab IV. Bab ini berisi Katekese Kontekstual sebagai Upaya Mengembangkan Hidup Menggereja di Indonesia Masa Kini yang meliputi: Hakekat, Tujuan, Proses, Usulan, dan Contoh Persiapan Katekese Kontekstual. Bab V. Bab ini merupakan bagian terakhir dalam uraian skripsi. Di sini diuraikan kesimpulan dan saran dari penulis.

BAB II GEREJA SETURUT TELADAN DAN AJARAN YESUS KRISTUS MENANGGAPI SITUASI KEHIDUPAN DI INDONESIA ZAMAN SEKARANG Pada bab kedua ini akan dibahas empat hal, yakni: Pengertian Gereja, Teladan

  dan Ajaran Yesus Kristus dalam Memaklumkan Kerajaan Allah pada Zaman-Nya, Situasi Kehidupan di Indonesia Zaman Sekarang, dan Gereja menanggapi Situasi Kehidupan di Indonesia Zaman Sekarang. Berikut adalah pembahasannya.

A. Pengertian Gereja

  Orang kristiani mesti tahu tentang dirinya, dalam hal ini ia adalah Gereja itu sendiri. Maka, sebagai anggota Gereja ia harus memahami apa itu Gereja dan tugasnya. Penulis menyadari bahwa semua gambaran Gereja berikut belum cukup untuk merumuskan jati diri Gereja yang sesungguhnya dengan tepat, maka sifatnya hanya refresentatif dari hal yang lebih dalam mengenai Gereja itu sendiri. Namun melalui pelbagai gambaran, akan dicoba diungkapkan dan berusaha menangkap makna Gereja yang mendalam (LG, art. 6), usaha menjelaskan makna Gereja yang terdalam dijalankan terus menerus (KWI, 1996:337). Dapat dikatakan bahwa usaha itu mesti menyesuaikan dengan situasi konkret agar Gereja dapat dipahami umat manusia. Gereja yang dipahami oleh umat kristiani ialah: himpunan umat beriman yang percaya kepada Yesus Kristus dalam perziarahannya di bumi menuju Allah Bapa di Surga. Pengertian tentang Gereja tersebut merupakan pengertian yang sudah familiar dalam diri jemaat Kristiani. Pengertian dasar Gereja menurut Iman Katolik yaitu: Kata Gereja berasal dari kata igereja dibawa ke Indonesia oleh para misionaris dari Portugis. Kata tersebut adalah ejaan Portugis untuk kata Latin ecclesia yang ternyata dari bahasa Yunani ekklesia. Namun Gereja bukan sembarang kumpulan, melainkan kumpulan orang yang amat khusus. Kata asing itu dipakai untuk menonjolkan kekhususannya, kadang-kadang dipakai kata jemaat atau umat, dan hal itu tepat juga. Tetapi perlu diingat bahwa jemaat ini sangat istimewa, maka disarankan lebih baik memakai kata “Gereja” saja yang dalam bahasa Yunani berarti memanggil. Jadi, Gereja adalah umat yang dipanggil Tuhan, itulah arti sesungguhnya Gereja (KWI, 1996:332). Selanjutnya penulis akan memaparkan pengertian Gereja menurut Kitab Suci dan Dokumen Konsili Vatikan II yang jarang didengar dan dipahami oleh jemaat

  Kristiani pada umumnya.

1. Gereja Dalam Kitab Suci

  Ada begitu banyak pengertian Gereja menurut Kitab Suci, namun pengertian Gereja berikut hanya diambil dari beberapa pengertian menurut Kitab Suci tersebut.

  Dalam Kitab Suci Perjanjian Lama, Gereja itu diartikan dalam kaitannya dengan pengalaman umat Israel sebagai yang dipanggil Allah. Dalam Kitab Suci Perjanjian Baru, Gereja diartikan dalam kaitannya dengan kehidupan para rasul yang beriman akan Yesus Kristus pada waktu itu. Menurut Iman Katolik (1996:332-333) dikatakan demikian:

  Dalam Kitab Suci, Ekklesia adalah kata yang biasa dipakai pada zaman para rasul. Dapat dilihat bagaimana jemaat perdana memahami diri dan merumuskan karya keselamatan Tuhan di antara mereka. kadang-kadang mereka berkata Gereja Allah atau jemaat Allah (1 Kor 10:32; 11:22; 15:9), yang kiranya sesuai dengan cara berbicara orang Yahudi (Ul 23:1.2; Hak 20:2). Paulus berbicara mengenai jemaat yang berkumpul untuk merayakan Ekaristi. Mereka menjadi jemaat atau Gereja karena iman mereka akan Yesus Kristus, khususnya akan wafat dan kebangkitan-Nya yang mulia. Gereja adalah jemaat yang dikuduskan dalam Yesus Kristus (1Kor 1:2). Jadi sebetulnya ada tiga nama yang dipakai untuk Gereja dalam Perjanjian Baru: Umat Allah, Tubuh Kristus, bait Roh Kudus. Ketiganya saling berkaitan satu sama lain. Gereja sebagai Umat Allah merupakan istilah dari Perjanjian Lama. Yang paling menonjol dalam sebutan ini adalah bahwa Gereja itu umat terpilih Allah (1Ptr

  2:9). Konsili Vatikan II dalam Lumen Gentium (LG, art.9), sebutan Umat Allah amat dipentingkan khususnya untuk menekankan bahwa Gereja bukanlah pertama-tama suatu organisasi manusiawi melainkan perwujudan karya Allah yang konkrit, tekanan ada pada pilihan dan kasih Allah. Konsili mau menekankan bahwa Gereja mengalami dirinya sungguh erat berhubungan dengan umat manusia serta sejarahnya (GS, art. 1), sekaligus Gereja itu majemuk yaitu dari bangsa Yahudi dan kaum kafir Allah memanggil suatu bangsa yang bersatu padu, bukan menurut daging melainkan dalam Roh (KWI, 1996:333).

  Bagi Paulus Perayaan Ekaristi atau perjamuan bersama berarti kumpulan sebagai eklesia, dengan perjamuan Ekaristi terbentuklah jemaat. Perayaan Ekaristi juga tertuju pada pembentukan jemaat, yang dimaksudkan adalah jemaat Allah, maka dengan jemaat Allah itu pula dimaksudkan jemaat yang dipanggil oleh Allah. Hal itu lebih jelas dalam 1Tes 1:1 yang berbicara mengenai jemaat orang-orang Tesalonika yang ada di dalam Allah Bapa dan di dalam Yesus Kristus. Bagi Paulus juga Gereja selalu berarti jemaat setempat tetapi sekaligus juga mempunyai arti universal, di dalam jemaat setempat terbentuklah Gereja Allah (Jacobs, 1988:37). Gereja disebut Tubuh Kristus untuk mengungkapkan kesatuan jemaat seperti kata Paulus kendatipun ada aneka karunia dan pelayanan. Sama seperti tubuh itu satu dan anggota- anggotanya banyak, segala anggota itu sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus. Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi maupun Yunani, budak maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh (1Kor 12:12-13).

  Tubuh tidak terdiri dari satu anggota, tetapi banyak anggota. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kamu semua adalah tubuh Kristus dan masing-masing adalah anggotanya (Ay. 27). Dalam Efesus 1:23 dikatakan bahwa jemaat adalah tubuh Kristus, yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala sesuatu (Kol 1:18.24), yang dimaksudkan ialah kesatuan jemaat dengan Kristus, oleh karena itu Kristus disebut kepala Gereja. Dari pada-Nyalah seluruh tubuh yang rapi tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota, menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih.

  Dengan gambaran tubuh mau dinyatakan kesatuan hidup antara Gereja dan Kristus (Ef 4:16), Gereja hidup dari Kristus dan dipenuhi oleh daya ilahi-Nya (Kol 2:10). Gereja Bait Roh Kudus berarti Gereja sebagai Bait Allah tempat pertemuan dengan Allah. Gereja dibangun atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Yesus Kristus sebagai batu penjuru. Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapi tersusun, menjadi Bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan. Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan tempat kediaman Allah di dalam Roh (Ef 2:20-22). Demikianlah Gereja disebut sebagai Bait Roh Kudus.

2. Gereja menurut Konsili Vatikan II

  Dalam pembaharuan Vatikan II, tujuan pastoral konsili adalah pemahaman Gereja, pewartaan Injil di seluruh dunia, dan dialog dengan dunia modern.

  Pembaharuan Gereja secara hakiki terdapat dalam peningkatan kesetiaan kepada panggilan-Nya (UR, art. 6), Gereja dipanggil oleh Kristus kepada perubahan terus- menerus, sesuai yang dibutuhkannya sebagai lembaga manusiawi dan duniawi (Jacobs, 1987:11). Faham tentang diri Gereja dibahas dalam konstitusi dogmatis Konsili Vatikan II Lumen Gentium yang selanjutnya disingkat LG. Gereja tidak lagi berbicara mengenai makna melainkan sebagai misteri dengan titik pangkal adalah karya Allah Tri Tunggal, dan Gereja adalah Sakramen. Gereja dalam keseluruhannya dimengerti sebagai sakramen atau sarana dan tanda. Soal Gereja sebagai Sakramen adalah persoalan dalam keselamatan dan rahmat, juga wahyu dan iman (Jacobs, 1987:13). Demikian juga hubungan Kristus dengan Gereja dilihat secara baru.

  Gereja disebut sebagai Sakramen yaitu tanda dan sarana kesatuan mesra umat manusia dengan Allah dan persatuan seluruh umat manusia (LG, art. 1). Gereja baru tampil ke muka sebagai Sakramen keselamatan bagi seluruh umat manusia setelah dipenuhi sendiri dengan hidup Kristus oleh Roh Kudus. Keselamatan itu digambarkan dalam rangka keselamatan Allah; Allah memanggil berhimpun mereka yang dengan penuh kepercayaan mengarahkan pandangannya kepada Yesus, pencipta keselamatan dan dasar kesatuan serta perdamaian dan membentuk mereka menjadi Gereja. Dengan demikian supaya Gereja bagi semua dan setiap orang menjadi Sakramen yang kelihatan dari kesatuan yang menyelamatkan itu (Jacobs, 1987:16-17).

  Gereja adalah himpunan orang yang percaya akan Kristus sebagai pencipta keselamatan dan dasar kesatuan serta perdamaian. Gereja merupakan Sakramen keselamatan karena imannya akan Kristus, jadi Gereja bukanlah lembaga di mana orang percaya akan Kristus saja melainkan merupakan ungkapan kesatuan dalam ditekankan tidak pertama-tama Gereja sendiri melainkan misteri Allah yang menyatakan diri secara historis dalam Kristus, dan, Gereja hanya berarti sejauh beriman akan Kristus (Jacobs, 1987:18). Konsili Vatikan II melihat Gereja dalam rangka sejarah keselamatan, tetapi tidak berarti bahwa Gereja hanyalah lanjutan bangsa Israel saja, kedatangan Kristus memberikan arti yang baru kepada umat Allah. Manusia adalah bait Allah dari Allah yang hidup, menurut firman Allah ini: Aku akan diam bersama-sama dengan mereka dan hidup di tengah-tengah mereka, dan Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka menjadi umat-Ku (2Kor 6:16) (KWI, 1996:333).

  Paham Gereja yang baru yang dilhat sebagai pokok ajaran Vatikan II yaitu paham “Communio” (bahasa Yunani “koinonia”) atau persekutuan. Communio mendasari komunikasi di antara anggota Gereja sendiri. Oleh karena itu kesatuan komunio ini berarti keanekaragaman para anggotanya dan keanekaragaman dalam berkomunikasi, sebab Roh Kudus yang tinggal di hati umat beriman, memenuhi serta membimbing seluruh Gereja, menciptakan persekutuan umat beriman yang mengagumkan itu (KWI, 1996:340).

  Dengan komunio Gereja juga dilihat dalam hubungannya dengan orang Kristen yang lain, bahkan dengan seluruh umat manusia dengan suku, ras, agama, dan situasi golongan yang berbeda.

  

B. Teladan dan Ajaran Yesus Kristus dalam Memaklumkan Kerajaan Allah

pada Zaman-Nya

  Gereja mengakui Yesus Kristus sebagai Tuhan, Guru dan Juru Selamat, maka dari itu teladan dan ajaran macam apa yang diberikan oleh Yesus dalam memaklumkan Kerajaan Allah. Yesus Kristus itulah yang menjadi pokok dalam setiap tindakan Gereja. Pengetahuan tentang Dia dalam Gereja Katolik dapat digali dari apa yang disebut Tradisi dan Kitab Suci. Dalam Iman Katolik tradisi berarti penyerahan, penerusan, komunikasi terus-menerus yang merupakan proses dari satu angkatan kepada angkatan berikut dan di antara orang sezaman. Begitu juga Kitab Suci, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru merupakan ungkapan dan rumusan tradisi sebagai pertemuan dan kesatuan antara Allah dan manusia. Jadi keduanya adalah Sabda Allah yang ditanggapi manusia dalam iman (KWI, 1996:213- 214). Berikut ini dipaparkan tentang Yesus Kristus, teladan dan ajaran-Nya.

1. Yesus Kristus dan Tugas Perutusan-Nya

  a. Yesus Putra Allah yang dikandung dari Roh Kudus Kisah kelahiran Yesus diceritakan secara paling lengkap di dalam Injil Lukas terutama Luk 1-2.

  Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh Malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud, nama perawan itu Maria. Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau. Maria terkejut mendengar perkataan itu, ...Kata malaikat kepadanya Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. ...Jawab malaikat itu kepadanya Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau, sebab anak itu yang akan kau lahirkan akan disebut kudus, Anak Allah (Luk 1:26-35). Maria dikaruniai secara khusus oleh Allah, artinya menjadi manusia pilihannya, sehingga diberi peranan dalam sejarah penyelamatan, kunjungan

  Malaikat Gabriel merupakan bukti pilihan itu. Ungkapan Roh Kudus akan turun atasmu (ay. 35) adalah Roh Kudus yang turun dengan kuasa Allah Yang Mahatinggi yang akan menaungi, Ia akan menciptakan hidup yang baru dalam rahim Maria (Stefan Leks, 2003:440). Dengan menegaskan Roh Kudus akan datang atas diri Maria, mau dinyatakan bahwa terkandungnya Yesus dalam rahim Maria adalah peristiwa yang tidak ada duanya dalam sejarah dunia. Anak Maria bukan hasil hubungan seksual melainkan karunia Allah semata-mata.

  Kuasa Allah akan menghadirkan diri-Nya secara khusus untuk menjadikan Maria ibu bagi putra-Nya. Sampai suatu hari Yusuf dan Maria pergi ke kota Daud yang bernama Bethlehem untuk mendapftarkan diri pada cacah jiwa dalam pemerintahan Kaisar Agustus. Saat tiba di situ, tibalah juga saatnya bagi Maria untuk bersalin dan melahirkan seorang anak laki-laki (Luk 2:4-6). Waktu usia Yesus genap delapan hari Ia di bawa ke Yerusalem oleh orang tua-Nya untuk dipersembahkan kepada Tuhan di Bait Allah (Luk 2:21-22), dan Ia juga diberi nama Yesus seperti yang disebut oleh Malaikat Gabriel waktu masih dalam kandungan Maria.

  b. Hidup, Karya, Sengsara, Wafat dan Kebangkitan-Nya 1) Hidup dan Karya Yesus

  Pada masa kanak-kanak Yesus lazimnya anak manusia biasa yang punya ayah dan ibu dalam sebuah keluarga. Ia tinggal dan dibesarkan di kota kecil Nazaret yang tidak begitu dikenal luas. Kehidupan Yesus sangat sederhana, ayahnya Yusuf sebagai tukang kayu. Ia bergaul dengan para gembala domba, dan dengan orang-orang yang dipandang rendah oleh masyarakat, orang-orang Nazaret mengenal Yesus sebagai tukang kayu yang rajin berdoa (Fountain, 2004:27).

  Pendidikan yang diperoleh Yesus tidak hanya terbatas pada bidang rohani saja tetapi juga lingkungan hidup di sekitar-Nya. Dari ayah-Nya Yusuf Ia belajar sekitar, Ia juga banyak belajar tentang alam, padang rumput, bukit-bukit, kawanan domba/sapi/kambing, pergantian musim, aneka warna dan harum bunga-bunga di ladang/kebun sekitar perumahan Nazaret (Fountain, 2004:25).

  Waktu usia Yesus sudah genap 12 tahun, Ia dibawa ke Yerusalem oleh orang tua-Nya. Hukum Yahudi mewajibkan semua pria dewasa untuk berziarah ke Yerusalem pada hari raya Paskah, Pentekosta, dan Pondok Daun. Anak laki-laki Yahudi dianggap dewasa secara keagamaan pada usia 13 tahun, pada usia 12 tahun remaja laki-laki dididik langsung oleh ayahnya agar setahun kemudian ia mampu tampil sebagai orang dewasa. Mulai usia itu ia harus hidup penuh tanggung jawab (Stefan Leks, 2003:1001).

  Ia mulai dewasa dan akan tampil di muka umum untuk memaklumkan Kerajaan Allah, dan Yesus semakin meyadari tujuan hidup-Nya sebagai “Yang Diurapi”. Sebagai hamba Ia melayani Allah dengan jalan melayani umat-Nya dan melayani semua orang di dunia ini (Fountain, 2004:41).

  Sebelum mengawali pewartaan-Nya, sebagaimana orang banyak telah dibaptis oleh Yohanes pembaptis di sungai Yordan, Yesus juga minta dibaptis olehnya.

  Waktu Yesus sedang berdoa, terbukalah langit dan turunlah Roh Kudus dalam rupa burung merpati ke atas-Nya. Yesus dinyatakan oleh Allah sebagai Anak yang dikasihi-Nya, dan kepada Yesus Allah berkenan (Luk 3:21-22).

  Selanjutnya Yesus di bawa oleh Roh Kudus yang menunjang kekuatan-Nya pergi ke padang gurun di mana tempat itu sebagai tempat binatang dan roh jahat, sekaligus juga tempat manusia berkontak dengan Allah menurut pemikiran Yahudi. Empat puluh hari lamanya Yesus berada di tempat itu, Ia dicobai iblis sebanyak tiga kali, dan selama itu tidak makan apa-apa (Luk 4:1-2). Ketiga cobaan itu melambangkan jenis cobaan yang dialami Yesus semasa hidup-Nya, dan ini bukan cobaan biasa yang dialami manusia beriman melainkan cobaan yang dialami oleh Yesus sebagai Putra Allah (Stefan Leks, 2003:137).

  Cobaan yang dilakukan iblis tidak menghasilkan apa-apa terhadap Yesus, iblis pun mundur (Luk 4: 13). Menurut Injil, Yesus memulai karya-Nya di Galilea dengan tampil di sinagoga Nazaret, dan waktu itu Yesus berumur kira-kira 30 tahun (Jacobs, 2006:49).

  Dalam kuasa Roh, kembalilah Yesus ke Galilea, lalu tersebarlah kabar tentang Dia di seluruh daerah itu. Sementara itu Ia mengajar di rumah-rumah ibadat di situ dan semua orang memuji Dia. Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, hendak membaca Kitab Suci (Luk 4:14-16).

  Selain sebagai tempat Yesus mulai memberitakan Kerajaan Allah, Galilea juga sebagai tempat Yesus mendidik rasul-rasul-Nya. Selama hidup-Nya Yesus berkarya di wilayah Palestina, mulai dari Galilea sampai seluruh Yudea. Ada begitu banyak karya yang dilakukan-Nya demi keselamatan umat manusia termasuk berbagai kendala seperti penolakan orang-orang yang mendengar pewartaan-Nya. Selain mengajar, Yesus juga melakukan mukjizat untuk menyembuhkan, membangkitkan orang mati, mentahirkan dan mengusir roh jahat. Menurut Jacobs (2006:55) Injil memberikan gambaran karya Yesus dengan urutannya demikian: a). Yesus mengadakan mukjizat pertama kali pada pesta perkawinan di Kanna yang mengubah air menjadi anggur ketika dalam pesta terjadi kekurangan anggur.

  b). Yesus memanggil kedua belas rasul di Galilea dan mendidik mereka mengenai sikap batin. Sikap itu dapat ditunjukkan dengan hidup sederhana, sabar dan tabah pewartaan Yesus. Seperti Yesus sendiri tidak akan mundur karena harus meneruskan perjalanan pewartaan-Nya. Yesus juga mendidik mengenai sikap lahir yang dapat ditunjukkan dengan sikap hidup miskin/sederhana, hormat dan baik hati. Ini ditunjukkan-Nya dengan menerima orang-orang berdosa ketika makan bersama-Nya. Dengan demikian menunjukkan kebersamaan hidup dalam arti kesatuan hidup (Jacobs, 2006:96). Selain itu Yesus mendidik mereka mengenai kewaspadaan yaitu menghadapi godaan untuk berbuat jahat, sebab dengan demikian akan menjadi batu sandungan bagi orang lain.