SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Program Studi Pendidikan Fisika

  

PERSEPSI SISWA BOPKRI 1 YOGYAKARTA

TERHADAP PELAJARAN FISIKA

DI SEKOLAHNYA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

  

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh :

Andreas Tri Hartanto

  

021424010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

Salah satu perbedaan paling besar antara orang

sukses dan orang tidak sukses terletak pada

penggunaan waktu luang.

  

( w.j.Brown )

Skripsi ini hanyalah sebuah persembahan kecil untuk semua cinta dan kasih yang telah kuterima sepanjang hidup

dari orang-orang terkasihku:

  

Bapak dan simbok tercinta, atas segala kasih sayang tak terbatas bagiku. Mbak Rini, Mas Agus, Mas Alex, yang

telah menjadi saudara sekaligus teman terbaik dalam hidupku.

  Semua orang yang telah mengasihiku dan mencoba menerima apapun yang ada padaku.

  

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah

  Yogyakarta,5 Januari 2009

Penulis

Andreas Tri Hartanto

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

  Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : ANDREAS TRI HARTANTO Nomor Mahasiswa : 021424010

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

  

PERSEPSI SISWA BOPKRI 1 YOGYAKARTA

TERHADAP PELAJARAN FISIKA DI SEKOLAHNYA

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya

memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,

mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain

untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan

royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

  Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 28 Januari 2009 Yang menyatakan ( Andreas Tri Hartanto )

  

ABSTRAK

PERSEPSI SISWA BOPKRI 1 YOGYAKARTA

TERHADAP PELAJARAN FISIKA

DI SEKOLAHNYA

Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas XI IPA di SMA BOPKRI 1

YOGYAKARTA. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaiman persepsi

siswa terhadap pelajaran Fisika di sekolahnya.

  Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif dan deskriptif

kuantitatif. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan

wawancara, kuesioner digunakan untuk mengetahui persepsi siswa terhadap pelajaran

Fisika. Kualitas pernyataan – pernyataan kuesioner ditentukan dengan uji coba

kuesioner dan validitas isi. Pernyataan – pernyataan sebelumnya yang banyak tidak

terjawab kemudian direvisi (atas saran dari dosen pembimbing).

  Wawancara digunakan untuk mengungkap permasalahan – permasalahan dan

digunakan untuk membuktikan adanya persepsi yang dialami siswa. Sehingga

wawancara dilaksanakan pada perwakilan siswa dari masing – masing kelas.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi siswa dari faktor persepsi antara

lain: faktor proses belajar, pengalaman dan pengetahuan menimbulkan persepsi yang

cenderung semi positif. Sedangkan untuk faktor cakrawala menimbulkan persepsi

yang cenderung positif. Hal tersebut ditunjukkan dengan siswa memberikan penilaian

menyenangkan berjumlah 39 siswa atau 47.56%, tidak menyenangkan berjumlah 28

siswa atau 34.15%, biasa saja berjumlah 15 siswa atau 18.29% terhadap pelajaran

Fisika di sekolahnya dan jumlah total siswa kelas XI IPA adalah 82 siswa.

  

ABSTRACT

Students of SMA BOPKRI I Yogyakarta perception

about Physic course at their school.

  The research was implemented to students XI IPA at SMA BOPKRI I

Yogyakarta. The purpose of this research is to know how student’s perception about

Physics course at their school.

  This research belongs in descriptive qualitative and descriptive quantitative

researches. The instruments that were used in this research were questionnaire and

interview methods. Questionnaire was used to know students’ perception about

Physic course. The quality of questionnaire questions was determined with

questionnaire-tried and contents validation. Many un-answered statements previously

then revised (by suggestion from the counselor).

  Research method was used to reveal the problem and to prove that there was

found a-student perception. So, interview method was implemented to students’

agency from each class.

  The research’s result proves that students’ perception that is raised from

perception factor including learning process factor, experience, and knowledge raises

an inclining semi-positive perception. Whereas, the cakrawala factor raises an

inclining positive-perception. It is showed by students which gave like estimation are

39 students or 47.56 % and dislike estimation are 28 students or 34.15 %, then

common estimation are 15 students or 18.29 % about Physic course in their school

from 82 students as total students of XI IPA.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “PERSEPSI SISWA SMA

BOPKRI 1 YOGYAKARTA TERHADAP PELAJARAN FISIKA DI

SEKOLAHNYA”, sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan

strata satu.

  Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah banyak mendapatkan bantuan

baik moral maupun spiritual dan dukungan yang berupa bimbingan, dorongan,

sarana maupun fasilitas dari berbagai pihak. Untuk itu penyusun mengucapkan

terima kasih kepada :

  

1. Bpk Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D selaku Dosen Pembimbing atas bimbingan,

bantuan dan pengarahan selama penelitian sampai penyusunan skripsi ini.

  

2. Bpk Drs. Priyanto selaku kepala sekolah SMA BOPKRI 1 YOGYAKARTA

atas ijin yang diberikan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di SMA BOPKRI 1 YOGYAKARTA.

  

3. Ibu Dra.Tyas Rahwinarni selaku koordinator BK atas ijin yang diberikan

kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di SMA BOPKRI 1 YOGYAKARTA.

  

4. Bpk Drs. Edi Krusmanto selaku guru BK dan Pamong BK SMA BOPKRI 1

YOGYAKARTA atas bantuan, saran dan nasehatnya.

  5. Bapak dan Simbok atas nasehat, dukungan, pengorbanan dan doanya.

  7. Keponakanku Pandu dan Yudi atas semangat dan inspirasiku.

  8. Yuliana Hanik Indrayani atas nasehat, dukungan, pengorbanan dan doanya.

  

9. Saudaraku Krisna, Wawan, Ari Kopet, Era, Wisnu Lepek, Dedik atas

semuanya.

  

10. Teman-temanku angkatan 2002 semuanya atas pengalaman hidup dalam

menjalin persahabatan selama ini.

  

11. Teman-teman seperjuangan Nita, Ari chebol, Eko kodok, Wisnu atas

kebersamaanya.

  12. Teman-temanku kost Raja Wali semuanya atas bantuan dan dukungannya.

  

13. Anak-anak SMA BOPKRI 1 YOGYAKARTA kelas XI IPA atas kesediannya

menjadi partisipan dan kerjasamanya.

  Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyelesaian

skripsi ini sehingga segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat

penulis harapkan. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca pada

khususnya serta ilmu pengetahuan pada umumnya.

  DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA……… vi

ABSTRAK ....................................................................................................... vii

ABSTRACT..................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix

DAFTAR ISI.................................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv

DAFTAR TABEL ………………………………………………………… xv

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………… xvi

BAB I. PENDAHULUAN ...............................................................................

  1 A. Latar Belakang .....................................................................................

  1 B. Dasar Teori ..........................................................................................

  4

1. Fisika .............................................................................................

  4 a. Aspek produk ...........................................................................

  5 b. Aspek proses ............................................................................

  7 c. Aspek sikap ..............................................................................

  9

  

2. Sikap...............................................................................................

  

E. Obyek dan Subyek penelitian……………………………………….. 27

  1. Kuesioner ....................................................................................... 31

  

H. Metode Pengumpulan Data…………………………………………… 31

  3. Wawancara..................................................................................... 31

  29

  1. Kuesioner ....................................................................................... 27

2. Validitas Instrumen ........................................................................

  27

  

F. Variabel………………………………………………………………. 27

G. Instrumen Penelitian ............................................................................

  26 D. Partisipan.............................................................................................. 26

  11

3. Persepsi ..........................................................................................

  25 C. Waktu dan Tempat ...............................................................................

  BAB II. METODOLOGI PENELITIAN......................................................... 25 A. Jenis Penelitian..................................................................................... 25 B. Desain penelitian..................................................................................

  23 E. Manfaat penelitian……………………………………………………. 23

  23 D. Tujuan Penelitian .................................................................................

  3.3 Persepsi siswa terhadap pelajaran fisika……………………. 21 C. Perumusan Masalah..............................................................................

  3.2 Pembentukan persepsi siswa tertang pelajaran fisika……….. 19

  17

  16 3.1 Faktor – faktor persepsi ...........................................................

  2. Wawancara..................................................................................... 32

  I. Metode Analisis Data...........................................................................

  5. Pernyataan akhir setelah kuesioner………………... …………… ... 49

  BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 54 A. Kesimpulan .......................................................................................... 54 B. Saran..................................................................................................... 54 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

  

D. Keterbatasan Penelitian………………………………………………… 52

  

C. Rangkuman Persepsi Partisipan……………………………………… 52

  5.3. Pelajaran Fisika biasa saja…………………….. ……………… 51

  5.2. Pelajaran Fisika tidak menyenangkan……..…………………. . 50

  5.1. Pelajaran Fisika menyenangkan……..………………………… 49

  4. Cakrawala………………………………………………………...... 47

  32

  3. Pengetahuan………………………………………………………. .. 43

  2. Pengalaman……………………………………………………….. .. 40

  1. Proses belajar……………………………………………………… .. 37

  

BAB III. DATA, ANALISIS DAN PEMBAHASAN ..................................... 36

A. Pelaksanana Penelitian ......................................................................... 36

B. Data, Analisis dan Pembahasan ........................................................... .. 36

  2. Analisis Wawancara....................................................................... 35

  1. Analisis kuesioner .......................................................................... 33

  56 LAMPIRAN..................................................................................................... 57

  DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema sains……………………………………………………… 11

Gambar 2. Hubungan antara nilai, sikap, motif dan dorongan………….. 12

Gambar 3. Sikap merupakan ‘pre-disposisi’ tingkah laku……………….. 13

Gambar 4. sikap……………………………………………………………… 16

Gambar 5. Persepsi………………………………………………………….. 19

  DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pernyataan kuesioner ……………………………………………… 28

Tabel 2. Prosentase sekaligus hasil analisis kuesioner…………………….. 33

Tabel 3. Tanggapan siswa dalam kuesioner……………………………….. 37

Tabel 4. Tanggapan siswa terhadap pelajaran Fisika selama ini…………. 49

Tabel 5. Hasil Penelitian IPA I……………………………………………… 68

Tabel 6. Hasil Penelitian IPA I1……………………………………………. 69

Tabel 7. Hasil Penelitian IPA III…………………………………………… 70

Tabel 8. Hasil Penelitian IPA IV…………………………………………… 71

Tabel 9. Hasil Penelitian XI IPA ………………………………………….. 72

DAFTAR LAMPIRAN

  

Lampiran 1. Kuesioner …………………………………………………….. 57

Lampiran 2. Hasil wawancara……………………………………………… 61

Lampiran 3. Pernyataan akhir…………………………………………….. 63

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi turut

  

menyumbangkan perubahan pola pikir dalam kehidupan bermasyarakat terutama

para siswa. Para siswa sekarang ini lebih senang dihargai dan dihormati

kebebasan mereka dalam menentukan masa depan mereka. Untuk sekolah

menengah atas (SMA) para siswa diberi kebebasan untuk memilih sendiri jurusan

yang sesuai dengan pribadi mereka sendiri, baik dalam mengambil jurusan IPA,

IPS maupun bahasa. Sebagian besar siswa mengambil jurusan IPA atau IPS.

  Namun sekarang ini, tak jarang pula ada siswa yang memilih jurusan Bahasa.

  Berbagai alasan menjadi dasar mengapa siswa memilih jurusan mereka

sendiri, ada beberapa faktor yang menyebabkan para siswa tersebut memilih

jurusan tersebut antara lain yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor

internal diantaranya bakat, minat, inteligensi, motivasi, kesehatan mental. Faktor

eksternal diantaranya Orang tua, lingkungan sosial, Media Massa, dan sekolah.

  Siswa yang memiliki bakat terhadap bidang tertentu, maka siswa akan

mengembangkan bakatnya sesuai dengan yang mereka kuasai atau miliki karena

bakat merupakan potensi atau kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir atau

keturunan. Setiap individu mempunyai mempunyai bakat yang berbeda – beda,

seseorang yang berbakat musik mungkin didalam menguasai bidang lain

  

raga lemah. Orang tua yang berkecimpung di bidang seni, anaknya akan mudah

memepelajari seni suara, tari dan lainnya. Anak yang berbakat teknik akan mudah

mempelajari matematika, fisika, konstruksi mesin. Anak yang berbakat olah raga

mereka akan berkembang di bidang olah raga seperti : lari, lompat, sepak bola,

volley, dan lainnya. Jadi seseorang anak akan mudah mempelajari apabila sesuai

dengan bakatnya.

  Minat siswa terhadap bidang tertentu juga akan sangat mempengaruhinya

dalam belajar, tidak adanya minat anak terhadap suatu pelajaran akan

menimbulkan kesulitan siswa untuk mempelajari pelajaran tersebut. Belajar yang

tidak ada minatnya mungkin tidak sesuai dengan bakatnya, tidak sesuai dengan

kebutuhan, tidak sesuai dengan kecakapan, tidak sesuai dengan tipe – tipe khusus

anak akan menimbulkan problema pada dirinya. Untuk itu siswa akan memilih

jurusan yang sesuai dengan minat dan bakatnya.

  Motivasi sebagai faktor inner berfungsi menimbulkan, mendasari,

mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat menentukan baik – tidaknya

dalam mencapai tujuan sehingga semakin tinggi motivasinya akan semakin besar

kesuksesan belajarnya. Seseorang yang besar motivasinya akan giat berusaha,

tampak gigih tidak mau menyerah, giat membaca buku – buku untuk

meningkatkan prestasinya dalam memecahkan masalah. Sebaliknya mereka yang

memiliki motivasi lemah, tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatian tidak

tertuju pada pelajaran, akan mengalami kesulitan belajar.

  Dalam belajar tidak hanya menyangkut segi intelek, tetapi juga

  

dengan belajar adalah timbal balik. Kesehatan mental dan ketenangan emosi akan

menimbulkan hasil belajar yang baik. Demikian juga, belajar yang sukses akan

selalu membawa harga diri seseorang. Bila harga diri tumbuh akan merupakan

faktor adanya kesehatan mental.

  Dari faktor eksternal keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama

dan pertama tetapi juga dapat sebagai faktor penyebab keberhasilan siswa dalam

belajar, faktor itu di antaranya : Cara mendidik anak, hubungan orang tua dengan

anak, bimbingan dari orang tua, suasana keluarga, keadaan keluarga. Lebih luas

lagi yaitu lingkungan sosial tempat tinggal siswa tersebut. Di samping itu juga

ada media massa yang tentunya sangat menarik untuk diikuti, anak akan mudah

belajar dengan media visualisasi seperti pada televisi.

  Di lingkungan sekolah cara berpikir atau belajar anak akan dipengaruhi

beberapa hal diantaranya bagaimana cara guru mengajar, sarana untuk mengajar,

kondisi gedung, kurikulum yang digunakan, waktu sekolah dan kedisiplinan.

Namun disamping faktor – faktor diatas ada juga faktor yang mempengaruhi

siswa dalam memilih jurusan yaitu persepsi siswa tentang pelajaran fisika, siswa

menganggap pelajaran fisika sama dengan pelajaran matematika yang kental

dengan hitungan dan juga rumus.

  Sehubungan dengan hal yang telah diuraikan diatas, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang persepsi siswa tentang suatu pelajaran khususnya

Fisika yang dewasa ini sedang berkembang.

B. Dasar Teori .

1. Fisika

  Fisika merupakan cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (Sains). Oleh karena

itu, hakekat fisika dapat ditinjau dam dipahami melalui hakekat sains. Beberapa

sainstis antara lain : Fisher, Conant, Campbell, Bube, M.T.Zen, Carin dan Sund,

dan Dawson seperti yang dikutip oleh Kartika Budi (1998, 161) mencoba

mendefinisikan sains sebagai berikut: Menurut Fisher (1975 dalam Kartika Budi, 1998) sains adalah bangunan

pengetahuan yang diperoleh menggunakan metode berdasarkan observasi.

Menurut Conant dalam Kartika Budi (1998) sains adalah deretan atau bangunan

dari konsep dan skema konseptual yang saling berhubungan sebagai hasil dari

eksperimentasi dan observasi, yang berguna dan bernilai untuk eksperimentasi

dan observasi selanjutnya (Kuslan dan Stone, 1978 dalam Kartika Budi, 1998).

  Menurut Campbell dalam Kartika Budi (1998) sains adalah ilmu

pengetahuan yang bermanfaat dan praktis dan cara atau metode untuk

memperolehnya. Menurut Bube dalam Kartika Budi (1998) sains adalah

pengetahuan tentang alam yang diperoleh melalui interaksi dengannya. Menurut

Zen(1984 dalam Kartika Budi, 1998), sains adalah suatu eksplorasi ke alam materi

berdasarkan observasi, dan yang mencari hubungan - hubungan alamiah yang

teratur mengenai fenomena yang diamati serta menguji diri sendiri.

  Menurut Carin dan Sund (1989 dalam Kartika Budi, 1998) sains adalah

suatu sistem untuk memahami semesta melalui data yang dikumpulkan melalui

  

Kartika Budi (1998) sains adalah aktivitas pemecahan masalah oleh manusia yang

termotivasi oleh keingintahuan akan alam disekelilingnya dan keinginan untuk

memahami, menguasai, dan mengolahnya demi memenuhi kebutuhan.

  Menurut definisi sains diatas aspek – aspek sains adalah aspek produk, aspek proses, dan aspek sikap.

  Aspek produk Yang merupakan aspek produk adalah bangunan sistematis pengetahuan

(Dawson, 1994; Carin dan Sund, 1989 dalam Kartika Budi, 1998) sebagai hasil

dari proses yang dilakukan oleh saintis. Menurut T. Sarkim (1998,129) istilah

yang diterapkan dalam prinsip – prinsip, hukum –hukum, dan teori – teori didalam

sains menyatakan bahwa pengetahuan, prinsip, hukum atau teori adalah hasil

rekaan atau buatan manusia dalam rangka memahami dan menjelaskan alam

bersama dengan berbagai fenomena yang terjadi didalamnya. Dengan demikian,

dapat dikatakan bahwa sains adalah suatu sistem yang dikembangkan oleh

manusia untuk mengetahui keadaan diri dan lingkungannya. Oleh Carin dan Sund

(1989 dalam T. Sarkim, 1998) mengajukan tiga kriteria yang harus dipenuhi oleh

suatu sistem dalam sains. Ketiga kriteria tersebut antara lain (1) mampu

menjelaskan fenomena yang telah terjadi atau yang diamati. (2) mampu

memprediksi peristiwa yang akan terjadi. (3) dapat diuji dengan eksperimen

sejenis.

  Dalam pengajaran sains, aspek produk tampil dalam bentuk bahan – bahan

pengajaran yang berisi pokok – pokok bahasan, misalkan pokok – pokok bahasan

  

pengetahuan yang sudah jadi tanpa penjelasan bagaimana teori atau hukum

tersebut diperoleh.

  Sebagai salah satu dari produk sains yaitu fisika terdiri atas berbagai fakta,

konsep, hukum, teori, dan prinsip (Carin dan Sund,1989 dalam Kartika

Budi,1998) yang terorganisasi secara sistematis yang membentuk body of

knowlegde atau conseptual scheme. Fakta adalah sesuatu yang telah atau yang

sedang terjadi yang dapat berupa keadaan, sifat, atau peristiwa, sedangkan konsep

adalah suatu ide yang merupakan generalisasi dari berbagai peristiwa atau

pengalaman khusus (Carin dan Sund,1989 dalam Kartika Budi,1998) yang

dinyatakan dengan istilah atau simbol tertentu yang dapat diterima sesuai dengan

budaya setempat.

  Konsep mengacu pada obyek (benda-benda), peristiwa, keadaan, sifat,

kondisi, ciri, dan atribut yang lekat dengan suatu obyek (Bred Ted,1991 dalam

Kartika Budi, 1998;162) yang pada umumnya menjadi obyek kajian dalam proses

pelajaran fisika, penelitian, dan penerapannya untuk berbagai kepentingan. Dalam

fisika dapat disebutkan sederetan panjang konsep seperti cahaya, lembab, getaran,

elektron, kecepatan relatif, waktu paruh, momentum sudut, bilangan kuantum, dan

sebagainya. Seseorang yang membangun pengetahuan atau struktur kognitif,

mencoba menangkap makna dari konsep-konsep yang dipelajarinya dengan

membangun konsepsi, yaitu gambaran dalam pikirannya atau gambaran mental,

yang merupakan jawaban atas pertanyaan; apa sebenarnya konsep itu? Oleh

karena tidak mengherankan bila ada satu konsep yang memiliki beberapa definisi,

  

membangun struktur kognitif, yang bergantung pada tingkat pendidikan, aspek

yang diperhatikan, dan peruntukannya. Perbedaan konsepsi itu dapat disebabkan

oleh perbedaan proses pembentukan, tingkat pendidikan, aspek yang ditonjolkan,

sudut pandang, konsep lain yang melatarbelakanginya, atau perbedaan tujuannya.

  

Perbedaan - perbedaan inilah yang memungkinkan munculnya apa yang disebut

dengan salah konsepsi.

  Aspek proses Yang merupakan aspek proses sains adalah eksperimen yang meliputi

penemuan masalah dan perumusannya, perumusan hipotesis, merancang

percobaan, melakuakan pengukuran, menganalisis data dan menarik kesimpulan

(Sund, 1982 dalam Kartia Budi, 1998). Aspek proses juga disebut metode

memperoleh pengetahuan, metode tersebut dikenal dengan metode keilmuan.

Olek beberapa ahli seperti Mouly, Riggs, dan Hormer dan Hunt yang dikutip oleh

T.Sarkim (1998,133) mendefinisikan metode keilmuan sebagai berikut:

  Menurut Mouly (1982 dalam T.Sarkim, 1998) metode keilmua adalah

perpaduan antara metode induksi dan metode deduksi, dimana seorang peneliti

mula – mula mengunakan metode induksi dalam menghubungkan pengamatan

dengan hipotesis kemudian secara deduktif hipotesis ini dihubungkan dengan

pengetahuan yang ada untuk melihat kecocokan dan implikasinya. Setelah

melewati berbagai perubahan yang perlu, hipotesis ini kemudian diuji melalui

serangkaian data yang dikumpulkan untuk menguji sah atau tidaknya hipotesis itu

secara empiris.

  Menurut Riggs (1992 dalam T.Sarkim, 1998) metode keilmuan adalah

perpaduan antara observational dan theorikal. Hukum – hukum obsevational

ditemukan melalui proses generalisasi induktif dari data yang dapat diukur atau

diindera manusia. Dalam proses induktif ini, data diperoleh dari pengamatan

peneliti yang memiliki pikiran terbuka dan data tersebut harus memenuhi standar

keilmuan. Oleh karena itu, hukum observasional mencerminkan suatu keteraturan

nyata dialam karena faktor subyektif dilepaskan. Hukum teoritis mengaku kepada

besaran – besaran dan proses – proses yang tidak dapat diobsevasi, hukum teoritis

tidak memiliki basis empiris seperti halnya hukum obsevational. Sebagai

konsekuensinya, hukum teoritis dapat berubah dari waktu ke waktu apabila

diketemukan bukti baru yang tidak dapat dijelaskan dengan teori yang ada.

  Menurut Horner dan Hunt (1982 dalam T.Sarkim, 1998) metode keilmuan

adalah perpaduan antara rasionalisme dan empirisme. Sebaga perpaduan dari

rasionalisme yang meyakini bahwa pengetahuan dapat diperoleh melalui pikiran

dan empirisme yang meyakini bahwa pengetahuan dapat diperoleh melalui

pengalaman, metode keilmuan ini memiliki kerangka dasar prosedur yang dapat

dijabarkan dalam enam langkah : (1) sadar akan adanya masalah dan perumusan

masalah. (2) pengamatan dan pengumpulan data yang relevan. (3) penyusunan

atau klarisikasi data. (4) perumusan hipotesis. (5) deduksi dan hipotesis. Dan (6)

tes dan pengujian kebenaran hipotesis. Pada tahap tersebut terdapat aktifitas –

aktifitas yang dilakukan peneliti, diantaranya melakukan observasi, mengukur,

memprediksi, mengklarifikasi, membandingkan, menyimpulkan, merumuskan

  

hipotesis, melakuakan eksperimen, menganalisis data, membuat laporan penelitian

dan menkomunikasikan hasil penelitian.

  Dalam pengajaran sains, aspek proses ini muncul dalam bentuk kegiatan

belajar mengajar, ada tidaknya aspek proses didalam pengajaran sains sangat

bergantung pada guru. Suatu teori yang tertulis dalam buku pelajaran fisika,

misalnya dapat diajarkan begitu saja seperti yang tertulis dalam buku itu. Namun,

dapat pula diajarkan dengan membawa persoalannya secara kongkret. Kemudaia,

para siswa dibimbing melakukan berbagai aktifitas, baik fisik maupun mental

sampai akhirnya merumuskan kembali teori yang sudah tertulis dalam buku itu.

  Aspek sikap Menurut T.Sarkim (1998,134) aspek sikap adalah sebagai keyakinan, opini

dan nilai – nilai yang harus dipertahankan oleh seorang ilmuan khususnya mencari

atau mengembangkan pengetahuan baru diantaranya tanggung jawab, rasa ingin

tahu, disiplin, tekun, jujur, dan terbuka terhadap pendapat orang lain. Sikap dapat

diklarifikasikan didalam dua kelompok besar yaitu seperangkat sikap yang bila

diikuti akan membantu proses pemecahan masalah dan seperangkat sikap yang

menekan sikap tertentu terhadap sains sebagai suatu cara memandang dunia serta

dapat berguna bagi pengembangan karir dimasa depan (Dawson,1995 dalam

T.Sarkim, 1998) Termasuk didalam kelompok pertama adalah : (1) kesadaran akan

perlunya bukti ketika mengemukakan suatu pernyataan; (2) kemauan untuk

mempertimbangkan interpretasi atau pandangan lain; (3) kemauan untuk

  

keterbatasan dalam penemuan keilmuan. Sedangkan sikap – sikap yang termasuk

ke dalam kelompok kedua adalah ; (1) rasa ingin tahu terhadap dunia fisik dan

biologis serta cara kerjanya; (2) pengakuan bahwa sains dapat membantu

memecahkan masalah – masalah individu dan global; (3) memiliki rasa

antusiasme untuk menguasai pengetahuan dan metode sains; (4) pengakuan

pentingnya pemahaman keilmuan dalam dunia masa kini; (5) pengakuan bahwa

sains adalah aktifitas manusia; (6) pemahaman hubungan antara sains dan bentuk

aktifitas manusia lainnya.

  Sikap – sikap tersebut secara jelas berhubungan deangan sains dan sangat

potensial dikembangkan dalam pengajaran sains. Akan tetapi, masih terdapat

sikap – sikap positif yang lebih umum dan dapat didukung perkembangannya oleh

guru sains, misalnya rasa tanggung jawab, kemauan bekerja sama, tekun, toleran,

jujur, dan memiliki rasa percaya diri. Dalam pengajaran sains, aspek sikap hanya

dapat terlibat apabila guru secara sadar dan terus – menerus memperhatikan,

mengarahkan, menegur, dan menunjukkan sikap – sikap para muridnya.

  Oleh karena itu, didalam membicarakan sains maka akan tergambar dalam

pikiran minimal adalah produk, proses, sikap (Carin dan Sund, 1989 dalam kartika

Budi, 1998). Dengan kata lain, bahwa sains dapat dipandang sebagai kesatuan dari

proses, sikap dan hasil. Seperti telah diuraikan diatas, pandangan tersebut bila

konsekuen akan melatar - belakangi guru pada pilihan strategi pembelajaran.

Sehingga dapat digambarkan seperti pada skema sebagai berikut (Kartika

Budi,1998)

  Menghasilkan Proses sains Hasil sains Mendorong

  2

  3

  1 Sikap sains ket : 1. Membentuk

  2. Menumbuhkan

  3. Melandasi Gambar 1 Skema sains

  Skema tersebut menjelaskan bahwa proses sains yang dilandasi sikap sains

seperti perasaan ingin tau, disiplin, dan tanggung jawab akan memperoleh hasil

sains. Hasil sains yang didukung oleh sikap, misalnya menyadari keterbatasan

dalam penemuan keilmuan akan mendorong proses sains dan hasil sains yang

diperlukan dalam proses sains berikutnya untuk menghasilkan produk sains yang

baru.

2. Sikap

  Menurut Mar’at (1981, 9) sikap merupakan produk dari proses sosialisasi

di mana seseorang bereaksi sesuai dengan rangsang yang di terimanya. Jika sikap

terhadap obyek tersebut dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan kesediaan untuk

berinteraksi orang tersebut terhadap obyek. Dalam ilmu Psikologi Sosial, lima

puluh terakhir studi mengenai sikap banyak banyak sekali diteliti, dari mulai teori,

konstruksi, konsep sampai dengan pengukurannya.

  Menurut Newcomb dalam Mar’at (1981:11) sikap merupakan suatu

kesatuan kognisi yang mempunyai valensi dan akhirnya berintegrasi ke dalam

  

pola yang lebih luas. Hal ini dapat pada bagan sebagai berikut: hubungan antara

nilai, sikap, motif dan dorongan ( Newcomb, 1978 dalam Mar’at,1981).

  Sasaran / tujuan yang bernilai terhadap mana NILAI berbagai pola sikap dapat diorganisasi SIKAP Kesiapan secara umum untuk suatu tingkah laku bermotivasi MOTIVASI

  Kesiapan ditujukan pada sasaran dan dipelajari untuk tingkah laku bermotivasi DORONGAN Keadaan organisme yang menginisasikan kecenderungan ke arah aktifitas umum

  

Gambar 2

Hubungan antara nilai, sikap, motivasi dan dorongan

Bagan gambar 2 melukiskan perkembangan seleksi dan degenerasi tingkah

laku individu yang berpangkal pada ‘drives‘ dan akhirnya mencapai puncak pada

  

‘values‘. Nilai pada gambar 2 inilah yang menunjukkan konsistensi organisasi

tingkah laku individu. Pada gambar 3 menjelaskan bahwa, Definisi sikap yang

dirumuskan sebagian besar ahli mencantumkan kata “ pre-disposition“ atau “

tendency “ yang berarti adanya kecenderungan, kesediaan dapat diramalkan

tingkah laku apa yang dapat terjadi jika diketahui sikapnya. Tindakan yang

diawali melalui proses yang cukup kompleks dan sebagai titik awal untuk

menerima stimulus adalah melalui alat indera seperti : penglihatan, pendengaran,

  

psikofisik seperti kebutuhan, motif, perasaan, perhatian dan pengambilan

keputusan. Semua proses ini sifatnya tertutup sebagai dasar pembentukan suatu

sikap yang akhirnya melalui ambang batas terjadi tindakkan yang bersifat terbuka,

Hal inilah yang disebut sebagai tingkah laku. Jelaslah bahwa sikap belum

merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi berupa “pre-disposisi”

tingkah laku.

  Rangsang Reaksi tingkah Proses rangsang stimulus laku Sikap (tertutup)

  

Garis arah / kecenderungan dari sikap

Garis tanpa proses seperti refleks

Gambar 3

Sikap merupakan ‘pre-disposisi’ tingkah laku

  Jadi dapat dijelaskan bahwa sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi

terhadap obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek

tertentu. menurut Bimo Walgito (1978, 110) Sikap memiliki tiga komponen sikap:

  1. Komponen Kognitif (komponen perseptual) yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal yang berhubungan denganbagaimana orang mempersepsi terhadap obyek sikap.

  2. Komponen Afektif (komponen emosional) yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap.