STUDI PERBANDINGAN PEMAHAMAN OBAT TRADISIONAL BERDASAR KEMASAN PADA MASYARAKAT KELURAHAN WIROGUNAN DENGAN DESA MAGUWOHARJO

STUDI PERBANDINGAN PEMAHAMAN OBAT TRADISIONAL BERDASAR KEMASAN PADA MASYARAKAT KELURAHAN WIROGUNAN DENGAN DESA MAGUWOHARJO SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

  Program Studi Ilmu Farmasi

  Oleh : AGUS KADARMAN NIM : 058114033 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

STUDI PERBANDINGAN PEMAHAMAN OBAT TRADISIONAL BERDASAR KEMASAN PADA MASYARAKAT KELURAHAN WIROGUNAN DENGAN DESA MAGUWOHARJO SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

  Program Studi Ilmu Farmasi

  Oleh : AGUS KADARMAN NIM : 058114033 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

  HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi STUDI PERBANDINGAN PEMAHAMAN OBAT TRADISIONAL BERDASAR KEMASAN PADA MASYARAKAT KELURAHAN WIROGUNAN DENGAN DESA MAGUWOHARJO

  Yang Diajukan Oleh : Agus Kadarman

  NIM : 058114033 Skripsi ini telah disetujui oleh :

  Dosen Pembimbing Yustina Sri Hartini, M.Si., Apt.

  Tanggal :

HALAMAN PERSEMBAHAN

  Kupersembahan pada :

   Bapa di Surga, Yesus Kristus dan bunda Maria yang telah memberkatiku setiap saat  Almarhum papaku Jong Tek Hwa B.A. yang semasa hidupnya telah memberikan kasih dan cinta tak terhingga kepadaku

   Mamaku Mok Ting Soen  Sahabat sahabat ku  Untuk orang-orang yang tidak mengenalku

  

PRAKATA

  Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari, bahwa penulisan skripsi ini bukanlah sesuatu hal yang mudah, hanya dengan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Ibu Yustina Sri Hartini, M.Si., Apt selaku dosen pembimbing dan penguji yang selalu memberikan arahan, saran, kritik, dan dorongan serta kesabaran dalam membimbing sehingga penelitian dan penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan baik.

  2. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt selaku Dosen Penguji skripsi dan pembimbing akademis yang telah memberikan saran dan kritik yang yang bermanfaat sehingga penyusunan skripsi menjadi lebih baik.

  3. Dr. C. J. Soegihardjo selaku Dosen Penguji skripsi yang telah memberikan saran dan kritik sehingga penelitian dan penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.

  4. Dinas Perijinan Kota Yogyakarta, Walikota Yogyakarta, Camat Mergangsan, Lurah Wirogunan yang telah memberikan ijin penelitian dan membantu penulis memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.

  5. Lita Septiana, atas segala cinta, kasih sayang, perhatian, motivasi, dan nasihat untuk belajar tentang hidup pada penulis selama ini.

  6. Seluruh responden di Kelurahan Wirogunan yang telah meluangkan waktu

  7. Teman-teman Dota dan Travian Made, Edvan, Nixon, Inus, Yoyok, Hadian dan David atas kebersamaan dan dorongan semangat bagi penulis.

  8. Kakakku Indra Kariadi yang telah mendukung dan berkorban untuk memotivasi penulis.

  9. Sepeda motor jupiter mx “Sonia” yang telah menemani penulis dalam melakukan penelitian dan mengikuti keinginan egois penulis ke mana saja.

  10. Teman-teman FKK dan FST 2005 atas segala kemurahan hati telah menerima penulis sebagai bagian hidup kalian.

  11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

  Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan masukan dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

  Yogyakarta, 10 Juli 2010 Agus Kadarman

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, Juli 2010 Agus Kadarman

  

INTISARI

  Penggunaan Obat Tradisional di Indonesia terus meningkat, mengingat kuatnya budaya dan tradisi memakai jamu baik untuk maksud pengobatan, memelihara kesehatan, mencegah penyakit maupun memulihkan kesehatan. Umumnya informasi tentang obat tradisional hanya diperoleh dari kemasannya saja. Oleh karena itu perlu diteliti bagaimana pemahaman masyarakat terhadap informasi pada kemasan obat tradisional. Tingkat pemahaman informasi pada kemasan obat tradisional antara daerah yang satu dengan yang lain dapat beragam bergantung pada kondisi masing-masing daerah. Oleh karena itu perlu diteliti perbandingan tingkat pemahaman informasi pada kemasan obat tradisional antara dua daerah.

  Penelitian ini termasuk jenis penelitian non eksperimental dengan rancangan survey epidemiologi deskriptif. Instrumen penelitian berupa kuisioner. Data yang diperoleh diolah dengan statistik deskriptif.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman masyarakat terhadap informasi pada kemasan obat tradisional tergolong tinggi untuk nama produk (97,08%), indikasi (88,61%), keterangan kadaluwarsa (74,37%), cara pemakaian (88,61%) dan komposisi (78,77%). Sedangkan yang masih tergolong rendah adalah logo (4,76%), nomor batch (10,00%), efek samping (47,22%), kontraindikasi (47,71%) dan nomor ijin edar (30,00%). Dengan analisis statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan terhadap informasi pada kemasan obat tradisional antara dua daerah yang diteliti.

  Kata kunci: pemahaman, obat tradisional, kemasan, masyarakat, perbandingan.

  

ABSTRACT

  The usage of traditional medicine in Indonesia is increasing, cosidering the strength of the culture and tradition in consuming the herbal medicine for medicating, perserving the health,preventing, and recovering from the disseasses. It is very common that the information about the traditional medicine is only from the package, this way the society’s understanding on the traditional medicine package. The information understanding level on the traditional medicine package may vary in one place to another, it depends on condition in each region.Thus, the research on how the understanding of society toward the package of traditional medicine is necessary.

  The approach used here was the non-experimental research with descriptive epidemiology research design. The instrument of research was questionnaire method. The gained data were examined with descriptive statistic.

  The result of research showed that the understanding of society toward the information in the traditional medicine package is high in the product’s name, for 97.08%. It is 74.37 % on the information of expiry, 88.61% in the way of consuming medicine, and 78.77% in composition. Therefore, the society’s low understanding are in the logo; for 4.76% ,batch number for 10.00%, side effect for 47.22%, contradiction is for 47,71% and distribution lisence number for 30.00%

  The statistic analysis showed that there are two significant differences toward the information on the traditional medicine package among two regions which were analyzed

  Key words: understanding, traditional medicine, package, resident, comparative

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ....................................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iii HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v PRAKATA....................................................................................................... vi PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... viii

  INTISARI ........................................................................................................ ix ABSTRACT..................................................................................................... x DAFTAR ISI.................................................................................................... xi DAFTAR TABEL............................................................................................ xiv DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xvi BAB I PENGANTAR......................................................................................

  1 A. Latar Belakang ............................................................................................

  1 1. Permasalahan ...........................................................................................

  3 2. Keaslian penelitian...................................................................................

  3 3. Manfaat penelitian ...................................................................................

  3 B. Tujuan Penelitian.........................................................................................

  4 1. Tujuan umum ...........................................................................................

  4 2. Tujuan khusus ..........................................................................................

  4 BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ..............................................................

  5 A. Perilaku Kesehatan......................................................................................

  5

  1. Teori adopsi inovasi Rogers.....................................................................

  6 2. Model perubahan perilaku dari Green .....................................................

  8 3. Model kepercayaan kesehatan dari Rosenstock.......................................

  9 C. Obat Tradisional ..........................................................................................

  9 1. Penggolongan obat tradisional.................................................................

  10 2. Peraturan obat tradisional ........................................................................

  12 3. Persepsi masyarakat tentang obat tradisional ..........................................

  14 4. Wilayah Desa dan Kelurahan...................................................................

  15

  5. Pemahaman ibu-ibu terhadap obat tradisional berdasar kemasan di Desa Maguwoharjo ......................................................................................................................

  17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................

  18 A. Jenis dan Rancangan Penelitian ..................................................................

  18 B. Definisi Operasional....................................................................................

  18 C. Variabel Penelitian ......................................................................................

  19 D. Subyek Penelitian dan Teknik Sampling ....................................................

  19 E. Instrumen Penelitian ....................................................................................

  20 F. Tata Cara Penelitian.....................................................................................

  22 1. Studi pustaka dan sampling tempat..........................................................

  22 2. Penyebaran kuisioner ...............................................................................

  22 3. Analisis data penelitian ............................................................................

  22 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................................

  24 A. Karakteristik Responden .............................................................................

  24 1. Usia ..........................................................................................................

  24 2. Pendidikan................................................................................................

  25

  4. Pengeluaran perbulan...............................................................................

  26 B. Pemahaman Terhadap Informasi pada Kemasan Obat Tradisional ............

  27 1. Logo .........................................................................................................

  28 2. Nomor ijin edar ........................................................................................

  34 3. Nomor batch ............................................................................................

  37 4. Nama produk............................................................................................

  40 5. Khasiat atau kegunaan .............................................................................

  41 6. Efek samping ...........................................................................................

  44 7. Cara pemakaian........................................................................................

  46 8. Keterangan kadaluarsa .............................................................................

  49 9. Kontraindikasi..........................................................................................

  52 10. Komposisi ..............................................................................................

  55 11. Evaluasi pemahaman informasi pada kemasan secara keseluruhan ......

  57 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..........................................................

  59 A. Kesimpulan .................................................................................................

  59 B Saran.............................................................................................................

  59 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

  61 LAMPIRAN.....................................................................................................

  63 BIOGRAFI PENULIS .....................................................................................

  75

  DAFTAR TABEL Tabel I. Pemahaman responden mengenai logo......................................

  28 Tabel II. Pemahaman responden mengenai nomor ijin edar....................

  33 Tabel III. Pemahaman responden mengenai nomor batch........................

  36 Tabel IV. Pemahaman responden mengenai nama produk/merk..............

  39 Tabel V. Pemahaman responden mengenai khasiat atau kegunaan.........

  41 Tabel VI. Pemahaman responden mengenai efek samping.......................

  43 Tabel VII. Pemahaman responden mengenai cara pemakaian...................

  46 Tabel VIII. Pemahaman responden mengenai keterangan kadaluwarsa.....

  48 Tabel IX. Pemahaman responden mengenai kontraindikasi.....................

  51 Tabel X. Pemahaman responden mengenai komposisi...........................

  54

  DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Logo jamu...............................................................................

  13 Gambar 2. Logo herbal terstandar............................................................

  13 Gambar 3. Logo fitofarmaka....................................................................

  14 Gambar 4. Karakteristik usia responden..................................................

  23 Gambar 5. Karakteristik tingkat pendidikan responden..........................

  24 Gambar 6. Karakteristik pekerjaan responden........................................

  25 Gambar 7. Karakteristik pengeluaran perbulan responden.....................

  26 Gambar 8. Tingkat pemahaman kemasan obat tradisional.....................

  27

  

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian..........................................................................

  62 Lampiran 2. Perhitungan jumlah sampel...............................................................

  66 Lampiran 3. Karakteristik responden....................................................................

  67 Lampiran 4. Hasil kuisioner pemahaman tentang kemasan obat tradisional……

  70 Lampiran 5. Perbandingan pemahaman Informasi pada kemasan obat tradisional..............................................................................................................

  73

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Obat tradisional merupakan produk yang pada saat ini sudah sangat

  dibutuhkan oleh masyarakat. Obat tradisional tidak hanya bermanfaat untuk pengobatan (kuratif), tetapi juga dapat bermanfaat dalam peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) (Soedibyo, 1998).

  Penggunaan bahan alam, baik sebagai obat maupun tujuan lain cenderung meningkat, terlebih dengan adanya isu back to nature serta krisis yang berkepanjangan yang mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat. Sementara ini banyak orang beranggapan bahwa penggunaan tanaman obat atau obat tradisional relative lebih aman dibandingkan obat sintesis. Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki efek samping yang merugikan, bila penggunaannya kurang tepat. Dengan informasi yang cukup diharapkan masyarakat lebih cermat untuk memilih dan menggunakan suatu produk obat tradisional atau tumbuhan obat dalam upaya kesehatan.

  Mutu produk tergantung dari bahan awal, proses produksi dan pengawasan mutu, bangunan, peralatan dan personalia yang menangani (Anonim, 2005). Di samping itu kemanfaatan obat tradisional juga tergantung dari ketepatan penggunaannya. Umumnya informasi tentang obat tradisional hanya didapat dari informasi yang ada pada kemasan obat tradisional. Informasi pada kemasan obat mengonsumsi obat tradisional yang aman dan sesuai dengan kebutuhannya. Pemahaman masyarakat tentang obat tradisional yang mereka dapat lewat informasi di kemasan obat tradisional mungkin saja beragam, sehingga memungkinkan terjadinya penggunaan yang tidak tepat, apalagi bila tidak ada informasi dari tenaga kesehatan yang terkait. Oleh sebab itu perlu diteliti bagaimana pemahaman masyarakat terhadap informasi pada kemasan obat tradisional.

  Dalam upaya mengatasi kurangnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat mengenai informasi pada kemasan obat tradisional, pemerintah telah melakukan berbagai upaya. Diantaranya adalah dengan penyuluhan informasi kesehatan dan pengadaan fasilitas kesehatan di berbagai daerah. Namun pada kenyataannya, tingkat pemahaman masyarakat suatu daerah dengan daerah lainnya mengenai informasi obat tradisional pada kemasan berbeda-beda.

  Wirogunan adalah sebuah Kelurahan yang terletak di Kecamatan Mergangsan, Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Pada wilayah Kelurahan Wirogunan tidak terdapat Rumah Sakit maupun Puskesmas yang dapat menunjang kesehatan maupun pengetahuan mengenai kesehatan terutama dalam hal ini adalah pengetahuan mengenai kemasan obat tradisional. Berdasarkan kondisi ini maka perlu dilakukan evaluasi pemahaman obat tradisional berdasar kemasannya pada ibu-ibu masyarakat Kelurahan Wirogunan Yogyakarta (wilayah kota).

  1. Permasalahan

  a. Bagaimanakah karakteristik ibu-ibu responden pengguna obat tradisional di kelurahan Wirogunan? b. Bagaimana pemahaman ibu-ibu di Kelurahan Wirogunan terhadap informasi pada kemasan obat tradisional yang meliputi logo, nomor izin edar, nama produk, komposisi, cara pemakaian, khasiat, kontraindikasi, efek samping, nomor batch, dan keterangan kadaluwarsa?

  2. Keaslian penelitian

  Penelitian mengenai “Evaluasi Pemahaman Ibu-ibu Mengenai Obat Tradisional Berdasar Kemasan pada Masyarakat Kelurahan Wirogunan” belum pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian ini merupakan penelitian yang pertama pada tempat tersebut. Penelitian terkait pernah dilakukan oleh Wisely (2008) dengan judul ”Studi tentang Pemahaman Obat Tradisional berdasarkan informasi pada Kemasan dan Alasan Pemilihan Jamu Ramuan Segar atau Jamu Instan pada Masyarakat Desa Maguwoharjo”. Penelitian ini berbeda dalam hal kondisi subyek penelitian, tempat penelitian, dan waktu penelitian. Hal ini mendorong penulis untuk melakukan penelitian ini.

  3. Manfaat Penelitian

a. Manfaat teoritis

  Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan di bidang kefarmasian, terkait dengan perilaku kesehatan.

b. Manfaat praktis

  Dapat menjadi acuan bagi pihak terkait khususnya pemerintah dalam pemerataan peningkatan pemahaman masyarakat mengenai informasi kemasan obat tradisional, yang berkaitan dengan peningkatan mutu kesehatan masyarakat di berbagai daerah.

B. Tujuan Penelitian

  1. Tujuan umum

  Diharapkan akan memberi informasi mengenai pemahaman ibu-ibu tentang kemasan obat tradisional, serta melihat evaluasi pemahaman ibu-ibu terhadap obat tradisional berdasarkan informasi pada kemasan antara daerah yang satu dengan yang lain.

  2. Tujuan khusus

  a. Mengetahui karakteristik ibu-ibu responden pengguna obat tradisional di Kelurahan Wirogunan.

  b. Mengetahui evaluasi pemahaman ibu-ibu di Kelurahan Wirogunan terhadap informasi pada kemasan obat tradisional yang meliputi logo, nomor izin edar, nama produk, komposisi, cara pemakaian, khasiat, kontraindikasi, efek samping, nomor batch, dan keterangan kadaluwarsa.

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Perilaku Kesehatan Smet (1994) mendefinisikan perilaku kesehatan sebagai suatu sifat seperti

  kepercayaan, harapan, motivasi, nilai-nilai persepsi dan unsur-unsur kognitif lain, karakteristik kepribadian termasuk afektif, status emosional dan sifat individu, aksi dan kebiasaan-kebiasaan yang berhubungan dengan perawatan kesehatan, perbaikan kesehatan dan peningkatan kesehatan.

  Skinner mendefinisikan perilaku kesehatan sebagai suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau suatu objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan.

  Dari batasan ini, perilaku kesehatan diklasifikasikan menjadi : (a) perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance), (b) perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior) (c) perilaku kesehatan lingkungan (Notoatmodjo, 2007).

  Masyarakat atau anggota masyarakat yang mendapat penyakit, dan tidak merasa sakit (disease but no illness) sudah barang tentu tidak akan bertindak apa- apa terhadap penyakitnya tersebut. Tetapi bila mereka diserang penyakit dan juga merasakan sakit, maka baru akan timbul berbagai macam perilaku dan usaha (Notoatmodjo, 2007). Lima macam reaksi dalam proses mencari pengobatan, yaitu

  1. Shopping, adalah proses mencari alternatif sumber pengobatan guna menemukan seseorang yang dapat memberikan diagnosis dan pengobatan sesuai dengan harapan si sakit,

  2. fragmentation, adalah proses pengobatan oleh beberapa fasilitas kesehatan pada lokasi yang sama, contohnya: berobat ke dokter, sekaligus ke shinshe dan dukun,

  3. procrastination, adalah proses penundaan pencarian pengobatan meskipun gejala penyakitnya sudah dirasakan, 4. self medication, adalah pengobatan sendiri dengan menggunakan berbagai ramuan atau obat-obatan yang dinilai tepat baginya, dan 5. discontinuity, adalah penghentian proses pengobatan (Sarwono, 2007).

B. Teori tentang Perilaku

  Beberapa teori yang sering digunakan untuk analisa perilaku kesehatan individu maupun suatu kelompok masyarakat adalah sebagai berikut.

1. Teori Adopsi Inovasi Rogers

  Menurut Teori Inovasi Rogers, implisit dalam proses perubahan perilaku adalah adanya suatu gagasan baru yang diperkenalkan kepada individu dan yang diharapkan untuk diterima oleh individu tersebut. Teori ini dikenal sebagai

  

innovation decision process . Proses ini terdiri dari lima tahap, yaitu mengetahui

  atau menyadari tentang adanya ide baru (awareness), menaruh perhatian terhadap ide tersebut (interest), memberi penilaian (evaluation), mencoba memakainya

  (trial) dan bila menyukainya maka setuju untuk menerima ide atau hal baru tersebut (adoption) (Sarwono, 2007)..

  Dari pengalaman dilapangan serta penelitian mengenai penerapan teori ini ternyata membuat Rogers menyimpulkan bahwa proses adopsi ini tidak berhenti setelah suatu inovasi diterima atau ditolak. Situasi ini kelak dapat berubah lagi sebagai akibat dari pengaruh lingkungannya. Rogers mengubah teori itu dan membagi proses pembuatan keputusan menjadi empat tahap, yaitu

  a. Tahap knowledge Mula-mula individu menerima informasi dan pengetahuan yang berkaitan dengan suatu ide baru, ini menimbulkan minat untuk mengenal lebih jauh tentang obyek atau topik tersebut.

  b. Tahap persuasion Oleh petugas kesehatan, tahap knowledge tersebut digunakan untuk membujuk atau meningkatkan motivasi individu guna bersedia menerima obyek atau topik yang dianjurkan tersebut.

  c. Tahap decision Tergantung pada hasil persuasi petugas atau pendidik kesehatan dan pertimbangan pribadi individu, maka dalam tahap decision dibuat keputusan untuk menerima atau justru menolak ide tersebut.

  d. Tahap confirmation Pada tahap ini, individu akan meminta dukungan dari lingkungan atas keputusan yang telah diambil tersebut. Bila lingkungan memberikan dukungan positif maka perilaku yang baru tersebut tetap dipertahankan, sedangkan bila ada keberatan dan kritik dari lingkungan terutama dari kelompok acuannya, maka biasanya adopsi itu tidak jadi dipertahankan dan individu kembali lagi pada perilaku semula. Sebaliknya suatu penolakan pun akan dapat berubah menjadi adopsi apabila lingkungannya justru memberikan dukungan agar individu menerima ide baru tersebut. Tidak setiap orang mempunyai kecepatan yang sama dalam hal mengadopsi sesuatu yang baru (Sarwono, 2007).

2. Model perubahan perilaku dari Green

  Suatu teori lain dikembangkan oleh Lawrence Green yang mengatakan bahwa kesehatan individu atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku dan faktor-faktor diluar perilaku (non perilaku). Selanjutnya faktor perilaku ini ditentukan oleh tiga kelompok faktor: faktor-faktor predisposisi, pendukung, dan pendorong. Faktor predisposisi (predisposing

  

factors ) mencakup pengetahuan individu, sikap, kepercayaan, tradisi, norma

sosial, dan unsur-unsur lain yang terdapat dalam diri individu dan masyarakat.

  Faktor pendukung (enabling factors) ialah tersedianya sarana pelayanan kesehatan dan kemudahan untuk mencapainya, sedangkan faktor pendorong (reinforcing

  

factors ) adalah sikap dan perilaku petugas kesehatan. Green menyatakan bahwa

  pendidikan kesehatan mempunyai peranan penting dalam mengubah dan menguatkan ketiga kelompok faktor itu agar searah dengan tujuan kegiatan sehingga menimbulkan perilaku positif dari masyarakat terhadap program tersebut dan terhadap kesehatan pada umumnya (Sarwono, 2007).

3. Model kepercayaan kesehatan dari Rosenstock

  Menurut Rosenstock (1982) model kepercayaan kesehatan mencakup lima unsur utama (Sarwono, 2007). Unsur utama adalah persepsi individu tentang kemungkinannya terkena penyakit tersebut akan lebih cepat merasa terancam. Unsur yang kedua adalah pandangan individu tentang beratnya penyakit tersebut (perceived seriousness), yaitu risiko dan kesulitan apa saja yang akan dialaminya dari penyakit itu. Semakin berat risiko suatu penyakit maka semakin besar kemungkinan individu itu terserang penyakit tersebut sehingga timbul ancaman yang besar dari dalam dirinya (perceived threast). Ancaman ini mendorong individu untuk melakukan tindakan pencegahan atau penyembuhan penyakit. Beberapa alternatif tindakan ditawarkan oleh petugas kesehatan untuk mengurangi ancaman tersebut. Individu akan mempertimbangkan, apakah alternatif tersebut dapat mengurangi ancaman penyakit. Sebaliknya, konsekuensi negatif dari tindakan yang dianjurkan (biaya yang lebih mahal, rasa malu, takut akan rasa sakit, dan sebagainya) seringkali menimbulkan keinginan individu untuk menghindari alternatif yang dianjurkan petugas kesehatan. Dalam memutuskan, menerima atau menolak alternatif tindakan tersebut, diperlukan satu unsur lagi yaitu faktor pencetus (cues to action) yang dapat datang dari dalam diri individu, nasehat orang lain, kampanye kesehatan, dan lain-lain (Sarwono, 2007).

C. Obat tradisional

  Definisi obat tradisional menurut Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang kesehatan bab I pasal 1 adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.

1. Penggolongan obat tradisional

  Berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan tingkat pembuktian khasiat, obat bahan alam Indonesia dikelompokkan menjadi tiga kategori yakni dengan logo sebagai penanda pada kemasan adalah sebagai berikut.

  a. Jamu atau obat tradisional Indonesia Jamu harus memenuhi kriteria sebagai berikut.

  (1) Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan, (2) klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris, dan (3) memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.

  Jenis klaim penggunaan sesuai dengan jenis pembuktian tradisional dan tingkat pembuktiannya yaitu tingkat pembuktian umum dan medium. Jenis klaim penggunaan harus diawali dengan kata-kata: ”Secara tradisional digunakan untuk

  ®

  ….” atau sesuai dengan yang disetujui pada pendaftaran. Contoh : Antangin ,

  ® ® Buyung Upik , Kuku Bima .

  

Gambar 1. Logo jamu

  (ranting daun terletak dalam lingkaran)

  b. Obat Herbal Terstandar (OHT) Merupakan sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan bahan bakunya telah distandarisasi. Obat Herbal Terstandar harus memenuhi kriteria sebagai berikut.

  (1) Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan, (2) klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah atau praklinik, (3) telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk jadi, dan (4) memenuhi persyaratan mutu yang berlaku. Jenis klaim penggunaan sesuai dengan tingkat pembuktian yaitu tingkat pembuktian umum dan medium. Contoh : Diapet®, Lelap®, Tolak Angin®.

  

Gambar 2. Logo herbal terstandar c. Fitofarmaka Merupakan sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan uji klinik, bahan baku dan produk jadinya telah distandarisasi. Fitofarmaka harus memenuhi kriteria sebagai berikut.

  (1) Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan, (2) klaim khasiat harus dibuktikan berdasarkan uji klinik, (3) telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk jadi, dan (4) memenuhi persyaratan mutu yang berlaku. Jenis klaim penggunaan sesuai dengan tingkat pembuktian yaitu tingkat pembuktian medium dan tinggi. Contoh : X-Gra®, Tensigard®, Stimuno®.

  

Gambar 3. Logo fitofarmaka

  (jari-jari daun yang kemudian membentuk bintang terletak dalam lingkaran) (Anonim, 2004)

2. Peraturan obat tradisional

  a. Menurut Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang kesehatan

  Pasal 105 (2) Sediaan farmasi yang berupa obat tradisional dan kosmetika serta alat kesehatan harus memenuhi standard dan atau persyaratan yang ditentukan. Penjelasan pasal Standar untuk obat tradisional adalah buku Material Medika

  Pasal 106 (1) Sediaan farmasi dan alat kesehatan hanya dapat diedarkan setelah mendapat izin edar.

  Penjelasan pasal Obat dan bahan obat tradisional yang dibuat secara sederhana oleh industri rumah tangga seperti jamu racik dan jamu gendong tidak diwajibkan memiliki ijin edar dan belum dikenakan sanksi pidana sebagaimana ditentukan dalam undang-undang ini.

  b. Berdasarkan keputusan Badan Pengawasan Obat dan Makanan No.

  HK.00.05.41.1384 tahun 2005 tentang kriteria dan tata laksana pendaftaran obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka: Pasal 17

  (2) Informasi minimal yang harus dicantumkan pada kemasan

  

Tabel I. Informasi yang harus dicantumkan pada kemasan obat tradisional,

obat herbal terstandar dan fitofarmaka

No. Informasi yang harus dicantumkan Pembungkus/Bungkus luar

  1. Nama Obat tradisional/Obat herbal

  

  terstandar/Fitofarmaka

  2. Bentuk sediaan

  

  3. Besar kemasan

  

  4. Komposisi

  

  5. Logo Obat tradisional/Obat herbal

  

  terstandar/Fitofarmaka

  6. Nama pendaftar

  

  7. Alamat pendaftar

  

  Nama industri negara asal/pemberi

  

  lisensi/penerima kontrak Alamat industri negara asal/pemberi

  

  lisensi/penerima kontrak

  8. Nomor ijin edar

  

  9. Nomor batch

  

  10. Batas kadaluwarsa

  

  11. Klaim penggunaan

  

  12. Kontraindikasi ±

  13. Efek samping ±

  14. Interaksi obat ±

  15. Cara penyimpanan

  

  16. Informasi khusus sesuai ketentuan yang berlaku, misalnya:

  • Bersumber babi

  

  • Kandungan alkohol

  

  Pemanis buatan

  

  • Keterangan √ = informasi harus dicantumkan ± = informasi dapat dicantumkan dengan menyebutkan ”Lihat Brosur”

3. Persepsi masyarakat tentang obat tradisional

  Persepsi masyarakat bermacam-macam tentang obat tradisional, dari yang modern, bentuk dan kemasannya tidak meyakinkan, bahkan ada yang menyebutnya dirty drug. Sebaliknya yang fanatik dengan obat tradisional mengganggap bahwa yang berasal dari alam pasti baik dan aman sehingga menggunakan bertahun-tahun, obat tradisional dapat menyembuhkan kausal penyakit dan bukan sekedar simtomatik (Hakim, 2002).

  Persepsi lain yang justru membahayakan dan memperburuk citra obat tradisional adalah mengganggap obat tradisional sepoten dan memiliki onset secepat obat modern. Hal tersebut rupanya dimanfaatkan oleh produsen yang tidak bertanggung jawab untuk menambahkan bahan-bahan kimia (obat) yang ternyata berbahaya ke dalam produknya. Masyarakat secara tidak sadar terkecoh kerena tidak tahu akan bahaya yang kelak dialaminya, dan produsen lebih bergairah karena produknya merajai pasar tanpa merasa bersalah telah meracuni sekian juta manusia (Hakim, 2002).

4. Wilayah Desa dan Kelurahan

  Maguwoharjo adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Depok, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Wirogunan adalah sebuah Kelurahan yang terletak di Kecamatan Mergangsan, Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia.

  Berdasarkan UU No.5 tahun 1979 tentang pemerintahan desa, definisi desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung dibawah Camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, sedangkan kelurahan adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah Camat, yang tidak berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri.

  Menurut PP No.72 tahun 2005 tentang desa, disebutkan bahwa desa bukanlah bawahan Kecamatan, karena Kecamatan merupakan bagian dari perangkat daerah Kabupaten / kota, dan desa bukan merupakan bagian dari perangkat daerah. Berbeda dengan Kelurahan, Desa memiliki hak mengatur wilayahnya lebih luas. Namun dalam perkembangannya, sebuah desa dapat dirubah statusnya menjadi kelurahan. Perubahan status desa menjadi Kelurahan memperhatikan syarat-syarat yaitu luas wilayah, jumlah penduduk, prasarana dan sarana pemerintahan, potensi ekonomi, dan kondisi sosial budaya masyarakat.

  Desa yang diubah menjadi Kelurahan, Lurah dan perangkatnya diisi dari pegawai negeri sipil.

  Menurut survei yang dilakukan Supardi (2001) mengenai “Pola Penggunaan Obat, Obat Tradisional dan Cara Tradisional dalam Pengobatan Sendiri di Indonesia” dapat disimpulkan bahwa pola penggunaan obat tradisional di wilayah desa lebih tinggi dibandingkan wilayah kota. Semakin tinggi tingkat pendidikan suatu masyarakat, maka kecenderungan masyarakat tersebut untuk mengkonsumsi obat tradisional akan semakin menurun. Semakin rendah tingkat ekonomi suatu masyarakat, maka kecenderungan masyarakat tersebut dalam mengkonsumsi obat tradisional akan semakin tinggi.

  

5. Pemahaman Ibu-ibu terhadap Obat Tradisional berdasar Kemasan di

Desa Maguwoharjo

  Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Wisely (2008) di Desa Maguwoharjo. Pada penelitian tersebut didapat persen pemahaman terhadap informasi pada kemasan obat tradisional sebesar 69,3%.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian non eksperimental dengan

  rancangan survei epidemiologi deskriptif. Survei epidemiologi adalah survei terhadap fenomena kesehatan dalam masyarakat yang dilakukan tanpa adanya perlakuan (manusia). Survei epidemiologi deskriptif adalah penelitian yang tujuan utamanya melakukan eksplorasi-deskriptif terhadap fenomena kesehatan di masyarakat. Penelitian ini hanya menyuguhkan sedeskriptif mungkin fenomena yang terjadi, tanpa mencoba menganalisa bagaimana dan mengapa fenomena tersebut terjadi (Pratiknya, 2001).

B. Definisi Operasional

  1. Pemahaman : kemampuan untuk mengartikan, menjelaskan dan menangkap arti dari informasi yang terdapat pada kemasan obat tradisonal.

  2. Obat tradisional : obat dengan bahan berupa bahan tumbuhan segar ataupun simplisia yang dibuat dengan meramu sehingga dihasilkan jamu berbentuk cairan ataupun serbuk kering.

  3. Kemasan : pembungkus luar yang tidak bersentuhan dengan isi, yang memiliki berbagai informasi seperti logo, nomor izin edar, nama produk, komposisi, cara pemakaian, khasiat, kontraindikasi, efek samping, nomor batch , keterangan kadaluwarsa.

  4. Masyarakat : ibu-ibu yang pernah mengkonsumsi obat tradisional, berusia 26-60 tahun, yang sudah atau pernah menikah.

  5. Karakteristik responden : data pribadi responden, yang meliputi umur, pekerjaan, tingkat pendidikan, pengeluaran perbulan.

  

C. Variabel Penelitian

Pemahaman masyarakat terhadap informasi pada kemasan obat tradisional.

  

D. Subyek penelitian dan teknik sampling

  Subyek dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang sudah atau pernah menikah, berusia di bawah 60 tahun, yang pernah mengkonsumsi obat tradisional dan bertempat tinggal di Kelurahan Wirogunan.

  Jumlah subyek ditentukan sesuai rumus berikut (Notoatmodjo, 2002): n : besar sampel yang diambil N : besar populasi d : tingkat signifikansi (10 %)

  Perhitungan jumlah sampel minimal yang diambil adalah sebagai berikut.

  Pengambilan sampel lebih besar daripada sampel minimal dengan tujuan jika ada sampel yang tidak memenuhi syarat penelitian, maka jumlah sampel yang diambil masih memenuhi jumlah sampel minimal. Pada penelitian ini seluruh sampel yang diambil memenuhi syarat, sehingga jumlah sampel yang diambil adalah 120.

  Untuk menentukan subyek penelitian, digunakan teknik sampling. Pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling yaitu tabel random. Hakikat dari pengambilan sampel secara acak sederhana adalah bahwa setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel. Berdasarkan data jumlah total RT yang terdapat di Kelurahan Wirogunan adalah 76 RT, kemudian dengan menggunakan tabel random diambil 30 RT. Dari 30 RT diambil empat sampel pada tiap RT. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik undian (lottery technique). Pengambilan sampel dari tiap RT dilakukan dengan mengumpulkan data mengenai ibu-ibu yang berusia antara 26-60 tahun dan sudah atau pernah menikah. Setelah data tersebut didapatkan kemudian dilakukan teknik undian untuk menentukan sampel yang akan diambil (Sevilla; dkk, 1993).

E. Instrumen Penelitian

  Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah kuisioner. Pengertian kuisioner adalah alat pengumpul data disebut angket, dan sumber datanya berupa orang atau dikenal dengan istilah responden (respondent). Kuesioner tersebut terdiri dari dua bagian yang berisi pertanyaan dan pernyataan yang mengacu pada permasalahan penelitian ini.

  Bagian pertama dari kuesioner merupakan jenis pertanyaaan terbuka yang berisi pertanyaan mengenai karakteristik responden. Disebut pertanyaan terbuka karena jawaban tidak disediakan dan responden harus mengisi sendiri.

  Bagian kedua dari kuesioner berisi pemahaman masyarakat terhadap informasi pada kemasan obat tradisional. Untuk setiap butir pernyataan diberi empat alternatif jawaban, yaitu : sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Responden diwajibkan untuk memilih salah satu jawaban pada setiap pernyataan tersebut. Peneliti melihat kecenderungan jawaban dengan menjumlahkan persentase jawaban responden yaitu S+SS dan ST+STS.

  Setelah diperoleh persentase dan dilakukan interpretasi data, maka dilakukan penarikan kesimpulan. Pernyataan dalam kuesioner ini terdiri dari dua sifat, yaitu

  

favourable dan unfavourable. Hal ini bertujuan untuk menghindari stereotipe

  jawaban. Menurut Azwar (1988), suatu pernyataan sikap dapat berisi hal-hal positif mengenai objek sikap, yaitu berisi pernyataan yang mendukung atau yang memihak pada objek sikap. Pernyataan ini disebut yang favorable. Sebaliknya, suatu pernyataan sikap dapat pula berisi hal-hal negatif mengenai objek sikap. Hal negatif dalam pernyataan sikap ini sifatnya tidak memihak atau tidak mendukung terhadap objek sikap, dan karenanya disebut dengan pernyataan unfavorable.

  Sebagai kumpulan pernyataan-pernyataan mengenai sikap, maka suatu skala hendaknya berisi sebagian pernyataan favorable dan sebagian pernyataan yang

  unfavorable .

F. Tata Cara Penelitian

  1. Studi pustaka dan sampling tempat

  Penelitian ini dimulai dengan studi pustaka, mencari literatur-literatur yang ada mengenai obat tradisional, perilaku kesehatan, metodologi penelitian dan perhitungan statistik yang diperlukan. Dilanjutkan dengan mencari jumlah RT tiap pedukuhan yang terdapat di Kelurahan Wirogunan, kemudian diambil secara acak berdasarkan tabel random.

  2. Penyebaran kuisioner

  Penyebaran kuisioner dilakukan pada RT yang telah terpilih. Dimana pemilihan ini dilakukan secara random dari keseluruhan RT yang ada di kelurahan Wirogunan. Kuisioner yang disebarkan adalah kuisioner yang lolos hasil uji validitas dan relibilitas yang telah dilakukan pada penelitian berjudul “Studi Tentang Pemahaman Obat Tradisional Berdasar Kemasan dan Motivasi Pemilihan Jamu Ramuan Segar atau Jamu Instan Pada Masyarakat Desa Maguwoharjo Depok Sleman” (Wisely, 2008).

  3. Analisis data penelitian

  Pengolahan data dilakukan dengan metode statistik deskriptif dengan teknik perhitungan persentase kemudian ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik. Penghitungan persentase dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut. P : persentase jawaban (dalam %) A : jumlah jawaban yang sejenis B : jumlah responden total

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Karakteristik responden meliputi beberapa aspek, antara lain: usia, pendidikan, pekerjaan dan pengeluaran per bulan.

1. Usia

  Usia berpengaruh terhadap banyaknya pengalaman seseorang dalam melakukan pengobatan. Seseorang yang berusia di atas 60 tahun mempunyai frekuensi untuk melakukan swamedikasi yang semakin menurun (Holt dan Hall, 1990). Oleh karena itu, usia responden dalam penelitian ini dibatasi hingga umur 60 tahun. Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar (26,7%) responden berusia antara 26 sampai 30 tahun.

  56-60 6,7% 51-55 26-30

  9,2% 26,7% 46-50 7,5%

  41-45 15,8% 31-35 18,3%

  36-40 15,8% Gambar 4. Karakteristik usia ibu-ibu responden di Kelurahan Wirogunan

  2. Pendidikan