GAMBARAN DAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL SEBAGAI ALTERNATIF PENGOBATAN PADA MASYARAKAT RW 005 DESA SINDURJAN, KECAMATAN PURWOREJO, KABUPATEN PURWOREJO

(1)

i

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN DAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL SEBAGAI ALTERNATIF PENGOBATAN PADA

MASYARAKAT RW 005 DESA SINDURJAN, KECAMATAN PURWOREJO, KABUPATEN PURWOREJO

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Farmasi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh

RIMA BUNGA MERDEKAWATI 20120350056

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(2)

i

MASYARAKAT RW 005 DESA SINDURJAN, KECAMATAN PURWOREJO, KABUPATEN PURWOREJO

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Farmasi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh

RIMA BUNGA MERDEKAWATI 20120350056

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(3)

(4)

iii

NIM : 20120350056

Program Studi : Farmasi

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulisan lain telah disebutkan dalam teks dan tercantum dalam Daftar Pustaka dibagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 5 Agustus 2016 Yang membuat pernyataan,

Rima Bunga Merdekawati NIM: 20120350056


(5)

iv MOTTO

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan

(Q.S. Asy-Syarh: 5-6)

“Barangsiapa belum merasakan pahitnya belajar walau sebentar, ia akan merasakan hinanya kebodohan sepanjang hidupnya”

(Imam Syafi'i)

“Don’t let the fear of losing be greater than the excitement of winning”


(6)

v

Ayahanda Lukas Effendi dan Ibunda Indriyah, terimakasih telah menjadi orangtua terbaik, membesarkan dengan penuh kasih sayang. Terimakasih telah

memberikan dukungan, semangat serta doa yang tiada henti.

Mas Rendi Satrio Ekoputro, terimakasih sudah rela menjadi tempatku berkeluh kesah dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dan selalu memberikan

semangat.

M Wildan Noor, terimakasih telah menghibur, terimakasih atas semua bantuan serta semangatnya.

Senja, Dian, Wulan, Lisa, Chyntia, Nanda, dan Dila, terimakasih sudah berjuang bersama selama 4 tahun. Semoga pertemanan ini untuk selamanya dan


(7)

vi

KATA PENGANTAR

Assalamuallaikum Wr.Wb.

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Gambaran dan Tingkat Pengetahuan Penggunaan Obat Tradisional Sebagai Alternatif Pengobatan pada Masyarakat RW 005 Desa Sindurjan Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo” dengan penuh kemudahan. Penulis membuat karya tulis ilmiah ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa penulisan karya tulis ilmiah ini tidak mungkin akan terwujud apabila tidak ada bantuan dari berbagai pihak, melalui kesempatan ini izinkan penulis menyampaikan ucapan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. dr. Ardi Pramono, Sp.An., M.Kes., selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Ibu Sabtanti Harimurti, Ph.D., Apt., selaku Ketua Program Studi Farmasi, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Ibu Indriastuti Cahyaningsih, M.Sc., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan bimbingan kepada penulis.


(8)

vii

5. Masyarakat RW 005 Desa Sindurjan Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo yang telah bersedia menjadi responden.

6. Kedua orang tua dan seluruh keluarga yang selalu memberikan doa dan dukungan kepada penulis.

7. Semua pihak yang telah mendukung dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT. selalu melimpahkan rahmat-Nya dan membalas semua amal kebaikan mereka. Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, karena terbatasnya kemampuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun akan penulis terima dengan senang hati.

Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Yogyakarta, 1 Agustus 2016 Penulis,


(9)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iii

MOTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

INTISARI ... xiii

ABSTRACT ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Keaslian Penelitian ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Obat Tradisional ... 7

1. Definisi dan Jenis Obat Tradisional ... 8

2. Sumber Perolehan Obat Tradisional ... 15

3. Kelebihan dan Kekurangan Obat Tradisional ... 17

B. Pengetahuan ... 22

1. Tingkat Pengetahuan ... 22

2. Cara Memperoleh Pengetahuan ... 24

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 26

C. Kerangka Konsep ... 29

D. Keterangan Empiris ... 29

BAB III METODE PENELITIAN... 30

A. Desain Penelitian ... 30

B. Tempat dan Waktu... 30

C. Populasi dan Sampel ... 30

D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 31

E. Definisi Operasional ... 32

F. Instrumen Penelitian ... 32

G. Cara Kerja ... 33


(10)

ix

1. Hasil Uji Validitas ... 39

2. Hasil Uji Reliabilitas ... 41

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 42

1. Karakteristik Responden ... 42

2. Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Obat Tradisional ... 47

a. Hubungan Usia dengan Tingkat Pengetahuan ... 50

b. Hubungan Pendidikan Terakhir dengan Tingkat Pengetahuan ... 51

c. Hubungan Pekerjaan dengan Tingkat Pengetahuan ... 52

3. Gambaran Penggunaan Obat Tradisional ... 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

A. Kesimpulan ... 64

B. Saran……… ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 66


(11)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Komponen Soal Kuesioner Sebelum Uji Validitas ... 39 Tabel 2. Hasil Uji Validitas Kuesioner ... 40 Tabel 3. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner ... 41 Tabel 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia di RW 005 Desa Sindurjan,

Purworejo ... 43 Tabel 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di RW 005 Desa

Sindurjan, Purworejo ... 44 Tabel 6. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir di RW 005

Desa Sindurjan, Purworejo ... 45 Tabel 7. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan di RW 005 Desa

Sindurjan, Purworejo ... 46 Tabel 8. Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Obat Tradisional di RW 005

Desa Sindurjan, Purworejo ... 47 Tabel 9. Rata-rata Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Obat Tradisional di

RW 005 Desa Sindurjan, Purworejo ... 47 Tabel 10. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Masyarakat RW 005 Desa Sindurjan,

Purworejo Tentang Obat Tradisional ... 48 Tabel 11. Hubungan Usia dengan Tingkat Pengetahuan di RW 005 Desa

Sindurjan, Purworejo ... 50 Tabel 12. Hubungan Pendidikan Terakhir dengan Tingkat Pengetahuan di RW

005 Desa Sindurjan, Purworejo ... 51 Tabel 13. Hubungan Pekerjaan dengan Tingkat Pengetahuan di RW 005 Desa

Sindurjan, Purworejo ... 52 Tabel 14. Obat Tradisional yang Dikonsumsi oleh Responden di RW 005 Desa


(12)

xi

Gambar 4. Kerangka Konsep Penelitian ... 29 Gambar 5. Skema Langkah Kerja ... 34 Gambar 6. Alasan Penggunaan Obat Tradisional yang Dilakukan oleh

Responden di RW 005 Desa Sindurjan, Purworejo ... 53 Gambar 7. Sumber Informasi Obat Tradisional yang Diperoleh oleh Responden

di RW 005 Desa Sindurjan, Purworejo ... 54 Gambar 8. Cara Mendapatkan Obat Tradisional yang Dilakukan oleh

Responden di RW 005 Desa Sindurjan, Purworejo ... 55 Gambar 9. Tujuan Penggunaan Obat Tradisional yang Dilakukan oleh

Responden di RW 005 Desa Sindurjan, Purworejo ... 56 Gambar 10. Bentuk Sediaan Obat Tradisional yang Digunakan oleh Responden

di RW 005 Desa Sindurjan, Purworejo ... 57 Gambar 11. Rata-rata Lama Penggunaan Obat Tradisional oleh Responden di

RW 005 Desa Sindurjan, Purworejo ... 58 Gambar 12. Efek Penggunaan Obat Tradisional yang Dirasakan oleh Responden

di RW 005 Desa Sindurjan, Purworejo ... 59 Gambar 13. Pengetahuan akan Obat Tradisional yang Digunakan oleh Responden

di RW 005 Desa Sindurjan, Purworejo ... 60 Gambar 14. Efek Samping Obat Tradisional yang Dirasakan oleh Responden di


(13)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Uji Validitas ... 72

Lampiran 2. Hasil Uji Reliabilitas ... 73

Lampiran 3. Hasil Uji Kruskal Wallis Usia-Skor ... 74

Lampiran 4. Hasil Uji Mann-Whitney ... 76

Lampiran 5. Hasil Uji Kruskal Wallis Pendidikan Terakhir-Skor ... 78

Lampiran 6. Hasil Uji Kruskal Wallis Pekerjaan-Skor ... 80

Lampiran 7. Kuesioner ... 83


(14)

xiii

pengobatan. Penggunaan obat tradisional didasari dengan adanya anggapan masyarakat bahwa obat tradisional lebih aman. Obat tradisional akan bermanfaat dan aman jika digunakan dengan tepat, baik takaran, waktu dan cara penggunaan, pemilihan bahan serta penyesuai dengan indikasi tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan gambaran penggunaan obat tradisional sebagai alternatif pengobatan pada masyarakat RW 005 Desa Sindurjan, Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo.

Desain penelitian ini adalah deskriptif non eksperimental. Penelitian ini mengikutsertakan 171 responden. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling. Pengukuran tingkat pengetahuan diukur dengan menggunakan kuesioner dan dinilai dengan skala Guttman (pernyataan benar atau salah). Analisis data dilakukan secara statistik dan deskriptif. Tingkat pengetahuan dikategorikan menjadi baik, cukup, dan kurang.

Hasil penelitian menunjukan, tingkat pengetahuan masyarakat RW 005 Desa Sindurjan tentang obat tradisional adalah cukup (56%). Gambaran penggunaan obat tradisional di RW 005 Desa Sindurjan, yaitu masyarakat menggunakan obat tradisional karena mudah didapat (44%), sumber informasi yang didapat berdasarkan pengalaman (38%), obat tradisional digunakan untuk menyembuhkan penyakit ringan (50,9%), bentuk sediaan yang banyak digunakan adalah rebusan tanaman obat (65,5%), penggunaan obat tradisional adalah sampai sembuh (58,5%), obat tradisional yang dikonsumsi tidak memunculkan efek samping (98,8%), sebanyak 126 responden (73,7%) tidak mengetahui nama atau kandungan obat tradisional yang dikonsumsi, obat tradisional yang banyak digunakan adalah kencur (3,5%) dan temulawak (3,5%), dan sebanyak 169 responden (98,8%) merasakan efek sembuh setelah mengkonsumsi obat tradisional.


(15)

xiv

ABSTRACT

Indonesia is a country with the high biodiversity. About 940 species have been declared as herbal plant. Traditional medicine has been used widely as an alternative treatment. The usage of traditional medicine was based on perception that traditional medicine is safer than modern medicine. Traditional medicine will be beneficial and safe if used properly, the dose, timing, and method of use, selection of materials and indication. This research aims to determine the level of knowledge and to describe the usage of traditional medicine as an alternative treatment in RW 005 Desa Sindurjan, Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo.

The type of this research is descriptive non-experimental. 171 respondents were participated in this research. Samples were selected by purposive sampling. The level of knowledge was measured using questionnaire and assessed by the Guttman scale (statement true or false). The data were analyzed statistically and descriptive. The level of knowledge were categorized into good, sufficient and less.

The result, the level of knowledge in RW 005 Desa Sindurjan is sufficient (56%). Traditional medicine was used because it’s easy to found (44%), the source information based on experience (38%), traditional medicine was used to treat mild disease (50.9%), the dosage form mostly used is decoction (65.5%), the using of traditional medicine until cured (58.5%), traditional medicine did not bring adverse effect (98.8%), total of 126 respondents (73.7% ) do not know the name or content of traditional medicines which they consumed, traditional medicine mostly used are kencur (3.5%) and ginger (3.5%), and total of 169 respondents (98.8%) feel the effect of recovery after consumed traditional medicine.


(16)

(17)

INTISARI

Indonesia memiliki keanekaragaman hayati dan sumber daya alam yang tinggi, diperkirakan sebanyak 940 jenis tanaman telah dinyatakan berkhasiat obat. Obat tradisional banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai salah satu upaya pengobatan. Penggunaan obat tradisional didasari dengan adanya anggapan masyarakat bahwa obat tradisional lebih aman. Obat tradisional akan bermanfaat dan aman jika digunakan dengan tepat, baik takaran, waktu dan cara penggunaan, pemilihan bahan serta penyesuai dengan indikasi tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan gambaran penggunaan obat tradisional sebagai alternatif pengobatan pada masyarakat RW 005 Desa Sindurjan, Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo.

Desain penelitian ini adalah deskriptif non eksperimental. Penelitian ini mengikutsertakan 171 responden. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling. Pengukuran tingkat pengetahuan diukur dengan menggunakan kuesioner dan dinilai dengan skala Guttman (pernyataan benar atau salah). Analisis data dilakukan secara statistik dan deskriptif. Tingkat pengetahuan dikategorikan menjadi baik, cukup, dan kurang.

Hasil penelitian menunjukan, tingkat pengetahuan masyarakat RW 005 Desa Sindurjan tentang obat tradisional adalah cukup (56%). Gambaran penggunaan obat tradisional di RW 005 Desa Sindurjan, yaitu masyarakat menggunakan obat tradisional karena mudah didapat (44%), sumber informasi yang didapat berdasarkan pengalaman (38%), obat tradisional digunakan untuk menyembuhkan penyakit ringan (50,9%), bentuk sediaan yang banyak digunakan adalah rebusan tanaman obat (65,5%), penggunaan obat tradisional adalah sampai sembuh (58,5%), obat tradisional yang dikonsumsi tidak memunculkan efek samping (98,8%), sebanyak 126 responden (73,7%) tidak mengetahui nama atau kandungan obat tradisional yang dikonsumsi, obat tradisional yang banyak digunakan adalah kencur (3,5%) dan temulawak (3,5%), dan sebanyak 169 responden (98,8%) merasakan efek sembuh setelah mengkonsumsi obat tradisional.


(18)

medicine is safer than modern medicine. Traditional medicine will be beneficial and safe if used properly, the dose, timing, and method of use, selection of materials and indication. This research aims to determine the level of knowledge and to describe the usage of traditional medicine as an alternative treatment in RW 005 Desa Sindurjan, Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo.

The type of this research is descriptive non-experimental. 171 respondents were participated in this research. Samples were selected by purposive sampling. The level of knowledge was measured using questionnaire and assessed by the Guttman scale (statement true or false). The data were analyzed statistically and descriptive. The level of knowledge were categorized into good, sufficient and less.

The result, the level of knowledge in RW 005 Desa Sindurjan is sufficient (56%). Traditional medicine was used because it’s easy to found (44%), the source information based on experience (38%), traditional medicine was used to treat mild disease (50.9%), the dosage form mostly used is decoction (65.5%), the using of traditional medicine until cured (58.5%), traditional medicine did not bring adverse effect (98.8%), total of 126 respondents (73.7% ) do not know the name or content of traditional medicines which they consumed, traditional medicine mostly used are kencur (3.5%) and ginger (3.5%), and total of 169 respondents (98.8%) feel the effect of recovery after consumed traditional medicine.


(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara agraris yang memiliki keanekaragaman hayati dan sumber daya alam yang tinggi. Kekayaan hayati yang dimiliki Indonesia diperkirakan menyimpan potensi tumbuhan obat sebanyak 30.000 jenis dari total 40.000 jenis tumbuhan di dunia, dimana 940 jenis diantaranya telah dinyatakan berkhasiat sebagai obat. Dari sekian banyak jenis tumbuhan obat, sekitar 78% masih diperoleh melalui pengambilan langsung dari hutan (Nugroho, 2010).

Penggunaan obat tradisional di Indonesia merupakan bagian dari budaya bangsa dan banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai salah satu upaya untuk menanggulangi masalah kesehatan. Pengetahuan mengenai tanaman obat memiliki karakteristik berbeda-beda pada suatu wilayah. Pengetahuan tentang pemanfaatan tanaman obat tersebut merupakan warisan budaya bangsa berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang diwariskan secara turun-temurun hingga ke generasi sekarang sehingga tercipta berbagai ramuan tumbuhan obat yang merupakan ciri khas pengobatan tradisional Indonesia (Jhonherf, 2007). Pengetahuan mengenai tumbuhan obat mulai dari jenis, bagian tanaman, cara pengobatan sampai dengan penyakit yang dapat disembuhkan merupakan kekayaan pengetahuan yang perlu digali, dikembangkan, dilestarikan, dan dioptimalkan (Harini, 2000).


(20)

Telah dijelaskan dalam Al-Quran, Surat An-Nahl Ayat : 11.

“Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu

benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan”.

Gerakan kembali ke alam atau istilah back to nature menjadi bahan pembicaraan yang penting seiring dengan semakin dirasakannya manfaat penggunaan obat tradisional. Gerakan tersebut dilatarbelakangi perubahan lingkungan, pola hidup manusia, dan perkembangan pola penyakit. Penggunaan obat tradisional di Indonesia tidak hanya digunakan oleh masyarakat di pedesaan, tetapi juga masyarakat yang berada di kota besar dimana sudah banyak tersedia sarana kesehatan yang lebih modern. Obat tradisional digunakan sebagai obat alternatif karena mahal atau tidak tersedianya obat modern dan adanya kepercayaan bahwa obat tradisional lebih aman (Hedi, 2007).

Perkembangan dunia farmasi yang semakin pesat, tidak membuat kepercayaan masyarakat terhadap penggunaan obat tradisional luntur. Bahkan, kini obat tradisional menjadi obat alternatif yang telah dimanfaatkan untuk terapi penyembuhan penyakit di beberapa rumah sakit, contohnya poliklinik obat tradisional di RS Prof Dr.


(21)

3

Margono Soekarjo Purwokerto tahun 2006, RS Jelet Jepara pada tahun 2007 yang terus dikembangkan sampai sekarang (Narti, 2009).

Produksi obat tradisional dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Karena banyaknya variasi sediaan bahan alam, maka untuk memudahkan pengawasan dan perizinan, Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) mengelompokkan obat tradisional dalam sediaan jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka. Persyaratan ketiga sediaan berbeda, yaitu untuk jamu pemakaiannya secara empirik berdasarkan pengalaman, sediaan obat herbal terstandar bahan bakunya harus distadarisasi dan sudah diuji farmakologi secara eksperimental, sedangkan sediaan fitofarmaka sama dengan obat modern bahan bakunya harus distandarisasi dan harus melalui uji klinik (Sukandar, 2006).

Tanaman obat, seperti halnya obat buatan pabrik memang tak bisa dikonsumsi sembarangan. Tetap ada dosis yang harus dipatuhi, seperti halnya resep dokter. Hal ini menepis anggapan bahwa obat tradisional tak memiliki efek samping. Anggapan bila obat tradisional aman dikonsumsi walaupun gejala sakit sudah hilang adalah keliru. Obat tradisional bila dikonsumsi melampaui batas yang dianjurkan justru akan membahayakan. Efek samping obat tradisional relatif kecil jika digunakan secara tepat, yang meliputi kebenaran bahan, ketepatan dosis, ketepatan waktu penggunaan, ketepatan cara penggunaan, ketepatan telaah informasi, dan tanpa penyalahgunaan obat tradisional (Oktora, 2006).

Saat ini tercatat sekitar 40% penduduk Indonesia menggunakan pengobatan tradisional, 70% berada di daerah pedesaan (Harmanto dan Subroto, 2007). RW 005


(22)

merupakan salah satu RW yang berada di wilayah Desa Sindurjan, Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo. Jumlah penduduk di RW 005 tercatat sebanyak 648 jiwa, yang terdiri dari 5 RT dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 165 KK. Lokasi RW 005 berada di tengah kota dimana sarana kesehatan seperti apotek dan puskesmas sudah memadai tetapi masyarakat lebih mempercayai obat tradisional untuk pengobatan sehingga faktor pengalaman bisa dijadikan alasan mengapa obat tradisional lebih dipilih sebagai alternatif pengobatan. Selain itu,masyarakat RW 005 menganggap bahwa obat tradisional lebih aman dari pada obat modern, faktor ini juga menjadi faktor pendorong penggunaan obat tradisional sebagai alternatif pengobatan.

Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang obat tradisional sehingga dapat melindungi masyarakat dari kesalahan penggunaan obat tradisional.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran penggunaan obat tradisional pada masyarakat RW 005 Desa Sindurjan, Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo?

2. Bagaimana tingkat pengetahuan tentang obat tradisional pada masyarakat RW 005 Desa Sindurjan, Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo?


(23)

5

C. Keaslian Penelitian

Penelitian ini memiliki kemiripan dengan penelitian lain yang telah dilakukan tetapi terdapat perbedaan-perbedaan di dalamnya. Penelitian-penelitian tersebut adalah :

1. Januar Dedi Setiawan (2012) tentang Pemilihan dan Alasan Penggunaan Obat Tradisional Pada Masyarakat Kota Wonosari Kabupaten Gunung Kidul. Alasan masyarakat menggunakan obat tradisional karena sudah terbiasa dan jenis obat tradisional yang biasa digunakan oleh masyarakat yaitu jamu gendong.

2. Niken Ndaruwati (2006) tentang Gambaran Penggunaan Obat Tradisional oleh Mayarakat Berpenghasilan Rendah di Kabupaten Madiun. Alasan masyarakat menggunakan obat tradisional karena masyarakat meyakini bahwa obat tradisional memiliki efek samping lebih rendah dibandingkan dengan obat modern. Persentase responden yang sembuh sebanyak 84,2% sedangkan yang tidak sebanyak 5,8%.

Perbedaan dari penelitian sebelumnya adalah terletak pada tempat dan parameter yang diteliti, yaitu tingkat pengetahuan masyarakat tentang pengobatan tradisional. D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui gambaran penggunaan obat tradisional pada masyarakat RW 005 Desa Sindurjan, Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo.


(24)

2. Mengetahui tingkat pengetahuan tentang obat tradisional pada masyarakat RW 005 Desa Sindurjan, Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan baru bagi peneliti terkait dengan pemanfaatan tumbuhan obat sebagai alternatif pengobatan dan mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang obat tradisional.

2. Bagi Masyarakat RW 005 Desa Sindurjan

Memberikan informasi kepada masyarakat untuk dapat memilih dan menggunakan obat tradisional secara tepat dalam upaya kesehatan.

3. Bagi Tenaga Kesehatan

Sebagai pertimbangan bagi tenaga kesehatan untuk dapat meningkatkan pelatihan dan pengetahuan tentang penggunaan obat tradisional dalam pengobatan.


(25)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Obat Tradisional

Indonesia dikaruniai kekayaan alam yang melimpah. Alam Indonesia dengan keanekaragaman hayati merupakan sumber kecantikan yang tidak ada habisnya. Pada zaman yang sudah serba modern ini, ternyata jamu masih diakui keberadaannya oleh masyarakat Indonesia. Seruan kembali ke alam atau istilah back to nature menjadi bahan pembicaraan seiring dengan semakin dirasakannya manfaat ramuan alam tradisional. Mengingat potensi yang sangat membantu meningkatnya kualitas kesehatan masyarakat, pemanfaatan ramuan tersebut seharusnya terus digalakkan (Tilaar, 1998).

Pemanfaatan produk alam yang lebih dikenal dengan istilah jamu guna untuk penyembuhan dan pemeliharaan kesehatan di kalangan masyarakat Indonesia memegang peranan yang sangat besar. Hal ini terjadi karena sebagian besar dari produk alam merupakan warisan nenek moyang yang tidak diragukan lagi khasiatnya dan terus dikembangkan pemanfaatannya di berbagai daerah. Peranan jamu akan semakin terasa pada daerah-daerah terpencil, dimana sulit diperoleh pelayanan medis atau obat-obat modern. Disamping itu sebagian masyarakat masih banyak mencari pengobatan tradisional dan mencoba melakukan pengobatan sendiri dengan cara tradisional bila menderita sakit (Tilaar, 1998).

Obat tradisional berkembang dari dan oleh masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu pengembangan obat tradisional pada prinsipnya menggunakan strategi pemberdayaan


(26)

potensi yang ada di masyarakat dalam bidang obat tradisional, dimana dalam penerapannya dilakukan kegiatan yang berpijak pada dua hal (Hutapea, 1998), yaitu: a. Pembinaan dan pengawasan obat tradisional yang ada dan beredar di

Indonesia.

b. Pemanfaatan obat tradisional bagi kesehatan dan kesejahteraan rakyat. 1. Definisi dan Jenis Obat Tradisional

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2012 tentang Industri dan Usaha Obat Tradisional, obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun digunakan untuk pengobatan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat (Peraturan Menteri Kesehatan No.6, 2012).

Menurut World Health Organization (WHO), pengobatan tradisional adalah jumlah total pengetahuan, keterampilan, dan praktek-praktek yang berdasarkan pada teori-teori, keyakinan, dan pengalaman masyarakat yang mempunyai adat budaya yang berbeda, baik dijelaskan atau tidak, digunakan dalam pemeliharaan kesehatan serta pencegahan, diagnosa, perbaikan atau pengobatan penyakit secara fisik dan juga mental (WHO, 2004).

Pengobatan dengan obat tradisional merupakan bagian dari sistem budaya masyarakat yang manfaatnya sangat besar dalam pembangunan kesehatan masyarakat. Pengobatan tradisional merupakan bentuk pelayanan pengobatan


(27)

9

yang menggunakan cara, alat atau bahan yang tidak termasuk dalam standar pengobatan kedokteran modern dan dipergunakan sebagai alternatif (Harmanto dan Subroto, 2007).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2012 tentang Registrasi Obat Tradisional, bahan atau ramuan bahan yang dimaksud berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, dan sediaan sarian (galenik) dalam pengertian kefarmasian merupakan bahan yang digunakan sebagai simplisia. Simplisia adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang digunakan untuk pengobatan dan belum mengalami pengolahan, kecuali dinyatakan lain suhu pengeringan tidak lebih dari 600°C.

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia dalam Material Medika Indonesia (1995), simplisia dapat digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu :

a. Simplisia Nabati

Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Eksudat adalah isi sel yang keluar dari tanaman atau isi sel yang dikeluarkan dari suatu tanaman dengan cara tertentu dan belum berupa zat kimia.

b. Simplisia Hewani

Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan atau bagian zat-zat hewan yang berguna dan belum berupa zat kimia murni.


(28)

c. Simplisia pelikan (mineral)

Simplisia pelikan adalah simplisia yang berupa pelican atau mineral yang belum diolah atau telah di olah dengan cara tertentu dan belum berupa zat kimia.

Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia, Nomor : HK.00.05.4.2411 tentang Ketentuan Pokok Pengelompokkan dan Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia, obat tradisional yang ada di Indonesia dapat dikategorikan menjadi :

a. Jamu

Jamu adalah obat tradisional Indonesia yang tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan pembuktian empiris atau turun temurun. Jamu harus memenuhi kriteria aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan, klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris, dan memenuhi persyaratan mutu yang berlaku. Contoh : Tolak Angin®, Antangin®, Woods’ Herbal®, Diapet Anak®, dan Kuku Bima Gingseng®.


(29)

11

b. Obat Herbal Terstandar

Obat Herbal Terstandar (OHT) adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik pada hewan dan bahan bakunya telah di standarisasi. Obat herbal terstandar harus memenuhi kriteria aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan, klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah atau praklinik, telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk jadi. Contoh : Diapet®, Lelap®, Fitolac®, Diabmeneer®, dan Glucogarp®.

Gambar 2. Logo dan Penandaan Obat Herbal Terstandar c. Fitofarmaka

Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang dapat disejajarkan dengan obat modern karena telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik pada hewan dan uji klinik pada manusia, bahan baku dan produk jadinya telah di standarisasi. Fitofarmaka harus memenuhi kriteria aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan, klaim khasiat dibuktikan dengan uji klinis, telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk jadi. Contoh: Stimuno®, Tensigard®, Rheumaneer®, X-gra® dan Nodiar®.


(30)

Gambar 3. Logo dan Penandaan Fitofarmaka

Obat tradisional yang merupakan warisan budaya bangsa dan digunakan secara turun temurun, umumnya berasal dari tiga macam sumber (Hutapea, 1998), yaitu :

a. Obat tradisional yang berasal dari suatu daerah dalam bentuk sederhana yang telah dikenal manfaatnya pada suatu daerah, biasanya berupa seduhan, rajangan yang digunakan menurut aturan atau kebiasaan suatu daerah itu.

b. Obat tradisional yang muncul karena dibuat oleh pengobatan tradisional (dukun, sebagian bahan baku tumbuh di daerah itu dan biasanya bahan ini dirahasiakan oleh pengobatan).

c. Obat tradisional dengan formula yang berasal dari butir (a) dan butir (b) dalam jumlah besar, diperoleh dari pasar, pemasok maupun kolektor. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia: 661/Menkes/SK/VII/1994 Tentang Persyaratan Obat Tradisional terdapat bentuk-bentuk sediaan obat tradisional, antara lain :


(31)

13

a. Rajangan

Sediaan obat tradisional berupa potongan simplisia, campuran simplisia, atau campuran simplisia dengan sediaan galenik, yang penggunaannya dilakukan dengan pendidihan atau penyeduhan dengan air panas.

b. Serbuk

Sediaan obat tradisional berupa butiran homogen dengan derajat halus yang cocok, bahan bakunya berupa simplisia sediaan galenik, atau campurannya.

c. Pil

Sediaan padat obat tradisional berupa massa bulat, bahan bakunya berupa serbuk simplisia, sediaan galenik, atau campurannya.

d. Dodol atau Jenang

Sediaan padat obat tradisional bahan bakunya berupa serbuk simplisia, sediaan galenik atau campurannya.

e. Pastiles

Sediaan padat obat tradisional berupa lempengan pipih umumnya berbentuk segi empat, bahan bakunya berupa campuran serbuk simplisia, sediaan galenik, atau campuran keduanya.

f. Kapsul

Sediaan obat tradisional yang terbungkus cangkang keras atau lunak, bahan bakunya terbuat dari sediaan galenik dengan atau tanpa bahan tambahan.


(32)

g. Tablet

Sediaan obat tradisional padat kompak dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih, silindris, atau bentuk lain, kedua permukaannya rata atau cembung, dan terbuat dari sediaan galenik dengan atau tanpa bahan tambahan.

h. Cairan obat dalam

Sediaan obat tradisional berupa larutan emulsi atau suspensi dalam air, bahan bakunya berasal dari serbuk simplisia atau sediaan galenik dan digunakan sebagai obat dalam.

i. Sari jamu

Cairan obat dalam dengan tujuan tertentu diperbolehkan mengandung etanol. Kadar etanol tidak lebih dari 1% v/v pada suhu 20º C dan kadar methanol tidak lebih dari 0,1% dihitung terhadap kadar etanol.

j. Parem, Pilis, dan Tapel

Parem, pilis, dan tapel adalah sediaan padat obat tradisional, bahan bakunya berupa serbuk simplisia, sediaan galenik, atau campurannya dan digunakan sebagai obat luar.

1) Parem adalah obat tradisional dalam bentuk padat, pasta atau seperti bubuk yang digunakan dengan cara melumurkan pada kaki atau tangan pada bagian tubuh lain.

2) Pilis adalah obat tradisional dalam bentuk padat atau pasta yang digunakan dengan cara mencoletkan pada dahi.


(33)

15

3) Tapel adalah obat tradisional dalam bentuk padat, pasta, atau seperti bubur yang digunakan dengan cara melumurkan pada seluruh permukaan perut.

k. Koyok

Sediaan obat tradisional berupa pita kain yang cocok dan tahan air yang dilapisi dengan serbuk simplisia dan atau sediaan galenik, digunakan sebagai obat luar dan pemakainya ditempelkan pada kulit.

l. Cairan obat luar

Sediaan obat tradisional berupa larutan suspensi atau emulsi, bahan bakunya berupa simplisia, sediaan galenik dan digunakan sebagai obat luar.

m. Salep atau krim

Sediaan setengah padat yang mudah dioleskan, bahan bakunya berupa sediaan galenik yang larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep atau krim yang cocok dan digunakan sebagai obat luar.

2. Sumber Perolehan Obat Tradisional

Di jaman yang sudah modern ini, obat tradisional dapat diperoleh dari berbagai sumber (Lestari dan Suharmiati, 2006), yaitu :

a. Obat Tradisional Buatan Sendiri

Pada zaman dahulu nenek moyang mempunyai kemampuan untuk menggunakan ramuan tradisional untuk mengobati keluarga sendiri. Obat


(34)

tradisional seperti inilah yang mendasari berkembangnya pengobatan tradisional di Indonesia. Oleh pemerintah, cara tradisional ini dikembangkan dalam program TOGA (Tanaman Obat Keluarga). Program ini lebih mengacu pada self care, yaitu pencegahan dan pengobatan ringan pada keluarga.

b. Obat Tradisional dari Pembuat Jamu (Herbalis) 1) Jamu Gendong

Salah satu penyedia obat tradisional yang paling sering ditemui adalah jamu gendong. Jamu yang disediakan dalam bentuk minuman ini sangat digemari oleh masyarakat. Umumnya jamu gendong menjual kunyit asam, sinom, mengkudu, pahitan, beras kencur, cabe puyang, dan gepyokan.

2) Peracik Jamu

Bentuk jamu menyerupai jamu gendong tetapi kemanfaatannya lebih khusus untuk kesehatan, misalnya untuk kesegaran, menghilangkan pegal linu, dan batuk.

3) Obat Tradisional dari Tabib

Dalam praktik pengobatannya, tabib menyediakan ramuannya yang berasal dari tanaman. Selain memberikan ramuan, para tabib umumnya mengombinasikan teknik lain seperti spiritual atau supranatural.


(35)

17

4) Obat Tradisional dari Shinse

Shinse merupakan pengobatan dari etnis Tionghoa yang mengobati pasien dengan menggunakan obat tradisional. Umumnya bahan-bahan tradisional yang digunakan berasal dari Cina. Obat tradisional Cina berkembang baik di Indonesia dan banyak diimpor.

5) Obat Tradisional Buatan Industri

Departemen kesehatan membagi industri obat tradisional menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) dan Industri Obat Tradisional (IOT). Industri farmasi mulai tertarik untuk memproduksi obat tradisional dalam bentuk sediaan modern berupa obat herbal terstandar (OHT) dan fitofarmaka seperti tablet dan kapsul. 3. Kelebihan dan Kekurangan Obat Tradisional

a. Kelebihan Obat Tradisional

Kelebihan yang dimiliki obat tradisional jika dibandingkan dengan obat modern, antara lain :

1) Efek samping obat tradisional relatif kecil

Obat tradisional akan bermanfaat dan aman jika digunakan dengan tepat, baik takaran, waktu dan cara penggunaan, pemilihan bahan serta penyesuai dengan indikasi tertentu.


(36)

a) Ketepatan dosis

Tanaman obat, seperti halnya obat buatan pabrik memang tak bisa dikonsumsi sembarangan. Tetap ada dosis yang harus dipatuhi, seperti halnya resep dokter. Buah mahkota dewa misalnya, hanya boleh dikonsumsi dengan perbandingan 1 buah dalam 3 gelas air. Sedangkan daun mindi baru berkhasiat jika direbus sebanyak 7 lembar dalam takaran air tertentu (Suarni, 2005). Hal ini menepis anggapan masyarakat bahwa obat tradisional tidak selamanya lebih aman dari pada obat modern. Dosis yang tepat membuat tanaman obat bisa menjadi obat, sedangkan jika berlebih bisa menjadi racun.

b) Ketepatan waktu penggunaan

Kunyit telah diakui manfaatnya untuk mengurangi nyeri saat haid dan telah di konsumsi secara turun temurun dalam ramuan jamu kunir asam yang sangat baik dikonsumsi saat datang bulan (Sastroamidjojo S, 2001). Akan tetapi jika dikonsumsi pada awal masa kehamilan dapat membahayakan dan beresiko menyebabkan keguguran. Hal ini menunjukan bahwa ketepatan waktu penggunaan berpengaruh terhadap efek yang akan di timbulkan.


(37)

19

c) Ketepatan cara penggunaan

Satu tanaman obat dapat memiliki banyak zat aktif yang berkhasiat di dalamnya. Sebagai contoh adalah daun Kecubung jika dihisap seperti rokok bersifat bronkodilator dan digunakan sebagai obat asma. Tetapi jika diseduh dan diminum dapat menyebabkan keracunan atau mabuk (Patterson S., dan O’Hagan D., 2002). d) Ketepatan pemilihan bahan

Tanaman obat di Indonesia terdiri dari beragam spesies yang kadang kala sulit untuk dibedakan satu dengan yang lain. Kebenaran bahan menentukan tercapai atau tidaknya efek terapi yang diinginkan. Sebagai contoh tanaman Lempuyang di pasaran ada 3 jenis, yaitu Lempuyang Emprit (Zingiber amaricans L.), Lempuyang Gajah (Zingiber zerumbert L.), dan Lempuyang Wangi (Zingiber aromaticum L.) dimana tiap jenis tanaman memiliki khasiat obat yang berbeda-beda.

e) Ketepatan pemilihan obat untuk indikasi tertentu

Dalam satu jenis tanaman dapat ditemukan beberapa zat aktif yang berkhasiat dalam terapi. Sebagai contoh, daun Tapak Dara mengandung alkaloid yang bermanfaat untuk pengobatan diabetes dan juga mengandung vincristin dan vinblastin yang dapat menyebabkan penurunan leukosit (sel-sel darah putih) hingga ±


(38)

30%, akibatnya penderita menjadi rentan terhadap penyakit infeksi (Wu dkk, 2004).

2) Adanya efek komplementer dan atau sinergisme dalam ramuan obat tradisional atau komponen bioaktif tanaman obat.

Dalam suatu ramuan obat tradisional umumnya terdiri dari beberapa jenis obat tradisional yang memiliki efek saling mendukung satu sama lain untuk mencapai efektivitas pengobatan. Contohnya seperti pada Herba Timi (Tymus serpyllum atau T.vulgaris) sebagai salah satu ramuan obat batuk. Herba Timi diketahui mengandung minyak atsiri (yang antara lain terdiri dari tymol dan kalvakrol) serta flavon polimetoksi. Tymol dalam timi berfungsi sebagai ekspektoran (mencairkan dahak) dan kalvakrol sebagai anti bakteri penyebab batuk sedangkan flavon polimetoksi sebagai penekan batuk non-narkotik, sehingga pada tanaman tersebut sekurang-kurangnya ada 3 komponen aktif yang saling mendukung sebagai antitusif.

3) Pada satu tanaman bisa memiliki lebih dari satu efek farmakologi. Zat aktif pada tanaman obat umumnya dalam bentuk metabolit sekunder, sedangkan satu tanaman bisa menghasilkan beberapa metabolit sekunder sehingga memungkinkan tanaman tersebut memiliki lebih dari satu efek farmakologi. Efek tersebut adakalanya saling mendukung (herba timi dan daun kumis kucing), tetapi ada juga yang seakan-akan saling berlawanan atau kontradiksi (akar kelembak).


(39)

21

4) Obat tradisional lebih sesuai untuk penyakit-penyakit metabolik dan degeneratif.

Sebagaimana diketahui bahwa pola penyakit di Indonesia telah mengalami pergeseran dari penyakit infeksi (yang terjadi sekitar tahun 1970 ke bawah) ke penyakit-penyakit metabolik degeneratif (sesudah tahun 1970 hingga sekarang). Yang termasuk penyakit metabolik antara lain : diabetes, hiperlipidemia, asam urat, batu ginjal dan hepatitis. Sedangkan penyakit degeneratif diantaranya : rematik, asma, ulser, haemorrhoid dan pikun. Untuk menanggulangi penyakit tersebut diperlukan pemakain obat dalam waktu lama sehinga jika menggunakan obat modern dikhawatirkan adanya efek samping yang terakumulasi dan dapat merugikan kesehatan. Oleh karena itu lebih sesuai bila menggunakan obat tradisional karena efek samping yang ditimbulkan relatif kecil sehingga dianggap lebih aman.

b. Kekurangan Obat Tradisional

Disamping berbagai keuntungan, bahan obat alam juga memiliki beberapa kelemahan yang juga merupakan kendala dalam pengembangan obat tradisional (termasuk dalam upaya agar bisa diterima pada pelayanan kesehatan formal). Adapun beberapa kelemahan tersebut antara lain : efek farmakologisnya yang lemah, bahan baku belum terstandar dan bersifat higroskopis serta volumines, belum dilakukan uji klinik dan mudah tercemar berbagai jenis mikroorganisme (Katno dan Pramono, 2010).


(40)

B. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimiliki (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran, yaitu telinga dan indra penglihatan, yaitu mata (Notoatmodjo, 2012). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011), pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses belajar ini dipengaruhi berbagai faktor dari dalam, seperti motivasi dan faktor luar berupa sarana informasi yang tersedia, serta keadaan sosial budaya.

1. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2012) membagi pengetahuan menjadi enam tingkatan, yaitu :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai recall, yaitu mengingat kembali materi yang telah dipelajari sebelumnya dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan. Tingkatan ini mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsang yang diterima.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang telah diketahui dan mampu menginterprestasikan materi tersebut secara benar.


(41)

23

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau objek dalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitan satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis diartikan sebagai kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan baru. Dengan kata lain sintesis ini suatu kemampuan untuk menyusun, merencanakan, meringkas, menyesuaikan terhadap suatu materi atau rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan penelitan terhadap suatu materi atau objek penilaian-penilaian berdasarkan suatu


(42)

kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2. Cara Memperoleh Pengetahuan

Pengetahuan seseorang diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber, seperti media massa, media elektronik, buku, tenaga kesehatan, keluarga, atau kerabat.

Menurut Notoatmodjo (2012) dari berbagai macam cara yang telah di gunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

a. Cara tradisional atau non ilmiah

Cara tradisional terdiri dari empat cara, yaitu : 1) Trial and Error

Cara ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil maka di coba kemungkinan yang lain sampai berhasil. Oleh karena itu cara ini disebut dengan metode Trial (coba) dan

Error (gagal atau salah). 2) Kekuasaan atau otoritas

Kebiasaan dan tradisi tidak hanya terjadi pada masyarakat tradisional saja, melainkan juga terjadi pada masyarakat modern. Kebiasaan ini seolah diterima dari berbagai sumber kebenaran


(43)

25

yang mutlak. Sumber pengetahuan ini dapat berupa pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintahan, dan sebagainya.

3) Pengalaman pribadi

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu.

4) Jalan pikiran

Sejalan perkembangan kebudayaan umat manusia cara berpikir umur manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menjalankan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi. Induksi dan deduksi pada dasarnya adalah cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui pertanyaan-pertanyaan.

b. Cara modern atau cara ilmiah

Cara baru memperoleh pengetahuan pada dewasa ini telah sistematis, logis, dan ilmiah yang disebut metode ilmiah. Kemudian metode berfikir induktif bahwa dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan


(44)

mengadakan observasi langsung, membuat catatan terhadap semua fakta sehubungan dengan objek yang diamati.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2012) ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu :

a. Pendidikan

Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah orang tersebut menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi, maka seseorang akan semakin cenderung mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat mengenai kesehatan.

b. Informasi atau media massa

Informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan, meyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisis, dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu. Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun nonformal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.


(45)

27

c. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Seseorang yang bekerja di sektor formal memiliki akses yang lebih baik, terhadap berbagai informasi, termasuk kesehatan.

d. Sosial, budaya, dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang biasa dilakukan masyarakat tidak melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian, seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi juga akan menentukan tersediannya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu sehingga status ekonomi akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

e. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan kedalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut.

f. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan akan memberikan pengetahuan dan keterampilan


(46)

profesional, serta dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerja.

g. Usia

Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin baik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial, serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua. Dua sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup adalah sebagai berikut :

1) Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang didapat semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuan.

2) Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena telah mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. Beberapa teori berpendapat IQ seseorang akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia, khususnya pada beberapa kemampuan, seperti kosakata dan pengetahuan umum.


(47)

29

C. Kerangka Konsep

Gambar 4. Kerangka Konsep Penelitian D. Keterangan Empiris

Diharapkan berdasarkan penelitian ini, dapat diketahui tingkat pengetahuan masyarakat RW 005 Desa Sindurjan tentang obat tradisional serta gambaran penggunaan obat tradisional oleh masyarakat.

Tingkat pengetahuan masyarakat tentang penggunaan obat tradisional

Faktor : 1. Usia

2. Pendidikan terakhir 3. Pekerjaan

Baik Cukup Kurang

Penggunaan obat tradisional (jamu, OHT, dan fitofarmaka)


(48)

30 Penelitian ini menggunakan metode deskriptif non eksperimental. Pengumpulan data secara terstruktur yang bersumber dari data primer, yaitu kuesioner yang berisi pernyataan-pernyataan yang secara logis berhubungan dengan masalah penelitian (Nazir, 2005).

B. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di RW 005 Desa Sindurjan Kecamatan Purworejo Kabupaten Purworejo. Pengambilan data dilakukan pada bulan April tahun 2016. C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik-karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2010). Populasi pada penelitian ini adalah masyarakat RW 005 Desa Sindurjan, Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo yang berjumlah 648 jiwa.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari keseluruhan subjek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Sugiyono, 2010). Sampel dari penelitian ini adalah sebagian masyarakat RW 005 Desa Sindurjan Kecamatan Purworejo Kabupaten


(49)

31

Purworejo yang memenuhi kriteria inklusi. Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling. Untuk menetapkan jumlah sampel dihitung dengan metode Slovin menggunakan rumus (Gendro, 2011) :

Dimana :

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi = 648 jiwa

E = nilai presisi (tingkat kepercayaan 90%) = 0,1

Berdasarkan rumus di atas maka jumlah responden yang digunakan sebagai sampel adalah :

= 86,63 responden dibulatkan menjadi 87 responden

Jumlah minimal sampel yang harus diambil dan diberikan kuesioner sebanyak 87 responden.

D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah : a. Pria dan wanita dewasa usia ≥ 20 tahun b. Pernah menggunakan obat tradisional


(50)

c. Bersedia menjadi responden 2. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah :

a. Pria dan wanita usia ≥ 20 tahun yang berprofesi sebagai tenaga kesehatan b. Pengisian data diri maupun jawaban dalam kuesioner tidak lengkap E. Definisi Operasional

1. Penggunaan obat : merupakan kegiatan dan usaha yang dilakukan masyarakat RW 005 Desa Sindurjan untuk memanfaatkan obat maupun bahan obat tradisional untuk pengobatan.

2. Obat Tradisional : sediaan obat yang terbuat dari bahan alam dimana keamanan dan khasiatnya telah diketahui berupa sediaan jamu, obat herbal terstandar (OHT), atau fitofarmaka.

3. Tingkat Pengetahuan : pemahaman masyarakat tentang penggunaan obat tradisional untuk pengobatan yang di nilai dengan menggunakan kuesioner. F. Instrumen Penelitian

1. Alat

Kuesioner digunakan untuk memperoleh informasi dari responden tentang hal-hal yang diketahui. Kuesioner berisi pertanyaan tentang data diri responden pada bagian pertama, dan pernyataan tentang obat tradisional dan gambaran penggunaan obat tradisional pada bagian kedua.


(51)

33

2. Bahan

Data primer diperoleh langsung dari responden dengan cara survei menggunakan kuesioner dan observasi keadaan lingkungan sekitar tempat penelitian.

G. Cara Kerja

Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan informasi langsung dari masyarakat RW 005 Desa Sindurjan, Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo dengan menggunakan kuesioner. Jalannya penelitian dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu :

1. Tahap persiapan

a. Menyusun proposal penelitian dan mempresentasikan dalam sidang proposal penelitian.

b. Mengurus surat izin penelitian setelah mendapat persetujuan dari pembimbing.

c. Melakukan izin penelitian kepada ketua RW 005 Desa Sindurjan Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo.

2. Tahap pelaksanaan

a. Menentukan sampel penelitian.

b. Melakukan pengambilan data ke lima RT dengan menggunakan kuesioner.

3. Pengolahan dan analisis a. Seleksi data (Editing).


(52)

b. Pemberian kode (Coding). c. Pemberian nilai (Scoring). d. Tabulasi (Tabulating). e. Interpretasi hasil.

4. Pembuatan laporan hasil penelitian H. Skema Langkah Kerja

Gambar 5. Skema Langkah Kerja Tahap Persiapan :

1. Menyusun proposal 2. Mengurus surat izin

3. Perizinan kepada ketua RW 005

Tahap Pelaksanaan : Penyebaran kuesioner

RT 001

RT 005 RT

004 RT

003 RT

002

Pengolahan dan analisis


(53)

35

I. Validitas dan Realibilitas Kuesioner 1. Uji Validitas

Validitas menunjukkan tingkat seberapa besar item-item instrumen mampu mewakili konsep yang akan diukur. Validitas memuat tes yang menguji isi yang relevan dengan tujuan yang akan diukur. Dalam penelitian pengujian kualitas instrumen yang dilakukan adalah uji validitas bivariate person. Dikatakan valid jika signifikan < 0,05 atau < 5% (Sugiyono, 2010). Uji validitas dilakukan di RW 005 Desa Sindurjan dengan jumlah responden sebanyak 30 orang yang terdiri dari 5 RT.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan pengujian yang menunjukkan sejauh mana stabilitas dan konsistensi dari alat pengukur yang digunakan, sehingga memberikan hasil yang relatif konsisten jika pengukuran tersebut diulangi. Dalam penelitian pengukuran reliabilitas instrumen yang dilakukan adalah metode Alpha (Cronbach’s). Dikatakan reliabel jika koefisiensi cronbach alpha > 0,7 (Ghozali, 2011). Output dari Reliability Analysis adalah Item-Total Statistics, yang menghasilkan nilai-nilai alpha pada kolom Cronbach’s

Alpha If Item Deleted untuk masing-masing item, dan menghasilkan nilai

alpha simultan pada tabel Reliability Statictics yang berada dibawahnya. Uji reliabilitas dilakukan pada 18 item soal yang telah dinyatakan valid.


(54)

J. Analisis Data

Data primer yang telah terkumpul dianalisis melalui beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut :

a. Seleksi data (Editing)

Proses pemeriksaan data yang diperoleh dari kuesioner sehingga didapatkan data yang akurat untuk di analisis, kegiatan yang dilakukan adalah memeriksa apakah kuesioner telah di isi secara lengkap.

b. Pemberian kode (Coding)

Pemberian kode pada tiap data sehingga memudahkan peneliti untuk menganalisis data.

c. Pemberian nilai (Scoring)

Dilakukan penilaian dengan skala Guttman dimana setiap jawaban benar atau sesuai dari masing-masing pernyataan diberi nilai 1 dan jika salah atau tidak sesuai diberi nilai 0. Penilaian dilakukan dengan rumus sebagai berikut :

Dimana :

P = Persentase nilai pengetahuan

f = Skor yang didapat N = Jumlah soal


(55)

37

d. Tabulasi (Tabulating)

Data yang diperoleh dari kuesioner dianalisis secara deskriptif dengan bentuk distribusi frekuensi kemudian ditentukan persentase dari masing-masing jawaban dan secara statistik untuk mengetahui hubungan usia, pendidikan terakhir, dan pekerjaan terhadap tingkat pengetahuan.

e. Interpretasi Hasil

Pengukuran tingkat pengetahuan menggunakan pengkategorian menurut Nursalam (2008), yaitu :

1) Baik, bila subjek mampu menjawab dengan benar 76-100% dari seluruh pernyataan.

2) Cukup, bila subjek mampu menjawab dengan benar 56-75% dari seluruh pernyataan.

3) Kurang, bila subjek mampu menjawab dengan benar <56% dari seluruh pernyataan.


(56)

38 Kabupaten Purworejo merupakan salah satu Kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Purworejo terdiri atas 16 Kecamatan, yang dibagi atas 469 desa dan 25 kelurahan. Menurut Badan Pusat Statistik jumlah penduduk Kabupaten Purworejo pada tahun 2015 adalah 598.216 jiwa, yang terdiri dari 294.729 laki-laki dan 303.487 perempuan.

Desa Sindurjan merupakan salah satu Desa dari 25 Desa yang berada di wilayah Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo. Secara administratif, Desa Sindurjan terdiri dari 8 RW dan 37 RT. Jumlah penduduk di RW 005 tercatat sebanyak 648 jiwa, yang terdiri dari 5 RT dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 165 KK. Sarana pendidikan di RW 005 cukup memadai mulai dari PAUD, TK, SD, SMA, kejar paket, PONPES dan SLB sudah tersebar secara merata. Adapun pelayanan kesehatan yang tersebar di RW 005, yaitu 1 Puskesmas Pembantu, 1 RS Bersalin, dan 1 Apotek. Walaupun RW 005 terletak di perkotaan dengan sarana dan prasarana kesehatan yang cukup memadai dan kemudahan akses untuk menjangkau lokasi fasilitas umum yang dibutuhkan, kebanyakan masyarakat lebih memilih melakukan pengobatan sendiri menggunakan obat tradisional karena adanya anggapan bahwa penggobatan dengan obat tradisional lebih baik dan aman dari pada obat modern.


(57)

39

B. Hasil Uji Kuesioner

Uji kuesioner dilakukan melalui uji validitas dan uji reliabilitas yang dibagikan kepada 30 responden, yang terdiri dari warga RT 1, RT 2, RT 3, RT 4, dan RT 5. Kuesioner ini terdiri dari dua bagian, dimana bagian pertama berupa pertanyaan tentang data diri responden, dan bagian kedua berupa pernyataan dan gambaran penggunaan obat tradisional. Komponen-komponen soal dalam kuesioner ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Komponen Soal Kuesioner Sebelum Uji Validitas

No. Komponen Nomor Soal

1. Definisi obat tradisional 1

2. Cara perolehan obat Tradisional 2 dan 18

3. Jenis obat tradisional 3

4. Definisi jamu 4

5. Aturan pakai obat tradisional 5, 10, 9, 12, dan 14

6. Tujuan penggunaan 6

7. Dosis 11

8. Efek samping 7 dan 15

9. Kandungan obat tradisional 8

10. Bentuk sediaan obat tradisional 13

11. Mekanisme aksi 16 dan 19

12. Penyimpanan 17 dan 20

1. Hasil Uji Validitas

Validitas merupakan pengujian yang menunjukkan sejauh mana item instrumen yang digunakan mampu mengukur apa yang ingin diukur dan bukan mengukur yang lain. Hasil uji validitas ditunjukkan pada Tabel 2.


(58)

Tabel 2. Hasil Uji Validitas Kuesioner

No. Item Soal R Sig Keterangan

1. Obat tradisional adalah ramuan bahan yang berasal dari tumbuhan dan digunakan khusus untuk pengobatan.

0,406 0,026 Valid

2. Obat tradisional dapat dibeli tanpa resep dokter.

0,605 0,000 Valid 3. Obat tradisional dikelompokkan menjadi 3

sediaan, yaitu jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka.

0,367 0,046 Valid

4. Jamu merupakan obat tradisional yang khasiatnya berdasarkan warisan turun temurun.

0,518 0,003 Valid

5. Obat tradisional dapat diminum setiap hari. 0,395 0,031 Valid 6. Obat tradisional lebih diutamakan untuk

penyakit yang memerlukan pengobatan lama.

0,473 0,008 Valid

7. Obat tradisional tidak memiliki efek samping yang merugikan.

0,578 0,001 Valid 8. Obat tradisional juga mengandung berbagai

senyawa kimia aktif.

0,607 0,000 Valid 9. Obat tradisional dapat diminum bersamaan

dengan obat kimia untuk meningkatkan efektivitas obat.

0,679 0,000 Valid

10. Semua obat tradisional aman dikonsumsi kapan saja.

0,446 0,014 Valid 11. Dosis penggunaan obat tradisional

berdasarkan tingkat keparahan penyakit yang diderita.

0,143 0,450 Tidak Valid

12. Obat tradisional dapat dikonsumsi oleh semua golongan.

0,469 0,009 Valid 13. Jamu hanya tersedia dalam bentuk

minuman atau seduhan.

0,398 0,029 Valid 14. Obat tradisional diminum setengah sampai

satu jam sesudah makan.

0,473 0,008 Valid 15. Penggunaan obat tradisional dalam jangka

waktu panjang dapat menyebabkan kerusakan ginjal dan hati.

0,549 0,002 Valid

16. Efek obat tradisional terhadap tubuh terjadi secara cepat.

0,578 0,001 Valid 17. Obat tradisional harus disimpan pada suhu

kamar dan ditempat kering.

-0,065 0,734 Tidak Valid 18. Obat tradisional hanya dijual di toko obat

tradisional.

0,399 0,029 Valid 19. Khasiat obat tradisional sama dengan

khasiat obat kimia.

0,792 0,000 Valid 20. Obat tradisional harus disimpan dalam

wadah tertutup.


(59)

41

Tabel 2 menunjukkan bahwa dari jumlah 20 item soal, terdapat dua item soal dengan p-value > 0,05 sehingga disimpulkan bahwa item soal nomor 11 dan nomor 17 dinyatakan tidak valid, dan harus dikeluarkan. Sedangkan untuk item pernyataan dengan p-value < 0,05 dapat dinyatakan valid. Dari keseluruhan item soal, terdapat 18 item soal yang dinyatakan valid.

2. Hasil Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan pengujian yang menunjukkan sejauh mana stabilitas dan konsistensi dari alat pengukur yang digunakan, sehingga memberikan hasil yang relatif konsisten jika pengukuran tersebut diulangi. Hasil uji reliabilitas ditunjukkan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner

No. Item Soal Cronbach’s

Alpha Keterangan 1. Obat tradisional adalah ramuan bahan yang

berasal dari tumbuhan dan digunakan khusus untuk pengobatan.

0,840 Reliabel 2. Obat tradisional dapat dibeli tanpa resep

dokter. 0,835

Reliabel 3. Obat tradisional dikelompokkan menjadi 3

sediaan, yaitu jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka.

0,843 Reliabel 4. Jamu merupakan obat tradisional yang

khasiatnya berdasarkan warisan turun temurun. 0,837

Reliabel 5. Obat tradisional dapat diminum setiap hari. 0,848 Reliabel 6. Obat tradisional lebih diutamakan untuk

penyakit yang memerlukan pengobatan lama. 0,840

Reliabel 7. Obat tradisional tidak memiliki efek samping

yang merugikan. 0,833

Reliabel 8. Obat tradisional juga mengandung berbagai

senyawa kimia aktif. 0,832

Reliabel 9. Obat tradisional dapat diminum bersamaan

dengan obat kimia untuk meningkatkan efektivitas obat.

0,824 Reliabel 10. Semua obat tradisional aman dikonsumsi

kapan saja. 0,837


(60)

No. Item Soal Cronbach’s

Alpha Keterangan 11. Obat tradisional dapat dikonsumsi oleh semua

golongan. 0,838

Reliabel 12. Jamu hanya tersedia dalam bentuk minuman

atau seduhan. 0,843

Reliabel 13. Obat tradisional diminum setengah sampai satu

jam sesudah makan. 0,840

Reliabel 14. Penggunaan obat tradisional dalam jangka

waktu panjang dapat menyebabkan kerusakan ginjal dan hati.

0,832 Reliabel 15. Efek obat tradisional terhadap tubuh terjadi

secara cepat. 0,833

Reliabel 16. Obat tradisional hanya dijual di toko obat

tradisional. 0,843

Reliabel 17. Khasiat obat tradisional sama dengan khasiat

obat kimia. 0,825

Reliabel 18. Obat tradisional harus disimpan dalam wadah

tertutup. 0,824

Reliabel

Dari 18 item soal yang sudah dinyatakan valid dan dilakukan uji reliabilitas. Hasil uji reliabilitas menunjukkan nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,844. Menurut Ghozali (2011) hasil uji reliabilitas dianggap reliabel jika nilai Cronbach’s Alpha > 0,7. Berdasarkan pedoman tersebut maka dapat disimpulkan bahwa instrumen kuesioner yang digunakan dinyatakan reliabel.

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Karakteristik Responden

Penelitian ini mengikutsertakan sebagian masyarakat RW 005 Desa Sindurjan yang memenuhi kriteria inklusi dengan jumlah 250 responden yang terdiri dari warga RT 1, RT 2, RT 3, RT 4, dan RT 5. Dari 250 responden terdapat 79 responden dinyatakan drop out karena tidak mengisi kuesioner secara lengkap sehingga jumlah sampel pada penelitian


(61)

43

ini berjumlah 171 responden. Berdasarkan jawaban dari 171 responden diperoleh karakteristik responden yang diklasifikasikan berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, dan pekerjaan.

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Usia seseorang sangat mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang, semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang didapat semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuan (Notoatmodjo, 2012). Pembagian usia menurut Hurlock (2001), yaitu :

1) Dewasa awal : dimulai pada umur 18 tahun sampai umur 40 tahun, 2) Dewasa madya : dimulai pada umur 41 tahun sampai umur 60

tahun,

3) Dewasa lanjut : dimulai pada umur 60 tahun sampai kematian. Karakteristik responden berdasarkan usia ditunjukkan dalam Tabel 4. Tabel 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia di RW 005 Desa

Sindurjan, Purworejo

Usia Frekuensi Persentase (%)

20-40 tahun 70 40,9

41-60 tahun 71 41,5

>60 tahun 30 17,5

Jumlah 171 100

Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia antara 41-60 tahun, yaitu sebanyak 71 responden (41,5%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada usia 41-60 tahun biasanya penyakit yang diderita merupakan penyakit degeneratif sehingga cenderung melakukan pengobatan dengan obat tradisional.


(62)

Menurut penelitian Supardi dkk (2010) mengatakan bahwa sebagian besar masyarakat berusia antara 26-35 tahun (28,8%) berobat ke Puskesmas dan proporsi penduduk yang memilih berobat di rumah lebih banyak pada kelompok umur pra lansia atau lansia. Menurut WHO, lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas, pada tahap ini akan mengalami berbagai penurun daya tubuh dan tekanan psikologis.

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin ditunjukkan dalam Tabel 5.

Tabel 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di RW 005 Desa Sindurjan, Purworejo

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

Laki-laki 71 41,5

Perempuan 100 58,5

Jumlah 171 100

Tabel 5 menunjukkan sebagian besar responden adalah berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 100 responden (58,5%). Hasil penelitian ini sesuai dengan persentase distribusi penduduk di RW 005 Desa Sindurjan bahwa berdasarkan Badan Pusat Statistik proporsi terbesarnya adalah berjenis kelamin perempuan.

Menurut Supardi dkk (2010), karakteristik penduduk yang memilih pengobatan di rumah proporsi terbesar adalah berjenis kelamin perempuan. Begitu juga dengan penelitian Supardi dkk (2008) tentang


(63)

45

faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pasien berobat ke Puskesmas sebagian besar adalah perempuan (56,4%).

c. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Pendidikan adalah sebuah proses mengembangkan kemampuan dan usaha mendewasakan kepribadian melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Notoatmodjo, 2012). Tingkat pendidikan berperan dalam menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh.

Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir ditunjukkan dalam Tabel 6.

Tabel 6. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir di RW 005 Desa Sindurjan, Purworejo

Pendidikan

Terakhir Frekuensi Persentase (%)

SD 24 14

SMP 31 18,1

SMA 88 51,5

Sarjana 28 16,4

Jumlah 171 100

Tabel 6 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpendidikan terakhir SMA, yaitu sebanyak 88 responden (51,5%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa status pendidikan responden di RW 005 Desa Sindurjan masih tergolong rendah sehingga pengetahuan tentang obat tradisional kemungkinan masih kurang.

Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah orang tersebut menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi, maka seseorang akan semakin cenderung untuk mendapatkan informasi, baik


(64)

dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat mengenai obat tradisional (Notoatmodjo, 2012).

d. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Seseorang yang bekerja di sektor formal memiliki akses yang lebih baik, terhadap berbagai informasi, termasuk informasi mengenai obat tradisional (Notoatmodjo, 2012). Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan ditunjukkan dalam Tabel 7.

Tabel 7. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan di RW 005 Desa Sindurjan, Purworejo

Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)

PNS 16 9,4

Pegawai Swasta 14 8,2

Wirausaha 38 22,2

IRT 62 36,3

Lainnya (buruh dan pensiunan)

41 24

Jumlah 171 100

Tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian besar responden bekerja sebagai IRT, yaitu 62 responden (36,3%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu-ibu atau wanita banyak mendapatkan informasi tentang pengobatan tradisional yang dipengaruhi oleh faktor sosial dan lingkungan. Hasil penelitian Herlina (2001) menunjukkan bahwa variabel sikap dan pekerjaan berhubungan dengan pemilihan jenis pengobatan alternatif, yakni obat tradisional.


(65)

47

2. Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Obat Tradisional

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Dengan sendirinya, pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran yaitu telinga dan indra penglihatan yaitu mata (Notoatmodjo, 2012). Tingkat pengetahuan masyarakat RW 005 Desa Sindurjan, Kecamatan Purworejo, Kabupaten purworejo ditunjukkan pada Tabel 8 dan Tabel 9.

Tabel 8. Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Obat Tradisional di RW 005 Desa Sindurjan, Purworejo

Kategori Frekuensi Persentase (%)

Baik 5 2,9

Cukup 103 60,2

Kurang 63 36,8

Jumlah 171 100

Tabel 8 menunjukkan bahwa lebih dari 50% masyarakat memiliki pengetahuan tentang obat tradisional yang cukup sehingga program kesehatan seperti penyuluhan perlu ditingkatkan untuk memberikan informasi dan meningkatkan pengetahuan tentang obat tradisional agar masyarakat dapat memilih dan menggunakan obat tradisional secara tepat.

Tabel 9. Rata-rata Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Obat Tradisional di RW 005 Desa Sindurjan, Purworejo

Jumlah Minimum Maksimum Mean Modus Tingkat

Pengetahuan


(1)

seledri (Apium graveolens L.) memiliki aktivitas sebagai antimikroba, antihipertensi, antioksidan, antiketombe, antidepresan, antiinflamasi, dan penambah nafsu makan (Hariana, 2007).

b. Alasan penggunaan obat tradisional oleh masyarakat Desa Sindurjan ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Alasan Penggunaan Obat Tradisional yang Dilakukan Responden di

RW 005 Desa Sindurjan, Purworejo

No. Alasan Frekuensi Persentase (%)

1. Harganya lebih murah 21 12,3

2. Manjur 14 8,2

3. Mengurangi efek samping 51 29,8

4. Mudah didapat 76 44,4

5. Sudah terbiasa 9 5,3

Total 171 100

Hal penelitian ini didukung oleh keadaan lingkungan di RW 005 Desa Sindurjan dimana banyak ditemukan TOGA (Tanaman Obat Keluarga) yang kemudian dimanfaatkan oleh warga sekitar dan juga banyak ditemukan toko obat tradisional.

c. Sumber informasi mengenai obat tradisional yang diperoleh oleh masyarakat Desa Sindurjan ditunjukkan pada Tabel 4.

Tabel 4. Sumber Informasi Obat Tradisional yang Diperoleh oleh Responden di

RW 005 Desa Sindurjan, Purworejo

No. Alasan Frekuensi Persentase (%)

1. Keluarga 43 25,1

2. Media cetak atau elektronika

20 11,7

3. Pengalaman 65 38

4. Tenaga kesehatan 10 5,8

5. Tetangga atau teman 33 19,3

Total 171 100

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sumber pengetahuan masyarakat RW 005 Desa Sindurjan tentang obat tradisional berasal dari pengalaman


(2)

pribadi dan sudah dilakukan secara turun temurun. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat kurang mendapatkan informasi tentang obat tradisional. d. Cara masyarakat Desa Sindurjan mendapatkan obat tradisional ditunjukkan

pada Tabel 5.

Tabel 5. Cara Mendapatkan Obat Tradisional yang Dilakukan oleh Responden di

RW 005 Desa Sindurjan, Purworejo

No. Alasan Frekuensi Persentase (%)

1. Apotek 1 0,6

2. Meracik sendiri 61 35,7

3. Penjual jamu gendong 36 21,1

4. Toko OT 72 42,1

5. Warung 1 0,6

Total 171 100

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa toko obat tradisional masih menjadi pilihan masyarakat untuk memperoleh obat tradisional. Alasan ini umum terjadi, dikarenakan dari toko obat tradisional tersebut masyarakat dapat memperoleh obat tradisional yang terjamin mutu dan khasiatnya, mudah dijangkau, dan sudah menjadi kebiasaan masyarakat. Sedangkan apotek merupakan pilihan tempat yang hanya dilakukan ketika mengalami sakit tertentu saja.

e. Tujuan penggunaan obat tradisional oleh masyarakat Desa Sindurjan ditunjukkan pada Tabel 6.

Tabel 6. Tujuan Penggunaan Obat Tradisional yang Dilakukan oleh Responden

di RW 005 Desa Sindurjan, Purworejo

No. Alasan Frekuensi Persentase (%)

1. Mencegah penyakit 61 35,7

2. Menyembuhkan penyakit

menahun(kronis 6 3,5

3. Menyembuhkan penyakit

yg ringan 87 50,9

4. Perawatan tubuh 17 9,9


(3)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa untuk menyembuhkan penyakit menahun (kronis) dan penyakit yang parah masyarakat RW 005 Desa Sindurjan lebih memilih berobat ke dokter untuk mencegah efek samping atau bahaya yang dapat ditimbulkan jika melakukan pengobatan sendiri tanpa adanya resep dari dokter.

f. Bentuk sediaan obat tradisional yang digunakan oleh masyarakat Desa Sindurjan ditunjukkan pada Tabel 7.

Tabel 7. Bentuk Sediaan Obat Tradisional yang Digunakan oleh Responden di

RW 005 Desa Sindurjan, Purworejo

No. Alasan Frekuensi Persentase (%)

1. Cair 8 4,7

2. Kapsul 7 4,1

3. Rebusan 112 65,5

4. Serbuk 40 23,4

5. Tablet 4 2,3

Total 171 100

Hal ini didukung oleh keadaan lingkungan di RW 005 Desa Sindurjan dimana banyak ditemukan TOGA (Tanaman Obat Keluarga) yang kemudian di manfaatkan oleh warga sekitar.

g. Rata-rata lama penggunaan obat tradisional oleh masyarakat Desa Sindurjan ditunjukkan pada Tabel 8.

Tabel 8. Rata-Rata Lama Penggunaan Obat Tradisional oleh Responden di RW

005 Desa Sindurjan, Purworejo

No. Alasan Frekuensi Persentase (%)

1. 1 hari 8 4,7

2. 1 minggu 29 17

3. 2-3 hari 20 11,7

4. Sampai sembuh 100 58,5

5. Setiap hari 14 8,2

Total 171 100

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan obat oleh masyarakat RW 005 Desa Sindurjan hanya didasarkan pada pengalaman


(4)

sehingga tidak memiliki tolok ukur yang tepat bagaimana waktu dan frekuensi penggunaan obat tradisional.

h. Efek yang dirasakan dari penggunaan obat tradisional ditunjukkan pada Tabel 9.

Tabel 9. Efek Penggunaan Obat Tradisional yang Dirasakan oleh Responden di

RW 005 Desa Sindurjan, Purworejo

No. Alasan Frekuensi Persentase (%)

1. Sembuh 169 98,8

2. Tidak ada perbaikan 2 1,2

Total 171 100

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa obat tradisional dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan. Kesembuhan dari suatu penyakit dipengaruhi oleh ketepatan banyak faktor dalam pengobatan. Hasil dari mengkonsumsi tanaman obat tidak secepat obat kimia. Perlu tenggang waktu, komposisi, dan rutinitas seimbang dalam pemakaiannya.

i. Pengetahuan akan nama atau kandungan obat tradisional yang digunakan masyarakat Desa Sindurjan ditunjukkan pada Tabel 10.

Tabel 10. Pengetahuan akan Obat Tradisional yang Digunakan oleh Responden

di RW 005 Desa Sindurjan, Purworejo

No. Alasan Frekuensi Persentase (%)

1. Mengetahui 45 26,3

2. Tidak Mengetahui 126 43,8

Total 171 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat RW 005 Desa Sindurjan menggunakan obat tradisional hanya berdasarkan pengalaman tanpa mengetahui kandungan obat tradisional yang dikonsumsi dan kurangnya informasi yang didapatkan oleh masyarakat mengenai obat tradisional.


(5)

j. Efek samping yang dirasakan setelah menggunakan obat tradisional ditunjukkan pada Tabel 11.

Tabel 11. Efek Samping Obat Tradisional yang Dirasakan oleh Responden di

RW 005 Desa Sindurjan, Purworejo

No. Alasan Frekuensi Persentase (%)

1. Pusing 2 1,2

2. Tidak 169 98,8

Total 171 100.0

Kandungan senyawa yang terdapat dalam obat tradisional selain berkhasiat juga kemungkinan dapat menyebabkan efek samping yang dapat merugikan. Obat tradisional akan bermanfaat dan aman jika digunakan dengan tepat, baik takaran, waktu, dan cara penggunaan, pemilihan bahan serta penyesuaian dengan indikasi tertentu (Oktora, 2006).

KESIMPULAN

Tingkat pengetahuan masyarakat RW 005 Desa Sindurjan, Purworejo tentang obat tradisional adalah cukup (56%). Gambaran penggunaan obat tradisional di RW 005 Desa Sindurjan, yaitu masyarakat menggunakan obat tradisional karena mudah didapat (44%), sumber informasi yang didapat berdasarkan pengalaman (38%), obat tradisional digunakan untuk menyembuhkan penyakit ringan (50,9%), bentuk sediaan yang banyak digunakan adalah rebusan tanaman obat (65,5%), penggunaan obat tradisional adalah sampai sembuh (58,5%), obat tradisional yang dikonsumsi tidak memunculkan efek samping (98,8%), sebanyak 126 responden (73,7%) tidak mengetahui nama atau kandungan obat tradisional yang dikonsumsi, obat tradisional yang banyak digunakan adalah kencur (3,5%) dan temulawak (3,5%), dan sebanyak 169 responden (98,8%) merasakan efek sembuh setelah mengkonsumsi obat tradisional.


(6)

SARAN

1. Perlunya peningkatan program promosi kesehatan seperti penyuluhan tentang penggunaan obat tradisional mengingat masih besarnya peran obat tradisional dalam pengobatan sendiri.

2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat lebih mendalami penelitian tidak hanya di RW 005 tetapi seluruh Desa Sindurjan untuk memperkuat temuan ditempat penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, R., 2008, Uji Efek Sediaan Serbuk Instan Rimpang Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza) Sebagai Tonikum Terhadap Mencit Jantan, Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

Hariana, A.H., 2007, Tumbuhan obat dan khasiatnya, Jakarta: Penebar Swadaya. Hariyadi, S., 2001, Khasiat Tanaman TOGA untuk Pengobatan Alternatif, Jakarta:

Kalamedia.

Hedi, R.D., 2007, Pengembangan Obat Tradisional Indonesia Menjadi Fitofarmaka, Majalah Kedokteran Indonesia, Volum: 57.

Jhonhref, 2007, Tanaman Obat Asli Milik Masyarakat Bangsa dan Negara, http://jhonhref.wordpress.com/2007/07/017/tanaman-obat-milikmasyarakat-bangsa dan-negara.ri-2/98k, Diakses 13 Juni 2015.

Moeljanto, D.R., dan Mulyono, 2003, Khasiat Dan Manfaat Daun Sirih, Bandung: Agromedia Pustaka.

Notoatmodjo, S., 2012, Promosi kesehatan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.

Nugroho, I.A., 2010, Lokakarya Nasional Tumbuhan Obat Indonesia, Apforgen News.Letter Edisi 2 Tahun 2010. http:/// www. forplan.or.id. Diakses 3 Juni 2015.

Nursalam, 2008, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika.

Oktora, L., 2006, Pemanfaatan Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan Keamanan, Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol.III.


Dokumen yang terkait

Pengobatan Tradisional Sebagai Pengobatan Alternatif Harus Dilestarikan

0 48 6

FUNGSI SEMBUR SEBAGAI ALTERNATIF PENGOBATAN TRADISIONAL PADA MASYARAKAT KARO DI DESA SEI MUSAM KENDIT KECAMATAN BAHOROK KABUPATEN LANGKAT.

0 2 24

GAMBARAN PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL UNTUK PENGOBATAN SENDIRI PADA MASYARAKAT Gambaran Penggunaan Obat Tradisional Untuk Pengobatan Sendiri Pada Masyarakat Di Desa Jimus Polanharjo Klaten.

1 3 13

PENDAHULUAN Gambaran Penggunaan Obat Tradisional Untuk Pengobatan Sendiri Pada Masyarakat Di Desa Jimus Polanharjo Klaten.

2 6 7

GAMBARAN PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL UNTUK PENGOBATAN SENDIRI PADA MASYARAKAT Gambaran Penggunaan Obat Tradisional Untuk Pengobatan Sendiri Pada Masyarakat Di Desa Jimus Polanharjo Klaten.

0 1 15

PENDAHULUAN PENGELOLAAN SUPERVISI PEMBELAJARAN DI SLB MUHAMMADIYAH SINDURJAN PURWOREJO.

0 0 11

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGGUNAANANALGETIK PADA PENGOBATAN SENDIRI PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGGUNAAN ANALGETIK PADA PENGOBATAN SENDIRI BERDASARKAN SOSIODEMOGRAFI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN KARANGANOM KABUPATEN KLATEN.

0 1 15

Pola dan motivasi penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat desa Dieng Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah.

3 15 97

Kajian pengetahuan, sikap dan tindakan penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah.

8 19 105

Studi tentang tradisi bersih desa pada masyarakat Desa Rendeng Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo AWAL

0 0 18