BAB III ARAHAN STRATEGIS NASIONAL BIDANG CIPTA KARYA UNTUK KABUPATENKOTA - DOCRPIJM 1502272323BAB III

BAB III ARAHAN STRATEGIS NASIONAL BIDANG CIPTA KARYA UNTUK KABUPATEN/KOTA

3.1 Rencana Tata Ruang Wilayah Sebagai Arahan Spasial Rpi2 - Jm

  Rencana Tata Ruang Wilayah adalah hasil perencanaan tata ruang pada wilayah yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif.

  Fungsi Rencana Tata Ruang Wilayah :

  • Acuan Dalam Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD);
  • Acuan Dalam Pemanfaatan Ruang/ Pengembangan Wilayah;
  • Acuan Untuk Mewujudkan Keseimbangan Pembangunan Dalam Wilayah;
  • Acuan Lokasi I nvestasi Dalam Wilayah Yang Dilakukan Pemerintah, Masyarakat, Dan Swasta;
  • Acuan Dalam Administrasi Pertanahan Manfaat Rencana Tata Ruang Wilayah :
  • Mewujudkan Keterpaduan Pembangunan Dalam Wilayah;
  • Mewujudkan Keserasian Pembangunan Wilayah Dengan Wilayah Sekitarnya;
  • Menjamin Terwujudnya Tata Ruang Wilayah Yang Berkualitas Fakta belum fokusnya sasaran kewilayahan dan belum sinergisnya program pembangunan infrastruktur dari tiap sektor menjadi dasar dibutuhkannya suatu dokumen perencanaan yang cukup komprehensif untuk menjadi arahan pembangunan infrastruktur bagi sektor di suatu wilayah. Karena itu, Rencana Terpadu dan Program I nvestasi I nfrastruktur Jangka Menengah (RPI 2JM) yang

Bab I I I - 1 PEMERINTAH KABUPATEN MUNA

  merupakan rumusan kebutuhan infrastruktur prioritas pada suatu kawasan disusun.

  Hal ini bisa berupa rencana tata ruang maupun dokumen RPI 2JM. Fajar juga mengingatkan bahwa kedalaman koordinasi program pembangunan dalam pengembangan wilayah sangat tergantung pada skala kawasan yang ditinjau. “Karena itu RPI 2JM sebagai instrumen penajaman renstra ke dalam rencana tahunan harus ada pada tiap skala kewilayahan yang memiliki rencana spasial (RTR). RPI 2JM harus komprehensif dalam memberikan penajaman indikasi program RTR. “RPI 2JM jangan hanya berupa kompilasi program, karena RPI 2JM adalah arahan bagi sektor dalam menentukan programnya masing-masing.

  RPI 2JM juga harus dilengkapi dengan data kuantitatif jika diperlukan untuk dapat menjustifikasi infrastruktur apa yang krusial untuk dikembangkan di suatu wilayah. RPI 2JM ini dapat memberikan manfaat yang optimal dalam pengembangan wilayah, perlu ada penyamaan visi dan pemahaman dari berbagai sektor terkait mengenai RTR dan RPI 2JM suatu wilayah.

  Hal ini penting agar dokumen RPI 2JM dapat ditajamkan ke dalam program infrastruktur dengan tepat oleh masing-masing sektor. Diharapkan juga, dokumen RPI 2JM nantinya akan menjadi solusi jika ada masalah seperti program sektor belum tertuang dalam RTRW.

3.2. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional ( RTRWN)

3.2.1 Tinjauan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

  Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) merupakan pedoman untuk penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional; penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional; pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional; mewujudkan keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan

Bab I I I - 2 PEMERINTAH KABUPATEN MUNA

  perkembangan antarwilayah provinsi serta keserasian antarsektor; penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; penataan ruang kawasan strategis nasional; dan penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/ kota.

  Uraian berikut ini akan menjelaskan tentang kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah nasional dengan mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.

3.2.2 Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Nasional

  Penataan ruang wilayah nasional bertujuan untuk mewujudkan :

  a. ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan;

  b. keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;

  c. keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/ kota; d. keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi dalam kerangka Negara Kesatuan Republik

  I ndonesia;

  e. keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/ kota dalam rangka pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang; f. pemanfaatan sumberdaya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat; g. keseimbangan dan keserasian perkembangan antarwilayah;

  h. keseimbangan dan keserasian kegiatan antarsektor; dan i. pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional.

Bab I I I - 3 PEMERINTAH KABUPATEN MUNA

  penataan ruang wilayah nasional yang meliputi kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang dan pola ruang.

A. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang

  Kebijakan pengembangan struktur ruang meliputi: peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah yang merata dan berhierarki; serta peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi dan sumberdaya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah nasional. Strategi untuk peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah adalah sebagai berikut : 1. menjaga keterkaitan antarkawasan perkotaan, antara kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan, serta antara kawasan perkotaan dan wilayah di sekitarnya;

  2. mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang belum terlayani oleh pusat pertumbuhan; 3. mengendalikan perkembangan kota-kota pantai; dan 4. mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan lebih efektif dalam pengembangan wilayah di sekitarnya. Strategi untuk peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana adalah sebagai berikut : 1. meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan pelayanan transportasi darat, laut dan udara; 2. mendorong pengembangan prasarana telekomunikasi terutama di kawasan terisolasi; 3. meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energi terbarukan dan tak terbarukan secara optimal serta mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik;

Bab I I I - 4 PEMERINTAH KABUPATEN MUNA Untuk mewujudkan tujuan tersebut ditempuh kebijakan dan strategi

  4. meningkatkan kualitas jaringan prasarana serta mewujudkan keterpaduan sistem jaringan sumberdaya air; dan 5. meningkatkan jaringan transmisi dan distribusi minyak dan gas bumi, serta mewujudkan sistem jaringan pipa minyak dan gas bumi nasional yang optimal

B. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pola Ruang

  Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang meliputi kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung, kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budidaya dan kebijakan dan strategi pengembangan kawasan strategis nasional.

  1. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Lindung

  a) Kebijakan pengembangan kawasan lindung meliputi:

  • pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup; dan
  • pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup.

  b) Strategi untuk pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup meliputi :

  • menetapkan kawasan lindung di ruang darat, ruang laut dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi;
  • mewujudkan kawasan berfungsi lindung dalam satu wilayah pulau dengan luas paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas pulau tersebut sesuai dengan kondisi ekosistemnya; dan
  • mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun akibat pengembangan kegiatan budi daya, dalam rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem wilayah.

  c) Strategi untuk pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup meliputi:

Bab I I I - 5 PEMERINTAH KABUPATEN MUNA

  • menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup;
  • melindungi kemampuan lingkungan hidup dari tekanan perubahan dan/ atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya;
  • melindungi kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/ atau komponen lain yang dibuang ke dalamnya;
  • mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak langsung menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan;
  • mengendalikan pemanfaatan sumberdaya alam secara bijaksana untuk menjamin kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan;
  • mengelola sumberdaya alam tak terbarukan untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan sumberdaya alam yang terbarukan untuk menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya; dan
  • mengembangkan kegiatan budidaya yang mempunyai daya adaptasi bencana di kawasan rawan bencana.

  2. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya

  a) Kebijakan pengembangan kawasan budidaya meliputi:

  • perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan budidaya; dan
  • pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan.

Bab I I I - 6 PEMERINTAH KABUPATEN MUNA

  b) Strategi untuk perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antarkegiatan budidaya meliputi:

  • menetapkan kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis nasional untuk pemanfaatan sumberdaya alam di ruang darat, ruang laut dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi secara sinergis untuk mewujudkan keseimbangan pemanfaatan ruang wilayah;
  • mengembangkan kegiatan budidaya unggulan di dalam kawasan beserta prasarana secara sinergis dan berkelanjutan untuk mendorong pengembangan perekonomian kawasan dan wilayah sekitarnya;
  • mengembangkan kegiatan budidaya untuk menunjang aspek politik, pertahanan dan keamanan, sosial budaya serta ilmu pengetahuan dan teknologi;
  • mengembangkan dan melestarikan kawasan budidaya pertanian pangan untuk mewujudkan ketahanan pangan nasio
  • mengembangkan pulau-pulau kecil dengan pendekatan gugus pulau untuk meningkatkan daya saing dan mewujudkan skala ekonomi; dan
  • mengembangkan kegiatan pengelolaan sumber daya kelautan yang bernilai ekonomi tinggi di Alur Laut Kepulauan I ndonesia (ALKI ), Zona Ekonomi Ekslusif I ndonesia dan/ atau landas kontinen untuk meningkatkan perekonomian nasional.

  c) Strategi untuk pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan meliputi:

  • membatasi perkembangan kegiatan budi daya terbangun di kawasan rawan bencana untuk meminimalkan potensi kejadian bencana dan potensi kerugian akibat bencana;
  • mengembangkan perkotaan metropolitan dan kota besar dengan mengoptimalkan pemanfaaatan ruang secara vertikal dan kompak;
  • mengembangkan ruang terbuka hijau dengan luas paling sedikit 30%

  (tiga puluh persen) dari luas kawasan perkotaan; dan

Bab I I I - 7 PEMERINTAH KABUPATEN MUNA

  • membatasi perkembangan kawasan terbangun di kawasan perkotaan besar dan metropolitan untuk mempertahankan tingkat pelayanan prasarana dan sarana kawasan perkotaan serta mempertahankan fungsi kawasan perdesaan di sekitarnya; dan
  • mengembangkan kegiatan budidaya yang dapat mempertahankan keberadaan pulau-pulau kecil.

  3. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Strategis Nasional

  a) Kebijakan pengembangan kawasan strategis nasional meliputi:

  • pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi perlindungan kawasan, melestarikan keunikan bentang alam dan melestarikan warisan budaya nasional;
  • peningkatan fungsi kawasan untuk pert ahanan dan keamanan negara;
  • pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian nasional yang produktif, efisien dan mampu bersaing dalam perekonomian internasional;
  • pemanfaatan sumberdaya alam dan/ atau teknologi tinggi secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
  • pelestarian dan peningkatan sosial dan budaya bangsa;
  • pelestarian dan peningkatan nilai kawasan lindung yang ditetapkan sebagai warisan dunia, cagar biosfer dan ramsar; dan
  • pengembangan kawasan tertinggal untuk mengurangi kesenjangan tingkat perkembangan antarkawasan.

  b) Strategi untuk pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup meliputi:

  • menetapkan kawasan strategis nasional berfungsi lindung;
  • mencegah pemanfaatan ruang di kawasan strategis nasional yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan;

Bab I I I - 8 PEMERINTAH KABUPATEN MUNA

  • membatasi pemanfaatan ruang di sekitar kawasan strategis nasional yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan;
  • membatasi pengembangan prasarana dan sarana di dalam dan di sekitar kawasan strategis nasional yang dapat memicu perkembangan kegiatan budidaya;
  • mengembangkan kegiatan budidaya tidak terbangun di sekitar kawasan strategis nasional yang berfungsi sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan lindung dengan kawasan budidaya terbangun; dan
  • merehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun akibat dampak pemanfaatan ruang yang berkembang di dalam dan di sekitar kawasan strategis nasional.

  c) Strategi untuk peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara meliputi:

  • menetapkan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus pertahanan dan keamanan;
  • mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan strategis nasional untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan; dan
  • mengembangkan kawasan lindung dan/ atau kawasan budidaya tidak terbangun di sekitar kawasan strategis nasional sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan strategis nasional dengan kawasan budi daya terbangun.

  d) Strategi untuk pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian nasional meliputi:

   mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumber daya alam dan kegiatan budidaya unggulan sebagai penggerak utama pengembangan wilayah;

   menciptakan iklim investasi yang kondusif;

   mengelola pemanfaatan sumberdaya alam agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung kawasan;

Bab I I I - 9 PEMERINTAH KABUPATEN MUNA

   mengelola dampak negatif kegiatan budidaya agar tidak menurunkan kualitas lingkungan hidup dan efisiensi kawasan;

   melestarikan situs warisan budaya bangsa.

   memanfaatkan sumberdaya alam secara optimal dan berkelanjutan;

  h) Strategi untuk pengembangan kawasan tertinggal meliputi:

   melestarikan keberlanjutan lingkungan hidup.

   mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi; dan

   meningkatkan kepariwisataan nasional;

   melestarikan keaslian fisik serta mempertahankan keseimbangan ekosistemnya;

  g) Strategi untuk pelestarian dan peningkatan nilai kawasan yang ditetapkan sebagai warisan dunia meliputi:

   mengembangkan penerapan nilai budaya bangsa dalam kehidupan masyarakat; dan

   mengintensifkan promosi peluang investasi; dan

   meningkatkan kecintaan masyarakat akan nilai budaya yang mencerminkan jati diri bangsa yang berbudi luhur;

  f) Strategi untuk pelestarian dan peningkatan sosial dan budaya bangsa meliputi:

   mencegah dampak negatif pemanfaatan sumberdaya alam dan/ atau teknologi tinggi terhadap fungsi lingkungan hidup dan keselamatan masyarakat.

   meningkatkan keterkaitan kegiatan pemanfaatan sumberdaya dan/ atau teknologi tinggi dengan kegiatan penunjang dan/ atau turunannya; dan

   mengembangkan kegiatan penunjang dan/ atau kegiatan turunan dari pemanfaatan sumberdaya dan/ atau teknologi tinggi;

  e) Strategi untuk pemanfaatan sumberdaya alam dan/ atau teknologi tinggi secara optimal meliputi:

   meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi.

Bab I I I - 10 PEMERINTAH KABUPATEN MUNA

   membuka akses dan meningkatkan aksesibilitas antara kawasan tertinggal dan pusat pertumbuhan wilayah;

   mengembangkan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi masyarakat;

   meningkatkan akses masyarakat ke sumber pembiayaan; dan

   meningkatkan kualitas dan kapasitas sumberdaya manusia dalam pengelolaan kegiatan ekonomi.

3.2.3 Rencana Struktur Ruang Wilayah Nasional

A. Sistem Perkotaan Nasional

  Sistem perkotaan nasional terdiri atas PKN, PKW dan PKL. PKN, PKW dan PKL dapat berupa kawasan megapolitan, kawasan metropolitan, kawasan perkotaan besar, kawasan perkotaan sedang atau kawasan perkotaan kecil. Selain sistem perkotaan nasional tersebut juga dikembangkan PKSN untuk mendorong perkembangan kawasan perbatasan negara. Pusat Kegiatan Nasional (PKN) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/ kota. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten/ kota atau beberapa kecamatan. Sedangkan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) adalah kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasan negara. Kawasan megapolitan merupakan kawasan yang ditetapkan dengan kriteria memiliki 2 (dua) atau lebih kawasan metropolitan yang mempunyai hubungan fungsional dan membentuk sebuah sistem. Kawasan metropolitan merupakan kawasan perkotaan yang ditetapkan dengan criteria memiliki jumlah penduduk ≥ 1.000.000 jiwa, terdiri atas satu kawasan perkotaan inti dan beberapa kawasan perkotaan di sekitarnya yang membentuk satu kesatuan pusat perkotaan dan terdapat keterkaitan fungsi antarkawasan perkotaan dalam satu sistem metropolitan. Kawasan perkotaan

Bab I I I - 11 PEMERINTAH KABUPATEN MUNA

  besar merupakan kawasan perkotaan yang ditetapkan dengan kriteria jumlah penduduk > 500.000 jiwa. Kawasan perkotaan sedang merupakan kawasan perkotaan yang ditetapkan dengan kriteria jumlah penduduk > 100.000 - 500.000 jiwa. Kawasan perkotaan kecil merupakan kawasan perkotaan yang ditetapkan dengan kriteria jumlah penduduk > 50.000 - 100.000 jiwa.

B. Sistem Jaringan Transportasi Nasional

  Sistem jaringan transportasi nasional terdiri atas sistem jaringan transportasi darat, sistem jaringan transportasi laut dan sistem jaringan transportasi udara. Sistem jaringan transportasi darat terdiri atas jaringan jalan nasional, jaringan jalur kereta api dan jaringan transportasi sungai, danau dan penyeberangan. Sistem jaringan transportasi laut terdiri atas tatanan kepelabuhanan dan alur pelayaran. Sistem jaringan transportasi udara terdiri atas tatanan kebandarudaraan dan ruang udara untuk penerbangan. Jaringan jalan nasional terdiri atas jaringan jalan arteri primer, jaringan jalan kolektor primer, jaringan jalan strategis nasional dan jalan tol. Jaringan jalur kereta api terdiri atas jaringan jalur kereta api umum dan jaringan jalur kereta api khusus. Jaringan jalur kereta api umum terdiri atas jaringan jalur kereta api antarkota dan jaringan jalur kereta api perkotaan. Jaringan transportasi sungai dan danau terdiri atas pelabuhan sungai dan pelabuhan danau, alur pelayaran untuk kegiatan angkutan sungai dan alur pelayaran untuk kegiatan angkutan danau. Jaringan transportasi penyeberangan terdiri atas pelabuhan penyeberangan dan lintas penyeberangan. Pelabuhan penyeberangan terdiri atas pelabuhan penyeberangan lintas antarprovinsi dan antarnegara, pelabuhan penyeberangan lintas antarkabupaten/ kota dan pelabuhan penyeberangan lintas dalam kabupaten/ kota. Lintas penyeberangan terdiri atas lintas penyeberangan antarprovinsi yang menghubungkan antarjaringan jalan nasional dan antarjaringan jalur kereta api antarprovinsi, lintas penyeberangan antarnegara yang menghubungkan antarjaringan jalan pada kawasan perbatasan, lintas penyeberangan lintas kabupaten/ kota yang menghubungkan antarjaringan jalan provinsi dan jaringan jalur kereta api dalam provinsi dan

Bab I I I - 12 PEMERINTAH KABUPATEN MUNA

  lintas pelabuhan penyeberangan dalam kabupaten/ kota yang menghubungkan antarjaringan jalan kabupaten/ kota dan jaringan jalur kereta api dalam kabupaten/ kota. Lintas penyeberangan membentuk jaringan penyeberangan sabuk utara, sabuk tengah, sabuk selatan, dan penghubung sabuk dalam wilayah nasional. Tatanan kepelabuhanan terdiri atas pelabuhan umum dan pelabuhan khusus. Pelabuhan umum terdiri atas pelabuhan internasional hub, pelabuhan internasional, pelabuhan nasional, pelabuhan regional dan pelabuhan lokal. Pelabuhan khusus dikembangkan untuk menunjang pengembangan kegiatan atau fungsi tertentu. Pelabuhan khusus dapat dialihkan fungsinya menjadi pelabuhan umum dengan memperhatikan sistem transportasi laut. Alur pelayaran terdiri atas alur pelayaran internasional dan alur pelayaran nasional. Alur pelayaran internasional terdiri atas Alur Laut Kepulauan I ndonesia, jaringan pelayaran yang menghubungkan antarpelabuhan internasional hub dan pelabuhan internasional dan jaringan pelayaran yang menghubungkan antara pelabuhan internasional hub dan pelabuhan internasional dengan pelabuhan internasional di negara lain. Alur pelayaran nasional terdiri atas alur pelayaran yang menghubungkan pelabuhan nasional dengan pelabuhan internasional atau pelabuhan internasional hub, alur pelayaran yang menghubungkan antarpelabuhan nasional, alur pelayaran yang menghubungkan antara pelabuhan nasional dan pelabuhan regional dan alur pelayaran yang menghubungkan antarpelabuhan regional.

  Tatanan kebandarudaraan terdiri atas bandar udara umum dan bandar udara khusus. Bandar udara umum terdiri atas bandar udara pusat penyebaran skala pelayanan primer, bandar udara pusat penyebaran skala pelayanan sekunder, bandar udara pusat penyebaran skala pelayanan tersier dan bandar udara bukan pusat penyebaran.

  Bandar udara khusus dikembangkan untuk menunjang pengembangan kegiatan tertentu dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan di bidang kebandarudaraan. Ruang udara untuk penerbangan terdiri atas ruang udara di atas bandar udara yang dipergunakan langsung untuk kegiatan bandar udara, ruang udara di sekitar bandar udara yang dipergunakan untuk

Bab I I I - 13 PEMERINTAH KABUPATEN MUNA

  operasi penerbangan dan ruang udara yang ditetapkan sebagai jalur penerbangan. Ruang udara untuk penerbangan dimanfaatkan dengan mempertimbangkan pemanfaatan ruang udara bagi pertahanan dan keamanan negara.

  C. Sistem Jaringan Energi Nasional

  Sistem jaringan energi nasional terdiri atas jaringan pipa minyak dan gas bumi, pembangkit tenaga listrik dan jaringan transmisi tenaga listrik. Jaringan pipa minyak dan gas bumi dikembangkan untuk menyalurkan minyak dan gas bumi dari fasilitas produksi ke kilang pengolahan dan/ atau tempat penyimpanan atau menyalurkan minyak dan gas bumi dari kilang pengolahan atau tempat penyimpanan ke konsumen. Pembangkit tenaga listrik dikembangkan untuk memenuhi penyediaan tenaga listrik sesuai dengan kebutuhan yang mampu mendukung kegiatan perekonomian. Jaringan transmisi tenaga listrik dikembangkan untuk menyalurkan tenaga listrik antarsistem yang menggunakan kawat saluran udara, kabel bawah tanah atau kabel bawah laut.

  D. Sistem Jaringan Telekomunikasi Nasional

  Sistem jaringan telekomunikasi nasional terdiri atas jaringan terestrial dan jaringan satelit. Jaringan terestrial dikembangkan secara berkesinambungan untuk menyediakan pelayanan telekomunikasi di seluruh wilayah nasional. Jaringan satelit dikembangkan untuk melengkapi sistem jaringan telekomunikasi nasional melalui satelit komunikasi dan stasiun bumi.

  E. Sistem Jaringan Sumberdaya Air

  Sistem jaringan sumberdaya air merupakan sistem sumberdaya air pada setiap wilayah sungai dan cekungan air tanah. Wilayah sungai meliputi wilayah sungai lintas negara, wilayah sungai lintas provinsi dan wilayah sungai strategis nasional. Cekungan air tanah meliputi cekungan air tanah lintas Negara dan lintas provinsi.

Bab I I I - 14 PEMERINTAH KABUPATEN MUNA

3.2.4 Rencana Pola Ruang Wilayah Nasional

A. Kaw asan Lindung Nasional

  Kawasan lindung nasional terdiri atas: 1. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya; 2. kawasan perlindungan setempat; 3. kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya; 4. kawasan rawan bencana alam; 5. kawasan lindung geologi; dan 6. kawasan lindung lainnya.

  Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya terdiri atas kawasan hutan lindung, kawasan bergambut dan kawasan resapan air. Kawasan perlindungan setempat terdiri atas sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau/ waduk dan ruang terbuka hijau kota. Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya terdiri atas kawasan suaka alam, kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya, suaka margasatwa dan suaka margasatwa laut, cagar alam dan cagar alam laut, kawasan pantai berhutan bakau, taman nasional dan taman nasional laut, taman hutan raya, taman wisata alam dan taman wisata alam laut, kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan. Kawasan rawan bencana alam terdiri atas kawasan rawan tanah longsor, kawasan rawan gelombang pasang dan kawasan rawan banjir. Kawasan lindung geologi terdiri atas kawasan cagar alam geologi, kawasan rawan bencana alam geologi dan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah. Kawasan lindung lainnya terdiri atas cagar biosfer, ramsar, taman buru, kawasan perlindungan plasma nutfah, kawasan pengungsian satwa, terumbu karang dan kawasan koridor bagi jenis satwa atau biota laut yang dilindungi. Kawasan cagar alam geologi terdiri atas kawasan keunikan batuan dan fosil, kawasan keunikan bentang alam dan kawasan keunikan proses geologi. Kawasan rawan bencana alam geologi terdiri

Bab I I I - 15 PEMERINTAH KABUPATEN MUNA

  atas kawasan rawan letusan gunung berapi, kawasan rawan gempa bumi, kawasan rawan gerakan tanah, kawasan yang terletak di zona patahan aktif, kawasan rawan tsunami, kawasan rawan abrasi dan kawasan rawan bahaya gas beracun. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah terdiri atas kawasan imbuhan air tanah dan sempadan mata air.

  3.2.5 Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Nasional

  Pemanfaatan ruang wilayah nasional berpedoman pada rencana struktur ruang dan pola ruang. Pemanfaatan ruang wilayah nasional dilaksanakan melalui penyusunan dan pelaksanaan program pemanfaatan ruang beserta perkiraan pendanaannya. Perkiraan pendanaan program pemanfaatan ruang disusun sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Program pemanfaatan ruang disusun berdasarkan indikasi program utama lima tahunan. Pendanaan program pemanfaatan ruang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, investasi swasta dan/ atau kerjasama pendanaan. Kerjasama pendanaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

  3.2.6 Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Nasional

  Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang terdiri atas:

  a. indikasi arahan peraturan zonasi sistem nasional;

  b. arahan perizinan;

  c. arahan pemberian insentif dan disinsentif; dan d. arahan sanksi. I ndikasi arahan peraturan zonasi sistem nasional digunakan sebagai pedoman bagi pemerintah daerah kabupaten/ kota dalam menyusun peraturan zonasi.

  I ndikasi arahan peraturan zonasi sistem nasional meliputi indikasi arahan peraturan zonasi untuk struktur ruang dan pola ruang. I ndikasi arahan

Bab I I I - 16 PEMERINTAH KABUPATEN MUNA

  peraturan zonasi untuk sistem perkotaan nasional dan jaringan prasarana nasional disusun dengan memperhatikan : a. pemanfaatan ruang di sekitar jaringan prasarana nasional untuk mendukung berfungsinya sistem perkotaan nasional dan jaringan prasarana nasional;

  b. ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang yang menyebabkan gangguan terhadap berfungsinya sistem perkotaan nasional dan jaringan prasarana nasional; dan

  c. pembatasan intensitas pemanfaatan ruang agar tidak mengganggu fungsi sistem perkotaan nasional dan jaringan prasarana nasional.

  Peraturan zonasi untuk kawasan lindung dan kawasan budidaya disusun dengan memperhatikan: a. pemanfaatan ruang untuk kegiatan pendidikan dan penelitian tanpa mengubah bentang alam; b. ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang yang membahayakan keselamatan umum; c. pembatasan pemanfaatan ruang di sekitar kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan rawan bencana alam; dan d. pembatasan pemanfaatan ruang yang menurunkan kualitas fungsi lingkungan.

3.3 RTRW Kaw asan Strategis Nasional ( KSN) Kaw asan Budidaya yang Memiliki Nilai Strategis Nasional

  Kawasan budidaya terdiri atas: 1. kawasan peruntukan hutan produksi; 2. kawasan peruntukan hutan rakyat; 3. kawasan peruntukan pertanian; 4. kawasan peruntukan perikanan; 5. kawasan peruntukan pertambangan;

Bab I I I - 17 PEMERINTAH KABUPATEN MUNA

  6. kawasan peruntukan industri; 7. kawasan peruntukan pariwisata; 8. kawasan peruntukan permukiman; dan/ atau 9. kawasan peruntukan lainnya.

  Kawasan peruntukan hutan produksi terdiri atas kawasan peruntukan hutan produksi terbatas, kawasan peruntukan hutan produksi tetap dan kawasan peruntukan hutan produksi yang dapat dikonversi. Kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis nasional ditetapkan sebagai kawasan andalan. Nilai strategis nasional meliputi kemampuan kawasan untuk memacu pertumbuhan ekonomi kawasan dan wilayah di sekitarnya serta mendorong pemerataan perkembangan wilayah. Kawasan andalan terdiri atas kawasan andalan darat dan kawasan andalan laut. Kawasan andalan darat terdiri atas kawasan andalan berkembang dan kawasan andalan prospektif berkembang. Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan pertahanan dan keamanan, pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pendayagunaan sumberdaya alam dan/ atau teknologi tinggi dan/ atau fungsi dan daya dukung.

3.4 RTRW Pulau Sulaw esi

3.4.1 Tinjauan Rencana Tata Ruang Pulau Sulaw esi

  Kebijakan Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau Sulawesi mengacu pada Rancangan Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau Sulawesi pada edisi Oktober 2009. RTR Pulau Sulawesi yang telah disusun akan digunakan sebagai acuan dalam penataan ruang Pulau Sulawesi hingga 20 tahun kedepan. Uraian berikut ini akan menjelaskan tentang kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah dengan mengacu pada Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau Sulawesi, khususnya terkait dengan arahan pengembangan di Provinsi Sulawesi Tenggara.

Bab I I I - 18 PEMERINTAH KABUPATEN MUNA

3.4.2 Kebijakan Pengembangan RTR Pulau Sulaw esi

  Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau Sulawesi berperan sebagai alat untuk mensinergikan aspek-aspek yang menjadi kepentingan Nasional yang direncanakan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dengan aspek- aspek yang menjadi kepentingan daerah yang direncanakan dalam rencana tata ruang wilayah provinsi dan rencana tata ruang wilayah kabupaten/ kota. RTR Pulau Sulawesi berlaku sebagai acuan untuk :

  a. keterpaduan pemanfaatan ruang lintas wilayah provinsi, kabupaten dan kota di Pulau Sulawesi; b. penyusunan rencana tata ruang wilayah provinsi, kabupaten, kota dan kawasan; c. perumusan program pemanfaatan ruang yang dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, swasta dan masyarakat; dan d. pengendalian pemanfaatan ruang yang diselenggarakan di seluruh wilayah Pulau Sulawesi.

  RTR Pulau Sulawesi disusun berdasarkan kebijaksanaan berikut :

  a. Mengembangkan pusat pengembangan kawasan andalan laut dengan sektor unggulan perikanan dan pariwisata; b. mendorong pengembangan sentra pertanian tanaman pangan padi dan jagung pada kawasan andalan yang didukung dengan industri pengolahan untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional;

  c. mengembangkan jaringan prasarana sumberdaya air untuk meningkatkan luasan lahan pertanian tanaman pangan padi dan jagung; d. mempertahankan luasan dan mengendalikan alih fungsi lahan pertanian tanaman pangan padi dan jagung untuk ketahanan pangan; e. mengembangkan pusat pengembangan perkebunan kakao yang didukung dengan industri pengolahan; f. mengembangkan sentra pertambangan nikel, aspal serta minyak dan gas bumi yang didukung dengan industri pengolahan secara berkelanjutan;

Bab I I I - 19 PEMERINTAH KABUPATEN MUNA

  g. mengembangkan kawasan perkotaan sebagai pusat pengembangan pariwisata berbasis cagar budaya yang ditetapkan sebagai warisan dunia; h. mengembangkan kawasan perbatasan negara dengan pendekatan kesejahteraan, keamanan dan lingkungan hidup; i. mempertahankan eksistensi 14 (empat belas) pulau-pulau kecil terluar sebagai Titik Dasar Garis Pangkal Kepulauan I ndonesia; j. pengembangan jaringan transportasi yang terpadu untuk melayani kawasan perkotaan sebagai pusat pengembangan perikanan, pariwisata bahari nasional, pertanian tanaman pangan padi dan jagung, perkebunan kakao dan pertambangan aspal, nikel serta minyak dan gas bumi; k. pengembangan jaringan transportasi yang terpadu untuk mewujudkan keseimbangan perkembangan antarwilayah, membuka keterisolasian dan melayani pulau-pulau kecil; l. mengembangkan kawasan perkotaan nasional berbasis mitigasi bencana; m. memantapkan kawasan berfungsi lindung dan merevitalisasi kawasan berfungsi lindung yang terdegradasi; dan/ atau n. mengendalikan kegiatan budidaya yang berpotensi mengganggu kawasan berfungsi lindung.

  Strategi pemanfaatan ruang Pulau Sulawesi dalam RTR Pulau Sulawesi berisi : a. strategi operasionalisasi struktur ruang nasional yang terdiri atas strategi operasionalisasi sistem perkotaan nasional, sistem jaringan transportasi nasional, sistem jaringan energi nasional, sistem jaringan telekomunikasi nasional dan sistem sumberdaya air; dan b. strategi operasionalisasi pola ruang nasional yang mencakup perwujudan pelestarian kawasan lindung nasional, perwujudan pengembangan kawasan budidaya dan perwujudan pengembangan kawasan andalan.

  Strategi perwujudan rencana tata ruang dituangkan dalam indikasi program pembangunan. I ndikasi program pembangunan menurut prioritas penanganannya diklasifikasikan ke dalam indikasi program pembangunan

Bab I I I - 20 PEMERINTAH KABUPATEN MUNA

  prioritas tinggi, prioritas sedang dan prioritas rendah. I ndikasi program pembangunan prioritas tinggi dilaksanakan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun pertama. I ndikasi program pembangunan prioritas sedang dan prioritas rendah dapat dilaksanakan setelah jangka waktu 5 (lima) tahun pertama.

3.4.3 Rencana Struktur Ruang Pulau Sulaw esi

A. Strategi Operasionalisasi Sistem Perkotaan

  Strategi operasionalisasi perwujudan sistem perkotaan nasional di Pulau Sulawesi dilakukan dengan:

  a. mendorong pengembangan kawasan perkotaan nasional di kawasan pesisir sebagai pusat pengembangan perikanan dan pariwisata bahari nasional secara berkelanjutan, berbasis mitigasi dan adaptasi dampak pemanasan global; b. mendorong pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pengembangan pertanian tanaman pangan padi dan jagung serta perkebunan kakao;

  c. mendorong pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pengembangan pertambangan nikel, aspal serta minyak dan gas bumi dengan prinsip-prinsip berkelanjutan;

  d. mendorong pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pengembangan pariwisata berbasis cagar budaya; e. mengembangkan fasilitas Kota Tahuna dan Kota Melonguane sebagai Pintu

  Custom, I mmigration, Quarantine, Security),

  Pemeriksaan Lintas Batas ( simpul promosi dan pemasaran serta simpul transportasi kawasan perbatasan negara dengan Filipina, dengan prinsip berkelanjutan yang pengembangannya dikaitkan dengan Kawasan Perkotaan Manado Bitung; f. mengembangkan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pengembangan pulau-pulau kecil termasuk pulau-pulau kecil terluar dengan pendekatan gugus pulau;

  g. mengembangkan jaringan prasarana dan sarana perkotaan berbasis mitigasi bencana; dan

Bab I I I - 21 PEMERINTAH KABUPATEN MUNA

  h. mendorong pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai calon PKN, PKW dan PKSN.

  Strategi operasionalisasi perwujudan fungsi sistem perkotaan nasional khususnya terkait dengan arahan pengembangan di Provinsi Sulawesi Tenggara, dilakukan terhadap pengembangan :

  a. PKN Kawasan Perkotaan Manado – Bitung, Kendari, Kawasan Perkotaan

  • Sungguminasa – Takalar Maros (Mamminasata) dan – Makassar Gorontalo; serta PKW Tilamuta, Jeneponto, Watampone, Parepare, Luwuk, Bulukumba, Raha dan Baubau sebagai pusat perikanan dan/ atau pariwisata bahari nasional;

  b. PKN Kawasan Perkotaan Makassar – Sungguminasa – Takalar - Maros (Mamminasata) dan PKW I simu, Kuandang, Tilamuta, Bulukumba dan Raha sebagai pusat pertanian tanaman pangan jagung; c. PKN Palu serta PKW Poso, Palopo, Kolaka, Unaaha dan Lasolo sebagai pusat perkebunan kakao; d. PKN Kendari serta PKW Kolonodale dan Kolaka sebagai pusat pertambangan nikel; dan e. PKW Baubau sebagai pusat pertambangan aspal.

B. Strategi Operasionalisasi Sistem Jaringan Transportasi Pulau Sulaw esi

  Strategi operasionalisasi perwujudan sistem jaringan jalan nasional di Pulau Sulawesi dilakukan dengan :

  a. memantapkan fungsi jaringan jalan nasional untuk meningkatkan keterkaitan antarkawasan perkotaan nasional; b. mengembangkan jalan nasional untuk menghubungkan kawasan perkotaan nasional dengan pelabuhan internasional/ nasional dan bandar udara pusat penyebaran skala pelayanan primer/ sekunder/ tersier;

Bab I I I - 22 PEMERINTAH KABUPATEN MUNA

  c. mengendalikan alih fungsi lahan pertanian tanaman pangan padi dan jagung, kawasan lindung di sepanjang jaringan jalan dan menghindari kawasan rawan bencana alam geologi;

  d. mengembangkan jalan nasional yang terpadu dengan jaringan transportasi lainnya (jalur kereta api, jaringan transportasi penyeberangan, pelabuhan dan bandara) untuk mendorong perekonomian, membuka keterisolasian wilayah dan aksesibilitas di/ menuju pulau-pulau kecil; dan/ atau e. mengembangkan jaringan jalan nasional untuk mendukung fungsi kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pengembangan perikanan pariwisata bahari nasional, pertanian pangan tanaman padi dan jagung dan perkebunan kakao, pertambangan aspal, nikel, minyak dan gas bumi serta pariwisata berbasis cagar budaya.

  Strategi operasionalisasi perwujudan jaringan jalan nasional antara lain dilakukan terhadap pengembangan: a. jaringan jalan lintas barat Pulau Sulawesi untuk meningkatkan keterkaitan antarkawasan perkotaan nasional di Bagian Barat Pulau Sulawesi dan mendorong perekonomian di Pulau Sulawesi;

  b. jaringan jalan lintas tengah Pulau Sulawesi yang menghubungkan kota Makassar – Sungguminasa - Takalar – Jeneponto – Bulukumba – Tanete - Watampone – Sengkang - Tarumpakae – Palopo – Tarengge – Kolaka – Tinanggea – Kendari untuk meningkatkan keterkaitan antarkawasan perkotaan nasional di Bagian Tengah Pulau Sulawesi; c. jaringan jalan lintas timur Pulau Sulawesi yang menghubungkan kota Kendari – Lasolo – Malore – Bahodopi – Bungku - Kolonodale – Baturube – Luwuk – Balingara

  • – Ampana – Tagulu - Poso – Toboli – Molosipat - Marisa – Tilamuta – I simu
  • – – Gorontalo Molibagu Bitung untuk meningkatkan keterkaitan – antarkawasan perkotaan nasional di Bagian Timur Pulau Sulawesi; d. pengembangan jaringan jalan pengumpan yang menghubungkan jaringan jalan lintas barat, lintas timur dan lintas tengah Pulau Sulawesi, yang menghubungkan kota Manado – Likupang – Bitung, Tumpaan – Tomohon – Manado, Kairagi – Airmadidi – Kauditan, Tomohon – Tondano – Belang,

Bab I I I - 23 PEMERINTAH KABUPATEN MUNA

  Worocitan – Modayag – Kotamobagu – Molibagu, Molingkaputo – I simu, Tolango - Paguyaman, Toboli – Tawaeli, Tagolu – Tentena Taripa – Tidantana – Tarengge, Taripa – Tomata – Tompira, Barru – Unaaha – Kendari, Tasiu – Dimkang – Sabang, Pare-Pare – Enrekang – Makale – Palopo, Parepare – Pangkajene – Tarumpakae dan Maros – Watampone untuk meningkatkan keterkaitan pengembangan kawasan perkotaan di Bagian Timur, Tengah dan Barat Pulau Sulawesi;

  e. mengembangkan jaringan arteri primer yang menghubungkan Kawasan Perkotaan Manado - Bitung dengan Pelabuhan Bitung dan Bandar Udara Sam Ratulangi, Kota Melonguane dengan Bandar Udara Melongane, Kota Gorontalo dengan Pelabuhan Gorontalo dan Bandar Udara Djalaludin, Kota Palu dengan Pelabuhan Pantoloan dan Bandar Udara Mutiara, Kota Donggala dengan Pelabuhan Donggala, Kota Toli-Toli dengan Pelabuhan Toli-Toli, Kota Luwuk dengan Bandar Udara Bubung, Kota Mamuju dengan Bandar Udara Tampa Padang dan Pelabuhan Belang-Belang, Kota Kendari dengan Bandar Udara Haluoleo, Kawasan Perkotaan Maminasata dengan Pelabuhan Makassar dan Bandar Udara Sultan Hasanuddin serta Kota Pare- Pare dengan Pelabuhan Pare-Pare;

  f. mengembangkan jaringan jalan lintas barat, timur dan tengah yang terintegrasi antara lain dengan : 1) jaringan jalur kereta api lintas Barat Pulau Sulawesi Bagian Utara, lintas

  Barat Pulau Sulawesi Bagian Barat dan Lintas Barat Pulau Sulawesi Bagian Selatan;

  2) lintas penyeberangan sabuk utara, sabuk tengah, sabuk selatan dan penghubung sabuk; 3) pelabuhan internasional dan pelabuhan nasional; dan/ atau 4) bandar udara pusat penyebaran skala pelayanan primer Sam Ratulangi dan Sultan Hasanuddin, bandar udara pusat penyebaran skala pelayanan sekunder Djalaludin, Haluoleo dan Mutiara serta bandar udara pusat penyebaran skala pelayanan tersier Tampa Padang, Melonguane dan Bubung.

Bab I I I - 24 PEMERINTAH KABUPATEN MUNA

  g. mengembangkan jaringan jalan di Pulau Karakelang (Melonguane – Beo – Esang), Pulau Sangir Besar (Tamako – Tahuna – Naha – Enemawira - Tahuna), Pulau Muna (Tampo – Raha - Wara) dan Pulau Buton (Labuan – Tadanga - Baubau) untuk membuka keterisolasian wilayah.

  Strategi operasionalisasi perwujudan jaringan jalur kereta api di Pulau Sulawesi dilakukan dengan :

  a. mengembangkan jalur kereta api antarkota untuk meningkatkan keterkaitan antarkawasan perkotaan sebagai simpul koleksi dan distribusi produk unggulan dari pengembangan kawasan andalan;

  b. mengembangkan jalur kereta api antarkota yang terpadu dengan jaringan transportasi lainnya (jalan nasional, jaringan transportasi penyeberangan, pelabuhan dan bandara) untuk menunjang kegiatan ekspor-impor, membuka keterisolasian wilayah, keterkaitan antarwilayah dan aksesibilitas menuju pulau-pulau kecil;

  c. mengembangkan jalur kereta api antarkota untuk mendukung fungsi kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pengembangan perikanan, pariwisata bahari nasional, pertanian pangan tanaman padi dan jagung, perkebunan kakao, pertambangan aspal, nikel, minyak dan gas bumi dan pariwisata berbasis cagar budaya;

  d. mengembangkan jalur kereta api perkotaan untuk menghubungkan kawasan perkotaan nasional dengan pelabuhan internasional/ nasional dan bandar udara pusat penyebaran skala pelayanan primer/ sekunder/ tersier; dan e. mengendalikan pembangunan jalur kereta api antarkota dan perkotaan yang dapat mengakibatkan alih fungsi lahan pertanian tanaman pangan padi dan jagung untuk ketahanan pangan serta kawasan lindung, serta menghindari kawasan rawan bencana alam geologi.

Bab I I I - 25 PEMERINTAH KABUPATEN MUNA

  Strategi operasionalisasi perwujudan jaringan jalur kereta api antara lain dilakukan terhadap pengembangan: a. jaringan jalur kereta api Lintas Barat Pulau Sulawesi Bagian Utara;