BAB III – ARAHAN STRATEGIS NASIONAL BIDANG CIPTA KARYA - DOCRPIJM 867365abe0 BAB IIIBAB III ARAHAN STRATEGIS NAS. BIDANG CK

BAB III – ARAHAN STRATEGIS NASIONAL BIDANG CIPTA KARYA Pembangunan bidang Cipta Karya harus memperhatikan arahan struktur dan

  pola ruang yang tertuang dalam RTRW, selain untuk mewujudkan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan juga dapat mewujudkan tujuan dari penyelenggaraan penataan ruang yaitu keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan, keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia, serta pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

  III.1. ARAHAN RTRW NASIONAL

  III.1.1. Tujuan Penataan Ruang Nasional

  Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) disusun melalui Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN).

  Penataan ruang wilayah nasional bertujuan untuk mewujudkan :

  1. Ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan ;

  2. Keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan ;

  3. Keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten / kota ;

  4. Keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan, ruang udara termasuk ruang di dalam bumi dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia ;

  5. Keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota dalam rangka perlindungan fungsi ruang dan penceghan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang ;

  6. Pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat ;

  7. Keseimbangan dan keserasian perkembangan antar wilayah ;

  8. Keseimbangan dan keserasian kegiatan antar sektor ; 9. Pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional.

  6. Penataan ruang kawasan strategis nasional ; 7. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.

  2. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional ;

  5. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi ;

  4. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan perkembangan antar wilayah provinsi, serta keserasian antar sektor ;

  3. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional ;

  RTRWN ini menjadi pedoman untuk :

  1. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional ;

III.1.2. Kebijakan Penataan Ruang Nasional

  Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Nasional, meliputi kebijakan pengembangan struktur ruang dan pola ruang.

  1. Kebijakan pengembangan struktur ruang meliputi :

  • • Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi

  wilayah yang merata dan berhirarki, dengan strategi :

  • Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumber daya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah nasional

  2. Kebijakan pengembangan pola ruang meliputi :

  a. Kebijakan pengembangan kawasan lindung

  • Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup
  • Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat

  menimbulkan kerusakan lingkungan hidup

  b. Kebijakan pengembangan kawasan budi daya

  • Perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan budi
  • Pengendalian perkembangan kegiatan budi daya agar tidak melampaui

  daya dukung dan daya tampung lingkungan

  c. Kebijakan pengembangan kawasan strategis nasional

  • pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan keanekaragaman hayati, mempertahankan dan
meningkatkan fungsi perlindungan kawasan, melestarikan keunikan bentang alam, dan melestarikan warisan budaya nasional;

  • peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan neg
  • pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam

  pengembangan perekonomian nasional yang produktif, efisien, dan mampu bersaing dalam perekonomian internasional;

  • pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi secara

  optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat;

  • pelestarian dan peningkatan sosial dan budaya ban
  • pelestarian dan peningkatan nilai kawasan lindung yang ditetapkan

  sebagai warisan dunia, cagar biosfer, dan ramsar; dan

  • pengembangan kawasan tertinggal untuk mengurangi kesenjangan tingkat perkembangan antarkawasan.

III.1.3. Rencana Struktur Ruang Wilayah Nasional

  Dalam rangka penyusunan RPI2-JM, terdapat keterkaitan dalam rangka usaha untuk meningkatkan keterpaduan perencanaan dan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya di Kabupaten/Kota yang berada di entitas regional berdasarkan rencana struktur ruang wilayah.

  a. sistem perkotaan nasional ;

  b. sistem jaringan transportasi nasional ;

  c. sistem jaringan energi nasional ;

  d. sistem jaringan telekomunikasi nasional ; dan e. sistem jaringan sumber daya air.

  Dalam Sistem Perkotaan Nasional, terdiri atas PKN (Pusat Kegiatan Nasional), PKW (Pusat Kegiatan Wilayah), dan PKL (Pusat Kegiatan Lingkungan). Penentuan PKN, PKW, dan PKL dapat berupa kawasan megapolitan, kawasan metropolitan, kawasan perkotaan besar, kawasan perkotaan sedang atau kawasan perkotaan kecil. Dimana untuk PKN dan PKW ditetapkan dalam RTRWN, sedangkan PKL ditetapkan pada RTRW Propinsi.

  Adapun kriteria penetapan PKN, PKW, dan PKL yaitu :

  a. PKN (Pusat Kegiatan Nasional) :  kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional;

  Rencana struktur ruang wilayah nasional terdiri dari :

   kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi; dan/atau  kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.

  b. PKW (Pusat Kegiatan Wilayah) :  kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN ;  kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten ; dan/atau  kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.

  c. PKL (Pusat Kegiatan Lingkungan) :  kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan ; dan/atau  kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan.

  Selain penetapan Sistem Perkotaan Nasional, juga dikembangkan (Pusat Kegiatan Strategis Nasional) PKSN untuk mendorong perkembangan kawasan perbatasan Negara yang ditetapkan dengan kriteria : a. pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara tetangga ; b. pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga ; c. pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya ; dan/atau d. pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.

  Penetapan PKN, PKW, dan PKSN sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran II Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008, untuk wilayah propinsi Jawa Timur sebagaimana tabel di bawah ini.

  • Sumber : Lampiran II – Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008

  

Sumenep (II/C/1)

  a. Pertahanan dan keamanan :  diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan negara berdasarkan geostrategi nasional;  diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi,

  Kriteria penetapan Kawasan Strategis Nasional yaitu :

  d. pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi; e. fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

  c. sosial dan budaya;

  b. pertumbuhan ekonomi;

  Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan : a. pertahanan dan keamanan;

  C/1 : Pengembangan / Peningkatan fungsi C/2 : Pengembangan Baru C/3 : Revitalisasi Kota-kota yang telah berfungsi D : Pengendalian Kota – Kota Berbasis Mitigasi Bencana D/1 : Rehabilitasi kota akibat bencana alam D/2 : Pengendalian perkembangan kota – kota berbasis mitigasi bencana

  A/2 : Pengembangan Baru A/3 : Revitalisasi Kota-kota yang telah berfungsi B : Mendorong Pengembangan kota – kota Sentra Produksi yang berbasis Otonomi Daerah C : Revitalisasi dan percepatan pengembangan kota – kota pusat pertumbuhan nasional

  Keterangan : I – IV : Tahapan Pengembangan A : Percepatan pengembangan kota – kota utama kawasan perbatasan A/1 : Pengembangan / Peningkatan fungsi

  

Sampang (II/C/1)

  Tabel III. 1 Penetapan Sistem Perkotaan Nasional untuk Provinsi Jawa Timur PROVINSI PKN PKW PKSN Jawa Timur  Kawasan Perkotaan Gerbangkertosusila (I/C/3)  Malang (I/C/1)

  

Banyuwangi (II/C/1)

  

Jombang (II/C/1)

  

Madiun (II/C/1)

  

Situbondo (II/C/1)

  

Kediri (I/C/1)

  

Tulung Agung (II/C/1)

  

Tuban (I/C/1)

  

Pasuruan (I/C/1)

  

Probolinggo (II/C/1)

III.1.4. Kawasan Strategis Nasional (KSN)

  daerah uji coba system persenjataan, dan/atau kawasan industri sistem pertahanan; atau  merupakan wilayah kedaulatan negara termasuk pulau-pulau kecil terluar yang berbatasan langsung dengan Negara tetangga dan/atau laut lepas.

  b. Pertumbuhan ekonomi :  memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh;  memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional;  memiliki potensi ekspor;  didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi;  memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi;  berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional;  berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi nasional; atau  ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.

  c. Sosial dan budaya :  merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya nasional;  merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya serta jati diri bangsa;  merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan dilestarikan;  merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional;  memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya; atau  memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala nasional.

  d. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi :  diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis nasional, pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir;  memiliki sumber daya alam strategis nasional;  berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa;  berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir; atau  berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.

  e. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup :  merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati;

   merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan;  memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian negara;  memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro;

  Adapun Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN) dalam Lampiran X - Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 sebagaimana tabel di bawah ini.

  Tabel III. 2 Penetapan Kawasan Strategis Nasional untuk Provinsi Jawa Timur

NO KAWASAN STRATEGIS NASIONAL (KSN) KETERANGAN KOTA/KABUPATEN

  1 Kawasan Perkotaan Gresik – Bangkalan – I/A/1 Kab. Gresik,

   Mojokerto – Surabaya – Sidoarjo – Kab. Bangkalan,

   Lamongan (Gerbangkertosusila) Kota Mojokerto,

   Kota Surabaya,

   Kab. Sidoarjo,

   Kab. Lamongan 

  2 Kawasan Stasiun Pengamat Dirgantara I/D/2 Kab. Pasuruan Watukosek Sumber : Lampiran X – Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008

  Keterangan : I – IV : Tahapan Pengembangan A : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional Dengan Sudut Kepentingan Ekonomi

  A/1 : Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan A/2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan B : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional Dengan Sudut Kepentingan Lingkungan Hidup

  B/1 : Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan B/2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan C : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional Dengan Sudut Kepentingan Sosial Budaya

  C/1 : Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan C/2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan D : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional Dengan Sudut

Kepentingan Pendayagunaan Sumberdaya alam dan Teknologi Tinggi

  D/1 : Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan D/2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan E : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan strategis nasional dengan Sudut Kepentingan Pertahanan dan Keamanan

  E/1 : Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan E/2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan

III.2. ARAHAN RTRW PULAU

  Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau/Kepulauan merupakan rencana rinci dari Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) berisi tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang, rencana struktur dan pola ruang, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang, strategi operasionalisasi perwujudan struktur dan pola ruang, serta indikasi program jangka menengah lima tahun.

  Arahan pemanfaatan ruang Pulau/Kepulauan dan KSN merupakan acuan dalam mewujudkan struktur ruang dan pola ruang (yang memuat rincian indikasi program utama, indikasi sumber pendanaan, indikasi instansi pelaksana, dan indikasi waktu pelaksanaan), sehinga untuk operasionalisasinya perlu disusun RPI2-JM.

  Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau/Kepulauan disusun untuk melaksanakan ketentuan Pasal 21 ayat (1)Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang PenataanRuang dan ketentuan Pasal 123 ayat (4) PeraturanPemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Dalam aturan persebut RTR Pulau/Kepulauan dan KSN disusun sebagai perangkat operasional dan merupakan rencana rinci untuk RTRWN.

  Hingga saat ini RTRW Pulau yang telah ditetapkan adalah :

  a. Perpres No. 88 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Sulawesi ;

  b. Perpres No. 3 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Kalimantan ;

  c. Perpres No. 13 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera ; d. Perpres No. 28 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Jawa-Bali.

III.2.1. Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Pulau Jawa Bali

  Kebijakan dan strategi penataan ruang dalam Rencana Tata Ruang Pulau Jawa-Bali sebagaimana termuat dalam Peraturan Presiden No. 28 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Jawa-Bali dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

  Tabel III. 3 Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Pulau Jawa Bali TUJUAN KEBIJAKAN STRATEGI

  • Lumbung Pemertahanan lahan mempertahankan luas lahan pertanian pangan pangan utama pertanian untuk tanaman berkelanjutan dengan dengendalikan kegiatan budi daya nasional pangan, termasuk lahan lainnya
  • pertanian pangan mengendalikan alih fungsi peruntukan lahan pertanian berkelanjutan untuk tanaman pangan; dan
  • mengendalikan perkembangan fisik kawasan perkotaan nasional untuk menjaga keutuhan lahan pertanian tanaman pangan
  • Pengembangan dan mengembangkan dan memelihara bendungan beserta pemertahanan jaringan waduknya untuk mempertahankan daya tampung air prasarana sumber daya yang menjamin penyediaan air baku bagi kegiatan air untuk meningkatkan pertanian tanaman pangan
  • luasan lahan pertanian memelihara dan meningkatkan jaringan irigasi teknis untuk pada daerah irigasi (DI) untuk meningkatkan luasan tanaman pangan lahan pertanian tanaman pangan.

TUJUAN KEBIJAKAN STRATEGI

  Pengembangan sentra pertanian tanaman pangan melaluipeningkatan fungsi industri pengolahan dan industri jasa hasil pertanian tanaman pangan untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional.

  • mengembangkan sentra pertanian tanaman pangan untuk ketahanan pangan nasional
  • mengembangkan kawasan perkotaan nasional melalui peningkatan fungsi industri pengolahan dan industri jasa hasil pertanian tanaman pangan
  • mengembangkan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat penelitian dan pengembangan pertanian tanaman pangan.
  • mengendalikan perkembangan kawasan permukiman,
  • mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan nasional yang berdekatan dengan kawasan lindung.
  • menetapkan zona-zona rawan bencana beserta ketentuan mengenai standar bangunan gedung yang sesuai dengan karakteristik, jenis, dan ancaman bencana di kawasan perkotaan nasional
  • mengendalikan perkembangan kawasan budi daya terbangun di kawasan perkotaan nasional yang berpotensi terjadinya bencana
  • mengembangkan prasarana dan sarana perkotaan yang berfungsi sebagai lokasi dan jalur evakuasi bencana
  • membangun sarana pemantauan bencana

  Kawasan perkotaan nasional yang kompak berbasis mitigasi dan adaptasi bencana Pengendalian perkembangan kawasan perkotaan nasional yang menjalar (urban sprawl)

  perdagangan, jasa, dan/atau industri di kawasan perkotaan nasional sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup

  Pengendalian perkembangan kawasan perkotaan nasional di kawasan rawan bencana.

  Pusat industri yang berdaya saing dan ramah lingkungan Rehabilitasi dan peningkatan fungsi kawasan industri untuk meningkatkan daya saing kawasan dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup

  • mengembangkan dan/atau meningkatkan kualitas prasarana dan sarana penunjang kegiatan industri
  • meningkatkan penataan lokasi kegiatan industri di dalam kawasan industri; dan
  • mengembangkan dan/atau meningkatkan kegiatan industri yang benilai tambah tinggi dengan penggunaan teknologi tinggi dan ramah lingkungan pengembangan kawasan untuk kegiatan industri kreatif yang berdaya saing dan ramah lingkungan di kawasan perkotaan nasional
  • mengembangkan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat kegiatan industri kreatif; dan
  • mengembangkan prasarana dan sarana penunjang kegiatan industri kreatif peningkatan keterkaitan ekonomi antarpusat industri memantapkan jaringan jalan nasional, jaringan jalur kereta api nasional, pelabuhan, dan/atau bandar udara

  Pemanfaatan potensi sumber daya mineral, minyak dan gas bumi, serta panas bumi secara berkelanjutan pengembangan sentra pertambangan mineral, minyak dan gas bumi, serta panas bumi secara terkendali dengan memperhatikan kelestarian sumber daya alam dan meminimalkan dampak negative terhadap lingkungan hidup

  • mengembangkan kawasan peruntukan pertambangan mineral, minyak dan gas bumi, serta panas bumi yang ramah lingkungan dan berbasis mitigasi dan adaptasi bencana;
  • mengendalikan perkembangan kawasan peruntukan pertambangan mineral, minyak dan gas bumi, serta panas bumi yang berpotensi merusak fungsi kawasan lindung dan mengubah bentang alam; dan
  • mengendalikan perkembangan kawasan peruntukan

  pertambangan mineral, minyak dan gas bumi pada kawasan peruntukan permukiman pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil pertambangan minyak dan gas bumi yang ramah lingkungan

  • mengembangkan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat industri pengolahan pertambangan minyak dan gas bumi melalui
  • peningkatan fungsi industri pengolahan hasil pertambangan minyak dan gas bumi yang didukung oleh pengelolaan limbah industri terpadu
  • memantapkan aksesibilitas antara kawasan perkotaan nasional dan sentra pertambangan

  TUJUAN KEBIJAKAN STRATEGI Pemanfaatan potensi perikanan, perkebunan, dan kehutanan secara berkelanjutan pengembangan sentra perikanan dengan memperhatikan potensi lestari yang didukung peningkatan fungsi industri pengolahan dan industri jasa hasil perikanan

  • mengembangkan sentra perikanan tangkap dan perikanan budi daya yang ramah lingkungan
  • merehabilitasi kawasan peruntukan perikanan budi daya untuk menjaga ekosistem sekitarnya;
  • mengembangkan kawasan minapolitan berbasis

    masyarakat

  • mengembangkan kawasan perkotaan nasional melalui peningkatan fungsi industri pengolahan dan industri jasa hasil perikanan yang ramah lingkungan peningkatan sentra perkebunan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan yang didukung peningkatan fungsi industry pengolahan dan industri jasa hasil perkebunan
  • mengembangkan sentra perkebunan berbasis bisnis yang didukung prasarana dan sarana dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;
  • merehabilitasi kawasan peruntukan pertanian untuk kegiatan perkebunan yang terdegradasi; dan
  • mengembangkan kawasan perkotaan nasional melalui peningkatan fungsi industri pengolahan dan industri jasa hasil perkebunan yang bernilai tambah tinggi dan ramah lingkungan pengembangan potensi kehutanan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan yang didukung peningkatan fungsi industri pengolahan dan industri jasa hasil hutan
  • merehabilitasi kawasan peruntukan hutan yang

    terdegradasi;

  • mengembangkan sentra kehutanan pada kawasan andalan dengan memperhatikan daya dukung dan daya tamping lingkungan hidup; dan
  • mengembangkan kawasan perkotaan nasional melalui peningkatan fungsi industri pengolahan dan industri jasa hasil hutan yang bernilai tambah tinggi dan ramah lingkungan

  Pusat perdagangan dan jasa yang berskala internasional peningkatan fungsi dan pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat perdagangan dan jasa yang berskala internasional sesuai dengan daya dukung dan daya tamping lingkungan hidup

  • mengembangkan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat perdagangan dan jasa yang berskala internasional
  • mengembangkan dan memantapkan prasarana dan sarana untuk meningkatkan keterkaitan antarpusat perdagangan dan jasa yang berskala internasional sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup

  Pusat pariwisata berdaya saing internasional berbasis cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari, ekowisata, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran (Meeting, Incentive, Convention andExhibition/M

  • merehabilitasi kawasan peruntukan pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari, ekowisata, serta mengembangkan penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran
  • mengembangkan dan memantapkan prasarana dan sarana pendukung kegiatan pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari, ekowisata, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari, ekowisata, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran
  • mengembangkan pusat jasa dan promosi pariwisata di kawasan perkotaan nasional; dan
  • b. memantapkan akses prasarana dan sarana untuk meningkatkan keterkaitan antara kawasan perkotaan nasional dan kawasan-kawasan pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran pengembangan keterpaduan antarpusat pariwisata yang berbasis cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari,

  ICE) rehabilitasi dan pengembangan kawasan peruntukan pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari, ekowisata, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran

  • meningkatkan keterkaitan antar PKN di Pulau Jawa-Bali sebagai pusat pariwisata dalam kesatuan tujuan pariwisata

TUJUAN KEBIJAKAN STRATEGI

  ekowisata, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran

  Kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup yang memadai untuk pembangunan peningkatan luasan kawasan berfungsi lindung paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas Pulau Jawa-Bali sesuai dengan kondisi ekosistemnya

  • mempertahankan luasan kawasan berfungsi lindung dan merehabilitasi kawasan berfungsi lindung yang

    terdegradasi;

  • mengendalikan kegiatan budi daya yang berpotensi mengganggu kawasan berfungsi lindung
  • mengendalikan dan merehabilitasi daerah aliran sungai

    (DAS) kritis;

  • mengendalikan dan merehabilitasi kawasan lindung di bagian hulu Wilayah Sungai (WS), kawasan hutan lindung, kawasan resapan air, dan kawasan konservasi; dan
  • mengendalikan perubahan peruntukan dan/atau fungsi

    kawasan hutan

    pengembangan kawasan lindung dan kawasan budi daya untuk meningkatkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
  • mengembangkan kawasan lindung dan kawasan budi daya dengan menggunakan teknologi lingkungan;
  • mengembangkan pengelolaan kawasan lindung dan kawasan budi daya melalui kerja sama antardaerah untuk kelestarian pemanfaatan sumber daya alam; dan
  • mengembangkan kawasan perkotaan nasional dengan konsep kota hijau yang hemat energi, air, lahan, dan

    minim limbah

  Pulau Jawa bagian selatan dan Pulau Bali bagian utara yang berkembang dengan memperhatikan keberadaan kawasan lindung dan kawasan rawan bencana percepatan pengembangan kawasan andalan di Pulau Jawa bagian selatan serta keterkaitan Pulau Jawa bagian selatan dengan Pulau Jawa bagian tengah dan Pulau Jawa bagian utara

  • mengembangkan sentra produksi untuk kegiatan sektor unggulan berbasis mitigasi dan adaptasi bencana serta memperhatikan keberadaan kawasan lindung;
  • mengembangkan prasarana dan sarana pendukung kegiatan sektor unggulan; dan
  • meningkatkan aksesibilitas yang menghubungkan antarkawasan andalan di Pulau Jawa bagian selatan, serta antara kawasan andalan di Pulau Jawa bagian selatan dan kawasan perkotaan nasional di Pulau Jawa bagian tengah dan Pulau Jawa bagian utara percepatan pengembangan kawasan andalan di Pulau Bali bagian utara serta keterkaitan Pulau Bali bagian utara dengan Pulau Bali bagian selatan
  • mengembangkan sentra produksi untuk kegiatan sektor unggulan berbasis mitigasi dan adaptasi bencana serta memperhatikan keberadaan kawasan lindung;
  • mengembangkan prasarana dan sarana pendukung kegiatan sektor unggulan; dan
  • meningkatkan aksesibilitas yang menghubungkan kawasan andalan di Pulau Bali bagian utara dengan kawasan perkotaan di Pulau Bali bagian selatan pengembangan sentra produksi di luar kawasan andalan yang berada di Pulau Jawa bagian selatan dan Pulau Bali bagian utara
  • mengembangkan prasarana dan sarana pendukung kegiatan sentra produksi
  • meningkatkan aksesibilitas yang menghubungkan sentra produksi di luar kawasan andalan dengan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pengembangan kawasan andalan yang berada di Pulau Jawa bagian selatan dan Pulau Bali bagian utara pemertahanan eksistensi 6 (enam) pulau kecil terluar di Pulau Jawa bagian selatan sebagai titik-titik garis pangkal kepulauan Indonesia untuk penegasan wilayah kedaulatan negara
  • mengembangkan prasarana pengamanan pantai di Pulau Deli, Pulau Manuk, Pulau Nusa Kambangan, Pulau Nusa Barung, Pulau Sekel, dan Pulau Panehan
  • membangun dan memelihara mercusuar sebagai penanda dan navigasi pelayaran di Pulau Deli, Pulau Manuk, Pulau Nusa Kambangan, Pulau Nusa Barung, Pulau Sekel, dan Pulau Panehan
  • menyediakan dan meningkatkan prasarana dan sarana untuk pemenuhan kebutuhan air baku di Pulau Nusa

    Kambangan

  Jaringan transportasi antarmoda pengembangan dan pemantapan jaringan transportasi yang

  • mengembangkan dan/atau memantapkan akses prasarana dan sarana transportasi darat, laut, dan/atau udara yang menghubungkan antarkawasan perkotaan

TUJUAN KEBIJAKAN STRATEGI

  yangdapat terpadu untuk nasional dan memantapkan koridor ekonomi Pulau Jawa- meningkatkan meningkatkan Bali;

  memantapkan akses prasarana dan sarana transportasi dan efisiensi ekonomi darat yang meliputi jaringan jalan, jaringan jalur kereta api, serta jaringan transportasi penyeberangan yang menghubungkan kawasan perkotaan nasional dengan sentra produksi, pelabuhan, dan/atau bandar udara; dan

  • daya saing keterkaitan antarwilayah
  • mengembangkan jaringan transportasi dengan memperhatikan fungsi kawasan pertanian pangan berkelanjutan, kawasan lindung, dan kawasan rawan bencana, dan/atau penerapan prasarana dan sarana yang ramah lingkungan
  • pengembangan jaringan mengembangkan jaringan transportasi yang transportasi untuk menghubungkan perkotaan nasional dengan kawasan meningkatkan tertinggal dan terisolasi, termasuk pulau-pulau kecil aksesibilitas kawasan tertinggal dan terisolasi, termasuk pulau-pulau kecil Sumber : Peraturan Presiden No. 28 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Jawa-Bali

III.2.2. Arahan Pengembangan Struktur Ruang dan Pola Ruang Pulau Jawa Bali

  Strategi operasionalisasi perwujudan sistem perkotaan nasional sebagai perwujudan Struktur Ruang Pulau Jawa Bali yang terkait dengan Kota Probolinggo (PKW Probolinggo) yaitu :  Pengendalian perkembangan fisik PKN dan PKW untuk menjaga keutuhan lahan pertanian tanaman pangan ;  Pengembangan PKN dan PKW melalui peningkatan fungsi industri pengolahan dan industri jasa hasil pertanian tanaman pangan ;  Pengembangan PKN dan PKW sebagai pusat penelitian dan pengembangan pertanian tanaman pangan ; perkembangan PKN dan PKW melalui optimalisasi  Pengendalian pemanfaatan ruang secara kompak dan vertikal sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup ;  Pengendalian perkembangan PKN dan PKW di kawasan rawan bencana

  (untuk PKW Probolinggo masuk dalam kawasan rawan bencana gerakan tanah atau tanah longsor, banjir, letusan gunung berapi, gempa bumi, abrasi) ;

   Pengembangan PKN dan PKW sebagai pusat kegiatan industri kreatif yang berdaya saing dan ramah lingkungan ;  Pengembangan PKN dan PKW melalui peningkatan fungsi industri pengolahan dan industri jasa hasil perikanan yang ramah lingkungan ;

   Pengembangan PKN dan PKW melalui peningkatan fungsi industri pengolahan dan industri jasa hasil perkebunan yang bernilai tambah tinggi dan ramah lingkungan ;  Pengembangan PKN dan PKW sebagai pusat pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran ;  Pengembangan PKN dan PKW dengan konsep kota hijau yang hemat energi, air, lahan, dan minim limbah.

  Sedangkan untuk Strategi operasionalisasi perwujudan Pola Ruang Pulau Jawa Bali yang terkait dengan Kota Probolinggo (Baik untuk Kota Probolinbggo, PKW Probolinggo, maupun Kawasan Andalan Probolinggo – Pasuruan - Lumajang) yaitu :  Pengembangan pengelolaan, peningkatan fungsi, dan pemertahanan luasan kawasan hutan lindung, pemeliharaan jenis dan kerapatan tanaman hutan yang memiliki fungsi lindung sesuai dengan jenis tanah, kemiringan lereng, ketinggian, intensitas hujan, dan parameter fisik lainnya di kawasan hutan lindung, serta rehabilitasi kawasan hutan lindung yang terdegradasi dengan menggunakan teknologi lingkungan ;  Pengendalian pemanfaatan ruang pada sempadan pantai, sempadan sungai, dan kawasan sekitar danau atau waduk yang berpotensi mengganggu dan/atau merusak fungsi sempadan pantai, sempadan sungai, dan kawasan sekitar danau atau waduk dengan menggunakan teknologi lingkungan, serta pengembangan struktur alami berupa jenis dan kerapatan tanaman dan/atau struktur buatan di sempadan pantai, sempadan sungai, dan kawasan sekitar danau atau waduk untuk mencegah daya rusak air ;  Pengembangan sentra perkebunan berbasis bisnis yang didukung prasarana dan sarana dengan menggunakan teknologi lingkungan, serta memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup, dan rehabilitasi kawasan peruntukan pertanian untuk kegiatan perkebunan yang terdegradasi ;  Pengembangan sentra perikanan tangkap dan perikanan budi daya yang didukung peningkatan fungsi industri pengolahan hasil perikanan serta prasarana dan sarana yang ramah lingkungan ;  Pengembangan kawasan minapolitan berbasis masyarakat ;

   Pengembangan kegiatan industri di dalam kawasan peruntukan industri dan mendorong relokasi kegiatan industri menuju kawasan industri, meningkatkan kualitas prasarana dan sarana penunjang kegiatan industri, peningkatan penataan lokasi kegiatan industri di dalam kawasan industri, dan peningkatan kegiatan industri yang benilai tambah tinggi dengan penggunaan teknologi tinggi dan ramah lingkungan ;  Rehabilitasi dan pengembangan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari, serta ekowisata yang didukung prasarana dan sarana pariwisata, serta pengembangan pengelolaan kawasan peruntukan pariwisata dengan menggunakan teknologi lingkungan dan berbasis kerja sama antardaerah ;  Pengendalian perkembangan kawasan peruntukan permukiman secara horizontal dan mengelompok di kawasan perkotaan sedang dan kawasan perkotaan kecil ;  Pengembangan kawasan peruntukan permukiman di kawasan perkotaan yang didukung prasarana dan sarana perkotaan ;  Pengembangan kawasan peruntukan permukiman berbasis mitigasi dan adaptasi bencana untuk meminimalkan potensi kerugian akibat bencana ;  Pengendalian perkembangan kawasan peruntukan permukiman di daerah penyangga serta di sepanjang jaringan jalan arteri primer dan jaringan jalan kolektor primer yang mengindikasikan terjadinya gejala perkotaan yang menjalar (urban sprawl) ;  Pengendalian perkembangan kawasan peruntukan permukiman secara horizontal dan mengelompok di kawasan perkotaan sedang dan kawasan perkotaan kecil.

III.2.3. Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Pulau Jawa Bali

  Arahan pengendalian pemanfaatan ruang Pulau Jawa-Bali terdiri atas:

  a. indikasi arahan peraturan zonasi sistem nasional;

  b. arahan perizinan;

  c. arahan pemberian insentif dan disinsentif; dan d. arahan sanksi.

  Untuk Kota Probolinggo sebagai salah satu PKW di Pulau Jawa Bali, Indikasi arahan peraturan zonasi untuk PKW yaitu :

  a. pemanfaatan ruang untuk kegiatan industri pengolahan dan industri jasa hasil pertanian tanaman pangan guna meningkatkan fungsi industri; b. pemanfaatan ruang untuk kegiatan pusat penelitian dan pengembangan pertanian tanaman pangan; c. pemanfaatan ruang untuk kegiatan industri kreatif yang berdaya saing dan ramah lingkungan; d. pemanfaatan ruang untuk kegiatan pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil pertambangan minyak dan gas bumi yang ramah lingkungan; e. pemanfaatan ruang untuk kegiatan industri pengolahan dan industri jasa hasil perikanan yang ramah lingkungan guna meningkatkan fungsi industri; f. pemanfaatan ruang untuk kegiatan industri pengolahan dan industri jasa hasil perkebunan yang bernilai tambah tinggi dan ramah lingkungan guna meningkatkan fungsi industri;

  g. pemanfaatan ruang untuk kegiatan industri pengolahan dan industri jasa hasil hutan yang bernilai tambah tinggi dan ramah lingkungan guna meningkatkan fungsi industri;

  h. pemanfaatan ruang untuk kegiatan pusat pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari, ekowisata, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran; i. pemanfaatan ruang untuk kegiatan pengembangan konsep kota hijau yang hemat energi, air, lahan, dan minim limbah; j. pengendalian perkembangan fisik PKW untuk menjaga keutuhan lahan pertanian tanaman pangan; k. pengendalian perkembangan PKW melalui optimalisasi pemanfaatan ruang secara kompak dan vertikal sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup; l. pengendalian perkembangan PKW yang berdekatan dengan kawasan lindung; m.pengendalian perkembangan PKW di kawasan rawan bencana; n. pengembangan fungsi kawasan perkotaan sebagai pusat permukiman dengan tingkat intensitas pemanfaatan ruang menengah yang kecenderungan pengembangan ruangnya kearah horizontal dikendalikan; o. fungsi atau potensi PKW sebagai simpul kedua mendukung kegiatan perdagangan provinsi; p. fungsi atau potensi PKW sebagai simpul transportasi skala provinsi atau beberapa kabupaten; q. pembatasan intensitas pemanfaatan ruang agar tidak mengganggu fungsi

  PKW; dan r. penerapan ketentuan mengenai pelarangan pemanfaatan ruang yang menyebabkan gangguan terhadap berfungsinya PKW.

III.2.4. Strategi Operasionalisasi Rencana Pola Ruang dan Struktur Ruang untuk Bidang Cipta Karya

  a. Air Minum :  mendayagunakan sumber air berbasis pada WS untuk melayani kawasan perkotaan nasional dan kawasan andalan yang dapat dilakukan melalui kerja sama antardaerah;  mengendalikan pemanfaatan ruang di kawasan imbuhan air tanah pada CAT ;  mengendalikan pendayagunaan sumber air tanah di kawasan pelepasan air tanah pada CAT ;  mengembangkan dan memelihara bendungan beserta waduknya untuk mempertahankan daya tampung air yang menjamin penyediaan air baku bagi kawasan perkotaan nasional dan kawasan andalan;  mengembangkan prasarana dan sarana air baku untuk melayani kawasan tertinggal dan terisolasi, termasuk pulau-pulau kecil berpenghuni.

  b. Air Limbah :  pemanfaatan ruang untuk kegiatan pengembangan konsep kota hijau yang hemat energi, air, lahan, dan minim limbah ;

  c. Drainase / Banjir :  pengembangan kawasan peruntukan permukiman berbasis mitigasi dan adaptasi bencana banjir ;  pemanfaatan ruang untuk penetapan zona-zona rawan bencana banjir ;  pengendalian perkembangan kegiatan budi daya terbangun di kawasan rawan bencana banjir;  pemanfaatan ruang pada dataran banjir untuk RTH dan pembangunan fasilitas umum dengan kepadatan rendah;  penerapan ketentuan mengenai penetapan dataran banjir;  penerapan ketentuan mengenai pelarangan mengenai kegiatan dan pendirian bangunan yang memicu terjadinya bencana banjir; dan  penerapan ketentuan mengenai pelarangan mengenai kegiatan dan pendirian bangunan yang mengganggu fungsi lokasi dan jalur evakuasi serta bangunan untuk kepentingan pemantauan ancaman bencana, struktur alami dan struktur buatan yang dapat mengurangi dampak bencana banjir.

  d. Permukiman :  mengembangkan kawasan peruntukan permukiman di kawasan metropolitan dan kawasan perkotaan besar dengan mengoptimalkan pemanfaatan ruang secara kompak, vertikal, hemat energi dan sumber daya, serta memanfaatkan teknologi lingkungan sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;  mengendalikan perkembangan kawasan peruntukan permukiman secara horizontal dan mengelompok di kawasan perkotaan sedang dan kawasan perkotaan kecil;  mengendalikan perkembangan kawasan peruntukan permukiman di daerah penyangga serta di sepanjang jaringan jalan arteri primer dan jaringan jalan kolektor primer yang mengindikasikan terjadinya gejala perkotaan yang menjalar (urban sprawl);  mengembangkan kawasan peruntukan permukiman di kawasan perkotaan yang didukung prasarana dan sarana perkotaan; dan  mengembangkan kawasan peruntukan permukiman berbasis mitigasi dan adaptasi bencana untuk meminimalkan potensi kerugian akibat bencana.

  III.3. ARAHAN RTRW PROVINSI JAWA TIMUR

  III.3.1. Visi dan Misi Penataan Ruang Provinsi Jawa Timur

  Visi Penataan Ruang Provinsi Jawa Timur adalah ”Terwujudnya ruang wilayah Provinsi berbasis agribisnis dan jasa komersial yang berdaya saing global dalam pembangunan berkelanjutan”.

  Sedangkan Misi penataan ruang Provinsi Jawa Timur adalah mewujudkan: a. keseimbangan pemerataan pembangunan antarwilayah dan pertumbuhan ekonomi; b. pengembangan pusat pertumbuhan wilayah dalam meningkatkan daya saing daerah dalam kancah Asia; c. penyediaan sarana dan prasarana wilayah secara berkeadilan dan berhierarki serta bernilai tambah tinggi; d. pemantapan fungsi lindung dan kelestarian sumber daya alam dan buatan; e. optimasi fungsi budi daya kawasan dalam meningkatkan kemandirian masyarakat dalam persaingan global; f. keterpaduan program pembangunan berbasis agribisnis dan jasa komersial yang didukung seluruh pemangku kepentingan; dan g. kemudahan bagi pengembangan investasi daerah serta peningkatan kerja sama regional.

  Penataan Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah provinsi yang berdaya saing tinggi dan berkelanjutan melalui pengembangan sistem agropolitan dan sistem metropolitan.

  III.3.2. Arahan Pengembangan Struktur Ruang Provinsi Jawa Timur

  III.3.2.1. Sistem Perkotaan

  Pembagian Sistem perkotaan di Provinsi Jawa Timur, meliputi :

  a. PKN : Kawasan Perkotaan Gresik–Bangkalan–Mojokerto–Surabaya–Sidoarjo– Lamongan (Gerbangkertosusila) dan Malang;

  b. PKW : Probolinggo, Tuban, Kediri, Madiun, Banyuwangi, Jember, Blitar, Pamekasan, Bojonegoro, dan Pacitan;

  c. PKWP : Pasuruan dan Batu;

  d. PKL : Jombang, Ponorogo, Ngawi, Nganjuk, Tulungagung, Lumajang, Sumenep, Magetan, Situbondo, Trenggalek, Bondowoso, Sampang, Kepanjen, Mejayan, Kraksaan, Kanigoro, dan Bangil; dan

  e. Kawasan perkotaan di wilayah kabupaten yang memiliki potensi sebagai pusat kegiatan bagi beberapa kecamatan dapat diusulkan sebagai PKLP oleh kabupaten masing-masing kepada Pemerintah Daerah Provinsi.

  Pembagian WP (Wilayah Pengembangan) di Provinsi Jawa Timur terdiri atas 8 (delapan) WP yang meliputi : a. WP Germakertosusila Plus dengan pusat di Kota Surabaya ;

  b. WP Malang Raya dengan pusat di Kota Malang ;

  c. WP Madiun dan sekitarnya dengan pusat di Kota Madiun ;

  d. WP Kediri dan sekitarnya dengan pusat di Kota Kediri ;

  e. WP Probolinggo–Lumajang dengan pusat di Kota Probolinggo ;

  f. WP Blitar dengan pusat di Kota Blitar ;

  g. WP Jember dan sekitarnya dengan pusat di Perkotaan Jember ; h. WP Banyuwangi dengan pusat di Perkotaan Banyuwangi.

  Arahan Sistem Pusat Pelayanan untuk WP Probolinggo – Lumajang

  yaitu :

  • WP Probolinggo–Lumajang dengan pusat di Kota Probolinggo meliputi: Kota Probolinggo, Kabupaten Probolinggo, dan Kabupaten Lumajang, dengan fungsi: pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan, pertambangan, pariwisata, pendidikan, dan kesehatan.

  III.3.2.2. Sistem Jaringan Sumber Daya Air

  Rencana Sistem jaringan sumber daya air di Provinsi Jawa Timur meliputi: a. jaringan sumber daya air untuk mendukung air baku pertanian;

  b. jaringan sumber daya air untuk kebutuhan air baku industri dan kebutuhan lain yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan; c. jaringan sumber daya air untuk kebutuhan air minum; dan

  d. pengelolaan sumber daya air untuk pengendalian daya rusak air di wilayah provinsi serta mendukung pengelolaan sumber daya air lintas provinsi.

  Rencana pengembangan jaringan air baku untuk industri meliputi :

  a. Jaringan Telaga Sarangan-Magetan;

  b. Sumber mata air Umbulan;

  c. Wilayah Sungai (WS); dan d. Pengambilan air tanah.

  Rencana pengembangan jaringan air baku untuk air minum regional di Provinsi Jawa Timur meliputi:

  a. Sistem Penyediaan Air Minum Regional Pantura;

  b. Sistem Penyediaan Air Minum Regional Lintas Tengah;

  c. Sistem Penyediaan Air Minum Regional Malang Raya; dan d. Sistem Penyediaan Air Minum Regional Umbulan.

  III.3.2.3. Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan