KARYA TULIS ILMIAH : STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN YANG MENGALAMI DENGUE HEMORRAGIC FEVER DENGAN HIPERTERMI DI RUANG MELATI RSUD BANGIL PASURUAN
KARYA TULIS ILMIAH : STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN YANG MENGALAMI
DENGUE HEMORRAGIC FEVER DENGAN HIPERTERMI
DI RUANG MELATI RSUD BANGIL PASURUAN
OLEH:
REZKA PUTRI RATNASARI
151210060
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2018
KARYA TULIS ILMIAH : STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN YANG MENGALAMI
DENGUE HEMORRAGIC FEVER DENGAN HIPERTERMI
DI RUANG MELATI RSUD BANGIL PASURUAN
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada program Studi Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Insan Cendekia Medika Jombang
Oleh :
REZKA PUTRI RATNASARI
NIM : 151210060
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2018
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Rezka Putri Ratnasari NIM : 15.121.006.0 Tempat Tanggal Lahir : Kediri , 27 Juni 1996 Institusi : STIKes Insan Cendekia Medika Jombang Judul Karya Tulis Ilmiah : Asuhan Keperawatan pada klien Yang
Mengalami Dengue Hemorragic Fever dengan Hipertermi di Ruang Melati RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan.
Menyatakan bahwa tugas akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah disebutkan sumbernya.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi.
Jombang , April 2018 Rezka Putri Ratnasari
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kediri , 27 Juni 1996 dari Ayah yang bernama Muhadji S.PdI dan Ibu bernama Sulasih , penulis merupakan putri ke dua dari 2 bersaudara.
Tahun 2008 penulis lulus dari SDN Kapas , tahun 2011 penulis lulus dari MTsN Tambakberas Jombang , tahun 2015 penulis lulus MMA 6 tahun Tambakberas Jombang. Tahun 2015 lulus seleksi masuk AKPER Dian Husada Mojokerto melalui jalur PMDK. Pada tahun 2016 Penulis memutuskan pindah ke STIKes Insan Cendekia Medika Jombang program D III Keperawatan dari lima pilihan program studi yang ada di STIKes Insan Cendekia Medika Demikian Riwayat Hidup saya buat dengan sebenarnya.
Jombang ,16 Februari 2018 Penulis Rezka Putri Ratnasari
MOTTO
“Sebaik baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain”
PERSEMBAHAN
Karya Tulis Ilmia (Laporan Kasus) ini saya ucapkan terimakasih dan saya persembahkan kepada:
1. Terimakasih kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan karuniaNya saya bisa menyelesaikan tugas akhir ini dengan lancar.
2. Terimakasih untuk kedua orang tua yang selalu mendukung dan mendo’akan yang terbaik untukku dalam berkarir demi masa depanku.
3. Terimakasih untuk dosen pembimbing yang selama ini sudah banyak memberikan saran dan masukan tentang materi dalam penyelesaian tugas ini.
4. Terimakasih untuk seseorang terkasih Roby F.P yang selalu memberi motivasi untuk menyelesaikan tugas ini.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Klien yang Mengalami Dengue Hemorragic Fever dengan Hipertermi” sesuai dengan waktu yang ditentukan. Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis telah banyak mendapat bimbingan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat H.Imam Fathoni, SKM.MM. selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Media Jombang. Maharani Tri P., S.Kep., Ns., MM. selaku Kepala Program Studi Diploma III Keperawatan STIKes ICMe Jombang dan dosen pembimbing Afif Hidayatul Arham, S. Kep., Ns. selaku dosen pembimbing Studi Kasus Karya Tulis Ilmiah yang telah penulis teliti. Kepala Diklat RSUD Bangil yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengambil data dan menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan, motivasi, kekuatan, dan nasehat selama menempuh pendidikan di STIKes ICMe Jombang hingga terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini. Dan tidak lupa kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan dorongan dan bantuannya dalam menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk penulis sangat diharapkan demi kesempurnaan penulis di masa yang akan datang.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN YANG MENGALAMI
DENGUE HEMORRAGIC FEVER DENGAN HIPERTERMI DI
BANGSAL MELATIRSUD BANGIL PASURUAN
Oleh :
Rezka Putri Ratnasari
ABSTRAK
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN YANG MENGALAMI
DENGUE HEMORRAGIC FEVER DENGAN HIPERTERMI DI RUANG
MELATI RSUD BANGIL PASURUAN
Rezka putri ratnasari* Maharani Tri Puspita** Dwi puji wijayanti***
Pendahuluan Penyakit Dengue maupun penyakit Demam Berdarah Dengue
merupakan penyakit infeksi yang banyak dan sering berkembang biak di daerah tropis, termasuk penyakit Infeksi Tropis (Tropic Infection). Dengue menyebar dengan cepat, menyerang banyak orang selama masa epidemi, sehingga menurunkan produktivitas kerja dan banyak menimbulkan kematian. DHF diperkirakan mencapai 3,9 milyar orang di 128 negara dan salah satunya adalah di indonesia angka kematian 0,83 %. Salah satu penyebabnya adalah hipertermi, yang berlangsung secara mendadak selama 5-7 hari. Tujuan dari studi kasus ini adalah melaksanakan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami DHF dengan masalah hipertermi di Ruang Melati RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan.
Metode Deskriptif dengan menggunakan metode studi kasus. Penelitian diambil
dari RSUD Bangil Pasuruan sebanyak 2 klien dengan diagnosa hipertermi berhubungan dengan proses penyakit. Pengolahan presurvei data diambil dari ruang Melati,di RSUD Bangil. Hasil penelitian ini terhadap dua klien yang berbeda didapatkan bahwa klien yang mengalami DHF memiliki masalah yang sama yaitu hipertermi. Pada pemeriksaan fisik ditemukan perbedaan yaitu klien 1 terdapat bintik kemerahan pada kulit,sedangkan klien 2 terjadi mimisan 1 kali. Pada implementasi tentunya berbeda antara klien 1 dengan klien 2.
Kesimpulan berdasarkan evaluasi pada asuhan keperawatan dengan masalah
hipertermi pada klien 1 dan klien 2 bahwa pada gejala yang timbul setelah terjangkit demam berdarah disertai dengan hipertermi, bintik kemerahan pada kulit, perdarahan dihidung (mimisan), terjadi perbedaan perkembangan yang terjadi pada klien 1 masalah hipertermi teratasi sedangkan klien 2 masalah belum teratasi. Jadi pada klien 2 masih memerlukan implementasi lanjutan karena masalahnya belum teratasi seluruhnya.
Kata Kunci : Dengue Hemorragic Fever, Hipertermi, Asuhan Keperawatan
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN YANG MENGALAMI DENGUE
HEMORRAGIC FEVER DENGAN HIPERTERMI DI RUANG MELATI
RSUD BANGIL PASURUAN
Rezka putri ratnasari* Maharani Tri Puspita**Dwi puji wijayanti ***
ABSTRACT
Introduction and Dengue Hemorrhagic fever are infectious diseases that are
frequent and often contagious in the tropics, including tropical infectious
diseases (Tropic Infection). Dengue spread rapidly, striking many people during
the epidemic, resulting in lower labor productivity and many deaths. DHF is
estimated to reach 3.9 billion people in 128 countries and one of them is in
Indonesia the mortality rate is 0.83%. One of the causes is hyperthermia, which
lasts for 5-7 days. The aim is to carry out nursing care on clients who have DHF
with hyperthermic problems in melati Room RSUD Bangil Pasuruan Regency.
Objective Dilakukan untuk melaksanakan asuhan keperawatan pada klien yang
mengalami DHF dengan masalah hipertermi di Ruang Melati RSUD Bangil
Kabupaten Pasuruan . Method The design of this research is descriptive by
using case study method. The study was taken from RSUD Bangil Pasuruan as
many as 2 clients with hyperthermia diagnosis related to disease process.
Processing pre survey data taken from space Melati, at RSUD Bangil. Result
Based on the results of research on two different clients found that clients who
experience DHF have the same problem that is heat (hypertermi). On the
physical examination found that the difference of client 1 there is a reddish spots
on the skin, while the client 2 there is a nosebleed once. In the implementation
there are different therapies given to clients 1 and client 2. Conclusion Based
on evaluation of nursing care with hyperthermic problems in clients 1 and client
2 that the symptoms that arise after contracting the disease is accompanied by
heat (hyperthermia) and skin reddish spots, bleeding nose (nosebleed), there are
differences in client development 1 hypertermi problems resolved While client 2
is still fever. So on client 2 still require further implementation because the
problem is not solved entirely.Keywords : Dengue Hemorrhagic Fever, Hyperthermi, nursing care.
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ......................................................................................i HALAMAN JUDUL DALAM ......................................................................ii SURAT PERNYATAAN ...............................................................................iii LEMBAR PERSETUJUAN ...........................................................................iv LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................v RIWAYAT HIDUP ........................................................................................vi MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................vii KATA PENGANTAR ....................................................................................viii ABSTRAK .....................................................................................................ix ABSTRACT ...................................................................................................x DAFTAR ISI ..................................................................................................xi DAFTAR TABEL ..........................................................................................xiv DAFTAR GAMBAR .....................................................................................xv DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................xvi DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN .................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .........................................................................................1
1.2 Batasan Masalah .......................................................................................4
1.3 Rumusan Masalah ....................................................................................4
1.4Tujuan ........................................................................................................4
1.5Manfaat ......................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1Pengertian DHF ......................................................................................7
2.1.2 Klasifikasi ..............................................................................................8
2.1.3 Etiologi ..................................................................................................8
2.1.4 Tanda dan Gejala ...................................................................................9
2.1.5 Patofisiologi ...........................................................................................9
2.1.6 Pathway .................................................................................................12
2.1.7 Komplikasi ............................................................................................13
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang .........................................................................13
2.1.9 Penatalaksanaan .....................................................................................14
2.2 Konsep Hipertermi ...................................................................................14
2.2.1 Definisi ...........................................................................................15
2.2.2 Batasan Karakteristik .....................................................................15
2.2.3 Faktor Yang Berhubungan .............................................................16
2.2.4 Manifestasi Klinis ..........................................................................17
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan ..................................................................17
2.3.1 Pengkajian ......................................................................................17
2.3.2 Diagnosa Keperawatan ...................................................................20
2.3.3 Intervensi Keperawatan ..................................................................21
2.3.4Implementasi ...................................................................................24
2.3.5 Evalusi ............................................................................................24
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian ......................................................................................25
3.2 Batasan Istilah ..........................................................................................25
3.3 Partisipan ..................................................................................................26
3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................26
3.5 Pengumpulan Data ...................................................................................27
3.6 Uji Keabsahan Data ..................................................................................27
3.7 Analisa Data .............................................................................................27
3.8 Etik Penelitian ..........................................................................................28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil ..........................................................................................................40
4.1.1 Gambaran Lokasi dan Pengambilan Data .............................................40
4.1.2 Pengkajian .............................................................................................40
4.1.3 Terapi Obat ............................................................................................46
4.1.4 Analisa Data ..........................................................................................46
4.1.5 Diagnosa Keperawatan ..........................................................................46
4.1.6 Perencanaan ...........................................................................................47
4.1.7 Pelaksanaan ...........................................................................................48
4.1.8 Evaluasi .................................................................................................51
4.2 Pembahasan ..............................................................................................52
4.2.1 Pengkajian .............................................................................................52
4.2.2 Diagnosa Keperawatan ..........................................................................55
4.2.3 Intervensi Keperawatan .........................................................................56
4.2.4 Implementasi Keperawatan ….. .............................................................56
4.2.5 Evaluasi ................................................................................................. 58
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ...............................................................................................60
5.2 Saran .........................................................................................................62 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Hal2.1 Intervensi Keperawatan ..................................................................... 21
4.1 Identitas Klien ..................................................................................... 40
4.2 Riwayat Klien ..................................................................................... 41
4.3 Perubahan Pola Kesehatan ................................................................ 41
4.4 Pemeriksaan Fisik .............................................................................. 42
4.5 Hasil Pemeriksaan dan Diagnostik ................................................... 45
4.6 Terapi Obat ......................................................................................... 45
4.7 Analisa Data ........................................................................................ 46
4.8 Diagnosa Keperawatan ....................................................................... 46
4.9 Perencanaan ......................................................................................... 47
4.10 Pelaksanaan ....................................................................................... 48
4.11 Evaluasi .............................................................................................. 51
DAFTAR GAMBAR
No Daftar Gambar Hal
2.1 Pathway DHF
12 ……………………………………………………
DAFTAR LAMPIRAN
8. BCG : Bacille Calmette Guerin
15. RS : RumahSakit
14. MMR : Measles Mumps Rubella
13. PCV : Pneumococcal Vaccine
12. HIB : Haemophilus Influenzae Type B
11. DPT : DifteriPertusis Tetanus
10. RR : Respiratory Rate
9. TD : Tekanan Darah
Lampiran 1 Jadwal Pelaksanaan Laporan Kasus Lampiran 2 Permohonan menjadi responden Lampiran 3 Persetujuan menjadi responden Lampiran 4 Format pengkajian Asuhan Keperawatan Lampiran 5 Lembar Surat Pre survey data, Studi Pendahuluan dan Penelitian Lampiran 6 Lembar Surat Persetujuan Pengambilan Data Lampiran 7 Rekomendasi Penelitian Lampiran 8 Surat Pernyataan ke Badan Kesehatan Bangsa dan Politik Lampiran 9 Data jumlah Kasus DBD di RSUD Bangil Lampiran 10 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah Lampiran 11 Lembar surat Keterangan selesai Penelitian DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN LAMBANG 1. % : Persentase 2. ≤ : Lebih kecil dari atau sama dengan 3. < : Lebih kecil dari 4. > : Lebih besar dari 5. oC : Derajat Celsius 6. oF : Derajat Fahrenheit 7. m : Meter 8. cm : Sentimeter
9. N : Normal 10. ul : Mikroliter 11. gr : Desiliter
6. DEN : Serotipe Dengue
5. DSS : Dengue Shock Syndrome
4. DD : Demam Dengue
3. DBD : Demam Berdarah Dengue
2. DHF : Dengue Hemorragic Fever
1. WHO : World Health Organization
12. Meq : Miliequivalen 13. dl : delusion SINGKATAN
7. USG : Ultrasonografi
16. SGPT : Serum Glutamic Piruvic Transaminase
17. SGOT : Serum Glutamic Oksaloasetat Transaminase
18. IgM : Imunoglobulin M
19. IgG :Imunoglobulin G
20. NIC : Nursing Interventions Classification
21. NOC : Nursing Outcomes Classification
22. NANDA : Nort American Nursing Diagnosis Association
23. WBC : White Blood Cell
24. Dll : Dan lain-lain
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Demam berdarah atau biasa dikenal dengan DHF ( Dengue haemorragic
Fever ) merupakan suatu penyakit yang dapat memicu kematian yg disebabkan
oleh nyamuk Aedes Aegypti betina, nyamuk ini merupakan spesies nyamuk tropis dan subtropis, dan bisa hidup pada daerah yang ketinggiannya mencapai 2200 m diatas permukaan laut (Price & Wilson, 2007). Demam Berdarah Dengue banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DHF tertinggi di Asia Tenggara. Dalam hal itu masalah yang sering muncul pada infeksi pertama oleh virus dengue adalah Hipertermi (demam), sebagian besar penderita akan mengalami demam mendadak antara 39-40
C, sesudah 5-7 hari demam akan berakhir tetapi kemudian kambuh lagi, biasanya terlihat lesu disertai sakit kepala pada bagian kepala depan, nyeri bagian belakang mata, dan persendian, terlebih lagi disertai perdarahan dan kadang-kadang syok. Dengue menyebar dengan cepat, menyerang banyak orang selama masa epidemi, sehingga menurunkan produktifvitas kerja dan banyak menimbulkan kematian (Soedarto, 2012).
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2015, penelitian terbaru menunjukkan 390 juta infeksi dengue pertahun dimana 96 juta bermanifestasi klinis dengan berbagai derajat. Penelitian lain menyatakan, prevalensi DHF di perkirakan mencapai 3,9 milyar orang di 128 negara beresiko terinfeksi virus dengue. Pada tahun 2015, di Indonesia jumlah penderita DHF yang dilaporkan sebanyak 129.650 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 1.071 orang (IR/Angka kesakitan= 50,75 per 100.000 penduduk dan CFR/angka kematian= 0,83%). Dibandingkan tahun 2014 dengan kasus sebanyak 100.347 serta IR 39,80 terjadi peningkatan kasus pada tahun 2015. Selama periode tahun 2009 sampai tahun 2015 jumlah kabupaten/kota terjangkit DBD cenderung meningkat. Pada tahun 2014, di Jawa Timur jumlah kasus sebanyak 9.273 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 107 orang (IR/Angka kesakitan= 24,07 per 100.000 penduduk dan CFR/angka kematian= 1,15%). Sedangkan pada tahun 2015, jumlah kematian tertinggi terjadi di Jawa Timur sebanyak 283 kematian, diikuti oleh Jawa Tengah (255 kematian) dan Kalimantan Timur (65 kematian) (Profil Kesehatan Indonesia, 2015). Pada tahun 2015 ditemukan 227 kasus DHF diantara 194.815 penduduk Kota Pasuruan atau IR sebesar 116,5 per 100.000 penduduk. Insiden Rate/IR DHF tahun 2015 ini menunjukkan peningkatan dari
IR DBD tahun-tahun sebelumnya. Secara berturut-turut angka IR DBD di Kota Pasuruan dari tahun 2011 sampai dengan 2015 adalah 41; 49,46; 103,25; 65,12 dan 116,52 per 100.000 penduduk (Profil Kesehatan Kota Pasuruan, 2015).
Selama September 2016-januari 2017 data jumlah kasus DBD di Rawat inap RSUD Bangil Pasuruan tercatat 1122 kasus DBD. Demam dengue terjadi sesudah gigitan oleh nyamuk Aedes aegypti yang terinfeksi virus. Nyamuk yang mudah dikenali karena badan dan kakinya mempunyai bercak-bercak putih ini berkembangbiak pada genangan air bersih dan mempunyai jarak terbang sekitar 100-200 meter. Nyamuk terinfeksi virus dengue karena menghisap darah penderita dengue yang mengandung virus dengue. Sesudah masuk ke dalam tubuh seseorang, virus akan memperbanyak diri di dalam kelenjar limfe. Sesudah jumlah virus cukup untuk menyebabkan terjadinya gejala, penderita akan menunjukkan gejala klinis, yang terjadi di sekitar 4-6 hari sesudah masuknya virus (Soedarto, 2012). Setelah itu terjadi respon antibodi yang menimbulkan kompleks antigen antibodi, kemudian badan menjadi panas akibat toksin tersebut hipotalamus tidak bisa terkontrol yang menjadikan demam tinggi .Demam yang tidak segera diatasi akan menyababkan kejang demam, dehidrasi, dan gangguan tumbuh kembang pada anak (Andra & Yessie, 2013). Dengan masalah-masalah yang ada pada kasus DHF, yang salah satunya yaitu hipertermi maka perlu upaya-upaya untuk menyelesaikan masalah tersebut. Di rumah sakit peran perawat untuk mencegah terjadinya komplikasi saat terjadi suatu renjatan suhu tubuh yaitu dengan menganjurkan pasien untuk mengonsumsi air putih yang banyak, berikan pasien pakaian ringan/tipis tergantung pada fase demam, fasilitas istirahat yang memadai, terapkan pembatasan aktivitas jika di perlukan, selalu mengobservasi suhu dan tanda- tanda vital lainnya, selain itu pemberian antipiretik juga dapat dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh (Gloria et al, 2016). Tetapi sebagian besar penderita demam dengue dapat dirawat di rumah. Keluarga perlu di beri penjelasan bagi penderita agar dianjurkan untuk beristirahat, banyak minum, dan mendapatkan makanan yang bergizi. Jika memungkinkan penderita diberi minum larutan garam oralit (yang biasa diberikan pada penderita diare). Pemberian cairan sangat penting terutama jika demam dengue berkembang menjadi demam berdarah dengue (DBD) atau dengue shock syndrome (DSS) yang menyebabkan penderita kehilangan banyak cairan tubuh saat suhu tubuh meningkat. Jika penderita menunjukkan perkembangan dengan tanda-tanda yang membahayakan jiwa, penderita harus segera dirujuk ke rumah sakit (Soedarto, 2012). Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang penyakit DHF ( Dengue haemorragic Fever ) dalam sebuah Karya Tulis yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Klien DHF ( Dengue haemorragic Fever ) dengan masalah Hipertermi di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan.
1.2 Batasan Masalah
Asuhan keperawatan pada klien yang mengalami DHF dengan masalah Hipertermi di Ruang Melati RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan.
1.3 Rumusan Masalah
”Bagaimana memberikan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami DHF dengan masalah hipertermi di Ruang Melati (Bangsal) RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan.”.
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum Melaksanakan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami
DHF dengan masalah hipertermi di Ruang Melati (Bangsal) RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan.
1.4.2 Tujuan Khusus 1.
Melakukan pengkajian keperawatan pada klien yang mengalami DHF dengan masalah hipertermi di Ruang Melati (Bangsal) RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan.
2. Menetapkan diagnosis keperawatan pada klien yang mengalami DHF dengan masalah hipertermi di Ruang Melati (Bangsal) RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan.
3. Menyusun perencanaan keperawatan pada klien yang mengalami DHF dengan masalah hipertermi di Ruang Melati (Bangsal) RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan.
4. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien yang mengalami DHF dengan masalah hipertermi di Ruang Melati (Bangsal) RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan.
5. Melakukan evaluasi keperawatan pada klien yang mengalami DHF dengan masalah hipertermi di Ruang Melati (Bangsal) RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan.
1.5 Manfaat
1.5.1 Manfaat teoritis Menambah khasanah keilmuan untuk perkembangan pengetahuan dan menambah wawasan dalam mencari pemecahan masalah pada klien yang mengalami DHF dengan masalah hipertermi di Ruang Melati (Bangsal) RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan.
1.5.2 Manfaat praktis a.
Bagi klien Mendapatkan pengalaman serta dapat menerapkan apa yang telah dipelajari dalam penanganan kasus Hipertermi yang dialami dengan kasus nyata dalam pelaksanaan keperawatan, seperti cara untuk mengendalikan hipertermi tersebut.
b.
Bagi Institusi Pendidikan STIKES ICMe Hasil penelitian dapat digunakan sebagai tambahan dan referensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan keperawatan pada klien dengan Hipertermi.
c.
Bagi perawat Asuhan keperawatan ini dapat dijadikan dasar infomasi dan pertimbangan untuk menambah pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam meningkatkan pelayanan perawatan pada klien hipertermi.
d.
Bagi Peneliti selanjutnya Asuhan keperawatan ini dapat dijadikan dasar infomasi dan pertimbangan peneliti untuk menambah pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada kasus DHF dengan masalah hipertermi.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar DHF
2.1.1 Pengertian DHF
Penyakit DHF adalah penyakit yang ditandai dengan demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas dan berlangsung terus menerus selama 2-7 hari, maifestasi perdarahan termasuk uji tourniquet positif, trombositopeni, dan hemokosentrasi (peningkatan hematocrit
≤20 %) (Andra saferi Wijaya, 2013). Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang banyak ditemukan di sebagian besar wilayah tropis dan subtropis, terutama asia tenggara, Amerika tengah, Amerika dan Karibia. Host alami DBD adalah manusia, agentnya adalah virus dengue yang termasuk ke dalam famili Flaviridae dan genus Flavivirus, terdiri dari 4 serotipe yaitu Den-1, Den-2, Den3 dan Den -41, ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi, khususnya nyamuk Aedes aegypti dan Ae. albopictus 2 yang terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia (Lestari, 2007).
Menurut Soedarto (2012) DHF ( Dengue haemorragic Fever ) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit demam akut yang dapat menyebabkan kematian dan disebabkan oleh empat serotipe virus dari genus Flavivirus,virus RNA dari keluarga Flaviviridae. Infeksi oleh satu serotipe virus dengue menyebabkan terjadinya kekebalan yang lama terhadap serotipe virus tersebut, dan kekebalan sementara dalam waktu pendek terhadap serotipe virus dengue lainnya. Pada waktu terjadi epidemic di dalam darah seorang penderita dapat beredar lebih dari satu serotype virus dengue.
Menurut Cris Tanto (2014) Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit demam akut akibat infeksi virus dengue, dengan manifestasi yang sangat bervariasi, mulai dari demam akut hingga sindrom renjatan yang dapat menyebabkan mordalitas.
2.1.2 Klasifikasi
Menurut Suriadi tahun 2010 (dikutip dalam Kurniawati 2016) derajat penyakit DHF di klasifiksikan menjadi 4 golongan, yaitu : Derajat I : demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Uji tourniquet positif, trombositopenia dan hemokonsentrasi. Derajat II : sama dengan derajat I, ditambah gejala perdarahan spontan.
Derajat III : ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat (>120 x/mnt) tekanan nadi sempit (<120 mmHg). Derajat IV : nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teratur.
2.1.3 Etiologi
Penyakit demam dengue (DD) dan demam berdarah dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue yang termasuk kelompok B Arthood Borne Virus
(Arboviroses) yang sekarang dikenal sebagai Flavivirus, family Flaviricae,dan
mepunyai 4 jenis serotype yaitu : DEN-1, DEN-2,DEN-3,DEN-4. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi terhadap serotipe lain. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan manifestasi klinik yang berat (Hadinegoro, 2004). Dengan DEN-3 serotipe terbanyak, infeksi salah satu serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibody yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberkan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah epidemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia (Sudoyo Aru,dkk 2009. Dikutip dari buku NANDA Nic-Noc Jilid 1, 2016).
2.1.4 Tanda dan gejala 1.
Mayor (Harus ada) 2. Suhu tubuh lebih tinggi dari 37,8 C secara oral atau 38,3 C.
3. Minor (Mungkin ada) 4.
Kulit kemerah-merahan 5. Hangat pada saat disentuh 6. Peningkatan frekuensi pernafasan 7. Takikardi 8. Menggigil atau merinding 9. Dehidrasi 10.
Rasa sakit dan nyeri yang spesifik atau menyeluruh (mis. Sakit kepala)
11. Malaise atau keletihan atau kelemahan 12.
Kehilangan selera makan (Linda Juall, 2006)
2.1.5 Patofisiologi
Virus dengue ditransmisi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes
albopictu s. Vektor tersebut tersebar meluas di daerah tropis dan sub tropis di berbagai belahan dunia. Virus dengue masuk ke sirkulasi perifer manusia melalui gigitan nyamuk. Virus akan berada di dalam darah sejak fase akut / fase demam hingga klinis demam menghilang. Demam tersebut diakibatan oleh virus yang masuk melalui kulit yang terigigit nyamuk menyebabkan viremia yang dapat menstimulasi sel makrotag DMN untuk produksi pirogen endogen lalu masuk ke hipotalamus yang dapa mengacaukan termogulasi menjadikan pasien heiperpireksia sehingga dapat menyebabkan peningkatan suhu tubuh (hipertermi).
Secara klinis, perjalanan penyakit dengue dibagi menjadi tiga, yaitu fase demam (febrile), fase kritis, dan fase penyembuhan. Fase demam berlangsung pada demam hari ke-1 hingga ke 3, fase kritis terjadi pada dmam hari ke-3 hingga 7, dan fase penyembuhan terjadi setelah demam hari ke-6 sampai 7. Perjalanan penyakit tersebut menentukan dinamika perubahan tanda dan gejala klinis pada pasien dengan infeksi demam berdarah dengue (DBD).
Demam merupakan tanda utama infeksi dengue, terjadi mendadak tinggi, selama 2-7 hari. Demam juga disertai gejala konstitusional lainnya seperti lesu, tidak mau makan dan muntah. Pada DHF, terjadi peningkatan permeabilitas vascular yang menyebabkan kebocoran plasma ke jaringan, sedangkan pada demam dengue tidak terjadi ini. Kondisi tersebut dapat mengakibatkan syok hipovolemi.
Peningkatan permeabilitas vaskuler akan terjadi pada vase kritis dan berlangsung maksimal 48 jam. Hal tersebut yang menjadi alasan mengapa cairan diberikan maksimal 48 jam. Patofisiologi primer DBD dan dengue syock syndrome (DSS) adalah peningkatan akut permeabilitas vaskuler yang mengarah ke kebocoran plasma ke dalam ruang ekstravaskuler, sehingga menimbulkan hemokonsentrasi dan penurunan tekanan darah. Pada kasus berat, volume plasma menurun lebih dari 20%, hal ini didukung penemuan post mortem meliputi efusi pleura, hemokonsentrasi dan hipoproteinemi.
Kebocoran plasma terjadi akibat disfungsi endotel serta peran kompleks dari system imun : monosit dan sel T, system kompelemen, serta produksi mediator inflamasi dan sitokin lainnya. Pada kasus DHF, tanda hepatomegali dan kelainan fungsi hati lebih sering ditemukan. Manifestasi perdarahan yang sering di jumpai yaitu perdarahan kulit (petekie) dan mimisan (epitaksis). Tanda perdarahan lainnya yang patut diwaspadai antara lain melena, hematomesis, dan hematuria. Pada kasus perdarahan spontan maka dapat di lakukan uji turniket (Cris Tanto, 2014) dikutip dalam Kurniawati, 2016.
Perdarahan tersebut terjadi pada organ ginjal suprarenalis. Kelenjar yang berada di atas ginal ini memproduksi hormon corticosteroid. Hormon ini meningkat empatkali lipat dari normal. Ia yang membantu mekanisme tubuh mengangkat dirinya sendiri dari ancaman syok, tetapi apabila kelenjar ini mengalami perdarahan sehingga fungsinya terganggu, produksi hormone penangkal syok tubuh akan berkurang. Kondisi itu yang menjadikan pasien lebih rentan masuk kedalam syok, oleh karena mekanisme pertahanan syok tubuhnya sudah kacau (Handrawan Nadesul, 2007).
2.1.6 Pathway
Gambar 2.1 : Sumber (Riyawan, 2013)2.1.7 Komplikasi
Komplikasi demam berdarah dengue menurut Chris Tanto (2014) dikutip dalam kurniawati tahun 2016.
1. Ensefalopati dengue : edema otak dan alkalosis. Dapat terjadi baik pada syok maupn tanpa syok.
2. Kelainan ginjal : akibat syok berkepanjangan.
3. Edema paru : akibat pemberian cairan berlebihan.
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang demam berdarah dengue menurut Chris Tanto (2014) dikutip dalam kurniawati tahun 2016 : 1.
Laboratorium (sesuaikan dengan perjalanan penyakit) : pada hari ke-3 umumnya leukosit menurun atau normal, hematokrit, mulai meningkat (hemokonsentrasi), dan trombositopenia terjadi pada hari ke 3-7. Pada pemeriksaan jenis leukosit, ditemukan limfositosis (peningkatan 15%) mulai hari ke-3, ditandai adanya limfosit atipik.
2. Uji serologi : uji hemaglutinasi inhibisi dilakukan saat fase akut dan fase konvalesens.
1) Infeksi primer. Titer serum akut <1:20 dan serum konvalesens naik 4x atau lebih tetapi tidak melebihi 1:1280. 2) Infeksi sekunder. Titer serum akut <1:20 dan serum konvalesens 1:2560 atau serum akut 1:20 dan konvalesens naik 4x atau lebih. 3) Tersangka infeksi sekunder yang baru terjadi. Titer serum akut 1:1280, serum konvalesens dapat lebih besar atau sama.
Pemeriksaan radiologis untuk mendeteksi adanya efusi pleura : Rontgen toraks posisi right lateral decubitus, USG.
2.1.9 Penatalaksanaan
Berdasarkan rekomendasi WHO 2011, prinsip umum terapi dengue ialah sebagai berikut : Pada fase demam, dapat diberikan antipiretik + cairan rumatan / atau cairan oral apabila anak masih mau minum, pemantauan dilakukan setiap 12-24 jam.
1
a. Medikamentosa Antipiretik dapat diberikan, dianjurkan pemberian parasetamol bukan aspirin, diusahakan tidak memberikan obat-obat yang tidak diperlukan (misalnya antasid, anti emetik) untuk mengurangi beban detoksifikasi obat dalam hati, kortikosteroid diberikan pada DBD ensefalopati apabila terdapat perdarahan saluran cerna kortikosteroid tidak diberikan, antibiotik diberikan untuk DBD ensefalopati.
2
a. Supportif Cairan Cairan per oral + cairan intravena rumatan per hari + 5% deficit, diberikan untuk 48 jam atau lebih, kecepatan cairan IV disesuaikan dengan kecepatan kehilangan plasma, sesuai keadaan klinis, tanda vital, diuresis, dan hematokrit Pemberian cairan kristaloid isotonic selama periode kritis, kecuali pada bayi usia < 6 bulan yang disarankan menggunakan Nacl 0,45%. Penggunaan cairan koloid hiperonkotik, misalnya dekstran 40, dapat dipertimbangkan pada pasien dengan kebocoran plasma yang berat, dan tidak ada perbaikan yang adekuat setelah pemberian kristaloid.
Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan rumatan di tambah dengan 5% untuk dehidrasi. Jumlah tersebut hanya untuk menjaga agar volume intravascular dan sirkulasi tetap adekuat. Durasi pemberian terapi, cairan intravena tidak boleh melebihi 24-48 jam pada kasus syok. Pada kasus tanpa syok, durasi terapi tidak lebih dari 60-72 jam. Pada pasien obesitas, perhitungan volume cairan sebaiknya menggunakan berat badan ideal. Pemberian cairan selalu disesuaikan dengan kondisi klinis. Kebutuhan cairan intravena pada anak berbeda dengan dewasa Pemberian tranfusi trombosit tidak direkomendasikan pada anak.
2.2 Konsep Hipertermi
2.2.1 Definisi
Suhu inti tubuh di atas kisaran normal di oral karena kegagalan termoregulasi (Nanda, 2015-2017). Hipertermi adalah keadaan ketika individu mengalami atau
o
C) per beresiko mengalami kenaikan suhu tubuh 37,8 C (100
o o
oral atau 38,8 C (101
F) per rektal yang sifatnya menetap karena factor eksternal (Lynda Juall Carpenito, 2012).
2.2.2 Macam-macam suhu
Macam-macam suhu tubuh menurut (Tamsuri Anas, 2007) : 1.
Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36°C 2. Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36 – 37,5°C 3. Febris / pireksia, bila suhu tubuh antara 37,5 – 40°C 4. Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40°C
Berdasarkan distribusi suhu di dalam tubuh, dikenal suhu inti (core temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada jaringan dalam, seperti kranial, toraks, rongga abdomen, dan rongga pelvis. Suhu ini biasanya dipertahankan relatif konstan (sekitar 37°C). selain itu, ada suhu permukaan (surface temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada kulit, jaringan sub kutan, dan lemak. Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi sebesar 20°C sampai 40°C.
2.2.3 Batasan karakteristik 1.
Apnea 2. Bayi tidak dapat mempertahankan menyusu, pada dewasa nafsu makan berkurang
3. Gelisah 4.
Hipotensi 5. Kejang 6. Koma 7. Kulit kemerahan 8. Kulit terasa hangat 9. Latergi 10.
Postur abnormal 11. Stupor 12. Takikardi 13. Takipnea 14. Vasodilatasi
(Nanda, 2015-2017)
2.2.4 Faktor yang berhubungan 1.
Aktivitas berlebihan 2. Dehidrasi 3. Iskemia 4. Pakaian yang tidak sesuai 5. Peningkatan laju metabolism 6. Penurunan perspirasi 7. Penyakit 8. Sepsis 9. Suhu lingkungan tinggi
10. Trauma (Nanda, 2015-2017)
2.3.1 Pengkajian 1.
Pernah menderita DHF 6. Riwayat kurang gizi 7. Riwayat aktivitas sehari-hari 8. Pola hidup (life style) 9. Riwayat kesehatan keluarga 10.
4. Riwayat kesehatan dahulu 5.
Ruam pada kulit (kemerahan). Perdarahan pada kulit ptekie, ekimosis, hematoma, dan perdarahan lain : epitaksis, hematemesis, hematuria, melena.
Tidak nafsu makan, mual muntah, sakit saat menelan, dan lemah. Nyeri otot dan persendian. Konstipasi dan bisa juga diare. Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor. Batuk ringan. Mata terasa pegal, sering mengeluarkan air mata (lakrimasi), foto fobia.
3. Riwayat kesehatan sekarang Suhu tubuh meningkat sehingga menggigil yang menyebabkan sakit kepala.
2. Riwayat kesehatan klien Keluhan utama Biasanya pasien datang ke RS dengan keluhan demam lebih dari 3 hari, tidak mau makan, terdapat bintik merah pada tubuh.