KONSEP LIBAS DALAM AL-QUR’AN ( Studi Komparasi dalam Penafsiran Surat Al-A’raf Ayat 26 Antara Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Al-Azhar) SKRIPSI
i
KONSEP LIBAS DALAM AL- QUR’AN ( Studi Komparasi dalam Penafsiran Surat Al- A’raf Ayat 26 Antara
Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Al-Azhar)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
Oleh:
LAILA ALFIYANTI
NIM: 215-13-009
JURUSAN ILMU AL- QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN HUMANIORA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2017 ii
iii iv
v
MOTTO
Bukankan Allah ta’ala telah menurunkan pakaian untuk menutup aurat, perhiasan
dan pakaian takwa yang paling baik?
Syukurilah segala nikmat Allah ta’ala.
Karena hidup itu indah,
Dan akan lebih indah lagi jika kita senantiasa mensyukuri nikmatnya
PERSEMBAHAN
“Segala Puji hanya milik Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmad serta Ni’mat
yang tak terhingga pada penulis, shalawat beriring salam tetap tercurahkan kepada
junjugan kita Nabi Muhammad SWA yang telah menerangi zaman jahiliah menuju
zaman Islamiah dengan agama yang benar dan sempurna...”
Karya ini penulis persembahkan kepada orang-orang terkasih yang selalu ada untukku :
1. Bapak (Muslimin) dan ibu (Rumini), untuk setiap tetes keringat mereka demi memberikan kehidupan yang layak kepadaku. Dan setiap do‟a yang selalu menyertai setiap langkahku.
2. Kepada Abang (M. Samsuddin) dan Adikku (M. Mafatihul Falah) yang selalu memberikan semangat, membantu kesana kemari dan yang paling setia dalam menemani penulisan skripsi ini.
3. Dan buat Almamater Tercinta IAIN Salatiga, Khususnya bagi jurusan Ilmu Al- Qur ‟an dan Tafsir. Terimakasih, semoga Allah membalasnya.
vi
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Es (dengan titik di atas) Je
Zet (dengan titik di bawah) Koma terbalik di atas
Es (dengan titik di bawah) De (dengan titik di bawah) Te (dengan titik di bawah)
Es Es dan Ye
Er Zet
De Zet (dengan titik di atas)
Ha (dengan titik di bawah) Ka dan Ha
vii
Berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158/1987 dan 0543 b/U/1987, tanggal 22 Januari 1988.
}a’ ‘ain tidak dilambangkan b t s | j h} kh d z| r z s sy s} d} t} z} ‘ tidak dilambangkan
’ zai sin syin s}a>d d{ad{ t}a’ z
alif ba’ ta’ sa’ jim h{a’ kha’ dal z|al ra
ذ ر ز س ش ص ض ط ظ ع غ
ت ث ج ح خ د
Konsonan Tunggal Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan ا ب
Be Te
ؼ ؽ ؾ ؿ
Ta’ Marbutah
اء يل لو أا مةا رك
“al” serta bacaan kedua itu terpisah, maka ditulis dengan h.
Bila diikuti dengan kata sandang
(ketentuan ini tidak diperlakukan terhadap kata-kata Arab yang sudah terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti shalat, zakat, dan sebagainya, kecuali bila dikehendaki lafal aslinya).
ditulis ditulis hibah jizyah
ةب ه ةي زج
1. Bila dimatikan ditulis h
ditulis „iddah
ـ ف و ػه ء ي
Konsonan Rangkap karena Syaddah ditulis Rangkap ة عد
Apostrof Ye
We Ha
Em En
Ka El
Ef Qi
‘ y Ge
gain fa ’ qa>f ka>f lam mim nun wawu ha’ hamzah ya’ g f q k l m n w h
ditulis kara>mah al- auliya>’
2. Bila ta ‟ marbutah hidup atau dengan harkat, fathah, kasrah dan dammah ditulis t.
ز اةك لا ف رط
ditulis zaka>tul fit}ri
Vokal Pendek __
ditulis i kasrah
ِ
ditulis a fathah
__
ditulis u dammah
ِ ِ Vokal Panjang
fath}ah + alif a> ditulis
ج ها ل ي ة
ja>hiliyyah ditulis fath}ah + ya
‟ mati ditulis a>
يس ىع
ditulis yas’a> kasrah + ya
‟ mati ditulis i> كر مي ditulis kari>m d}ammah + wawu mati ditulis u>
ف ور ض
ditulis furu>d{
Vokal Rangkap
fath}ah + ya’ mati ditulis ai
ب ين كم
ditulis bainakum fath}ah + wawu mati ditulis au
قو ؿ
ditulis qaulun
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur senantiasa penulis tujukan kepada Allah ta‟ala, Shalawat dan salam teruntuk sang pujaan hati, Nabi Muhammad saw, beserta keluarga dan parasahab serta pengikutnya. Berjuta kesempatan-Mu mengantar penulis menggapaian. Rasa syukur tiada terkira, akhirnya skripsi yang berjudul “Konsep
libas dalam al-
Qur‟an (Studi komparasi dalam penafsiran aurat al-A‟raf ayat 26 antara tafsir Ibnu Katsir dan HAMKA) ini dapat terselesaikan meski masih banyak celah, karena berbagai kekurangan.
Skripsi ini sekalipun jauh dari kata sempurna, ini merupakan upaya penulis untuk memahami ayat Allah ta‟ala yang sangat luar biasa. Dalam hal ini penulis tentu tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak yang telah memberikan bimbingan, dukungan, motivasi, do‟a dan segalanya yang penulis perlukan secara jasmani dan rohani. Oleh karena itu dengan ikhlas setlus jiwa, penulis ungkapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Benny Ridwan, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora (FUADAH) dan seluruh jajaran Dekanat fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora, , Bapak Dr. Gufron Ma‟ruf, M.Ag., Bapak Dr. Sidqon, MA., dan Bapak Drs. Mubasirun, M.Ag., yang telah memberi dorongan dan motivasi.
2. Ibunda , Tri Wahyu Hidayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Ilmu al- Qur‟an dan Tafsir (IAT), yang telah memberi dorongan dan motivasi.
3. Bapak, Drs. Mubasirun, M.Ag., selaku pembimbing dalam penyusunan skripsi ini. Yang telah berkenan meluangkan tenaga, pikiran dan waktunya guna memberiakan, bimbingan, arahan dan saran-saran hingga selesainya skripsi ini.
4. Tak terkecuali, kepada Dr. Adang Kuswaya, M.Ag, Prof. Budihardjo, M.Ag, Dr. MUH Irfan Helmy, Lc. M.A., Miftachur Rif‟ah Mahmud, M.Ag, Pak Farid Hasan, S. Th.i, M.Hum dan semua dosen yang telah mengamalkan ilmunya pada mahasiswa.
5. Kepada orang tua tercinta Bapak Muslimin dan Ibu Rumini, yang selalu memberi semangat, dukungan dan do‟a mereka yang tiada tara untuk keberhasilan penulisan ini.
6. Untuk seluruh keluarga besarku, dek Mafat, mas taufik, mbak sinta dan mbak Masda. Yang selalu penulis repotkan. serta keluarga lainnya yang belum bisa penulis sebutkan satu persatu. Dan tak lupa yang special buat Abangku M. Samsuddin yang telah membantu kesana-kemari dan setia menemani serta memberi semangat dalam penulisan skripsi ini.
7. Teman-teman sehimpunan-seperjuanagn di jurusan IAT, yang menjadi patner akademis dan teman diskusi, Bapak Fauzi, MK. Ridwan, Wahyu Kurniawan, Triyanah, Rangga, Rohman, Husain Imad yang selalu julit, Udin, Fatah dan teman yang tidak sengaja selalu menemani di Perpustakaan dan mengurangi rasa jenuh dengan canda tawanya Saifunnuha, Bicha, Latif, Samsul, Muda‟i, Wahyu Nur Hidayah, Neny, Fatimah, Novita, Abrar, Fisa dan semua teman-teman yang mungkin bisa penulis sebutkan satu persatu.
8. Teman-teman al-Tt ar‟s, Serta kepada semua pihak yang barangkali belum tersebutkan, kami ucapkan terima kasih atas segala kontribusi, baik secara pikiran, waktu, motivasi, saran, materi, dukungan, serta doa. Akhirnya, penulis do‟akan semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis baik materi maupun non materi mendapatkan balasan yang lebih baik dari Allah Yang Maha Kuasa, Aminn. Semoga dengan adanya skripsi ini dapat memberi inspirasi bagi yang mendalami ilmu Al-
Qur‟an dan Tafsir.
ABSTRAK
Sandang dan pakaian merupakan kebutuhan manusia. Kapan atau dimana pun , baik terbelakang atau maju. pasti seseorang akan membutuhkan apa yang dinamakan pakaian. Banyak sekali sekarang dijumpai bahwa manusia khususnya wanita yang memakai pakaian tetapi tidak sesuai dengan syariat Islam. Padahal Pakaian mempunyai beberapa fungsi diantaranya, penutup aurat, perhiasan, sebagai pembeda dan sebagai pakaian takwa. Maka dalam tulisan ini akan menjawab tentang konsep libas yang termuat dalam surat al- A‟raf ayat 26.
Dari beberapa fungsi libas tersebut, penulis akan memgungkaap konsep
libas yang terdapat di dalam surat al-
A‟raf ayat 26, mengunakan penafsiran Ibnu Katsir dan HAMKA. Dengan metode yang digunakan oleh Ibnu Katsir dan HAMKA. Bisa ditarik kesimpulan bahwa konsep libas yang tertera dalam surat al-
A‟raf ayat 26, bahwa pakaian itu mempunyai beberapa fungsi : pertama, pakaian sebagai penutup aurat. Kedua, pakaian sebagai perhiasan. Dan ketiga, pakaian sebagai pakaian takwa. Fungsi pertama dan kedua merupakan pakaian lahiriah, sedangkan fungsi yang ketiga sebagai pakaian rohani dan pakaian rohani merupakan pakaian yang paling penting untuk memperindah fungsi yang sebelumnnya.
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................. iii
HALAMAN KEASLIAN TULISAN..................................................... iv
HALAMAN MOTTO.............................................................................. v
HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................... vi
HALAMAN PEDOMA TRANSLITERASI.......................................... vii
KATA PENGANTAR.............................................................................. x
ABSTRAK................................................................................................ xii
DAFTAR ISI............................................................................................. xiii
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang.............................................................................
1 B. Rumusan Masalah........................................................................
5 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..............................................
6 D. Kerangka Teori............................................................................
7
8 E. Kajian Pustaka.............................................................................
F. Metode Penelitian.........................................................................
11 G. Penegasan Istilah..........................................................................
13 H. Sistematika Penulisan .................................................................
18 BAB II : SEPUTAR LIBAS ATAU PAKAIAN A. Pengertian Libas atau Pakaian...................................................
21
B. Sejarah Pakaian...........................................................................
22 C. Fungsi Libas atau Pakaian...........................................................
25 D. Syarat-Syarat Berpakaian dalam Islam.....................................
29 BAB III : IBNU KATSIR DAN HAMKA SERTA PENAFSIRANNYA TERHADAP SURAT AL- A’RAF AYAT 26
A. Biografi Ibnu Katsir dan HAMKA 1. Ibnu Katsir..............................................................................
34 2. HAMKA.................................................................................
40 B. Sekilas Tentang Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Al-Azhar
1. Tafsir Al-
44 Qur‟an Al-Azhim....................................................
2. Tafsir Al-Azhar.......................................................................
46 C. Penafsiran Surat Al-
A‟raf Ayat 26
1. Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-
47 Qur‟an Al-Azhim.......................
2. HAMKA dalam Tafsir Al-Azhar.............................................
51 BAB
IV : PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA PENAFSIRAN IBNU KATSIR DAN HAMKA SERTA RELEVANSI DALAM KONTEKS KEKINIAN.
A. Persamaan antara Penafsiran Ibnu Katsir dan HAMKA...............
57 B. Perbedaan antara Penafsiran Ibnu Katsir dan HAMKA................
60
64 D. Keterkaitan atau Relevansi Kedua Mufasir dalam Surat Al-
A‟raf ayat 26.................................................................
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan...................................................................................
70 B. Saran..............................................................................................
70 DAFTAR PUSTAKA.............................................................................
73 BIOGRAFI PENULIS............................................................................
76 LAMPIRAN.............................................................................................
77
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah menciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan. Keberpasangan mengandung persamaan sekaligus perbedaan. Persamaan
dan perbedaan itu harus diketahui agar manusia dapat bekerja sama
1
menuju cita-cita kemanusian. Contohnya, Allah menciptakan laki-laki dan perempuan dalam fisik yang berbeda-beda. Meskipun manusia diciptakan dengan fisik yang indah. Tidak seharusnya keindahan itu dibiarkan terbuka dan dapat dikonsumsi untuk siapa saja. Untuk itu dibutuhkan sesuatu (pakaian) untuk menutupi keindahan tubuh agar tidak menimbulkan fitnah jika dibiarkan terbuka.
Sandang atau pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Kapan dan di manapun, maju atau terbelakang manusia beranggapan bahwa pakaian merupakan kebutuhan. Sekalipun kelompok nudis yang menganjurkan menanggalkan pakaian, merasa membutuhkannya, paling tidak ketika mereka merasakan dingin.
Akhir-akhir ini khususnya kaum wanita banyak sekali kita jumpai, baik remaja maupun dewasa yang mengenakan pakaian dengan beragam model, mulai dari yang ketat hingga bentuk tubuhnya kelihatan, tipis 1 M. Quraish Shihab, Perempuan, Tangerang : Lentera Hati, 2014, hlm. 2 sampai-sampai kulit tubuhnya tampak, pendek yang kemudian bagian- bagian tubuh yang harusnya ditutupi terlihat, pakaian yang panjang namun terdapat sobekan dari atas sampai paha, hingga faktanya wanita muslimah yang memakai kerudung hanya untuk menutupi rambutnya saja, sedangkan bagian leher dan lengan masih tampak. Ada juga yang berkerudung akan tetapi memakai pakaian yang ketat sehingga lekuk tubuhnya tampak. Padahal apabila kita cermati, bahwa kaum laki-laki belum tentu memiliki pandangan yang jelas tentang pakaian wanita.
2 Dalam al- Qur‟an libas menunjukan pakaian baik lahir maupun batin.
Pakaian diperlukan sebagai penutup aurat, untuk menutupi batasan-batasan yang telah ditentukan Allah kepada kaumnya. Hal ini diperlukan karena menutup aurat merupakan kewajiban bagi umat muslim. Dalam al-
Qur‟an (Q.S. al-
A‟raf (7) : ayat 26) dijelaskan, bahwa Allah telah mewahyukan kepada Adam untuk menutup auratnya yang kemudian ditiru oleh anak cucunya. Ayat ini memakai kalimat “Kami telah menurunkan” yang
3 menunjukan kegunaan pakaian untuk menutup aurat.
Secara umum, umat Islam mengenal kata libas sebagai pakaian atau sesuatu yang dipakai oleh manusia dan melekat pada tubuh. Dalam bahasa aslinya yaitu bahasa Arab, kata libas bisa berarti pakaian,
4
percampuran dan menutupi. Dalam kamus Lisan al- „Arab, dijelaskan 2
. M. Quraish Shihab, Wawasan Al- Qur‟an, (Bandung : Penerbit Mizan, cet : 09, 1999), hlm. 155. 3 . M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian al-
Qur‟an, jilid.V ( Jakarta : Lentera Hati, 2002), hlm. 58-59. 4 . Adib Bisri dan Munawir. A. Fatah, Kamus al-Bisri Indonesia-Arab Arab- Indonesia, (Surabaya : Pustaka Progressif, 1999), hlm. 652. bahwa kata libas memiliki arti pakaian yang dikenakan, percampuran,
5
ketentraman, amal shalih, malu, menutupi dan lain-lain. Dari arti dasar ini bisa diketahui bahwasannya kata libas mempunyai banyak arti tergantung dimana kata tersebut dipakai.
Al- Qur‟an merupakan kitab suci umat Islam dan merupakan objek kajian yang tidak pernah habis untuk diteliti. Dari sekian banyak ayat al-
Qur‟an yang berbicara tentang pakaian, ada juga Al-Qur‟an yang menerangkan tentang fungsi pakaian. Berbicara tentang fungsi pakaian, seperti yang terdapat dalam Al-
Qur‟an surat al-A‟raf (7) : 26
ْنِم َكِلَذ ٌرْ يَخ َكِلَذ ىَوْقَّ تلا ُساَبِلَو اًشيِرَو ْمُكِتآْوَس يِراَوُ ي اًساَبِل ْمُكْيَلَع اَنْلَزْ نَأ ْدَق َمَدآ ِنَِب اَي ِتاَيآ َنوُرَّكَّذَي ْمُهَّلَعَل ِوَّللا
Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu
pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan
pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah
sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah , mudah-mudahan mereka
selalu ingat.Ayat ini setidaknya menjelaskan dua fungsi pakaian, yaitu penutup aurat yakni hal-hal yang tidak wajar dilihat orang lain dan rawan, serta sebagai hiasan bagi pemakainya. Sebagian ulama menyatakan bahwa ayat 5
. Muhammad bin Mukarram bin Manzur al-Misri, Lisan al-Arab, juz IV (Bairut : Dar Shadir, 1996), hlm. 202-204. ini berbicara fungsi ketiga pakaian, yaitu fungsi takwa, dalam arti pakaian takwa dapat menghindarkan seseorang terjerumus ke dalam bencana dan
6
kesulitan, baik bencana duniawi maupun ukhrawi. Sebagai konsep yang berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari, kata libas menjadi menarik untuk dikaji lebih lanjut. Karena seperti yang pernah kita ketahui, konsep pakaian dalam kata libas belum sepenuhnya terungkap. Banyak yang berasumsi jika libas dalam al-
Qur‟an meiliki arti pakaian saja. Padahal di samping sebagai pakaian lahir, dalam surat al- A‟raf ayat 26 juga menyatakan bahwa ada yang dinamai libas at-taqwa dzalika khair /
pakaian takwa dan itu lebih baik . Takwa adalah pakaian kesiapan.
Maksudnya kesiapan untuk bersedia dan bersegera mentaati perintah Allah
7 dan menjahui segala laranganNya.
Apalah artinya keindahan lahir, kalau tidak disertai dengan keindahan batin? Libas at-taqwa / pakaian takwa menutupi hal-hal yang dapat memalukan dan memperburuk penampilan manusia jika terbuka. Keterbukaan aurat jasmani dan rohani dapat menimbulkan rasa perih dalam jiwa manusia., hanya saja rasa itu akan lebih besar bila aurat rohani
8 terbuka.
Yang sering menjadi masalah bagi sementara orang adalah memadukan antara fungsi pakaian sebagai hiasan dengan fungsi pakaian 6
. M. Quraish Shihab, Wawasan Al- Qur‟an, (Bandung : Penerbit Mizan, cet : 09, 1999), hlm. 159-160. 7 . Salim A. Fillah, Agar Bidadari Cemburu Padamu, (Yogyakarta : PRO-U
Media, cet :13, 2010), hlm. 62. 8 . M. Quraish Shihab, Jilbab Pakaian Wanita Muslimah, (Tangerang : Lentera Hati, cet :08, 2014), hlm. 52. sebagai penutup aurat. Di sini tidak jarang orang tergelincir sehingga mengabaikan ketertutupan aurat demi sesuatu yang dinilainya keindahan dan hiasan. Agama Islam menghendaki para pemeluknya agar berpakaian sesuai dengan fungsi-fungsi tersebut atau paling sedikit fungsinya yang terpenting adalah menutup aurat. Karena penampakan aurat dapat menimbulkan dampak negatif bagi yang menampakan serta bagi yang melihatnya.
Untuk membuka tabir polemik seputar pakaian, maka penulis akan mencoba menulis skripsi d engan judul “ KONSEP LIBAS DALAM AL-
QUR’AN ( Studi Komparasi dalam Penafsiran Surat Al-A’raf ayat 26 Antara Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Al- Azhar) ” B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian dan latar belakang di atas, maka penulis akan merumuskan beberapa pokok permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini. Pokok permasalahan itu dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana penafsiran Ibnu Katsir dan HAMKA mengenai konsep
libas dalam surat al-
A‟raf ayat 26?
2. Bagaimana persamaan dan perbedaan antara tafsir Ibnu Katsir dan tafsir al-Azhar dalam menafsirkan konsep libas dalam surat al- A‟raf ayat 26?
3. Bagaimana relevansi penafsiran Ibnu Katsir dan HAMKA terhadap surat al- A‟raf ayat 26 dalam kehidupan di masyarakat? C.
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dijelaskan di atas, maka penulis mempunyai tujuan dan kegunaan penelitian, sebagai berikut :
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui Penafsiran Ibnu Katsir dan HAMKA mengenai konsep libas dalam surat al- A‟raf ayat 26.
b. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan antara tafsir Ibnu Katsir dan tafsir al-Azhar dalam menafsirkan konsep libas dalam surat al-
A‟raf ayat 26.
c. Untuk mengetahui relevansi penafsiran Ibnu Katsir dan HAMKA terhadap surat al- A‟raf ayat 26 dalam kehidupan di masyarakat.
2. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini sebagai berikut :
a. Diharapkan memberi pengetahuan mengenai konsep libas menurut penafsiran Ibnu Katsir dan HAMKA.
b. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi kontribusi dalam studi al- Qur‟an, selain itu dapat menambah khazanah keilmuan, trutama dalam jurusan Ilmu al-
Qur‟an dan Tafsir.
D. Kerangka Teori
Seperti yang disinggung di atas, penelitian ini berdasarkan ayat al- Qur‟an tentang konsep libas, seperti yang telah diketahui bahwa libas memiliki arti yang luas dan mempunyai fungsi yang banyak. Selain menjadi penutup aurat libas mempunyai makna perhiasan. Seperti halnya al-
Qur‟an surat al-A‟raf (7) : 26 yang menjelsakan tentang fugsi pakaian sebagai penutup aurat dan perhiasan. Selain itu ayat ini juga menerangkan fungsi ketiga pakaian yaitu sebagai pakaian takwa.
Sebagai mana pendapat Quraish Shihab mengenai fungsi libas sebagai penunjuk identitas dan pembeda antara seseorang dengan yang lain. Berikut merupakan fungsi libas : pertama, Penutup Sau-at Aurat : Kata Sau-at sama maknanya dengan aurat, yang terambil dari kata „ar yang berarti onar, aib dan tercela. Keburukan ini tidak harus dalam arti sesuatu yang buruk, akan tetapi bisa juga karna ada faktor lain yang mengakibatkannya buruk. Karna tidak satupun dari bagian tubuh yang buruk karena seemuanya baik dan bermanfaat termasuk aurat. Tetapi bila
9 Kedua, dilihatan orang, maka “ kelihatanlah” yang menjadikannya buruk.
Perhiasan : Di bagian terdahulu telah dikemukakan ayat al- Qur‟an yang memerintahkan umat Islam agar memakai perhiyasannya lebih-lebih ketika berkunjung ke mesjid (QS al-
A‟raf (7) : 31. Perhiasan adalah sesuatu yang dipakai untuk memperelok. Tentunya pemakaiannya sendiri 9
. M. Quraish Shihab, Wawasan Al- Qur‟an, (Bandung : Penerbit Mizan, cet : 09, 1999), hlm. 161. harus lebih dahulu manganggap bahwa perhiasan tersebut indah, kendati
10 orang lain tidak menilai indah atau pada hakikatnya tidak indah.
Allah Swt. Menyebutkan anugrah yang telah diberikannya kepada hamba-hambanya, antara lain Dia telah menjadikan untuk mereka pakaian dan perhiasan, pakaian untuk menutupi aurat, sedangkan perhiasan untuk memperindah penampilan lahiriah. Pakaian termasuk kebutuhan pokok, sedangkan perhiasan termasuk keperluan sampingan.
Selain itu dalam ayat tersebut juga dijelaskan, “Dan pakaian takwa
itulah yang lebih baik. (al-
A‟raf :26). Menurut Ibnu Katsir, ulama tafsir berbeda pendapat mengenai maknanya. Ada yang mengatakan bahwa
libasut takwa adalah pakaian yang dikenakan oleh orang-orang yang
bertakwakelak di hari kiamat. Selain itu libasut takwa ialah iman. (dan pakaian takwa) yakni amal saleh dan akhlak baik.
E. Kajian Pustaka
Seperti yang disinggung di atas, penelitian ini merupakan penelitian komparasi atas sebuah konsep atau kata kunci dalam al- Qur‟an.
Karena itulah, meskipun perihal sudah banyak dibahas dalam beberapa penelitian , belum ada satupun diantaranya yang seecara khusus membahas konsep libas dalam surat al-A
‟raf. Maka alam penelitian ini, penulis merujuk pada karya-karya yang membahas tentang libas (pakaian) dalam
10 . M. Quraish Shihab, Wawasan Al- Qur‟an... hlm. 163. al- Qur‟an. Penulis mengadakan penelusuran terhadap karya-karya yang telah membahas tema yang sama antara lain sebagai berikut :
Pertama, buku karya KH. A. Mudjib Mahalli yang berjudul
“Muslimah dan Bidadari (Serpihan Hikmah di Balik Kitab Klasik)”.
Dalam judul buku ini sekilas menyiratkan makna bahwa seluruh Muslimah harus berpegang teguh pada ajaran agama, bejiwa mulia dan berakhlak islami, karena hal tersebut merupakan kunci kemaslahatan dan kebahagiaan bagi setiap individu maupun masyarakat. Salah satunya dengan memakai busana muslimah yang memenuhi standar syari‟ah. Diantaranya : menutup seluruh tubuh, terbuat dari kain yang tebal bukan
11 yang tipis dan menutupi perhiasan yang menempel pada tubuh.
Kedua,
buku karya Ibnu Khalis yang berjudul “Segala Jenis
Kesalahan Paling Sering dalam Berjilbab dan Berbusana Muslim
” di dalam buku ini menerangkan bagaimana kriteria dalam berjilbab dan berbusana muslimah, berjilbab dan berbusana muslimah menurut syariat Islam dan masih banyak bab-bab yang menerangkan tentang bagaimana menjaga tubuh dengan baik dari godaan setan dan juga manusia. Dalam hal ini dengan menjaga dan menutup aurat dengan jilbab dan busana Muslimah.
11 . A. Mudjib Mahalli, Muslimah dan Bidadari (Serpihan Hikmah di Balik Kitab Klasik), Yogyakarta : Mitra Pustaka, cet : ke dua, 2002.
Ketiga,
Skripsi yang berjudul “Penafsiran M. Syahrur atas Pakaian
12 Perempuan dalam al- Di dalam skripsi ini Qur‟an” karya Fazat Azizah.
dijelaskan tentang pandangan beberapa ulama tafsir kontemporer mengenai pakaian terutama pakaian perempuan. Skripsi ini hanya menjelaskan tentang penafsiran Syahrur mengenai pakaian dalam al- Qur‟an dan tidak menjelaskan tentang semantik. Keempat, Skripsi yang berjudul “ Kajian Semantik Kata Libas dalam al-Qur‟an” karya Unun
13 Nasihah. Fakultas Ushuluddin, UIN Sunan Kalijaga. Dalam skripsi ini
dijelaskan mengenai makna libas yang terdapat dalam al- Qur‟an, membahas variasi lafadz-lafadznya serta membahas semantik kata libas yang terdapat dalam al-
Qur‟an. Kelima, Skripsi yang berjudul “Etika
Berpakaian Perspektif Al-Kitab dan Al- Quran” karya Arief Saefullah. Di
dalam skripsi ini dijelaskan bagaimana etika berpakaian yang digambarkan dalam al-Kitab dan Al- Qur‟an. Dan bagaimana perbedaan dan persamaan yang terdapat dalam al-Kitab dan Al-
Qur‟an ketika menjelaskan tentang etika berpakaian.
Selanjutnya, Jurnal Tingkat Sarjana yang berjudul “Mengenakan Pribadi” karya Megan Arlin, Program Studi Sarjana Seni Grafis, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB. Dalam jurnal ini dijelaskan tentang arti pakaian di luar fungsi pokok pakaian tersebut, penulis mengungkap bahwa pakaian akan memberikan kecantikan, kebanggaan, identitas dan 12
. Fazat Azizah, „‟Penafsiran M. Syahrur atas Pakaian Perempuan dalam al- Qur‟an”, Skripsi fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2006. 13 . Unun Nasihah, “ Kajian Semantik Kata Libas dalam al-Qur‟an”, Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2013. juga menjadi suatu privasi. Dijelaskan juga penulis tidak memandang bahwa pakaian sebagai kebutuhan pokok melainkan sebagai sesuatu yang emosional.
Sebenarnya penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian- penelitian sebelumnya. Dalam penelitian ini penulis akan membahas konsep libas dalam surat al-
A‟raf ayat 26 studi komparasi atas tafsir Ibnu Katsir dan al-Azhar . Adapun yang membedakan penelitian kali ini dengan penelitian sebelumnya adalah bagaimana kedua mufasir menafsirkan konsep libas yang tertera dalam surat al-
A‟raf ayat 26. Selain itu membahas ayat-ayat yang berhubungan dengan ayat tersebut serta memaparkan relevansi konsep libas dengan konteks masyarakat sekarang. penelitian ini mengunakan metode komparatif dengan judul konsep libas dalam Al-
Qur‟an surat Al-A‟raf ayat 26 studi komparasi atas tafsir Ibnu Katsir dan HAMKA.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian Penelitian ini tergolong penelitian kualitatif, bisa juga
14
dikatagorikan sebagai penelitian kepustakaan. Yang mana objek penelitiannya bersumber dari buku-buku kepustakaan dan akan disandarkan pada teks-teks tertulis yang berkaitan dengan pokok bahsan
14 . M. Rusli, “Metode Penulisan” dalam M. Alfatih Suryadilaga (dkk), MetodologiIlmu Tafsir, (Yogyakarta : Teres, 2005), hlm. 153. yang diangkat. Baik itu bersumber dari kitab, buku, jurnal, artikel maupun karya ilmiah yang sesuai dengan objek kajian.
2. Sumber Data Adapun seluruh sumber data dalam penelitian ini adalah data pustaka dengan klasifikasi sumber data primer dan sumber data sekunder.
Sumber data primer adalah tafsir karya Ibnu Katsir yang berjudul Tafsir
Al- Qur‟an al-Azim dan tafsir karya Buya HAMKA yang berjudul Tafsir
al-Azhar, yang berhubungan dengan konsep libas yang menjadi pokok
pembahasan dalam penelitian. Sedangkan untuk data sekunder, penulis merujuk kepada buku-buku yang memiliki korelasi dengan tema-tema penelitian, yang terdiri dari pemikiran para mufassir mengenai tema pokok penelitian. Selian itu penulis juga merujuk kepada artikel atau jurnal yang berkaitan dengan tema.
3. Teknik Pengumpulan Data Karena semua sumber data penelitian ini adalah sumber pustaka, teknik pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan berbagai data dari sumber yang relevan, kemudian diseleksi. Sumber data tersebut berasal dari dua tafsir inti, kamus, semua sumber data berupa buku, jurnal dan lain-lain yang berhubungan dengan tema penulisan. Setelah data terkumpul akan dipilih atau diseleksi data-data tersebut sesuai dengan bab atau sub bab bahasan yang ada, kemudian data dianalisis dengan kirtis.
4. Teknik Analisis Data Setelah terkumpul, data-data tersebut diolah dengan deskriptif- analisis kemudian komparatif. Dalam konteks penelitian ini, teknik tersebut diaplikasikan dengan tiga langkah. Pertama, menghimpun surat al-
A‟raf ayat 26 yang dijadikan objek studi, kemudian menoleh kepada ayat-ayat yang berhubungan dengan ayat tersebut. Kedua, menganalisis pendapat kedua ulama tafsir dengan memadukan dua tokoh mufasir klasik dan kontemporer dan ketiga, membandingkan pendapat-pendapat mereka untuk mendapatkan informasi yang berkenaan dengan identitas dan pola berfikir dari masing-masing mufasir. Pemilihan teknik yang demikian juga menyiratkan bahwa penelitian ini tidak sekedar memindah dan menyebut kembali data yang didapat dari sumber-sumber data. Selain itu, penelitian ini juga menekankan ciri komparatifnya dengan membandingkan kedua objek penelitian ini untuk kemudian menjelaskan persamaan dan perbedaan kedua tafsir tersebut dan relevansi pemikiran kedua mufasir dengan konteks kekinian.
G. Penegasan Istilah
Untuk memperjelas konsep-konsep dasar dalam penelitian ini, penulis merasa perlu untuk memjelaskan istilah-istilah yang terkait sebagai berikut :
Konsep, adalah kata tunggal bisa dinyatakan dengan bahasa
apapun. Konsep bisa dinyatakan dengan huud dalam bahasa Jerman, chien dalam bahasa Prancis dan perro dalam bahasa Spanyol. Konsep dapat didefinisikan sebagai suatu gagasan atau ide yang relative sempurna dan bermakna. Sedangkan dari pengertian lain konsep adalah rancangan, ide dan peristiwa yang diabstrakkan dari peristiwa kongrit, atau apapun yang ada diluar bahasa yang digunkan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. Dengan demikian konsep merupakan suatu peta perencanaan untuk masa depan, sehingga bisa dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan
15 segala kegiatan.
Libas, dalam bahasa aslinya terdapat pada bahasa Arab, kata libas
16
bisa berarti pakaian, percampuran dan menutupi. Dalam kamus Lisan al-
„Arab, dijelaskan bahwa kata libas memiliki arti pakaian yang dikenakan,
17 percampuran, ketentraman, amal shalih, malu, menutupi dan lain-lain.
Dari arti dasar ini bisa diketahui bahwasannya kata libas mempunyai banyak arti tergantung dimana kata tersebut dipakai.
Al- Qur‟an berasal dari bahasa Arab qara‟a yang berarti
menghimpun huruf-furuf dan kata-kata yang satu dengan yang lain dalam suatu ucapan yang rapi. Al- Qur‟an adalah kitab suci yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad dengan perantara malaikat Jibril, sebagai petunjuk dan pedoman bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia
15 . W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1991), hlm. 456. 16 . Adib Bisri dan Munawir. A. Fatah, Kamus al-Bisri Indonesia-Arab Arab-
Indonesia, (Surabaya : Pustaka Progressif, 1999), hlm. 652. 17 . Muhammad bin Mukarram bin Manzur al-Misri, Lisan al-Arab, juz IV (Bairut : Dar Shadir, 1996), hlm. 202-204. dan akhirat. Al- Qur‟an diturunkan secara berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari dan setiap turunnya ayat Nabi memerintah sahabat untuk menulis ayat. Para sahabat menulis ayat-ayat tersebut di kepingan-
18 kepingan tulang, pelepah kurma dan batu-batu.
Metode Tafsir Komparatif (muqaran)
adalah metode tafsir yang menjelaskan al- Qur‟an dengan cara perbandingan atau bisa juga disebut dengan metode komparatif (metode perbandingan). Prof. Muin Salim menjelaskan bahwa metode muqaran digunakan dalam membahas ayat- ayat al-
Qur‟an yang memiliki kesamaan redaksi namun berbicara tentang topik yang berbeda, atau sebaliknya topik yang sama dengan redaksi yang berbeda. Ada juga diantar penafsir yang membandingkan antara ayat-ayat
19
al- Qur‟an dengan hadis Nabi. Yang secar lahiriah tampak berbeda.
Ada juga pengertian yang lebih luas mengenai metode tafsir perbandingan antara lain : Pengertian dari bebrbagai literatur yang ada, dapat dirangkum apa yang dimaksud dengan metodologi komparatif :
1) Membandingkan teks ayat-ayat Al- Qur‟an yang memiliki persamaan atau kemiripan redaksi dalam dua kasus atau lebih, atau memiliki redaksi yang berbeda bagi satu kasus yang sama.
2) Membandingkan ayat Al- Qur‟an dengan hadis
18 . Hasby Ash-Shidiqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Tafsir, (Jakarta : Bulan Bintang, 1955), hlm. 61-65. 19 . Muin Salim, Metodologi Ilmu Tafsir, (Yogyakarta : TERAS, Cet. 1, 2005), hlm. 46-47
3) Membandingkan berbagai pendapat ulama tafsir dalam
20
menafsirkan Al- Qur‟an. Urgensi Metode Komparatif, Berdasarkan uraian di atas, metode komparatif amat penting posisinya, terutama dalam rangka mengembangkan pemikiran tafsir yang rasional dan objektif, sehingga dapat gambaran yang komprehensif berkenaan dengan latar belakang lahirnya suatu penfsiran dan dapat dijadikan perbandingan dan pelajaran dalam mengembangkan penafsiran Al-
Qur‟an pada priode-priode
21 selanjutnya.
Dari ciri-ciri komparatif di atas, penulis akan mencoba membandingkan pendapat ulama tafsir dalam menafsirkan al- Qur‟an.
Sebagai mana tema penelitian ini, akan membandingkan penafsiran Ibnu Katsir dan HAMKA dalam memahami konsep libas yang tertera dalam surat al-
A‟raf ayat 26.
Surat Al-Araf,
surat al- A‟raf adalah surat yang ke 7 dari 114 surat
Al- Qur‟an, surat al-A‟raf terdiri dari 206 ayat dan termasuk golongan surat-surat Makkiyyah karena seluruh ayatnya diturunkan di Makkah, surat ini dinamakan al- A‟raf yang berarti tempat tertinggi.
Tafsir al- Qur‟an al-Azhim sering dikenal sebagai tafsir Ibnu Katsir,
pada dasarnya, tafsir ini merupakan sebuah tafsir yang pengarangnya 20
. Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al- Qur‟an, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2000), hlm. 65 21 . Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al- Qur‟an, hlm. 146 merupakan imam yang terhormat, cendekia yang bergelar al-Hafidz Imaduddin Abil Fida‟ Ismail bin Katsir al-Qurasyi ad-Damasyiqi. Ibnu Katsir mengunakan metode yang valid dan jalan ulama salaf yang mulia yakni, metode
bil ma‟tsur penafsiran al-Qur‟an dengan Al-Qur‟an,
penafsiran AL- Qur‟an dengan hadis, dengan pendapat para ulama salaf yang saleh dari kalangan para sahabat dan tabi‟in dan dengan konsep-
22 konsep bahasa arab.
Tafsir al-Azhar merupakan karya gemilang HAMKA.
Penulisannya di mulai sejak tahun 1958. Didalam tafsir ini ia mengomunikasikan ide-ide barunya dalam menafsirkan al- Qur‟an. Ide-ide pembaruannya sebagai hasil interaksinya dalam bidang agam, sosial budaya dan politik itu telah memperkaya nuansa penafsirannya. Terdapat karakter umum bahwa tafsir al-
Qur‟an berbahasa non Arab, dalam tahapan
23
penafsirannya senantiasa merujuk pada tafsir berbahasa Arab. Tafsir al- Azhar layak disebut tafsir al-
Qur‟an. Karena pemahaman mufasir HAMKA memenuhi kriteria penafsiran. Diantara kriteria itu ialah dari segi penjelasan lafadz, kalimat ayat dengan sumber, alat dan satuan kajian dan pemahaman, mufasir telah menerapkan prinsip-prinsip penafsiran yang berlaku. Secara umum metode yang digunakan dalam tafsir al-Azhar
22 . Muhammad Nasib ar- Rifa‟i, Tafsiru al-Aliyyul Qadir li Iktishari Tafsir Ibnu
Katsir, (Maktabah Ma‟arif Riyadah, cet :baru, 1989 M). 23 . Al-Zahabi, Tafsir Wa Mufassirun, Mesir : Dar al-Kutub al-Hadisah, 1976. adalah metode tahlili dengan pendekatan sastra dan bercorak adabi
24 ijtima‟i.
Jadi, yang dimaksud dengan dengan konsep libas dalam al- Qur‟an studi komparasi penafsiran surat al-
A‟raf ayat 26 atas tafsir Ibnu Katsir dan tafsir al-Azhar adalah menjelaskan bagaimana konep libas yang tertera dalam surat al-
A‟raf ayat 26 menurut kedua ulama tafsir klasik dan kontemporer. Maksud dari pada pembahasan ini adalah konsep libas yang dapat diambil dari pemahaman surat al- A‟raf ayat 26. Berbicara tentang fungsi pakaian, seperti yang terdapat dalam Al-
Qur‟an surat al-A‟raf (7) :
26. Dari ayat tersebut penulis menemukan fungsi pakaian lahir maupun fungsi pakaian batin.
H. Sistematika Penulisan
Sebagai usaha untuk membahas pokok permasalahan dalam skripsi ini, penulis memaparkan pembahasan dalam lima bab, dimana antara satu bab dengan bab lainnya mempunyai keterkaitan yang logis.
Pembahasan diawali dengan bab satu yaitu pendahuluan yang mencakup beberapa hal yakni latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teori, telaah pustaka, metode penelitian, penegasan istilah dan diakhiri dengan sistematika pembahasan.
Bab pertama ini merupakan acuan atau gambaran umum tentang
24 . Ratnah Umar, 2015. Tafsir al-Azhar Karya HAMKA (metode dan Corak Penafsirannya). Jurnal Al-Asas, Vol.111, No.1 : 19-22. keseluruhan penelitian, juga berfungsi untuk menjelaskan batas-batas penelitian, metode yang digunakan dan sistematika.
Bab kedua, pembahasan seputar libas atau pakaian secara umum. Pada bab ini membahas tentang seputar pakaian seperti : pengertian, sejarah pakaian, fungsi pakaian dan syarat-syarat berpakaian dalam Islam.
Uraian ini merupakan salah satu acuan untuk memetakan konsep libas.
Bab ketiga, Penafsirannya Ibnu Katsir dan HAMKA atas surat al- A‟raf ayat 26. Bab ini dibagi menjadi beberapa subbab, subbab pertama, menjelaskan tentang Biografis Ibnu Katsir dan Hamka. Subbab kedua, sekilas tentang Tafsir Ibnu Katsir dan al-Azhar. Subbab ketiga, membahas tentang penafsiran Ibnu Katsir dan HAMKA terhadap surat al-
A‟raf ayat 26.
Selanjutnya, bab keempat berisi analisis data, pada bab ini dibagi menjadi dua subbab. Yang pertama tentang persamaan dan perbedaan penafsiran kedua mufasir dan bab kedua berisi tentangg relevansi penafsiran kedua mufasir atas surat al-
A‟raf ayat 26 dengan konteks kekinian.