10.Pengendalian penyakit blas pada padi di lahan pasang surut

P E N G E N D A L IA N

P E N Y A K IT

DJ LABAN

RAW A

BLAS

PASANG

PADA

PADI

SURUT

H. Mukhlis dan B. Prayudi
R T N G K A S A N XWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
P e n y a k i t ZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

B io s P a d a p a d t d i L a h a n l 'a s a n g S u r u t .
l 'c n y a ,

P e n g e n d a lia n
k a n o le h
padi di
y C in g

. l0 I 1 7 U I '

la h a n

r ( ( \ I 'O

/ ) ( / . \ '( / n g

f C ll1 0 ll7 O J 1 I J ( { ( ! ii.

P a io g c n


penggunaan

u n tu k

v a r ic ta s
ta n a h

k e s u b u ra n

s e rta

m c n g a ta s i

cukup

s t a b il

sudah

m e n ip e n g a r u h !


60 per

l/ k s t r u k

ta h a n ,

s e la n ia

h c k ta r

b la s

d is c b a b -

kg

ta n a m a n

padi


/H o -/

s c ra n g a n

abu

s c k a tn

b ia s .

fJ c r

!R o o

n ic n c k a n

ra w a

w akt


p u p u k N I 'K

I

tin g k a t

d U 1 I 1 I , I I / 'I I ! .

d U 1 I 1 I lo d o

e C I I , I ! , ( 'f ) d u l/ u f )

d O li

/ lI 7 g k llllg o n
p c rtu m -

m cncapai


h a ra

lli/ s a lig

I)O % '

p e n g a tu r a n
(/0 1 7

ls c b e r a p a

I 1 1 C lI I lJ / I I l\ o i

P erbcdaan

l 'c m a k a i a n

h e k ta r

c f is ie n .


d i la h a n

dan

c /O /J U f

I O / 1 ( { l1 1 o n

t in g k a t

o lc h k e m a m p u a n

c fe k tifd a n

J lI I I S I l} ) c ii s u a t n t c n ip a t .

in t c n s it a s

in i


penyerapan

k e s e im b a n g a n
y O l1 g

te la h d ik e ta h u i

b e b e ra p a

500

cuaca.

pada

p c n y a k it

s e n iu a


l u n o t n i l ZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
tin u n , tr ic v c lu tu } :
. k u : 1 . \ ( ) ( I I '( lli( ) / 1 1 i1 ( F k ll/ lll1 ll1 k

d u lu tu

b la s y a n g

p a d a k a n c lis i

m e ru s a k

m e n g in fik s i

s a n g a t d ip e n g a r u h i

p c n g u n a a n f u n g is id a

p c n c lit ia n


sangat
dapat

d is c b a b k a n

b io s

k o n d is i

in i

b la s

don

yang

p e n y a k it

p c n y a k it


d ila k s a n a k r m . D a r i

1 " lI l1 g I S U ( iI

K c r u g ia n

p e n g e n d a lia n

K e b e r h a s ila n

nabuu

s u ru t.

m c n g lln t lln g k C ll1 . p e r k e m o o n g iJ io k o l1 n y o

buhan

if

utsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
Pvricularia grisea m e r u p a k a n s a l a h s a t u p e n y a k i t p e n t i n g / I { ( ( / U

tin g k a t

p c n e lit ia n

te la h

s u ru t

yong

k c tu h a n a n

u 1 0 1 1 0 1 1 jI

(J

lia r i

c / C l7 g 0 1 1d o s is
s c ra n g u n

b la s

I I I C 'I I , i: l'lI r f ll/ ik llll

s a /a

9 0 -9 0 le h e r
b lit:

1 'f llllh lll, 1 ! , / l'I I , 1 ! , k I lO S h C I , ( } ( ) lc lI . I '1 1 I 1 1 1 1 1dki/ ( / l( lk U lljilll, l! , is ic / u

b lu s .

P E N D A B U L lf A N

Pernanfaatan
lahan rawa pasang
surut untuk pertanian
mcrupakan
pilihan
alternati f yang strategis karena dal am jangk a panjang ketersediaan
lahan pertanian
pul au Jawa akan sangat terbatas
Lahan rawa pasang surut dengan luas
produktifdi
9,45 jura ha (Nedeco
Euro Consult,
1984) dinilai mernberikan
prospek
baik pad a
masa datang bila dikembangkan
sebagai areal pertani an dalam usaha peningkatan
Beberapa
hasil penelitian
menunjukkan
bahwa potcnsi hasil
produksi padi nasional
padi cukup tinggi yakni 3,0-5,0 t gkg/ha (Mukhlis dan Simatupang.
1(99)
Salah satu masalah
dalarn usaha buclidaya padi c1i rawa pasang surut adalah
peuyakit
blas
Mcsk ipun spcsifikasi
data laporan mcngcnai
luas scrangan
blas pada
pertanaman
padi
pasang
surut
tidak
tersedia.
namun
dari beberapa
laporan
mcnunjukk
an bahwa pcnynkit
ini dijumpai
hampir di scmua lok asi pasang smut baik
di Kalimantan
Sel atan dan Kalimantan
Tengah
rnaupun di Sumatera
Selatan
(Mukhlis,
1989; Syarn e t a l . , 19(3) Berclasarkan
fase pertumbuhan
tanaman
yang
dirusaknya,
penyakit
blas dibedakan
atas blas daun clan bIas Ieher.
Bias leher lebih
merusak
dan lebih merugikan
dibanding
blas daun karena
menyebabkan
gabah

P e n y a k lt

m({S

73

I

..,. ZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
utsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
menjadi hampa (Ahn dan Amir, 1985). Kerugian yang disebabkan penyakitini dapat
mencapai 90%, tergantung pada bagian tanaman yang diserangnya (Mehrota, 1980).
.•.
Dalam tulisan ini diuraikan pengaruh lingkungan terhadap perkembangan
blas dan penelitian yang telah dilakukan sebagai upaya untuk menekan kerugian
pcnyakit tersebut di lahan rawa pasang smut.
yang diakibatkan

PENGARUH

LINGKUNGAN

TERHADAP

PERKEMBANGAN

BLAS

Perkembangan
penyakit bIas dapat berbeda pada musirn dan lokasi yang
berbeda pula, karena faktor lingkungan seperti kelembaban udara,jumlah
dan Iamanya hujan, embun, suhu, varietas, teknik budidaya dan kandungan unsur hara dalam
tanah.
Kelembaban
yang tinggi menguntungkan
bagi perluasan
bercak dan
perkembangan
penyakit. Agar terjadi infeksi diperlukan kelembaban relatif lebih
dari 92% dan suhu sekitar 24°C selama beberapa jam. Penyakit bIas dapat berkembang hebat bila kelembaban relatif di atas 90% dan suhu malam hari maksimum
20-24°C terus menerus selama 2-4 hari. Dalam udara yang lernbab, yakni biasanya
padamalam hari dihasilkan spora(Ou. 1985).
Banyak dan lamanya hujan berpengaruh terhadap banyaknya spora udara.
Pada musim hujan konsentrasi spora tertinggi di udara 43,8 spora per liter udara,
sedangkan pada musim kemarau, konsentrasi tertinggi 8,8 spora per liter udara
CIRRI, 1963; OuXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
e t a l . , 1974 d a l a m Fachrur Rozy, 1981). Hujan lebat yang terjadi
dalam waktu singkat tidak membantu perkembangan
bIas. Sebaliknya, hujan rintikrintik tetapi lama merupakan kondisi yang menguntungkan
bagi bIas untuk berkembang dan mengi nfeksi tanaman (M ukelar dan Anggiani, 1985).
Embun berpengaruh terhadap pelepasan spora dan infeksi. Bila masa embun
lebih lama maka spora akan lebih cepat serta lebih banyak dilcpaskan clan akan lebih
hebat infeksi yang terjadi (lRRI, 1977).
Suhu optimum untuk infeksi adalah 25-28°C (Nuque dan Bandong, 1972).
Masa inkubasi antara 5-6 hari pada suhu 24-25°C dan 4-5 hari pada suhu 26-28°C.
Suhu optimum untuk infeksi sama dengan suhu optimum yang diperlukan untuk
pertumbuhan
miselia, sporulasi dan perkecambahan
spora (Mukelar dan Kardin,
1991).
" ~
Faktor teknik budidaya
juga mernpengaruhi
perllembangan
penyakit.
Bercocok tanarn rapat diikuti dengan pemberian pupuk nitrogen yang berlebihan
akan menguntungkan
bagi perkembangan
penyakit, karena tanaman yang rimbun
akan menimbulkan
agroklimat
yang lebih baik sehingga kelembaban
relatif di
sekitar tanaman naik (Kustianto c t a l . , 1982) Pengaruh pupuk nitrogen terhadap
serangan patogcn bIas telah dibuktikan. lntensitas pengaruh pupuk tersebut tergantung padajenis tanah, keadaan iklim dan cara aplikasinyaMakin
cepat reaksi pupuk

74

H. Mukhlis clan B. Prayudi

nitrogen, makin cepat pula meningkatkan
serangan patogen bIas. Pada tanah lempung, serangan patogen bIas lebih ringan daripada tanah berpasir. Pada umumnya
pengaruh nitrogen terhadap sel epidermis adalah meningkatnya permeabil itas air dan
menurunnya kadar silikat, sehingga jamur mudah melakukan penetrasi. Pengaruh
pupuk fosfat clan kalium tcrhadap scrangan patogcn bias tcrgantung pada kescimbangall dcngan pupuk nitrogenZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
( M u k c la r dun Kardin, I < ) l) I) . l'cngaruh
pupuk silikat
telah banyak diteliti, dan peneliti umumnya berpendapat bahwa silikat terutama
ditekankan pada ketahanan fisik, khususnya sel-sel epidermis. Unsur silikat tidak
mampu menahan perkernbangan
jamur setelah terjadi proses penetrasi dalam
jaringan daun.IHGFEDCBA
H A S IL -H A S IL

P E N E L IT IA N

,.

Beberapa hasil penelitian memperlihatkan
bahwa keberhasilan pengendalian
penyakit bIas sangat dipengaruhi oleh kemampuan pengaturan faktor lingkungan,
terutama iklim mikro tanaman, keseimbangan
penyerapan hara dan tingkat kesuburan tanah. Kondisi lingkungan berpengaruh kepada laju perubahan ras patogen
blas, meliputi varietas tahan, musim tanam yang tepat, pemakaian pupuk berimbang
dan penggunaan fungisida secara tepat.
Varietas Tahan
Penanaman varietas tahan merupakan cara pengendalian penyakit bias yang
efektifdan efisien. Usaha-usaha untuk mendapatkan varietas tahan bIas telah banyak
J ~ XWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
g r i s e a sangat potensial
dalam bentuk ras bani,
dilakukan. Akan tetapi jamurZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
sehingga sulit untuk mendapatkan varietas tahan yang stabil. Pada pengujian ketahanan bcherapa varictas unggul/lokal dan galur-galur padi pasang surut yang dilaksanakan di rumah k aca, tidak satupun yang tahan 2 atau lcbih ras bias ( M u k h lis ,
1989; Prayudi 1994; Mukhlis dan lmberan, 1995).
Varietas yang rnempunyai ketahanan stabil sebenarnya yang sangat diharapkan untuk pengendalian penyakit ini. Ketahanan stabil adalah ketahanan yang tidak
berubah (konsisten) pada tempat dan waktu penanaman yang berbeda, atau dengan
kata lai n tahan terhadap banyak ras P g r i s e a .
P enggunaan

Percobaan yang dilaksanakan di lahan pasang surut KP. Unit Tatas, Kalteng,
menunjukkan
bahwa varietas Kapuas dan lR64 agak tahan terhadap penyakit bias
daun dan bIas leher (Tabel I). Hasil yang sama juga ditunjukkan oleh kedua varietas
ini pada percobaan di lahan pasang surut, Sakalagun, Kalimantan Selatan (Tabel 2)
(Mukhlis, 1994; Mukhlis, 1997).
Hasil pemantauan di daerah pasang surut Sakalagun yang merupakan daerah
endemi bIas leher, menunjukkan
bahwa varietas unggul lR64 dan lR66 ternyata
cukup stabil ketahanannya.
Ketahanan kedua varietas tersebut sampai MT 1996/97

P c n y a k it

JU as

75

I

temyata berjalan 4-S musim tanam. Sebelumnya varietas Cisokan pada daerah
tersebut cukup tahan, namun setelah berlangsung 3-4 musi m tanam ternyata hancur
terserang bIas lehei (Mukhlis, 1997) .
. Pada lahan dengan tipe luapan C yang ditata sebagai lahan kering dapat
diusahakan
padi gogo. Hasil penelitian yang dilaksanakan
di Karang Agung
(Sumatera Selatan) menunjukkan bahwa tidak satupun dari semua varietas unggul
yang ditanam sebagai padi gogo tahan terhadap bIas leher. Hanya beberapa varietas
lokal yang toleran terhadap penyakit bIas, seperti Talang, RojoleJe dan Mesir.
Varietas tersebut di lahan pasang surut sulfat masam dapat memberikan hasi12-4 t/ha
e t a l ., 1 9 9 3 ) . ZYXWVUTSRQPONM
dalam waktu 120-ISO hari (Syam XWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
Tabel I. Rata-rata intensitas serangan bIas pada enam varietas/galur
pasang surut. KP. Unit Tatas, MH 1989/90.
Varietas

lntensitas bIas daun
pada 4S HST (%)

lntensitas bIas
Jeher (%)

32, I c
7,0 a
7,3 a

IR42
Kapuas
IR64
lR6023-10-1-1
CR261-7039-236

20,2 b
20,6 b

21,8 b
12,7a
13,Oa
IS,S ab
16,3 ab

BW267-3

26, I b

19,5 b

Angka-angka
pada kolom yang sarna diikuti
yang nyata pada tarnf uji Ducan5%.
Sumbcr : Mukhlis (1