BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori - UPAYA MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB DAN PRESTASI BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA KELAS VI PADA MATERI MENULIS PERCAKAPAN MELALUI METODE PARTISIPATORI DI SD NEGERI 1 RAWALO - repository perpustakaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Tanggung Jawab

  1) Pengertian Tanggung Jawab

  Menurut Fitri (2012: 112) tanggung jawab merupakan nilai moral penting dalam kehidupan bermasyarakat. Tanggung jawab adalah pertanggungan perbuatan sendiri. Seorang siswa harus bertanggung jawab kepada guru, orang tua, dan diri sendiri.

  Menurut Zuriah (2008: 69) tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

  Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa tanggung jawab merupakan sikap pertanggungan perbuatan sendiri akan tingkah laku sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban.

  6

  2) Indikator Tanggung Jawab

  Menurut Fitri (2012: 43) indiktaor keberhasilan tanggung jawab sebagai berikut: (1) Mengerjakan tugas dan pekerjaan rumah dengan baik. (2) Bertanggung jawab terhadap semua perbuatan. (3)

  Melakukan piket sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.

  (4) Mengerjakan tugas kelompok secara bersama-sama. 3)

  Macam-macam tanggung jawab Macam- macam tanggung jawab menurut Mustari

  (2011: 22) sebagai berikut:

  a) Tanggung jawab terhadap Tuhan yang telah memberikan kehidupan dengan cara takut kepada-Nya, bersyukur dan memohon petunjuk.

  b) Tanggung jawab untuk membela diri dari ancaman, siksaan, penindasan, dan perilaku kejam dari manapun datangnya.

  c) Tanggung jawab diri dari kerusakan ekonomi yang berlebihan dalam mencari nafkah, ataupun sebaliknya, dari bersifat kekurangan ekonomi.

  d) Tanggung jawab terhadap anak, suami/ istri dan keluarga.

  e) Tanggung jawab sosial kepada masyarakat sekitar. f) Tanggung jawab berfikir, tidak perlu mesti meniru orang lain dan menyetujui pendapat umum atau patuh secara membuta terhadap nilai- nilai tradisi, menyaring segala informasi untuk dipilih, mana yang berguna dan mana yang merugikan kita.

  g) Tanggung jawab dalam memilihara hidup dan kehidupan, termasuk kelestarian lingkungan hidup dari berbagai bentuk pencemaran.

  4) Ciri-ciri seseorang yang bertanggung jawab

  Menurut Mustari (2011: 24) ciri-ciri seseorang bertanggung jawab sebagai berikut: a) Memilih jalan lurus.

  b) Selalu menunjukan diri sendiri.

  c) Menjaga kehormatan diri.

  d) Selalu waspada.

  e) Memiliki komitmen pada tugas.

  f) Melakukan tugas dengan standar yang terbaik.

  g) Mengakui semua perbuatannya.

  h) Menempati janji.

i) Berani menanggung resiko atas tindakan dan ucapannya.

  5) Penanaman rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap peserta didik

  Rasa tanggung jawab merupakan pelajaran yang tidak hanya perlu diperkenalkan dan diajarkan, namun juga perlu ditanamkan kepada peserta didik, baik pada masa prasekolah maupun sekolah. Peserta didik yang terlatih atau dalam dirinya sudah tertanam nilai- nilai tanggung jawab, kelak ia akan tumbuh menjadi pribadi yang bersungguh-sungguh dalam menjalankan berbagai aktivitasnya. Kesungguhan dan tanggung jawab inilah yang akhirnya dapat mengantarkannya dalam mencapai keberhasilan seperti yang diinginkan khususnya disekolah, nilai- nilai tanggung jawab merupakan hal yang perlu ditananmkan oleh guru. Gurulah yang bertugas mengarahkan peserta didik menjadi pribadi yang bertanggung jawab. Oleh karena itu menurut Aunnilah (2011: 84), beberapa hal yang dapat dilakukan oleh guru dalam menanamkan rasa tanggung jawab yang tinggi pada diri peserta didik. Diantaranya adalah sebagai berikut:

  a) Memulai dari tugas-tugas sederhana

  Di sekolah, tentu saja sudah ada peraturan-peraturan yang ditetapkan, seperti tata tertib di dalam kelas, jadwal kebersihan, serta beberapa ketentuan lainnya. Meskipun peraturan-peraturan tersebut bagi peserta didik merupakan hal yang mungkin dinilai sederhana, tetapi guru harus mendorongnya agar menaatinya dengan penuh tanggung jawab.

  Sebagai contoh, jika ada peserta didik yang tidak mengikuti jadwal piket kebersihan, guru harus memeberikan teguran dan menjelaskan bahwa sikap tersebut merupakan sikap tidak tanggung jawab yang harus dihilangkan. Guru juga mesti mengatakan kepadanya bahwa tugas sederhana apa pun harus dikerjakan olehnya sebagai suatu bentuk tanggung jawab.

  Dalam hal ini, guru juga perlu melibatkan semua peserta didik untuk berperan aktif dalam menyelesaikan tugas dan kewajiban-kewajiban mereka sehingga tanggung jawab itu akan menjadi tugas bersama, bukan semata bagi peserta didik yang melanggar.

  Guru juga harus memberikan teladan yang baik mengenai cara bertanggung jawab. Disiplin waktu dan mengapresiasi peserta didik merupakan sebagian cara guru dalam menunjukan rasa tanggung jawabnya sebagai pendidik.

  b) Menembus kesalahan saat berbuat salah

  Cara lain untuk menumbuhkan sikap tanggung jawab dalam diri peserta didik adalah mengajarkan kepadanya agar siap menembus kesalahan ketika ia berbuat salah. Hal ini akan mendorongya untuk meminta maaf atas kesalahan yang dibuatnya sekaligus mengajarkan mengenai nilai keadilan, yaitu bila ia melakukan kesalahan terhadap seseorang, berarti ia telah merugikan orang tersebut sehingga ia harus mampu bersikap adil dengan menembus dan memperbaiki keslahannya.

  c) Segala sesuatu mempunyai konsekuensi

  Guru harus menjelaskan kepada peserta didik bahwa segala sesuatu yang dilakukan pasti memiliki kosekuensi, dan ia harus siap dengan segala konsekuensinya yang ditimbulkan dari semua tindakannya. Dengan begitu, guru juga mengenalkan dan mengajarkan bahwa peserta didik harus bisa lebih bertanggung jawab dalam segala tindakannya.

  d) Sering berdiskusi tentang pentingnya tanggung jawab

  Hendaknya guru sering kali berdiskusi mengenai pentingnya tanggung jawab dalam kehidupan. Tentu saja dalam hal ini, guru harus mencontohkan secara nyata kepada peserta didik, sehingga ia dapat belajar secara langsung dari sesuatu yang ia lihat pada gurunya.

  Meskipun demikian, guru mesti mengajarkan peserta didik tentang tanggung jawab secara perlahan sesuai dengan perkembangannya. Guru juga perlu memberikan penghargaan yang sewajarnya kepada peserta didik apabila ia berhasil menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya dengan penuh tanggung jawab.

2. Prestasi Belajar a.

  Pengertian Belajar Sebenarnya, dalam kehidupan sehari-hari, manusia melakukan banyak kegiatan yang merupakan gejala belajar.

  Belajar dilakukan manusia sejak lahir sampai lanjut usia. Menurut Hamalik (2007: 36), belajar adalah merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan .

  Menurut Hamalik (2011: 27), belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanyamengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Proses perubahan tingkah laku pada diri seseorang, tidak dapat dilihat, namun dapat ditentukan dengan cara membandingkan kondisi sebelum dan sesudah proses pembelajaran berlangsung.

  Menurut Syah (2010: 87), belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.

  Menurut Slameto (2003: 2), belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamnnya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

  Dari berbagai pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang berwujud pribadi, fakta, konsep, atau teori melalui pengalaman yang didapatkan individu secara pribadi, yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku atau penampilan pada diri seseorang. Perubahan dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti pengetahuan, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan dan kemampuan, dan aspek lain yang ada pada individu terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia. b.

  Prestasi Belajar Menurut Arifin (2009: 12) prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat prenial dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehidupannya selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing- masing.

  Menurut Hamdani (2011: 137) prestasi belajar adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan kegiatan.

  Syah (2010: 148) prestasi belajar adalah mengungkapkan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis Dalam penelitian prestasi belajar merupakan hasil usaha belajar yang dicapai seseorang siswa berupa suatu kecakapan dari kegiatan belajar bidang akademik di sekolah pada jangka waktu yang dinyatakan dalam nilai setelah mengalami proses belajar mengajar. Oleh karena itu, prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil.

  c.

  Fungsi Prestasi Belajar Menurut Arifin (2009: 12) prestasi belajar mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain sebagai berikut:

  1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.

2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.

  Para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai “ tendesi keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum manusia”. 3)

  Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi peserta didik dalam meningfkatkan ilmu pengetahuan dan psikologi, dan berperan sebagai umpan balik (feedback) dalam meningkatkan mutu pendidikan. 4)

  Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ektern dari suatu institusi pendidikan. Indikator intrn dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan releven pula dengan kebutuhan masyarakat. 5)

  Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) peserta didik. Dalam proses pembelajaran, peserta didik menjadi fokus utama yang harus diperhatikan, karena peserta didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran. d.

  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Menurut Mulyasa (2006: 90) faktor yang mempengaruhi prestasi belajar sebagai berikut:

  1) Pengaruh Faktor Eksternal

  Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar peserta didik dapat digolongkan ke dalam faktor sosial dan non-sosial. Faktor sosial menyangkut hubungan antar manusia yang terjadi dalam berbagai situasi social. Ke dalam faktor ini termasuk lingkungan keluarga, sekolah, teman dan masyarakat pada umumnya. Sedangkan faktor non-sosial adalah faktor- faktor lingkungan yang bukan sosial seperti lingkungan alam dan fisik; misalnya: keadaan rumah, lingkungan belajar, fasilitas belajar, buku-buku sumber dan sebagainya.

  2) Pengaruh Faktor Internal

  Brata dalam Mulyasa (2010: 193) mengklasifikasikan faktor internal mencakup: a) faktor-faktor fisiologis, yang menyangkut keadaan jasmani atau fisik individu, yang dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu keadaan jasmani pada umumnya dan keadaan fungsi- fungsi jasmani tertentu terutama panca indera, dan

  b) faktor-faktor psikologis, yang berasal dari dalam diri seperti intelegensi, minat, sikap, dan motivasi.

  Intelegensi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap tinggi rendah prestasi belajar.

  Intelegensi merupakan dasar potensial bagi pencapaian hasil belajar, artinya hasil belajar yang dicapai akan bergantung pada tingkat intelegensi, dan hasil belajar yang dicapai tidak akan melebihi tingkat intelegensinya. Semakin tinggi tingkat intelegensi, makin tinggi pula kemungkinan tingkat hasil belajar yang dapat dicapai. Jika intelegensi rendah, maka kecenderungan hasil yang dicapainyapun rendah. Meskipun demikian, tidak boleh dikatakan bahwa taraf prestasi belajar di sekolah kurang , pastilah taraf intelegensinya kurang, karena banyak faktor lain yang mempengaruhinya.

  e.

  Usaha Peningkatan Prestasi Belajar Menurut Mulyasa (2010: 195) terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam upaya peningkatan prestasi belajar, antara lain sebagai berikut: 1)

  Keadaan jasmani 2)

  Keadaan sosial emosional 3)

  Lingkungan 4)

  Memulai pelajaran 5)

  Membagi pekerjaan 6)

  Kontrol

  7) Sikap yang optimis

  8) Menggunakan waktu

  9) Cara mempelajari buku

10) Mempertinggi kecepatan membaca peserta didik.

  3. Bahasa Indonesia a.

  Pengertian Bahasa Menurut Keraf dalam sastra (wismasastra.wordpress.com), memberikan dua pengertian bahasa. Pengertian pertama menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua, bahasa adalah sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer.

  b.

  Pengertian Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia diresmikan penggunaannya setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tepatnya sehari setelah proklamasi, bersamaan dengan pemberlakuan konstitusi.

  Dilihat dari sudut pandang linguistik, bahasa Indonesia adalah salah satu dari banyak ragam bahasa Melayu. Dasar yang dipakai adalah bahasa Melayu Riau. Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia mengalami perubahan akibat penggunanya sebagai bahasa kerja di lingkungan administrasi kolonial dan berbagai proses pembakuan sejak awal abad XX. Sejak dicanangkan Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928, nama bahasa Indonesia telah mufakat dipilih untuk menghindari kesan imperialisme bahasa, apabila nama bahasa Melayu tetap digunakan. Proses ini kemudian menyebabkan perbedaan bahasa Indonesia saat ini dengan varian bahasa Melayu yang digunakan di Riau maupun semenanjung Malaya. Sampai saat ini, bahasa Indonesia merupakan bahasa yang hidup, yang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan maupun penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing.

  Meskipun dipahami dan dituturkan oleh lebih 90% warga Indonesia, bahasa Indonesia tidak menjadi bahasa ibu bagi kebanyakan warga Indonesia. Sebagian besar warga Indonesia menggunakan salah saru dari 748 bahasa daerah yang ada. Penutur bahasa Indonesia kerap kali menggunakan versi sehari- hari atau mencampurpadukkan dengan dialek Melayu atau bahasa ibu daerah masing- masing. Meskipun demikian, bahasa Indonesia digunakan sangat luas di perguruan-perguruan, di media massa, sastra, perangkat lunak, surat- menyurat resmi, dan berbagai forum publik, sehingga dapat dikatakan bahwa bahasa Indonesia digunakan oleh semua warga Indonesia (id.wikipedia.org).

  c.

  Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Menurut KTSP Mata pelajaran Bahasa Indonesia diberikan semua jenjang pendidikan formal. Dengan demikian, diperlukan standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia yang memadai dan efektif sebagai alat komunikasi, berinteraksi sosial, media pengembangan ilmu, dan alat pemersatu bangsa (Muslich, 2011: 115).

  Di sekolah dasar, mata pelajaran Bahasa Indonesia yang diberikan kepada siswa, harus memiliki pendekatan dan pengorganisasian materi yang jelas. Guna menentukan pendekatan yang dipakai dan pengorganisasian materi pembelajaran, harus dilihat dari fungsi utama bahasa sebagai alat komunikasi, kecenderungan siswa sekolah dasar, perkembangan bahasa siswa sekolah dasar, dan posisi Bahasa Indonesia sebagai mata pelajaran yang strategis.

  Mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar secara umum dikembangkan menjadi keterampilan berbahasa yang meliputi mendengarkan (menyimak), berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek keterampilan berbahasa tersebut harus mendapat porsi yang seimbang dan dalam pelaksanaannya dilakukan secara terpadu (Muslich, 2011: 115).

  d.

  Silabus Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VI Semester 1 Adapun silabus mata pelajaran Bahasa Indonesia materi

  Menulis Teks Percakapan dengan Memperhatikan Penggunaan Tanda Baca adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1. Silabus Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VI Semester I SD Negeri 1 Rawalo

  Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

  b. Menulis

  4.3 Menyusun percakapan (Mengungkapkan pikiran, tentang berbagai topik dengan perasaan, dan informasi memperhatikan penggunaan secara tertulis dalam bentuk ejaan. formulir, ringkasan, dan dialog.)

  4. Menulis

  a. Pengertian Menulis Menurut Muchlisoh (1993: 261), menulis ialah suatu kegiatan atau aktivitas dari seorang penulis untuk menyampaikan suatu gagasan secara tidak langsung kepada orang lain atau pembaca dengan menggunakan lambang grafik yang dapat dipahami oleh penulis dan pembaca. Sehingga terjadilah komunikasi tidak langsung di antara penulis dan pembaca.

  Menurut Suparno dan Yunus (2007: 1.3), menulis adalah suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam suatu tulisan. Tulisan merupakan sebuah simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati pemakainya.

  Menurut Tarigan (2008: 3), menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini, penulis harus lah terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata. Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan praktik yang banyak dan teratur.

  Menurut Hamer, J (2004: 4) how people write, because writing is used for a wide variety of purpose it is produced in many different forms.

  The shopping list below, for example, written over a couple of day as shortages in the kitchen were noticed, is a type of writing that many people (who might not think of themselves as writers) do, as a matter of course. In all of these cases it is sugegested that the process has four main elements: planning, drafting, editing (reflecting and revising), final version. Maknanya kurang lebih bagaimana orang menulis, karena

  menulis digunakan untuk berbagai macam tujuan di dalam pebedaan bentuk. Menulis terdiri dari beberapa komponen yaitu, perencanaan untuk menulis, konsep, memperbaiki naskah tulisan dan yang terakhir adalah terjemahan terakhir atau konsep terakhir.

  b. Menulis sebagai Keterampilan Berbahasa Nurgiyantoro (2001: 296) berpandangan, aktivitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan dan keterampilan yang paling akhir dikuasai pelajar bahasa setelah kemampuan menyimak, berbicara, dan membaca. Dibandingkan tiga kemampuan berbahasa lain, kemampuan menulis lebih sulit dikuasai, bahkan oleh penutur asli bahasa yang bersangkutan sekaligus. Hal itu disebabkan karena kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi tulisan. Unsur bahasa maupun unsur isi harus terjalin sedemikian rupa, sehingga menghasilkan tulisan yang runtut dan padu.

  Dalam kehidupan modern, keterampilan menulis mutlak dibutuhkan. Tidak terlalu berlebihan, bila dikatakan bahwa keterampilan menulis merupakan ciri dari orang atau bangsa yang terpelajar. Segubungan dengan hal ini, seorang penulis mengatakan:

  Menulis dipergunakan orang terpelajar untuk mencatat atau merekam, meyakinkan, melaporkan, atau memberitahukan, dan mempengaruhi; dan maksud serta tujuan seperti ini, hanya dapat dicapai dengan baik oleh orang-orang yang dapat menyusun pikiran dan mengutarakannya dengan jelas; kejelasan ini tergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian kata-kata, dan struktur kalimat. (Morsey dalam Tarigan, 2008: 4).

  c.

  Hubungan Keterampilan Menulis dengan Keterampilan Berbahasa yang Lain

  Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek bahasa tersebut saling berkaitan. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai hubungann antarkeempat keterampilan berbahasa tersebut, dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 2.2 Hubungan Empat Keterampilan Berbahasa Keterampilan Lisan dan Tertulis dan

  

Berbahasa Langsung Tidak Langsung

Aktif reseptif Menyimak Membaca (menerima pesan)

  Aktif produktif Berbicara Menulis (menyampaikan pesan)

  Berdasarkan tabel di atas, hubungan antaraspek keterampilan berbahasa menjadi jelas. Menurut Suparno dan Yunus (2007: 1.7-1.8), hubungan menulis dengan keterampilan berbahasa yang lain, dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Hubungan Menulis dengan Membaca

  Menulis dan membaca adalah kegiatan kegiatan berbahasa tulis. Pesan yang disampaikan oleh penulis diterima oleh pambaca, dijembatani oleh lambang bahasa yang dituliskan. Kegiatan membaca dan menulis merupakan suatu kegiatan yang menjadikan penulis sebagai pembaca dan pembaca sebagai penulis. Penulis sebagai pembaca, artinya ketika aktivitas menulis berlangsung, maka penulis membaca tulisannya sendiri, sambil membayangkan dirinya sebagai pembaca yang melihat dan menilai apakah tulisan tersebut telah menyajikan sesuatu yang berarti, apakah ada bagian

  yang tidak layak saji, serta apakah tulisan tersebut menarik dan enak dibaca? Selain itu, penulis juga membaca karya penulis lain untuk memperoleh ide dan informasi, menemukan, memperjelas, dan memecahkan masalah, juga mempelajari cara penuli lain dalam menyajikan dan mengemas tulisannya. Sementara pembaca sebagai penulis, artinya ketika berlangsung aktivitas membaca, maka pembaca melakukan aktivitas seperti yang dilakukan oleh penulis. Pembaca menemukan topik dan tujuan tulisan, gagasan dan kaitan antargagasan, kejelasan uraian, mengorganisasikan bacaan, memecahkan masalah, dan memperbaiki kesimpulan bacaannya.

  2. Hubungan Menulis dengan Menyimak Sewaktu menulis, seorang penulis membutuhkan inspirasi, ide, atau informasi untuk tulisannya. Hal itu dapat diperoleh dari berbagai sumber tercetak, seperti buku, jurnal, majalah, laporan, dan surat kabar, atau juga dari sumbet tak tercetak, seperti, televisi, radio, wawancara, pidato, obrolan, dan ceramah. Jika dari sumber tercetak, informasi itu diperoleh dengan cara membaca, sedangkan dari sumber tak tercetak, informasi itu diperoleh dengan cara menyimak. Melalui menyimak, penulis tidak hanya memperoleh ide atau informasi untuk tulisannya, tetapi juga menginspirasi tata saji dan struktur penyampaian lisan yang menarik hati, yang akan berguna untuk aktivitas menulis.

  3. Hubungan Menulis dengan Berbicara Menulis dan berbicara merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat aktif-produktif. Artinya, penulis dan pembicara berperan sebagai penyampai atau pengirim pesan kepada pihak lain. Keduanya harus mengambil sejumlah keputusan berkaitan dengan topik, tujuan, jenis informasi yang akan disampaikan, serta cara penyampaiannya sesuai dengan kondisi sasaran (pembaca atau pendengar) dan corak teksnya (eksposisi, deskripsi, narasi, argumentasi, dan persuasi).

  d.

  Model Penilaian Pembelajaran Menulis Menurut Machmoed dalam Nurgiyantoro (2001: 305), penilaian hasil pembelajaran menulis secara holistis memang diperlukan. Akan tetapi, agar guru dapat menilai secara lebih objektif dan dapat memperoleh informasi yang lebih terperinci tentang kemampuan siswa untuk keperluan diagnostik edukatif, penilaian hendaknya sekaligus disertai dengan penilaian yang bersifat analitis. Penilaian dengan pendekatan analitis akan merinci ke karangan yang satu dengan yang lain. Hal tersebut terjadi, karena kategori penilaian disesuaikan dengan jenis karangan. Meski begitu, hendaknya kategori-kategori yang pokok meliputi (i) kualitas dan ruang lingkup, (ii) organisasi dan penyajian isi, (iii) gaya dan bentuk bahasa, (iv) mekanik (tata bahasa, ejaan, tanda baca), dan (v) respons afektif guru terhadap karya tulis. Penerapan model penilaian analisis dengan kelima kategori tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan skala, misalnya skala 1 sampai 10.

5. Percakapan a.

  Pengertian Percakapan Menurut Nur’aini (2008: 36-37), percakapan adalah pembicaraan antara dua orang atau lebih mengenai suatu hal. Percakapan mempunyai banyak tujuan. Ada orang bercakap-cakap untuk urusan bisnis, sekolah, bermain, dan hiburan. Percakapan itu dapat dilakukan saat belajar di sekolah, bermain, saat nonton televisi bersama keluarga, saat wawancara, atau saat bermain drama.

  Saat menyusun percakapan, harus menentukan masalahnya terlebih dahulu. Kemudian menentukan pihak-pihak yang melakukan percakapan. Dalam penyusunan percakapan, harus menentukan susunan kalimat serta pilihan kata yang sesuai. Selain hal- hal di atas, yang perhatikan adalah penggunaan ejaan.

  Percakapan menurut kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tanya jawab. Sebagai contoh, para siswa mengadakan dialog atau percakapan dengan para pelajar dari Malaysia. Parcakapan juga dapat dipakai dalam pembelajaran drama yang disebut dengan naskah.

  Selain itu teks percakapan sebaiknya menggunakan kalimat-kalimat pendek dan dialog itu sendiri tidak terlalu panjang. Dengan demikian anak-anak akan mudah mengingat teks percakapan tersebut sewaktu mereka akan mengekspresikan percakapan tersebut.

  b.

  Hal –hal yang Berkaitan dengan Ejaan yang Harus Diperhatikan pada saat Menyusun Percakapan

  Menurut Nur’ani (2008: 37), hal- hal yang berkaitan dengan ejaan yang harus diperhatikan pada saat menyusun percakapan sebagai berikut: 1) Judul di bagian tengah dengan huruf kapital. 2) Nama penulis di bawah judul. 3) Penulisan nama tokoh diawali huruf besar. 4) Terdapat tanda titik dua setelah nama tokoh. 5) Terdapat kata dengan huruf kapital pada awal kalimat.

  c.

  Fungsi Penggunaan Tanda Baca Titik Dua Menurut Nur’aini (2008: 37), fungsi penggunaan tanda titik dua adalah sebagai berikut:

  1) Tanda titik dua dipakai di akhir pernyataan lengkap jika diikuti penjelasan.

  Contoh: Ibu membeli bahan makanan: beras, gandum, sayur, dan buah.

2) Dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan penjelasan.

  Contoh: Ketua : Iwan Setyawan Sekretaris : Rika Damayanti Bendahara : Ela Lusiana

  3) Dipakai dalam teks sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.

  Contoh: Ibu : (meletakkan beberapa kopor) ”Bawa kopor ini, Mir!” Mira : “Baik, Bu.” (mengangkat kopor dan masuk).

  Ibu : “Jangan lupa, letakkan baik-baik!” (duduk di kursi besar). Mira : “Ya, Bu.” Ibu : “Terima kasih, Mira.” 6.

  Metode Pembelajaran a.

  Pengertian Metode Menurut Suyatno (2009: 26), metode pembelajaran merupakan jabaran dari pendekatan. Satu pendekatan dapat dijabarkan ke dalam berbagai metode pembelajaran. Metode adalah prosedur pembelajaran yang difokuskan pada pencapaian tujuan. Dari metode, teknik pembelajaran diturunkan secara aplikatif, nyata, dan praktis di kelas saat pembelajaran berlangsung. Satu metode dapat diaplikasikan melalui berbagai teknik pembelajaran. Teknik adalah cara konkret yang dipakai saat proses pembelajaran berlangsung. Guru dapat berganti- ganti teknik meskipun dalm koridor metode yang sama. Bungkus dari penerapan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran tersebut dinamakan model pembelajaran.

  b.

  Metode Partisipatori Menurut Suyatno (2009: 44-45), metode pembelajaran partisipatori adalah metode yang menekankan keterlibatan siswa secara penuh. Siswa dianggap sebagai penentu keberhasilan belajar. Siswa didudukan sebagai subjek belajar. Dengan berpartisipasi aktif, siswa dapat menemukan hasil belajar. Guru hanya bersifat sebagai pemandu atau fasilitator.

  Berkaitan dengan penyikapan guru kepada siswa, menurut Suyatno (2009: 44-45) partisipatori beranggapan bahwa: a.

  Setiap siswa adalah unik. Setiap siswa mempunyai kelebihan dan kelemahan. Oleh karena itu, proses penyeragaman dan penyamarataan akan membunuh keunikan tersebut. Keunikan harus diberi tempat dan dicarikan peluang agar dapat lebih berkembang.

  b.

  Anak bukan orang dewasa dalam bentuk kecil. Jalan pikir anak tidak terlalu sama dengan jalan pikir orang dewasa. Orang dewasa harus dapat menyelami cara merasa dan berpikir anak-anak.

  c.

  Dunia anak adalah dunia bermain.

  d.

  Usia anak merupakan usia yang paling kreatif dalam hidup manusia.

  Dalam metode partisipatori, siswa aktif, dinamis, dan berlaku sebagai subjek. Namun, bukan berarti guru harus pasif, tetapi guru juga aktif dalam memfasilitasi belajar siswa dengan suara, gambar, tulisan dinding, dan sebagainya. Guru berperan sebagai pemandu yang penuh dengan motivasi, pandai berperan sebagai mediator, dan kreatif. Konteks siswa menjadi tumpuan utama.

  Menurut Suyatno (2009: 44-45), metode pendidikan partisipatori mempunyai ciri-ciri pokok: (i) belajar dari realitas atau pengalaman, (ii) tidak menggurui, dan (iii) dialogis.

  Pembelajaran partisipatif memiliki prinsip tersendiri dalam kegiatan belajar mengajar. Prinsip utama adalah siswa atau peserta didik memiliki kebutuhan belajar, memahami teknik-teknik belajar, dan berperilaku belajar. Dari sisi guru, ia harus menguasai metode dan teknik pembelajaran, memahami materi, berperilaku membelajarkan anak didik. Menurut Sudjana dalam Pembentukan Konsep Diri Siswa melalui Pembelajaran Partisipatif (ppsuika.ac.id), memaparkan enam tahapan kegiatan yang berurutan dalam pelaksanaan pembelajaran partisipatif, yaitu pembinaan keakraban, identifikasi kebutuhan dan sumber serta kemungkinan hambatan, perumusan tujuan belajar, penyusunan program kegiatan belajar; pelaksanaan kegiatan pembelajaran, dan evaluasi.

  a. Tahap pembinaan keakraban Tahap ini bertujuan membangun sebuah kondisi agar peserta didik siap melakukan kegiatan pembelajaran. Terciptanya suasana yang akrab di antara peserta didik memungkinkan dikembangkan sikap terbuka, saling mempercayai, dan saling menghargai. Dalam kegiatan belajar (diskusi), siswa diberi kesempatan untuk mengeluarkan pendapat, bertanya dan menjawab pertanyaan sehingga ia merasa kehadirannya dihargai. Apabila langkah ini berjalan dengan baik, siswa akan merasa bahwa keberadaan dirinya tidak sia-sia.

  Penulis yakin dalam diri siswa akan tertanam konsep diri positif. Dengan demikian ia siap untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. b. Tahap Identifikasi Kebutuhan, Sumber dan Hambatan Tahap ini pendidik melibatkan siswa mengenali, menyatakan, dan merumuskan kebutuhan belajar, sumber-sumber yang tersedia dan hambatan yang mungkin dihadapi dalam kegiatan belajar. Tujuan adalah memotivasi peserta didik agar kegiatan belajar itu dirasakan menjadi miliknya. Siswa harus didorong untuk menyatakan kebutuhan belajar, pengalaman belajar seperti apa yang mereka inginkan. Jika langkah ini berjalan dengan baik, siswa akan merasa bahwa apa yang menjadi kebutuhannya bisa terpenuhi. Dengan demikian dalam siswa ada sense of belonging terhadap apa yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran. Rasa memiliki merupakan salah satu indikator bahwa seseorang mempunyai konsep diri positif.

  c. Tahap Perumusan Tujuan Belajar Kegiatan dalam tahap ini ditandai oleh keikutsertaan peserta didik dalam menentukan tujuan belajar yang akan dicapai. Perumusan tujuan belajar atau hasil belajar untuk memotivasi peserta didik. Tujuan belajar berfungsi pula sebagai pengarah kegiatan belajar dan sebagai tolok ukur efektivitas pembelajaran. Dalam kurikulum 2004 dinamakan dengan kompetensi, sedangkan menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dinamakan dengan indikator. Melalui tujuan belajar yang jelas dan terarah, apalagi siswa juga dilibatkan dalam merumuskan tujuan itu, maka siswa merasa bahwa semua aktifitas yang akan dilaksanakan adalah dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan sendiri. Dalam tataran yang lebih luas, siswa akan mampu menentukan tujuan hidup yang akan dicapai.

  d. Tahap Penyusunan Program Kegiatan Belajar Tujuan yang terkandung dalam tahap kegitan ini adalah supaya peserta didik dapat memiliki pengalaman bersama dalam menyatakan, memilih, menyusun, dan menetapkan program kegiatan belajar yang akan mereka tempuh. Penyusunan program kegiatan belajar dapat dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik pembelajaran seperti diskusi kelompok, analisis tugas, simulasi, presentasi. Konsep diri yang terbentuk dalam tahap ini adalah, siswa bertanggung jawab atas pilihan berbagai program dan kegiatan yang telah ditentukan bersama.

  e. Tahap Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Tahap pelaksanaan kegiatan pembelajaran ditandai oleh keikutsertaan peserta didik dalam pengelolaan kagiatan pembelajaran.

  Keiikutsertaannya diindikasikan melalui tugas dan tanggung jawab. Tugas peserta didik adalah belajar, sedangkan tanggung jawabnya melibatkan diri secara intens dalam proses pembelajaran sesuai kesepakatan bersama pada saat penyusunan program. Teknik-teknik pembelajaran yang dapat digunakan dalam tahap ini misalnya dengan tanya jawab, diskusi, analisis masalah, studi kasus, kunjungan studi, simulasi, bermain peran. Konsep diri yang terbentuk melalui tahap ini adalah, siswa mengerti dan menginternalisasikan dalam dirinya apa yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya. Siswa tahu apa yang harus diperbuat.

  f. Tahap Evaluasi Kegiatan pembelajaran pada tahap ini ditandai dengan keterlibatan peserta didik dalam penilaian. Penilaian merupakan upaya mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan data atau informasi mengenai kegiatan pembelajaran sebagai masukan untuk mengambil keputusan. Aspek kegiatan yang dinilai meliputi proses, hasil, dan pengaruh kegiatan pembelajaran. Penilaian terhadap proses bertujuan untuk mengetahui tingkat kesesuaian antara pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan rencana yang telah ditetapkan. Penilaian hasil mencakup perubahan tingkah laku seperti pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai yang telah diperoleh perserta didik. Penilaian pengaruh untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar mempunyai dampak terhadap kehidupan peserta didik.

B. Penelitian yang Relevan

  Dalam jurnal Solehaty (2009), mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, Universitas Pendidikan Indonesia dalam penelitian yang berjudul Upaya

  Meningkatkan Pembelajaran Menulis Kreatif Naskah Drama dengan Menggunakan Teknik Partisipatif pada Siswa Kelas XI IPA 2 MAN Cililin Tahun Ajaran 2009/2010, membuktikan bahwa dengan teknik partisipatif siswa kelas XI IPA 2 MAN Cililin mencapai peningkatan kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis kreatif drama dapat tercapai sebanyak 80%.

C. Kerangka Berpikir

  Tujuan pembelajaran akan tercapai sesuai dengan yang diharapkan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling mendukung. Salah satu faktor yang memiliki peran dalam rangka mencapai tujuan adalah ketepatan mengorganisir peserta didik. Guru sebagai pemegang kendali di kelas, mempunyai tanggung jawab yang besar. Oleh karena itu, guru dituntut untuk mencari model atau metode pembelajaran yang dapat membawa pengaruh besar pada pola pikir siswa dalam peningkatan rasa tanggung jawab dan prestasi belajar siswa, yaitu dengan menggunakan variasi metode pembelajaran, diantaranya dengan metode partisipatori.

  Penggunaan metode partisipatori menarik untuk digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan materi tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian. Dengan strategi ini diharapkan dapat melibatkan seluruh siswa dalam belajar dan sekaligus meningkatkan tanggung jawab dan prestasi belajar siswa.

  Berdasar uraian di atas peneliti berpendapat bahwa keterkaitan siswa akan sebuah materi yang dipelajari merupakan modal awal mencapai keberhasilan. Keterkaitan tersebut akan menjadikan sebuah pemicu munculnya hasil yang baik, yaitu dengan mengarahkan siswa pada sesuatu yang baru, praktis, sesuai pada pengalaman yang nyata. Apabila dalam diri siswa sudah tertanam motivasi yang besar, maka dengan sendirinya siswa tersebut akan mudah dan penuh sadar melakukan sesuatu guna mencapai hasil yang diharapkan.

  Untuk mendapatkan hasil memuaskan, guru dituntut menyajikan materi dan mengelola siswa dalam KBM senantiasa menyenangkan dan tidak membosankan dengan model pembelajran yang variatif. Penggunaan metode partisipatori akan menjadi solusi terbaik bagi guru agar tercipta KBM yang diinginkan. Secara skematis, kerangka berfikir dapat ditunjukkan dibawah ini:

  Kondisi Awal Siswa Tanggung jawab dan Prestasi belajar rendah

  PTK (2 siklus, 4 pertemuan) Metode

  Partisipatori Tanggung jawab

  Kondisi setelah dan Prestasi belajar melaksanakan PTK meningkat

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir

D. Hipotesis Tindakan

  Berdasarkan kajian teoritis dan kerangka berfikir di atas, maka dalam penelitian tindakan ini diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut :

1. Peningkatan rasa tanggung jawab siswa kelas VI SD Negeri 1 Rawalo

  Kecamatan Rawalo Kabupaten Banyumas tahun pelajaran 2012/2013 pokok bahasan menulis teks percakapan dapat ditingkatkan melalui metode partisipatori.

2. Prestasi belajar siswa kelas VI SD Negeri 1 Rawalo Kecamatan Rawalo

  Kabupaten Banyumas tahun pelajaran 2012/2013 pokok bahasan menulis teks percakapan dapat ditingkatkan melalui metode partisipatori.

Dokumen yang terkait

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN METODE SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 6 WONODADI GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU

0 4 36

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN METODE SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 6 WONODADI GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU

0 5 34

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 SUSUNAN BARU BANDARLAMPUNG

0 6 44

View of MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BAHASA INDONESIA ASPEK MENULIS MELALUI METODE PEMBELAJARAN INKUIRI

0 0 8

UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH SISWA KELAS VIID SMP NEGERI 1 ALIAN

0 0 8

MELALUI MODEL BELAJAR KOOPERATIF MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MATERI IMAN KEPADA QADHA DAN QADHAR PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 KAMULAN KECAMATAN DURENAN KABUPATEN TRENGGALEK SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 20122013

0 0 12

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI BILANGAN BULAT PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 2 DURENAN TRENGGALEK TAHUN 20142015

0 1 11

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BTQ PADA MATERI MENGENAL HURUF HIJAIYAH, TANDA BACA MELALUI METODE DRILL PADA SISWA KELAS II SD NEGERI TAMPIRKULON 1 KECAMATAN CANDIMULYO KABUPATEN MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014 - Test Repository

0 1 92

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Konsep Model Pembelajaran - MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA BAHASA INDONESIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PARTISIPASI PADA SISWA KELAS V MIS WAWOTOBI KECAMATAN WAWOTOBI KABUPATEN KONAWE - Repository IAIN Kendari

0 0 26

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PRESTASI BELAJAR - PENGARUH KECERDASAN SPIRITUAL, KECERDASAN INTELEKTUAL DAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA IPS KELAS XI DI SMA NEGERI 01PURWANEGARA KABUPATEN BANJARNEGARA - repository perpustakaan

0 0 20