BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Bahasa Anak Usia Dini 1. Pengertian Bahasa Anak Usia Dini - Rani Usay Bhintari BAB II

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Bahasa Anak Usia Dini 1. Pengertian Bahasa Anak Usia Dini Menurut Santrock (2007: 353) bahasa merupakan suatu bentuk

  komunikasi lisan, tertulis, atau isyarat yang berdasarkan pada suatu sistem atau simbol–simbol.Bahasa terdiri dari kata–kata yang digunakan oleh masyarakat beserta aturan–aturan untuk menyusun berbagai variasi dan mengkombinasikannya.

  Perkembangan bicara itu sendiri menurut Hildebrand (dalam Moeslichatoen, 2004 : 19) adalah untuk menghasilkan bunyi verbal. Hal utama untuk menghasilkan bicara adalah kemampuan mendengar dan membuat bunyi verbal.Pengucapan merupakan faktor penting dalam berbicara dan pemahaman.Kemampuan berbicara bila anak memberi arti kata–kata baru, menggabungkan kata–kata baru dan memberikan pernyataan dan pertanyaan. Ini merupakan penggabungan proses berbicara, kreatifitas dan berfikir. Anak akan mengembangkan bahasa bila memahami kata–kata dan kalimat sederhana serta mempelajari kosa kata yang diperlukan untuk berkomunikasi sehari–hari. Misalnya kata benda, kata kerja, kata sifat, kata keterangan waktu.Kemampua ini diperoleh dari kehidupan sehari–hari.

  8 Menurut Piaget (dalam Hurlock, 1997: 180), perkembangan bahasa anak usia dini dapat dipakai sebagai tolak ukur kecerdasannya dikemudian hari. Pada masa itu, anak menguasai kemampuan bicara, tetapi mereka harus lebih banyak belajar sebelum mereka mencapai kemampuan berbahasa orang dewasa.

  Dengan kata lain perkembangan bahasa anak adalah kemampuan mendengar dan membuat bunyi verbal sehingga anak dapat memberi arti kata–kata baru, dapat menggabungkan kata, dapat memberikan pernyataan dan pertanyaan untuk berkomunikasi sehari–hari sehingga dapat mengembangkan bahasa anak.

  Menurut Musfiroh (2008:7) Perkembangan merupakan suatu perubahan yang berlangsung seumur hidup dan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berinteraksi seperti biologis, kognitif dan sosio– emosional. Bahasa adalah suatu sistem simbol untuk berkomunikasi yang meliputi fonologi (unit suara), morfologi (unit arti), sintaksis (unit bahasa), semantic (variasi arti), dan pregmatik (penggunaan bahasa). Dengan bahasa anak dapat mengkomunikasikan maksud, tujuan, pemikiran, maupun perasaannya pada orang lain. Perkembangan bahasa juga terbagi atas dua periode besar, periode tersebut yaitu periode prelinguistik (0–1 tahun) dan linguistik (1–5 tahun).

2. Bentuk – Bentuk Komunikasi pada Anak Usia Dini

  Hurlock (1978 : 176) bahasa mencakup setiap sarana komunikasi dengan menyimbolkan pikiran dan perasaan untuk menyampaikan makna kepada orang lain. Termasuk di dalamnya perbedaan bentuk komunikasi yang luas seperti : tulisan, bicara, bahasa simbol, ekspresi muka, isyarat, pantomime dan seni.

  Gleason (Dalam Santrock 2007:353-355) bahasa ditata dan diorganisasikan dengan sangat baik. Organisasi tersebut melibatkan sistem aturan: fonologi, morfologi, sintaksis, semantik dan pragmatik.

  a.

  Fonologi setiap bahasa dibentuk dari suara – suara dasar.Fonologi adalah sistem suara dari sistem bahasa, termasuk suara – suara yang digunakan dan bagaimana suara–suara tersebut dikombinasikan. Dalam bahasa inggris memiliki bunyi “sp”, “ba”, dan “ar”.Tetapi rangkaian bunyi “zx” dan “qp” tidak ada.Fonem adalah unit terkecil dari suara yang mempengaruhi makna.

  b.

  Morfologi mengacu pada unit–unit makna yang membentuk formasi kata.Morfologi merupakan unit terkecil yang masih memiliki makna yang berupa kata (atau bagian kata) yang tidak dapat dipecah lagi menjadi bagian bermakna yang lebih kecil.Beberapa kata terdiri dari sebuah morfem tunggal. (contohnya kata tolong), sedangkan kata–kata dari dua morfem yaitu: “tolong” + “pe “, dengan morfem “pe” berarti “seseorang yang” berarti (seseorang yang menolong). Jadi, tidak semua morfem adalah kata–kata yang berdiri sendiri.

  c.

  Sintaksis meliputi bagaimana kata–kata dikombinasikan sehingga membentuk frasa–frasa dan kalimat–kalimat yang dapat dimengerti.Seiring dengan perkembangan dalam berbahasa, anak mulai melibatkan komponen fonologi maupun morfologi lebih banyak dalam mengucapkan kalimat tiga atau empat kata.

  d.

  Semantik mengacu pada makna kata dan kalimat.Setiap kata memiliki sekumpulan makna semantik atau atribut-atribut penting terkait makna kata. Misalnya kata “perempuan” dan “wanita”, memiliki kesamaan ciri semantik tetapi berbeda secara semantik dalam hal usia.

  e.

  Pragmatik merupakan sistem terakhir dari aturan bahasa, pragmatik yakni penggunaan bahasa yang tepat dalam konteks–konteks yang berbeda.Misalnya menggunakan bahasa yang sopan dalam situasi- situasi yang tepat, seperti ketika berbicara dengan guru.

  Menurut Gardner (Sujiono, 2012: 185) ada delapan kecerdasan jamak yang dimiliki oleh anak, yaitu kecerdasan linguistik, logika matematika, kinestetika, visual spasial, musikal, naturalistik, interpersonal, dan intrapersonal. Kecerdasan jamak tersebut berkesinambungan antara yang satu dengan yang lain. Disini akan dijelaskan tentang kecerdasan linguistik.

  Kecerdasan linguistik (word smart) adalah kecerdasan dalam mengolah kata/kemampuan menggunakan kata secara efektif baik secara lisan maupun tertulis.Orang yang cerdas dalam bidang ini dapat berargumentasi, meyakinkan orang, menghibur atau mengajar dengan efektif dengan kata-kata yang diucapkannya. Kecerdasan ini memiliki empat ketrampilan yaitu: menyimak, membaca, menulis dan berbicara.

  Bromley (dalam Dhieni, 2009: 1.19) menyebutkan empat macam bentuk bahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis.

3. Fungsi Kemampuan Bahasa pada Anak Usia Dini

  Terdapat beberapa fungsi bahasa menurut Halliday (dalam Moeslichatoen 2004:95) yaitu bahasa sebagai alat yang dapat memuaskan kebutuhan anak untuk menyatakan keinginannya. Hal ini biasanya dinyatakan dengan “saya ingin”. Bahasa juga berfungsi mengatur anak untuk dapat mengendalikan tingkah laku orang lain. Bahasa berfungsi sebagai hubungan antar pribadi dalam lingkungan sosial.Selanjutnya bahasa juga berfungsi bagi diri anak sendiri.Anak menyatakan pandangannya, perasaannya dan sikapnya yang unik serta melalui bahasa anak dalam membangun jati diri anak.

  Bahasa juga berfungsi heuristik, sesudah anak dapat membedakan dirinya dengan lingkungan.Anak menggunakan bahasa yang dikuasainya untuk memiliki dan memahami lingkungan.Fungsi imajinatif, dengan bahasa anak dapat menghindarkan diri dari kenyataan dan memasuki alam semesta yang dibangunnya sendiri. Dan fungsi yang terakhir yaitu fungsi informatif yaitu anak dapat mengkomunikasikan informasi baru kepada orang lain dengan menggunakan bahasa.

  Menurut Larry L. Barker (dalam Deddy Mulyana, 2005:17) bahasa mempunyai tiga fungsi, fungsi yang pertama yaitu penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasikan objek, tindakan atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi. Selanjutnya fungsi bahasa yang kedua adalah sebagai interaksi dimana bahasa menekankan pada berbagai gagasan dan emosi yang dapat mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan. Bahasa juga berfungsi sebagai informasi yang dapat disampaikan kepada orang lain, ini yang disebut fungsi transmisi dari bahasa. Dengan bahasa anak tumbuh dari organisme biologis menjadi pribadi dalam kelompok.

  Menurut Smilansky (dalam Rachmawati, 2010: 65) menemukan tiga fungsi bahasa pada anak yaitu menirukan ucapan orang dewasa, membayangkan situasi (dialog) dan mengatur permainan.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Bahasa Anak Usia Dini

  Menurut para ahli perilaku (dalam Dhieni, 2009: 2.9) ada beberapa faktor yang penting dalam mempelajari bahasa, antara lain, imitasi yang berarti bahasa dipelajari melalui peniruan dari contoh orang dewasa.

  

Reward , yang berarti hadiah. Mereka akan memberikan reward pada siswa

  yang memberikan respon yang benar, dan mengacuhkan respon siswa yang tidak sesuai. Reinforcemet, yang berarti penguat dan frekuensi suatu perilaku.

  Sedangkan menurut para ahli interaksionis (dalam Dhieni, 2009: 2.26) menjelaskan bahwa berbagai faktor seperti sosial, linguistik, kematangan, biologis, dan kognitif, saling mempengaruhi, berinteraksi, dan memodifikasi satu sama lain sehingga berpengaruh terhadap perkembangan bahasa individu.

  Perkembangan bahasa anak usia dini, dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Syamsu Yusuf (2007:121-122) faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain, faktor kesehatan, apabila pada usia dini dua tahun pertama, anak mengalami sakit terus-menerus, maka anak tersebut cenderung akan mengalami kelambatan atau kesulitan dalam perkembangan bahasanya. Faktor integensi, anak yang perkembangan bahasanya cepat, pada umumnya mempunyai intelegensi normal atau diatas normal.Namun begitu tidak semua anak yang mengalami kelambatan perkembangan bahasanya pada usia awal, dikategorikan sebagai anak yang bodoh.

  Yusuf (2007: 121-122) faktor status sosial ekonomi keluarga, status sosial ekonomi keluarga menunjukkan bahwa anak yang berasal dari keluarga miskin mengalami kelambatan dalam perkembangan bahasanya dibandingkan dengan anak yang berasal dari keluarga yang lebih baik.

  Faktor jenis kelamin, pada tahun pertama usia anak, tidak ada perbedaan dalam vokalisasi antar pria dengan wanita. Namun mulai usia dua tahun, anak wanita menunjukkan perkembangan yang lebih cepat dari anak pria.

  Faktor hubungan keluarga, hubungan yang sehat antara orang tua dengan anak (penuh perhatian dan kasih) memfasilitasi perkembangan bahasa anak. Sedangkan hubunganyang tidak sehat mengakibatkan anak akan mengalami kesulitan atau kelambatan dalam perkembangan bahasanya.

5. Tahap–Tahap Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini

  Tahap–tahap perkembangan bahasa menurut William Stern dan Clara Stern (dalam Yusuf, 2007: 158) yakni pada usia 6-12 bulan (masa permulaan atau stadium purwoko), masa ini disebut masa meraban yang artinya masa mengeluarkan bermacam-macam suara yang tidak berarti. Pada masa ini anak sering mengulang beberapa suku kata, seperti ba-ba- ba, ma-ma-ma, dan pa-pa-pa.Usia 12-16 bulan (masa pertama atau stadium kalimat suku kata), pada masa ini anak sudath dapat mengucapkan kata, misalnya mama, papa, mamam.

  William Stern dan Clara Stern (dalam Yusuf, 2007: 158) mengatakan bahwa tahap perkembangan bahasa usia 16-24 bulan (masa kedua/stadium nama) pada masa ini anak sudah mulai timbul kesadaran bahwa setiap orang atau benda mempunyai nama. Anak sering berbicara sendiri (monolog), baik dengan diri sendiri, maupun dengan benda–benda mainannya.Usia 24-30 bulan (masa ketiga) pada masa ini anak bisa menyusun kalimat tunggal, mampu memahami perbandingan, menanyakan nama dan tempat, serta menggunakan kata-kata yang berawalan dan yang berakhiran. Dan usia 30-72 bulan (masa keempat) pada masa ini anak dapat menggunakan kalimat majemuk beserta anak kalimatnya, anak banyak menanyakan soal waktu-sebab akibat melalui pertanyaan- pertanyaan.

  Hartati (2005: 17-22) menyatakan bahwa usia 2-4 tahun melaksanakan 2 perintah sekaligus, menggunakan kalimat tanya dan kalimat sangkal ya atau tidak, menyebutkan nama diri dan jenis kelaminnya, dapat menyatakan hak milik, merangkai 2 kata, mengerti kata–kata yang ditujukan kepada dirinya, menceritakan suatu kejadian secara sederhana, mulai mengerti larangan.

  Usia 4-6 tahun dapat berbicara dengan kalimat sederhana yang lebih baik, dapat melaksanakan 3 perintah lisan secara sederhana, senang mendengarkan dan menceritakan cerita sederhana secara berurut dan mudah dipahami, menyebut nama, jenis kelamin, dan umur, menyebut nama panggilan orang lain, menggunakan kata sambung, mengajukan banyak pertanyaan, menggunakan dan menjawab beberapa kata tanya, membandingkan 2 hal, memahami hubungan timbal balik, mampu menyusun kalimat sederhana, mengenal tulisan sederhana.

  Umur 6-8 memperkenalkan diri, nama, alamat, dan keluarganya, menceritakan banyak hal, menggunakan kata seperti bahasa orang dewasa, dapat menyebutkan anggota badan sambil bernyanyi, mengerti makna dan fungsi suatu kata, bercerita dengan gambar yang dibuatnya, mulai berfikir, berbicara, dan bermain, dengan berbagai bentuk kata dan bahasa, menyempurnakan kalimat sederhana, menyempurnakan kalimat dengan mengisi titik-titik, menyempurnakan kalimat lisan dengan gambar.

B. Metode Demonstrasi dengan Media Picture and Picture

1. Pengertian Metode Demonstrasi pada Anak Usia Dini

  Suryosubroto (2002: 149) metode adalah cara, yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Makin tepat metodenya, diharapkan makin efektif pula pencapaian tujuan tersebut. Tetapi khususnya dalam bidang pengajaran di sekolah, ada beberapa faktor lain yang ikut berperan dalam menentukan efektifnya metode mengajar, antara lain adalah faktor guru itu sendiri, faktor anak dan faktor situasi (lingkungan belajar).

  Sudirman (1991: 133) metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan menunjukkan kepada siswa suatu proses atau benda tertentu yang sedang dipelajari. Baik sebenarnya maupun tiruan yang sering disertai dengan penjelasan lisan.Memberikan variasi cara-cara guru mengajar dengan menunjukkan secara nyata dalam bentuk asli maupun tiruan sehingga siswa-siswa dapat mengamati dengan jelas dan pelajaran lebih tertuju untuk mencapai hasil yang diinginkan.

  Syaiful Bahri dan Aswan Zain (2002: 90) metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi atau bendatertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang disertai dengan penjelasan lisan. Dengan metode demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna.

  Metode demonstrasi menurut Sanjaya (2010: 152) metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan. Sebagai metode penyajian demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan lisan oleh guru.

  Menurut Sudjana (2010: 83) demonstrasi dan eksperimen merupakan metode mengajar yang sangat efektif, sebab membantu para siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta (data) yang benar. Demonstrasi yang dimaksud ialah suatu metode mengajar yang memperlihatkan bagaimana proses terjadinya sesuatu.

  Menurut Sagala (2011: 210) metode demonstrasi adalah merupakan metode yang paling sederhana dibandingkan dengan metode- metode mengajar lainnya. Metode demostrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik, secara nyata atau tiruan.

  Menurut Moeslichatun (2004: 7)demonstrasi berarti menunjukan, mengerjakan, dan menjelaskan.Jadi dalam demonstrasi kita menunjukan dan menjelaskan cara-cara mengerjakan sesuatu.

2. Media Picture and picture

  Syaiful Bahri dan Aswan Zain (2002 : 120) media adalah sumber belajar, maka secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan ketrampilan.

  Menurut Gagne (dalam Azhar, 2007: 4) media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan anak yang dapat mendukung anak untuk belajar.Sedangkan Briggs (dalam Azhar, 2007: 4) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan peran serta mendorong anak untuk belajar.

  Hamalik (1983: 21) media adalah suatu alat bantu yang digunakan oleh suatu organisasi guna tercapainya efisiensi dan efektivitas kerja dengan hasil yang maksimal. Media menurut Robert (dalam Sanjaya, 2012: 65) media adalah sesuatu yang membawa informasi antara sumber (source) dan penerimaan (receicer) informasi.

  Menurut Arsyad (2009: 77) kata media berasal dari bahasa latin

  

medius yang secara harfiah berarti “tengah”, “perantara” atau

  “pengantar”. Menurut Sujiono (2008: 98) media berasal dari bahasa latin yang artinya “antara”. Pengertian tersebut menggambarkan suatu perantaraan dalam penyampaian informasi dalam suatu sumber kepada penerima.

  Menurut Sanjaya (2012: 34) media adalah perantara dari sumber informasi ke penerima informasi, contoh video, televisi, komputer dan lain sebagainya.Sedangkan menurut Gerlach dan Elly (dalam Arsyad 2009: 12) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi/kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan atau sikap.

  Menurut Yunita (2009 :6) picture and picture adalah suatu model belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan/diurutkan menjadi urutan logis. Langkah–langkah pembelajaran dengan metode picture and

  picture yaitu: Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai,

  menyajikan materi sebagai pengantar, guru menunjukkan/memperlihatkan gambar–gambar yang berkaitan dengan materi, guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar–gambar menjadi urutan yang logis, guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut, dari alasan atau urutan gambar tersebut guru mulai menanamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai, kesimpulan/rangkuman.

  Kebaikanpicture and picture yaitu: Guru lebih mengetahui kemampuan masing–masing siswa, melatih berpikir logis dan sistematis.

  Adapun kekurangan picture and picture yaitu memakan banyak waktu dan banyak siswa yang pasif.

  Media yang digunakan pada penelitian pengembangan bahasa ini adalah metode demonstrasi dengan media picture and picture.

3. Langkah-langkah Metode Demonstrasi dengan Media Picture and

  picture

  Kegiatan demonstrasi yang dilakukan pada penelitian ini anak menyusun gambar sesuai dengan urutannya sehingga sistematik.Pada kegiatan ini memberikan peluang pada siswa untuk berfikir untuk mengurutkan gambar tersebut agar menjadi urutan yang logis. Kemudian guru menanyakan alasan pemikiran urutan gambar tersebut.

  Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru agar pembelajaran metode demonstrasi berjalan efektif diantaranya adalah guru harus menyusun tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar, guru hendaknya mempertimbangkan dengan seksama apakah dengan tehnik yang akan dipakai sesuai dengan tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar telah dirumuskan. Guru juga harus mempertimbangkan jumlah siswa dalam kelas, apakah memberikan kesempatan untuk berdemonstrasi dan yang terakhir guru hendaknya mengecek kembali media yang akan diguanakan untuk demonstrasi tentang kondisi dan jumlahnya.

  Guru mengembangkan kemampuan bahasa anak dengan menggunakan metode yang dapat meningkatkan perkembangan logika dan penambahan perbendaharaan kata. Guru menerapkan metode demonstrasi pada anak agar anak dapat mengembangkan kemampuan pengamatan, pendengaran dan pengelihatan secara optimal, mengkonkritkan suatu informasi yang disajikan agar perhatian siswa dapat dipusatkan pada pembelajaran yang diberikan. Memberikan motivasi yang kuat pada siswa agar lebih giat belajar berpartisipasi aktif dan memperoleh pengalaman langsung serta dapat memperoleh kecakapan.

  Untuk mengajarkan suatu materi sering kali tidak cukup bila guru Kelompok Bermain hanya menjelaskan secara lisan saja. Karena dengan kegiatan demonstrasi, guru dapat meningkatkan pemahaman anak melalui penglihatan dan pendengaran. Anak diminta untuk memperhatikan dan mendengarkan baik-baik semua keterangan guru sehingga ia lebih paham dalam mengerjakan sesuatu.

C. Kriteria Keberhasilan 1. Pedoman Penilaian

  Nana Sudjana (2009: 3) penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil–hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu.

  Pedoman penilaian menurut Dimyati (2013:95)yaitu :catatan hasil penilaian perkembangan anak dicantumkan pada kolom penilaian di RKH.

  Tanda satu bintang dicantumkan pada kolom penilaian di RKH untuk anak yang belum berkembang (BB) sesuai dengan indikator, tanda bintang dua untuk anak yang sudah mulai berkembang (MB) sesuai dengan indikator seperti yang diharapkan di RKH,tanda bintang tiga untuk anak yang berkembang sesuai harapan (BSH) pada indikator dalam RKH,dan tanda bintang empat untuk anak yang berkembang sangat baik (BSB) melebihi indikator yang diharapkan dalam RKH.

  Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pedoman penilaian dari Kemendiknas Dirjen Mandas dan Menengah Direktorat Pembinaan TK SD dengan ketentuan tanda satu bintang untuk anak yang belum berkembang (BB) sesuai dengan indikator, tanda bintang dua untuk anak yang mulai berkembang (MB) sesuai dengan indikator yang diharapakan dalam RKH,tanda bintang tiga untuk anak yang sudah berkembang sesuai harapan (BSH) pada indikator dalam RKH, dan tanda bintang empat

  Menurut Depdiknas (dalam Sudaryati, 2010: 16) pencatatan hasil penilaian harian dilaksanakan sebagai berikut : a.

  Anak yang belum mencapai indicator seperti yang diharapkan dalam SKH atau dalam melaksanakan tugas selalu dibantu guru, maka pada kolom penilaian dituliskan nama anak dan diberi tanda bulatan (Ο) b.

  Anak yang sudah melebihi indikator yang tertuang dalam SKH atau mampu melaksanakan tugas tanpa bantuan secara tepat/cepat/lengkap/benar, maka pada kolom penilaian dituliskan nama anak dan tanda bulatan penuh (●) c.

  Jika semua anak menunjukkan kemampuan sesuai indicator yang tertuang dalam SKH maka pada kolom penilaian dituliskan nama semua anak dengan tanda cek (√). Menurut Departemen Agama RI (2004: 50) cara pencatatan hasil penilaian harian dicatat dengan menggunakan simbol–simbol yaitu (

  Ο) digunakan untuk menilai anak yang perilakunya belum sesuai dengan apa yang diharapkan dan belum dapat menyelesaikan tugas dengan baik.(

  √) digunakan untuk menilai anak yang perilakunya sedang berada pada tahap proses menuju yang diharapkan (belum stabil). (

  ●) digunakan untuk menilai anak yang perilakunya melebihi dengan apa yang diharapkan dan sudah mendapat menyelesaikan tugas melebihi yang direncanakan guru.

2. Indikator Hasil Belajar

  Pengembangan metode demontrasi dengan media picture and

  

picture di kelompok bermain bertujuan menggembangkan kemampuan

  bahasa, dengan menggunakan metode demontrasi anak dapat melaksanakan kegiatan yang dapat membantu siswa dalam mengalami kesulitan belajar, menggembangkan kemampuan penggamatan dan penglihatan siswa dalam mengkonkritkan informasi yang disajikan.

  Welton dan Mallon (dalam Moeslichatoen, 2004: 18) bahasa merupakan bentuk utama dalam mengekspresikan pikiran dan pengetahuan bila anak berhubungan dengan orang lain. Anak yang sedang berkembang mengkomunikasikan kebutuhannya, pikirannya dan perasaannya melalui bahasa dengan kata–kata yang mempunyai makna unik.

  Bronson (dalam Musfiroh, 2005: 84) berpendapat bahwa anak usia 4 tahun mulai menunjukkan minat aktivitas literasi seperti mengeja huruf dan bunyi, menjiplak huruf, dan aktivitas lain yang berkaitan dengan buku.

  Menurut Pusat Kurikulum Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini tahun (2007: 13) yang termasuk pengembangan bahasa bagi Kelompok Bermain adalah sebagai berikut:

Table 2.1 Indikator Hasil Belajar

  Indikator Yang Diharapkan No

  (Kemampuan Bahasa)

  1 Menyebutkan nama benda atau gambar yang diperlihatkan

  2 Menggunakan kata-kata yang menunjukkan urutan

  3 Bercerita tentang gambar yang disediakan dengan urut dan bahasa yang jelas

  4 Berbicara lancar dengan menggunakan kalimat yang komplek terdiri dari 5-6 kata.

  Dari indikator tersebut dapat disimpulkan bahwa : Berdasarkan pendapat para tokoh, dengan bahasa anak mampu mengekspresikan pikiran dan pengetahuan.Selain itu anak juga sudah menunjukkan minat aktivitas yang berkaitan dengan buku.Dalam penelitian ini, diharapkananak mampu menyebutkan satu persatu nama gambar yang diperlihatkan. Setelah itu, anak mengurutkan gambar sesuai dengan yang ada dipikiran anak. Anak kemudian mampu menceritakan alasan atau urutan gambar tersebut, dari alasan atau urutan tersebut guru mulai menanamkan konsep/materi sesuai kompetensi yang akan dicapai.

  Batas ketuntasan 80%, yaitu penelitian dikatakan berhasil jika dapat mencapai minimal 80%. Cara menghitung prosentase keberhasilan penelitian tersebut dapat dilihat dengan Rumus sebagai berikut: prosentase (%) = x 100% Keterangan : 1. n = Jumlah peserta didik yang sudah berkembang sesuai harapan

2. N = Jumlah seluruh peserta didik 3.

  % = Prosentase D.

   Kerangka Berpikir

  Ganeshi (dalam Susanto 2011:74) mengungkapkan bahwa bahasa anak tidak dimulai dari kata ke huruf lalu pengalaman, tetapi dari pengalaman atau perbuatan ke huruf baru ke kata.

  Bermain merupakan wahana yang memungkinkan anak–anak berkembang optimal.Catron dan Allen (dalam Musfiroh, 2005:1) bermain secara langsung mempengaruhi seluruh wilayah dan seluruh aspek perkembangan anak. Kegiatan bermain memungkinkan anak belajar tentang diri mereka sendiri, orang lain dan lingkungannya. Dalam kegiatan bermain, anak bebas untuk bereksplorasi, berimajinsi dan menciptakan sesuatu.

  Setelah peneliti melakukan observasi, peneliti melakukan penelitian yang dimulai dengan siklus 1.Dalam penelitian metode yang digunakan adalah metode demonstrasi dengan media picture and picture.Pembelajaran yang diawali pada siklus 1. Pada siklus pertama akan dilakukan 3x pertemuan. Ada peningkatan yang terlihat, minat meningkat untuk mengikuti pembelajaran yang diberikan peneliti.Pada siklus pertama ini peningkatan berbahasa anak meningkat tetapi belum maksimal.

  Setelah siklus pertama dilakukan, karena hasilnya belum maksimal peneliti mengulang kembali penelitian tersebut dengan menggunakan siklus

  2.Pada siklus ke 2 juga dilakukan dengan 3x pertemuan. Peneliti menggunakan metode yang sama. Pada pemakaian metode tersebut anak terlihat banyak peningkatan sehingga ketuntasan dan hasil belajar meningkat.Dari pembelajaran tersebut peningkatan bahasa pada anak meningkat maksimal dan optimal sehingga penelitian dinyatakan berhasil.

  Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode demonstrasi dengan media picture and picture agar alasan tersebut dikarenakan agar anak mampu menambah perbendaharaan kata yang dimiliki oleh anak.Selain itu karena dengan media picture and picture tersebut akan memancing anak untuk menceritakan alasan mengapa mereka menyusun gambar dengan urutan tersebut. Sehingga kemampuan berbahasa anak meningkat setelah diadakannya beberapa kali pertemuan dalam setiap siklusnya.

  Untuk mempermudah pemahaman kegiatan ini, maka dibuat kerangka berpikir sebagai berikut : Kemampuan bahasa anak dalam berbicara atau menyampaikan

  Kondisi Awal pendapat mereka masih sangat rendah. Siklus 1 Metode demonstrasi

  Dilakukan upaya perbaikan dengan mediapicture and dengan PTK

  picture

  Kemampuan bahasa anak untuk berbicara Kondisi sudah meningkat mengungkapkan ada perbaikan, tetapi pendapatnya sudah ada belum maksimal peningkatan, tetapi masih rendah

  • Siklus II sudah maksimal

  Kegiatan pembelajaran

  Metode Demonstrasi Kemampuan bahasa anak

  • dengan mediaPicture and untuk berbicara sudah

  Picture

  maksimal Terjadi perbaikan yang optimal pada kemampuan bahasa dalam berbicara dan penelitian berhasil.

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir

  Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif berbentuk penelitian tindakan kelas dan dirancang dalam 2 siklus. Masing – masing siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu perencanaan ( planning ), pelaksanaan tindakan ( action ), pengamtan (

  observation ), dan refleksi ( refleksion ). Subyek penelitian adalah anak

  Kelompok Bermain Az–Zahra Kalikajar. Metode pengumpulan data diperoleh melalui lembar observasi aktivitas anak selama proses pembelajaran dan dokumentasi berupa foto selama pembelajaran.

E. Hipotesis

  Hipotesis yang diajukan dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu: “ Penerapan metode demonstrasi dengan media picture and picture dapat meningkatkan kemampuan bahasa pada kelompok A Kelompok Bermain Az– Zahra Kalikajar tahun ajaran 2012-2013.”