SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi

  

Gambaran Penyalahgunaan Obat Triheksifenidil Pada

Anak-anak Jalanan Kawasan Jalan Malioboro di Daerah

Istimewa Yogyakarta Bulan Mei – Juni 2007

  

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

  

Diajukan oleh :

Yohanes Darmawan

998114095

  

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2007

  

Gambaran Penyalahgunaan Obat Triheksifenidil Pada Anak-

anak Jalanan Kawasan Jalan Malioboro di Daerah Istimewa

Yogyakarta Bulan Mei – Juni 2007

  Yang diajukan oleh: Yohanes Darmawan

  NIM : 998114095 Telah disetujui oleh :

  Pembimbing Yosef Wijoyo, M. Si., Apt

  Terimakasih, sudah mengajari aku cinta,

karena Engkau datang ke dunia untuk mencintai manusia

Terimakasih, sudah mengajariku untuk rendah hati, karena Engkau datang ke dunia untuk melayani Terimakasih sudah mengajariku untuk memaafkan,

karena Engkau sendiri tidak pernah menghitung dosaku

Terimakasih sudah mengajariku untuk setia, karena Engkau sendiri tidak pernah meninggalkanku Jejak kaki memang hanya sepasang di atas pasir karena saat itu aku berada dalam gendongan-Mu Selalu sedih melihat air mataku Selalu hadir menyapa Walau aku meninggalkan dan memusuhi Menyediakan bahu untuk bersandar, ketika aku lelah menghadapi dunia ini Terimakasih karena telah sudi menjadi sahabatku

  Kupersembahkan karya kecil & sederhana ini kepada:

Bapa di surga, juga Tuhan Yesus dan Bunda Maria

Ibuku, Bapakku, kakakku, cintaku, dan

  Sahabat – sahabat yang selalu setia dalam proses hidupku

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, Oktober 2007 Penulis,

  Yohanes Darmawan

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

  Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Yohanes Darmawan

  Nomor Mahasiswa : 998114095 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

  

Gambaran Penyalahgunaan Obat Triheksifenidil pad Anak-anak Jalanan Kawasan

Jalan Malioboto adi Daerah Istimewa Yogyakarta Bulan Mei – Juni 2007

  beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

  Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 15 Februari 2008 Yang menyatakan,

  Yohanes Darmawan

  

INTISARI

  Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran penyalahgunaan obat triheksifenidil pada komunitas anak-anak jalanan di wilayah Malioboro yang terpusat di depan Benteng Vredenburg. Metode penelitian ini menggunakan metode accidental

  

sampling mengingat keterbatasan jumlah anak-anak jalanan yang dapat bekerja sama

terbatas jumlahnya.

  Pengisian kuisioner dilakukan oleh 50 responden dari 120 anak-anak jalanan yang masih aktif menyalahgunakan triheksifenidil dan setiap hari “eksis” atau berada di wilayah tersebut. Sebanyak 33 responden (66%) adalah laki-laki dan 17 responden (34%) perempuan dimana 46% dari 50 responden adalah remaja (13-18 tahun) dengan usia termuda 8 tahun. Triheksifenidil diperoleh dengan harga Rp 10.000,00 – Rp 15.000,00 per butir dari hasil mengamen (70 %). 70% dari responden mengkonsumsi triheksifenidil tersebut bersama dengan teman (biasanya bersama alkohol), hal tersebut dapat menandakan betapa kuatnya pengaruh sosial akan perilaku responden. Efek dari triheksifenidil yang responden harapkan adalah fly (40%), dan tenang (34%). Selain triheksifenidil, sebanyak 22 responden menyalahgunakan obat lain seperti haloperidol, dextroamfetamin, lexotan, dan sebagainya.

  Triheksifenidil merupakan jenis obat keras yang dapat menimbulkan ketergantungan secara psikis tetapi triheksifenidil tidak masuk kedalam psikotropika tetapi merupakan obat keras yang sering disalahgunakan. Tanpa pengetahuan yang cukup, formal maupun informal, tindakan penyalahgunaan obat akan terus terjadi. Meski jumlah anak-anak jalanan di Yogyakarta yang menyalahgunakan obat-obatan masih relatif sedikit, namun komunitas ini perlu diperhatikan karena akan mempengaruhi lingkungan sekitarnya dan dapat memperbesar jumlah penyalahguna obat-obatan yang telah ada.

  Kata kunci : triheksifenidil, anak-anak jalanan, penyalahgunaan obat.

  

ABSTRACT

  The objective of this research is to find out the description of the drugs abused among on the street children community. in Malioboro, especially in front of Vredenburg Fort.

  There are 50 respondents from 150 street children of Vredeburg Fort which still active using trihexyfenidyl. The method used in this research is accidental sampling since there are only a few street children who can cooperate. According the questionnaire given, the results are 33 respondents (66 %) are male and 17 respondents (34 %) are female in which 46 % from 50 respondents are teenagers (13-18 years old) with 8 years old children as the youngest respondent. From the questionnaire, it is known that 70 % of the respondent buy trihexyphenidyl Rp. 10.000 up to Rp. 15.000 / tablet. The result of lack of knowledge and information about trihexyphenidyl leads the user to consume it frequently without knowing its side effect. Around 70 % of the respondents consume trihexyphenidyl altogether with their friends when they drink alcohol which shows the strong influence of friends and environment in case of drugs abused. There are several trihexyphenidyl effects expected by the user: “fly” / feel free (40 %) and calm (34 %). Beside trihexyphenidyl , 22 respondents abused other type of drugs such as haloperidol , dextroamfetamin, lexotan, and etc.

  Lack of knowledge, either formal or informal will raise the abused of psikotropic. Although only a few of street children who abused drugs, however, the attention given to this community is needed. Since, it will affect not only the surround community but also increase the number of drugs abused.

  Key words :trihexyphenidyl, street children community of Vredeburg Fort , drugs-abused.

  PRAKATA

  Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang setia menuntun dan menemani sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Gambaran Penyalahgunaan Obat Triheksifenidil Pada Anak-anak Jalanan Kawasan Jalan Malioboro di Daerah Istimewa Yogyakarta Bulan Mei – Juni 2007” disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan menulis. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dorongan berbagai pihak. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

  1. Orang tuaku, perpanjangan tangan Tuhan, yang tak henti-hentinya berdoa dan selalu memberikan semangat juga kasih sayang sehingga penulis mampu menyelesaikan babak-babak dalam kehidupan penulis.

  2. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan sebagai dosen penguji yang telah memberikan banyak masukkan dalam penulisan skripsi ini.

  3. Bapak Yosef Wijoyo, M. Si., Apt., selaku dosen pembimbing utama yang telah sabar dan mau menyediakan waktu dan tenaga untuk berdiskusi serta memberi saran dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

  4. Bapak Drs. Sulasmono, Apt., selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan dalam skripsi ini.

  5. Bapak Ir. Aris Dwiatmaka, M.Sc., yang telah banyak membantu dalam metodologi penelitian.

  6. Esti, yang selalu mendukung tanpa ragu-ragu dan telah mengajarkan artinya cinta, pengorbanan, dan kehidupan.

  7. Teman-teman dan sahabat anak-anak jalanan di kawasan Jalan Malioboro bagian Selatan yang mau meluangkan waktu untuk mengisi kuisioner yang penulis ajukan.

  8. Semua kakakku, Theresia, Joko, Tri, dan Iin, yang tak putus-putusnya berdoa dan mendukung penulis dalam perjuangan hidup.

  9. Ibu Kartini, sebagai ibu yang sabar dan selalu percaya pada penulis.

  10. Samsul, Budi, Cecep, Ega, Rolex, dan Gus Dur, yang mau berjuang untuk membantu penulis dalam penyebaran kuisioner dan pengambilan data.

  11. Sahabat dan teman seperjuangan, adik-adik angkatan Fakultas Farmasi, terima kasih atas energi yang diberikan selama ini.

  12. Heri, Gendut, Kobo, Nowo, Rio yang walaupun enggan tetap mau membantu penulis.

  13. Anak-anak kost “Uh…Ah…”, Dwi, Eri, dan Danang yang selalu membukakan pintu depan bila penulis datang larut malam.

  14. Si-Mbok dan Pak’e yang selalu memberikan semangat.

  15. Teman-teman “Kopi Joss” Tugu yang menjadi sahabat dan hampir setiap malam berproses bersama penulis.

  16. Semua pihak yang telah banyak membantu dan tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

  Hanya Tuhan Yesus yang dapat membalas segala kebaikan kalian atas semua yang telah diberikan kepada penulis. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

  Yogyakarta, Oktober 2007 Penulis

  DAFTAR ISI

  Hal HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... v

  INTISARI ……………………………………………………………………. vi

  ABSTRACT …………………………………………………………………… vii

  PRAKATA ………………………………………………………………….. viii DAFTAR ISI ………………………………………………………………… xi DAFTAR TABEL …………………………………………………………… xv DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………… xvi DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………… xvii

  BAB I. PENGANTAR ………………………………………………………

  1 A. PERMASALAHAN …………………………………………………

  4 B. TUJUAN PENELITIAN …………………………………………….

  4 C. MANFAAT PENELITIAN …………………………………………..

  4

  1. Manfaat Teoritis …………………………………………………. 4

  2. Manfaat Praktis ………………………………………………… 5

  D. KEASLIAN PENELITIAN …………………………………………

  5

  BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ………………………………………

  19

  31 1. Definisi penyalahgunaan psikotropika ………………………….

  28 G. Penyalahgunaan Psikotropika ………………………………………

  27 F. Perilaku Penyalahgunaan Obat-obatan ………………………………

  5. Efek samping ……………………………………………………

  4. Efek terapi ……………………………………………………… 26

  3. Farmakokinetik ………………………………………………… 26

  2. Farmakodinamik ………………………………………………… 25

  1. Definisi ………………………………………………………….. 25

  20 E. Antikolinergik ……………………………………………………… 25

  3. Penggolongan psikotropika menurut kegunaan …………………

  2. Penggolongan psikotropika berdasarkan UU RI nomor 5 tahun 1997 tentang psikotropika ………………………………………

  6 A. Perilaku Masyarakat …………………………………………………

  1. Definisi psikotropika …………………………………………….. 18

  18

  16 D. Psikotropika …………………………………………………………

  15 2. Sistem saraf menurut fungsi …………………………………….

  14 1. Jalannya rangsang pada sel saraf ………………………………..

  12 C. Saraf …………………………………………………………………

  10 B. Anak-anak Jalanan …………………………………………………..

  8 3. Teori Perilaku Lawrence Green ………………………………..

  2. Teori Adopsi Inovasi Rogers ……………………………………

  6

  6 1. Teori Aksi Max Weber ………………………………………….

  31

  2. Faktor-faktor penyebab penyalahgunaan psikotropika ………….

  31 3. Dampak dari penyalahgunaan psikotropika ……………………...

  31 H. Keterangan Empiris …………………………………………………

  32 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ……………………………………

  33 A. Jenis dan Rancangan …………………………………………………

  33 B. Batasan Operasional …………………………………………………

  33 C. Subyek dan Tempat ………………………………………………….

  34 D. Teknik Sampling …………………………………………………….

  34 E. Instrumen Penelitian ………………………………………………… 35

  F. Tata Cara Penelitian …………………………………………………

  35

  1. Analisis situasi ……………………………………………………

  35

  2. Wawancara ………………………………………………………. 35 3. Membuat kuisioner yang dibutuhkan …………………………….

  36 4. Menentukan besar sampel ……………………………………….

  36 G. Cara pengambilan sampel …………………………………………….

  38 H. Pengumpulan dan analisis data ………………………………………

  38 I. Pengambilan kesimpulan ……………………………………………

  39 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………………….

  40 A. Gambaran Umum Pengambilan Data ………………………………..

  40

  1. Perhitungan jumlah sampel ………………………………………

  40 2. Pelaksanaan pengambilan data …………………………………..

  41 B. Karakteristik Responden …………………………………………….

  42

  1. Jumlah responden berdasarkan jenis kelamin ……………………

  42

  2. Jumlah responden berdasar usia dan pendidikan terakhir dari responden ……………………………………………………

  43 C. Gambaran Penyalagunaan Triheksifenidil pada Responden ………..

  46

  1. Frekuensi penyalahgunaan triheksifenidil ………………………

  46

  2. Frekuensi pengkonsumsian triheksifenidil dalam sehari …………

  47 3. jumlah maksimal Triheksifenidil yang dikonsumsi dalam sekali minum ………………………………………………………….. 48

  4. Asal dan harga Triheksifenidil yang diperoleh responden ………

  50

  5. Sumber dana anak-anak jalanan untuk membeli Triheksifenidil …

  53

  6. Alasan dan tujuan responden menyalahgunakan triheksifenidil …

  55

  7. Pengetahuan responden akan efek yang ditimbulkan dan sumber pengetahuan akan obat yang dikonsumsi ………………………..

  56

  8. Pengaruh lingkungan dan teman sesama anak-anak jalanan pada penyalahgunaan triheksifenidil ……………………………

  59

  9. Over dosis Triheksifenidil pada responden ………………………

  60

  10. Penyalahgunaan obat yang lain selain triheksifenidil ……………

  61 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………….

  64 A. Kesimpulan …………………………………………………………..

  64 B. Saran …………………………………………………………………. 66 DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………

  67 LAMPIRAN …………………………………………………………………

  70

  Daftar Tabel

  Hal Tabel 1. Tabel Fungsi Saraf Otonom………………………………………… 17 Tabel 2. Penggolongan Obat Psikotropika ………………………................. 22 Tabel 3. Obat Antikolinergik Sentral………………………………………… 28 Tabel 4. Jumlah responden di depan Benteng Vredenburg berdasarkan jenis kelamin pada bulan Mei-Juni 2007 ……………………………….. 43 Tabel 5. Frekuensi penyalahgunaan triheksifenidil pada responden di depan

  Benteng Vredenburg pada bulan Mei-Juni 2007 ………………….. 47 Tabel 6. Banyaknya triheksifenidil sekali minum pada responden di depan

  Benteng Vredenburg pada bulan Mei-Juni 2007 ………………….. 49 Tabel 7. Tabel harga tiap butir triheksifenidil pada bulan Mei-Juni 2007 di depan Benteng Vredenburg ……………………………………….. 51 Tabel 8. Tabel sumber dana responden di depan Benteng Vredenburg untuk membeli Triheksifenidil pada bulan Mei-Juni 2007 ………………………… 53 Tabel 9. Pengetahuan responden di depan Benteng Vredenburg akan efek triheksifenidil bulan Mei-Juni 2007 ……………………………....... 57 Tabel 10.Pengetahuan responden di depan Benteng Vredenburg akan efek samping yang ditimbulkan pada bulan Mei-Juni 2007 …………… 57 Tabel 11.Narasumber pengetahuan responden di depan Benteng Vredenburg akan triheksifenidil bulan Mei-Juni 2007 …………………………. 58 Tabel 12.Konsumsi obat lain selain triheksifenidil pada responden di depan

  Benteng Vredenburg pada bulan Mei-Juni 2007 ………………….. 62 Tabel 13.Nama-nama obat yang pernah digunakan oleh responden di depan

  Benteng Vredenburg selain triheksifenidil bulan Mei-Juni 2007…… 63

  Daftar Gambar

  Hal Gambar 1. Teori Aksi Weber dan Teori Aksi Parsons ……………………….

  7 Gambar 2. Proses adopsi inovasi Rogers ……………………………………..

  8 Gambar 3. Struktur kimia triheksifenidil ……………………………………..

  25 Gambar 4. Jumlah responden di depan Benteng Vredenburg bedasarkan usia pada bulan Mei-Juni 2007 ………………………………………..

  45 Gambar 5. Tingkat pendidikan responden di depan Benteng Vredenburg pada bulan Mei-Juni 2007 ……………………………………………..

  45 Gambar 6. Frekuensi pengkonsumsian triheksifenidil pada responden di depan Benteng Vredenburg dalam satu hari pada bulan Mei-Juni 2007…

  48 Gambar 7. Sumber dana untuk mendapatkan triheksifenidil pada responden di depan Benteng Vredenburg pada bulan Mei-Juni 2007 ………….

  50 Gambar 8. Alasan dan tujuan responden di depan Benteng Vredenburg dalam penyalahgunaan triheksifenidil bulan Mei-Juni 2007 …………....

  56 Gambar 9. Pengaruh lingkungan pada responden di depan Benteng Vredenburg akan perilaku penyalahgunaan triheksifenidil bulan Mei-Juni 2007 60 gambar 10. Banyaknya responden di depan Benteng Vredenburg yang pernah over dosis triheksifenidil pada bulan Mei-Juni 2007 …………….

  61

  DAFTAR LAMPIRAN

  Hal Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian Badan Perencanaan Daerah (BAPEDA) Yogyakarta ..............................................................................

  71 Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian Dinas Perijinan Pemerintah Kota Yogyakarta ..............................................................................

  72 Lampiran 3. Kuisioner Penelitian .................................................................

  73 Lampiran 4. Pengolahan Data ......................................................................

  75 Lampiran 5. Wawancara Dengan Anak-anak Jalanan ................................

  79 Lampiran 6. Riwayat Hidup Penulis ...........................................................

  84

BAB I PENGANTAR Masalah penyalahgunaan obat keras, narkotika, psikotropika, dan zat

  adiktif lainnya atau yang lebih dikenal sebagai Napza telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Beberapa tahun silam Napza masih dikonsumsi oleh kalangan tertentu saja, tetapi sekarang telah mulai dikonsumsi baik kalangan atas seperti artis, pejabat, maupun orang-orang ditingkat ekonomi rendah.

  Maraknya peredaran dan penyalahgunaan obat-obat keras, narkotika, psikotropika, maupun zat adiktif lainnya telah menjadi masalah yang serius dan menjadi masalah nasional yang perlu ditangani secara khusus oleh pemerintah, baik di pemerintah pusat maupun di daerah terutama pada penyalahgunaan obat- obat keras selain psikotropika yang dapat mempengaruhi sistem saraf sehingga dapat mengubah perilaku dan menyebabkan ketergantungan. Obat-obat keras yang menyebabkan ketergantungan tersebut harganya relatif lebih murah daripada narkotika atau psikotropika, tetapi mempunyai efek yang mirip dengan psikotropika (Anonim, 2007a).

  Hal penyalahgunaan obat-obatan ini tidak lagi terbatas pada golongan tertentu melainkan telah masuk kemasyarakat dari semua kalangan dengan berbagai tingkat usia maupun tingkat sosial ekonomi. Masalah ini telah merambah masuk ke daerah-daerah dan tak terkecuali Daerah Istimewa Yogyakarta yang mendapat predikat kota pelajar dan kota pariwisata. Dari berbagai kalangan yang obatan adalah kalangan remaja dimana masa remaja yang identik dengan serba ingin tahu, ingin mengekplorasi diri, ingin bebas, pencarian jati diri, keinginan untuk mencoba hal-hal yang baru, dan sebagainya (Atmaja, 2007).

  Tidak terkecuali anak-anak jalanan yang hidup di pinggir-pinggir kota Yogyakarta, sebuah “sisi gelap” yang mungkin kita tidak sadari, anak-anak jalanan yang hidup di jalanan kota Yogyakarta mempunyai usia rata-rata remaja.

  Sebuah sisi yang terkadang, atau bahkan sering lepas dari pengamatan kita bahwa anak-anak jalanan yang rata-rata berusia remaja (12 – 22 tahun) adalah masyarakat yang paling rentan akan maraknya praktek penyalahgunaan obat- obatan, karena justru tanpa pengawasan yang terpadu akan membentuk sebuah kebebasan yang tak terkendali (Permadi, 1997).

  Anak-anak jalanan remaja yang sebagian besar waktunya terjun dan hidup di jalanan, merupakan sebuah fenomena hidup kita sehari-hari yang hampir atau bahkan tidak pernah kita pikirkan keberadaannya, kemungkinan terbesarnya menjadi sangat rentan terhadap masalah penyalahgunaan obat-obatan baik obat- obat yang dijual bebas, obat-obat keras, maupun Napza yang mudah diperoleh dari transaksi gelap (Atmadja, 2007).

  Meningkatnya jumlah anak-anak yang hidup di jalan dapat dikatakan seiring dengan meningkatnya pembangunan beberapa sektor di kota Yogyakarta.

  Masalah meningkatnya jumlah anak-anak jalanan di kota Yogyakarta ini juga sejalan dengan bertambah kompleksnya masalah dari kota Yogyakarta itu sendiri, salah satu masalah yang timbul adalah masalah penyalahgunaan obat-obat keras

  Apabila kita cermati, penyalahgunaan obat diluar tujuan medis tanpa adanya pengawasan dokter terjadi berulang kali secara teratur dan dalam jumlah berlebihan sehingga menimbulkan gangguan dalam pekerjaan, pendidikan, maupun dalam kehidupan sosial. Penyalahgunaan obat amat sangat berbeda dengan penggunaan obat dalam penggunaan medis, karena dalam penggunaan medis terdapat petunjuk yang jelas mengapa obat tersebut digunakan untuk mengobati penyakit (Joewana, 2000).

  Penyalahgunaan obat-obatan, baik obat-obat keras maupun jenis psikotropika pada anak-anak jalanan terutama pada anak-anak jalanan di kota Yogyakarta yang terpusat di Benteng Vredenburg di jalan Malioboro mempunyai tujuan yang bervariasi, antara lain dengan tujuan ingin mencoba, ingin diakui di dalam kelompoknya, mencari kesenangan dan hiburan, untuk melepaskan diri dari permasalahan yang berat, hingga pada akhirnya sampai pada taraf intensif atau teratur dimana seseorang telah tergantung pada obat-obatan secara fisik dan mental. Obat-obatan yang banyak dan sering dikonsumsi anak-anak jalanan di depan Benteng Vredenburg kota Yogyakarta adalah obat triheksifenidil yaitu jenis obat keras yang mempunyai efek pada sistem saraf otonom, karena obat jenis ini relatif lebih murah daripada narkotika tetapi mempunyai efek yang hampir sama dengan narkotika.

  Berbagai upaya telah dilakukan untuk menanggulangi penyalahgunaan obat-obatan pada anak-anak jalanan di kota Yogyakarta, salah satunya adalah upaya pencegahan. Upaya ini dilakukan untuk mengubah sikap perilaku dan cara menyalahgunakan obat golongan psikotropika maupun obat lainnya serta melakukan tindak pidana dari perdagangan dan pengedarannya secara gelap (Anonim, 2007b).

A. Permasalahan

  Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : Seperti apakah karakteristik dan gambaran dari tindakan penyalahgunaan obat triheksifenidil pada anak-anak jalanan di kawasan Malioboro yang terpusat di depan Benteng Vredenburg ?

B. Tujuan Penelitian

  Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai penelitian awal untuk mengetahui karakteristik dan gambaran dari penyalahgunaan obat keras jenis triheksifenidil dikalangan anak-anak jalanan di kota Yogyakarta.

C. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

  Manfaat teoritis yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai langkah awal untuk mengetahui karakteristik dan gambaran dari penyalahgunaan obat keras jenis triheksifenidil dikalangan anak-anak jalanan daerah Benteng

2. Manfaat praktis

  Manfaat secara praktisnya adalah sebagai sebuah acuan akan penelitian lebih lanjut berkenaan dengan tingkat edukasi atau pengetahuan akan manfaat dan bahaya obat yang dikonsumsi dikalangan anak-anak jalanan, maupun penelitian sosial yang berkaitan dengan anak-anak jalanan dan permasalahannya.

D. Keaslian Penelitian

  Beberapa penelitian telah dilakukan berkaitan dengan permasalahan NAPZA, seperti “Profil Penyalahgunaan NAPZA di Jakarta, Bandung, dan Surabaya”, dan penelitian tentang “Jumlah Pecandu Narkoba disebuah Universitas Swasta di Jakarta”. Namun sejauh pengetahuan penulis, belum pernah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui gambaran dari penyalahgunaan triheksifenidil dikalangan anak-anak jalanan di depan Benteng Vrendenburg kota Yogyakarta.

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Perilaku Masyarakat Perilaku masyarakat pengguna obat dapat juga disebut perilaku

  konsumen. Perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang dan jasa-jasa, termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut (Sarwono, 1989).

  Beberapa faktor di dalam perilaku yang dapat mempengaruhi individu untuk mengambil keputusan, menurut McLeish (1986), faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam individu itu sendiri yang terdiri dari motivasi, pengamatan, pembelajaran, kepribadian, dan konsep diri, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu itu sendiri, terdiri dari kebudayaan, adanya perbedaan tingkat sosial, keluarga, pergaulan, maupun yang bersifat hasutan.

1. Teori Aksi Max Weber

  Max Weber mengembangkan teori aksi, yang populer disebut sebagai teori bertindak. Webber berpendapat bahwa individu melakukan suatu tindakan berdasarkan pengalaman, persepsi, pemahaman, dan penafsiran atas merupakan respons mekanik terhadap suatu stimulus bukan perilaku, sedangkan perilaku adalah suatu proses mental yang aktif dan kreatif. Menurut Parsons, yang utama bukanlah tindakan individu, melainkan norma-norma dan nilai-nilai sosial yang menuntun dan mengatur perilaku (Sarwono, 1989). individu

  Pengalaman Persepsi

  a. Stimulus Tindakan

  Pemahaman Penafsiran

  

Teori aksi Weber

b.

  Sistem sosial Sistem budaya

  Individu Perilaku Sistem kepribadian

  

Teori aksi Parsons

Gambar 1. Teori Aksi Weber dan Teori Aksi Parsons (Sarwono, 1989)

  Kondisi obyektif disatukan dengan komitmen kolektif terhadap suatu nilai akan mengembangkan suatu bentuk tindakan sosial tertentu. Parsons melihat bahwa tindakan individu dan kelompok dipengaruhi oleh tiga sistem, yaitu sistem sosial, sistem budaya, dan sistem kepibadian dari masing-masing individu. Keterkaitan individu dengan sistem sosialnya melalui status dan peranannya. Individu menduduki suatu tempat tertentu dalam setiap sistem sosial dan akan bertindak sesuai dengan norma atau aturan yang berlaku yang

2. Teori Adopsi Inovasi Rogers

  Di dalam masyarakat modern, selain adopsi perilaku, terdapat pula proses perubahan perilaku. Perubahan perilaku tersebut dapat disebabkan oleh adanya sesuatu gagasan baru yang diperkenalkan kepada individu dan yang diharapkan untuk diterima oleh individu tersebut. Teori ini dikenal sebagai

  innovation decision process . Terdapat lima tahap dalam proses ini, yaitu

  mengetahui atau menyadari tentang adanya ide baru (awareness), menaruh perhatian terhadap ide tersebut (evaluation), mencoba memakainya (trial), dan bila menyukainya maka setuju untuk menerima ide atau hal baru tersebut (adoption).

  Tetap adopsi Diterima

  Pengetahuan pertimbangan (adopsi)

  Ditolak Penguatan

  Keputusan Tetap ditolak

  Ditolak Adopsi

  

Gambar 2. Proses adopsi inovasi Rogers ( Sarwono, 1989)

  Teori ini terus dikembangkan oleh Rogers dengan melakukan adopsi tidaklah berhenti setelah suatu inovasi diterima atau ditolak. Kelak dapat berubah sebagai akibat dari pengaruh llingkungannya. Oleh karena itu Rogers mengubah teori itu dan membagi proses pembuatan keputusan menjadi empat tahap, yaitu :

  1. Tahap knowledge Mula-mula individu menerima informasi dan pengetahuan yang berkaitan dengan suatu ide baru, hal ini menimbulkan minat untuk mengenal lebih jauh tentang obyek atau topik yang baru dikenal dan fase ini dipengaruhi oleh petugas kesehatan.

  2. Tahap persuasion Untuk membujuk atau meningkatkan motivasi individu guna bersedia menerima obyek atau topik yang diajukan tersebut, tergantung daripada hasil persuasi petugas atau pendidik kesehatan.

  3. Tahap decision Pada tahap ini, dibuatlah keputusan untuk menerima atau justru menolak ide tersebut. Namun sebaliknya, petugas kesehatan tidak cepat merasa puas jika suatu ide diterima.

  4. Tahap confirmation Pada tahap ini individu telah memasuki sebuah proses penguatan

  (confirmation), yaitu meminta dukungan dari lingkungan atas keputusan dipertahankan. Sedangkan bila bila ada keberatan dan kritik dari lingkungan, terutama dari kelompok acuannya, maka biasanya adopsi itu tidak jadi dipertahankan dan individu akan kembali lagi pada perilaku semula (Sarwono, 1989).

3. Teori Perilaku Lawrence Green

  Lawrence mencoba untuk menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yakni faktor perilaku (behavior causes), dan faktor dari luar perilaku (non behavior causes). Faktor perilaku itu sendiri terbentuk dari tiga faktor :

  1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai-nilai, dan sebagainya.

  2. Faktor-faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidaknya fasilitas-fasilitas dan atau sarana- sarana kesehatan seperti Puskesmas, obat-obatan, alat-kontrasepsi, jamban, dan sebagainya.

  3. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factor), yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan yang secara langsung merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

  (Sarwono, 1989) Pada dasarnya pemilihan-pemilihan perilaku yang ingin dan atau telah diadopsi oleh setiap individu pasti melewati tahap-tahap penilaian secara pribadi. perilaku, yaitu :

  a. Motivasi Motivasi adalah dorongan yang bertindak untuk memuaskan suatu kebutuhan, dorongan ini diwujudkan dalam bentuk tindakan atau perilaku.

  Motivasi tersebut timbul karena adanya suatu kebutuhan atau keinginan yang harus dipenuhi. Keinginan tersebut akan mendorong individu untuk melakukan suatu tindakan agar tujuannya tercapai (Sarwono, 1989).

  Motivasi juga dapat diartikan sebagai suatu dorongan kebutuhan dan keinginan individu yang diarahkan pada tujuan untuk memperoleh kepuasan.

  Sumber yang mendorong terciptanya suatu kebutuhan tersebut dapat berasal dari dalam individu sendiri atau dari lingkungan sekitarnya (McLeish, 1986).

  b. Pengetahuan Pengetahuan sebagai unsur-unsur yang mengisi akal dan alami jiwa seseorang yang sadar, yang secara nyata terkandung di dalam otaknya.

  Pengetahuan akan menimbulkan suatu gambaran, persepsi, konsep, dan fantasi akan berbagai hal yang diterima dari lingkungan melalui panca inderanya (McLeish, 1986).

  c. Tindakan Setelah individu mengetahui stimulus atau rangsangan dan mengadakan penilaian atau pendapat terhadap obyek baru tersebut, proses selanjutnya individu akan menyikapinya dengan sebuah tindakan. Faktor- faktor dukungan dari pihak lain yang mendukung seperti teman, saudara, individu tersebut (McLeish, 1986).

  Secara garis besar kita dapat menyimpulkan bahwa setiap perilaku- perilaku yang ada di kelompok masyarakat berawal dari sebuah pandangan dari masyarakat itu sendiri. Pandangan yang dianggap benar oleh sebuah kelompok masyarakat akan menjadi sebuah pembelajaran dimana pandangan-pandangan yang dianggap benar tersebut akan melalui proses pertimbangan, pengkajian, pengambilan keputusan, serta penguatan sehingga akan mengalami penolakan ataupun menjadi sebuah perilaku yang dapat diterima dan diadopsi.

  Perkembangan dari pengambilan keputusan untuk kemudian menjadi perilaku ini terjadi pada setiap anggota masyarakat, tidak terkecuali pada komunitas anak-anak jalanan, dimana setiap anggota dari komunitas anak-anak jalanan mengalami proses-proses dalam mengadopsi sebuah perilaku yang berlaku pada komunitas tersebut. Sebelum itu, ada baiknya kita melihat terlebih dahulu profil anak-anak jalanan secara umum baik dari definisi, hingga alasan mereka mereka mengadopsi perilaku yang menyimpang dari pandangan masyarakat secara umum.

B. Anak-anak Jalanan

  Sampai saat ini ada berbagai definisi tentang anak-anak jalanan. Tetapi anak-anak jalanan adalah istilah yang disepakati pada Konvensi Nasional untuk mendefinisikan anak-anak atau remaja yang menggunakan sebagian besar atau

  Alasan yang paling sering terdengar dari hampir semua anak-anak jalanan ini mengapa mereka sampai harus bekerja dijalanan adalah karena motivasi ekonomi dan adanya masalah keluarga.

  Dengan bekal seadanya, mereka tetap mencoba untuk mengintip peluang ekonomi yang muncul dari kehidupan jalanan. Variasi kerja sebagai mata pencaharian dari anak-anak jalanan ini amatlah beragam, yaitu : pengamen, tukang semir sepatu, penjual koran, pengemis, tukang parkir, dan sebagainya.

  Anak-anak jalanan merupakan kelompok yang sangat berbeda dari anak- anak normal yang hidup bersama keluarga di rumah dimana terdapat orang-orang yang siap melindungi dari berbagai macam ancaman. Sebaliknya banyak anak- anak jalanan yang harus hidup tanpa keluarga, rumah, pendidikan yang layak, dan selalu berinteraksi dengan anak-anak jalanan yang lainnya serta menghadapi ancaman seorang diri (Anonim, 2007b).

  Akibatnya perilaku serta kematangan emosional dari anak-anak jalanan seringkali terlihat jauh menyimpang dibandingkan anak-anak seusianya yang hidup normal. Banyak penyimpangan yang dapat dijumpai pada anak-anak jalanan, seperti penyalahgunaan obat-obatan baik obat-obatan yg dijual bebas maupun Napza, seks bebas, perilaku yang menjurus agresif dan impulsif merupakan bentuk-bentuk pola kehidupan yang kemudian menjadi erat bersinggungan dengan hidup keseharian mereka (Permadi,1997).

  Komunitas anak-anak jalanan relatif tertutup dari dunia luar, tetapi pengaruh sesamanya (sesama anak-anak jalanan) dapat sangat kuat. Dengan pengaruh teman-teman jalanan yang lainnya, sehingga adopsi perilaku penyalahgunaan obat-obatan akan sangat cepat diadopsi di kalangan anak-anak jalanan itu sendiri (Anonim, 2007b).

  Meskipun dalam Kedokteran, beberapa golongan obat keras, narkotika dan psikotropika masih bermanfaat bagi pengobatan, namun bila disalahgunakan atau digunakan tidak menurut indikasi medis atau standar pengobatan, terlebih lagi bila disertai peredaran dijalur ilegal, akan berakibat sangat merugikan bagi individu maupun masyarakat luas khususnya generasi muda (Anonim, 2007b).

C. Saraf

  Sistem saraf manusia merupakan suatu jalinan jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling berhubungan antara satu dengan yang lain.