Karya: K.H Bisri Mustofa SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

  

Kemiskinan Dalam Perspektif Kitab Tafsir Al- Ibriz Li

Ma’rifat Tafsir Al- Qur’an Al- ‘Aziz

  

Karya: K.H Bisri Mustofa

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

  

Oleh:

RANGGA PRADIKTA

NIM 215-13-006

  

JURUSAN ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2017

HALAMAN MOTTO

  إ إً ْسُْي ِ ْسُْعْلإ َعَم َّن ِ

  

Sesungguhnya bersama

kesulitan terdapat

kemudahan.

  (QS. Al- Insyirāh [94]: 6)

BERMIMPILAH !

KARENA TUHAN AKAN MEMELUK

  

MIMPI-MIMPIMU

(Edensor : Andrea Hirata)

HALAMAN PERSEMBAHAN

  Skripsi ini dipersembahkan untuk ;

  • Ayahanda Suprapto dan Ibunda Puji Astuti Ananda Fathan Fathurrochim Mbah Sururi dan Mbah Tunsiyah Om Agus Widodo dan Bulek Nur Kholidah *** Teman-teman Jurusan Ilmu Al- Qur‘an dan Tafsir IAIN Salatiga Angkatan 2013
  • Teman-teman Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora IAIN Salatiga Dan Rima Nur Sa‘diyah

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

  Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan Skripsi ini berpedoman padaSurat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 158/1987 dan 0543b/U/1987.

A. Konsonan Tunggal Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

  ب

  kha ‘

  Alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan

  ra‘ R er

  ر

  Żal Ż zet (dengan titik di atas)

  ذ

  Dal D de

  د

  Kh ka dan ha

  خ

  ba‘ B be

  (

  ا

  ح

  Jim J je

  ج

  ṡa ṡ es (dengan titik di atas)

  ث

  ta‘ T te

  ت

  ḥa‘ ḥ ha (dengan titik di bawah

  ز

  ‗ain ‗ koma terbalik (di atas)

  م

  Lam L el

  ل

  Kaf K ka

  ك

  Qaf Q qi

  ق

  fa‘ F ef

  ف

  Gain G ge

  غ

  ع

  Zal Z zet

  ẓa‘ ẓ zet (dengan titik di bawah)

  ظ

  ṭa‘ ṭ te (dengan titik di bawah)

  ط

  ḍad ḍ de (dengan titik di bawah)

  ض

  ṣad ṣ es (dengan titik di bawah)

  ص

  Syin Sy es dan ye

  ش

  Sin S es

  س

  Mim M em

  ن

  Ditulis

  Ditulis Karâmah al-

  ءايلولاا ةمرك

  Bila diikuti kata sandang ―al‖ serta bacaan kedua itu terpisah, maka ditulis h.

  Ditulis Jizyah (ketentuan ini tidak diperlukan kata-kata Arab yang sudah terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti zakat, shalat dan sebagainya, kecuali bila dikehendaki lafal aslinya) b.

  Ḥikmah ةيزج

  Ditulis

  ةمكح

  Bila dimatikan ditulis h

   Ta’ Marbuṭah di akhir kata ditulis h a.

  „iddah C.

  Muta‟addidah ةدع

  Nun N en

  Ditulis

   Konsonan Rangkap Tunggal karena Syaddah Ditulis Rangkap ةددعتم

  ya‘ Y ye B.

  ي

  Hamzah ` apostrof

  ء

  ha‘ H ha

  ه

  Wawu W we

  و

  auliyā` c.

  Bila Ta‟ Marbuṭah hidup dengan harakat, fatḥah, kasrah, atau ḍammah ditulis t.

  ةرطفلا ةاكز

  Ditulis Zakat al-fi

  ṭrah D.

   Vokal Pendek _َ__

  Fat ḥah

  Ditulis A

  _ِ__

  Kasrah Ditulis

  I _ُ__

  Ḍammah Ditulis U

E. Vokal Panjang

  Fat ḥah bertemu Alif Ā

  Ditulis

  Jahiliyyah ةيلهاج

  Fat ḥah bertemu Alif Layyinah Ā

  Ditulis

  Tansa ىسنت

  Kasrah bertemu ya‟ mati Ī

  Ditulis

  Karīm يمرك

  Ḍammah bertemu wawu mati Ū

  Ditulis

  Furūḍ ضورف F.

   Vokal Rangkap Fat ḥah bertemu Ya‟ Mati

  Ai

  Ditulis

  Bainakum مكنيب

  Fat ḥah bertemu Wawu Mati Au

  Ditulis

  Qaul لوق G.

   Vokal pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan apostrof

  Ditulis A`antum

  متنأأ

  Ditulis

  U‟iddat تدعأ

  Ditulis

  La‟in syakartum تمركش نئل H.

   Kata sandang alif lam yang diikuti huruf Qamariyyah maupun Syamsyiyyah ditulis dengan menggunkan “al

  Ditulis Al-

  Qur`ān نارقلا

  Ditulis Al-

  Qiyās سايقلا

  Ditulis Al-

  Samā` ءامسلا

  Ditulis Al-Syams

  سمشلا I.

   Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat ditulis menurut bunyi atau pengucapannya

  Ditulis

  Żawi al-furūḍ ضورفلا ىوذ

  Ditulis Ahl al-sunnah

  ةنسلا لها

KATA PENGANTAR

  

ميحرلا نحمرلا للها مسب

  Syukur Alhamdulillah penulis haturkan kehadirat Allah swt. yang telah mencurahkan nikmat-Nya yang tak terhingga, yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ―Kemiskinan Dalam Perspektif Kitab Tafsir Al- Ibriz Li Ma‟rifat Tafsir Al-

  

Qur‟an Al- „Aziz (Karya: K.H Bisri Mustofa)‖ ini. Sholawat serta salam

  senantiasa tercurahkan kepada baginda Rasulullah saw. beserta keluarga, sahabat serta pengikut-pengikutnya sampai di

  yaumul qiyāmah. Penulis menyadari

  sepenuhnya bahwa tanpa bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak, penulisan skripsi ini tidak dapat terselesaikan. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada: 1.

  Kedua orangtua (Ayahanda Suprapto dan Ibunda Puji Astuti) yang dengan ikhlas menerima dan memperjuangkan kami sebagai anak, untuk terus bersekolah dan menjadi hamba yang di ridhoi oleh Allah Swt, di dunia dan di akhirat kelak. Berkat kesabaran ibunda, yang ibunda tanamkan dalam hati ananda, menjadikan ananda selalu tabah atas berbagai ujian yang menjadi jalan untuk mencapai keridhaan yang lebih tinggi dihadapan Allah dan manusia. Juga tidak lupa, bagaimana ayahanda menanamkan bahwa memandang kehidupan tidaklah melulu melalui satu sudut saja, sebab terdapat berbagai macam sudut pandang, keilmuan. Lalu kemudian, tidak lupa ananda ucapkan terimakasih yang teramat sangat kepada Mbah Sururi dan Mbah Tunsiyah, yang telah dengan rela mencukupkan kebutuhan ananda sebagai cucu, untuk dapat tetap melanjutkan jenjang pendidikan sampai saat ini. Selanjutnya terimakasih pula kepada Om Agus dan Bulek Nur, yang juga telah banyak sekali membantu penghidupan ananda di rantauan.

  2. Bapak Mahfudz Fawzi (yang saat skripsi ini sudah selesai dicetak, bisa ditambahkan S.Ag setelah nama beliau), selaku guru sekaligus orangtua dirantauan. Terimakasih karena telah menjadi jalan bagi Tuhan untuk memberikan pengetahuan dan pendidikan kepada ananda. Lalu kemudian terimakasih kepada Husain Imaduddin dan M. Choirurrohman karena telah bersedia menjadi teman tidur (bukan dengan tanda kutip), dan juga memberi hutang yang semoga dengan namanya saya cantumkan disini, hutang sudah diangggap lunas. Lalu kemudian kepada Afifah, Shopi Syarifah, Nurul Hakim Al- Azmi, Farikhatul Ulya sebagai teman yang menjadi rekan mencari dragon ball, untuk memanggil dewa Shenlong. Serta kepada adinda Rima Nur Sa‘diyah sebagai seseorang yang saya amin-kan dalam doa-doa paling dalam, karena telah dengan penuh pengertian mendampingi dan mendorong saya untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Teman-teman seperjuangan, Muhammad Sarifuddin, M Abdul Fatah,

  Wahyu Kurniawan, Husain Imaduddin, Laila Alfiyanti, M

  Choirurrohman, Mahfudz Fawzie dan Triyanah, terimakasih atas empat tahun perjuangan yang telah kita lewati bersama ini.

  4. Dr. Benny Ridwan, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Humaniora IAIN Salatiga.

  5. Ibu Tri Wahyu Hidayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Ilmu al-Qur`an dan Tafsir beserta staff-staffnya yang tak pernah menyerah memotivasi kami sebagai angkatan pertama untuk menyelesaikan skripsi kami. Terimakasih juga atsa fasilitas Lab FUADAH yang telah dibuka beberapa saat sebelum penulis memulai skripsi ini, sehingga fasilitas tersebut sangat membantu proses penulisan skripsi ini.

  6. Dr. Muh. Irfan Helmy, M.Ag. selaku dosen pembimbing akademik yang dengan kesabarannya berkenan memberikan petunjuk dan bimbingan kepada ananda dalam proses akademik 7. Keluarga Simpul Maiyah Kidung Syafaat Salatiga, dan juga Bapak

  Ilyas, yang oleh karna beliau dan seluruh bagian dari keluarga Kidung Syafaat telah memberikan pengetahuan-pengetahua yang baru.

  8. Keluarga Besar Pondok Pesantren Pancasila, Salatiga.

  9. Keluarga Besar Pondok Pesantren An- Nida, Salatiga.

  10. Dan tak lupa pada pihak-pihak terkait yang lain yang tak sempat untuk disebutkan di sini.

  Teriring do‘a, semoga segala kebaikan semua pihak yang membantu penulis dalam penulisan skripsi ini diterima di sisi Allah swt. dan mendapat pahala yang dilipat gandakan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun selalu diharapkan demi kebaikan dan kesempurnaan skipsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

  Amin.

  Salatiga,

  15 Maret 2017 Penulis, Rangga Pradikta NIM. 215-13-006

  

ABSTRAK

  Kata Kunci: Kemiskinan dan Tafsir Al- Ibriz Kemiskinan merupakan masalah sosial yang patut menjadi fokus perhatian banyak kalangan mulai dari ekonom, sosiolog, dan budayawan, tidak terkecuali penafsir al- Quran yang berupaya untuk memberikan tawaran atas solusi terhadap problem kemiskinan yang terjadi dengan menggali makna yang terkandung dalam al-

  Qur‘an dengan menggunakan jalan penafsiran. Banyaknya mufassir yang telah merumuskan penafsirannya untuk dapat membantu umat dalam menyelami makna yang terkandung di dalam al-

  Qur‘an, terdapat beberapa mufassir yang berasal dari Indonesia, salah satunya adalah K.H Bisri Mustofa (1915-1977 M) dengan kitab tafsirnya yang dib eri nama ―al- Ibriz li Ma‟rifat Tafsir al- Qur‟an al- „Aziz‖. Tafsir ini memiliki karakter tersendiri menyangkut penafsirannya yang menggunakan bahasa Jawa, yang memiliki hierarki bahasa/unggah ungguh (tata krama, seperti bahasa Krama (halus), Krama Inggil, dan Ngoko (kasar), Madya (biasa).

  Penelitian ini berusaha menemukan bagaimana konsep kemiskinan dalam perspektif kitab tafsir al- Ibriz dan solusi-solusi yang ditawarkan melalui penafsiran ayat-ayat yang berbicara tentang kemiskinan untuk mengatasi permasalah kemiskinan yang terjadi di Indonesia. pertanyaan yang ingin dijawab oleh penelitian ini adalah (1) bagaimana penafsiran ayat-ayat tentang kemiskinan dalam tafsir al- Ibriz, (2) bagaimana signifikansi dan relevansi penafsiran ayat- ayat kemiskinan dalam kitab tafsir al- Ibriz terhadap konteks ke-Indonesia-an. Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersumber dari data-data kepustakaan (library research) dengan metode penafsiran tematik-kontekstual.

  Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa, dalam tafsir al- Ibriz dijelaskan bahwasanya terdapat 2 macam tipe dari orang miskin yaitu, orang miskin yang meminta-minta dan orang miskin yang tidak mau meminta-minta, keterangan ini terdapat pada penafsiran surat Al- Haj ayat 36, Adz- Dzariyat ayat

  19. Cara mengatasi kemiskinan menurut kitab tafsir al- Ibriz ialah sebagai berikut: (1) menumbuhkan etos kerja pada setiap individu, (2) bantuan tidak langsung, misalnya berupa pekerjaan, (3) bantuan berupa pemberian makanan, (3) menjalankan hukum kafarat, baik berupa kafarat sumpah, kafarat pembunuhan, kafarat berjima‘ dalam bulan ramadhan, kafarat zihar, kafarat pengganti puasa, dan denda dalam ibadah haji (4) zakat, (5) infaq, (6) sedekah, (7) qurban, (8) fidyah, (9) pemberian saat pembagian waris, (10) fa‘i, dan (11) ghanimah.

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ ii HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii HALAMAN KEASLIAN TULISAN ........................................................... iv HALAMAN MOTTO .................................................................................... v HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... vi HALAMAN PEDOMAN TRANSLITERASI .............................................. vii KATA PENGANTAR .................................................................................. xiii ABSTRAK ..................................................................................................... xvii DAFTAR ISI .................................................................................................. xviii

  BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1 B. Rumusan Masalah ....................................................................... 4 C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 5 D. Kajian Pustaka .............................................................................. 5 E. Kerangka Teori............................................................................. 8 F. Metode Penelitian......................................................................... 14 G. Sistematika Penelitian ................................................................. 15 BAB II MENGENAL TAFSIR AL- IBRIZ................................................... 17 A. Biografi K.H Bisri Mustofa ........................................................ 17

  B.

  Karakteristik dan Sistematika Kitab Tafsir Al- Ibriz ................... 31

  BAB III KAJIAN TENTANG KEMISKINAN ............................................. 38 A. Kemiskinan Dalam Perspektif Konvensional ............................. 38 B. Kemiskinan Dalam Perspektif Kitab Tafsir Al- Ibriz ................. 46 1. Al- Isra Ayat 26 ... .................................................................. 49 2. Ar- Rum Ayat 38 ... ................................................................ 51 3. Al- Muddatsir Ayat 44 .. ........................................................ 52 4. Al- Haqqah Ayat 34 ... ........................................................... 53 5. Al- Fajr Ayat 18 ... ................................................................. 54 6. Al- Ma‘un Ayat 3 ... ............................................................... 55 7. Al- Qalam Ayat 24 ... ............................................................. 57 8. Al- Baqarah Ayat 184 ... ........................................................ 58 9. Al- Mujadilah Ayat 4 ... ......................................................... 60 10. Al- Insan Ayat 8 ... ................................................................. 61 11. Al- Balad Ayat 16 ... .............................................................. 62 12. Al- Baqarah Ayat 177 ... ........................................................ 63 13. Al- Maidah Ayat 89 ... ........................................................... 65 14. Al- Maidah Ayat 95 ... ........................................................... 66 15. Al- Kahfi Ayat 79 .................................................................. 68 16. An- Nur Ayat 22 .................................................................... 69 17. Al- Baqarah Ayat 83 ... .......................................................... 70 18. Al- Baqarah Ayat 215 ... ........................................................ 71 19. An- Nisa Ayat 36 ... ............................................................... 72

  20. Al- Anfal Ayat 41 .................................................................. 73 21.

  At- Taubah Ayat 60 ... ............................................................ 75 22. Al- Hasr Ayat 7 ... .................................................................. 77 23. An- Nisa Ayat 8 ... ................................................................. 79 24. Al- Haj Ayat 28 ... .................................................................. 80 25. Al- Haj Ayat 36 ... .................................................................. 81 26. Al- Ma‘arij Ayat 24-25 ... ...................................................... 82 27. Al- Isra Ayat 31 ... .................................................................. 83

  BAB IV SIGNIFIKANSI DAN RELEVANSI PENAFSIRAN AYAT TENTANG KEMISKINAN DALAM TAFSIR AL- IBRIZ TERHADAP KONTEKS KE- INDONESIA-AN ........................................................................................... 87 A. Relevansi Konsep Tentang Kemiskinan Dalam Tafsir Al- Ibriz Dengan Konteks Ke-Indonesia-an ............................................................ 87 B. Tawaran Solusi Tafsir Al- Ibriz Dalam Menyelesaikan Masalah Kemiskinan Di Indonesia ............................................................ 93 1. Kewajiban Setiap Individu ... ................................................. 94 2. Kewajiban Orang Lain/Masyarakat ... ................................... 98 3. Kewajiban Pemerintah ... ....................................................... 112 BAB V PENUTUP ......................................................................................... 118 A. Kesimpulan ................................................................................. 118 B. Saran ............................................................................................ 119 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 120 LAMPIRAN-LAMPIRAN ... ......................................................................... 124

  LEMBAR KONSULTASI ... ......................................................................... 125 CURRICULUM VITAE ............................................................................... 126

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al- Qur‘an merupakan kitab suci bagi agama Islam, dan juga dijadikan

  sebagai pedoman hidup bagi pemeluknya. Pemberdayaan atau keadilan menjadi salah satu visi misi al- Qur‘an sebagai kitab suci dan juga pedoman hidup. Hal itu terlihat dari penyebutan kata keadilan atau pemberdayaan di dalam al-

  Qur‘an mencapai lebih dari seribu kali, yang berarti; kata urutan ketiga yang banyak disebut al- Qur‘an setelah kata Allah dan al- „ilm.

  Masalah kemiskinan dianggap sebagai bagian dari masalah penting yang memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan individu dan sosial. Kemiskinan menjadi problematika hidup yang sejak dahulu dihadapi manusia. Berbagai aturan dan sistem sosial, tidak mampu memberikan jalan keluar dari permasalahan tersebut dan inilah penyebab maraknya berbagai kejahatan dan pertikaian antara sesama manusia ditengah-tengah kehidupan kita.

  Pada lingkungan masyarakat miskin, semua ideologi yang ekstrim banyak diminati dan semua perbuatan keji pun dihalalkan untuk memenuhi keinginan-

  1

  keinginan. Perkara ini pernah terjadi pada masa Jahiliyah. Saat itu, orang orang tega membunuh anakanak mereka (darah daging mereka) karena perasaan takut terhina oleh kemiskinan sebagaimana mereka melihat sebagian pengaruh kemiskinan yang membahayakan kehidupan seseorang.

  1

  Di Indonesia, kemiskinan seolah menjadi suatu keniscayaan bagi masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam. Ironi memang, kemiskinan tetap ada di negeri yang konon kaya akan berbagai sumber daya alam. Sebagian orang memahami kemiskinan secara komparatif, sementara yang lain melihatnya dari perspektif moral dan evaluatif, dan yang lain lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan. Namun, ekonomi Islam bisa dijadikan tools dalam menyelamatkan umat Islam dari kemiskinan. Ekonomi islam bukan hanya sebatas alternatif, melainkan solusi dari sistem kapitalisme atau sistem ekonomi manapun yang selama ini diagung-agungkan oleh Barat.

  َ ذ ۡ َ ٢٥ َ َِموُرۡحٍَ لٱ َََو ٢٤ َ َََيِ لَّٱ ََو

  ٓاذصيِّى أَٓ ِفِ َّٞمُٔيۡػذٌَّّٞقَحًَِِۡٓلََٰنٌۡ

َِوِن

dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang

(miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak

mau meminta.(QS al- Ma‟arij :24-25).

  Berdasarkan prinsip ini, maka konsep pertumbuhan ekonomi dalam Islam berbeda dengan konsep pertumbuhan ekonomi kepitalisme yang selalu menggunakan indikator PDB(Produk Dosmetik Bruto) dan perkapita. Pada Maret 2016, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai 28,01 juta orang (10,86

  2

  persen). Dalam Islam, pertumbuhan harus seiring dengan pemerataan. Tujuan kegiatan ekonomi, bukanlah meningkatkan pertumbuhan sebagaimana dalam konsep ekonomi kapitalisme, melainkan menekankan keseimbangan antara petumbuhan dan pemerataan seperti pada konsep ekonomi dalam Islam.

  Fakta tentang hasil survei diatas menunjukkan kenyataan sosial masyarakat bahwa kemiskinan merupakan masalah sosial yang patut menjadi fokus perhatian banyak kalangan mulai dari ekonom, sosiolog, dan budayawan, tidak terkecuali penafsir al-Quran yang berupaya untuk memberikan solusi terhadap problem sosial ini.

  Banyaknya mufassir yang telah membukukan tafsirnya untuk dapat membantu umat dalam menyelami makna yang terkandung di dalam al- Qur‘an, terdapat beberapa mufassir yang berasal dari Indonesia, salah satunya adalah K.H

  Bisri Mustofa (1915- 1977 M) dengan kitab tafsirnya yang diberi nama ―al- Ibriz li

  Ma‟rifat Tafsir al- Qur‟an al- „Aziz”.

  Ada yang menarik dari cara beliau menafsirkan ayat al- Qur‘an, jika pada umumnya tafsir ditulis menggunakan bahasa arab, maka K.H Bisri Mustofa menulis tafsirnya dengan menggunakan bahasa Jawa ngoko dengan menggunakan penulisan huruf Arab Pegon.

  Secara teknis, pilihan menggunakan bahasa ngoko mungkin demi fleksibilitas dan mudah dipahami, karena dengan cara ngoko, pembicara dan audiennya menghilangkan jarak psikologis dalam berkomunikasi. Keduanya berdiri satu level, sehingga tidak perlu mengusung sekian basa-basi seperti ketika menggunakan kromo madyo atau kromo inggil.

  Dengan alasan tersebut sehingga menghadirkan kegelisahan akademik bagi penulis untuk meneliti kitab tafsir al-

  Ibriz li Ma‟rifat Tafsir al- Qur‟an al- „Aziz

  yang ditulis dengan pertimbangan yang sangat mendalam sehingga menjadikan kitab tafsir tersebut menjadi ―merakyat‖ khususnya bagai masyarakat Jawa, umumnya bagi masyarakat Indonesia. Namun, dengan karakteristik tersebut, apakah kitab tafsir al- Ibriz masih relevan jika digunakan sebagai rujukan dalam mencari solusi atas permasalah kemiskinan yang terjadi pada masa ini. Untuk itulah penulis mencoba meneliti tentang bagaimana signifikansi dan relevansi tafsir al- Ibriz terhadap problematik tentang kemiskinan yang terjadi di Indonesia

  3

  dengan menggunakan pendekatan tematik kontekstual. Maka dari itu skripsi ini diberi judul ―Kemiskinan Dalam Perspektif Kitab Tafsir Al- Ibriz Li Ma‟rifat

  Tafsir Al- Qur‟an Al- „Aziz (Karya: K.H Bisri Mustofa)”.

B. Rumusan Masalah

  Dengan adanya latar belakang di atas, penulis membatasi diri pada kajian tentang konsep miskin dalam perspektif kitab tafsir al-

  Ibriz li Ma‟rifat Tafsir al- Qur‟an al- „Aziz karya K.H Bisri Mustofa. Oleh karena itu, penulis mengajukan

  pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1.

  Bagaimana penafsiran ayat-ayat tentang kemiskinan dalam kitab tafsir al-

  Ibriz ? 2.

  Bagaimana signifikansi dan relevansi penafsiran ayat-ayat tentang kemiskinan dalam kitab tafsir al- Ibriz terhadap konteks ke-Indonesiaan ?

3 Tafsir Tematik ( Tafsir maudhu‟i) maksudnya adalah membahas ayat-ayat al-Quran sesuai dengan

  tema dan judul yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, penafsir yang memakai metode ini akan meneliti ayat-ayat al-Quran dan melakukan analisis berdasar ilmu yang benar, yang digunakan oleh pembahas untuk menjelaskan pokok permasalahan tersebut dengan mudah dan betul-betul menguasainya, sehingga kemungkinan baginya untuk memahami maksud yang terdalam dan dapat

C. Tujuan Penelitian 1.

  Untuk mengetahui bagaimana kitab tafsir tafsir al- Ibriz li Ma‟rifat Tafsir

  al- Qur‟an al- „Aziz karya K.H Bisri Mustofa mengurai ayat tentang

  kemiskinan.

2. Untuk mengetahui bagaimana kitab tafsir tafsir al- Ibriz li Ma‟rifat Tafsir

  al- Qur‟an al- „Aziz menjawab dan memberikan solusi terhadap

  problematika kemiskinan. Disamping itu, hasil penelitian ini diharapkan mampu memiliki kegunaan yang bersifat akademis. Yang mana penelitian ini merupakan satu sumbangan sederhana bagi pengembangan studi al-

  Qur‘an dan untuk kepentingan studi lanjutan diharapkan sebagai bahan acuan, referensi dan lainnya bagi penulis lain yang ingin memperdalam penelitian yang telah penulis lakukan.

D. Kajian Pustaka

  Sebelum dilakukan penelitian ini, penulis telah membaca beberapa sumber- sumber rujukan baik yang primer maupun sekunder, seperti (1) Kitab Tafsir al-

  Ibriz li Ma‟rifat Tafsir al- Qur‟an al- „Aziz (Kudus: Maktabah wa Matb‘ah

  Menara Kudus, 1995), (2) buku M. Quraish Shihab, Wawasan Al-

  Qur‟an: Tafsir Maudhu‟i atas Pelbagai Persoalan Umat. (Bandung: Mizan, Cetakan ke 13.

  1996), yang berisi tentang penafsiran tematik atas berbagai permasalahan umat terkini. (3) Achmad Zainal Huda. 2005. Mutiara Pesantren Perjalanan Khidmah

  KH Bisri Mustofa. Yogyakarta: PT. LkiS Pelangi Aksara. Serta buku lainnya.

  Adapun skripsi terdahulu yang ditulis oleh Hidayatul Fitriah, dengan judul

  

Studi Kritik Karakteristik Kedaerahan Tafsir Al- Ibriz Karya Bisri Mustofa

Rembang . Yang membahas tentang karakteristik dari kitab tafsir al- Ibriz.

  Penulis juga telah membaca beberapa jurnal yang berhubungan dengan tema yang penulis angkat, beberapa diantaranya yaitu: (1). Mochamad Syawie. 2011. Kemiskinan dan Kesenjangan Sosial. Jurnal

4 Informasi, Vol. 16 No. 03, yang berisi tentang bagaimana kemiskinan telah

  menjadi masalah sosial yang sangat serius sehingga kemiskinan bukan saja diartikan sebagai suatu kondisi diamana seseorang kekurangan makanan sebagai kebutuhan hidup sehari-hari, melainkan kemiskinan sudah mencapai pada level ketiadaan makanan atau kehabisan makanan bagi seseorang. Mochamad Syawie menyimpulkan bahwa usaha penanggulangan kemiskinan tidak selalu berarti pengurangan ketimpangan sosial, ia berharap bahwa penanggulangan kemiskinan juga harus dibarenngi dengan pengurangan ketimpangan sosial dengan cara menumbuhkan kebersamaan antar manusia. (2). Maslukhin. 2015. Kosmologi Budaya Jawa dalam Tafsir al- Ibriz Karya K.H Bisri Mustofa. Mutawâtir: Jurnal

  

Keilmuan Tafsir Hadis Volume 5, Nomor 1. Institut Keislaman Abdullah Faqih

  Gresik, Indonesia., yang menyimpulkan bahwa kitab tafsir al- Ibriz ditulis pada saat sastra dan budaya jawa meredup dari kejayaanya, hal ini dilakukan oleh K.H Bisri Mustofa dikarenakan sebagai totalitas pemikirannya sebagai orang yang besar dalam budaya pesantren Jawa dengan realitas sosial pembaca kitab tafsirnya 4 sehingga al- Ibriz ditulis dengan bahasa yang dekat dengan masyarakat yang

  

Mochamad Syawie. Alumnus Fakultas Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakrta, menjadi audiens bagi kitab tafsir al- Ibriz. (3). Tri Wahyu Hidayati, Sistem Jaring

  Pengaman Sosial(The Social Safety Net) Dalam Al- Qur‟an (Kajian Sosio

Historis), (Laporan Penelitian Unggulan; Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri

  Salatiga, Salatiga, 2014), yang menyimpulkan bahwa, mengatasi problem kemiskinan adalah tanggung jawab kesadaran pribadi, masyarakat, dan pemimpin (Negara), Negara harus lebih bijak dalam menjalankan aturan-aturan yang yang memihak kepada masyarakat miskin, setiap individu dalam masyarakat harus memiliki kesadaran untuk memperbaiki taraf hidupnya dan kesadaran untuk saling memberi kepada yang sangat membutuhkan, bantuan yang diberikan kepada masyarakat miskin tidak cukup pada hal-hal yang bersifat konsumtif, namun juga harus memberikan bantuan yang bersifat produktif. (4). Budiharjo.

  Kemiskinan Dalam Perspektif Al- Qur‘an. Hermenia Jurnal Kajian Islam

  Interdesipliner , vol. 6, no. 2 Juli

  • – Desember 2007, Cara menanggulangi kemiskinan adalah dengan memberikan makanan, berbuat baik, fidyah, bantuan negara, warisan, kifarat, infak, zakat dan bantuan rutin. Bantuan yang tidak rutin perlu membina agar orang-orang miskin agar mampu hidup sendiri, bahkan menjadi kaya dan membantu yang miskin berikutnya. Bantuan rutin diberikan kepada orang yang tidsak mampu lagi bekerja. (5) Hidayatul Fitriah. 1999. Studi

    Kritik Karakteristik Kedaerahan Tafsir Al-Ibriz karya Bisyri Mustafa Rembang .

    Yogyakarta: Skripsi Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga. Yang menjelaskan tentang bagaimana karakteristik tafsir al- Ibriz dengan penulisannya yang menggunakan bahasa daerah, yaitu Bahasa Jawa. Dan lain sebagainya.

E. Kerangka Teori

  Berdasarkan pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, negara mempunyai tanggung jawab untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan mulia tersebut diuraikan dalam pasal-pasal Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, diantaranya: Pasal 20, Pasal 21, Pasal 27 ayat (2), Pasal 28 ayat (1), dan ayat (2), Pasal 33 ayat (3) dan ayat (4), dan pasal 34 ayat (1). Negara bertanggung jawab untuk memelihara fakir miskin guna memenuhi kebutuhan dasar yang layak bagi kemanusiaan; bahwa untuk melaksanakan tanggung jawab negara diperlukan kebijakan pembangunan nasional yang berpihak kepada masyarakat secara, terencana, terarah, dan berkelanjutan.

  Menurut BPS, ada 14 kriteria yang dipergunakan untuk menentukan keluarga/ rumah tangga yang termasuk dalam kategori miskin. Apabila ada 9 dari 14 tersebut, sebuah keluarga dikategorikan miskin. Adapun 14 kriteria tersebut adalah: 1.

  Luas lantai bangunan rumah kurang dari 8 m

  2

  per orang 2. Jenis lantai rumah dari tanah, kayu/bambu 3. Dinsing rumah dari bambu/rumbia/kayu kualitas rendah/ tembok tanpa plester 4.

  Tidak memiliki fasilitas MCK yang memadai (masih numpang tetangga) 5. Penerangan rumah tidak menggunakan listrik 6. Sumber air minum dari mata air tak terlindungi seperti sungai 7. Memasak dengan kayu bakar/arang/minyak tanah 8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam seminggu sekali 9. Hanya mampu membeli baju setahun sekali

  10. Hanya mampu menyediakan makan sehari satu atau dua kali sehari 11.

  Tidak mampu membayar pengobatan di puskesmas atau poliklinik

  2 12.

  ), buruh Sember penghasilan kepala keluarga: petani (luas lahan 500m tani,nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan atau pekerjaan lain dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,- per bulan.

  13. Pendidikan tertinggi kepala keluarga adalah: tidak sekolah atau hanya SD 14.

  Tidak memiliki tabungan/barang berharga yang mudah dijual minimal Rp.

  5 500.000,-.

  Problematik kemiskinan ini menjadi masalah yang sangat krusial baik bagi bangsa dan negara, maupun bagi individu yang menderita akibat kemiskinan itu sendiri. Berbagai kebijakan untuk mengentaskan kemiskinan khususnya di Indonesia sudah dibuat disetiap masa pemerintahan, namun kebijakan-kebijakan pemerintah tersebut dirasa belum dapat menghasilkan perbedaan yang signifikan terhadap masalah ini. Menurut Asghar Ali Engineer hal ini terjadi karena umat Islam sudah tidak lagi mempedulikan masalah keadilan sosial ekonomi, umat Islam menurutnya hanya menyisakan sedikit rasa peduli terhadap golongan lemah

  6 sehingga lenyaplah keadilan Islam yang distributif.

  Kata miskiin dalam al- Qur‘an ditemukan dengan berbagai macam bentuk. Kata al- miskiin disebut 8 kali, yaitu pada; Al-

  Isra‘: 26, Ar- Rum: 38, Al- Mutdatstsir: 44, Al- Baqarah: 184, Al- Haqqah: 34, Al- Fajr: 18, Al-

  Ma‘un: 3, 5 Al- Qalam: 24.

  Tri Wahyu Hidayati, Sistem Jaring Pengaman Sosial(The Social Safety Net) Dalam Al- Qur’an

(Kajian Sosio Historis), (Laporan Penelitian Unggulan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.

6 2014)., hlm. 44-45.

  Sedangkan kata miskiinan ditemukan dalam tiga tempat yaitu pada; Al-

  7 Mujadilah: 4, Al- Insan: 8, Al- Balad: 16. bentuk jamak miskiin adalah

  masaakiin, terdapat dalam 12 tempat, yaitu; Al- Baqarah: 177, Al- Maidah: 89 & 95, Al- Kahfi: 79, An- Nur: 22, Al- Baqarah: 83 & 215, An- Nisa: 36, Al- Anfal:

  8

  41, At- Taubah: 60, Al- Hasr: 7, An- Nisa: 8. Kata miskiin dalam bahasa Arab hampir bersamaan artinya dengan al- baais al- faqiir dalam surat Al- Hajj: 28, al-

  

fuqaraa‟ dalam surat At- Taubah: 60, al- qaani dalam Al- Hajj: 36, dan al- imlaaq

  dalam surat Al- Isra‘: 31.

  Problem tentang kemiskinan juga telah di sebutkan dalam beberapa ayat al- Qur‘an yang menandakan bahwa, kemiskinan memang merupakan sebuah masalah yang perlu mendapat perhatian lebih dari berbagai dimensi, tak lepas dari dimensi keagamaan, kultural dan pemerintahan. Maka, sebagai penduduk Negara Republik Indonesia yang beragama Islam dengan kitab sucinya berupa al-

  Qur‘an yang didalamnya juga terdapat pembahasan tentang kemiskinan, kita harus kembali kepada ayat-ayat al-

  Qur‘an untuk menggali makna yang terdapat didalamnya sehingga mampu memunculkan berbagai penawaran atas solusi-solusi terhadap masalah kemiskinan.

  Dalam rangka memahami pesan-pesan al- Qur‘an maka diperlukan ilmu yang disebut ilmu tafsir. Dalam pengertiannya ilmu tafsir adalah suatu ilmu yang digunakan untuk menjelaskan atau menampakkan makna yang terkandung didalam ayat-ayat al-

  Qur‘an.

  7

  Pasca Nabi Muhammad meninggal dunia, al- Qur‘an sudah tidak akan turun lagi dan telah selesai dibukukan, namun kandungan maknanya dipercaya tidak akan penah habis (salih li kull zaman wa al-makan), konsekuensinya disusunlah kitab- kitab tafsir sebagai ―kepanjangan tangan‖ dari firman Allah yang sudah resmi dibukukan itu. Bagi orang beragama Islam, utusan Allah boleh saja mati, firman Allah boleh saja terhenti, namun kandungan maknanya tidak boleh ikut ikutan selesai. Bagaikan pelita, ia harus selalu memancarkan cahaya. Kandungan makna firman Allah itulah yang dieksplorasi seluas-luasnya oleh kitab-kitab tafsir.

  Keragaman dalam penafsiran al- Qur‘an merupakan suatu keniscayaan yang tidak bisa dihindari. Hal tersebut dapat dilihat dari perkembangan ilmu yang dipandang sebagai ilmu bantu bagi Ulumul

  Qur‟an, seperti linguistik,

  9 hermeneutika, sosiologi, antropologi, ilmu komunikasi, dan lainnya.

  Karena itu, upaya di kalangan umat Islam untuk memahami dan mengungkap makna al- Qur‘an selalu muncul ke permukaan selaras dengan kebutuhan dan tantangan yang mereka hadapi pada zaman masing-masing.

  Muncullah denga demikian berbagai bentuk tafsir yang baragam dengan metode penafsiran yang berbeda pula sesuai orientasi dan urgensinya sehingga hal ini juga tidak pernah lepas dari konteks kebudayaan setempat yang melingkupi lahirnya

  10

  sebuah karya tafsir. Karena itulah tafsir dapat dikatakan sebagai renspon sosial masyarakat yang berkembang saat itu.

9 Sahiron Syamsuddin, Ranah-Ranah Penelitian Dalam Studi Al- Qur‟an dan Hadis, Kata

  Pengantar dalam Metodologi Penelitian Living Qur‟an dan Hadis, (Yogyakarta: TH-Press, 2007). 10 hlm. xi.

  Semua tafsir dipandang sebagai produk akal manusia yang relatif,

  11

  kontekstual, temporal, dan personal. Kebutuhan akan pemahaman kandungan al- Qur‘an sesuai lokalitas masing-masing menyebabkan lahirnya karya-karya tafsir berbahasa daerah. Hal tersebut merupakan sebuah langkah para penyusun tafsir al- Qur‘an agar ajaran-ajaran al- Qur‘an dapat dipahami dengan lebih mudah oleh umat Islam Indonesia. Muncullah kemudian beberapa tafsir berbahasa Jawa, Melayu, Sunda, Jawa, Minang, dan lainya.

  Mayoritas penduduk Indonesia berbahasa Jawa. Mulanya, masyarakat Jawa yang banyak mengkaji tafsir berasal dari kalangan pesantren. Ini tidak mengherankan sebab pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang mengkaji ilmu-ilmu agama seperti tafsir, akidah, fikih, akhlak-tasawuf, dan sebagainya. Dalam kajian tafsir, pada awalnya pesantren-pesantren di Jawa lebih banyak menggunakan tafsir berbahasa Arab seperti Tafsir al-Jalalain, Marah

  

Labid , dan Tafsir al-Munir. Pada perkembangannya, kajian tafsir di pesantren-

  pesantren Jawa sedikit demi sedikit mengalami pergeseran. Hal tersebut terbukti adanya kitab-kitab tafsir lokal yang dikaji seperti Tafsir Al-Ibriz.

  Tafsir ini pada awalnya hanya dikaji oleh masyarakat pesisir utara Jawa, tempat Bisri Musthofa lahir dan dibesarkan. Pada perjalanannya, Tafsir Al-Ibriz dikaji dan diajarkan secara luas di majelis-majelis pengajian umum, tidak sebatas masyarakat pesisir utara Jawa.

  Salah satu teori tafsir menyatakan bahwa taghayyur al- tafsir bi taghayyur 11

azman wal amkan, bahwa perubahan penafsiran dipengaruhi oleh perubahan

  12

  zaman dan tempat. Berangkat dari pernyataan ini, maka tafsir sebagai sebuah produk dialektika antara taks al- Qur‘an dengan konteks (realitas) sesungguhnya selalu harus mengalami perkembangan, sesuai dengan gerak perkembangan waktu dan tempat bahkan juga perubahan lingkungan. Jika dahulu tafsir hanya berkutat pada pola deduktif- normatif dalam memaknai ayat, maka saat ini produk tafsir harus sudah mampu produktif dan kreatif dalam menjawab problem sosial

  13 keagamaan.

  Ada beberapa alasan yang membuat tafsir ini menarik untuk dikaji.

  

Pertama , tafsir ini memiliki karakter tersendiri menyangkut penafsirannya yang

  menggunakan bahasa Jawa, yang memiliki hierarki bahasa/unggah ungguh (tata krama, seperti bahasa Krama (halus), Krama Inggil, dan Ngoko (kasar), Madya (biasa). Kedua, Bisri Musthofa merupakan tokoh Jawa yang memiliki kredibilitas dalam pendidikan, juga ahli dalam penggunaan bahasa Jawa sehingga sastra Jawa pada karya tafsirnya memperindah bahasa Jawa yang digunakan. Ketiga, kedudukan beliau sebagai seorang kiai pesantren, birokrat, dan ulama, membuat karyanya sangat layak dikaji dan diulas lebih dalam. Keempat, beliau juga merupakan salah satu mufassir Indonesia, yang telah mengalami sendiri bagaimana kultur sosial budaya yang berlangsung di Indonesia.

  12 Muhamad Syahrur, Nahwa Ushul Jadidah Li al- Fiqhi al- Islami: Fiqh al- Mar‟ah, al-

Washiyyah, al- Irts, al- Qiwamah, al- Ta‟addudiyah, al- Libas. (al- Ahali li ath- Thiba‘ah wa al-

  

Nasyr wa al- Tauzi. Damaskus. 2000). Lihat lebih lanjut pada Abdul Mustaqim, Metode Penelitian

13 Al- Qur‘an Dan Tafsir, (Idea Press. Yogyakarta. 2015). Hlm. 76.

F. Metode Penelitian

  Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research) yang bersifat deskriptif-analisis, yang akan mencoba menjawab pertanyaan di dalam rumusan masalah berdasarkan model penelitian tematik (al- dirasah al- mawdhu‘iyyah), yang merupakan salah satu metode penelitian al-

  Qur‘an. Adapun jenis riset yang dipakai dalam penelitian ini adalah riset tematik kontekstual, yakni cara memahami al-

  Qur‘an dengan mengumpulkan ayat-ayat yang setema untuk mendapat gambaran yang utuh, holistik, dan komperehensif mengenai tema yang dikaji, kemudian mencari makna yang relevan dan aktual untuk konteks kekinian. Pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi terhadap data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data kepustakaan berupa kitab tafsir al- Ibriz li Ma‘rifat Tafsir al- Qur‘an al- ‗Aziz karya K.H Bisri Mustofa. Sedangkan data sekunder merupakan bahan-bahan kepustakaan yang memiliki kaitan langsung maupun tidak langsung dengan data primer.