BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman nilam 2.1.1. Deskripsi Tanaman Nilam - PENERAPAN PUPUK ORGANIK DAN FREKUENSI Corynebacterium TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN NILAM DI DAERAH ENDEMIK PENYAKIT LAYU DAN BUDOG - repository perpustakaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman nilam

2.1.1. Deskripsi Tanaman Nilam

  Tanaman nilam merupakan tanaman rempah-rempah aromatik berbentuk herba atau perdu. Tanaman tersebut berbau harum dengan batang hampir seluruhnya berbentuk segi empat. Cabang sisi dan daun kebanyakan melintang berhadapan, sering juga dijumpai berkarang. Daun tanaman nilam tanpa daun penumpu dan bunga dalam anak payung yang rapat, biasanya berhadapan dan kadang-kadang bunga dalam bongkol. Bunga kebanyakan berkelamin 2 dan zigomorf. Kelopak berdaun lekat, sering bergigi 5, berlekuk 5 dan kadang-kadang berbibir 2. Mahkota hampir seluruhnya berjumlah 5 dan berbibir 2. Memiliki benang sari yang berjumlah 4. Bakal buah beruang 2, dengan 2 bakal biji tiap ruang, kemudian beruang 4 dan berbagi 4 dengan tangkai putik antara bagian itu.

  Buah belah terpecah dalam 4 bagian yang berbiji 1 (van Steenis, 2008).

  Kedua permukaan daunnya kasar, dengan tepi daun bergerigi, panjang daun 10 cm

  • – 12 cm. tangkai daun 0,8 cm, batang terbentuk padat, bengkak pada bagian simpul. Duri palsu 2,5 cm -14 cm, kelopak 5
  • – 6,5 cm, korolla 6 – 9 cm, bercak putih berwarna violet pada semua segmen, vilamen berwarna violet (Backer & van den Brink, 1965).

  2.1.2. Klasifikasi tanaman nilam

  Menurut Cronquis ( 1981 ) tanaman nilam diklasifikasikan sebagai berikut: Divisio : Magnoliophyta Classis : Magnoliopsida Ordo : Lamiales Familia : Lamiaceae Genus : Pogostemon Species :Pogostemon cablin / Pogostemon heyneanus / Pogostemon

  hortensis

  2.1.3. Jenis-jenis tanaman nilam

  Di Indonesia terdapat tiga jenis nilam yang dibudidayakan masyarakat yaitu Pogostemon heyneanus (nilam Lhokseumawe), Pogostemon hortensis (nilam Tapak tua), dan Pogostemon cablin (nilam Sidikalang) .

a. Pogostemon cablin ( nilam Sidikalang )

  Nilam sidikalang merupakan tanaman introduksi yang diperkirakan berasal dari Filipina atau semenanjung Malaysia, dan masuk ke Indonesia lebih dari seabad yang lalu. Nama ilmiahnya Pogostemon cablin dan sinonimnya

  Pogostemon metha . Nilam jenis ini jarang berbunga. Nilam sidikalang

  mengandung sekitar 2,5-5 % minyak, sehingga banyak diminati oleh petani maupun pasar (Nuryani 2006). Hasil pengujian seleksi ketahanan nilam terhadap layu bakteri (Ralstonia solanacearum) menunjukkan bahwa varietas Sidikalang lebih tahan terhadap layu bakteri dibanding Lhokseumawe dan Tapak Tuan

  (Nasrun dkk. 2004). Varietas Sidikalang juga lebih tahan terhadap nematoda (Mustika & Nuryani 2006). Namun, ketiga varietas nilam itu tidak tahan terhadap penyakit budog (Wahyuno & Sukamto 2010).

  b. Pogostemon heyneanus (Lhokseumawe )

  Nilam jenis Pogostemon heyneanus sering juga dinamakan nilam jawa atau nilam hutan berasal dari India, disebut juga nilam kembang karena dapat berbunga. Kandungan minyaknya lebih rendah dari nilam sidikalang, yaitu berkisar antara 0,5-1,5%. Oleh karena itu, nilam jenis ini kurang diminati oleh petani meskipun bentuk tanamannya lebih besar dan rimbun dibanding nilam Aceh. Namun, nilam Lhokseumawe lebih tahan terhadap penyakit layu bakteri dan nematoda dibanding nilam Aceh. Wahyuno & Sukamto (2010) juga melaporkan bahwa nilam Jawa tahan terhadap penyakit budog yang disebabkan oleh jamur Synchytrium pogostemonis.

  c. Pogostemon hortensis (Tapak Tuan)

  Nilam Sabun (P. hortensis Backer) sering dipergunakan untuk mencuci pakaian terutama kain jenis batik. Jenis nilam ini hanya memiliki kandungan minyak sekitar 0,5-1,5%. Selain itu komposisi kandungan minyak yang dimiliki tidak baik sehingga minyak dari jenis nilam ini tidak disukai (Mangun, 2002).

Tabel 2.1 Deskripsi 3 Jenis Tanaman Nilam

  Varietas Tapak Tuan Lhokseumawe Sidikalang Asal Tinggi tan. (cm) Warna batang muda Warna batang tua Bentuk batang Percabangan Jumlah cab. primer Jumlah cab. sekunder Cabang primer (cm) Cabang sekunder (cm) Bentuk daun Pertulangan daun Warna daun Panjang daun (cm) Lebar daun (cm) Tebal daun (mm) Tangkai daun (cm) Jumlah daun/cabang primer Ujung daun Pangkal daun Tepi daun Bulu daun Terna segar (ton/ha) Minyak (kg/ha) Kadar minyak (%) Patchouli alkohol (%) Ketahanan Meloidogyne incognita Pratylenchus bracyurus Radhopolus similis Ralstonia solanacearum TapakTuan (NAD)

  50,57-82,28 Ungu Hijau keunguan Persegi Lateral 7,30-24,48 18,80-25,70 46,24-65,98 19,80-45,31 Delta, bulat telur Menyirip Hijau 6,47-7,52 5,22-6,39 0,31-0,78 2,67-4,13 35,37-157,84 Runcing Rata, membulat Bergerigi ganda Banyak, lembut 41,51-103,05 234,89-583,26 2,07-3,87 28,69-35,90 Sangat rentan Sangat rentan Rentan Rentan Lhokseumawe (NAD)

  61,07-65,97 Ungu Ungu kehijauan Persegi Lateral 7,00-19,76 11,42-25,72 38,40-63,12 18,96-35,06 Delta, bulat telur Menyirip Hijau 6,23-6,75 5,16-6,36 0,31-0,81 2,66-4,28 48,05-118,62 Runcing Datar, membulat Bergerigi ganda Banyak, lembut 42,59-64,67 273,49-415,05 2,00-4,14 29,11-34,46 Rentan Agak rentan Rentan Rentan Sidikalang (Sumut)

  70,70-75,69 Ungu Ungu kehijauan Persegi Lateral 8,00-15,64 17,37-20,70 43,01-61,69 25,80-34,15 Delta, bulat telur Menyirip Hijau keunguan 6,30-6,45 4,88-6,26 0,30-4,25 2,71-3,34 58,07-130,43 Runcing Rata, membulat Bergerigi ganda Banyak, lembut 31,19-80,37 176,47-464,42 2,23-4,23 30,21-35,20 Agak rentan Agak rentan Agak rentan Toleran Peneliti Y. Nuryani, Hobir, C. Syukur dan I. Mustika

  Sumber : (Nuryani 2006)

2.1.4 Syarat tumbuh Tanaman Nilam

  1. Tinggi Tempat Nilam dapat tumbuh dan berkembang di dataran rendah sampai pada dataran tinggi yang mempunyai ketinggian 1.200 m di atas permukaan laut. Akan tetapi, nilam akan tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi pada ketinggian tempat antara 50 - 400 m dpl . (Nuryani dkk. 2005).

  2. Jenis Tanah Tanah yang sesuai untuk tanaman nilam yaitu subur dan gembur, kaya akan humus dan tidak tergenang air, bertekstur halus, kaya lumut, seperti Andosol atau Latosol dengan kemiringan kurang dari 15° (Nuryani, 2006).

  3. Keasaman tanah Tanaman nilam termasuk tanaman yang mudah tumbuh seperti tanaman herba lainnya, namun untuk memperoleh produksi yang maksimal diperlukan kondisi yang sesuai untuk pertumbuhannya. Nilam dapat tumbuh dengan baik pada kisaran pH antara 6

  • – 7 (Nuryani, 2006).

  4. Suhu, Iklim dan Kelembaban Kondisi ekologi yang sesuai dengan jenis tanaman, akan menyebabkan tanaman tumbuh secara maksimal. Untuk tanaman nilam sendiri menghendaki iklim sedang dengan suhu yang panas dan lembab. Suhu optimum untuk tanaman nilam adalah 24 - 28° C dengan kelembaban relatif antara 70-90 % (Nuryani, 2006).

  5. Curah Hujan dan Intensitas Cahaya Matahari Nilam menghendaki intensitas cahaya matahari antara 75-100 % dan apabila tanaman kurang mendapat sinar matahari (ternaungi), maka kadar minyak nantinya akan rendah. Tanaman nilam membutuhkan curah hujan relatif tinggi yaitu antara 2.000

  • – 3.500 mm per tahun dan penyebarannya merata sepanjang tahun (Nuryani, 2006).

2.2 Pupuk

2.2.1. Pupuk Organik

  Pupuk organik merupakan pupuk yang terbuat dari bahan-bahan alami yang dapat diperbaharui, didaur ulang, dan dirombak dengan bantuan mikroorganisme dekomposer seperti bakteri menjadi unsur-unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman. Proses perombakan bahan organik menjadi pupuk organik itu dapat berlangsung secara alami atau buatan (Mulyani, 2008)

  Pupuk organik merupakan hasil akhir dan atau hasil antara dari perubahan atau peruraian bagian dan sisa-sisa tanaman dan hewan. Misalnya bungkil, guano, tepung tulang dan sebagainya. Karena pupuk organik berasal dari bahan organic yang mengandung segala macam unsur maka pupuk ini pun mengandung hampir semua unsur (baik makro maupun mikro). Hanya saja, ketersediaan unsure tersebut biasanya dalam jumlah yang sedikit. Pupuk organik diantaranya ditandai dengan ciri-ciri :

  • Nitrogen terdapat dalam bentuk persenyawaan organik sehingga mudah dihisap tanaman.
  • Tidak meninggalkan sisa asam anorganik didalam tanah.
  • Mempunyai kadar persenyawaan C organik yang tinggi, misalnya hidrat Arang (Murbandono, 2000).

  Kelebihan pupuk organik sehingga pupuk organik disukai petani, diantaranya adalah sebagai berikut :

  1. Memperbaiki struktur tanah

  Organisme di dalam tanah saat proses penguraian bahan organik bersifat sebagai pelekat dan dapat mengikat butir-butir tanah menjadi butiran yang lebih besar sehingga struktur tanah menjadi lebih baik.

  2. Meningkatkan daya serap air Bahan organik memiliki daya serap yang besar terhadap air tanah. Itulah sebabnya pupuk organik sering berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman, terutama pada musim kering.

  3. Meningkatkan aktivitas biologis di dalam tanah Hal ini terutama disebabkan organisme di dalam dalam tanah yang memanfaatkan bahan organik sebagai makanan. Oleh karena itu, pupuk organik seperti pupuk kandang yang diberikan pada tanah harus diuraikan terlebih dahulu oleh jasad renik melalui pembusukan atau peragian sebelum diserap oleh akar tanaman. Dari proses pembusukan ini, jasad renik memperoleh makanan dan sumber tenaga. Semakin banyak pupuk organik yang diberikan, akan semakin banyak pula populasi dan aktivitas jasad renik dalam tanah.

  4. Sebagai sumber nutrisi bagi tanaman Pupuk organik mengandung nutrisi yang lengkap meskipun kadarnya tidak setinggi pupuk anorganik. Selain itu, proses penyerapanya lambat dari pada pupuk anorganik. Itulah sebabnya untuk mencapai hasil maksimal, pemakaian pupuk organik hendaknya diimbangi dengan pupuk anorganik agar keduanya saling melengkapi. Hal tersebut, akan tercipta kondisi tanah yang kaya zat hara, strukturnya gembur atau remah, dan berwarna coklat kehitaman ( Lingga & Marsono, 2002 )

  Penggunaan pupuk organik yang dipadukan dengan penggunaan pupuk kimia dapat meningkatkan produktivitas tanaman dan pengurangan penggunakan pupuk kimia, baik pada lahan sawah maupun lahan kering. Telah banyak dilaporkan bahwa terdapat interaksi positif pada penggunaan pupuk organik dan pupuk kimia secara terpadu. Penggunaan pupuk kimia secara bijaksana diharapkan memberikan dampak yang lebih baik dimasa depan. Tidak hanya pada kondisi lahan dan hasil panen yang lebih baik, tetapi juga pada kelestarian lingkungan (Musnamar, 2005)

  Pupuk organik dalam bentuk yang telah dikomposkan ataupun segar berperan penting dalam perbaikan sifat kimia, fisika, dan biologi tanah serta sebagai sumber nutrisi tanaman. Secara umum kandungan nutrisi hara dalam pupuk organik tergolong rendah dan agak lambat tersedia, sehingga diperlukan dalam jumlah cukup banyak. Namun, pupuk organik yang telah dikomposkan dapat menyediakan hara dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan dalam bentuk segar, karena selama proses pengomposan telah terjadi proses dekomposisi yang dilakukan oleh beberapa macam mikroba, baik dalam kondisi aerob maupun anaerob. Sumber bahan kompos antara lain berasal dari limbah organik seperti sisa-sisa tanaman (jerami, batang, dahan), sampah rumah tangga, kotoran ternak (sapi, kambing, ayam), arang sekam, dan abu dapur ( Lingga & Marsono, 2002 )

  Sumber utama bahan organik bagi tanah berasal dari jaringan tanaman, baik serupa sampah-sampah tanaman (serasah) ataupun sisa-sisa tanaman yang telah mati. Sumber bahan organik lainnya adalah hewan. Bahan

  • –bahan organik yang berasal dari serasah, sisa-sisa tanaman yang mati, limbah atau kotoran hewan dan bangkai hewan itu sendiri, didalam tanah akan diaduk- aduk dan dipindahkan oleh jasad renik yang selanjutnya dengan kegiatan berbagai jasad tanah bahan organik itu melalui berbagai proses yang rumit dirombak menjadi bahan organik tanah yang mempunyai arti penting ( Sutejo, 2002 ) 2.2.2.

   Pupuk Anorganik

  Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik pupuk dengan meramu bahan-bahan kimia anorganik berkadar hara tinggi. Misalnya urea berkadar N 45-46% (setiap 100 kg urea terdapat 45-46 kg hara nitrogen) (Lingga & Marsono, 2002).

  Ada beberapa keuntungan dari pupuk anorganik, yaitu: 1.

   Pemberiannya dapat terukur dengan tepat karena pupuk anorganik umumnya takaran haranya sudah diketahui.

  2. Kebutuhan tanaman akan hara dapat dipenuhi dengan perbandingan yang tepat.

  3. Pupuk anorganik dapat tersedia dalam jumlah cukup.

  4. Pupuk anorganik mudah diangkut karena jumlahnya relatife sedikit dibandingkan pupuk organik seperti kompos atau pupuk kandang.

  Sehingga biaya angkut pupuk jauh lebih murah dibandingkan pupuk organik. (Lingga & Marsono, 2002).

  Selain kelebihan tersebut, Pupuk anorganik memiliki beberapa kelemahan, antara lain sangat sedikit ataupun hampir tidak mengandung unsur hara mikro.

  Oleh karena itu penggunaan pupuk anorganik yang diberikan lewat akar perlu dimbangi dengan pemakain pupuk daun yang banyak mengandung hara mikro.

  Pemakaian pupuk anorganik secara terus menerus dapat merusak tanah bila tidak diimbangi dengan pupuk kandang atau kompos. Apabila pemberianya terlalu banyak, tanaman bisa mati. Oleh karena itu, penggunaannya harus sesuai aturan. (Lingga & Marsono, 2002).

  Ada dua kelompok pupuk anorganik berdasarkan jenis hara yang dikandungnya, yaitu pupuk tunggal dan pupuk majemuk.

  a.

   Pupuk tunggal

  Dikatakan pupuk tunggal karena hara yang dikandung hanya satu. Ada tiga macam pupuk tunggal yang dikenal dan beredar di pasaran, yaitu pupuk yang berisi hara utama nitrogen (N), hara utama fosfor (P), dan hara utama kalium (K). Selain itu, ada pula pupuk yang berisi hara utama magnesium (Mg). (Lingga & Marsono, 2002).

a) Nitrogen (N)

  Nitrogen merupakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak. Fungsi dari nitrogen adalah sebagai penyusun komponen dari sel tumbuhan, termasuk asam amino dan asam nukleat (Taiz dan Zeiger, 2002 ).

  • Nitrogen diserap tanaman dalam bentuk ion nitrat (NO

  3 ) dan ion amonium =

  (NH ). Sebagian basar nitrogen diserap dalam bentuk ion nitrat karena ion

  4

  tersebit bermuatan negatif sehingga selalu berada di dalam larutan tanah dan mudah terserap oleh akar. Karena selalu berada didalam larutan tanah ,ion nitrat mudah tercuci oleh aliran air. Sebaliknya ion amonium bermuatan positif sehingga terikat oleh koloid tanah. Ion tersebut dapat dimanfaatkan oleh tanaman setelah melalui proses pertukaran kation. Karena bermuatan ion positif, ion amonium tidak mudah hilang oleh proses pencucian ( Novizan, 2005).

  Nitrogen merupakan komponen utama pada tanaman. Sekitar 40-50% kandungan protoplasma yang merupakan substansi hidup dari sel tumbuhan terdiri dari senyawa nitrogen. Senyawa nitrogen dibutuhkan oleh tanaman untuk membentuk asam amino yang akan diubah mentadi protein. Nitrogen juga dibutuhkan senyawa penting seperti klorofil, asam nukleat dan enzim. Karena itu , nitrogen dibutuhkan dalam jumlah banyak pada setiap tahap pertumbuhan tanaman, khususnya pada pertumbuhan vegetatif yaitu pertumbuhan akar, batang, dan daun ( Novizan,2005).

  Jika terjadi kekurangan (Defisiensi) nitrogen tanaman tumbuh lambat dan kerdil. Jika kekurangan tersebut terus berlanjut maka daun berwarna hijau muda dan daun yang lebih tua mengunig (klorosis) dan akhirnya kering sehingga menyebabkan daunnya pada runtuh. Di dalam tubuh tanaman, nitrogen bersifat dinamis (mobilisasi) sehingga jika terjadi kekurangan nitrogen pada bagian pucuk, nitrogen yang tersimpan pada daun tua akan dipindahkan ke organ yang lebih muda. Dengan demikian , pada daun

  • – daun yang lebih tua gejala kekurangan nitrogen akan terlihat lebih awal ( Taiz dan Zeiger, 2002 ).

  Jika terjadi kelebihan nitrogen, tanaman tampak terlalu subur, ukuran daun akan menjadi lebih besar, batang menjadi lunak dan berair (sukulen) sehingga mudah rebah dan mudah diserang penyakit . kelebihan nitrogen juga dapat menunda pembentukan bunga, bahkan bunga yang sudah terbentuk mudah rontok.

  Selain itu juga dapat menunda pembuahan (Novizan,2005).

  Jenis-jenis pupuk tunggal nitrogen yang dapat diberikan ketanah untuk menggantikan hara yang hilang karena terserap tanaman.

a. Urea

  Urea termasuk pupuk nitrogen yang dulu banyak diimpor. Namun, sekarang urea sudah banyak diekspor karena banyak dibuat di dalam negeri. Urea dibuat dari gas amoniak dan gas asam arang. Persenyawa kedua zat ini menghasilkan pupuk urea dengan kandungan N sebanyak 46%. Urea termasuk pupuk yang higroskopis ( mudah menarik uap air ). Pada kelembapan 73%, pupuk ini sudah mampu menyerap uap air dari udara. Oleh karena itu, urea mudah larut dalam air dan mudah diserap oleh tanaman. Kalau diberiakan ke tanah, pupuk ini akan mudah menjadi amoniak dan karbindioksida yang mudah menguap. Sifat lainnya ialah mudah larut dalam air dan mudah terbakar oleh sinar matahari. Itu sebabnya banyak yang menganjurka urea ini lewat daun, tetapi harus hati-hati.

  Urea dapat membuat tanaman hangus, terutama yang memiliki daun yang amat peka. (Lingga & Marsono, 2002).

  Nitrogen diserap oleh akar tanaman dalam bentuk nitrat dan ammonium, akan tetapi nitrat ini segara ter-reduksi menjadi ammonium, melalui enzim yang mengandung molibdinum. Apabila unsur nitrogen tersedia lebih banyak dari pada unsur lainya, akan dapat dihasilkan protein yang lebih banyak. Semakin tinggi pemberian nitrogen semakin cepat pula sintesis karbohidrat yang diubah menjadi protein dan protoplasma. Kadar N dari protoplasma adalah sekitar 2-2,5% (Mulyani : 2002)

b) Phosphor (P)

  Fosfor terdapat dalam bentuk phitin, nuklein, dan fosfatida, merupakan bagian dari protoplasma dan inti sel. Sebagai bagian dari inti sel sangat penting dalam pembelahan sel, demikian pula bagi perkembangan jaringan meristem. Fosfor diambil tanaman dalam bentuk H2PO4- dan HPO4=.

  Secara umum fungsi dari P dalam tanah dapat dinyatakan sebagai berikut :

  • Dapat mempercepat pertumbuhan akar semai
  • Dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi tanaman dewasa pada umumnya
  • Dapat mempercepat pembungaan dan pemasakan buah, biji dan gabah
  • Dapat meningkatkan produksi biji-bijian. ( Mulyani, 2002 )

  Menurut Lingga & Marsono ( 2002 ) salah satu jenis pupuk fosfat ialah :

  • SP-36

  Kadar pupuk P

2 O 5 pupuk SP-36 hanya 36%. Namun, fisik, warna, dan sifatnya tidak berbeda dengan TSP.

  Tanah yang kekurangan fosfor pun akan jelek akibatnya bagi tanaman. Gejala tanaman yang tampak ialah warna daun berubah menjadi tua kecoklatan dan sering tampak mengilap kemerahan. Pada daun, cabang batang, terdapat warna merah ungu yang lama kelamaan akn berubah menjadi kuning. Apabila tanamanya berbuah, buahnya menjadi kecil, tampak jelek dan cepat matang ( Lingga dan Marsono : 2002 )

c) Kalium (K)

  Elemen ini dapat dikatakan bukan elemen yang langsung membentuk bahan organik. Dalam hal ini dapat pula ditegaskan bahwa kalium berperan membantu :

  Pembentukan protein dan karbohidrat -

  • Mengeraskan jerami dan bagian kayu dari tanaman

  Meningkatkan resistensi tanaman terhadap penyakit - Meningkatkan kaulitas biji dan buah ( Mulyani, 2002 ) - Kalium diserap dalam bentuk K+ ( terutama pada tanaman muda ).

  Menurut penelitian, kalium banyak terdapat pada sel-sel muda atau bagian tanaman yang banyak mengandung protein, inti-inti sel tidak mengandung kalium.

  Pada sel-sel zat ini terdapat sebagai ion didalam cairan sel dan keadaan demikian akan merupakan bagian yang penting dalam melaksanakan turgor yang disebabkan oleh tekanan osmotis. Selain itu ion kalium mempunyai fungsi fisiologis yang khusus pada asimilasi zat arang, yang berarti apabila tanaman sama sekali tidak diberi kalium, maka asimilasi akan terhenti ( Mulyani, 2002 )

  Menurut Lingga & Marsono (2002) salah satu jenis pupuk yang mengandung zat hara K adalah :

  • Kaliumklorida Pupuk ini dikenal dengan pupuk KCl. Sama halnya dengan pupuk ZK, KCl ini pun ada dua macam, yaitu KCl 80 yang mengandung K O 52-53% dan KCl 90

  2

  yang mengandung K 2 O 55-58%.

  Tanaman yang tumbuh pada tanah yang kekurangan unsur kalium akan memperlihankan gejala-gejala yaitu daun mengerut atau keriting terutama pada duan tua walaupun tidak merata. Kemudian pada daun akan timbul bercak-bercak merah cokelat. Selanjutnya daun akan mengering, lalu mati. Pada batang, batangnya lemah dan pendek-pendek, sehingga tanaman tampak kerdil ( Mulyani, 2002 )

2.2.3. Waktu Pemupukan

  Pemupukan bertujuan untuk menambahkan unsur hara dalam tanah. Karna apabila tanah kekurangan unsur hara maka akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman nilam dikarenakan jumlah penyerapan unsur hara berkurang. Oleh karena itu penambahan unsur hara, usaha memlihara serta mempertinggi kesuburan tanah perlu dilakukan yaitu dengan pemupukan. ( Lingga & Marsono : 2002 )

  Pupuk kandang dan pupuk anorganik (Urea, SP-36 dan KCl) diberikan sesuai standar operasional prosedur (SOP) tanaman nilam (gambar 2.2). Tabel 2 .2 Pemupukan Tanaman Nilam Umur Pemupukan Jenis dan Dosis per Ha (kg)

  NO Tanaman Ke Waktu Kandang Urea SP-36 KCL

  (bulan) 1-2 minggu

  1 Dasar sebelum 20.000 tanam 2 1 -

  1 70 100 150

  3 2 130 - - Setelah 4 5-6

  • 3

  3 100 50 150 panen 1 Setelah

  5

  10 4 20.000 100

  50

  75 panen 2 Setelah

  6

  14 5 100

  50

  75 panen 3 Setelah

  18

  • 7
  • panen 4

  Jumlah 40.000 500 250 450 Sumber: (anonym, 2006)

2.3 Penyakit Layu dan Penyakit Budog

2.3.1 Penyakit Layu

  Penyakit layu bakteri disebabkan oleh bakteri Ralstonia solanacearum (Nasrun dkk. 2004), merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan kerugian cukup besar bagi petani nilam. Bakteri tersebut dapat berkembang pada temperatur antara 35 C-37 C dengan kelembaban RH 80%. Gejala penyakit layu bakteri nilam pada umumnya menyebar secara merata pada satu areal pertanaman dengan gejala daun menguning dan layu (Gambar 2.1) kemudian diakhiri dengan kematian tanaman dalam waktu singkat. Gejala awal serangan penyakit dimulai dari salah satu daun pucuk menjadi layu kemudian diikuti daun-daun bagian bawah. Pada tingkat serangan lanjut dengan intensitas serangan di atas 50%, tanaman akan mati dalam waktu 7-25 hari. Akar dan pangkal batang membusuk dan terlihat adanya massa bakteri berwarna kuning keputihan seperti susu. Bentuk gejala ini merupakan ciri khas dari serangan patogen penyebab penyakit layu bakteri (Nasrun, 2005).

  Penyakit layu bakteri dapat menular dari tanaman nilam sebelumnya yang sudah terinfeksi, atau dari benih yang telah mengandung penyakit. Untuk mencegah tertularnya tanaman, sebaiknya sebelum tanam terlebih dahulu mendesinfeksi lahan yang akan ditanami dan yang lebih penting yaitu hindari pengambilan setek dari tanaman yang telah tertular penyakit ( Nuryani dkk. 2005 ).

Gambar 2.1. Penyakit Layu Bakteri pada Tanaman Nilam yang Menguning (Nuryani:2005)

  Gejala penyakit layu bakteri adalah sebagai berikut : Kelayuan terjadi pada tanaman yang masih muda terutama menyerang batang nilam. Tanaman tersebut mengalami kelayuan dalam waktu 2

  • – 5 hari setelah terinfeksi. Pada saat
bersamaam ada cabang yang layu dan sehat, pada perkembangan lebih lanjut seluruh bagian tanaman layu dan mati. Pada tanaman berumur 1 -3 bulan kematian terjadi 6 hari setelah terlihat gejala serangan. Pada tanaman berumur 4 - 5 bulan kematian terjadi 1 -2 minggu setelah gejala terlihat. Jaringan batang dan akar tanaman yang terserang membusuk sedang kulit akar sekundernya mengelupas. Irisan melintang batang terserang memperlihatkan warna hitam sepanjang jaringan yang layu sampai kambium. Bila cabang yang layu dipotong akan tampak lendir seperti susu, begitu pula bila direndam di dalam air bersih ( Anonim, 2013 ).

2.3.2 Penyakit Budog Penyakit budog disebabkan oleh jamur Synchytrium sp (Wahyuno, dkk.

  2011). Gejala penyakit ditandai dengan terjadinya pembengkakkan atau terbentuk kutil berupa benjolan kecil-kecil pada pangkal batang, cabang atau ranting yang dekat dengan permukaan tanah (Gambar 2.2). Gejala tersebut berkembang ke batang, cabang, ranting, dan tulang daun sehingga permukaannya kelihatan kasar dengan warna hitam kecokelatan. Daun yang baru terbentuk berukuran kecil-kecil, kaku, keriting, tebal berwarna merah keunguan (Nurmansyah, 2011)

Gambar 2.2. Serangan Penyakit Budog pada Batang dan Daun

  Nilam yang Membengkak (Sumber:Pribadi) Budog menyebabkan kutil pada daun, batang dan tangkai yang menyebabkan bengkak dan menebal, kemerahan, daun terlihat berkerut dan tebal dengan warna merah. Kehadiran budog telah meningkat dalam 10 tahun terakhir yang bersamaan dengan terjadinya “demam nilam” di rentang tahun 1997-1998 di mana lonjakan produksi nilam akan membuka kesempatan bagi budog untuk menyebar ke berbagai lahan baru. Budog awalnya terisolasi Sumatera, tetapi sekarang ditemukan di Kalimantan, dan Jawa dimana budidaya nilam telah menyebar (Sukamto, 2009).

2.4 Bakteri Corynebacterium

2.4.1. Klasifikasi Corynebacterium

  Menurut Agrios (1997) bakteri Corynebacterium dapat diklasifikasikan sebagai berikut ; Kingdom : Procaryotae (Bacteria) Divisio : Firmicutes Class : Thallobacteria Family : Streptomytaceae Genus : Corynebacterium Species : Corynebacterium sp

  Corynebacterium merupakan bakteri antagonis yang secara morfologis

  dapat dikenali dari berbentuk batang lurus sampai agak sedikit membengkok dengan ukuran 0,5

  • – 0,9 X 1,5 – 4 μm. Kadang – kadang mempunyai segmen berwarna dengan bentuk yang tidak menentu tetapi ada juga yang berbentuk gada yang membengkak. Bakteri tersebut umumnya tidak bergerak, tetapi beberapa spesiesnya ada yang bergerak dengan rata
  • – rata dua bulu cambuk polar (Pelczar & Chan, 2005).

  Bakteri Corynebacterium termasuk bakteri gram positif karena dengan pewarnaan diferensial dengan larutan ungu kristal, sel bakteri berwarna ungu, tetapi ketika ditambahkan larutan safranin warna merah sel bakteri tidak menyerap larutan safranin sehingga tetap berwarna ungu. Bakteri gram positif pada umumnya bersifat non patogenik (Pelczar & Chan, 2005)

Gambar 2.3 Bakteri Corynebacterium ( Agrios, 1997 )

  2.4.2. Pemanfaatan Agensia Hayati Corynebacterium Kesadaran baru di bidang pertanian saat ini adalah penerapan sistem pengendalian hama terpadu ( PHT ) yaitu memaksimalkan penerapan berbagai metode pengendalian hama penyakit dan gulma secara komprensif dan mengurangi penggunaan bahan kimia. Salah satu komponen PHT tersebut adalah pengendalian hayati dengan memanfaatkan bakteri antagonis. Berbagai penelitian tentang bakteri antagonis membuktikan bahwa beberapa jenis bakteri potensial digunakan sebagai agensia hayati. Bakteri-bakteri antagonis tersebut diantaranya selain dapat menghasilkan antibiotik juga bisa berperan sebagai kompetitor terhadap unsur hara patogen tanaman. Pemanfaatan bakteri-bakteri antagonis di masa depan akan menjadi salah satu pilihan bijak dalam usaha meningkatkan produksi pertanian sekaligus menjaga kelestarian hayati untuk menunjang budi daya pertanian selanjutnya (Banjarnohar, 2010).

  Bakteri antagonis merupakan mikroorganisme yang mengintervensi kegiatan patogen penyebab penyakit pada tumbuhan. Pada dasarnya terdapat tiga mekanisme antagonis dari bakteri yaitu:

  1. Hiperparatisme Terjadi apabila organisme antagonis memparasit organisme parasit (patogen tumbuhan).

  2. Kompetisi ruang dan hara Terjadi persaingan dalam mendapatkan ruang hidup dan hara, seperti karbohidrat, Nitrogen, dan vitamin.

  3. Antibiosis Terjadi penghambatan atau penghancuran suatu organisme oleh senyawa metabolik yang diproduksi oleh organisme lain (Anonim, 2009).

  Beberapa penelitian pernah dilakukan menggunakan Corynebacterium sp. Salah satunya penelitian Nurmasita Ismail, Luice A. Taulu dan Bahtiar (2011) digunakan dosis 5 cc Corynebacterium untuk dicampurkan dalam 1 liter air dengan rentang penyemprotan 14 hst, 28 hst, 42 hst (setiap 2 minggu) mampu menekan perkembangan penyakit blas. Hal tersebut ditunjukkan dengan intensitas serangan yang rendah dibandingkan dengan perlakuan tanpa menggunakan Corynebacterium (Nurmasita Ismail, dkk. 2011).

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 MORFOLOGI DAN BOTANI TANAMAN KANGKUNG - RESPONS PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans poir) TERHADAP VOLUME PEMBERIAN AIR DAN KOMBINASI MEDIA TANAH DAN ARANG SEKAM - repository perpustakaan

1 3 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Tanaman Terong ( Solanum mengolena L.) - PENGARUH PENYIANGAN GULMA DAN DUA VARIETAS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TERONG ( Solanum melongena L - repository perpustakaan

1 4 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. BOTANI TANAMAN SAWI - PENGARUH APLIKASI PUPUK ORGANIK HAYATI PADA BEBERAPA VARIASI DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) - repository perpustakaan

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Caisin - PERUBAHAN SIFAT KIMIA ULTISOL DAN RESPON TANAMAN CAISIN (Brassicca chinensis .L) PADA BEBERAPA DOSIS DAN CARA APLIKASI KOMPOS FERMENTASI - repository perpustakaan

0 0 11

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Padi - PENGARUH PUPUK MAJEMUK PELET DARI BAHAN ORGANIK LEGUM COVER CROP (LCC) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI VARIETAS IR 64 PADA MUSIM PENGHUJAN - repository perpustakaan

0 0 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Pakchoy 1. Klasifikasi dan Botani Tanaman Pakchoy - PENGARUH KOMBINASI PUPUK ORGANIK CAIR URIN KELINCI DAN BONGGOL PISANG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PAKCOY ( Brassica rapa L. - repository perpustakaan

0 0 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Bawang Merah - PENGARUH VARIASI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH ( Allium ascalonicum L.) - repository perpustakaan

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kentang 2.1.1 Botani Tanaman - RESPON PERTUMBUHAN TANAMAN KENTANG ( Solanum tuberosum L.) VARIETAS GRANOLA SECARA KULTUR TUNAS DENGAN KOMBINASI NUTRISI AB MIX DAN PUPUK ORGANIK CAIR - repository perpustakaan

0 0 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kacang Tanah - RESPON TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) TERHADAP VARIASI FREKUENSI PEMBERIAN KCl DAN ZEOLIT - repository perpustakaan

0 0 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Taksonomi Tanaman Kedelai - RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL DUA VARIETAS KEDELAI (Glycine max L. Merrill ) BERUMUR GENJAH PADA PERLAKUAN PENYIANGAN GULMA - repository perpustakaan

0 0 10